Agustina Eka Harjanti, S.E., M.Acc Pendahuluan • Pada bab ini akan dibahas secara mendalam tentang risiko likuiditas dan berbagai sebab yang melatarbelakangi terjadinya risiko, serta apa solusi yang selayaknya harus ditempuh oleh manajemen perusahaan untuk mengatasi masalah risiko likuiditas. 1. Likuiditas dan Financial Distress • Jika suatu perusahaan mengalami masalah dalam likuiditas maka sangat memungkinkan perusahaan mulai memasuki masa kesulitan keuangan (financial distress) dan jika kondisi kesulitan tersebut tidak cepat diatasi maka bisa berakibat kebangkrutan usaha. • Untuk menghindari hal tersebut, dibutuhkan berbagai kebijakan, strategi dan bantuan, baik bantuan dari pihak internal maupun eksternal. • Contohnya BLBI yang diberikan kepada beberapa bisnis yang dianggap layak (feasible) untuk menerimanya. Walaupun beberapa bentuk bantuan BLBI dianggap memiliki sisi permasalahan seperti kasus pemberian BLBI kepada Bank Century (lanjutan…) • Financial Distress merupakan tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan atau likuiditas. • Financial Distress dimulai dari ketidakmampuan dalam emenuhi kewajiban-kewajibannya, terutama kewajiban yang bersifat jaangka pendek termasuk kewajiban likuiditas dan juga termasuk kewajiban dalam kategori solvabilitas (lanjutan…) • Sebuah perusahaan tidak akan mengalami kebangkrutan secara tiba-tiba, namun dalam proses waktu yaang berlangsung lama, dan itu dapat dilihat dari tanda-tanda. Adapun tanda-tanda ini dapat dilihat dari dua model sudut pandang kajian: a. Model kajian perspektif teoritis. Model ini menggunakan metode deduksi.Penurunan model ini dimulai dengan meneliti kondisi normatif suatu perusahaan yang pailit b. Model kajian perspektif empiris. Model ini menggunakan metode induksi. Diturunkan dari rasio-rasio keuangan perusahaan-perusahaan yang terlebih dahulu diawali dengan suatu permisahan kelompok pailit dan non pailit secara legal 2. Model Kebangkrutan Altman • Banyak formula yang telah dikembangkan untuk menjawab berbagai permasalahan tentang bankruptcy. Salah satu yang dianggap populer dan banyak dipergunakan dalam berbagai penelitian serta analisis secara umum adalah model kebangkrutan Altman. Model Altman ini lebih umum publik menyebutnya model Z-score Altman dengan mempergunakan pendekatan analisis diskriminan (lanjutan…) • Untuk persoalan financial distress secara kajian umum ada 4 kategori penggolongan yang bisa kita buat yakni Financial Distress Kategori A atau Kategori ini memungkinkan perusahaan sangat tinggi dan benar-benar dinyatakan untuk berada di posisi membahayakan bangkrut atau pailit. Pada kategori ini memungkinkan pihak perusahaan telah berada dalam posisi bankcruptcy (pailit). Dan menyerahkan berbagai urusan untuk ditangani oleh pihak luar perusahaan Financial Distress Kategori B atau Pada posisi ini perusahaan harus tinggi dan dianggap berbahaya memikirkan berbagai solusi realisitis dalam menyelamatkann berbagai aset yang dimiliki, seperti sumber-sumber aset yang ingin dijual/dipertahankan. (lanjutan…) Financial Distress Kategori C atau Disini perusahaan sudah harus sedang dan perusahaan masih melakukan perombakan berbagai mampu / bisa menyelamatkan diri kebijakan dan konsep manajemen yang dengan tindakan tambahan dana diterapkan selama ini, bahkan jika perlu yang bersumber dari internal dan melakukan perekrutan tenaga ahli baru eksternal yang memiliki kompetensi yang tinggi untuk ditempatkan di posisi-posisi strategis yang bertugas mengendalikan dan menyelamatkan perusahaan, termasuk target dalam meningkatkan perolehan laba kembali. Financial Distress Kategori D atau Pada kategori ini, perusahaan dianggap rendah hanya mengalami fluktuasi finansial temporer yang disebabkan oleh berbagai kondisi eeksternal dan internal, termasuk lahirnya dan dilaksanakan keputusan yang kurang begitu cepat. Dan umumnya bersifat jangka pendek, sehingga kondisi bisa cepat diatasi. (lanjutan…) • Keputusan menyelesaikan financial distress juga bisa dilakukan dengan menjual obligasi atau menerbitkan saham baru, meminjam ke perbankan atauu menerbitkan right issue. • Right Issue adalah penjualan saham terbatas yang hanya dikhususkan kepada pemilik saham lama saja dengan tujuan menghindari masuknya pemilik saham baru (lanjutan…) • Terdapat bentuk-bentuk keuntungan dan kerugian/kelemahan pada saat suatu perusahaan berusaha menyelesaikan persoalan financial distress dan memperkuat likuiditasnya dengan menjual obligasi dan menerbitkan saham baru atau meminjam ke perbankan dan menerbitkan right issue. 3. Definisi Risiko Likuiditas • Risiko likuditas merupakan bentuk risiko yang dialami oleh suatu perusahaan karena ketidakmampuannya dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, sehingga memberi pengaruh kepada terganggunya aktivitas perusahaan ke posisi tidak berjalan secara normal. • Oleh karena itu, risiko likuiditas sering disebut dengan short term liquidity risk. Contohnya perusahaan tidak tepat waktu dalam memayar gaji karyawan, pembayaran listrik yang terlambat, terjadi tunggakan pembayaran air, pembayaran gaji buruh yang terlambat dll. Sehingga kondisi ini memberikan arah bahwa perusahaan sudah mengalami permasalahan keuangan, yakni berupa tertundanya berbagai kewajiban jangka pendek. (lanjutan…) • Untuk menganalisis tentang risiko likuiditas dapat dilakukan dengan menganalisis kondisi kemampuan suatu perusahaan yang dapat dilihat dari segi: a) Analisis arus kas b) Analisis kewajiban jangka pendek c) Melakukan analisis terhadap arus dana jangka pendek 4. Sebab-sebab Terjadinya Risiko Likuiditas 1. Utang perusahaan yang berada pada posisi extreme leverage. Artinya utang perusahaan sudah berada dala kategori yang membahayakan perusahaan itu sendiri 2. Jumlah utang dan berbagai tagihan yang datang disaat jatuh tempo sudah begitu besar, baik utang di perbankan, leasing, mitra bisnis, utang dagang, termasuk utang dalam bentuk bunga obligasi yang sudah jatuh tempo yang harus seger dibayar 3. Perusahaan telah melakukan kebijakan strategi yang salah sehingga memberi pengaruh pada kerugian yang bersifat jangka pendek dan jangka panjang 4. Kepemilikan aset perusahaan tidak lagi mencukupi untuk menstabilkan perusahaan, yakni sudah terlalu banyak aset yang dijual sehingga jika aset yang tersisa masih ingin dijual, maka itu juga tidak mencukupi untuk menstabilkan perusahaan (lanjutan…) 5. Penjualan dan hasil keuntungan yang diperoleh adalah terjadi penurunan sistematis serta fluktuatif. 6. Perusahaan sering melakukan kebijakan gali lubang dan tutup lubang pada kewajiban jangka pendek. Seperti dana untuk memenuhi kewajiban atau menyelesaikan persoalan likuiditas di pakai dari dana untuk membayar utang, sehingga pembayaran utang menjadi tertunda. 5. Pengategorian Risiko Likuiditas dari Segi Perbankan • Risiko likuiditas dapat dikategorikann: a. Risiko likuiditas pasar, yakni risiko yang timbul karena bank tidak mampu melakukan offsetting posisi tertentu dengan harga pasar karena kondisi likuiditas pasar yang tidak memadai atau terjadi gangguan di pasar b. Risiko likuiditas pendanaan, yakni risiko yang timbul karena Bank tidak mampu mencairkan asetnya atau memperoleh pendanaan dari sumber dana lain 6. Solusi untuk Mengatasi Risiko Likuiditas Ada beberapa solusi yang dapat diberikan agar suatu perusahaan terhindar dari timbulnya risiko likuiditas, yakni: a. Melakukan kebijakan keuangan dengan prinsip kehati-hatian b. Menempatkan setiap keputusan perusahaan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, yakni berdasarkan analisis jangka pendek dan jangka panjang c. Menghindari keputusan yang bersifat mengejar keuntungan yang bersifat jangka pendek, namun mampu memberikan kerugian yang bersifat jangka panjang d. Memperhatikan dan mengamati dengan baik setiap kebijakan moneter yang diterapkan oleh pemerintah, seperti kebijakan penetapan suku bunga e. Pihak manajemen perusahaan sebaiknya juga memahami kondisi mikro dan makro ekonomi secara baik, seperti kondisi politik dan keamanan dalam dan luar negeri, dll (lanjutan…) f. Melakukan pendekatan hedging untuk menyesuaikan jatung tempo antara aset dan kewajiban g. Melakukan perbaikan dalam biaya dan pengendalian produksi, seperti melakukan analisis varian dalam operasi/ departemen h. Melakukan perjanjian dengan bank dalam penyediaan kredit i. Menghindari operasi luar negeri di negara-negara berisiko tinggi j. Menurunkan harga pada jenis barang yang susah dijual dan meningkatkan harga pada barang yang tingkat permintaannya tinggi Jawablah Soal berikut ini 1. Apakah kondisi yang terjadi pada likuiditas suatu perusahaan dapat dijadikan sebagai ukuran bahwa suatu perusahaan sedang berada dalam keadaan sehat dan tidak? Berikan penjelasan saudara. 2. Jika suatu perusahaan risiko likuiditasnya tinggi dan solvabilitasnya rendah, maka apakah artinya perusahaan tersebut sudah bermasalah secara keuangan? Berikan penjelasan Anda. 3. Mengapa seorang investor sering menjadikan acuan analisanya menempatkan likuiditas dan solvabilitas sebagai salah satu dasar analisnya dalam melihat kondisi suatu perusahaan? Berikan penjelasan Sudara.