BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 1990-an muncul istilah corporate social reponsibility(CSR). Pemikiran yang
melandasi CSR yang sering dianggap inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya
mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomi dan legal (artinya kepada pemegang saham atau
shareholder) tetapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan
(stakeholder) yang jangkauannya melebihi kewajiban-kewajiban di atas. Tanggung jawab sosial
dari perusahaan terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk di
dalamnya adalah pelanggan atau customer, pegawai, komunitas, pemilik atau investor,
pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor. Perkembangan CSR saat ini juga dipengaruhi oleh
perubahaan orientasi CSR dari suatu kegiatan bersifat sukarela untuk memenuhi kewajiban
perusahaan yang tidak memiliki kaitan dengan strategi dan pencapaian tujuan jangka panjang,
menjadi suatu kegiatan strategis yang memiliki keterkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan
dalam jangka panjang.
Di Indonesia wacana mengenai CSR mulai mengemuka pada tahun 2001, namun sebelum
wacana ini mengemuka telah banyak perusahaan yang menjalankan CSR dan sangat sedikit yang
mengungkapkannya dalam sebuah laporan. Hal ini terjadi mungkin karena kita belum mempunyai
sarana pendukung seperti: standar pelaporan, tenaga terampil (baik penyusun laporan maupun
auditornya). Di samping itu sektor pasar modal Indonesia juga kurang mendukung dengan belum
adanya penerapan indeks yang memasukkan kategori saham-saham perusahaan yang telah
mempraktikkan CSR. Sebagai contoh, New York Stock Exchange memiliki Dow Jones
Sustainability Index (DJSI) bagi saham-saham perusahaan yang dikategorikan memiliki nilai
corporate sustainability dengan salah satu kriterianya adalah praktik CSR. Begitu pula London
Stock Exchange yang memiliki Socially Responsible Investment (SRI) Index dan Financial Times
Stock Exchange (FTSE) yang memiliki FTSE 4Good sejak 2001.
CSR bukan saja sebagai tanggung jawab, tetapi juga sebuah kewajiban. CSR adalah suatu
peran bisnis dan harus menjadi bagian dari kebijakan bisnis. Maka,bisnis tidak hanya mengurus
permasalahan laba , tapi juga sebagai sebuah institusi pembelajaran. Bisnis harus mengandung
kesadaran sosial terhadap lingkungan sekitar.
Ada enam kecenderungan utama, yang semakin menegaskan arti penting CSR, yaitu :
1) Meningkatnya kesenjangan antara kaya dan miskin;
2) Posisi negara yang semakin berjarak pada rakyatnya;
3) Makin mengemukanya arti kesinambungan;
4) Makin gencar sorotan kritis dan resistensi publik, bahkan bersifat anti perusahaan.
5) Tren ke arah transparansi;
6) Harapan terwujudnya kehidupan lebih baik dan manusiawi pada era millennium baru.
Tak heran, CSR telah menjadi isu bisnis yang terus menguat. Isu ini sering diperdebatkan
dengan pendekatan nilai-nilai etika, dan memberi tekanan yang semakin besar pada kalangan
bisnis untuk berperan dalam masalah-masalah sosial, yang akan terus tumbuh. Isu CSR sendiri
juga sering diangkat oleh kalangan bisnis, manakala pemerintahan nasional di berbagai negara
telah gagal menawarkan solusi terhadap berbagai masalah kemasyarakatan
Namun, upaya penerapan CSR sendiri bukannya tanpa hambatan. Dari kalangan ekonom
sendiri juga muncul reaksi sinis. Ekonom Milton Friedman, misalnya, mengritik konsep CSR,
dengan argumen bahwa tujuan utama perusahaan pada hakikatnya adalah memaksimalkan
keuntungan (returns) bagi pemilik saham, dengan mengorbankan hal-hal lain. Ada juga kalangan
yang beranggapan, satu-satunya alasan mengapa perusahaan mau melakukan proyek-proyek yang
bersifat sosial adalah karena memang ada keuntungan komersial di baliknya. Agar mengangkat
reputasi perusahaan di mata publik atau pemerintah. Oleh karena itu, para pelaku bisnis harus
menunjukkan bukti nyata bahwa komitmen mereka untuk melaksanakan CSR bukanlah main-
main. Manfaat dari CSR itu sendiri terhadap pelaku bisnis juga bervariasi, tergantung pada sifat
(nature) perusahaan bersangkutan, dan sulit diukur secara kuantitatif.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain :
1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari Corporate Social Responsibility (CSR).
1.3.3 Untuk manfaat CSR (Corporate Social Responsibility) bagi perusahaan.
1.3.4 Untuk mengetahui peranan CSR (Corporate Social Responsibility).
1.3.5 Untuk mengetahui bentuk pelaksanaan Tanggungjawab Sosial Perusahaan atau CSR (Corporate
Social Responsibility) di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Jika dilihat dari beberapa definisi CSR diatas, tampak bahwa secara umum CSR adalah suatu
tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut)
sebagai bentuk tanggungjawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu
berada.
Atau corporate social reponsibility adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk
berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan
tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian
terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan.
Secara konseptual, CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan
kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku
kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan (Nuryana, 2005).
Artinya pihak perusahaan harus melihat jika CSR bukan program pemaksaan tapi bentuk
kesetiakawanan terhadap sesama umat manusia, yaitu membantu melepaskan pihak-pihak dari
berbagai kesulitan yang mendera mereka. Dan efeknya nanti bagi perusahaan itu juga.
Contoh bentuk tanggungjawab itu bermacam-macam, mulai dari melakukan kegiatan yang
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa
untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk
desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya
masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada. Corporate Social Responsibility
(CSR) merupakan fenomena strategi perusahaan yang mengakomodasi kebutuhan dan
kepentingan stakeholder-nya.
Berdasarkan dari konsep 3P yang dikemukakan Elkington, konsep CSR sebenarnya ingin
memadukan tiga fungsi perusahaan secara seimbang, yaitu :
a) Fungsi Ekonomis. Fungsi ini merupakan fungsi tradisonal perusahaan, yaitu untuk memperoleh
keuntungan(profit) bagi perusahaan.
b) Fungsi Sosial. Perusahaan menjalankan fungsi ini melalui pemberdayaan manusianya, yaitu para
pemangku kepentingan(people) baik pemangku kepentingan primer maupun pemangku
kepentingan sekunder. Selain itu, melalui fungsi ni perusahaan berperan menjaga keadilan ndalam
membagi manfaat dan menanggung beban yang ditimbulkan dari aktivitas perusahaan.
c) Fungsi Alamiah. Perusahaan berperan dalam menjaga kelestarian alam(planet). Perusahaan
hanya merupakan salah satu elemen dalam system kehidupan di bumi ini. Bila bumi ini dirusak
maka seluruh bentuk kehidupan di bumi akan terancam musnah. Bila tidak ada kehidupan,
bagaimana mungkin akan ada perudahaan yang masih bertahan hidup?
Menurut Philip Kotler, ada enam program CSR yang mungkin untuk dijalankan sebuah
perusahaan:
1) Cause Promotion. Perusahaan menyediakan dana atau menyediakan resources lainya seperti
tenaga sukarela atau mendukung kegiatan pengumpulan dana untuk membiayai suatu program
CSR. Contoh, Body Shop mendukung kampanye untuk anti pengunaan binatang sebagai
percobaan untuk produk-produk kosmetik.
2) Cause-Related Marketing. Perusahaan mendukung suatu program CSR tertentu dengan cara
menyumbangkan dana dari hasil penjualan produk perusahaan, biasanya dilakukan untuk jenis
produk tertentu dan untuk periode tertentu saja.Contoh,Avon and The Avon Foundation
mendukung program kampanye kanker payudara tentang penyebab dan penangulangannya
3) Corporate Social Marketing. Perusahaan mendukung program CSR yang sifatnya kampanye
perubahan perilaku yang tidak baik menjadi baik atau lebih baik seperti, peningkatan kesehatan
masyrakat, keselamatan kerja, kerusakan lingkungan dan lain-lain. Bisa dilakukan sendiri atau
mencarimitra yang mempunyai kepedulian yang terhadap isu yang sama. Contoh, The Home
Depot mengkampanyekan dan memberikan petunjuk mengenai bagaimana menghemat pengunaan
air melalui brosur,pelatihan dan lain-lain.
4) Corporate Philanthropy. Program CSR ini dilakukan dengan cara memberikan bantuan
langsung, baik dana maupun tenaga terhadap isu sosial tertentu.Contoh, Microsoft memberikan
bantuan uang tunai dan software gratis kepada sekolah-sekolah
5) Community Voluntering. Perusahaan memberikan bantuan untuk isu tertentu dengan cara
memberikan bantuan tenaga sukarela yang diperlukan dalam program CSR tersebut. Contoh, IBM
memberikan bantuan dengan cara memberikan pelatihan tentang komputer kepada siswa.
6) Social Responsible Business Practice. Program CSR ini dilakukan dengan melakukan untuk
tujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan cara memilih cara-cara operasi yang sesuai
dengan kondisi masyarakat. Pemilihan cara-cara oeprasi yang sesuai dengan etika dan moral yang
berkembang dimasyarakat.Contoh, Kraft Food bekerja sama dengan Wellness Advisory Council
mencantumkan label nutrisi dalam setiap kemasan produknya.
Dari point-point tersebut jadi bisa diambil kesimpulannya bahwa manfaat CSR bagi
masyarakat itu ialah:
· Masyarakat jadi lebih mudah dalam mendapatkan haknya sesuai dengan sila-4,
· Dapat membantu masyarakat apabila ingin melakukan kegiatan perekonomian,
· Meningkatkan tingkat kesehatan,
· Mengurangi tingkat penggangguran dan
· Mengurangi tingkat putus sekolah masyarakat.
Lalu jika dikelompokkan, sedikitnya ada empat manfaat CSR terhadap perusahaan (Wikipedia,
2008) :
Brand differentiation. Dalam persaingan pasar yang kian kompetitif, CSR bisa memberikan citra
perusahaan yang khas, baik dan etis di mata publik yang pada gilirannya menciptakan customer
loyalty. The Body Shop dan BP (dengan bendera “Beyond Petroleum”-nya), sering dianggap
sebagai memiliki image unik terkait isu lingkungan.
Human resources. Program CSR dapat membantu dalam perekrutan karyawan baru, terutama
yang memiliki kualifikasi tinggi. Saat interview, calon karyawan yang memiliki pendidikan dan
pengalaman tinggi sering bertanya tentang CSR dan etika bisnis perusahaan, sebelum mereka
memutuskan menerima tawaran. Bagi staf lama, CSR juga dapat meningkatkan persepsi, reputasi
dan dedikasi dalam bekerja.
License to operate. Perusahaan yang menjalankan CSR dapat mendorong pemerintah dan publik
memberi ”ijin” atau ”restu” bisnis. Karena dianggap telah memenuhi standar operasi dan
kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat luas.
Risk management. Manajemen resiko merupakan isu sentral bagi setiap perusahaan. Reputasi
perusahaan yang dibangun bertahun-tahun bisa runtuh dalam sekejap oleh skandal korupsi,
kecelakaan karyawan atau kerusakan lingkungan. Membangun budaya ”doing the right thing”
berguna bagi perusahaan dalam mengelola resiko-resiko bisnis.
Manfaat lain yang akan dirasa oleh pihak perusahaan dengan menerapkan CSR berdampak
jangka panjang. Salah satunya jika ternyata perusahaan menemukan potensi lain di daerah tersebut
maka masyarakat dan pemerintah di sana akan dengan cepat mendukung keberadaan perusahaan
tersebut. Seperti pada perusahaan ,igas yang beroperasi di suatu daerah, dimana selama ini
perusahaan ikut melaksanakan kebijakan CSR dan mengembangkan konsep Community
Development (CD).
Jika kita kembali kepada konsep pokok CSR, maka berdasarkan pendpat dari Doddy Prayogo
mengatakan, “jiak diperas substans pokoknya, CSR terdiri atas dua hal yakni “komitmen” dan
“tindakan” (action) korporasi. Dengan kata lain jika korporasi tidak memiliki komitmen yang kuat
untuk mengentaskan kemiskina kmaka kita tidak perlu berharap akan ada tindakan. Dan menurut
pendapat banyak pihak sebuah perusahaan untuk mewujudkan komitmen CSR harus didesak atau
ditekan agar ia mau melaksanakannya. Salah satu pihak yang bisa menekan ini adalah NGO (Non
Goverment Organization), serta beberapa lembaga swadaya masyarakat lainnya. Beberapa bukti
keberhasilan NGO dalam mendukung pengentasan kemiskinan telah menunjukkan buktinya
selama ini. Namun persoalan yang sering timbul jika NGO bekerja bersifat kontemporer, dan
mereka juga memiliki funding (donator) sementara donatur tersebut juga dalam mengambil
keputusan sangat tergantung berdasarkan situasi dan kondisi yang terjadi.
Lebih jauh dalam penerapan ISO dikenal dengan ISO 14000 tentang sistem manajemen
lingkungan (environment management system). Mengenai ISO 14000 Jay Heizer dan Barry Render
mengatakan , “ISO 14000 is an environmental management standard that contains five core
elements:
1) Environmental management,
2) Auditing,
3) Performance avaluation,
4) Labeling, and
5) Life-cycle assessment”
Karena pada era sekarang ini organisasi bisnis yang memiliki ISO 14000 dianggap memiliki
kepedulian yang tinggi pada lingkungan, apa lagi jika kita melihat banyaknya perusahaan yang
telah ikut serta mencemari lingkungan dan telah turut mempengaruhi rusaknya ekosistem
kehidupan. Dalam bidang teknologi dikenal dengan ISO/IEC 27002 adalah standar keamanan
informasi yang di publikasikan oleh ISO dan the International Electrotechnical Comission (IEC)
sehingga disebut ISO/IECSDM.
ISO/IEC 27002 menyediakan praktik prima yng direkomendasikan dalam rangka manajemen
keamanan informasi. Isinya terdiri dari 12 seksi berikut: kebijakan keamanan, penilaian dan
pengelolaan risiko, organisasi dan keamanan informasi, manajemen aset, keamanan SDM,
keamanan lingkungan dan fisik, manajemen operasi dan komunikasi, kontrol akses, pemeliharaan,
pengembangan, dan akuisisi sistem informasi, manajemen insiden keamanan sistem informasi,
manajemen keberlangsungan kerja, dan kesesuaian antara aturan, standar dan hukum.
Pengaruh dari penjagaan mutu oleh sebuah perusahaan akan mempengaruhi pula perusahaan
lainnya, terutama perusahaan pemasok bahan bakum yang juga harus menjaga mutu bahan baku
yang dijualnya.
2. UU No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasal 15,17 & 34, berisi :
Pasal 15
Setiap penanam modal berkewajiban:
a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;
b. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;
c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan
Koordinasi Penanaman Modal;
d. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal; dan
e. mematuhi semua ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 17
Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan wajib
mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan
lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 34
1. Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak memenuhi
kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pembatasan kegiatan usaha;
c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau
d. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.
2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh instansi atau lembaga
yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
3. Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai sanksi
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
CSR merupakan kewajiban mutlak perusahaan sebagai suatu bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan berupa kepedulian dan perhatian pada komunitas sekitarnya. Pandangan perusahaan
terhadap kewajiban tersebut berbeda-beda. Mulai dari anggapan sekedar basa-basi atau suatu
keterpaksaan, hanya untuk pemenuhan kewajiban, hingga pelaksanaan berdasarkan asas
kesukarelaan. Bentuk-bentuk CSR yang dapat dilakukan oleh perusahaan dapat diwujudkan dalam
berbagai bidang kehidupan yang penerapannya harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat
penerima CSR.
CSR memberikan manfaat yang sangat besar dalam menyejarterakan masyarakat dan
melestarikan lingkungan sekitarnya, serta bentuk investasi bagi perusahaan pelakunya. Investasi
bagi perusahaan dapat berupa jaminan keberlanjutan operasi perusahaan dan pembentukan citra
positif perusahaan. Manfaat ini dapat diperoleh apabila perusahaan menerapkan CSR atas dasar
kesukarelaan, sehingga akan timbul hubungan timbal balik antara pihak perusahaan dengan
masyarakat sekitar. Masyarakat akan secara sukarela membela keberlanjutan perusahaan tersebut
dan memberikan persepsi yang baik pada perusahaan. Dengan begitu citra positif perusahaan akan
terbentuk dengan sendirinya.
3.2 SARAN
Berdasarkan pada pembahasan CSR di makalah ini, maka :
Sebaiknya perusahaan memandang dan melaksanakan CSR secara sukarela sebagai bentuk
kearifan moral perusahaan
Dalam pelaksanaan dan penerapan CSR, sebaiknya tujuan dan fokus utamanya adalah
kesejahteraan masyarakat dan upaya pelestarian lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan
Perusahaan sebaiknya menjalin hubungan dan komunikasi yang baik dengan komunitas sekitar,
agar penerapan CSR tepat pada sasaran yang diharapkan
DAFTAR PUSTAKA
Irham Fahmi, 2014, Etika Bisnis (teori, kasus, dan solusi), Bandung, Alfabeta
http://achmadsaerozi.wordpress.com/2011/10/17/corporate-social-responsibility-csr/
http://bisnisgroup.wordpress.com/2008/10/10/tindakan-dari-corporate-social-responsibility-yang-
dilakukan-oleh-perusahaan-indosat/
http://sumurung.wordpress.com/2009/02/24/csr-dan-undang-undang-no40-tahun-2007-tentang-
perseroan-terbatas/