Anda di halaman 1dari 12

PERMASALAHAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

The Problem on Corporate Social Responsibility (CSR)


for Community Empowerment

Hartini Retnaningsih
Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI

Naskah diterima: 12 September 2015


Naskah dikoreksi: 20 November 2015
Naskah diterbitkan: 23 Desember 2015

Abstract: The background of this paper is the ineffectiveness of implementation of Corporate Social Responsibility
(CSR) in many companies. This paper analysis about problems in CSR implementation. The methodology of this
paper is literature study. CSR that is regulated in Law No. 40 Year 2007 on Limited Liability Companies and
Law No. 25 of 2007 on Investment, is company commitment to build a better quality of life together with the
parties (inside or outside the company) to contribute to a sustainable economy. In this case the empowerment
of the community is a part of the commitment. The result of analysis showed that the concept of CSR is good,
but unfortunately that until now so many companies do not implement CSR properly. Therefore, it is necessary
to evaluate the implementation of programs related to CSR, so the program can be implemented on an ongoing
basis and can empower communities.
Keywords: CSR, companies, empowerment, welfare, evaluation.

Abstrak: Latar belakang tulisan ini adalah masih belum efektifnya implementasiCorporate Social Responsibility
(CSR) di berbagai perusahaan. Tulisan ini mengkaji tentang berbagai masalah dalam implementasi CSR.
Metodologi yang digunakan adalah studi kepustakaan. CSR yang diatur dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas dan UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, merupakan komitmen perusahaan
untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik bersama dengan para pihak (di dalam maupun di luar
perusahaan) untuk berkontribusi dalam ekonomi berkelanjutan. Dalam hal ini pemberdayaan masyarakat
merupakan bagian dari komitmen tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa konsep CSR memang bagus,
namun sayangnya hingga saat ini masih banyak perusahaan yang belum melaksanakannya dengan baik. Oleh
karena itu, perlu dilakukan evaluasi terkait pelaksanaan Program CSR agar program tersebut dapat dilaksanakan
secara berkelanjutan dan dapat memberdayakan masyarakat.
Kata kunci: CSR, perusahaan, pemberdayaan, kesejahteraan, evaluasi.

Pendahuluan dilakukan dengan baik akan berdampak positif bagi


Corporate Social Responsibility (selanjutnya kelangsungan hidup perusahaan, namun sebaliknya
disingkat CSR) telah muncul sejak awal abad 19 jika CSR tidak dilakukan dengan baik maka bukan
di Amerika Serikat, dan kemudian berkembang di tidak mungkin akan muncul berbagai kendala yang
negara-negara lain termasuk Indonesia. Di Indonesia dapat mengganggu keberlangsungan perusahaan.
sendiri CSR mulai berkembang sejak tahun 1980- Di Indonesia, CSR telah menjadi kewajiban
an. CSR merupakan program sosial perusahaan bagi setiap perusahaan yang berbentuk Perseroan
untuk memberikan bantuan dan memberdayakan Terbatas (PT) dan menggunakan sumber daya alam
masyarakat di sekitar perusahaan sebagai bentuk dalam operasinya. Hal ini diatur dalam Pasal 74
pertanggungjawaban sosial atau kompensasi atas UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
berbagai hal yang hilang dari masyarakat karena dan Pasal 15, Pasal 17, dan Pasal 34 UU No.25
beroperasinya perusahaan. tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang di
Berdasarkan berbagai sumber, CSR merupakan dalamnya mengatur kewajiban bagi perusahaan
bagian dari kegiatan perusahaan, yaitu program untuk menyelenggarakan program CSR.
perusahaan untuk menjaga kelangsungan usahanya Meskipun secara yuridis Pemerintah telah
dengan memperhatikan hubungan internal membuat regulasi terkait CSR, namun dalam
dan eksternal perusahaan. Program CSR yang implementasinya hingga sekarang masih terdapat

Hartini Retnaningsih, Permasalahan Corporate Social Responsibility (CSR) | 177


banyak CSR yang tidak tepat sasaran atau evaluasi agar ke depan dapat dilakukan perbaikan
tidak optimal dalam memberikan bantuan bagi penyelenggaraan CSR demi pemberdayaan
pemberdayaan masyarakat. Sebagai contoh, masyarakat. Tulisan ini diharapkan dapat menjadi
berikut adalah beberapa kasus yang penulis himpun masukan bagi DPR RI dalam rangka menjalankan
dari berbagai sumber (lihat tabel 1) tugasnya di bidang legislasi, pengawasan,
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa banyak dan anggaran terkait CSR dan pemberdayaan
permasalahan yang dihadapi perusahaan karena masyarakat. Selain itu, tulisan ini juga diharapkan
perusahaan tidak melakukan CSR dengan baik. dapat menjadi masukan bagi Pemerintah dalam
Tulisan ini mengkaji tentang berbagai rangka menjalankan program pembangunan
permasalahan yang menjadi kendala dalam nasional khususnya pemberdayaan masyarakat
implementasi CSR, dalam rangka melakukan untuk menuju kesejahteraan.

Tabel 1. Permasalahan dalam Implementasi CSR di Indonesia


No Permasalahan CSR
1 Beberapa konflik sosial perusahaan terkait CSR yang pernah terjadi di Indonesia: PT Freeport di Jaya Pura; PT Inti
Indorayon di Porsea Sumatera Utara; PT Samsung di Pasuruan; PT Exon Mobil di Lhokseumawe Aceh; PT Newmont
di Sulawesi Utara.1
2 PT. Freeport Indonesia yang beroperasi sejak tahun 1969, sampai kini tidak lepas dari konflik berkepanjangan dengan
masyarakat lokal, baik terkait dengan tanah ulayat, pelanggaran adat, maupun kesenjangan sosial dan ekonomi yang
terjadi.2
Kasus Pencemaran Teluk Buyat (pembuangan tailing ke dasar laut) akibat operasional PT Newmont Minahasa Raya
(NMR) tidak hanya menjadi masalah nasional, namun internasional.3
Konflik akibat pencemaran lingkungan dan masalah sosial terkait operasional PT Caltex Pacific Indonesia (CPI) di
wilayah Duri Provinsi Riau, masyarakat menuntut kompensasi hingga tingkat DPR.4
3 Kasus lumpur panas Porong menjadi trigger untuk kembali menyerukan tanggung jawab kalangan pebisnis terhadap
lingkungan sekitarnya.
Kendala CSR terletak pada komitmen, perusahaan. Jika perusahaan tidak memiliki komitmen terhadap lingkungan sekitar,
maka tanggung jawab dan kepedulian sosial itu pun juga tidak ada. Selain itu, masalah program juga menjadi kendala
perusahaan dalam menjalankan kepedulian sosial. Banyak perusahaan memiliki komitmen tinggi terhadap masalah-masalah
sosial, namun program yang dilaksanakan tidak berdasarkan pada ketulusan, namun hanya untuk popularitas semata.
CSR merupakan keharusan bagi perusahaan yang ingin terus berkembang. Komitmen yang diimplementasikan dalam
bentuk program CSR dapat mencegah munculnya gesekan sosial yang dapat merugikan perusahaan maupun masyarakat.
Bila CSR dilaksanakan dengan baik, akan berdampak positif terhadap keberlangsungan usaha. Selain itu, CSR pun
dapat menjadi bagian dari pembangunan citra perusahaan. Di negara-negara maju, CSR merupakan salah satu prasyarat
bagi sebuah perusahaan untuk mendapatkan pinjaman dari bank. Saat ini masih banyak perusahaan yang melakukan
CSR hanya sebagai peredam gejolak, dan ini mempunyai banyak risiko seperti menciptakan ketergantungan, psikologi
''tak pernah cukup', dan tidak mendidik, tidak terprogram, dan tidak akan berkelanjutan.
Perencanaan program CSR memerlukan pemahaman yang benar atas kondisi masyarakat, serta tujuan yang ingin
dicapai perusahaan. Salah pendekatan akan menyebabkan ketentraman dan keamanan perusahaan. Beberapa temuan
tentang penyebab kurang berhasilnya CSR: 1) Rendahnya komitmen perusahaan; 2) Kekeliruan perancanan program dan
miskonsepsi; 3) Penempatan personel yang kurang tepat; 4) Penempatan fungsi dalam struktur organisasi perusahaan
(dijabat rangkap), sehingga menjadi marjinal dan pengambilan keputusan sangat lambat.5
4 Johanes Simatupang
Menyatakan isu CSR masih lebih sebataskabar baik, akan tetapi pelaksanaannya masih langka.6 Robin (2008) melaporkan
ada tiga kondisi yang dihadapi dalam penerapan CSR yaitu 1) biaya yang ditimbulkan oleh CSR bisa saja tidak dikenal;
2) keputusan yang berkaitan dengan kompetensi yang tidak dipunyai perusahaan; dan 3) CSR mungkin akan berkaitan
dengan lingkup sosial yang lebih luas, pemerintah dan masyarakat. Hal ini membuat perusahaan akan berfikir ulang.
Pradjoto (2007) menyatakan bahwa perusahaan melihat CSR sebagai biaya yang kemudian menjadikan biaya operasional
perusahaan meningkat. Pandangan demikian tentunya berbeda dengan makna CSR yang lebih menekankan tanggung
jawab perusahaan ketimbang sekedar perbuatan baik.

1
Hambatan dalam Penerapan CSR, 25 Agustus 2008,
http://info-csr.blogspot.com/2008/08/hambatan-dalam- 4
Mulyadi, 2003, Ibid.
penerapan-csr.html, diakses, 20 Januari 2015. 5
Corporate Social Responsibility, http://ekoteguh23.
2
Wibisono, 2007 dalam Rahmatullah, Rahmat. 2010. blogspot.com/2010/10/corporate-social-responsibility-
Masalah Pengelolaan Program CSR pada Sektor csr.html, diakses 20 Januari 2015.
Pertambangan, http://www.rahmatullah.net/2010/05/ 6
Dalam Emanuel, Victor. 2011. Tanggung Jawab Sosial
masalah-pengelolaan-program-coorporate.html, diakses Perusahaan: Antara Ada dan Tiada, 07 Agustus 2011,
12 November 2015. http://www.kalimantan-news. com/berita.php?idb=8778,
3
Leimona, 2008, Ibid. diakses 20 Januari 2015.

178 | Aspirasi Vol. 6 No. 2, Desember 2015


No Permasalahan CSR
5 Banyak perusahaan menggunakan CSR hanya sebagai marketing gimmick untuk melakukan corporate greenwash
atau pengelabuan citra perusahaan belaka.Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan CSR di Indonesia dalam
mewujudkan pelaksanaan GCG Good Coorporate Governance di antaranya permasalahan transparansi perusahaan
dalam mengelola dan memberikan cost sosialnya kepada masyarakat. Tidak adanya aturan-aturan yang mengatur secara
terperinci bagaimana pengelolaan CSR. Ada bentuk penyimpangan yang dilakukan perusahaan dalam melaksanakan
CSR-nya, jika dilihat pada program-program bantuan bencana alam, banyak perusahaan khususnya media elektronik
yang membuka rekening bantuan untuk menghimpun dana dari masyarakat namun dalam pemberian bantuan
mengatasnamakan perusahaan, ini merupakan suatu bentuk penipuan bagi masyarakat.
Pelaksanaan CSR di Indonesia berbagai permasalahan muncul baik dari masyarakat, pemerintah maupun perusahaan.
Kadang masyarakat belum siap mengimplementasikan CSR terutama bila sifatnya partisipatif, masyarakat tidak mau
diajak berubah dan hanya ingin mendapatkan bantuan dana saja (filantropi) serta cultur dan terkadang capacity building
ketika masyarakat tidak bisa menyerap keinginan perusahaan. Sedangkan dari perusahaan masih banyak perusahaan
yang menjalankan CSR-nya hanya untuk meningkatkan image perusahaan, bahkan ada beberapa perusahaan yang sama
kali tidak mau menjalankan CSR.7
6 Jangkauan program CSR di Indonesia belum merata, belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. CSR
dilakukan hanya untuk tujuan pihak-pihak tertentu saja dan tidak bersifat berkelanjutan.
Pelaksanaan CSR berpola kemitraan tidak dilakukan secara baik sejak awal. Akibatnya, pengambilan keputusan-
keputusan penting dalam rangka pelaksanaan program sering dilakukan secara sepihak oleh perusahaan.8

Metode yang digunakan sebagai tool analysis pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan
dalam tulisan ini adalah studi literatur, yaitu masyarakat. Tanggung jawab tersebut harus
studi terhadap berbagai permasalahan dalam mempertimbangkan harapan pemangku
implementasi CSR di lapangan serta ketentuan- kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan
ketentuan hukum yang terkait. Bahan-bahan dan noma-norma perilaku internasional, serta
terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh.
literatur didapatkan dari perpustakaan maupun
searching website, dan kemudian didalami dan CSR mengandung nilai etis dan filantropis
dianalisa berdasarkan teori dan konsep yang dalam rangka kesejahteraan masyarakat. Menurut
ditetapkan. Suharto (2007:102), sebuah perusahaan tidak hanya
memiliki tanggung jawab ekonomis, melainkan
Corporate Social Responsibility (CSR) juga tanggung jawab legal, etis, dan filantropis: 1)
CSR menyangkut hubungan antara perusahaan Tanggung jawab ekonomis. Kata kuncinya adalah
dengan masyarakat sekitarnya. Ada sejumlah make a profit. Motif utama perusahaan adalah
definisi tentang CSR yang layak menjadi rujukan. menghasilkan laba, perusahaan harus memiliki nilai
Menurut Untung (2014:1-2): tambah ekonomi sebagai prasyarat agar perusahaan
CSR merupakan bentuk tanggung jawab dapat terus hidup dan berkembang,; 2) Tanggung
perusahaan terhadap lingkungannya bagi kepedulian jawab legal. Kata kuncinya adalah obey the law.
sosial maupun tanggung jawab lingkungan dengan Perusahaan harus taat hukum. Dalam proses
tidak mengabaikan kemampuan dari perusahaan. mencari laba, perusahaan tidak boleh melanggar
Pelaksanaan kewajiban ini harus memperhatikan kebijakan dan hukum yang ditetapkan Pemerintah;
dan menghormati tradisi budaya masyarakat di
3) Tanggung jawab etis. Kata kuncinya adalah
sekitar lokasi kegiatan usaha tersebut.
be ethical. Perusahaan memiliki kewajiban untuk
CSR terkait dengan upaya pemberdayaan menjalankan praktek bisnis yang baik benar, adil,
dan kesejahteraan masyarakat sekitar perusahaan. dan fair. Norma-norma masyarakat perlu menjadi
Menurut ISO 26000 yang dikutip Putra (2015:1): rujukan bagi pelaku organisasi perusahaan; 4)
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan Tanggung jawab filantropis. Kata kuncinya
tanggung jawab sebuah organisasi terhadap adalah be a good citizen. Selain perusahaan harus
dampak keputusan yang diwujudkan dalam bentuk memperoleh laba, taat hukum, dan berperilaku
perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan
etis, perusahaan juga dituntut untuk dapat

7
Permasalahan Dalam Pelaksanaan CSR di Indonesia,
memberi kontribusi yang dapat dirasakan secara
Manajemen Kebijakan, Jumat, 06 Desember 2013. langsung oleh masyarakat. Tujuannya adalah untuk
http://w4nm4p.blogspot.co.id/2013/12/permasalahan- meningkatkan kualitas kehidupan bersama.
dalam-pelaksanaan-csr-di.html, diakses 12 November Selanjutnya Suharto (2007:103-104) me-
2015. ngemukakan bahwa munculnya konsep CSR

8
Kegiatan CSR di Indonesia Menghadapi Beragam
didorong oleh kecenderungan pada masyarakat
Kendala, http://www.amerta.or.id/2014/05/21/kegiatan-
csr-di-indonesia-meng-hadapi-beragam-kendala/, diakses industri yang kurang memedulikan masyarakat
20 Januari 2015. sekitar, yang mencakup: 1) dehumanisasi

Hartini Retnaningsih, Permasalahan Corporate Social Responsibility (CSR) | 179


industri. Efisiensi dan mekanisasi yang semakin economies, perusahaan dituntut untuk tidak menjadi
menguat di dunia industri telah menciptakan kaya sendiri sementara komunitas di lingkungannya
persoalan-persoalan kemanusiaan baik di kalangan miskin. Perusahaan harus memberdayakan ekonomi
buruh maupun masyarakat sekitar perusahaan. sekitarnya; 3) Assesing social chesion, upaya
Perampingan perusahaan telah menimbulkan untuk menjaga keharmonisan dengan masyarakat
gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) dan sekitarnya agar tidak menimbulkan konflik; 4)
pengangguran. Ekspansi dan eksploitasi dunia Encouraging good governance, perusahaan dalam
industri telah melahirkan polusi dan kerusakan menjalankan bisnisnya, harus mengacu pada Good
lingkungan yang hebat; 2) equalisasi hak-hak Corporate Governance (GCG); 5) Protecting the
publik. Masyarakat semakin sadar akan haknya environment, perusahaan harus berupaya menjaga
untuk meminta pertanggungjawaban perusahaan kelestarian lingkungan.
atas berbagai masalah sosial yang ditimbulkan Berdasarkan konsep di atas, maka
oleh perusahaan. Kesadaran ini semakin menuntut penyelenggaraan CSR haruslah didasarkan
akuntabilitas perusahaan bukan saja terkait dengan pada tujuan untuk membangun sumber daya
proses produksi, melainkan juga berbagai masalah manusia yang handal, menambah kekayaan atau
sosial yang ditimbulkan; 3) Aquariumisasi dunia mengentaskan masyarakat dari kemiskinan,
industri. Dunia kerja semakin transparan, sehingga menjaga hubungan perusahaan dengan masyarakat
perusahaan yang hanya memburu rente ekonomi sekitar, mendukung tata kelola perusahaan yang
dan cenderung mengabaikan hukum, prinsip etis, bersih, dan melestarikan lingkungan. Semua itu
dan filantropis tidak akan mendapat dukungan perlu dilakukan untuk kesejahteraan masyarakat.
publik. Bahkan dalam banyak kasus, masyarakat Kegiatan CSR terkait dengan industrialisasi
menuntut agar perusahaan ditutup; 4) Feminisasi yang umumnya terjadi di negara-negara
dunia kerja. Semakin banyaknya wanita bekerja berkembang. Sebagaimana dikemukakan Strahm
semakin menuntut penyesuaian perusahaan, bukan (1999:183) bahwa negara berkembang mempunyai
saja terhadap lingkungan internal organisasi seperti kedudukan yang penting di mata negara industri
pemberian cuti hamil dan melahirkan, keselamatan Barat, terutama karena alasan sebagai berikut:
dan kesehatan kerja, namun juga timbulnya 1) Negara berkembang merupakan pasar untuk
biaya-biaya sosial seperti penelantaran anak dan menampung produk industri dan pertanian yang
kenakalan remaja akibat berkurang atau hilangnya melimpah. Hal ini menjadi tambah penting
ibu-ibu di rumah dan lingkungan masyarakat. ketika angka pengangguran di negara industri
CSR terkait dengan hubungan antara meningkat; 2) Negara berkembang merupakan
perusahaan dan masyarakat di sekitarnya dalam halaman belakang industri Barat, terutama
rangka mendapatkan kehidupan yang berkualitas, dengan memanfaatkan upah buruh yang rendah
di mana perusahaan dapat hidup dan berkembang bagi produksi yang memerlukan banyak tenaga
dan masyarakat dapat menerima benefit dari kerja; 3) Beberapa negara berkembang merupakan
perusahaan. Menurut World Bank yang dikutip pengekspor bahan baku yang sangat diperlukan; 4)
Azheri (2012:20), definisi CSR adalah: Dengan keindahan dan kekayaan alamnya, negara
The commitment of business to contribute to berkembang cocok dijadikan suaka alam, sebagai
sustainable economic development working with obyek wisata, dan pemasok kayu; 5) Negara
employees and their representatives, the local berkembang sebagai pasar dan tempat uji coba
community and society at large to improve quality persenjataan, yakni dengan memicu pecahnya
of life, in ways that are both good for business and
perang boneka.
good for development.
Berdasarkan Strahm, banyak program CSR
CSR membutuhkan landasan yang kuat untuk dilakukan perusahaan yang terlihat sebagai
implementasinya, karena tanpa landasan yang kuat suatu program pemberdayaan masyarakat yang
maka akan sulit diharapkan membawa dampak bermanfaat bagi masyarakat, namun sesungguhnya
positif bagi masyarakat. CSR memiliki pilar-pilar ada maksud lain dari perusahaan asing yang
yang mendasari pelaksanaannya. Menurut Prince of beroperasi di Indonesia. Untuk hal seperti ini, perlu
Wales International Business Forum yang dikutip dilakukan pengawasan dan analisis yang tajam demi
Azheri (2012:28-29), ada lima pilar aktivitas CSR, merancang strategi ke depan untuk kepentingan
yaitu: 1) Building human capital, ini berkaitan masyarakat. Prinsip profesional perusahaan dan
dengan internal perusahaan untuk menciptakan prinsip CSR untuk pemberdayaan masyarakat perlu
sumber daya manusia yang handal, sedangkan dibuat seimbang sehingga terjalin hubungan yang
secara eksternal perusahaan dituntut melakukan baik antara perusahaan dengan masyarakat sekitar.
pemberdayan masyarakat; 2) Strengthening Hubungan yang bersifat mutualis perlu dibangun,

180 | Aspirasi Vol. 6 No. 2, Desember 2015


demi kelangsungan perusahaan dan keberlanjutan tersebut sekaligus juga dapat menjadi pedoman
kehidupan masyarakat. untuk melakukan evaluasi apakah selama ini
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perusahaan telah melakukan hal-hal yang benar dan
oleh perusahaan melalui program CSR. Menurut tepat terkait CSR. Komponen-komponen tersebut
Kanarisna, ada 6 hal yang dapat dipilih perusahaan perlu dilihat kembali apakah sudah dilakukan
untuk menyelenggarakan program CSR: 1) Promosi sesuai prosedur dan memenuhi kriteria dalam
kegiatan sosial (cause promotions); 2) Pemasaran pemberdayaan masyarakat.
terkait kegiatan sosial (cause related marketing); CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan
3) Pemasaran kemasyarakatan korporat (corporate merupakan kepedulian yang selayaknya dilakukan
societal marketing); 4) Kegiatan filantropi oleh perusahaan untuk masyarakat, agar mereka
perusahaan (corporate philanthropy); 5) Pekerja mendapat benefit dari keberadaan perusahaan di
sosial kemasyarakatan secara sukarela (community wilayahnya, dan bukan merugi akibat kehilangan
volunteering); 6) Praktik bisnis yang memiliki lahan serta sebagian ritual kehidupannya. Di
tanggung jawab sosial (socially responsible Indonesia CSR diatur dalam Pasal 74 UU No. 40
business practice.9 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Pasal
Berdasarkan Kanarisna (2013), perusahaan 15, Pasal 17, dan Pasal 34 UU No. 25 tahun 2007
perlu senantiasa menjalin kerja sama dengan tentang Penanaman.
masyarakat sekitar untuk melakukan apa yang Terkait kewajiban CSR bagi perusahaan,
terbaik terkait program CSR. Dengan komunikasi Pasal 74 Ayat (1) UU PT No. 40 tahun 2007
yang baik maka masyarakat bisa mengemukakan tentang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa
apa yang sebaiknya dilakukan terkait CSR, dan perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya
perusahaan juga dapat memahami permasalahan di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya
yang dihadapi masyarakat serta bagaimana cara alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial
mengatasinya. Dengan demikian, perusahaan akan dan lingkungan. Terkait anggaran CSR, Ayat (2)
dapat memilih salah satu atau lebih cara dan bentuk UU PT menyatakan bahwa tanggung jawab sosial
kegiatan untuk kepentingan masyarakat. dan lingkungan merupakan kewajiban perseroan
Perusahaan perlu melakukan hal terbaik dalam yang dianggarkan & diperhitungkan sebagai
rangka pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan
Info Komunitas CSR, ada 8 komponen utama yang dengan memerhatikan kepatutan & kewajaran.
dapat digunakan untuk penerapan CSR yang baik, Sedangkan terkait ancaman pidana, Ayat (3)
yaitu: 1) Tingkah laku bisnis etis, meliputi: sifat UU PT menyatakan bahwa perseroan yang tidak
adil dan jujur, standar kerja tinggi, melatih etis para melaksanakan kewajiban tersebut dapat dipidana
pimpinan dan eksekutif; 2) Komitmen tinggi pada Perusahaan harus memerhatikan masyarakat
stakeholders, meliputi: keuntungan untuk semua dan lingkungan di mana mereka beroperasi.
stakeholders, adanya inisiatif dan mewujudkan Hal ini diatur dalam UU No. 25 tahun 2007
dialog; 3) Peduli masyarakat, meliputi: membangun tentang Penanaman Modal. Pasal 15 UU
hubungan timbal balik, dan melibatkan masyarakat tersebut menyatakan bahwa setiap penanam
dalam operasi perusahaan; 4) Terhadap konsumen, modal berkewajiban: a) menerapkan prinsip tata
melindungi hak-haknya, kualitas layanan, dan kelola perusahaan yang baik; b) melaksanakan
memberi informasi jujur; 5) Terhadap pekerja, tanggung jawab sosial perusahaan; c) membuat
meliputi: membangun lingkungan kekeluargaan, laporan tentang kegiatan penanaman modal dan
tanggung jawab (accountable), upah yang wajar, menyampaikannya kepada Badan Koordinasi
komunikasi yang luwes, dan mengembangkan Penanaman Modal; d) menghormati tradisi
pekerja; 6) investasi secara kompetitif; 7) Untuk budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha
pemasar: berbisnis secara adil; 8) Komitmen penanaman modal; e) mematuhi semua ketentuan
terhadap lingkungan, meliputi: menjaga kualitas peraturan perundangundangan.
lingkungan, dan komitmen terhadap pembangunan Terkait dengan kelestarian lingkungan, Pasal
berkelanjutan. 17 UU Pasar Modal menyatakan bahwa penanam
Perusahaan perlu memahami 8 komponen modal yang mengusahakan sumber daya alam yang
tersebut dan menggunakannya untuk memberikan tidak terbarukan wajib mengalokasikan dana secara
CSR terbaik bagi masyarakat. Komponen-komonen bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi
standar kelayakan lingkungan hidup, yang
9
Kanarisna, Contoh Praktek Inisiatif CSR di Indonesia,
pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan
https://kanarisma20.wordpress.com/2013/06/22/6-
contoh-praktek-inisiatif-csr-di-indonesia/, diakses 20 peraturan perundang-undangan. Sedangkan terkait
Januari 2015. ancaman pidana, Pasal 34 UU Pasar Modal Ayat

Hartini Retnaningsih, Permasalahan Corporate Social Responsibility (CSR) | 181


(1) menyatakan bahwa badan usaha atau usaha 6) Perusahaan mengimplementasikan CSR
perseorangan yang tidak memenuhi kewajiban hanya untuk dalih pencitraan perusahaan.
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat Implementasi dengan model seperti ini
dikenai sanksi administratif dan sanksi pidana pada umumnya kurang banyak manfaatnya
lainnya sesuai ketentuan perundang-undangan. bagi masyarkat karena biasanya program-
Banyak hal yang menjadi persoalan dan tidak program yang dilakukan bersifat instan,
teratasi karena tidak adanya hubungan yang baik sehingga benefitnya tidak berkelanjutan bagi
antara perusahaan dengan masyarakat di sekitarnya. masyarakat.
Berdasarkan Tabel 1 tentang Permasalahan dalam
Implementasi CSR di Indonesia ada beberapa hal CSR dan Kesejahteraan Sosial
yang layak dicatat dalam hal ini yaitu: CSR merupakan bagian dari permasalahan
1) Perusahaan kurang memerhatikan kondisi kesejahteraan sosial. Kesejahteraan sosial pada
masyarakat di mana perusahaan beroperasi. umumnya terkait dengan masalah kemampuan
Seperti kasus Freeport, Indo Rayon, dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan-
sebagainya mencerminkan kekakuan hubungan kebutuhannya terutama kebutuhan-kebutuhan yang
antara perusahaan dan lingkungannya, di mana bersifat dasar. Jika seseorang atau sekelompok
masyarakat seolah justru menjadi objek atau orang tidak mampu memenuhi kebutuhan-
pelengkap penderita bagi perusahaan. Masyarakat kebutuhan dasarnya, maka orang tersebut dapat
pun merasa dikesampingkan keberadaannya, dikatakan sebagai orang yang miskin atau dengan
sehingga muncul konflik yang kemudian kata lain tidak sejahtera. Jadi kesejahteraan sosial
mengganggu proses operasional perusahaan; terkait dengan tingkat kemiskinan yang ada dalam
2) Perusahaan melakukan bisnis tanpa masyarakat. Kemiskinan sendiri mempunyai
memerhatikan kerusakan lingkungan alam di banyak rentetan persoalan yang perlu dicermati
wilayah yang ditempatinya, padahal wilayah jika negara ingin berhasil dalam penanggulangan
tersebut juga menjadi tempat bergantungnya kemiskinan. Menurut Haughton dan Khandker
kehidupan masyarakat. Pencemaran yang (2010:3):
terjadi di Teluk Buyat adalah contoh Kemiskinan terkait dengan, tetapi berbeda dengan,
dari pengabaian itu, yang mengakibatkan ketimpangan dan kerentanan. Ketimpangan berfokus
penderitaan masyarakat karena harus tercemar pada distribusi atribut, seperti pendapatan atau
limbah tailing; konsumsi, di seluruh masyarakat. Dalam kontkes
analisis kemiskinan, ketimpangan perlu diperiksa
3) Perusahaan melakukan eksploitasi alam
apabila seseorang yakin bahwa kesejahteraan
hingga merusaknya dan merugikan kehidupan
individu bergantung pada kondisi ekonomi mereka
masyarakat yang luas, tanpa memperhitungkan yang saling terkait dalam masyarakat. Kerentanan
ganti rugi masyarakat secara adil. Kasus didefinisikan sebagai risiko untuk terperosok ke
lumpur Lapindo adalah contoh konkret dalam kemiskian di masa yang akan datang, bahkan
kejamnya perusahaan terhadap masyarakat apabila orang tersebut pada saat ini tidak miskin;
sekitar, dan bahkan hingga kini permasalahan hal ini sering kali dikaitkan dengan pengaruh
belum teratasi secara tuntas; goncangan seperti kekeringan, penurunan harga
4) Perusahaan masih memandang sebelah usaha pertanian, atau krisis finansial. Kerentanan
mata pada pentingnya program CSR bagi merupakan sebuah dimensi pokok kesejahteraan
kelangsungan perusahaan, dan bahkan karena hal tersebut memengaruhi tingkah laku
ada perusahaan yang menganggap CSR setiap individu dalam hal investasi, pola produksi,
dan strategi yang sesuai, serta persepsi tentang
sebagai kendala dalam upaya mereka meraih
situasi masing-masing.
keuntungan yang maksimal;
5) Perusahaan masih setengah hati dalam Kesejahteraan terkait dengan tantangan-
mengimplementasikan CSR, sehingga tantangan yang dihadapi manusia pada
masyarakat tidak dapat merasakan sepenuhnya jamannya, dan oleh karenanya upaya peningkatan
manfaat program yang diberikan. Hal kesejahteraan harus disesuaikan dengan tantangan-
ini terlihat pada sejumlah kasus di mana tantangan yang dihadapi. Apa yang terjadi saat ini
masyarakat hanya diperlakukan seperti objek, tentu berbeda dengan apa yang terjadi 20 tahun lalu,
dan perusahaanlah yang banyak menentukan di mana saat ini bangsa Indonesia telah memasuki
kegiatan program, padahal dalam upaya era global. Menurut Tilaar (1997:16-17):
pemberdayaan dibutuhkan partisipasi yang Proses globalisasi bergerak sejalan dalam tiga
baik dari masyarakat; arena kehidupan manusia: arena ekonomi, politik,
dan budaya. Di dalam arena ekonomi proses tersebut

182 | Aspirasi Vol. 6 No. 2, Desember 2015


memengaruhi pengaturan-pengaturan sosial voluntarism, dan corporate involuntarism.
dalam produksi, pertukaran barang, distribusi, dan
konsumsi baik barang maupun pelayanan (service).
Selanjutnya Prasentyantoko, dkk. (2012:150-
Dalam arena politik proses globalisasi menyatakan 151) mengemukakan bahwa ideologi pertama,
diri di dalam pengaturan sosial dalam kaitannya business is business mirip dengan keinginan
dengan konsentrasi serta aplikasi kekuasaan. Dalam Milton Friedman, bahwa perusahaan harus
arena budaya proses globalisasi menyatakan diri di fokus pada business, karena pada hakekaktnya ia
dalam pengaturan sosial dalam kaitannya dengan merupakan institusi yang dapat menciptakan
pertukaran dan ekspresi simbol mengenai fakta, kesejahteraan masyarakat. Ideologi kedua,
pengertian, kepercayaan, selera, dan nilai-nilai. corporate voluntarism berpandangan bahwa
Berdasarkan Tilaar, maka upaya pemberdayan setiap perusahaan secara sukarela tanpa campur
masyarakat di era globalisasi perlu dilakukan di tangan negara dapat mengembangkan dan
tiga ranah besar yaitu ekonomi, politik, dan budaya. menjalankan kedermawanan. Ideologi ketiga,
Dalam hal ini penyelenggaraan CSR harus mampu corporate involuntarism, mengandaikan bahwa
menangkap apa yang sesungguhnya menjadi setiap perusahaan memiliki kewajiban menjalankan
kebutuhan masyarakat di sekitar perusahaan tanggung jawab sosial sebagaimana diatur dalam
agar dapat disusun formulasi yang tepat untuk aturan perundang-undangan.
memberdayakan mereka. Berdasarkan Prasentyantoko, dkk., ideologi
Upaya perwujudan kesejahteraan sosial ketiga telah memberi inspirasi bagi keberadaan
perlu dilakukan bukan saja melalui perencanaan program CSR di perusahaan-perusahaan. Bahkan
jangka pendek, namun juga perencanaan jangka pemerintah telah menetapkan UU No. 40 Tahun 2007
panjang. Terkait dengan ini, Bappenas telah tentang Perseroan Terbatas dan UU No. 25 Tahun
menyusun perencanaan yang komprehensif untuk 2007 tentang Penanaman Modal yang mengatur
pembangunan Indonesia. Menurut Mustopadidjaja tentang kewajiban perusahaan untuk melakukan
AR, dkk (2012:345): tanggung jawab sosial bagi masyarakat di sekitar
Berdasarkan kondisi bangsa Indonesia saat ini, perusahaan. Namun demikian, implementasi
tantangan yang dihadapi selama kurun waktu 20 program CSR belum sepenuhnya memuaskan.
tahun mendatang dengan mempertimbangkan modal Terkait dengan implementasi kedermawanan
dasar yang dimiliki bangsa Indonesia dan amanat sosial perusahaan, Prasetyantoko, dkk. (2012:152)
perjuangan yang termaktub dalam Pembukaan UUD mengemukakan:
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka visi Kedermawanan sosial perusahaan sekilas tampak
pembangunan nasional 2005-2025 adalah Indonesia sebagai sebuah moda yang cukup operasional bagi
yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Bangsa yang pembiayaan pembangunan. Namun, dalam praktik
mandiri adalah bangsa yang mampu mewujudkan di lapangan, kedalamannya sangat terbatas. Banyak
kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain kegiatan atas nama CSR menjadi sekedar kegiatan
yang telah maju dengan mengandalkan kemampuan publisitas dan amal tanpa memiliki kaitan dengan
dan kekuatan sendiri. Suatu bangsa dikatakan optimalisasi potensi dalam menjawab kebutuhan
maju apabila memiliki sumber daya manusia yang masyarakat sekitar. Upaya memperdalam praktik
berkualitas, berkepribadian, berakhlak mulia, dan CSR sebenarnya merupakan diskusi cukup menarik.
berpendidikan tinggi. Banyak pihak optimistis bahwa praktik CSR dapat
terlaksana dengan baik bila dibekali dua kunci
Visi pembangunan nasional sebagaimana
utama berupa peraturan yang tepat sasaran dan
dicanangkan Bappenas tersebut sangat inspiratif kapasitas sumber daya manusia yang memadai.
bagi penyelenggaraan program CSR yang dilakukan
perusahaan. Untuk mencapai Indonesia yang Dengan demikian dapat diinterpretasikan
mandiri, maju, adil, dan makmur perlu dilakukan bahwa penyelenggaraan CSR selama ini belum
upaya serentak di berbagai sektor, dan perusahaan optimal sehingga manfaat CSR sebagai sarana untuk
dapat menjadi bagian penting di dalamnya. pemberdayaan masyarakat masih jauh dari harapan.
Memang perusahaan merupakan salah satu Jika demikian halnya, maka kedermawanan sosial
unsur yang dapat dimanfaatkan dalam pendanaan dapat dikatakan belum mampu berperan dalam
pembangunan, dan ini juga yang kemudian upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
memunculkan istilah kedermawanan sosial
perusahaan. Menurut Achwan yang dikutip CSR dan Pemberdayaan Masyarakat
Prasentyantoko, dkk. (2012:150): CSR merupakan bagian dari upaya
Setidaknya ada tiga ideologi yang mewarnai pemberdayaan masyarakat di sekitar perusahaan.
motivasi dan pendekatan kedermawanan perusahaan, Menurut Carlzon yang dikutip Kadarisman
yaitu the business of business is busines, corporate (2012:235):

Hartini Retnaningsih, Permasalahan Corporate Social Responsibility (CSR) | 183


Pemberdayaan adalah membebaskan seseorang jurang terdalam penderitaan, yang mengakibatkan
dari kendali yang kaku dan memberi orang tersebut semakin jauhnya kesejahteraan. Program CSR
kebebasan untuk bertanggung jawab terhadap seharusnya melihat masalah perangkap kemiskinan
ide-idenya, dan keputusan-keputusannya, serta yang dialami masyarakat, sehingga program CSR
tindakan-tindakannya. daat memilih jenis program yang paling tepat
Berdasarkan Carlzon, CSR berupaya dengan kondisi masyarakat.
membebaskan masyarakat sekitar perusahaan Pemberdayaan masyarakat harus didukung oleh
untuk keluar dari permasalahan sosial yang penguatan institusi. Sebagaimana dikemukakan
dihadapinya. Melalui program CSR, perusahaan oleh Stamboel (2012:168-169):
berupaya memberi kesempatan agar masyarakat Melihat pentingnya peran negara dalam upaya
dapat mengembangkan dirinya menjadi lebih pengentasan kemiskinan, membuat para ekonom
mandiri dan mampu memenuhi kebutuhan- sepakat bahwa birokrasi yang efektif adalah
kebutuhannya. Dengan demikian, dalam jangka syarat dasar bagi competitiveness sebuah bangsa.
Bank Dunia dalam laporannya mengenai Global
panjang kesejahteraan masyarakat akan meningkat.
Competitiveness, bahkan menempatkan institusi
Pemberdayaan masyarakat terkait dengan sebagai basic requirement bagi kemajuan sebuah
upaya mengangkat kehidupan orang miskin untuk bangsa.
menjadi orang yang lebih mandiri dan mampu
menghidupi diri sendiri dan keluarganya. Dalam Berdasarkan Stamboel, negara perlu mendukung
pemberdayaan masyarakat perlu pemahaman akan upaya pemberdayaan yang dilakukan perusahaan
penyebab kemiskinan masyarakat, agar dapat melalui program CSR. Meskipun telah ada UU No.
diputuskan jenis program yang relevan untuk 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan UU
diterapkan. Ada berbagai penyebab kemiskinan. No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang
Menurut Chamsyah (2006:125): mewajibkan perusahaan untuk melakukan CSR bagi
Tapi yang paling utama, faktor kemiskinan adalah masyarakat sekitar, namun Pemerintah perlu terus
produk dari sistem ekonomi yang kapitalistik yang mendorong dan melakukan pembinaan terkait CSR.
melahirkan pola distribusi kekayaan secara tidak Pengawasan dan pembinaan perlu dilakukan pada
adil. Fakta empirik menunjukkan bahwa bukan kedua belah pihak, baik kepada perusahaan maupun
karena tidak ada makanan yang membuat rakyat masyarakat, agar program CSR dapat dilakukan
menderita kelaparan, atau tidak ada rumah sehingga dengan sebaik-baiknya oleh setiap perusahaan untuk
banyak rakyat tinggal di bantaran sungai atau masyarakat di sekitarnya.
di emperan toko, melainkan buruknya distribusi Ada berbagai jenis kegiatan program CSR
makanan, rumah dan sebainya.
yang bisa dipilih oleh perusahaan, dan salah satunya
Berdasarkan Chamsyah, maka pemahaman adalah pemberdayaan masyarakat. Menurut
kondisi masyarakat sekitar perusahaan perlu menjadi Untung (2014:117-118), sebenarnya tidak salah
fokus perhatian dalam penyelenggaraan CSR. Pada jika CSR digunakan untuk kegiatan filantropi,
umumnya perusahaan yang berorientasi profit namun jika CSR digunakan untuk pemberdayaan
terlihat sebagai kapitalis yang dapat berdampak masyarakat maka akan memberikan manfaat
pada tidak meratanya distribusi sumber-sumber langsung dan berdampak ganda yang lebih besar
yang ada di sekitar perusahaan yang mengakibatkan serta mampu secara bertahap mengembangkan
potensi konflik dalam masyarakat. Dalam hal kemandirian masyarakat. Hal ini dikarenakan,
seperti ini, diperlukan kecermatan perusahaan untuk melalui pemberdayaan masyarakat, sekurang-
memahami persoalan yang dihadapi masyarakat, kurangnya masyarakat disiapkan untuk:
dan perusahaan perlu memutuskan pilihan terbaik a. Menyadari kesalahannya, masalah yang
untuk pemberdayaan masyarakat. dihadapi, peluang-peluang yang dapat
Menurut Chambers yang dikutip Soetrisno dilakukan, serta memilih kegiatan perbaikan
(2001:26-27), ada banyak faktor yang menyebabkan kehidupan yang sesuai dan terbaik dengan
terjadinya proses kemiskinan, di mana satu sama daya nalar serta kemampuannya.
lainnya terjalin dalam satu kerangka yang disebut b. Melalui proses belajar bersama, berlatih
perangkap kemiskinan atau deprivation trap yang untuk membuat perencanaan bagi perbaikan
terdiri dari 5 unsur yaitu: 1) Kemiskinan itu sendiri; kehidupannya.
2) Kelemahan fisik; 3) Keterasingan atau kadar c. Melakukan kegiatan mereka secara partisipatif
isolasi; 4) Kerentanan; dan 5) Ketidakberdayaan. dengan atau tanpa fasilitas pihak luar.
Berdasarkan Chambers, perangkap kemiskinan d. Melakukan pemantauan dan evaluasi secara
harus dicegah dan diatasi, karena perangkap partisipatif terhadap semua kegiatan yang
kemiskinan bisa membawa manusia ke dalam telah mereka lakukan.

184 | Aspirasi Vol. 6 No. 2, Desember 2015


e. Memanfaatkan hasil-hasil kegiatan secara masyarakat, sedangkan jika tidak sukses dalam
partisipatif. menjalankan program CSR-nya maka perusahaan
akan dianggap zalim kepada masyarakat.
Berdasarkan Untung, jika perusahaan dapat
Ada beberapa contoh kasus penyelenggaraan
melakukan pemberdayaan masyarakat melalui
program CSR yang tidak berjalan lancar karena
program CSR-nya maka itu merupakan pilihan
adanya konflik perusahaan dengan masyarakat, di
terbaik bagi keberlanjutan hidup masyarakat
antaranya terjadi di PT Freeport di Papua, PT Inti
sekitar perusahaan. Hal ini tentu berbeda jika
Indorayon di Porsea Sumatera Utara, PT Samsung
cara filantropi yang dipilih, di mana bantuan akan
di Pasuruan, PT Exon Mobil di Lhokseumawe Aceh,
terhenti pada titik tertentu tanpa memerhatikan
dan PT Newmont di Sulawesi Utara. Konflik yang
kelangsungan hidup selanjutnya dari masyarakat.
terjadi berlarut-larut sehingga kemudian menjadi
Program CSR hendaknya menjadi bagian
kendala bukan saja bagi perusahaan yang berupaya
penting dari proses pembangunan Indonesia.
menraih keuntungan dari bisnisnya, namun juga
Sebagaimana dikemukakan Saleh (2013:236):
Proses pembangunan idealnya haruslah mengarah berakibat kegagalan bagi perusahaan untuk ikut
pada pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan andil dalam upaya pemberdayaan masyarakat di
segenap rakyat. Hal itu akan tercermin dalam sekitarnya.
penurunan angka kemiskinan, perbaikan ketimpangan Jangkauan pelaksanaan program CSR di
pendapatan, dan penciptaan lapangan kerja dengan Indonesia belum merata, dan masih dilakukan
pendapatan yang berkepastian untuk peningkatan hanya untuk tujuan pihak-pihak tertentu saja dan
taraf hidup. Untuk mewujudkan langkah ke arah itu, tidak bersifat berkelanjutan.10 CSR yang berpola
setahap demi setahap perlu diupayakan peningkatan kemitraan tidak dilakukan secara baik sejak awal,
taraf pendidikan dan kemampuan kerja penduduk sehingga pengambilan keputusan-keputusan
usia produktif, yang terus disesuaikan dengan penting dalam rangka pelaksanaan program CSR
kebutuhan pembangunan dan iklim persaingan di
sering dilakukan secara sepihak oleh perusahaan.
pasar tenaga kerja lokal maupun global.
Dengan demikian, apa yang terjadi dalam
Berdasarkan Saleh, CSR selayaknya dilakukan CSR belum sepenuhnya untuk kepentingan
perusahaan dengan maksud memberdayakan pemberdayaan masyarakat, sehingga ke depan
masyarakat, sehingga mereka dapat bangkit dari penyelenggaraan CSR bisa lebih dirasakan
kemiskinan atau keterpurukan lainnya. Dengan manfaatnya oleh masyarakat. Perlu dibangun
keberhasilan program CSR yang dilakukannya, kesadaran pada perusahaan bahwa masyarakat
maka perusahaan dapat dikatakan telah ikut bukanlah objek, melainkan subjek yang hidup yang
andil dalam pembangunan nasional, khususnya harus dipertanggungjawabkan kodisi sosialnya oleh
mengentaskan masyarakat dari kekurangan dan perusahaan. Perusahaan harus membuat masyarakat
penderitaan. sekitar merasakan benefit dari perusahaan, melalui
program pemberdayaan
Evaluasi Menurut Emanuel (2011) berdasarkan
Berdasarkan permasalahan yang menjadi penelitian yang dilakukan oleh Business for Social
kendala dalam implementasi CSR sebagaimana Responsibility, manfaat yang dapat diperoleh
diuraikan di atas, maka perlu dilakukan evaluasi suatu perusahaan yang mengimplementasikan
yang terus-menerus pada berbagai program CSR CSR antara lain: 1) Peningkatan penjualan dan
yang dilakukan perusahaan. Bukan saja perusahaan pangsa pasar (Increased sales and market share);
yang perlu terus memegang komitmennya untuk 2) Memperkuat posisi nama atau merek dagang
memberdayakan masyarakat, namun juga perlu (strengthened brand positioning); 3) Meningkatkan
pemahaman masyarakat akan pentingnya program citra perusahaan (Enhanced corporate image
CSR bagi mereka. Dengan demikian, perusahaan and clout); 4) Meningkatkan kemampuan untuk
dan masyarakat dapat menjadi mitra yang baik menarik, memotivasi dan mempertahankan
dan menjalin kerja sama yang berkualitas untuk pegawai (Increased ability to attract, motivate, and
meningkatkan keberdayaan masyarakat dan retain employees); 5) Menurunkan biaya operasi
meningkatkan kesejahteraan mereka. (Decreasing operating cost); 6) Meningkatkan daya
Evaluasi program CSR merupakan hal yang tarik bagi investor dan analis keuangan (Increased
sangat penting dan bahkan sebuah keharusan bagi appeal to investors and financial analyts).
perusahaan, mengingat CSR memiliki dua sisi
penggambaran bagi perusahaan. Jika perusahaan
10
Kegiatan CSR di Indonesia Menghadapi Beragam
Kendala, http://www.amerta.or.id/2014/05/21/kegiatan-
sukses dalam melakukan CSR-nya, maka perusahaan csr-di-indonesia-menghadapi-beragam-kendala/, diakses
tersebut akan memiliki citra atau nama baik di mata 20 Januari 2015.

Hartini Retnaningsih, Permasalahan Corporate Social Responsibility (CSR) | 185


Dengan demikian, perusahaan perlu Dengan penyelenggaraan CSR secara benar dan
memandang positif program CSR, bukan saja tepat sasaran, diharapkan perusahaan bukan saja
karena CSR adalah perintah undang-undang, namun mendapatkan citra yang baik di mata masyarakat,
juga manfaat CSR bagi keberlanjutan perusahaan namun juga memiliki andil yang berarti bagi
itu sendiri. Berdasarkan Emanuel, jika perusahaan perwujudan kesejahteraan masyarakat. Dengan
melakukan CSR dengan baik, dengan ikhlas, dan demikian, perusahaan telah menyumbangkan
dengan semangat pembangunan nasional, maka sebagian keuntungannya bagi pemberdayaan
perusahaan akan memetik keuntungannya pada masyarakat, yang pada akhirnya akan mengantar
jangka panjang. Jika perusahaan melakukan masyarakat pada tingkat kesejahteraan yang
program-program pemberdayaan yang positif dan lebih baik. Dengan demikian, perusahaan ikut
bermanfaat bagi masyarakat, maka masyarakat berjasa dalam pembangunan nasional khususnya
akan melihatrnya sebagai kebaikan, sehingga pemberdayaan masyarakat.
perusahaan akan dipercaya oleh mitra usahanya.
Ketika perusahaan memberikan bantuan dan Penutup
kesempatan bagi masyarakat sekitar untuk menjadi Simpulan
lebih maju, lebih berdaya, dan lebih sejahtera, Program CSR merupakan suatu kewajiban
maka kredibilitas perusahaan akan meningkat dan yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk
sebagai konsekuensinya keuntungan bisnis juga kepentingan masyarakat sekitar, namun dalam
akan meningkat. kenyataan hingga kini CSR belum berjalan
Meskipun CSR adalah tugas perusahaan, namun sebagaimana mestinya. Banyak CSR tidak tepat
bukan berarti pihak negara bisa lepas tangan begitu sasaran yang akhirnya berdampak konflik antara
saja. Pemerintah perlu terus melakukan pemantauan perusahaan dan masyarakat.
dan pembinaan serta melakukan penegakan hukum Evaluasi merupakan hal penting yang harus
bagi perusahaan yang tidak mematuhi UU No. dilakukan untuk keberlanjutan perusahaan,
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan hubungan baik perusahaan dan masyarakat, serta
UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman peran perusahaan dalam pembangunan nasional.
Modal, di mana Pemerintah perlu menjaga good Dalam rangka evaluasi, diperlukan pemahaman dan
will untuk mendekatkan hubungan perusahaan pemetaan masyarakat, di mana perusahaan perlu
dengan masyarakat di tempat mereka beroperasi. mengenali secara baik dan cermat tentang kondisi
Sedangkan DPR RI juga perlu menggunakan masyarakat di sekitarnya. Dengan demikian,
otoritasnya sebagai legislator dan pengawas diharapkan perusahaan dapat memutuskan program
dalam rangka menjaga kelangsungan program CSR yang tepat untuk pemberdayaan.
CSR bagi kepentingan masyarakat. DPR RI perlu Masyarakat merupakan subjek (dan bukan
terus mengimbau Pemerintah agar memerhatikan objek) dalam implementasi CSR, sehingga
masalah CSR, memastikan CSR dilakukan dengan masyarakat harus didengar dan dilibatkan dalam
benar oleh perusahaan, dan menindak perusahaan berbagai langkah implementasi CSR Perusahaan.
yang tidak mematuhi ketentuan CSR. Selain
Saran
itu DPR RI juga perlu terus membuka ruang dan
Perusahaan perlu terus mencermati pentingnya
menampung aspirasi baik bagi perusahaan maupun
membuat program CSR yang tepat bagi masyarakat
masyarakat sekitar perusahaan terkait program
sekitar. Ketepatan program CSR sangat penting,
CSR di wilayahnya.
karena relevansi bantuan akan menentukan
Karena partisipasi masyarakat merupakan
keberhasilan CSR yang akhirnya akan berujung
keharusan bagi kesuksesan penyelenggaraan
pada kesejahteraan masyarakat.
CSR, maka Pemerintah perlu ikut mendorong
Perusahaan perlu terus melakukan evaluasi
terselenggaranya CSR yang tepat sasaran,
terhadap program CSR, agar upaya pemberdayakan
dalam hal ini pemerintah perlu memiliki data
masyarakat terus meningkat kualitasnya.
kemasyarakatan yang akurat dan aktual, sehingga
Masyarakat sebagai subjek pemberdayaan perlu
berbagai bantuan dapat diterima oleh masyarakat
terus didorong untuk perduli terhadap perusahaan,
yang berhak. Sedangkan DPR RI perlu mendorong
dengan cara bersikap responsif dan partisipatif
terwujudnya program CSR yang bermanfaat
terhadap berbagai bantuan dan kesempatan yang
bagi masyarakat luas, sehingga DPR RI perlu
diberikan melalui program CSR.
mengawasi pelaksanaan pendataan dan distribusi
bantuan program CSR, agar program tersebut dapat
memberdayakan masyarakat dan meningkatkan
kesejahteraan mereka.

186 | Aspirasi Vol. 6 No. 2, Desember 2015


DAFTAR PUSTAKA Suharto, Edi. 2007. Pekerjaan Sosial di Dunia Industri:
Memperkuat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(Corporate Social Responsibility). Bandung: Refika
Aditama.
Buku Suharto, Edi. 2010. CSR & Comdev: Investasi Kreatif
Ardianto, Elvinaro & Dindin M. Machfudz. 2011. Efek Perusahaan di Era Globalisasi. Bandung: Alfabeta.
Kedermawanan Pebisnis dan CSR. Jakarta: PT Elex
Tilaar, H.A.R. 1997. Pengembangan Sumber Daya
Media Komputindo-Kompas Gramedia.
Manusia dalam Era Globalisasi: Visi, Misi, dan
Azheri, Busyra. 2012. Corporate Social Responsibility: Program Aksi Pendidikan dan Pelatihan Menuju
Dari Voluntary menjadi Mandatory. Jakarta: Raja 2010. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Grafindo Persada.
Untung, Budi. 2014. CSR dalam Dunia Bisnis.
Chamsyah, Bachtiar. 2006. Teologi Penanggulangan Yogyakarta: ANDI.
Kemiskinan. Jakarta: RMBooks.
Urip, Sri. 2014. Strategi CSR: Tanggung Jawab
Haughton, Jonathan & Shahidur R. Khandker. 2010. Sosial Perusahaan untuk Peningkatan Daya
Pedoman tentang Kemiskinan dan Ketimpangan. Saing Perusahaan di Pasar Negara Berkembang.
Jakarta: Salemba Empat. Tangerang Selatan: Literati-Lentera Hati.
Kadarisman, M. 2012. Manajemen Pengembangan ----. 2013. Bisnis & CSR: Guide to Sustainability: Trend
Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Raja Grafinso CSR 2013. Jakarta: Latofi.
Persada.
Mustopadidjaja AR, dkk., Ed. 2012. Bappenas dalam Jurnal
Sejarah Perencanaan Pembangunan Indonesia Anto, M.B. Hendrie & Dwi Retno Astuti. 2008. Persepsi
1945-2015. Jakarta: LP3ES. Stakeholder terhadap Pelaksanaan Corporate
NN. tt. Ketimpangan: Handbook on Poverty and Social Responsibility: Kasus pada Bank Syariah di
Inequality. Jakarta: Salemba Empat & The World DIY. Sinergi: Kajian Bisnis dan Manajemen. Vol.
Bank. 10, No. 1, Hlm. 19-30.

NN. tt. Visi, Misi, dan Program Aksi Pendidikan dan Charolinda. 2006. Pengembangan Konsep Community
Pelatihan Menuju 2010. Jakarta: PT Gramedia Development dalam Kerangka Pelaksanaan
Widiasarana Indonesia. Corporate Social Responsibility. Jurnal Hukum
Pembangunan. Vol. 36, No. 1, Hlm. 86-106.
Prajarto, Nunung. Ed. 2012. CSR Indonesia: Sinergi
Pemerintah, Perusahaan, dan Publik. Yogyakarta: Lindrawati; Nita Felicia, dan T.J. Budianto, Th. 2008.
Fisipol UGM. Pengaruh Corporate Social Responsibility
terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan yang
Prasetyantoko, dkk., Ed. 2012. Pembangunan Inklusif: Terdaftar sebagai 100 Best Corporate Citizens oleh
Prospek dan Tantangan Indonesia. Jakarta: LP3ES KLD Research & Analytics. Majalah Ekonomi,
dan Prakarsa. Vol. 18, No. 1, Hlm. 66-83.
Prayitno, Ujianto Singgih. 2015. Corporate Social Nasir, Mohammad & Darwin Warisi. 2008. Penerapan
Responsibility: Konsep, Strategi, dan Implementasi. Good Corporate Governance dalam Mewujudkan
Jakarta: P3DI Setjen DPR RI dan Azza Grafika. Corporate Social Responsibility. Jurnal Akuntansi
Putra, Dedi Kurnia Shah. 2015. Komunikasi CSR Politik: Keuangan dan Perpajakan. Vol. 2, No. 1, Hlm.
Membangun Reputasi, Etika, dan Estetetika PR 153-161.
Politik. Jakarta: Prenadamedia Group. ----. 2008. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Saleh, Darwin Zahedy. 2013. Potret Dhuafa (Corporate Social Responsibility) dan Iklim
(Perekonomian Indonesia dalam Statistik, Ide, dan Penanaman Modal di Indonesia. Jurnal Legislasi
Terapan). Jakarta: Expose. Indonesia. Vol. 5, No. 2, Hlm. 9-20.
Soetrisno R. 2001. Pemberdayaan Masyarakat dan Internet
Upaya Pembebasan Kemiskinan. Yogyakarta: Corporate Social Responsibility, http://ekoteguh23.
Philosophy Press. blogspot.com/2010/10/corporate-social-
responsibility-csr.html, diakses 20 Januari 2015.
Stamboel, Kemala Aziz. 2012. Panggilan Keberpihakan:
Strategi Mengakhiri Kemiskinan di Indonesia. Hambatan dalam Penerapan CSR di Indonesia, http://
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. info-csr.blogspot.com/2008/08/hambatan-dalam-
pene rapan-csr.html, diakses 20 Januari 2015.
Strahm, Rudolf H. 1999. Kemiskinan Dunia Ketiga:
Menelaah Kegagalan Pembangunan di Negara
Berkembang. Yogyakarta: Pustaka Cidesindo

Hartini Retnaningsih, Permasalahan Corporate Social Responsibility (CSR) | 187


Kegiatan CSR di Indonesia Menghadapi Beragam Kanarisna, Contoh Praktek Inisiatif CSR di Indonesia,
Kendala, http://www.amerta.or.id/2014/05/21/ https://kanarisma20.wordpress.com/2013/06/22/6-
kegiatan-csr-di-indonesia-menghadapi-beragam- contoh-praktek-inisiatif-csr-di-indonesia/, diakses
kendala/, diakses 20 Januari 2015. 20 Januari 2015.
Permasalahan Dalam Pelaksanaan CSR di Indonesia, Rahmatullah, Rahmat. 2015. Masalah Pengelolaan
http://w4nm4p.blogspot.co.id/2013/12/ Program CSR Pada Sektor Pertambangan,
permasalahan-dalam-pelaksanaan-csr-di.html, http://www.rahmatullah.net/2010/05/masalah-
Diakses 12 November 2015. pengelolaan-program-corporate.html, diakses 12
November 2015.
Emanuel, Victor. 2011. Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan: Antara Ada dan Tiada, 07 Agustus
2011, http://www.kalimantan-news.com/berita. Peraturan Perundang-undangan
php?idb= 8778, diakses 20 Januari 2015. UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

188 | Aspirasi Vol. 6 No. 2, Desember 2015

Anda mungkin juga menyukai