Anda di halaman 1dari 20

AKUNTANSI

PERTANGGUNGJAWABAN SOSIAL
Persepsi yang Parsial dalam memahami CSR

Anisya Lestari M,Ak


Apa itu CSR
 Corporate Social Responsibility (CSR)
adalah tanggung jawab sosial perusahaan yang
terintegrasi dalam sebuah bisnis model. Tujuan
utama CSR adalah memberikan dampak positif
melalui aktifitas di lingkungan, pelanggan, karyawan,
komunitas, pemegang saham, dan masyarakat sipil.
 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (“UU PT”) menyebut Corporate
Social Responsibility (“CSR”) dengan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).
Community Development sama dengan CSR

 Istilah CSR dan comdev semakin "familiar" didengar. Seiring dengan


semakin tumbuhnya kesadaran dari dunia usaha untuk menerapkan
praktek bisnis yang lebih bertanggungjawab. CSR sendiri merupakan
singkatan dari corporate social responsibilityyang diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia menjadi tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan
comdev singkatan dari community developmentyang berarti
pengembangan masyarakat (komunitas).
 Menurut Kotler, CSR merupakan komitmen perusahaan untuk
meningkatkan kesejahteraan komunitas secara sukarela melalui
kebijaksanaan praktek bisnis dan kontribusi dari sumberdaya perusahaan.
CSR sendiri menurut Kotler adalah bentuk "discretionary", yang artinya
sesuatu yang perlu dilakukan tapi bukan sesuatu yang diwajibkan. Apabila
tidak dilakukan akan berdampak negatif terhadap operasional perusahaan
(Philip Kotler dan Nancy Lee, 2005).
Hubungan Community Develompment dengan CSR

 Konsep community development awalnya lahir sebagai


tandingan terhadap konsep negara kesejahteraan (welfare
state). Kalau pada konsep negara kesejahteraan, pemerintah
campur tangan langsung pada pengelolaan dan distribusi
kesejahteraan masyarakat. Maka dalam konsep community
development, lebih ditekankan pada upaya pemenuhan
kebutuhan oleh masyarakat sendiri (community based
service) dengan ide utamanya keberlanjutan (sustainable)
dalam penyelenggaraan kebutuhan hidup manusia karena
dikembangkannya keswadayaan masyarakat (Partisipasi,
Pemberdayaan, dan Demokratisasi Komunitas, 2003).
 Ada tiga karakter utama yang menjadi ciri program
community development (Rudito dkk, 2003), yaitu : 1)
Berbasis masyarakat (community based) atau
masyarakat sebagai pelaku utama (subyek) dalam
perencanaan dan pelaksanaan program. 2) Berbasis
sumberdaya setempat (local resource based), yaitu
penciptaan kegiatan dengan melihat potensi sumberdaya
(alam dan manusia) yang ada. 3) Berkelanjutan
(sustainable), yaitu program berfungsi sebagai
penggerak awal pembangunan yang berkelanjutan.
 Community development sendiri sangat identik dengan Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM). Karena konsep ini memang telah lama
dipakai oleh berbagai LSM (termasuk LSM di Indonesia) untuk
membantu masyarakat dalam memecahkan berbagai persoalan yang
mereka hadapi. Baik ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, pendidikan
dan lain lain. Karena konsep ini dianggap cukup berhasil, maka
kemudian banyak korporasi (utamanya perusahaan yang bergerak
disektor pertambangan) yang mulai mengadopsi konsep ini untuk
mengimplementasikan salah satu dimensi CSR, yaitu membantu
pengembangan komunitas masyarakat yang berada di areal
operasional perusahaan. Dari penjelasan diatas, bisa diambil sebuah
kesimpulan bahwa community development merupakan salah satu
bentuk dari pelaksanaan CSR.
CSR hanya menonjolkan Aspek Sosial Semata

 Banyak perusahaan juga pengamat yang menekankan CSR pada


aspek sosial semata. Mereka mengira bahwa karena S yang berada di
tengah C dan R merupakan singkatan dari social, maka aspek sosial
di dalam CSR haruslah yang paling menonjol, kalau bukan satu-
satunya. Padahal, sebagian besar literatur mengenai CSR sekarang
sudah bersepakat bahwa CSR mencakup aspek ekonomi, sosial dan
lingkungan. Ini terutama terjadi setelah pembangunan berkelanjutan
menjadi arus utama berpikir—walau hingga kini belum juga jadi arus
utama bertindak. Pembangunan berkelanjutan yang didefinisikan
sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang
tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang dalam
memenuhi kebutuhannya secara sangat tegas menyatakan pentingnya
keseimbangan dalam tiga aspek tersebut.
Organisasi CSR sekedar Tempelan
CSR dianggap hanya untuk perusahaan besar saja

 Jika saat ini sesuai dengan ketentuan Pasal 74 UU No. 40 Tahun 2007
tetang Perseroan Terbatas, kewajiban soal
pemberian CSR tersebut hanya terbatas pada perseroan
atau perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan sumber daya
alam, rencananya melalui RUU yang dibahas ini kewajiban akan
dibebankan ke semua.
  RUU Tanggung Jawab Sosial diinisiasi dengan beberapa tujuan. Pertama,
memperkuat kewajiban bagi perusahaan untuk melaksanakan tanggung
jawab sosial mereka ke masyarakat. pelaksanaan program CSR walau
selama ini sudah ada, masih lemah. Dari sisi akuntabilitas, pelaksanaan
program CSR juga dilihat oleh DPR rendah dan tidak transparan.
 Tujuan kedua, membantu menyingkronkan program pengentasan dan
kemiskinan pemerintah. 
CSR dipisahkan dari bisnis inti perusahaan

 Banyak sekali perusahaan yang membuat berbagai program CSR dengan curahan
sumberdaya yang sangat besar, namun hingga sekarang belum banyak perusahaan
yang membuat program-program yang berkaitan dengan bisnis intinya. Tidak
mengherankan kalau kebanyakan program CSR kebanyakan dikotakkotakkan ke
dalam bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, sarana fisik, dsb sementara
dampak perusahaan itu sendiri tidaklah diurus secara memadai.
 Contoh paling mutakhir mungkin adalah CSR yang banyak dilakukan oleh
perbankan. Mereka mencurahkan sumberdaya finansialnya untuk membiayai
bermacam aktivitas, seperti yang banyak diberitakan di koran dan majalah. Padahal,
sebagai manajemen dampak, CSR sektor perbankan haruslah berkenaan dengan
fungsi intermediasi yang mereka lakukan.
 Banyak contoh lain yang dapat dikemukakan. CSR industri rokok misalnya,
haruslah memastikan bahwa rokok—karena mudarat yang dikandung dalam
produknya—hanya dikonsumsi di ruang privat. Merokok haruslah menjadi pilihan
rasional. 
CSR bukan hanya untuk rantai pemasok

 Kalau sebuah perusahaan beroperasi dalam sebuah


rantai produksi yang sangat panjang, apakah layak
ia membatasi diri untuk melakukan CSR dalam
lingkup perusahaannya saja? Pembatasan ini banyak
sekali dilakukan oleh perusahaan. Kilahnya adalah
bahwa mereka tidak berhak untuk mencampuri
kinerja CSR perusahaan lain. Logika ini jelas tak
dapat diterima, karena itu berarti bahwa produknya
tidaklah bisa dibuktikan berasal dari seluruh operasi
yang berkinerja CSR baik.
CSR dianggap tidak berkaitan dengan pelanggan

 Salah satu cara perusahaan dalam membangun reputasi


serta image baik bisa dilakukan melalui program Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate social responsibility.
 Umumnya kita berfikir atau berasumsi fokus sebuah perusahaan
adalah mendapatkan keunntungan yang sebesar-besarnya.
Sebenarnya memang benar memperoleh keuntungan semaksimal
mungkin dengan menggunakan sumber daya seefisien mungkin,
memang menjadi prioritas utama sebuah perusahaan.
 Tetapi tidak hanya keuntungan yang menjadi prioritas utama
perusahaaan, eksistensi, dan reputasi yang baik juga menjadi hal
penting yang diinginkan oleh semua perusahaan. 
CSR menyebabkan Penambahan Biaya

 Estes dalam Harahap (2003:370) mengusulkan beberapa


teknik pengukuran manfaat dan biaya sosial yaitu:
 Penilaian pengganti (Surrogate Valuation).
 Teknik survey (Survey Techniques).
 Biaya perbaikan dan pencegahan (Restoration or Avoidance
Cost).
 Penilaian (Appraisal) oleh tim independen.
 Putusan pengadilan (Court Decisions).
 Analisa (Analisys).
 Biaya pengeluaran (Outlay Cost).
CSR dianggap hanya bersifat kosmetik bagi citra
perusahaan
 Dalam artikel “How Should Civil Society (and The Government) Respond to
‘Corporate Social Responsibility’?”, Hamann dan Acutt (2003) menelaah
motivasi yang mendasari kalangan bisnis menerima konsep CSR. Ada dua
motivasi utama. Pertama, akomodasi, yaitu kebijakan bisnis yang hanya bersifat
kosmetik, superficial, dan parsial. CSR dilakukan untuk memberi citra sebagai
korporasi yang tanggap terhadap kepentingan sosial. Singkatnya, realisasi CSR
yang bersifat akomodatif tidak melibatkan perubahan mendasar dalam kebijakan
bisnis korporasi sesungguhnya.
 Kedua, legitimasi, yaitu motivasi yang bertujuan untuk mempengaruhi wacana.
Pertanyaan-pertanyaan absah apakah yang dapat diajukan terhadap perilaku
korporasi, serta jawaban-jawaban apa yang mungkin diberikan dan terbuka
untuk diskusi? Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa motivasi ini
berargumentasi wacana CSR mampu memenuhi fungsi utama yang memberikan
keabsahan pada sistem kapitalis dan, lebih khusus, kiprah para korporasi
raksasa.
CSR sepenuhnya voluntary atau sukarela

 Dari sekian banyak dasar hukum kegiatan CSR tersebut, mungkin ada


baiknya perlu dibuat undang-undang tentang kegiatan CSR. Di
mana CSR tidak hanya menjadi kegiatan bersifat sukarela (voluntary),
tetapi kegiatan  CSR menjadi kewajiban (mandatory).
 Setiap perusahaan diwajibkan melaksanakan tanggung jawab sosialnya
yakni untuk perusahaan pada umumnya, dan tanggung jawab sosial dan
lingkungan bagi perusahaan yang bergerak di bidang sumber daya alam
(seperti sektor pertambangan).
 Di beberapa negara kegiatan CSR sudah lazim dilakukan oleh suatu
korporasi. Bukan karena diatur oleh pemerintahnya, melainkan untuk
menjaga hubungan baik dengan stakeholders. Di Indonesia, setiap
perusahaan yang berkaitan dengan sumber daya alam harus melakukan
CSR yang sebenarnya merupakan kegiatan sukarela.
CSR dianggap hanya ditunjukkan kepada pihak
eksternal saja
 CSR tidak hanya dapat dilakukan untuk pihak eksternal saja,
ternyata pihak internal seperti karyawan juga perlu mendapatkan perhatian
khusus dari perusahaan. Urgensi penerapan CSR untuk karyawan juga
berpengaruh kepada komitmen organisasi.
 Organisasi standarisasi internasional (ISO) menekankan pentingnya
kemampuan perusahaan dalam menjaga keseimbangan antara performa
perusahaan perusahaan dan mengatasi isu sosial dan lingkungan yang
muncul akibat operasi perusahaan yang sedang berjalan.
 Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan penetapan kebijakan dalam
mempromosikan keseimbangan antara keuntungan perusahaan dan
keuntungan yang diperoleh masyarakat secara keseluruhan. Sekarang ini
semakin banyak perusahaan dan investor yang memiliki komitmen untuk
memperhatikan dampak sosial yang mungkin ditimbulkan sebelum
melakukan kegiatan operasi ataupun berinvestasi.
TUGAS
Cari Perusahaan yang menerapkan CSR !
Analisis CSR Perusahaan tersebut, dari bidangnya,
organisasinya, sudut akuntansi!
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai