Anda di halaman 1dari 18

Makalah Tugas

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

Ditulis oleh:

Tri Sugiharto

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Univeristas Tanjungpura

2022
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam kegiatan usaha perusahaan, sebagai pelaku bisnis perusahaan memiliki

tanggung jawab untuk membangun hubungan yang harmonis terhadap masyarakat

yang berada disekitar lingkungan operasi perusahaan itu. Pada teorinya, perusahaan

dianggap memilik tanggung jawab moral terhadap lingkungan, masyarakat yang

terlingkup dalam seluruh aktivitas bisnisnya, baik yang terkena dampak langsung

maupun tidak langsung.

Secara historis, tanggung jawab sosial ini telah ada sejak jaman dahulu. Dalam

Kode Hammurabi terdapat 282 hukum yang berisi sanksi terhadap pengusaha yang

lalai dalma melaksanakan aktivitas bisnisnya. Salah satu contoh adalah pengusaha

harus menjaga kenyaman dalam menjalankan bisnis usahanya. Jika terjadi

ketidaknyamanan bahkan menyebabkan kematian, pengusaha tersebut bisa dikenai

sanksi hukuman mati. (→, 2020)

Penggunaan istilah Corporate Social Responsibility dimulai sejak tahun

1970an setelah John Elkington mengemukakan tiga komponen penting untuk

Sustainable Development yaitu, economic growth, environmental protection, dan

social equity, yang digagas juga The World Commission on Environment and

Development (WCED) dalam Brundtland Report (1987). Yang selanjutnya ditegaskan

kembali menjadi 3(tiga) fokus yaitu profit, people and planet. Yang selanjutnya

dideskripsikan bahwa perusahan yang baik adalah perusahaan yang tidak hanya
mengejar keuntungan tapi sekaligus perusahaan yang peduli terhadap

keberlangsungan lingkungan dan kemaslahatan masyarakat.

Tanggung jawab sosial ini merupakan strategi bisnis jangka panjang

perusahaan untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi

untuk peningkatan ekonomi yang bersamaan dalam peningkatan kualitas hidup,

pelestarian lingkungan dan kesejahteraan rakyat secara lebih luas. Tanggung jawab

sosial merupakan proses untuk mengevaluasi stakeholder dan tuntutan lingkungan

serta mengimplementasikan program sosial.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Corporate Social Responsibility

1.3 Tujuan masalah

1. Untuk mendeskripsikan Corporate Social Responsibility


BAB II PEMBAHASAN

1. Corporate Social Responsibility

1.1 Pengertian

Menurut Carroll dalam (Unang,2011) CSR, adalah bentuk kepedulian

perusahan terhadap masyarakat sekitar, meliputi beberapa aspek yaitu aspek

ekonomi, hukum, etika serta kontribusi pada isu social. Dari konsep Carroll dalam

(Unang,1979) menunjukan bahwa setiap perusahaan dalam bentuk kegiatannya

CSR,harus melihat beberapa aspek karena dari beberapa aspek yang dikemukakan

oleh carroll itu bersifat memberikan kontribusi dalam kepedulian dan

pengembagan terhadap beberapa aspek yang telah dijelaskan oleh Carroll.

Selain itu (Bowem, 1953) menjelaskan CSR adalah sebagai kewajiban

pengusaha untuk merumuskan kebijakan, membuat keputusan, atau mengikuti

garis tindakan, yang diinginkan dalam hal tujuan dan nilai-nilai masyarakat. CSR,

menurut World Business Council For Sustainable Development (WBCSD)

merupakan suatu komitmen berkelanjutan dari dunia usaha untuk bertindak etis

dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi pada komonitas

setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup

karyawan beserta seluruh keluarganya.Diakses dari jurnal kementrian lingkungan

hidup.

Menurut Hartman dalam (Widenta,2011) CSR, merupakan tanggung jawab

yang dimiliki perusahaan terhadap komunitas yang berkaitan dengan operasional

bisnis sehingga perusahaan harus mengidentifikasikan kelompok-kelompok

stakeholder dan menggabungkan kebutuhan serta kepentingan mereka dalam


proses pembuatan keputusan operasional dan startegis.Menurut Hartman dalam

(Widenta,2011) secara umum CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan

mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam

interaksi dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip

kesukarelaan dan kemitraan. Serta bagaimna memberikan pengaruh terhadap

dibidang ekonomi, social dan lingkungan. Menurut Hartman dalam

(Widenta,2011)melihat dari beberapa aspek tersebut dalam bidang ekonomi, CSR

diharapkan dapat meningkatkan atau mempengaruhi suatu bentuk perekonomian,

dalam aspek hukum perusahaan dituntut untuk mengikuti setiap peraturan yang

berlaku yang menyangkut tentang CSR,dalam artian bahwa setiap perusahaan baik

skala local maupun perusahaan asing harus melaukan tanggung jawab social

perusahaan sesuai dengan peraturan ketentuan hukum yang berlaku, jika dilihat

dari segi etika serta kontribusi pada isu socialperusahaan harus, berperan penting

dalam menjaga etika dalam kegiatan perusahaan tersebut seperti

dalammemperhatikan dampak yang dihasilakan, serta menjaga keadaan

lingkungan.

Istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970an setelah John Elkington

mengembangkan tiga komponen penting sustainable development, yakni

economic growth, environmental protection, dan social equity, yang digagas juga

The World Commission on Environment and Development (WCED) dalam

Brundtland Report (1987). Ditegaskan Elkington bahwa CSR dikemas dalam tiga

focus yang disingkat 3P, singkatan dari profit, planet dan people. Penjabarannya,

perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit).
Melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan

kesejahteraan masyarakat (people). (hestanto personal website, 2020)

1.2 Sejarah

Sejarah Tanggung jawab Sosial dunia terbagi atas beberapa fase. Untuk fase

pertama pertanggungjawaban sosial perusahaan kepada masyarakat bermula di

Amerika Serikat sekitar tahun 1900 atau lebih dikenal sebagai permulaan abad ke-

19. Pada waktu itu Amerika sedang dalam pertumbuhan yang begitu pesat,

ditandai dengan banyaknya perusahaan-perusahaan raksasa yang muncul dan

hidup berdampingan dengan masyarakat. Pada saat itu, banyak perusahaan besar

menyalahgunakan kuasa mereka dalam hal diskriminasi harga, menahan buruh

dan prilaku lainya yang menyalahi moral kemanusiaan. Dengan kata lain, banyak

perusahaan yang berbuat semena-mena terhadap masyarakat. Hal itu jelas

membuat emosi masyarakat.

Fase kedua evolusi munculnya CSR tercetus pada tahun 1930-an. Dimana

pada waktu ini banyak protes yang muncul dari masyarakat akibat ulah

perusahaan yang tidak mempedulikan masyarakat sekitarnya. Segala sesuatu

hanya diketahui oleh perusahaan. Ditambah kenyataan bahwa pada saat itu telah

terjadi resesi dunia secara besar-besaran yang mengakibatkan pengangguran dan

banyak perusahaan yang bangkrut. Pada masa ini dunia berhadapan dengan

kekurangan modal untuk input produksinya. Buruh terpaksa berhenti bekerja,

pengangguran sangat meluas dan merugikan pekerjannya. Saat itu timbul

ketidakpuasan terhadap sikap perusahaan yang tidak bertanggung jawab terhadap

pekerjanya karena perusahaan hanya diam dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Menurut masyarakat pada masa ini perusahaan sama sekali tidak memiliki
tanggung jawab moral. Menyadari kemarahan masyarakat muncul beberapa

perusahaan yang meminta maaf kepada masyarakat dan memberi beberapa

jaminan kepada para karyawannya yang dipecat.

Sejarah perkembangan Tanggung jawab Sosial dibagi enam:

1. Konsep Tanggung Jawab Sosial periode 1920-1959.

Gema Tanggung Jawab Sosial semakin terasa pada tahun 1950-an. Hal

ini dikarenakan persoalan-persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang

semula tidak mendapat perhatian, mulai mendapatkan perhatian lebih luas dari

berbagai kalangan. Dengan diterbitkannya buku yang bertajuk “social

responsibilities of the businessman” karya Howard R Bowen tahun 1953 yang

merupakan litertur awal, maka menjadikan tahun tersebut sebagai tonggak

sejarah modern Tanggung Jawab Sosial. Di samping itu, pada dekade ini juga

diramaikan oleh buku legendaris yang berjudul “silent spring” yang ditulis

oleh Rachel Carson, seorang ibu rumah tangga biasa yang mengingatkan

kepada masyarakat dunia akan bahaya yang mematikan dari pestisida terhadap

lingkungan dan kehidupan. Melalui buku Rachel Carson ingin menyadarkan

bahwa tingkah laku perusahaan mesti dicermati sebelum berdampak pada

kehancuran.

2. Konsep Tanggung Jawab Sosial periode 1960-1969.

Konsep Tanggung Jawab Sosial adalah harga diri pengusaha itu sendiri

berupa tanggung jawab atas terwujudnya nilai-nilai kemanusiaan di

masyarakat. Konsep Tanggung Jawab Sosial dalam periode ini adalah

Tanggung Jawab Sosial yang sebelumnya merupakan kewajiban moral yang


bersifat kedermawanan berkembang menjadi suatu tolok ukur harga diri dari

pengusahanya dengan mewujudkan nilai-nilai masyarakat.

3. Konsep Tanggung Jawab Sosial periode 1970-1979.

Pada dasawarsa 1970-an, terbitlah “the limits to Growth” yang merupakan

hasil pemikiran para cendekiawan dunia yang tergabung dalam Club of Rome.

Dalam hal ini, buku ini ingin mengingatkan kepada masyarakat dunia bahwa

bumi yang kita pijak mempunyai keterbatasan daya dukung. Oleh karena itu,

eksploitasi alam mesti dilakukan secara hati-hati supaya pembangunan dapat

dilakukan secara berkelanjutan.

Pada dasawarsa ini, kegiatan kedermawanan perusahaan terus berkembang

dalam kemasan philantropy dan community development serta pada masa ini

terjadi perpindahan penekanan dari fasilitas dan dukungan pada sektor-sektor

produktif ke arah sektor-sektor sosial.

4. Konsep Tanggung Jawab Sosial periode 1980-1989.

Pada era 1980-an makin banyak perusahaan yang menggeser konsep

philantropisnya ke arah community development. Intinya kegiatan

kedermawanan yang sebelumnya kental dengan kedermawanan ala Robin

Hood makin berkembang kearah pemberdayaan masyarakat, misalnya

pengembangan kerja sama, memberikan keterampilan, pembukaan akses

pasar, hubungan inti plasma, dan sebagainya.

Konsep Tanggung Jawab Sosial adalah proses menambah value

perusahaan adalah tergantung pada stakeholders operasional perusahaan.

Konsep Tanggung Jawab Sosial dalam periode ini mulai berkembangnya teori
stakeholders (para pemangku kepentingan) dalam melakukan Tanggung Jawab

Sosial untuk meningkatkan nilai perusahaan.

5. Konsep Tanggung Jawab Sosial periode 1990-1999.

Dasawarsa 1990-an adalah dasawarsa yang diwarnai dengan beragam

pendekatan seperti integral, pendekatan stakeholder maupun pendekatan civil

society. Di Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak awal

tahun 1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah melakukan CSA

(Corporate Social Activity) atau “aktivitas sosial perusahaan”. Walaupun

berbeda secara gramatikal, secara factual aksinya mendekati konsep CSR yang

merepresentasikan bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap

aspek sosial dan lingkungan.

Konsep Tanggung Jawab Sosial adalah peningkatan ekonomi dan

komunitas dalam masyarakat secara keberlanjutan melalui harmonisasi dari

lingkungan, ekonomi dan masyarakat. Konsep Tanggung Jawab Sosial dalam

periode ini berkembang ke konsep keberlanjutan dalam pelaksanaan Tanggung

Jawab Sosial yang didasari aspek ekonomi, lingkungan, dan masyarakat.

6. Konsep Tanggung Jawab Sosial periode 2000-saat ini.

Konsep Tanggung Jawab Sosial adalah perhatian terhadap nilai-nilai

masyarakat secara berkelanjutan. Perkembangan berikutnya Konsep Tanggung

Jawab Sosial adalah pembangunan berkelanjutan dari segala aspek oleh para

pemangku kepentingan. Konsep Tanggung Jawab Sosial adalah strategi bisnis

untuk pembangunan berkelanjutan. Konsep Tanggung Jawab Sosial adalah

pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan lingkungan dan kualitas hidup.


Konsep Tanggung Jawab Sosial memberikan wajah baru bentuk

kepedulian perusahaan terhadap masyarakat dengan alasan bahwasanya

kegiatan produksi langsung maupun tidak membawa dampak for better or

worse bagi kondisi lingkungan dan sosial ekonomi disekitar perusahaan

beroperasi. Selain itu, pemilik perusahaan sejatinya bukan hanya shareholders

(komponen yang terkait dengan internal perusahaan) yakni para pemegang

saham melainkan pula stakeholders, yaitu semua pihak diluar pada pemegang

saham yang terkait dan berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan.

Stakeholders dapat mencakup karyawan dan keluarganya, pelanggan,

pemasok, masyarakat disekitar perusahaan, lembaga-lembaga swadaya

masyarakat, mediam assa dan pemerintah selaku regulator. Jenis dan prioritas

stakeholders relatif berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan yang

lain, tergantung pada core bisnis perusahaan yang bersangkutan. Sebagai

contoh, PT Aneka Tambang,Tbk. dan Rio Tinto yang menempatkan

masyarakat dan lingkungan sekitar sebagai stakeholders dalam skala

prioritasnya.

Sementara itu, stakeholders dalam skala prioritas bagi produsen produk

konsumen seperti Unilever atau Procter & Gamble adalah para customernya.

Pemberlakuan CSR notabene memperkuat posisi perusahaan di sebuah

kawasan, melalui jalinan kerjasama antara stakeholder yang difasilitasi oleh

perusahaan melalui penyusunan berbagai program pengembangan masyarakat

sekitar, atau dalam pengertian, kemampuan perusahaan beradaptasi dengan

lingkungan, komunitas dan stakeholder yang terkait dengan perusahaan, baik

lokal, nasional maupun global, karena pengembangan corporate social


responsibility kedepan mengacu pada konsep pembangunan yang

berkelanjutan (sustainability development). (Zulkifli et al., 2020)

1.3 Tujuan

Tujuan dari CSR adalah (Saputri, 2011):

a. Untuk meningkatkan citra perusahaan, biasanya secara implisit, asumsi bahwa

perilaku perusahaan secara fundamental adalah baik.

b. Untuk membebaskan akuntabilitas organisasi atas dasar asumsi adanya

kontrak sosial di antara organisasi dan masyarakat.

c. Sebagai perpanjangan dari pelaporan keuangan tradisional dan tujuannya

adalah untuk memberikan informasi kepada investor.

Trevino dan Nelson mengkonsepkan CSR sebagai piramid yang terdiri dari

empat macam tanggung jawab yang harus dipertimbangkan secara

berkesinambungan, yaitu, hukum, etika dan berperikemanusian.

(Accounting,2020)

1.4 Bentuk Corporate Social Responsibility

Bentuk ataupun karakteristik CSR yang baik adalah sebagai berikut:

a. CSR seharusna adalah kegiatan yang melebihi kepatuhan terhadap undang-

undang yang berlaku.

b. CSR seharunya dapat menghasilkan dampak semi permanen untuk perusahaan

dan masyarakat

c. CSR harus menghitung dan menimbang kepentingan pemegang kepentingan

(stakeholders) di dalam dan di luar perusahaan.

d. CSR harus berisikan sistem govermane yang sesuai, bersamaan dengan

transpotasi dan tangung jawab


CSR seharusnya mengikuti tips ISO 26000.

Contoh CSR

Program CSR bisa saja menjadi suatu program yang sangat membantu

masyarakat sekitar atau untuk perusahaan tersebut. Dimanapun dengan adanya

program CSR ini bisa mempermudah permasalahan atau kesulitan yang dialami

perusahaan dan masyarakat. Sedangkan untuk korporat, program CSR ini dapat

memberikan citra perusahaan yang layak di mata konsumen dan masyarakat.

Berikut ini adalah beberapa perusahaan besar yang mengerti keadaan lingkungan

sekitar dan melakukan program CSR, antara lain yaitu:

a. Danone (Aqua Mineral Water)

Danone menjalankan program CSR yang dinamakan dengan program WASH

(Water, Acces, Sanitation, Hygiene Program) yang mempunyai arti Air, Akses,

Sanitasi, Kebersihan. Yang mempunyai tujuan untuk melakukan peningkatan

kesejahteraan lingkungan dan berkontribusi secara aktif dan berkelanjutan untuk

penyediaan solusi pada masalah yang berhubungan dengan sistem air di Hindia

Belanda. Program ini sangat baik dinamakan “1 Liter Aqua untuk 10 Liter Air

Bersih”

b. PT. Pertamina

Pertamina memiliki komitme untuk menjalankan program CSR-nya dengan

membantuk pemerintah Indonesia dalam peningkatan Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) di dalam terra firma dengan cara pelaksanaan program yang aman

difasilitasi pencapaian target acara dan membangun hubungan yang sangat baik

dan kontributif dengan seluruh pemegangn kepentingan (stakeholders) untuk


memberikan dukungan tindakan tujuan perusahana, utamanya dalam membangun

nama perusahaan.

c. PT. Sinde Budi Sentosa (Larutan Cap Badak)

PT. Sinde Budi Sentosa menjalankan program CSR dengan melakukan

pelestarian lingkungan mamalia perissodactyl di daerah Jawa di taman Ujung

Kulon. Program ini bekerja sama antara Sinde dan WWF Indoneis. Bahwa Sinde

meberikan dana dari peroleh penjualan untuk program konservasi mamalia

perissodactyl Jawab di Ujung Kulon. (Ganteng, S., 2020)

1.5 Pengungkapan

Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut

sebagai social disclosure, corporate social reporting, social accounting

(Mathews,1995) atau corporate social responsibility (Hackston dan Milne, 1996)

merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan

ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap

masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut memperluas tanggung jawab

organisasi (khususnya perusahaan), di luar peran tradisionalnya untuk

menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang

saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai

tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang

saham (Gray et. al., 1987 dalam Sembiring 2005).

Undang Undang No. 40 Tahun 2007 pasal 66 ayat (2) tentang Perseroan

Terbatas mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan aktivitas tanggung jawab

sosialnya dalam laporan tahunan. Namun demikian, item-item CSR yang


diungkapkan perusahaan merupakan informasi yang masih bersifat sukarela

(voluntary).

Menurut Gray, Owen, dan Maunders (1988) dalam Sulistyowati (2004), tujuan

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan adalah :

a. Untuk meningkatkan image perusahaan.

b. Untuk meningkatkan akuntabilitas suatu organisasi, dengan asumsi

bahwa terdapat kontrak sosial antara organisasi dengan masyarakat.

c. Untuk memberikan informasi kepada investor.

Sedangkan menurut Zadex (1998:1426) dalam Sulistyowati (2004), alasan

perusahaan melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial adalah :

a. Untuk memahami apakah perusahaan telah mencoba mencapai kinerja

sosial terbaik sesuai yang diharapkan.

b. Untuk mengetahui apa yang dilakukan perusahaan dalam meningkatkan

kinerja sosial.

c. Untuk memahami implikasi dari apa yang dilakukan perusahaan tersebut.

Darrough (1993) dalam Binsar H. Simanjuntak dan Lusy Widiastuti (2004)

mengemukakan ada dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan

persyaratan yang ditetapkan standar, yaitu pengungkapan wajib (mandatory

disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan

wajib (mandatory disclosure) adalah pengungkapan minimum yang disyaratkan

oleh lembaga yang berwenang (Pajak, Undang-Undang, SAK, maupun

BAPEPAM). Jika perusahaan tidak bersedia untuk mengungkapkan informasi

secara sukarela, pengungkapan wajib akan memaksa perusahaan untuk

mengungkapkannya. Sedangkan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)

adalah pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan,


mencangkup lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan kerja, lain-lain

tenaga kerja, produk, krterlibatan masyarakat dan umum (Hackson dan Milne

1996 dalam Sembiring 2003).

Menurut Gray et.al., (1995b) dalam Sembiring (2003) ada dua pendekatan

yang secara signifikan berbeda dalam melakukan penelitian tentang

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pertama, pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan mungkin diperlukan sebagai suplemen dari

aktivitas akuntansi konvensional. Pendekatan ini secara umum akan menganggap

masyarakat keuangan sebagai pemakai utama pengungkapan tanggung jawab

sosial perusahaan dan cenderung membatasi persepsi tentang tanggung jawab

sosial yang dilaporkan. Pendekatan alternatif kedua dengan meletakan

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu pengujian peran

informasi dalam hubungan masyarakat dan organisasi. Pandangan yang lebih luas

ini telah menjadi sumber utama kemajuan dalam pemahaman tentang

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan sekaligus merupakan

sumber kritik yang utama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan. (AMRI, 2020)

Pengungkapan ini juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti pendidikan, bahwa

petinggi perusahaan dengan pendidikan yang mempunyai gelar dari pendidikan

tinggi mempunyai penggungkapan yang baik. Bahkan, petinggi perusahaan yang

berasal dari pendidikan tinggi terbaik 300 dunia bahkan memiliki pengungkapan

yang jauh lebih baik. (Mulazid et al., 2017)


BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Corporate Social Responsibility merupakan tanggung jawab moral bagi perusahaan

terhadap lingkungan dan masyarakat yang tdiak terbatas hanya pada konsumen saja, tapi

semua pihak yang terkait baik langsung ataupun tidak langsung. Perusahaan perlu

memperhatikan keberlangsuangan hidup masyarakat yang terkait dan terdampak atas

aktivitas usahanya.

3.2 Saran

Perusahaan perlu dan harus transparan dalam menngungkapkan kepada publik

bentuk dan implementasi atas program tanggung jawab sosial yang akan dan telah

mereka lakukan.
DAFTAR PUSTAKA

→, L. (2020). LATAR BELAKANG CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN

COMMUNITY DEVELOPMENT DI BIDANG PERTAMBANGAN. [online] Barito Raya's

Blog. Available at: https://antoniuspatianom.wordpress.com/2009/07/19/latar-belakang-

corporate-social-responsibility-dan-community-development-di-bidang-pertambangan/

[Accessed 3 Jan. 2020].

AMRI,, N. (2020). Pengungkapan Corporate Social Responsibility. [online] Informasi

Tentang Dunia Akuntansi. Available at: https://www.e-akuntansi.com/pengungkapan-

corporate-social-responsibility/ [Accessed 3 Jan. 2020].

hestanto personal website. (2020). Konsep CSR (Corporate Social Responsibility). [online]

Available at: https://www.hestanto.web.id/konsep-csr/ [Accessed 3 Jan. 2020].


Accounting. (2020). MEMAHAMI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR). [online]

Available at: https://accounting.binus.ac.id/2019/05/14/memahami-corporate-social-

responsibility-csr/ [Accessed 3 Jan. 2020].

Mulazid, A., Habbe, A., Idris, I., Syofyan, E., Prabowo, M. and Iswaningtyas, A. (2017).

Board of directors and CSR disclosure in Indonesian banking industry: does education

matter?. International Journal of Trade and Global Markets, 10(4), p.322.

Ganteng, S. (2020). √ Pengertian Csr, Fungsi, Manfaat, Tujuan, Bentuk, Contoh Terlengkap.

[online] Onoini.com. Available at: https://www.onoini.com/pengertian-csr/#Bentuk_CSR

[Accessed 3 Jan. 2020].

Zulkifli, A.(2020). Sejarah Tanggungjawab Sosial Perusahaan atau History of Corporate

Social Responsibility | DR. Arif Zulkifli Nasution. [online] DR. Arif Zulkifli Nasution.

Available at: https://bangazul.com/sejarah-tanggungjawab-sosial-perusahaan-atau-history-of-

corporate-social-responsibility/ [Accessed 3 Jan. 2020].

Anda mungkin juga menyukai