Disusun Oleh :
Mhd Khavi Badrian 2305906020069
Sucitra Devy 2305906020097
Riski Muliadi 2305906020036
Herdawati Tumangger 2305906020060
(Kelompok 3)
Pada tahun 1990-an muncul istilah corporate social reponsibility (CSR). Pemikiran
yang melandasi CSR yang sering dianggap inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan
tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomi dan legal (artinya kepada pemegang
saham atau (shareholder) tetapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang
berkepentingan (stakeholder) yang jangkauannya melebihi kewajiban-kewajiban di atas.
Tanggung jawab sosial dari perusahaan terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua
stakeholder, termasuk di dalamnya adalah pelanggan atau customer, pegawai, komunitas,
pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor. Perkembangan CSR saat
ini juga dipengaruhi oleh perubahaan orientasi CSR dari suatu kegiatan bersifat sukarela
untuk memenuhi kewajiban perusahaan yang tidak memiliki kaitan dengan strategi dan
pencapaian tujuan jangka panjang, menjadi suatu kegiatan strategis yang memiliki
keterkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan dalam jangka panjang.
Di Indonesia wacana mengenai CSR mulai mengemuka pada tahun 2001, namun
sebelum wacana ini mengemuka telah banyak perusahaan yang menjalankan CSR dan sangat
sedikit yang mengungkapkannya dalam sebuah laporan. Hal ini terjadi mungkin karena kita
belum mempunyai sarana pendukung seperti: standar pelaporan, tenaga terampil (baik
penyusun laporan maupun auditornya). Di samping itu sektor pasar modal Indonesia juga
kurang mendukung dengan belum adanya penerapan indeks yang memasukkan kategori
saham-saham perusahaan yang telah mempraktikkan CSR. Sebagai contoh, New York Stock
Exchange memiliki Dow Jones Sustainability Index (DJSI) bagi saham-saham perusahaan
yang dikategorikan memiliki nilai corporate sustainability dengan salah satu kriterianya
adalah praktik CSR. Begitu pula London Stock Exchange yang memiliki Socially Responsible
Investment (SRI) Index dan Financial Times Stock Exchange (FTSE) yang memiliki
FTSE4Good sejak 2001.
CSR bukan saja sebagai tanggung jawab, tetapi juga sebuah kewajiban. CSR adalah
suatu peran bisnis dan harus menjadi bagian dari kebijakan bisnis. Maka,bisnis tidak hanya
mengurus permasalahan laba , tapi juga sebagai sebuah institusi pembelajaran. Bisnis harus
mengandung kesadaran sosial terhadap lingkungan sekitar.
Ada enam kecenderungan utama, yang semakin menegaskan arti penting CSR, yaitu :
1) Meningkatnya kesenjangan antara kaya dan miskin;
2) Posisi negara yang semakin berjarak pada rakyatnya;
3) Makin mengemukanya arti kesinambungan;
4) Makin gencar sorotan kritis dan resistensi publik, bahkan bersifat anti perusahaan.
5) Tren ke arah transparansi;
6) Harapan terwujudnya kehidupan lebih baik dan manusiawi pada era millennium baru.
Tak heran, CSR telah menjadi isu bisnis yang terus menguat. Isu ini sering
diperdebatkan dengan pendekatan nilai-nilai etika, dan memberi tekanan yang semakin besar
pada kalangan bisnis untuk berperan dalam masalah-masalah sosial, yang akan terus tumbuh.
Isu CSR sendiri juga sering diangkat oleh kalangan bisnis, manakala pemerintahan nasional
di berbagai negara telah gagal menawarkan solusi terhadap berbagai masalah kemasyarakatan
Namun, upaya penerapan CSR sendiri bukannya tanpa hambatan. Dari kalangan
ekonom sendiri juga muncul reaksi sinis. Ekonom Milton Friedman, misalnya, mengritik
konsep CSR, dengan argumen bahwa tujuan utama perusahaan pada hakikatnya adalah
memaksimalkan keuntungan (returns) bagi pemilik saham, dengan mengorbankan hal-hal lain.
Ada juga kalangan yang beranggapan, satu-satunya alasan mengapa perusahaan mau
melakukan proyek-proyek yang bersifat sosial adalah karena memang ada keuntungan
komersial di baliknya. Agar mengangkat reputasi perusahaan di mata publik atau pemerintah.
Oleh karena itu, para pelaku bisnis harus menunjukkan bukti nyata bahwa komitmen mereka
untuk melaksanakan CSR bukanlah main-main. Manfaat dari CSR itu sendiri terhadap pelaku
bisnis juga bervariasi, tergantung pada sifat (nature) perusahaan bersangkutan, dan sulit
diukur secara kuantitatif.
BAB II
PEMBAHASAN
Pasal 17
Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan wajib
mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar
kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 34
1) Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak
memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai sanksi
administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pembatasan kegiatan usaha;
c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau
d. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.
2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh instansi atau
lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
3) Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai
sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
B. SARAN
Berdasarkan pada pembahasan CSR di makalah ini, maka :
Sebaiknya perusahaan memandang dan melaksanakan CSR secara sukarela sebagai
bentuk kearifan moral perusahaan
Dalam pelaksanaan dan penerapan CSR, sebaiknya tujuan dan fokus utamanya adalah
kesejahteraan masyarakat dan upaya pelestarian lingkungan sebagai bentuk tanggung
jawab sosial perusahaan
Perusahaan sebaiknya menjalin hubungan dan komunikasi yang baik dengan komunitas
sekitar, agar penerapan CSR tepat pada sasaran yang diharapkan
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.scribd.com/doc/39325003/Makalah-CSR
2. http://wayangputra.blogspot.com/2012/11/pengertian-corporate-social.html
3. http://www.mediaqitafoundation.org/CSR.html
4. http://achmadsaerozi.wordpress.com/2011/10/17/corporate-social-responsibility-csr/
5. http://bisnisgroup.wordpress.com/2008/10/10/tindakan-dari-corporate-social-
responsibility-yang-dilakukan-oleh-perusahaan-indosat/
6. http://sumurung.wordpress.com/2009/02/24/csr-dan-undang-undang-no40-tahun-2007-
tentang-perseroan-terbatas/
7. http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-bisnis/84-tanggung-jawab-sosial-perusahaan-
corporate-social-responsibility-dan-iklim-penanaman-modal.html
8. http://blognyamitra.wordpress.com/2012/04/05/csr-tanggung-jawab-sosial-diatur-oleh-
undang-undang/
9. http://www.csrbusinessindonesia.com/2009/08/corporate-social-responsibility_05.html
10. http://biola22.wordpress.com/category/makalah-csr/