Konsep CSR sangatlah luas dan bervariasi. Pengertian CSR menurut Lord Holme dan
Richard Watt, dalam Nor Hadi (2011):CSR adalah komitmen berkelanjutan dari perusahaan
yang berjalan secara etis dan memiliki kontribusi terhadap pembangunan untuk
meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja dan keluarga mereka,dan juga komunitas lokal
serta masyarakat luas
Ghana dalam Elvinaro dan Dindin (2011) mendefinisikan CSR sebagai berikut CSR is
about capacity building for sustainable likelihood. It respect cultural differences and finds
the bussines opportunities in building the skill of employees, the community and the
government.
Definisi ini memberikan penjelasan secara lebih dalam bahwa sesungguhnya CSR
membangun kapasitas yang kemungkinan berkelanjutan. CSR menghargai perbedaan budaya
dan menemukan peluang-peluang bisnis dalam membangun keterampilan, komunitas dan
pemerintah.
Sedangkan menurut menurut Steiner dan Steiner (2009) dalam Andreas Lako (2011)
CSR adalah tanggungjawab dari suatu korporasi untuk menghasilkan kekayaan dengan caracara yang tidak membahayakan, melindungi ataumeningkatkan aset-aset sosial (societal
assets). Sedangkan pengertian CSR menurut Anne dan James (2011) Corporate social
responsibility is the idea that businesses interact with the organizations stakeholders for
social good while they pursue economic goals.
Definisi yang lebih luas oleh World Bussines Council for Sustainable Development
(WBCSD) yaitu suatu asosiasi global yang terdiri dari sekitar 200 perusahaan yang secara
khusus bergerak di bidang pembangunan bekelanjutan (sustainable development)
menyatakan bahwa CSR adalah merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha
untuk bertindak etis dan memberikan kontrubusi kepada pengembangan ekonomi dari
komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup
pekerjanya beserta seluruh keluarganya.
Pada lingkungan bisnis masa sekarang, CSR masih bersifat normativ, karena belum ada
hukum yang secara resmi memberlakukan CSR sebagai sebuah kewajiban semua perusahaan.
Selain itu, konsep yang bervariasi membuat beberapa penginterpretasian akan definisi CSR
yang berbeda-beda.
1. Membentuk tindakan atas program yang diberikan terhadap komunitas dn nilai yang
menjadi acuan dari CSR. Pembagian ini merupakan tindakan terhadap luar korporat, atau
kaitannya ddengan lingkungan di luar korporat seperti komunitas dan lingkungan alam.
Bagaimana sebuah korporat menerapkan dan atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan
komunitas sekitarnya.
2. Mengarah ke tipe ideal yang berupa nilai dalam korporat yang dipakai untuk menerapkan
atau mewujudkan tindakan-tindakan yang sesuai dengan keadaan sosial terhadap
komunitas sekitarnya. Interpretasi yang benar dari CSR adalah ekspresi dari tujuan
perusahaan dan nilai-nilai dalam seluruh hubungan yang dibangun. Nilai-nilai yang ada
diartikan berbeda dengan norma yang ada dalam perusahaan.
Jadi, bentuk program CSR memiliki dua orientasi. Pertama, internal yakni CSR yang
berbentuk tindakan atas program yang diberikan terhadap komunitas. Kedua, eksternal yakni
CSR yang mengarah pada tipe ideal yang berupa nilai dalam korporat yang dipakai untuk
menerapkan atau mewujudkan tindakan-tindakan yang sesuai keadaan sosial terhadap
komunitas sekitarnya.
Menurut Reza Rahman (2009) dalam prakteknya di lapangan, suatu kegiaan disebut
CSR ketika memiliki sejumlah unsur berikut:
1. Continuity and sustainability atau berkesinambungan dan berkelanjutan merupakan
unsur vital dari CSR. Suatu kegiatan amal yang berdasarkan trend ataupun incidental,
bukanlah CSR. CSR merupakan hal yang bercirikan pada long term perspective bukan
instant, happening, ataupun booming. CSR adalah suatu mekanisme kegiatan yang
terencanakan, sistematis, dan dapat dievaluasi.
2. Community empowerment atau pemberdayaan komunitas. Membedakan CSR dengan
kegiatan yang bersifat charity ataupun philantrophy semata. Tindakan-tindakan
kedermawanan meskipun membantu komunitas, tetapi tidak menjadikannya mandiri.
Salah satu indikasi dari suksesnya sebuah program CSR adalah adanya kemandirian yang
lebih pada komunitas, dibandingkan dengan sebelum program CSR hadir.
3. Two Ways artinya program CSR bersifat dua arah. Korporat bukan lagi berperan sebagai
komunikator semata, tetapi juga harus mampu mendengarkan aspirasi dari komunitas. Ini
dapat dilakukan dengan need assessment, yaitu sebuah survey untuk mengetahui needs,
desires, interest, dan wants dari komunitas.
Sedangkan Corporate Social Responsibility dalam ISO 26000, CSR sangat berkait
dengan tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusankeputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan
dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan
dan kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan
dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional; serta terintegrasi
dengan organisasi secara menyeluruh. Jika melihat rujukan tersebut maka konsep CSR yang
telah dicanangkan dan diimplementasikan akan menjadi semakin kompleks karena akan
mencakup tujuh prinsip CSR yang menjadi komponen utama, yaitu: the environment, social
development, human rights, organizational governance, labor practices, fair operating
practices, dan consumer issues.
ISO 26000 menerjemahkan tanggung jawab sosial sebagai tanggung jawab suatu
organisasi atas dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan lingkungan,
melalui perilaku yang transparan dan etis), yang:Konsisten dengan pembangunan
berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat. Memperhatikan kepentingan dari para
stakeholder; Sesuai hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma internasional;
Terintegrasi di seluruh aktivitas organisasi, dalam pengertian ini meliputi baik kegiatan,
produk maupun jasa.
Apabila hendak menganut pemahaman yang digunakan oleh para ahli yang menggodok
ISO 26000 Guidance Standard on Social
mengembangkan tanggung jawabsosial maka masalah SR akan mencakup tujuh (7) isu pokok
yaitu:
1.
2.
Hak asasi manusia (human rights): hak dasar yang berhak dimiliki semua orang
sebagai manusia, yang antara lain mencakup hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan
budaya.
3.
Praktik ketenagakerjaan (labour practices): segala kebijakan dan praktik yang terkait
dengan pekerjaan yang dilakukan di dalam atau atas nama perusahaan.
4.
5.
Prosedur operasi yang wajar (fair operating procedures): perilaku etis organisasi saat
berhubungan dengan organisasi dan individu lain.
6.
7.
di seluruh aktivitas organisasi yang mencakup 7 (tujuh) isu pokok di atas. Dengan demikian
jika suatu perusahaan hanya memperhatikan isu tertentu saja, misalnya suatu perusahaan
sangat peduli terhadap isu lingkungan, namun perusahaan tersebut masih mengiklankan
penerimaan pegawai dengan menyebutkan secara khusus kebutuhan pegawai sesuai dengan
gender tertentu, maka sesuai dengan konsep ISO 26000 perusahaan tersebut sesungguhnya
belum melaksanakan tanggung jawab sosialnya secara utuh.
Prinsip-prinsip dasar tanggung jawab sosial yang menjadi dasar bagi pelaksanaan yang
menjiwai atau menjadi informasi dalam pembuatan keputusan dan kegiatan tanggung jawab
sosial
menurut
ISO
26000
meliputi:
Kepatuhan
kepada
hukum;
Menghormati
Rahman, Reza. 2009. Corporate Social Responsibility, Antara Teori dan Kenyataan.
Medpress. Yogyakarta.
Nor Hadi, 2011, Corporate Social Responsibility, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Lako Andreas, 2011, Dekonstruksi CSR & Reformasi Paradigma Bisnis &
Akuntansi, Erlangga, Jakarta
Elvinaro Ardianto, Dindin Machfudz, 2011, Efek Kedermawanan Pebisnis& CSR Berlipatlipat, Elex Media Komputindo, Jakarta
Edi Suharto, 2009, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri Memperkuat CSR (Corporate Social
Responsibility), Alfabeta, Bandung.
Global Reporting Initiative (GRI), 2014, GRI G4 Guidelines and ISO 26000:2010 How to
use the GRI G4 Guidelines and ISO 26000 in conjunction, PPO, Amsterdam