Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL

DAMPAK SOSIAL EKONOMI KEGIATAN USAHA PERKEBUNAN


SAWIT DI KABUPATEN BENGKAYANG

Oleh :
Prof. Dr.ret.nat. M. Fani Cahyandito, M.Sc, CSP
Dr. Maria Christiana I. Kalis, SE, MM
Herri Junius Nge, S.Sos, M.Si
Dr. Ir. Erlinda Yurisinthae, M.P
Tulus Gover Siringo-ringo, S.Hut

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
TAHUN 2021
Dampak Sosial Ekonomi Kegiatan Usaha Perkebunan Sawit di Kabupaten
Bengkayang

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Dampak eksistensi perusahaan sawit


terhadap kondisi Sosial dan Ekonomi masyarakat di sekitar Perkebunan Kelapa Sawit di
Kabupaten bengkayang, Kalimantan Barat.

Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode penelitian deskriptif


kualitatif yaitu penelitian yang berusaha menggambarkan atau menjabarkan objek yang diteliti
berdasarkan fakta yang ditemui dilapangan. Data-data yang disajikan adalah data primer dan
sekunder yang didapatkan melalui wawancara langsung dengan masyarakat, kemudian teknik
analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis data kualitatif model interaktif.
Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal didaerah sekitar perusahaan sawit.

Kata kunci : Dampal Sosial Ekonomi, Perusahaan Sawit


BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Perusahaan perkebunan kelapa sawit memiliki peranan yang penting bagi


perekonomian Indonesia dalam memenuhi konsumsi masyarakat maupun untuk diekspor.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat produksi sawit tahun 2018
mencapai 47,43 juta ton dan ekspor minyak kelapa sawit dan turunannya sebesar 34,71 juta
ton. Hal ini mengindikasikan komoditi kelapa sawit memiliki peranan yang penting dalam
perekonomian Indonesia. Selain itu di Indonesia, perusahaan perkebunan menjadi salah satu
sektor utama dalam tatanan ekonomi. Perusahaan perkebunan dalam banyak kasus memiliki
posisi dominan dalam pembangunan sosial ekonomi. Sektor perkebunan ini bardampak sangat
signifikan dalam arti positif maupun negatif. Dalam dampak positif yaitu sektor perkebunan
ini mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), menciptakan lapangan pekerjaan
bagi masyarakat, meningkatkan ekonomi dan pembangunan. Sedangkan dampak negatif dalam
ranah sosial, lingkungan, politik dan budaya yang ditimbulkan sektor industri ini pun sangat
luar biasa yaitu dari sisi sosial dan lingkungan pembukaan lahan kelapa sawit dilakukan dengan
metode tebang habis (land clearing) yang menyebabkan rusaknya ekosistem hutan, tanah
longsor, serta banjir. Sedangkan dari sisi politik dan budaya, timbulnya konflik yang bersifat
horizontal maupun vertikal. Misalnya konflik antara pekerja daerah dengan para pendatang
atau konflik antara pemilik kebun dengan pemerintah. Hal itu terjadi karena kurangnya
perhatian pemerintah untuk menyelamatkan kepentingan pelestarian hidup dan kepentingan
penduduk lokal.

Pada prinsipnya perusahaan didirikan dengan tujuan untuk menghasilkan keuntungan


yang sebesar-besarnya, peranan perusahaan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi
nasional merupakan bagian dari kontribusi positifnya. Penciptaan lapangan kerja, produk
barang, jasa yang dihasilkan dari usaha perusahaan, dan pembayaran pajak yang memberikan
pendapatan bagi negara merupakan kontribusi yang dirasakan besar manfaatnya. Namun di sisi
lain aktivitas perusahaan khususnya di bidang industri telah menyebabkan terjadinya masalah
pada lingkungan dan tingkat perekonomian masyarakat yang berjarak dalam suatu wilayah.
Kedaan ini diperparah dengan kurang ditanggapinya berbagai tuntutan masyarakat dalam
permasalahan lingkungan, kesejahteraan masyarakat sekitar, dan lain-lain oleh perusahaan.
Busyra Azheri berpendapat hal ini dikarenakan kultur perusahaan yang didominasi cara
berpikir dan perilaku ekonomi yang hanya berorientasi keuntungan (profit orientate) Ekspansi
kelapa sawit di Indonesia dianggap kontroversial, dan dituduh sebagai penyebab utama
kerusakan hutan, kebakaran hutan, hilangnya keanekaragaman hayati, dan konflik sosial
(Dayne,2008). Banyak orang khawatir dengan dampak negatif sosial dan lingkungan, termasuk
konflik sosial terkait penguasaan lahan, manfaat terbatas bagi pemilik tanah, dan deforestasi
(Rist et al., 2010). Sawit Watch, salah satu LSM Indonesia yang memantau perkebunan skala
besar, telah mencatat 632 kasus konflik antara masyarakat lokal dan perusahaan kelapa sawit
sejak 2006 (IRIN,2010). Kemudian tumbuh kesadaran dalam masyarakat sipil tentang
pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), lingkungan dan social manajemen, dan
sistem keberlanjutan (Achda,2006). Seperti yang kita ketahui, sebuah perusahaan, apalagi
perusahaan besar, seringkali menimbulkan berbagai potensi risiko seperti kerusakan
lingkungan. Keberadaan CSR (Corporate Social Responbility) adalah diharapkan dapat
membantu mengurangi bahkan membuat risiko tersebut menjadi nol. Penerapan CSR di
Indonesia, diatur dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas, khususnya pasal 74
yang menegaskan bahwa kegiatan CSR diwajibkan pada suatu kegiatan usaha di bidang atau
yang berkaitan dengan sumber daya alam. Salah satu kegiatan usaha yang berkaitan dengan
sumber daya alam adalah perkebunan kelapa sawit. CSR dapat dipahami sebagai komitmen
usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan
ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya,
komunitas lokal dan komunitas secara lebih luas. Secara umum, CSR merupakan peningkatan
kualitas kehidupan mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota
komunitas untuk dapat menanggapi keadaan social yang ada, dan dapat menikmati serta
memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahan-perubahan yang ada sekaligus
memelihara. Atau dengan kata lain merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha untuk
memproduksi dampak positif pada komunitas. Atau dapat dikatakan sebagai proses penting
dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan bisnis dari stakeholders
baik secara internal (pekerja, shareholders dan penanam modal) maupun eksternal
(kelembagaan pengaturan umum, anggota-anggota komunitas,kelompok komunitas sipil dan
perusahaan lain). Dengan demikian, tanggung jawab perusahaan secara sosial tidak hanya
terbatas pada konsep pemberian donor saja, tapi konsepnya sangat luas dan tidak bersifat statis
dan pasif, hanya dikeluarkan dari perusahaan, akan tetapi hak dan kewajiban yang dimiliki
bersama antar stakeholders. Melaksanakan CSR secara konsisten dalam jangka panjang akan
menumbuhkan rasa keberterimakasihan masyarakat terhadap kehadiran perusahaan. Kondisi
seperti itulah yang pada gilirannya dapat memberikan keuntungan ekonomibisnis kepada
perusahaan yang bersangkutan. Dengan pemahaman seperti itu, dapat dikatakan bahwa, CSR
adalah prasyarat perusahaan untuk bisa meraih legitimasi sosiologis kultural yang kuat dari
masyarakatnya.

1.2.RUMUSAN MASALAH
Bagaimana dampak perusahaan sawit terhadap sosial ekonomi masyarakat di
Kabupaten Bengkayang?
1.3.TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui bagaimana dampak perusahaan sawit terhadap sosial dan ekonomi
masyarakat di Kabupaten Bengkayang
BAB II
KAJIAN EMPIRIS
2.1. PEMBANGUNAN
2.1.1. Konsep Pembangunan

Biasanya melekat dalam konteks kajian suatu perubahan, pembangunan disini diartikan
sebagai bentuk perubahan yang sifatnya direncanakan setiap orang atau kelompok orang tentu
akan mengharapkan perubahan yang mempunyai bentuk lebih baik bahkan sempurna dari
keadaan yang sebelumnya. untuk mewujudkan harapan ini tentu harus memerlukan suatu
perencanaan. Pembangunan secara berencana lebih dirasakan sebagai suatu usaha yang lebih
rasional dan teratur bagi pembangunan masyarakat yang belum atau baru berkembang.

Pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan


perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Pembangunan
ekonomi sebagai suatu proses yakni memiliki arti perubahan yang terus menerus yang
didalamnya telah mengandung unsur-unsur kekuatan tersendiri untuk investasi baru, usaha
untuk meningkatkan pendapatan perkapita dan kenaikan pendapatan per kapita harus
berlangsung dalam jangka panjang.

Menurut Sondang P.Siagian Pembangunan merupakan rangkaian usaha mewujudkan


pertumbuhan perubahan secara sederhana dan sadar yang ditempuh oleh suatu negara bangsa
menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa. Dari beberapa pengertian diatas penulis
menyimpulkan bahwa pembangunan merupakan usaha yang dilakukan manusia secara sadar
dalam rangka mencapai kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan. Pembangunan tersebut
dilakukan melalui perencanaan dan secara bertahap guna menciptakan suatu yang baru.
Selanjutnya Todaro mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh
3 nilai pokok, yaitu:
a) Berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya
b) Meningkatkan harga rasa diri
c) Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih.

2.1.2. Tiga Nilai Inti Pembangunan

Pembangunan merupakan suatu kenyataan fisik sekaligus tekad suatu masyarakat untuk
berupaya sekeras mungkin melalui serangkaian kombinasi proses sosial, ekonomi dan
institusional, demi mencapai kehidupan yang serba lebih baik. Untuk mencapai kehidupan
yang serba lebih baik semua masyarakat minimal harus memiliki tiga tujuan inti sebagai
berikut:
a. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai macam barang kebutuhan
hidup yang pokok, seperti pangan, sandang, papan, kesehatan dan perlindungan keamanan.
b. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan pendapatan tetapi juga
meliputi penambahan penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan, serta
peningkatan perhatian atas nilainilai kultural dan kemanusiaan, yang kesemua itu tidak hanya
untuk memperbaiki kesejahteraan materiil, melainkan juga menumbuhkan jati diri pribadi dan
bangsa yang bersangkutan.
c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu serta bangsa secara
keseluruhan, yakni dengan membebaskan mereka dari belitan sikap menghamba dan
ketergantungan, bukan hanya terhadap orang atau negara, bangsa lain, namun juga terhadap
setiap kekuatan yang berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan mereka.

2.1.3. Tujuan Pembangunan

Menimbang banyaknya aspek yang harus dibangun, maka pembangunan seringkali


dilakukan secara bertahap. Tahapan pembangunan tersebut tidak dapat di sesuaikan dengan
skala prioritas. Pembangunan tersebut menyangkut kepentingan yang didahulukan. Adapun
tujuan pembangunan Indonesia yang tersirat. Secara umum terdapat dalam pembukaan UUD
1945 dimana tujuan pembangunan adalah sebagai berikut :
1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
2. Memajukan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan juga
keadilan sosial.
Tujuan pembangunan tersebut dapat terlihat menjadi tujuan bukan hanya pembangunan
kebendaan (fisik) saja. Namun, dalam tujuan pembangunan terswebut dapat tersirat tujuan
pembangunan non fisik yang dapat berupa kecerdasan, kesejahteraan dan juga kedamaian.
Pembangunan kebendaan atau pembangunan fisik merupakan suatu sarana dalam mencapai
tujuan pembangunan non fisik. Agar tujuan pembangunan dapat tercapai sebagaimana
mestinya dan sebagaimana seharusnya, maka dibutuhkan sebuah perencanaan pembangunan
yang sebagaimana telah dijelaskan diatas.

2.1.4. Konsep Pembangunan Perusahaan


Peranan perkebunan besar sebagai lokomotif perkembangan subsektor perkebunan
kelapa sawit di Indonesia telah terbukti dengan luas areal Perkebunan Besar Swasta Nasional
(PBSN) tahun 2003 yang telah mencapai 52,78% dari luas perkebunan kelapa sawit di
Indonesia, sedangkan luas perkebunan negara (PTPN) dan rakyat berturut-turut yaitu 12,33%
dan 34,89%. Menurut Pahan (2010), konsep perkembangan perkebunan yang ingin sukses
seyogyanya mengacu pada beberapa faktor kunci, yaitu faktor lingkungan (lahan), faktor
sumberdaya manusia, faktor bahan tanaman, faktor perizinan, faktor keuangan dan faktor
keamanan. Beberapa faktor yang akan dilihat adalah faktor lahan, faktor sumberdaya manusia,
dan faktor bahan tanaman. Sedangkan faktor perizinan, faktor keuangan, danfaktor keamanan
tidak dibahas. Berikut ini diuraikan ketiga faktor tersebut:

1. Faktor lingkungan (lahan)

Lahan adalah matriks tempat tanaman berada. Tanaman kelapa sawit tidak akan
ekonomis untuk diusahakan secara komersial diatas lahan yang tidak sesuai. Lahan yang
optimum untuk kelapa sawit harus mengacu pada 3 (tiga) faktor yaitu lingkungan, sifat fisik
lahan, dan sifat kimia tanah atau kesuburan tanah. Mengacu pada konsep tersebut, lahan dinilai
mempunyai prospek ekonomis yang baik apabila memenuhi semua kriteria yang ideal.

2. Faktor Sumber Daya Manusia

Mengacu pada perkebunan sebagai unit usaha pertanian tanaman komersial skala besar
yang memiliki organisasi tenaga kerja banyak (padat karya) dengan pembagian kerja rinci,
menggunakan lahan yang luas, teknologi modern, spesialisasi, system administrasi, dan
birokrasi, membuat faktor sumber daya manusia (modal insani) menjadi penting. Kualitas
modal insani sangat menentukan keberhasilan suatu perkebunan. Mempersiapkan staf lapangan
yang mampu mengelola pekerjaannya dengan baik tidak dapat dilakukansecara seketika karena
modal insani gaya perkebunan mempunyai krakteristik yang berbeda dengan sektor industri.

3. Faktor Bahan Tanaman

Investasi sebenarnya bagi perkebunan komersial berada pada bahan tanaman yang akan
di meraka tanam karena merupakan sumber keuntungan perusahaan kelak. Dalam Pemilihan
bahan tanaman yang tidak tepat akan membawa resiko yang sangat besar. Perusahaan akan
menderita rugi dana waktu, dan tenaga jika bibit yang ditanam ternyata tidak sesuai dengan
hasil yang diharapakan.

2.1.5. Dampak Keberadaan Perkebunan Kelapa Sawit


Dampak adalah suatu perubahan yang disebabkan oleh suatu kegiatan, suatu usaha
investasi dalam kegiatan pembangunan memiliki kemampuan potensial menimbulkan dampak
(dampak merupakan pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif).
Konsep dampak diartikan sebagai pengaruh munculnya aktifitas manusia dalam pembangunan
terhadap lingkungan termasuk manusia.

Sehubungan dengan itu Soemartono menjelaskan bahwa pada dasarnya sasaran


pembangunan adalah menaikkan tingkat kesejahteraan rakyat, akan tetapi aktifitas
pembangunan menimbulkan efek samping yang tidak direncanakan di luar sasaran yang
disebut dampak. Dampak dapat bersifat biofisik, sosial, ekonomi, dan budaya yang
berpengaruh terhadap sasaran yang ingin dicapai. Adapun menurut Soedharto dampak sosial
adalah konsekuensi sosial yang menimbulkan akibat dari suatu kegiatan pembangunan ataupun
penerapan suatu kebijakan dan program merupakan perubahan yang terjadi pada manusia dan
masyarakat yang diakibatkan oleh aktifitas pembangunan.12

Dalam keputusan pemerintah No. 14 Menteri Lingkungan Hidup 1994 tentang


penetapan dampak penting terhadap aspek sosial ekonomi yaitu :

1. Aspek Sosial

Sosial adalah pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat yang mengandung nilai-
nilai kebersamaan, senasib, sepenanggungan dan solidaritas yang merupakan unsur pemersatu.
Adapun aspek-aspek sosial adalah sebagai berikut:

a. Pranata sosial/lembaga-lembaga yang tumbuh dikalangan masyarakat, adat istiadat dan


kebiasaan yang berlaku.

b. Proses sosial/kerjasama, akumulasi konflik dikalangan masyarakat.

c. Akulturasi, asimilasi dan integrasi dari berbagai kelompok masyarakat.

d. Kelompok-kelompok dan organisasi sosial.

e. Perubahan sosial yang berlansung di kalangan masyarkat.

f. Pelapisan sosial di kalangan masyarakat.

g. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha dan pekerjaan.

2. Aspek Ekonomi
Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mmempelajari aktivitas manusia yang
berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran dan konsumsi barang dan jasa. Adapun
aspek-aspek ekonomi adalah sebagai berikut:

a. Kesempatan bekerja dan berusaha.

b. Pola perubahan dan penguasaan lahan dari sumber daya alam.

c. Tingkat pendapatan.

d. Sarana dan prasarana infrastruktur.

e. Pola pemanfaatan sumber daya alam. Impact atau dampak di sini diartikan sebagai adanya
suatu benturan antara dua kepentingan, yaitu kepentingan pembangunan proyek dengan
kepentingan usaha melestarikan kualitas lingkungan yang baik.

3. Aspek lingkungan

Dampak Terhadap Lingkungan Fisik dan Biologi.Pada beberapa kegiatan konstruksi


secara bertahap akan menimbulkan iklim mikro daerah sekitar perkebunan kelapa sawit
didirikan. Dampak yang di timbulkan terhadap komponen iklim mikro berupa perubahan
temperatur udara dan kelembapan udara. Hal ini terjadi karena perubahan-perubahan secara
fisik dan biologi yang terjadi akibat adanya kegiatan-kegiatan kontruksi kebun seperti
pembukaan lahan dan pembangunan sarana-sarana perkebunan.

Ada dua sumber utama dari kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang akan
menyebabkan dampak pada kualitas udara. Sumber pertama adalah kegitan pembukaan lahan
dan pembangunan fasilitass serta sarana pendukung kegitan ini akan berdampak kepada
konsentrasi debu dan intensitas polusi.

Kegiatan pada tahap konstruksi yang menimbulkan dampak pada tata guna lahan akan
mengakibatkan terjadinya perubahan pembangunan lahan yang semula berupan hutan sekunder
sampai semak-semak berubah menjadi lahan perkebunan dan fasilitas serta sarana pendukung
perkebunan. Kegiatan yang menimbulkan dampak terhadap komponen/parameter air sungai
serta parit-parit adalah kegiatan operasional kebun/pemeliharaan tanaman kelapa sawit yang
belum menghasilkan, kegiatan itu berupa pemupukan, pengendalian hama danpenyakit
tanaman. Pengaruh pupuk dan pestisida akan berdampak pada kehidupan biota perairan.

Adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit akan merubah komponen biologis (flora
dan fauna) hutan sekunder yang berada di lokasi perkebunan mengakibatkan perubahan
komposisi vegetasi dan satwa yang ada dalam hutan tersebut, karena adanya kegiatan
pembangunan perkebunan kelapa sawit.

2.2. DAMPAK SOSIAL EKONOMI

Sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, lain-lain.
Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan. Hal ini disesuaikan dengan
penelitian yang akan dilakukan.

Dampak dalam bahasa inggris disebut impactyang bersinonim dengan effect(akibat)


atau consequences(akibat). Dalam bahasa Indonesia dampak berarti pengaruh kuat yang
mendatangkan akibat. Berdampak mengandung arti berpengaruh. Jadi, ketika berbicara
dampak pembangunan kita berbicara akibat- akibat yang ditimbulkan oleh pembangunan.
Dampak tersebut terdiri dari :

a. Dampak positif. Dampak yang dianggap baik oleh penyelenggara pembangunan maupun
oleh orang lain.

b. Dampak negatif. Dampak yang dianggap tidak baik oleh penyelenggara pembangunan
maupun oleh orang lain.

c. Dampak yang disadari (intended consequences). Dampak yang direncanakan oleh


penyelenggara pembangunan. Dampak ini dalah dampak yang diketahui dan disadari akan
terjadi. Dalam kepustakaan sosiologi, hal seperti itu disebut sebagai fungsi manifest. Dampak
yang disadari pada dasarnya tergolong dampak positif paling kurang menurut pandangan
penyelenggara pembangunan. Dampak seperti ini biasanya mudah diketahui karena disadari
keberadaannya atau sering telah ditulis oleh penyelenggara pembangunan dalam proposal
pembangunannya. Melakukan wawancara dengan pembuat proposal atau membaca proposal
itu sendiri cukup untuk mengetahui hal tersebut.

d. Dampak yang tidak disadari (unintended consequences). Dampak yang tidak direncanakan
oleh penyelenggara pembangunan. Oleh sebab itu, dampak ini adalah dampak yang tidak
diketahui dan tidak disadari. Hal ini dalam kepustakaan sosiologi disebut sebagai fungsi laten.
Dampak seperti ini biasanya sulit diketahui karena tidak disadari atau tidak pernah dapat
ditemukan dalam proposal pembangunan oleh penyelenggara pembangunan. Dampak yang
disasari sering tergolong dampak negatif.
Penjelasan berbagai jenis dampak di atas, analisis dampak sosial pembangunan harus
meliputi berbagai jenis dampak tersebut. Kajian tidak hanya terpusat pada dampak positif,
tetapi yang lebih penting mengungkapkan dampak negatif. Kajian tidak hanya fokus pada
fungsi manifes, melainkan juga meliputi fungsi laten. Malah, seharusnya fungsi laten inilah
yang menjadi tekanan kajian dampak. Fokus pada fungsi laten berarti konsentrasi pada sesuatu
yang tidak tampak, tidak diharapkan dan tidak disadari.

Untuk dapat mengungkap dampak laten, peneliti harus memiliki ketajaman perspektif
dan teori. Dengan menggunakan sudut pandang disiplin sosiologi, studi dampak sosial
pembangunan semestinya menerapkan sudut pandang apa yang disebut sebagai kesadaran
sosiologis yang berarti kesadaran bahwa ada realitas sosial dibalik fenomena sosial. Analis
sosial,oleh sebab itu, didorong untuk melihat tembusan atau melihat dibalik, dibalik
penampakan dan dibalik yang tertulis dalam dokumen-dokumen resmi.

Dampak sosial pembangunan tidak sama dalam masyarakat, disebabkan oleh anggota-
anggota masyarakat berada dalam keadaan yang tidak sama secara sosial dan ekonomi.
Ketidaksamaan tersebut menyebabkan perbedaan kemampuan anggota masyarakat untuk
memecahkan masalah yang ditimbulkan oleh dampak atau beradaptasi dengan dampak.
Anggota masyarakat yang berada dalam situasi yang lemah secara ekonomi dan sosial biasanya
kelompok yang lebih meresakan dampak karena merekalah yang memiliki berbagai rintangan
untuk beradaptasi. Kelompok yang lemah tersebut biasanya disebut sebagai kelompok
marjinal. Mereka biasanya adalah lapisan masyarakat miskin, perempuan, anak-anak dan
lansia. Kelompok kaya biasanya memiliki kemampuan untuk mencari alternatif pemecahan
masalah. Oleh sebab itu, setiap kajian dampak perlu mempertimbangkan keragaman
masyarakat terkena dampak dengan memberikan perhatian lebih kepada kelompok marjinal.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian secara kualitatif. Metode


kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen,
kunci, pengambilan sampel sumber data yang dilakukan sebagai gabungan. Penelitian kualitatif
lebih menekankan makna pada generalisasi. Dalam hal ini penelitian yang di maksud adalah
penelitian yang lebih mengandalkan dan mengemukakan kesimpulan kesimpulan secara
deskripstif dan bukan angka angka. Selain itu penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian
yang mencatat segala fenomena yang di lihat dan di dengar serta di baca peneliti (via
wawancara, catatan lapangan, buku/majalah dan lain lain yang di anggap dapat menguatkan
penelitian).

3.2. Jenis Penelitian

Penelitian menggunakan jenis Penelitian lapangan (Metode Field Research) yaitu


penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke obyek penelitian untuk menggali
informasi yang berhubungan dengan judul penelitian.

3.3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat.

3.4.Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung sekitar 3 bulan yang dilaksanakan dibulan januari sampai
dengan bulan maret 2022.

3.5.Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini berupa benda, manusia, desa yang dapat dijadikan sumber
dalam penelitian. Adapun yang menjadi objek atau variabel dalam penelitian ini adalah dampak
pembangunan perkebunan sawit terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat, sedangakan
subjek dari penelitian ini adalah masyarakat sekitar pembangunan perkebunan di Kabupaten
Bengkayang. Adapun informan (Narasumber) dari penelitain ini adalah masyarakat yang
tinggal di sekitaran pembangunan perkebunan dan aparatur desa.
3.6. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari petani sawit yang meliputi:
pendapatan, pendidikan, perumahan, berkewarga negaraan dan kesehatan petani.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada atau di sebut
data pendukung misalnya dari instansi terkait; BPS, kantor kecamatan, desa/kelurahan maupun
pihak swasta yang diharapkan dapat mendukung hasil penelitian ini seperti jumlah penduduk,
jumlah Petani Sawit, dan lain-lain.

3.7. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah :

1. Wawancara, Metode wawancara tidak tersteruktur adalah mencari data dengan


mengajukan kepada responden maupun mengadakan tanya jawab untuk mengetahui informasi
yang lebih mendalam mengenai suatu hal yang diketahui responden.

2. Metode dokumentasi merupakan suatu cara untuk memperoleh data atau informasi
mengenai berbagai hal yang ada kaitannya dengan penelitian dengan jalan melihat kembali
laporan-laporan tertulis baik merupakan angka maupun keterangan.

3. Observasi, metode ini merupakan pengumpulan pengumpulan data dengan cara


mengamati langsung terhadap obyek tertentu yang menjadi fokus penelitian serta mencatat
tentang sesuatu yang berhubungan dengan judul.

3.8. Teknik Pengolaan dan Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data secara sistematis untuk
mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan. Analisis datamenurut Bogdan dalam
Sugiyono yaitu proses mencari dan menyusun secara sistematik data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data kualitatif bersifat induktif,
yaitu analisis berdasarkan data yang diperoleh.

Menurut Miles & Huberman analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi. Mengenai
ketiga alur tersebut secara lebih lengkapnya adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada


penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi
penelitian kualitatif berlangsung. Antisipasi akan adanya reduksi data sudah tampak waktu
penelitiannya memutuskan (seringkaltanpa disadari sepenuhnya) kerangka konseptual wilayah
penelitian, permasalahan penelitian, dan pendekatan pengumpulan data mana yang dipilihnya.
Selama pengumpulan data berlangsung, terjadilan tahapan reduksi selanjutnya (membuat
ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus- gugus, membuat partisi, membuat
memo). Reduksi data/transformasi ini berlanjut terus sesudah penelian lapangan, sampai
laporan akhir lengkap tersusun Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi data
merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga
kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Dengan reduksi data peneliti
tidak perlu mengartikannya sebagai kuantifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakan dan
ditransformasikan dalam aneka macam cara, yakni: melalui seleksi yang ketat, melalui
ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas, dan
sebagainya. Kadangkala dapat juga mengubah data ke dalam angka-angka atau peringkat-
peringkat, tetapi tindakan ini tidak selalu bijaksana.

2. Penyajian Data

Miles & Huberman membatasi suatu penyajiansebagai sekumpulan informasi tersusun


yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Mereka
meyakini bahwa penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi
analisis kualitatif yang valid, yang meliputi: berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan.
Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang
padu dan mudah diraih. Dengan demikian seorang penganalisis dapat melihat apa yang sedang
terjadi, dan menentukan apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah
melakukan analisis yang menurut saran yang dikisahkan oleh penyajian sebagai sesuatu yang
mungkin berguna.

3. Menarik Kesimpulan

Penarikan kesimpulan menurut Miles & Huberman hanyalah sebagian dari satu
kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama
penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas
dalam pikiran penganalisis (peneliti) selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-
catatan lapangan, atau mungkin menjadi begitu seksama dan menghabiskantenaga dengan
peninjauan kembali serta tukar pikiran di antara teman sejawat untuk mengembangkan
kesepakatan intersubjektifatau juga upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu
temuan dalam seperangkat data yang lain. Singkatnya, makna-makna yang muncul dari data
yang lain harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya, yakni yang merupakan
validitasnya. Kesimpulan akhir tidak hanya terjadi padawaktu proses pengumpulan data saja,
akan tetapi perlu diverifikasi agar benar-benar dapat di pertanggung jawabkan. Secara skematis
proses analisis data menggunakan model analisis data interaktif Miles dan Huberman dapat
dilihat pada bagan berikut:

Model Analisis Data Interaktif Miles dan Huberma

Anda mungkin juga menyukai