Anda di halaman 1dari 60

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tanggungjawab Sosial Dan Lingkungan

Perusahaan

1. Pengertian Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan

Apa itu TJSL? Memang terdapat banyak penjelasan tentang

pengertian TJSL tersebut dan salah satu pengertian yang cukup

menarik adalah yang dibuat oleh lingkaran studi CSR Indonesia,

Yakni “Upaya sungguh-sungguh dari entitas bisnis untuk

meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak

positif operasinya terhadap seluruh pemangku kepentingan dalam

ranah ekonomi sosial, dan lingkungan agar mencapai tujuan

pembangunan berkelanjutan”. Secara implisit, definisi tersebut

mengajak perusahaan untuk memberikan manfaat yang sebesar-

besarnya atas keberadaannya di tengah masyarakat. Termasuk

dalam hal ini dengan meminimalkan dampak negatif dari

perusahaan termasuk memberi manfaat. 1

Lebih lanjut unruk tanggung jawab sosial dan lingkungan

perusahaan dalam pengertiannya dibagi dua, yaitu dalam

pengertian luas dan dalam pengertian sempit. TJSL dalam

1
Rachman, Nurdizal M., Asep Efendi, and Emir Wicaksana. Panduan lengkap
perencanaan CSR. (Jakarta: Penebar Swadaya Grup, 2011) Hlm-11

18
pengertian luas, berkaitan erat dengan tujuan mencapai kegiatan

ekonomi berkelanjutan (sustainable economic activity).

Keberlanjutan kegiatan ekonomi bukan hanya terkait soal

tanggung jawab sosial tetapi juga menyangkut akuntabilitas

(accountability) perusahaan terhadap masyarakat dan bangsa

serta dunia internasional.2

Secara legal pengertian TJSL sendiri telah diatur dalam Pasal

1 ayat (3) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas. Dimana dijelaskan bahwa yang dimaksud

dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen

perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi

berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan

lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri,

komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

Definisi tersebut dapat diartikan sebagai komitmen dunia

usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroprasi secara

legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan

dengan peningkatan kualitas hidup karyawan dan keluarganya

sekaligus juga peningkatan kualitas lokal dan masyarakat secara

lebih luas.

2
Sulis Rohayatun dkk, Analisis Pengembangan Kelembagaan Forum Corporate
Social Responsibility di Jawa Timur, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2016) Hal. 290

19
TJSL merupakan kepedulian perusahaan yang menyisihkan

sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan

manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan

berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan profesional. 3

Pendapat lain mengemukanan bahwa TJSL merupakan

komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam

pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan

memerhatikan tanggungjawab sosial dan lingkungan perusahaan

yang menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian

terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan.4

Sementara itu terdapat pendapat lain yang juga menjelaskan

bahwa TJSL merupakan sebuah komitmen perusahaan untuk

melaksanakan kewajibannya didasarkan atas keputusan untuk

mengambil kebijakan dan tindakan dengan memerhatikan para

stakeholder dan lingkungan dimana perusahaan melakukan

aktifitasnya yang berlandaskan pada ketentuan hukum yang

berlaku.5

Dari definisi TJSL di atas, maka dapat penulis simpulkan

bahwa yang dimaksud dengan tanggungjawab sosial dan

3
Edi Suharto, Membangun Masyakarat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2009) hlm-105.
4
Ardianto dan Machfudz, Efek Kedermawanan Pebisnis dan CSR, (Jakarta: Elek
Media Komputindo, 2011) Hlm-34
5
Wahyudi dan Busyra Azheri, Corporate Social. Responsibility: Prinsip, Pengaturan
dan Implementasi, (Malang: In-Trans. Publishing. Diharti, 2008) Hlm.36

20
lingkungan perusahaan merupakan komitmen perusahaan untuk

menciptakan kesejahteraan di wilayah kerja perusahaan tersebut

dengan tetap mengedepankan kepentingan ekonomi, sosial dan

lingkungan.

2. Sejarah Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan

Sejarah Tanggung jawab Sosial dunia terbagi atas beberapa

fase. Untuk fase pertama pertanggungjawaban sosial perusahaan

kepada masyarakat bermula di Amerika Serikat sekitar tahun 1900

atau lebih dikenal sebagai permulaan abad ke-19. Pada waktu itu

Amerika sedang dalam pertumbuhan yang begitu pesat, ditandai

dengan banyaknya perusahaan-perusahaan raksasa yang muncul

dan hidup berdampingan dengan masyarakat. Pada saat itu,

banyak perusahaan besar menyalahgunakan kuasa mereka dalam

hal diskriminasi harga, menahan buruh dan prilaku lainya yang

menyalahi moral kemanusiaan. Dengan kata lain, banyak

perusahaan yang berbuat semena-mena terhadap masyarakat.

Hal itu jelas membuat emosi masyarakat.

Fase kedua evolusi munculnya TJSL tercetus pada tahun

1930-an. Dimana pada waktu ini banyak protes yang muncul dari

masyarakat akibat ulah perusahaan yang tidak mempedulikan

masyarakat sekitarnya. Segala sesuatu hanya diketahui oleh

21
perusahaan. Ditambah kenyataan bahwa pada saat itu telah

terjadi resesi dunia secara besar-besaran yang mengakibatkan

pengangguran dan banyak perusahaan yang bangkrut. Pada masa

ini dunia berhadapan dengan kekurangan modal untuk input

produksinya. Buruh terpaksa berhenti bekerja, pengangguran

sangat meluas dan merugikan pekerjannya.

Saat itu timbul ketidakpuasan terhadap sikap perusahaan

yang tidak bertanggung jawab terhadap pekerjanya karena

perusahaan hanya diam dan tidak bisa berbuat apa-apa. Menurut

masyarakat pada masa ini perusahaan sama sekali tidak memiliki

tanggung jawab moral. Menyadari kemarahan masyarakat muncul

beberapa perusahaan yang meminta maaf kepada masyarakat

dan memberi beberapa jaminan kepada para karyawannya yang

dipecat.

Selain itu munculnya beberapa kasus upaya monopoli yang

dilakukan perusahaan-perusahaan besar juga sempat mewarnai

perjalanan perkembangan kegiatan TJSL di Indonesia. Sehingga

dalam menyelesaikan berbagai permasalahan di atas dibutuhkan

peran pemerintah yang lebih besar.6

6
Vegyta Ramadhani Putri, HUKUM BISNIS Konsep dan Kajian Kasus, Kajian
Perbandingan Hukum Bisnis Indonesia, Uni Eropa, dan Amerika Serikat, (Yogyakarta:
Setara Prees, 2014) hlm-20

22
3. Manfaat Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan

Suatu perusahaan dalam menjalankan program TJSL, harus

memberikan perhatian kepada tiga 3 (tiga) hal yaitu laba,

lingkungan dan masyarakat. Laba perusahaan, dapat memberikan

deviden bagi pemegang saham dengan mengalokasikan sebagian

laba yang didapatkan guna membiayai pertumbuhan dan

pengembangan usaha di masa depan, serta membayar pajak

kepada pemerintah. TJSL dapat dipandang sebagai aset strategis

dan kompetitif bagi perusahaan di tengah iklim bisnis yang

semakin sarat kompetisi.

Perusahaan yang menerapkan TJSL, diharapkan tidak hanya

mengejar keuntungan jangka pendek namun juga turut

berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup

masyarakat dan lingkungan sekitar dalam jangka panjang.

Terdapat berbagai manfaat yang dapat diperoleh dalam

menjalankan TJSL khususnya dilihat dari sisi perusahaan yaitu:

a. Mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan yang

tidak pantas yang diterima perusahaan;

b. Sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan

dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis;

c. Keterlibatan dan kebanggaan karyawan, karena karyawan

akan merasa bangga bekerja pada perusahaan yang memiliki

23
reputasi yang baik, yang secara konsisten melakukan upaya-

upaya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan dan

kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

d. TJSL yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu

memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan

dengan para stakeholder-nya. Meningkatkan penjualan seperti

yang terungkap dalam riset Roper Search World wide, yaitu

bahwa konsumen akan lebih menyukai produk-produk yang

dihasilkan oleh perusahaan yang konsisten menjalankan

tanggung jawab sosialnya sehingga memiliki reputasi yang

baik.7 (A.B. Susanto, 2009: 14-15).

Sementara itu, ada pendapat lain yang menjelaskan bahwa

manfaat eksternal dan internal yang dapat diperoleh perusahaan

dari penerapan TJSL sebagai berikut adalah:8

a. Manfaat internal

1) Penerapan TJSL akan meningkatkan reputasi perusahaan

sebagai badan hukum yang mengemban dengan baik

pertanggungjawaban secara sosial. Hal ini menyangkut

pemberian pelayanan yang baik kepada pihak eksternal

atau pemangku kepentingan eksternal.

7
A.B. Susanto, Reputation Driven Corporate Social Responsibility Pendekatan
Startegic Management Dalam CSR, (Jakarta: Erlangga, 2009) Hlm. 14-15
8
Mursitama, Tirta N., Hasan, M. Fadhil, Fakhrudin, Iman Y., Corporate Social
Responsibility (CSR) di Indonesia Teori dan Implementasi. Institut for Development of
Economics and Finance (INDEF). (Jakarta: 2011) Hlm 27

24
2) TJSL merupakan satu bentuk differensiasi produk yang

baik, artinya sebuah produk yang memenuhi persyaratan-

persyaratan ramah lingkungan dan merupakan hasil dari

perusahaan yang bertanggungjawab secara sosial. Sangat

diperlukan kesesuaian antara berbagai aktifitas sosial

dengan karakteristik perusahaan yang juga khas.

Karakteristik ini mempunyai ekspektasi dari para

pemangku kepentingan tentang bagaimana seharusnya

perusahaan bertindak.

3) Melaksanakan TJSL dan membuka kegiatan TJSL secara

publik merupakan instrument untuk komunikasi yang baik

dengan khalayak. Pada gilirannya semua akan membantu

menciptakan reputasi image perusahaan yang lebih baik.

Hal tersebut, akan membantu perusahaan dan para

karyawannya dalam membangun keterikatan dengan

komunitas secara lebih kohensif dan ter-integrasi.

4) Kontribusi TJSL terhadap kinerja perusahaan akan dapat

terwujud paling tidak dalam dua bentuk. Pertama, dampak

positif yang timbul sebagai insentif (rewards) atas tingkah

laku positif dari perusahaan. Kontribusi ini sering disebut

sebagai kesempatan (opportunities). Kedua, kemampuan

perusahaan untuk mencegah munculnya konsekuensi dari

25
tindakan yang buruk atau dikenal sebagai “jaring

pengaman” atau safety nets bagi perusahaan.9

b. Manfaat eksternal

1) Pengembangan aktifitas yang berkaitan dengan sumber

daya manusia. Aktifitas tersebut butuh praktik-praktik

ketenagakerjaan yang bertanggung jawab sosial.

2) Adanya pencegahan polusi dan reorganisasi pengelolaan

proses produksi dan aliran bahan baku, serta hubungan

dengan pemasok berjalan dengan baik. Muaranya adalah

peningkatan performa lingkungan perusahaan.

3) Menciptakan budaya perusahaan, kapabilitas sumber daya

manusia, dan organisasi yang baik.

4) Kinerja keuangan perusahaan, terutama harga saham bagi

perusahaan yang telah go public, menjadi lebih baik.

4. Alasan Perusahaan Melaksanakan Tanggungjawab Sosial dan

Lingkungan Perusahaan

TJSL sebelumnya diberlakukan oleh banyak perusahaan yang

tidak memerhatikan tanggung jawab sosial dan lingkungan

beroperasi di bawah standar etika perburuhan. Seperti Nike

sebuah perusahaan sepatu berskala internasional yang dahulu

9
Ibid. Hlm 30

26
telah melakukan pemerasan kepada buruh di negara-negara

berkembang. Tindakan yang tidak etis ini tentu saja kontra

produktif karena bisa saja masyarakat melakukan pemboikotan

produk dan melarang perusahaan tersebut beroperasi. 10

Dari fakta tersebut, maka wajar saja ketika ada beberapa

alasan bagi suatu perusahaan dalam menerapkan TJSL di

lingkungannya, yaitu penerapan TJSL dengan cara memenuhi

tanggung jawab ekonomis, tanggung jawab legal (hukum),

tanggung jawab etis dan tanggung jawab filantropis.

a. Tanggung jawab ekonomis

Motif utama perusahaan dalam melaksanakan TJSL tetap

berujung pada keuntungan. Perusahaan melakukan program

TJSL untuk menarik simpati masyarakat dengan membangun

image positif bagi perusahaan yang tujuan akhirnya pada

peningkatan profit agar perusahaan dapat terus hidup

(survive) dan berkembang.

b. Tanggung jawab hukum

Perusahaan harus taat hukum dalam proses mencari

laba, perusahaan tidak boleh melanggar kebijakan dan hukum

yang telah ditetapkan pemerintah. Apabila perusahaan tidak

melaksanakan TJSL akan dikenai sanksi sesuai dengan

10
Azizah, Hukum Perseroan Terbatas, (Malang: Setara Press, 2016) Hlm 104

27
peraturan yang berlaku dalam Pasal 34 Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dapat

dikenai sanksi berupa:

1) Peringatan tertulis
2) Pembatasan kegiatan usaha
3) Pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanam
modal; atau
4) Pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanam
modal

c. Tanggung jawab etis

Perusahaan memiliki kewajiban untuk menjalankan

praktik bisnis yang baik, benar, adil dan fair. Norma-norma

yang ada di tengah masyarakat perlu menjadi rujukan bagi

perilaku organisasi perusahaan.

Dengan memperhatikan norma-norma tersebut, maka

diharapkan terciptanya sebuah sinergitas yang baik diantara

keduanya dan tercapainya target perusahaan.

d. Tanggung jawab filantropis

Selain perusahaan harus taat hukum, memperoleh laba,

dan berperilaku etis, perusahaan dituntut agar dapat

memberikan kontribusi yang dapat dirasakan langsung oleh

masyarakat. Sebagai pihak luar yang beroperasi di wilayah

orang lain, maka ikut serta menjaga kesejahteraan ekonomi

masyarakat dan juga menjaga lingkungan dari kerusakan yang

ditimbulkan.

28
Keempat jenjang TJSL tersebut, perlu dipahami sebagai

satu kesatuan. Walaupun kesalahan interpretasi umumnya

kerap terjadi dimana muncul argumen bahwa laba yang harus

diutamakan. Tetapi kegiatan mencari keuntungan atau laba

hendaknya dikaitkan atau tidak terlepas dari kegiatan lainnya,

seperti megembangkan masyarakat. Pada saat ini, TJSL bukan

lagi hanya sekedar kegiatan philanthropy konvensional,

memberikan dana untuk sejumlah tujuan yang baik diakhir

tahun saat pembukuan selesai.

Secara luas, TJSL juga diartikan sebagai bentuk

konstribusi perusahaan terhadap lingkungan di sekitar

mereka, untuk kegiatan bekerja yang lebih baik, untuk

komitmen perusahaan terhadap komunitas lokal dan

pengakuan atas brand names perusahaan yang tidak hanya

bergantung pada kualitas, harga dan keunikan yang mereka

miliki, namun juga pada interaksi perusahaan dengan tenaga

kerja yang dimilikinya, komunitas dan lingkungan secara

kumulatif.11

Terdapat tiga alasan penting mengapa suatu perusahaan

harus melaksanakan TJSL. Hal ini, khususnya terkait dengan

perusahaan ekstraktif antara lain:

11
Chuck Williams, Manajemen, (Jakarta: Salemba Empat, 2001) Hlm. 123

29
Pertama, perusahaan merupakan bagian dari masyarakat

dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan

kepentingan masyarakat. Perusahaan harus menyadari bahwa

mereka beroperasi dalam satu tatanan lingkungan

masyarakat. Kegiatan sosial berfungsi sebagai kompensasi

atau upaya timbal balik atas penguasaan sumber daya alam

atau sumber daya ekonomi oleh perusahaan yang kadang

bersifat ekspansif dan eksploratif, disamping sebagai

kompensasi sosial karena timbul keresahan pada masyarakat.

Kedua, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya

memiliki hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme.

Tujuannya adalah untuk mendapatkan dukungan dari

masyarakat, setidaknya izin untuk melakukan operasi yang

sifatnya kultural. Wajar bila perusahaan juga dituntut untuk

memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, sehingga

bisa tercipta harmonisasi hubungan bahkan pendongkrakan

citra dan performa perusahaan.

Ketiga, kegiatan TJSL merupakan salah satu cara untuk

meredam atau bahkan menghindarkan konflik sosial. Potensi

konflik itu bisa berasal akibat dari dampak operasional

perusahaan atau akibat kesenjangan struktural dan ekonomis

30
yang timbul diantara masyarakat dengan komponen

perusahaan.12

5. Sustainability dalam Pelaksanaan Tanggungjawab Sosial dan

Lingkungan Perusahaan

TJSL erat kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan.

Kata pembangunan berkelanjutan merupakan terjemahan dari

bahasa inggris, yaitu sustainabel development yang diartikan

sebagai proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat,

dan sebagaimana) yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang

tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa

depan.13

Satu terobosan besar perkembangan TJSL seperti yang

dikemukakan oleh John Eklington (1997) yang terkenal dengan

“The Triple Botton Line” yang dimuat dalam buku “Canibalts with

Forks the Triple Botton Line of Twentieth Century Business”.

Konsep tersebut mengakui jika perusahaan ingin sustainable maka

perlu memperhatikan (3P) yaitu bukan hanya profit yang diburu,

namun juga harus memberikan kontribusi positif kepada

12
Yusuf Wibisono, Membedah Konsep & Aplikasi CSR (Corporate Social
Responsibility), (Jakarta: PT Gramedia, 2007) Hlm. 78
13
Rachman, Nurdizal M., Asep Efendi, and Emir Wicaksana, Op. Cit, Hlm-15

31
masyarakat (people) dan ikut serta dalam menjaga kelestarian

lingkungan (planet).

`
Ekonomi
Profit

Sosial Lingkungan
People Planet

Konsep triple botton line tersebut merupakan kelanjutan dari

konsep sustainable development yang secara eksplisit telah

mengaitkan antara dimensi tujuan dan tanggung jawab baik

kepada shareholder maupun stakeholder.14

Penerapan TJSL merupakan strategi bisnis yang bertujuan

untuk menjaga kelangsungan dan keberlanjutan perusahaan.

Untuk menjamin kelangsungan dan keberlanjutan sebuah

perusahaan, maka perusahaan tersebut harus memerhatikan

semua aspek yang meliputi sustainability ekonomi, sosial, dan

lingkungan atau disebut juga triple bottom line.

Sedangkan Sustainability Reporting adalah pelaporan

mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh

14
Nor Hadi, Corporate Social Responsibility, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011)
Hlm.56

32
dan kinerja organisasi dan produknya dalam konteks

pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Informasi

yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan

menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure),

yang merupakan pengungkapan minimum yang diungkapkan

(diwajibkan peraturan) dan pengungkapan sukarela (voluntary

disclosure) yang merupakan pengungkapan yang tidak diwajibkan

oleh peraturan yang berlaku, di mana perusahaan bebas memilih

jenis informasi yang diungkapkan yang sekiranya dapat

mendukung dalam mengambil keputusan.15

6. Prinsip-Prinsip dalam pelaksanaan Tanggungjawab Sosial dan

Lingkungan Perusahaan

Bahwa prinsip-prinsip TSP menjadi 3 (tiga) yaitu:16

a. Sustainability, berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam

melakukan aktifitas (action) tetap memperhitungakan

keberlanjutan sumberdaya di masa depan.

b. Accountability, merupakan upaya perusahaan terbuka dan

bertanggung jawab atas aktifitas yang telah diilakukan.

15
Totok Mardikanto, CSR Corporate Social Rensponsibility (Tanggungjawab
social korporasi), (Bandung: Alfabeta, 2017), Hal 30
16
Ibid. Hlm 59

33
c. Transparency, merupakan prinsip penting bagi pihak

eksternal. Transparansi merupakan satu hal yang amat

penting bagi pihak eksternal, berperan untuk mengurangi

asimetri informasi, kesalah pahaman khususnya informasi dan

pertanggungjawaban berbagai dampak dari lingkungan.

7. Pendekatan Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan

Mengingat adanya perbedaan pendapat, tidaklah

mengherankan jika korporasi menerapkan sejumlah pendekatan

dalam penerapan tanggung jawab sosial dan lingkungan

perusahaan. Adapun sikap yang dapat diambil oleh suatu

organisasi berkaitan dengan kewajibannya kepada masyarakat

antara lain:17

a. Sikap obsruktif

Pendekatan terhadap tanggung jawab sosial yang

melibatkan tindakan seminimal mungkin dan mungkin

melibatkan usaha-usaha menolak atau menutupi pelanggaran

yang dilakukan. Sedikit organisasi yang mengambil apa yang

disebut sebagai sikap obstruktif (obstructionist stance)

terhadap tanggung jawab sosial yang biasanya melakukan

17
Widjaja Tunggal Amin, Dasar-Dasar Customer Relationship Manajement (CRM),
(Jakarta: Harvindo, 2008)Hlm. 66

34
usaha seminimal mungkin untuk memecahkan masalah-

masalah sosial atau lingkungan.

Apabila mereka menghadapi batasan etis atau legal yang

memisahkan praktik yang dapat diterima dari praktik-praktik

yang tidak dapat diterima, tanggapan mereka biasanya

menolak atau menyembunyikan tindakan mereka. Perusahaan

yang menganut pendapat ini tidak terlalu peduli dengan

perilaku etis dan umunya sedapat mungkin akan

menyembunyikan tindakannya yang salah.

b. Sikap Defensif

Pendekatan tanggung jawab sosial yang ditandai dengan

perusahaan hanya memnuhi persyaratan hukum secara

minimum atas komitmennya terhadap kelompok dan individu

dalam lingkungan sosialnya. Sikap difensif (defensive stance)

organisasi akan melakukan apa saja yang dipersyaratkan oleh

peraturan hukum tetapi tidak lebih dari itu.

Para manager yang mengambil sikap defensif itu merasa

pekerjaan mereka adalah untuk menghasilkan laba.

Perusahaan seperti itu, akan memasang peralatan pengendali

polusi sesuai dengan yang disyaratkan oleh undang-

undang, tetapi tidak akan memasang peralatan yang

35
berkualitas tinggi walaupun alat tersebut dapat lebih

membatasi polusi.

c. Sikap Akomodatif

Pendekatan tanggung jawab sosial yang diterapkan

suatu perusahaan dengan melakukannya apabila diminta,

melebihi persyaratan hukum minimum dalam komitmennya

terhadap kelompok dan invidu dalam lingkungan sosialn. Sikap

akomodatif (accomodative stance) memenuhi persyaratan

hukum dan etisnya tetapi mau bertindak lebih jauh pada saat-

saat tertentu.

Perusahaan seperti itu sukarela setuju untuk berperan

dalam program-program sosial, tetapi pencari sumbangan

harus terlebih dahulu meyakinkan mereka bahwa program

tersebut bermanfaat bagi mereka.

d. Sikap Proaktif

Pendekatan tanggung jawab sosial yang diterapkan

suatu perusahaan, yaitu secara aktif mencari peluang untuk

menyumbang demi kesejahteraan kelompok dan individu

dalam lingkungan sosialnya. Tingkatan tertinggi tanggung

jawab sosial yang dapat diperlihatkan suatu perusahaan

adalah sikap proaktif (proactive stance).

36
Perusahaan yang menerapkan pendekatan itu sungguh-

sungguh melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Mereka

melihat dirinya sebagai warga masyarakat dan secara proaktif

mencari kesempatan untuk menyumbang. Cara yang paling

umum dan langsung untuk melaksanakan sikap tersebut

adalah dengan cara mendirikan yayasan yang dapat

menyalurkan dukungan finansial langsung bagi program

sosial.

8. Model Penerapan Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan

Perusahaan

Ada empat model pola penerapan TJSL yang diterapkan oleh

perusahaan-perusahaan di Indonesia :18

a. Keterlibatan Langsung

Perusahaan menjalankan program tanggungjawab sosial

dan lingkungan perusahaan TJSL secara langsung dengan

menyelengarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan

sumbangan ke masyarakat tanpa perantara.

b. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan

Perusahaan mendirikan yayasan sendiri dibawah

perusahaan atau grupnya. Model ini merupaka adopsi dari

18
Saidi dan Abidin, Corporate Social Responsibility, (2004) Hlm. 64-65

37
model yang lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan di

negara maju.

c. Bermitra dengan pihak lain

Perusahaan menyelenggarakan TJSL melalui kerjasama

dengan lembaga sosial atau organisasi pemerintah, Instansi

Pemerintah, Universitas atau media masa, baik dalam

mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan

sosialnya.

d. Mendukung atau bergabung dalam suatu Konsorsium

Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau

mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan

sosial tertentu.

9. Komponen Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan

Meskipun belum ada standar baku TJSL, unsur-unsur TJSL

perusahaan terus mengalami perkembangan seiring dengan

perkembangan masyarakat, globalisasi, dan pasar bebas. The

World Bank Institute menjabarkan bahwa komponen TJSL

diantaranya sebagai berikut:

a. Proteksi Lingkungan

Tanggung jawab lingkungan ditekankan pada

menemukan cara penggunaan sumber daya alam secara

38
berkelanjutan untuk mengurangi dampak operasionalisasi

perusahaan terhadap lingkungan.

b. Jaminan Kerja

Terkait dengan kebebasan berserikat bagi pekerja dan

pengenalan secara efektif terhadap hak dan kewajiban

pekerja, khususnya hak untuk berunding secara kolektif.

c. Hak Asasi Manusia

Pengembangan tempat kerja yang bebas dari

diskriminasi dengan mengedepankan etika professional yang

memperhatikan kreativitas, pembelajaran, dan keseimbangan

antara pekerjaan aspek lain di luar pekerjaan.

d. Keterlibatan dalam komunitas

Merupakan tindakan perusahaan untuk mengoptimalkan

dampak dari donasi uang, waktu, produk, jasa,pengaruh,

pengetahuan manajemen dan sumber daya lainnya pada

masyarakat di mana perusahaan tersebut beroperasi.

e. Standar bisnis

Standar ini meliputi aktifitas perusahaan secara luas

seperti etika, imbalan keuangan, perlindungan lingkungan,

standar kerja, dan HAM.

39
f. Pasar

Mencakup aktivitas bisnis secara yang menggambarkan

hubungan antara perusahaan dengan konsumen, yang antara

lain meliputi etika pemasaran, penetapan harga, pengenalan

produk, kualitas dan keamanan produk.

g. Pengembangan ekonomi dan badan usaha

Dalam menjalankan usahanya, perusahaan harus

memperhatikan daya saing, pengembangan usaha kecil dan

menengah (UKM) lokal, kewiraswastaan, pemberdayaan

ekonomi masyarakat, dan keuangan mikro.

h. Proteksi Kesehatan

Di banyak negara industri, tempat kerja dikenal sebagai

tempat penting untuk melakukan promosi kesehatan,

sehingga perusahaan dapat berperan sebagai mitra

pemerintah dalam pengembangan kesehatan.

i. Pengembangan kepemimpinan dan pendidikan

Perusahaan dapat memberikan kontribusi kepada

masyarakat sekitar dengan memberikan akses pendidikan,

sehingga perusahaan dapat memberikan dampak positif pada

proses pemberdayaan melalui standar pengembangan

kepemimpinan dan pendidikan dalam perusahaan dan

menularkan praktik-praktik terbaik kepada mitra perusahaan

40
yang masih berada dalam tingkat perekonomian berkembang

atau transional.

j. Bantuan bencana kemanusiaan

Kerjasama antara perusahaan dengan pemerintah,

masyarakat dan LSM memegang peran penting dalam

mendukung operasi bencana kemanusiaan. Perusahaan

diharapkan dapat menerapkan konsep "respon proaktif" dan

memusatkan pada tindakan pencegahan melalui upaya

pemberdayaan.19

ISO 26000 Guidance standard on social responsibility

secara konsisten mengembangkan TSP. Ruang lingkup social

responsibility mencakup 7 (tujuh) isu pokok yaitu:20

1) Pengembangan masyarakat;

2) Konsumen

3) Praktek kegiatan institusi yang sehat;

4) Lingkungan

5) Ketenagakerjaan

6) Hak asasi manusia

7) Organizational governance.

19
Jimmy Tanaya, Tanggung Jawab Sosial Korporasi, (Jakarta: Widya Sari, 2004)
Hlm. 46
20
Yusuf Wibisono, Op. Cit. Hlm. 47

41
Selain itu, bentuk program TSP yang umumnya diterapkan

oleh perusahaan memiliki 2 (dua) orientasi yaitu:

1) Internal, yaitu TSP yang berbentuk tindakan atas program

yang diberikan terhadap komunitas.

2) Eksternal, yaitu TSP yang mengarah pada tipe ideal yang

berupa nilai dalam perusahaan yang dipakai untuk

menerapkan atau mewujudkan tindakan-tindakan yang

sesuai keadaan sosial terhadap komunitas sekitarnya21

10. Tahap-Tahap Mengelola Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan

Perusahaan

Implementasi TJSL yang dilakukan oleh masing-masing

perusahaan sangat bergantung kepada misi, budaya, lingkugan

dan profil resiko serta kondisi operasional masing-masing

perusahaan. Banyak perusahaan yang telah melibatkan diri dalam

aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan pelanggan, karyawan,

komunitas dan lingkungan sekitar, merupakan titik awal yang baik

menuju TJSL yang lebih luas. Pelaksanaan TJSL dapat

dilaksanakan menurut prioritas yang didasarkan pada ketersediaan

sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Umumnya

perusahaan yang menerapkan TJSL menggunakan 4 (empat)

21
Arif Budimanta, Corporate Social Responsibility Alternatif bagi Pembangunan
Indonesia, (Jakarta: ICSD, 2008) Hlm. 57.

42
tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap implementasi, tahap

evaluasi dan tahap pelaporan.

a. Tahap perencanaan

Gagal dalam perencanaan sama artinya dengan

merencanakan untuk gagal. Istilah ini rasanya tepat untuk

menggambarkan pentingnya sebuah perencanaan.

Perencanaan terdiri atas tiga langkah yaitu:

1) Awareness Bulding

Merupakan langka awal untuk membangun

kesadaran arti pentingnya TJSL dan komitmen

manajemen. Upaya ini dapat dilakukan atara lain melalui

seminar, lokakarya, Diskusi kelompok dan lain-lain.

2) TJSL Assessement

Merupakan upaya untuk memetakan kondisi

perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu

mendapatkan prioritas, perhatian dan langkah-langkah

yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang

kondusif bagi penerapan TJSL secara efektif.

3) TJSL manual building

Merupakan pedoman implementasi dari hasil

assesment yang telah dilakukan. Upaya yang harus

dilakukan antara lain melalui benchmarking (mempelajari

43
program TJSL dari perusahaan lain yang dinilai lebih

sukses dalam implementasi program ini), menggali dari

referensi atau bagi perusahaan yang menginnginkan

langkah instan, penyusunan manual ini dapat dilakukan

dengan meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar

perusahaan.

Penyusunan manual TJSL dibuat sebagai acuan,

pedoman dan panduan dalam mengelola kegiatan

perusahan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan

kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindakan

seluruh elemen perusahaan guna terciptanya pelaksanaan

program yang terpadu, efektif dan efisien.

b. Tahap implementasi

Tahapan implementasi terdiri dari 3 (tiga) langkah utama

yaitu:

1) Sosialisasi

Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan kepada

komponen perusahaan mengenai berbagai aspek yang

terkait dengan implementasi TJSL khususnya mengenai

pedoman penerapan TJSL dengan tujuan untuk

mendapatkan dukungan penuh seluruh komponen

perusahaan.

44
2) Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada dasarnya

harus sejalan dengan pedoman TJSL yang ada,

berdasarkan roadmap yang telah disusun.

3) Internalisasi

Internalisasi adalah tahap jangka panjang mencakup

upaya-upaya untuk memperkenalkan TJSL di dalam

seluruh proses bisnis perusahaan seperti melalui sistem

manajemen kinerja.

c. Tahap Evaluasi

Setelah program TJSL diimplementasikan, langkah

berikutnya adalah evaluasi program. Tahap evaluasi adalah

tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari waktu

kewaktu untuk mengukur sejauh mana efektifitas penerapan

TJSL. Evaluasi bukan tindakan untuk mencari-cari kesalahan

atau mencari kambing hitam.

Evaluasi justru dilakukan untuk pengambilan keputusan

Misalnya, keputusan untuk menghentikan, melanjutkan atau

memperbaiki dan mengembangkan aspek-aspek tertentu dari

program yang telah diimplementasikan. Evaluasi juga bisa

dilakukan dengan meminta pihak independen untuk

45
melakukan audit implementasi atau praktik TJSL yang telah

dilakukan.

Langkah ini tak terbatas pada kepatuhan terhadap

peraturan dan prosedur oprerasi standar tetapi juga

mencakup pengendalian resiko perusahaan. Evaluasi dalam

bentuk assessment audit atau scoring juga dapat dilakukan

secara mandatori misalnya seperti yang diterapkan di

lingkungan BUMN, untuk beberapa aspek penerapan TJSL.

Evaluasi tersebut juga dapat membantu perusahaan

tersebut utuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta

pencapaian perusahaan dalam implementasi TJSL sehingga

dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu

berdasarkan rekomendasi yang diberikan.

d. Pelaporan

Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem

informasi baik untuk proses pengembalian keputusan maupun

keperluan keterbukaan informasi material dan relefan

mengenai perusahaan. Selain berfungsi untuk keperluan

shareholder juga untuk stakeholder lainnya yang memerlukan

informasi tersebut. Perusahaan bebas menentukan bentuk

46
atau format reporting yang dibuatnya karena memang standar

baku yang ditentukan22

Menurut Princes of wales foundation ada 5 (lima)

hal penting yang dapat mempengaruhi implementasi TJSL

yaitu:23

1) Human Capital

Salah satu tujuan TSP adalah untuk pemberdayaaan

masyarakat, bukan malah memperdayai masyarakat.

Pemberdayaan bertujuan mengkreasikan masyarakat yang

lebih mandiri.

2) Environments

Perusahaan harus bisa berupaya agar limbah pabrik

tidak dibuang di lingkungan sekitar yang dapat mencemari

lingkungan perusahaan yang berada di tengah lingkungan

masyarakat.

3) Good Corperate Governance

Merupakan mekanisme bagaimana sumber daya

perusahaan dialokasikan menurut aturan hak dan

kewajiban.

22
Yusuf Wibisono, Op.Cit. Hlm. 121-125.
23
Kasumbogo Untung, Kebijakan Perlindungan Tanaman, (Yogyakarta: UGM,
2007) Hlm. 9

47
4) Social Cohesion

Jangan sampai dalam pelaksanaan TJSL malah

menimbulkan kecemburuan sosial.

5) Economic Stength

Memberdayakan lingkungan menuju kemandirian

dibidang ekonomi

11. Peraturan Perundang-Undangan Terkait Tanggungjawab Sosial

dan Lingkungan Perusahaan

Kajian terhadap peraturan perundang-undangan ini dimak-

sudkan untuk mengetahui kondisi hukum atau peraturan

perundang-undangan yang mengatur mengenai substansi atau

materi yang akan diatur. Dalam kajian ini akan diketahui posisi

dari peraturan daerah yang baru. Analisis ini akan

menggambarkan sinkronisasi, harmonisasi peraturan perundang-

undangan yang ada serta posisi dari peraturan daerah untuk

menghindari terjadinya tumpang tindih pengaturan.24

Sebelum disahkannya ketentuan TJSL dalam peraturan

perundang-undangan, terdapat enam hal yang menjadi dasar

pelaksanaan tanggungjawab sosial di Indonesia. Keenam hal

tersebut yakni sukarela (voluntary), gotong royong, kepedulian

24
Lina Maulidina, Pengaturan CSR Menuju Pembangunan Berkelanjutan,
(Lampung: Aura, 2018) Hlm-41

48
yang berpijak pada cinta kasih terhadap sesama, keikhlasan untuk

membantu, kejujuran (honesty), dan keadilan sosial yang berpijak

pada kejujuran.

Pelaksanaan TJSL yang pada mulanya bersifat sukarela ini

menimbulkan penafsiran yang bebas di benak pengusaha.

Kegiatan TJSL dilaksanakan dengan didasarkan pada kepentingan

masing-masing perusahaan semata. Berangkat dari hal tersebut,

pengaturan TJSL menjadi dianggap penting di Indonesia. TJSL

yang pada awalnya merupakan tanggung jawab non-hukum,

sekarang berubah menjadi tanggung jawab hukum (liability).25

Saat ini ada beberapa aturan hukum baik yang secara tegas

atau eksplisit maupun yang implisit yang mewajibkan perusahaan

tertentu melaksanakan aktivitas TJSL, serta satu panduan

(guidance) internasional mengenai tanggungjawab berkelanjutan

(sustainability responsibility), diantaranya:26

a. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas

Pada awalnya dasar hukum perseroan terbatas pada

awalnya diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995

tentang Perseroan Terbatas, tetapi belum mengatur

25
Sitepu Yovita Sabarina, Pelaksanaan Corporate Social Resposibility (CSR) di
Indonesia. Jurnal Perspektif. Volume 1.No 1. Oktober 2008, (Sumatra: USU) Hlm. 37
26
Rahmatullah, CSR dan Kepentingan Pemerintah Daerah, http://www.
rahmatullah.net/2011/05/csr-dan-kepentingan-pemerintah-daerah.html, Diakses pada
tanggal 9 Mei 2021

49
mengenai TSP, dengan diundangkannya Undang-undang

Nomor 40 Tahun 2007 yang menggantikan Undang-undang

Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan terbatas telah diatur

mengenai ketentuan TJSL yang termuat dalam Pasal (74)

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas yang berbunyi sebagai berikut:

1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang


dan/atau yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) merupakan kewajiban
perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai
biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan
memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial
dan lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.

Penjelasan dalam Pasal 74 ayat (1) Undang-undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang

dimaksud dengan “Perseroan yang menjalankan kegiatan

usahanya di bidang dan/atau yang berkaitan dengan sumber

daya alam” adalah perseroan yang tidak mengelola dan tidak

memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya

berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam.

Penjelasan Pasal 74 ayat (2) Undang-undang Nomor 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang dimaksud

50
dengan “dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan” adalah dikenai segala bentuk sanksi

yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang

terkait. Seperti yang telah diuraikan di atas, meskipun

perusahaan tidak secara langsung melaksanakan eksploitasi

sumber daya alam tetapi selama usahanya berdampak pada

fungsi kemampuan sumber daya alam maka perusahaan

tersebut wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan

lingkungan.

Pada Pasal 74 Ayat (1) Undang-undang Nomor 40

tentang Perseroan Terbatas jelas disebutkan bahwa kewajiban

pelaksanaan TJSL bagi perusahaan yang menjalankan

kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan

sumber daya alam ini tidak hanya melihat pada bisnis inti

(core business) dari perusahaan tersebut.27

Walaupun perusahaan tersebut tidak secara langsung

melaksanakan eksploitasi sumber daya alam, tetapi selama

kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan

sumber daya alam, maka perusahaan tersebut wajib

melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Hal ini berarti

27
Gunawan Widjaja dan Yameria Ardi Pratama, Risiko Hukum dan Bisnis
Perusahaan Tanpa CSR Gunawan Widjaja, Yeremia Ardi Pratama, (Jakarta: Jakarta
Forum Sahabat, 2008) Hlm. 95

51
bahwa, baik perusahaan pertambangan, industri perkayuan,

industri makanan, yang dalam usahanya berhubungan

langsung dengan sumber-sumber daya alam, maupun rumah

sakit, perusahaan telekomunikasi, perbankan, percetakan dan

perusahaan-perusahan lain yang secara tidak langsung

menggunakan dan berdampak pada sumber daya alam dalam

kegiatan usahanya, wajib melaksanakan TSP.

Berdasarkan ketentuan Pasal 74 ayat (2) Undang-undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan

diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang dilakukan

dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Setidaknya

ada 2 (dua) hal yang perlu dikaji dari susunan kalimat di atas,

yaitu sebagai berikut:

1) Pertama

Kewajiban perseroan yang dianggarkan dan

diperhitungkan sebagai biaya perseroan. Ada kata

“dianggarkan” dan “diperhitungkan” sebagai biaya

perseroan. “Dianggarkan” memiliki makna bahwa biaya

untuk TJSL sudah “direncanakan” sejak awal tahun oleh

suatu perseroan, sedangkan “diperhitungkan” adalah

biaya yang nyata-nyata dikeluarkan oleh suatu perseroan

52
untuk TJSL baik direncanakan atau tidak. Biaya yang

dikeluarkan secara nyata untuk TJSL dapat saja lebih

besar atau lebih kecil dari biaya yang dianggarkan.

2) Kedua

“Yang pelaksanaannya dilakukan dengan

memperhatikan kepatutan dan kewajaran”. Kata

“memperhatikan kepatutan dan kewajaran”, tidak

memberikan kejelasan parameter mengenai jumlah

tertentu. Sehingga tidak ada nominal ataupun persentase

yang jelas berapa besar biaya yang harus dipersiapkan

oleh korporasi untuk melaksanakan TJSL.28

Selain itu, cara yang dapat digunakan dalam

menetukan anggaran untuk pelaksanaan TJSL dilakukan

dengan kepatutan dan kewajaran, yaitu dengan

pengertian bahwa biaya-biaya tersebut harus diatur

besarnya sesuai dengan manfaat yang akan dituju dari

pelaksanaan TJSL itu sendiri berdasarkan kemampuan

keuangan perusahaan.29

b. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal

28
Mukti Fajar dan Achmad Yulianto, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris, (Yogyakarta: UMY, 2010) Hlm. 302 – 303
29
Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, (Jakarta: Sinar Grafika,
2007) Hlm. 93 – 100

53
Pasal 15 (b) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007

tentang Penanaman Modal yang mengatur terkait TSP, yang

berbunyi setiap penanam modal berkewajiban:

Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan

Penjelasan Pasal 15 ayat (b) Undang-undang Nomor 25

Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang dimaksud

“tanggung jawab sosial perusahaan” adalah tanggung jawab

yang melekat pada setiap perusahaan penananam modal

untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang

dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya

masyarakat setempat.

Penjelasan dalam Pasal 1 angka (4) Undang-undang

Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang

dimaksud dengan “penanam modal” adalah perseorangan

atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang

dapat berupa penanam modal dalam negri dan penananm

modal asing.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang

Tanggung Jawab Sosial dan Linkungan Perseroan Terbatas

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012

tentang Tanggung Jawab Sosial dan Linkungan Perseroan

Terbatas merupakan peraturan pelaksana dari Pasal 74

54
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas. Pasal (2) Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun

2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Linkungan

Perseroan Terbatas disebutkan bahwa “setiap perseroan

selaku subjek hukum mempunyai tanggung jawab sosial dan

lingkungan”

Perseroan Terbatas memiliki kedudukan yang mandiri

yang oleh Undang-undang diberi “standi persona”. Perseroan

Terbatas dijadikan sebagai subyek hukum mandiri disamping

manusia selaku orang perorangan, yang kemudian dinamakan

sebagai “badan hukum”30

Subyek hukum ialah siapa yang dapat mempunyai hak

dan cakap untuk bertindak dalam hukum atau dengan kata

lain siapa yang cakap menurut hukum untuk bertindak.

Kondisi yang berkembang di masyarakat dewasa ini, subyek

hukum tidak hanya terbatas pada orang saja, tetapi ada hal

lain yang disebut sebagai badan hukum (rechts persoon).

Badan hukum (recht person) diartikan sebagai orang

(person) yang diciptakan oleh hukum yang dipandang sebagai

subyek hukum yang memiliki hak-hak dan kewajiban-

30
Rudhi Prasetya, Kedudukan mandiri perseroan terbatas, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 1996) Hlm. 28

55
kewajiban dalam melakukan perbuatan hukum layaknya

manusia31

Pasal (3) Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012

tentang Tanggung Jawab Sosial dan Linkungan Perseroan

Terbatas menyatakan bahwa:

Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal (2) menjadi kewajiban bagi
perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang
dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam
berdasarkan Undang-undang.

Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun

2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Linkungan

Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa “kewajiban

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan baik di

dalam maupun di luar lingkungan perseroan”

d. Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2011 tentang

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

Sebuah Peraturan Daerah ditingkat Provinsi yang

dikeluarkan sebagai payung hukum dalam pelaksanaan

Tanggungjawab Sosial Perusahaan diregional Jawa Timur.

Pada peraturan daerah jatim ini dijelaskan bahwa yang

dimaksud dengan tanggung jawab sosial perusahaan atau

dengan sebutan lain yang sudah dilaksanakan oleh

31
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Kitab undang-undang hukum perusahaan
jld. 3, (Bandung: Pradnya Paramita, 2002) Hlm. 1

56
perusahaan yang selanjutnya disingkat TJSL adalah Tanggung

Jawab yang melekat pada setiap perusahaan untuk tetap

menciptakan hubungan yang serasi, seimbang dan sesuai

dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat

setempat.

Dari Perda Jatim ini pula kita bisa menemukan sebuah

penjelasan akan perlunya dibentuk Forum Pelaksanan TJSL

yang dibentuk oleh perusahaan-perusahaan pelaksana TJSL

sebagai wadah komunikasi, konsultasi dan evaluasi

penyelenggaraan TJSL.

Perhatian khusus juga diberikan oleh Pemerintah Jawa

Timur kepada pemerintah daerah/kota yang di wilayahnya

tidak terdapat perusahaan atau terdapat perusahaan namun

dalam jumlah terbatas sehingga tidak memiliki, atau memiliki

program TJSL yang sangat kecil dapat mengajukan usulan

program TJSL kepada perusahaan atau forum pelaksana TJSL

dengan tembusan kepada Gubernur.

Dalam hal ini Gubernur akan menindak lanjuti setiap

usulan yang diajukan oleh pemerintah daerah/kota dengan

berkoordinasi dengan perusahaan-perusahaan pelaksanaan

TJSL atau Forum Pelaksana TJSL.

57
e. Peraturan Gurbernur Jawa Timur Nomor 52 Tahun 2012

Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi

Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab

Sosial Perusahaan.

Sebuah produk hukum yang dikeluarkan oleh Gubernur

Jawa Timur untuk melaksanakan ketentuan Pasal 22

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2011

tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan.

Pada Pergub ini kita juga dapat mengetahui bahwa untuk

mensinergikan Program TJSL dengan program Pemerintah

Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat

(3), Pemerintah Daerah Provinsi membentuk TF-TSP yang

anggotanya terdiri dari SKPD terkait.

f. Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo Nomor 1 Tahun

2014 tentang Pelaksanaan Program Tangungjawab Sosial dan

Lingkungan Perusahaan

Perda Kabupaten Probolinggo Nomor 1 Tahun 2014 ini

lahir didasarkan atas adanya kesadaran pemerintah bahwa

pelaksanaan pembangunan berkelanjutan sebagai upaya

untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran

masyarakat serta kelestarian fungsi lingkungan hidup

58
merupakan bagian integral dalam penyelenggaraan

Pemerintahan di Kabupaten Probolinggo.

Sehingga untuk mewujudkan perihal tersebut harus

dijalin hubungan sinergis antara Pemerintah Kabupaten

Probolinggo dengan para pelaku dunia usaha dan masyarakat

melalui pemanfaatan program Tanggungjawab Sosial dan

Lingkungan Perusahaan.

Pada pasal 1 ayat (7) dijelaskan bahwa

Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan yang


selanjutnya disebut Program TJSL, adalah tanggungjawab
yang melekat pada setiap perusahaan untuk tetap
menciptakan hubungan yang serasi, seimbang dan sesuai
dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat,
untuk berperan serta dalam pelaksanaan pembangunan
ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas
kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi
perusahaan sendiri, komunitas setempat, maupun
masyarakat pada umumnya.

Agar program TJSL yang diselenggarakan oleh pihak

perusahaan dapat terlaksana dengan baik dan tepat sasaran

serta sesuai dengan agenda prioritas pembangunan daerah

yang telah disusun oleh Pemerintah Kabupaten Probolinggo,

maka Pemerintah Kabupaten Probolinggo melakukan

pembinaan dan pengawasan yang dibantu oleh Sekretaris

Daerah selaku Pejabat yang ditunjuk mewakili Pemerintah

Daerah.

59
Selain itu, untuk menstimulus perkembangan program

TJSL oleh setiap perusahaan Pemkab Probolinggo berinisiatif

memberikan penghargaan kepada perusahaan yang

melakukan program TJSL sehingga setiap tahunnya Pemkab

Probolinggo melakukan penilaian terhadap perusahaan yang

melakukan program TJSL.

g. Peraturan Bupati Probolinggo Nomor 88 Tahun 2017 tentang

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1

Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Program Tanggungjawab

Sosial dan Lingkungan Perusahaan

Perbup Probolinggo Nomor 88 Tahun 2017 ini

merupakan dasar hukum utama bagi Forum Komunikasi

Tanggungjawab Sosial Perusahaan dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya. Dimana pada pasal 1 ayat (6) bisa

kita ketahui bahwa yang dimaksud dengan

Forum Komunikasi Tanggungjawab Sosial Perusahaan


yang selanjutnya disingkat FKTSP, adalah forum bagi
perusahaan penyelenggara TJSL dengan tujuan
melakukan fasilitasi perencanaan program, fasilitasi
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan dan
koordinasi dan kepentingan perusahaan penyelenggara
TJSL dan program prioritas pembangunan yang
dilaksanakan oleh Daerah

60
Kita juga dapat mengetahui bahwa yang bertangungjwab

untuk melaksanakan program TJSL sebagaimana yang

dijelaskan pada pasal 1 ayat (8)

Pelaksana TJSL, adalah perusahaan yang beroperasi di


daerah yang dalam peraturan perundang-undangan
diwajibkan melaksanakan Program TJSL, dan perusahaan
tersebut telah terdaftar sebagai mitra TJSL dengan
menunjuk atau bekerjasama dengan lembaga/kelompok
masyarakat/pihak ketiga dalam melaksanakan Program
TJSL nya.

B. Tinjaan Umum tentang Perseroan Terbatas

1. Pengertian Perseroan Terbatas

Pengaturan tentang Perseroan Terbatas semula diatur dalam

Kitab Undang-undang Hukum Dagang. Akan tetapi, ketentuan

tentang perseroan terbatas dalam kitab ini kemudian tidak berlaku

lagi setelah adanya Undang-undang Perseroan Terbatas yang

merupakan Undang-undang khusus mengatur tentang Perseroan

Terbatas.32

Perseroan Terbatas (Limited Liability Company, Naamloze

Vennootschap) merupakan bentuk yang begitu populer dari semua

bentuk usaha bisnis. Perseroan Terbatas masuk ke dalam ranah

Hukum Perusahaan yang mana penjelasan resmi tentang definisi

perusahaan tidak diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum

32
Munir Fuady, Perbandingan Hukum Perdata, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
2005), HLM. 36

61
Dagang.33 Selain itu Perseroan Terbatas juga merupakan

persekutuan yang modalnya terdiri atas saham-saham, dan

tanggung jawab persero bersifat terbatas pada jumlah nominal

dari pada saham-saham yang dimilikinya.34

Dijelaskan juga bahwa yang dimaksud dengan Perseroan

Terbatas adalah suatu persekutuan untuk menjalankan usaha

yang memiliki modal terdiri atas saham-saham yang pemeliknya

memiliki bagian saham yang dimilikinya. Oleh karna modalnya

terdiri atas saham-saham yang dapat diperjualbelikan, perubahan

kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu

membubarkan perusahaan.35

Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang didirikan

berdasarkan perjanjian untuk melakukan kegiatan usaha dengan

modal dasar yang seluruhya terbagi dalam saham, serta

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang

dan peraturan pelaksanaannya. Kegiatan usaha dari perseroan

harus sesuai dengan maksud dan tujuan didirikannya perseroan,

33
C.S.T Kansil dan Christine S.T Kansil. OP.Cit. Hlm. 67
34
Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2004) Hlm. 47
35
Adrian Sutedi, Buku Pintar Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Raih Asa
Sukses, 2015) Hlm. 6

62
serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan,

ketertiban umum dan kesusilaan.36

Pengertian Perseroan Terbatas juga termuat dalam Pasal 1

butir (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas. Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut

Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan

modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan

usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham

dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-

undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

2. Unsur-unsur Perseroan Terbatas

Berdasarkan pengertian Perseroan Terbatas dalam Pasal 1

butir (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas disebutkan bahwa:

Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan,

adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,

didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha

dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini

serta peraturan pelaksanaannya.

36
Fran Satrio Wicaksono, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, Komisaris
Perseroan Terbatas (PT), (Jakarta: Visimedia, 2009) Hlm. 2

63
Berdasarkan dari penjelasan di atas maka Perseroan memuat

lima hal pokok yang menjadi karakteristiknya, yaitu:37

a. Berbentuk badan hukum, yang merupakan persekutuan modal

Secara teoritis pada subjek hukum pribadi (manusia),

status subjek hukum dianggap telah ada bahkan pada saat

pribadi manusia tersebut berada dalam kandungan.

Sedangkan pada badan hukum, status badan hukumnya

baru diperoleh setelah ia memeroleh pengesahan dari pejabat

yang berwenang, yang memberikan hak-hak, kewajiban dan

harta kekayaan sendiri bagi badan hukum tersebut, terlepas

dari hak-hak, kewajiban dan harta kekayaan para pendiri,

pemegang saham, maupun para pengurusnya.

b. Didirikan atas dasar perjanjian

Ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Nomor 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa

Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta

notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia.

c. Melakukan kegiatan usaha

Melakukan kegiatan usaha artinya menjalankan

perusahaan. Kegiatan usaha yang dilakukan Perseroan adalah

37
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Op.Cit. Hlm. 7 – 8

64
dalam bidang ekonomi baik industri, perdagangan barang

maupun jasa yang bertujuan memperoleh keuntungan/laba.

d. Modalnya terbagi atas saham-saham

Adanya modal yang terbagi ke dalam saham-saham ini

merupakan perwujudan dari karakteristik suatu Perseroan

yang independen, dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban

para pemegang sahamnya maupun para pengurusnya. Oleh

karena itu, pada saat pendirian Perseroan, bahkan sebelum

permohonan pengesahan akta pendirian Perseroan ke Menteri

e. Memenuhi persyaratan yang ditetapkan

Setiap Perseroan harus memenuhi persyaratan Undang-

Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

dan peraturan pelaksanaannya mulai dari pendiriannya,

beroperasinya, dan berakhirnya

3. Ciri-Ciri Perseroan Terbatas

Adapun ciri-ciri perseroan terbatas diantaranya adalah sebagai

berikut:38

a. Memiliki status hukum tersendiri sebagai suatu badan hukum,

yaitu subjek hukum artificial yang sengaja diciptakan oleh

38
Gunawan Widjaja. Op. Cit. Hlm. 11 – 12

65
hukum untuk membentuk kegiatan perekonomian yang

dipersamakan individu manusia, orang perorangan.

b. Memiliki harta kekayaan sendiri yang dicatatkan atas namanya

sendiri, dan pertanggungjawaban sendiri atas setiap tindakan,

perbuatan, termasuk perjanjian yang dibuat. Hal itu berarti

bahwa, perseroan dapat mengikatkan dirinya dalam satu atau

lebih perikatan yang menjadikan perseroan sebagai subjek

hukum mandiri (persona standi in judicto ) yang memiliki

kapasitas dan kewenangan untuk dapat menggugat dan

digugat di hadapan pengadilan.

c. Tidak lagi membebankan tanggung jawabnya kepada pendiri

atau pemegang sahamnya, melainkan hanya untuk dan atas

nama dirinya sendiri untuk kerugian dan kepentingan dirinya

sendiri.

d. Kepemilikannya tidak digantungkan pada orang perorangan

tertentu, yang merupakan pendiri atau pemegang sahamnya.

Setiap saat saham perseroan dapat dialihkan kepada siapapun

juga menurut ketentuan yang diatur dalam Anggaran Dasar

dan Undang-undang yang berlaku pada suatu waktu

tertentu.

e. Keberadaanya tidak dibatasi jangka waktunya dan tidak lagi

dihubungkan dengan eksistensi dari pemegang sahamnya.

66
f. Pertanggungjawaban yang mutlak terbatas, selama dan

sepanjang para pengurus (Direksi), dewan komisaris dan

pemegang saham tidak melakukan pelanggaran terhadap hal-

hal yang tidak boleh dilakukan.

4. Jenis-Jenis Perseroan Terbatas

Perseroan merupakan salah satu jenis badan usaha yang ada

di wilayah Indonesia selain CV, Firma dan Koperasi. Jenis-jenis

perseroan terbatas antara lain:

a. Perseroan Terbatas/ PT Tertutup

PT Tertutup adalah PT yang saham perusahaannya

hanya bisa dimiliki oleh orang-orang tertentu yang sudah

ditentukan dan tidak menerima investor dari luar secara

sembarangan. Umumnya jenis PT ini adalah PT keluarga atau

kerabat atau saham yang dikertasnya sudah tertulis nama

pemilik saham dan yang tidak mudah untuk dialihkan kepada

pihak lain.

b. Perseroan Terbatas Terbuka

PT Terbuka ini merupakan salah satu jenis PT yang

saham-saham perusahaannya boleh dibeli dan dimiliki oleh

semua orang tanpa terkecuali sehingga sangat mudah untuk

diperjual-belikan kepada khalayak ramai. Biasanya

67
kepemilikan saham PT Terbuka ini atas tunjuk, bukan atas

nama sehingga tidak sulit untuk menjual maupun membelinya.

c. Perseroan Terbatas Domestik

PT Domestik adalah Perseroan Terbatas yang hanya

berdiri dan melakukan kegiatan operasionalnya di dalam

negeri sesuai aturan yang berlaku di Republik Indonesia.

d. Perseroan Terbatas Asing

PT Asing adalah PT yang didirikan di negara lain dengan

aturan dan hukum yang berlaku dinegara tempat PT itu

didirikan, namun apabila memiliki cabang di Indonesia tentu

saja mereka harus memenuhi persyaratan- persyaratan serta

peraturan yang berlaku di Indonesia. Mereka harus tunduk

pada aturan-aturan yang berlaku di Republik Indonesia.

e. Perseroan Terbatas Perseorangan

PT Perseorangan ini merupakan perusahaan yang

saham-sahamnya telah dikeluarkan dan hanya dimiliki oleh

satu orang saja. Orang yang menguasai saham tersebut juga

bertindak atau menjabat sebagai direktur di perusahaan

tersebut. Dengan demikian orang tersebut akan memiliki

kekuasaan tunggal, yaitu menguasai wewenang direktur

dan juga Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

68
f. Perseroan Terbatas Publik

Perusahaan semacam ini, kepemilikan sahamnya bebas

oleh siapa saja dan telah terdaftar di Bursa Efek

5. Organ-Organ Perseroan Terbatas

Berdasarkan Pasal 1 butir (2) Undang-undang Nomor 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Organ Perseroan terdiri

dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi, dan Dewan

Komisaris. Ketiganya memiliki kewenangan yang berbeda guna

menjalankan hak dan kewajiban Perseroan. Selama organ-organ

tersebut dapat menjalankan perannya dengan baik, maka

Perseroan akan berjalan dengan baik, dan para pemegang saham

Perseroan akan terjamin kepentingannya dalam Perseroan. Berikut

akan diuraikan secara umum mengenai organ-organ Perseroan

tersebut.

a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Berdasarkan Pasal 1 angka (4) Undang-undang Nomor

40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menjelaskan

mengenai Rapat Umum Pemegang Saham. (RUPS) adalah

organ Perseroan yang memgang kekuasaan tertinggi dalam

perseroan dan memgang segala wewenang yang bersifat

redusial yaitu wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

69
atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam

undang-undang ini dan atau anggaran dasar. Sesuai dengan

namanya (RUPS) merupakan forum dimana para pemegang

saham membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan

Perseroan Terbatas.

Pada dasarnya ketiga organ perseroan itu sejajar dan

berdapingan sesuai dengan pemisahan kewenangan

(separation of power) yang diatur dalam Undang-undang dan

anggaran dasar.

Dengan demikian tidak dapat dikatakan bahwa (RUPS)

lebih tinggi dari direksi dan dewan komisaris. Masing-masing

mempunyai posisi dan kewenangan sesuai dengan fungsi dan

tanggung jawab yang mereka miliki.39

Cornelius Simanjuntak dan Natali Mulia memiliki

pandangan yang berbeda terhadap posisi (RUPS). Menurut

mereka terdapat 2 (dua) hal yang menjadi dasar (RUPS) dapat

dikatakan sebagai posisi yang utama. Dasar pertama, Pasal 1

angka (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa perseroan

merupakan persekutuan modal yang merupakan hasil

kontribusi dari para pendiri, yang pada praktiknya pendiri

39
M. Yahya Harahab, Kekuasaan Mahkamah Agung Pemeriksaan Kasasi Dan
Peninjauan Kembali Perkara Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009) Hlm. 306

70
tersebut seringkali langsung bertindak dalam kedudukannya

sebagai (RUPS).

(RUPS) merupakan pendiri dan pemegang saham

perseroan, maka sudah seyogyanya setiap keputusan yang

menyangkut tujuan awal para pendiri dalam mendirikan

perseroan berada ditangan mereka melalui (RUPS). Dasar

kedua adalah dasar pengangkatan dan pemberhentian

anggota Direksi dan Dewan Komisaris dimana anggota Direksi

dan Dewan Komisaris bukan diangkat melalui rapat Direksi

atau Dewan Komisaris, namun diangkat dan diberhentikan

oleh (RUPS). Hal ini menunjukkan bahwa (RUPS) memiliki

kekuasaan yang besar yang tidak dimiliki oleh organ

perseroan lainnya.40

b. Direksi

Berdasarkan Pasal 1 Ayat (5) Undang-undang Nomor 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dijelaskan mengenai

pengertian Direksi. Direksi adalah organ Perseroan yang

berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan

Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan

maksud dan tujuan, serta mewakili Perseroan, baik di dalam

40
Cornelius Simanjuntak dan Natali Mulia, Merger Perusahaan Publik, (Citra Aditya
Bakti, 2009) Hlm. 2

71
maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran

dasar.

Kewenangan Direksi pada dasarnya meliputi pengelolaan

dan pengurusan sehari-hari yakni membimbing dan membina

kegiatan atau aktifitas perseroan ke arah pencapaian maksud

dan tujuan yang ditetapkan anggaran dasar. Direksi dalam

menjalankan kewenangannya tidak boleh melampaui batas-

batas yang telah ditentukan dalam Undang-undang maupun

anggaran dasar perseroan.

Direksi wajib menjalankan kewenangannya sesuai

dengan kepentingan perseroan dengan tidak mengandung

benturan kepentingan dan tidak mempergunakan posisinya

sebagai direksi untuk memperoleh keuntungan pribadi.

Perbuatan yang melanggar kepentingan dapat dikategorikan

sebagai tindakan penyalahgunaan kewenangan (abuse of

authority).

Berdasarkan Pasal 98 Undang-undang Nomor 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas juga menentukan bahwa

kewenangan perseroan oleh direksi adalah tidak terbatas dan

tidak bersyarat, sepanjang tidak ditentukan lain dalam

Undang-undang ini, anggaran dasar maupun keputusan

(RUPS).

72
Kapasitas direksi untuk mewakili perseroan adalah kuasa

atau perwakilan karena Undang-undang, direksi tidak

membutuhkan kuasa dari perseroan sebab kuasa yang

dimilikinya atas nama perseroan yang melekat secara inherent

pada diri jabatan direksi berdasarakan Undang-undang.41

c. Dewan Komisaris

Berdasarkan bunyi Pasal 1 angka (6) Undang-undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dijelaskan

mengenai pegertian Dewan Komisaris. Dewan Komisaris

adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan

pengawasan secara umum dan atau khusus sesuai dengan

anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi yang

dapat diangkat menjadi Dewan Komisaris adalah orang

perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum.

Pada saat melaksanakan tugasnya, Komisaris dalam

Perseroan Terbatas mempunyai beberapa prinsip yuridis

menurut ketentuan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas. Prinsip-prinsip tersebut adalah

sebagai berikut:42

41
M. Yahya Harahab, Op. Cit. 345 - 349
42
Bintoro Nadapdap, Hukum Persaingan Usaha, (Jakarta: Jalan Pertama Aksara,
2012) Hlm 108 – 111

73
1. Komisaris merupakan badan pengawas

Selain mengawasi tindakan Direksi, Komisaris juga

mengawasi perseroan secara umum.

2. Komisaris merupakan badan independen

Seperti halnya dengan Direksi dan (RUPS), pada

prinsipnya komisaris merupakan badan yang independen,

Komisaris tidak tunduk pada kekuasaaan siapapun dan

Komisaris melakukan tugasnya semata-mata untuk

kepentingan Perseroan.

3. Komisaris tidak mempunyai otoritas manajemen (non

executive)

Meskipun Komisaris merupakan pengambil putusan

(decicion maker), tetapi pada prinsipnya Komisaris tidak

memiliki otoritas manajemen. Pihak yang memiliki tugas

manajemen eksekutif adalah Direksi.

4. Komisaris tidak bisa memberikan instruksi yang mengikat

kepada Direksi.

6. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan Perseroan

Terbatas

Banyak istilah tentang tanggungjawab perusahaan, dalam

perudang-undangan menggunakan tanggungjawab sosial dan

74
lingkungan atau corporate social responsibility atau kadangkala

orang menyebut juga dengan business social responsibility atau

corporate citizenship atau corporate responsibility atau business

citizenship. Istilah-istilah diatas sama artinya dan sering digunakan

untuk merujuk pengertian CSR.

CSR walau masih sangat sedikit tapi sudah diatur secara

tegas di Indonesia, yaitu dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 25

tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dan Peraturan Menteri

Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-5/MBU/2007

tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan

Program Bina Lingkungan, khusus untuk perusahaan-perusahaan

BUMN.

Pada Pasal 74 UU PT 2007 mengatur tentang TSP. Pertama,

Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang

dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib

melaksanakan TJSL. Kedua, TJSL ini merupakan kewajiban

perseroan yang diselenggarakan dan diperhitungkan sebagai biaya

perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan

kepatutan dan kewajaran. Ketiga, Perseroan yang tidak

75
melaksanakan TJSL akan dikenakan sanksi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.43

Ketentuan ini bertujuan untuk menciptakan hubungan bagi

perseroan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan,

nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.

Pada pasal 74 tersebut juga telah dibatasi bahwa perseroan

yang memiliki kewajiban dalam melaksanakan TJSL adalah

perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dalam mengelola

dan memanfaatkan sumber daya alam atau bagi perseroan yang

tidak mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam, tetapi

kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber

daya alam di lingkungan sekitar.

Dengan TJSL, perusahaan diharapkan tidak lagi dihadapkan

pada tanggungjawab yang hanya berpihak pada single bottom

line, tetapi juga harus berpijak pada triple bottom line.44 Hal ini

disebabkan kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai

pertumbuhan secara berkelanjutan dan keberlanjutan perusahaan

hanya akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi

sosial dan lingkungan hidup.45 Hal ini sejalan dengan fakta yang

muncul di lapangan bahwa resistensi masyarakat sekitar akan

43
Azizah, Op.Cit. Hlm. 97
44
single bottom line adalah nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi
keuangan saja sementara triple bottom line adalah bahwa nilai perusahaan juga harus
memperhatikan bahkan bertanggungjawab atas dampak sosial dan lingkungan.
45
Azizah, Op. Cit., Halaman. 99

76
muncul ke permukaan terhadap perusahaan yang dianggap

kurang bahkan tidak memperhatikan lingkungan hidup.

TJSL Perusahan sendiri dapat dibagi dalam beberapa

komponen, yaitu perlindungan lingkungan jaminan kerja, hak

asasi manusia, interaksi dan keterlibatan perusahaan dengan

masyarakat, standar usaha, pasar, pengembangan ekonomi dan

badan usaha, perlindugan kesehatan, kepemimpinan dan

pendidikan serta bantuan bencana kemanusiaan.46

46
Ibid. Halaman 100

77

Anda mungkin juga menyukai