Anda di halaman 1dari 34

2.

1 Tinjauan Tentang Corporate Social Responsibility (CSR)

2.1.1 Landasan Teori Corporate Social Responsibility

Corporate Social Responsibility merupakan suatu sikap atau pun kebijakan perusahaan
yang dibuat untuk kemajuan perusahaan berdasarkan teori-teori yang sudah ada. Berikut
merupakan landasan teori CSR :

A. Teori Legitimasi (legitimacy theory)


Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam rangka
mengembangkan perusahaan kedepan. Legitimasi merupakan keadaan psikologis
keberpihakan orang dan kelompok orang yang sangat peka terhadap gejala lingkungan
sekitarnya baik fisik maupun nonfisik (Hadi, 2011). O’Donovan dalam Hadi (2011)
berpendapat legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat
kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat.

Gray et,al dalam Hadi (2011) bahwa legitimasi merupakan sistem pengelolaan
perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat, pemerintah individu
dan kelompok masyarakat. Sebagai sistem yang mengedepankan keberpihakan kepada
masyarakat, operasi perusahaan harus sejalan dengan harapan masyarakat.

Dapat disimpulkan legitimasi masyarakat ialah faktor strategis dalam mengembangkan


perusahaan,sedangkan Legitimasi menurut pendapat O’Donovan lebih berfokus kepada cara
pandang mengenai legitimasi organisasi dilihat dari apa yang diberikan masyarakat dan apa
yang diinginkan dan dicari oleh perusahaan dari masyarakat.
Legitimasi merupakan keadaan psikologis keberpihakan yang sangat peka terhadap gejala
lingkungan (Hadi,2011) sedangkan menurut Gray et al dalam (Hadi,2011) legitimasi
merupakan sistem pengelolaan perusahaan berorientasi sebagai sistem yang mengedepankan
keberpihakan kepada masyarakat serta operasi perusahaan harus sejalan dengan harapan
masyarakat.
Berdasarkan pendapat para ahli tentang legitimasi dapat ditarik inti bahwa legitimasi
merupakan konsep sebagai berikut:
a. Keberpihakan yang sangat peka terhadap gejala lingkungan baik fisik maupun
psikis yang dialami oleh suatu masyarakat
b. Keberpihakan sistem pengelolaan perusahaan yang berorientasi terhadap
masyarakat serta operasi perusahaan sejalan dengan harapan masyarakat.
Maka dapat disimpulkan Legitimasi adalah Keberpihakan perusahaan terhadap gejala
lingkungan yang dialami oleh suatu masyaralat sekitar baik fisik maupun non fisik dan
sistem pengelolaan perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat
serta operasi perusahaan harus sejalan dengan harapan masyarakat
B. Teori Stakeholder (stakeholder theory)
Stakeholder adalah semua pihak baik internal maupun eksternal yang memiliki hubungan
baik bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi, bersifat langsung maupun tidak langsung
oleh perusahaan (Hadi, 2011). Dengan demikian, stakeholder merupakan pihak internal
maupun eksternal, seperti : pemerintah, perusahaan pesaing, masyarakat sekitar, lingkungan
internasional, lembaga diluar perusahaan, lembaga pemerhati lingkungan, para pekerja
perusahaan dan lain sebagainya yang keberadaanya sangat mempengaruhi dan dipengaruhi
perusahaan.

Batasan stakeholder tersebut diatas mengisyaratkan bahwa perusahaan hendaknya


memperhatikan stakeholder, karena mereka adalah pihak yang mempengaruhi dan
dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung atas aktivitas serta kebijakan yang
diambil dan dilakukan perusahaan. Jika perusahaan tidak memperhatikan stakeholder bukan
tidak mungkin akan menuai protes dan dapat mengeliminasi legitimasi stakeholder.

Esensi teori stakeholder jika ditarik interkoneksi dengan teori legitimasi yang
mengisyaratkan bahwa perusahaan hendaknya mengurangi expectation gap dengan
masyarakat sekitar guna meningkatkan legitimasi masyarakat, ternyata terdapat benang
merah. Untuk itu, perusahaan hendaknya menjaga reputasinya dengan menggeser pola
orientasi yang semula semata-mata diukur dengan economic measurement kearah
memperhitungkan faktor sosial (Hadi, 2011).

Berdasarkan hal tersebut maka ditarik inti dari teori stakeholder yaitu pihak internal
maupun eksternal, mempengaruhi maupun dipengaruhi,dan langsung maupun tidak langsung
oleh perusahaan. Maka disimpulkan bahwa teori stakeholder ini sangat berkaitan erat dengan
Corporate Social Responsibility,dimana sebuah perusahaan harus memperhatikan
stakeholder yang merupakan pihak yang keberadaannya.mempengaruhi dan dipengaruhi baik
secara langsung ataupun tidak langsung atas kebijakan perusahaan tersebut .Perusaahan
seharusnya mengurangi perbedaan atau kesenjangan persepsi dengan masyarakat guna
meningkatkan keberpihakan dan kepekaan masyarakat.Perusahaan juga seharusnya
memperhatikan faktor sosial dengan cara berkontribusi tidak hanya berorientasi untuk
mencari keuntungan semata .

C. Teori Kontrak Sosial (social contract theory)


Social contract dibangun dan dikembangkan, salah satunya untuk menjelaskan
hubungan antara perusahaan terhadap masyarakat. Perusahaan memiliki kewajiban kepada
masyarakat untuk memberi kemanfaatan bagi masyarakat setempat. Interaksi perusahaan
dengan masyarakat akan selalu berusaha untuk memenuhi dan mematuhi aturan dan norma-
norma yang berlaku dimasyarakat, sehingga kegiatan perusahaan dapat dipandang legitimat
(Deegan dalam Hadi 2011).

Dapat disimpulkan bahwa social contact ialah hubungan yang terjalin antara pihak
perusahaan terhadap masyarakat sekitar.Hubungan tersebut berupa kewajiban untuk
memberi kemanfaatan sebagai komitmen perusahaan dan tanggung jawab di bidang
sosial,ekonomi,dan lingkungan sebagai konsekuensi mematuhi dan memenuhi aturan dan
norma.Sehingga hal tersebut dipandang sebagai keberpihakan perusahaan terhadap gejala
lingkungan yang dialami masyarakat serta operasi perusahaan yang sejalan dengan aturan
dan norma yang berlaku.

2.1.2 Konsep dan Definisi Corporate Social Responsibility.

Tanggung jawab sosial merujuk pada kewajiban-kewajiban sebuah organisasi untuk


melindungi dan memberikan kontribusi kepada masyarakat dimana ia berada, sebuah
organisasi mengemban tanggung jawab sosial dalam tiga domain: pelaku organisasi, pada
lingkungan alam, pada kesejahteraan sosial secara umum.
The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), lembaga
internasional yang berdiri tahun 1995 dan beranggotakan lebih dari 120 multinasional
company yang berasal dari 30 negara, dalam publikasinya Making Good Business Sense
mendefinisikan Corporate Social Responsibility atau Tanggung Jawab Sosial perusahaan,
sebagai “Continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic
development while improving the quality of life of the work force and their families as well
as of the local community and society at large.” Maksudnya adalah komitmen dunia usaha
untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk
peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan
keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara
lebih luas.
Pengertian CSR yang relatif mudah dipahami dan dioperasionalkan adalah dengan
mengembangkan konsep yang lebih dikenal dengan ”Tripple Bottom Lines (profit, planet,
dan people)” yang digagas oleh John Elkingston’s (1998) atau lebih dikenal dengan 3 BL.
CSR yang dikelompokkan atas tiga aspek tersebut meliputi kesejahteraan atau kemakmuran
ekonomi (economic prosperity), peningkatan kualitas lingkungan (environmental quality),
dan keadilan sosial (sosial justice).
John Elingston’s juga menegaskan bahwa suatu perusahaan yang ingin menerapkan
konsep pembangunan berkelanjutan (sustainability development) harus memperhatikan
“Triple P” yaitu Profit, Planet, and People. Bila dikaitkan antara 3 BL dengan “Triple P”
dapat disimpulkan bahwa “Profit” sebagai wujud aspek ekonomi, “Planet” sebagai wujud
aspek lingkungan dan “People” sebagai aspek sosial.
a. Profit, perusahaan tetap berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang
memungkinkan untuk tetap beroperasi dan berkembang.
b. People, perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia.
Beberapa perusahaan mengembangkan program tanggung jawab sosial
perusahaan, seperti pemberian beasiswa, pendirian sarana pendidikan dan
kesehatan.
c. Planet, perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan berkelanjutan
keragaman hayati. Beberapa program tanggung jawab sosial perusahaan yang
berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan, penyediaan sarana air
bersih, perbaikan pemukiman, dan lain-lain.
Perusahaan sudah seharusnya memiliki tanggung jawab pada lingkungan, masyarakat,
konsumen, pemegang saham dan sebagainya dalam operasional perusahaan. Perusahaan di
Indonesia telah mulai menerapkan konsep Corporate Social Responsibility ini walau dalam
lingkup yang masih sempit. Mardikanto (2014:84) menyatakan bahwa tanggung jawab
perusahaan dalam konsep Corporate Social Responsibility tidak hanya meliputi lingkungan
perusahaan, namun CSR memiliki bidang dan gagasan yang cukup luas mengenai etika serta
keberlanjutan ditingkat pasar dan lokal. Masyarakat yang demokratis, Corporate Social
Responsibility digunakan sebagai pelindung citra perusahaan, dimana perusahaan
bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan dengan menciptakan etika bisnis
berkelanjutan.
Menurut Budimanta, Prasetyo & Rudianto (2004: 72) Corporate Social Responsibility
diartikan sebagai komitmen usaha untuk bertindak etis, beroperasi secara legal dan
berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari
karyawan dan keluarganya, komuniti lokal dan masyarakat secara lebih luas.
Kotler dan Lee (2005: 3) mendefinisikan pertanggungjawaban sosial perusahaan sebagai
berikut: “Corporate social responsibility is a commitment to improve community well-being
through discretionary business practice andcontributions of corporate resource.” “Tanggung
jawab sosial perusahaan merupakan komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui praktek bisnis dan kontribusi dari sumber daya perusahaan.”
Menurut Wartick dan Cochran pada Robbins dan Coulter (2005), tanggung jawab sosial
mempunyai pertimbangan utama etis dengan fokus pada tujuan, penekanan pada kewajiban
dan dungan kerangka kerja keputusan jangka panjang. Tanggung jawab sosial mangacu pada
usaha perusahaan untuk mengejar sasaran jangka panjang yang baik bagi masyarakat dan
menuntut perusahaan untuk menentukan apa yang benar atau salah dengan mencari
kebenaran dasar.
Menurut Schermerhorn (1996) dalam Muhammad (2004) corporate social responsibility
diartikan sebagai kewajiban organisasi untuk berbuat dengan cara tertentu yang ditujukan
untuk melayani kepentingan sendiri maupun kepentingan stakeholders.
Menurut Nor Hadi, (2011) CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan suatu
bentuk tindakan dari pertimbangan etis perusahaan yang diarahkan untuk meningkatkan
ekonomi, yang disertai dengan peningkatan kualitas hidup bagi karyawan berikut
keluarganya serta sekaligus untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar dan
masyarakat secara lebih luas.
Nor Hadi (2011:46) menyatakan bahwa: “ Corporate Social Responsibility is about how
companies managethe business processes to produce an overall positive impact on society“ .
Arti dari definisi ini pada dasarnya bagaimana mengelola perusahaan baik sebagian maupun
keseluruhan memiliki dampak positif bagi dirinya dan lingkungannya. Untuk itu, perusahaan
harus mampu mengelola operasi bisnisnya dengan menghasilkan produk yang berorientasi
secara positif terhadap masyarakat dan lingkungan.
Nor Hadi (2011:46) mendefinisikan CSR sebagai berikut “CSR is about capacity
building for sustainable likelihood. It respect cultural differences and finds the bussines
opportunities in building the skill of employees, the community and the government”. Arti
dari definisi ini memberikan penjelasan secara lebih dalam bahwa sesungguhnya CSR untuk
membangun kapasitas yang kemungkinan dapat berkelanjutan. CSR menghargai perbedaan
budaya dan menemukan peluang-peluang bisnis dalam membangun keterampilan, komunitas
dan pemerintah.
Menurut (Widjaja & Yeremia, 2008) CSR merupakan bentuk kerjasama antara
perusahaan (tidak hanya Perseroan Terbatas) dengan segala hal (stake-holders) yang secara
langsung maupun tidak langsung berinteraksi dengan perusahaan untuk tetap menjamin
keberadaan dan kelangsungan hidup usaha (sustainability) perusahaan tersebut. Pengertian
tersebut sama dengan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, yaitu merupakan komitmen
Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baikbagi perseroan
sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya (Widjaja & Yani, 2006).
Johnson and Johnson (2006 : 112) mendefinisikan “Corporate Social Responsibility
(CSR) is about how companies manage the business processes to produce an overall positive
impact on society” Definisi ini diangkat dari filosofi tentang bagaimana cara mengelola
perusahaan dengan baik sebagian maupun secara keseluruhan untuk mendapatkan dampak
positif bagi dirinya dan lingkungan. Perusahaan harus mampu mengelola bisnis operasinya
dengan menghasilkan produk yang berorientasi secara positif terhadap masyarakat dan
lingkungan.
Lord holme and Richard Watts (2006) mendefinisikan:“ Corporate social Responsibility
is the continuing commitment bybusiness to behave ethically and contribute to economic
developmentwhile improving the quality of life of the workforce and their families as well as
of the local community and social at large “
Ghana (2006) mendefinisikan :“CSR is about capacity building for sustainable
likelihoods. It respect cultural differenses and find the business opportunities in bildingthe
skills of employees, the community and the government “. Lebihlanjut
dinyatakan…..”Corporate Social Responsibility (CSR) is aboutbusiness giving back to
society”.
Batasan yang diberikan Ghana tersebut memberikan penjelasan secara lebih dalam, baha
sesunggunya tanggung jawab social perusahaan (corporate social responsibility) memberikan
kapasitas dalam membangun corporate building menuju terjaminnya going concern
perusahaan. Didalamnya, termasuk upaya peka (respect) terhadap adopsi sistematik berbagai
budaya (kearifan local ) ke dalam strategi bisnis perusahaan, termasuk keterampilan
karyawan, masyarakat dan pemerintah.
Kotler dan Lee (2005)“corporate social responsibility is a commitment to
improvecommitment to improve community well being discretionary businesspractices and
contribution of corporate recources”.Definisi tersebut nampaknya menekankan kata
discretionary,sehingga kegiatan tanggungjawab social merupakan komitmen volunteer
perusahaan untuk turut serta dalam meningkatkan kesejahteraan komunitas. Denagan
demikian, social responsibility lebih ditekankan pada motive approach bukan system
approach. Sosial responsibility lebih dipicu oleh cara pandang , hasil kreasi dan iktikat baik
manajer perusahaan.Namun konsep CSR yang seringkali tumpang tindih dengan konsep-
konsep lainnya seperti corporate citizenship, sustainable business dan business ethic (Moon,
2004).
Audrinazta & Budiastuti, (2012), menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility
berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan, di mana suatu perusahaan dalam
melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor
keuangan, melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat
ini maupun untuk jangka panjang.
Bowem, (1953) dalam buku Corporate Social Responsibility (Mardikanto, 2014:86)
menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility merupakan sebuah kewajiban dari
perusahaan untuk merumuskan kebijakan, membuat keputusan, mengikuti garis tindakan
yang diinginkan dalam mencapai tujuan dan nilai-nilai masyarakat.
Berdasarkan pada penjelasan Budimanta, Prasetijo dan Rudito (2004), Corporate Social
Responsibility merupakan suatu komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi
secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan
kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya,komunitas lokal dan masyarakat secara lebih
luas.
Pelaku bisnis sebaiknya menjadikan kepedulian sosial sebagai salah satu pertimbangan
stratejik perusahaan (Chang & Chen, 2012). Banyak perusahaan yang sukses memanfaatkan
Corporate Social Responsibility sebagai strategi penting untuk meningkatkaan kinerja
keuangan (Tjakrawala & Ferrani, 2013).
Kegiatan Corporate Social Responsibility di Indonesia telah dilaksanakan oleh beberapa
perusahaan besar dalam bentuk sponsorship dan filantropi. Corporate Social Responsibility
saat ini dipengaruhi perubahan orientasi, Corporate Social Responsibility dalam sebuah
kegiatan yang bersifat sukarela untuk memenuhi kewajiban perusahaan tidak berkaitan
dengan pencapaian tujuan jangka panjang (Yusdantara & Rahanatha, 2015).
Program Corporate Social Responsibility yang telah direncanakan dan dilaksanakan
dengan baik dapat menambah nilai perusahaan. Corporate Social Responsibility merupakan
kesungguhan perusahaan untuk mengurangi dampak negatif dan meningkatkan dampak
positif kegiatan perusahaannya di bidang ekonomi, sosial, lingkungan, serta hubungannya
dengan stakeholder, demi pembangunan berkelanjutan (A+ CSR Indonesia, 2008).
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan bentuk komitmen perusahaan
terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan sekitar (Wijaya dkk, 2015).Corporate
Social Responsibility mengacu pada kebijakan pengusaha untuk membuat kebijakan dan
keputusan, atau mengikuti garis tindakan yang diinginkan yang mengarah pada tujuan yang
sesuai dengan nilai-nilai masyarakat.(Author Browen,1953)
Tanggung jawab sosial dalam analisis akhir berimplikasi pada kehendak public terhadap
ekonomi masyarakat dan sumber daya manusia dan kemauan untuk melihat bahwa sumber
daya yang digunakan untuk tujuan – tujuan sosial yang lebih luas dan tidak hanya untuk
kepentingan sempit yang dibatasi pada minat pribadi dan perusahaan.(Frederick,1960).Ada
satu dan hanya satu tanggung jawab sosial bisnis untuk menggunakan sumber daya dan
terlibat dalam kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan keuntungan selama mungkin
asalkan tetap dalam aturan permainan, yang dapat diterima dalam persaingan terbuka yang
bebas dari penipuan atau ketakutan. (Friedman,1962).
Karena itu, tanggung jawab sosial mengacu pada kewajiban seseorang untuk
mempertimbangkan dampak dari keputusan dan tindakannya pada sistem sosial secara
keseluruhan.(Davis dan Blomstrom,1966)Tanggung jawab sosial berimplikasi pada perilaku
perusahaan sampai ketingkat yang sesuai dengan norma-norma sosial, nilai-nilai, dan kinerja
yang diharapkan.(Sethi,1975).Tanggung jawab sosial bisnis, meliputi harapan-harapan
ekonomi, hukum, etika dan diskresioner yang dimiliki organisasi masyarakat pada suatu titik
waktu tertentu.(Carrol,1979).Tanggung jawab sosial perusahaan adalah gagasan bahwa
perusahaan memiliki kewajiban untuk kelompok pelanggannya dalam masyarakat selain
pemegang saham dan melebihi dari yang ditetapkan oleh hukum dan kontrak kesatuannya.
(Jones,1980)
Ide dasar dari tanggung jawab sosial perusahaan adalah bahwa bisnis dan masyarakat
terjalin melampaui perbedaan entitasnya (Wood,1991).CSR adalah tentang bagaimana
perusahaan mengelola proses bisnis untuk menghasilkan dampak positif secara keseluruhan
pada masyarakat.(Baker,2003).Perusahaan mengakui bahwa kemampuan mereka untuk terus
menyediakan barang dan jasa serta menciptakan kekayaan keuangan akan tergantung pada
penerimaan mereka kemasyarakat internasional yang semakin menganggap perlindungan hak
asasi manusia sebagai syarat dari lisensi perusahaan untuk beroprasi.( Amnesty International
Business Broup (UK),2002).Corporate Social Responsibility adalah cara perusahaan
mengelola dan memperbaiki dampak sosial dan lingkungan untuk menghasil kan nilai bagi
pemegang saham dan pemangku kepentingan dengan berinovasi strategi, organisasi dan
operasi.(CSR Europe,2003).
CSR melibatkan usaha yang cocok berkembang dengan masyarakat di mana mereka
beroperasi. Fungsi bisnis dalam masyarakat adalah untuk menghasil kan keuntungan yang
memadai untuk pemilik modal dengan mengidentifikasi dan mengembangkan peluang yang
menjanjikan investasi dan, dalam proses, untuk menyediakan pekerjaan dan memproduksi
barang dan jasa yang diinginkan konsumen untuk membeli. Namun, tanggung jawab
perusahaan melampaui fungsi inti. Bisnis diharapkan untuk mematuhi berbagai undang-
undang yang berlaku bagi mereka dan sering harus merespon harapan masyarakat yang tidak
tertulis sebagai hukum formal.( Organization for Economic Co-operation and
Development,2003).
Sebagai organ masyarakat, perusahaan memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak-
hak asasi manusia yang terkait langsung dengan operasi mereka maupun dalam lingkup yang
lebih luas.( The Corporate Responsibility Coalition,2003).
Menurut Holmes dan Watts (dalam Septira, 2011) menjelaskan maksud Corporate
Social Responsibility sebagai suatu, “Komitmen perusahaan yang berkelanjutan untuk selalu
bertindak etis dan memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi sembari
meningkatkan kualitas hidup para karyawan dan keluarganya, komunitas lokal maupun
masyarakat luas.”
Namun demikian terdapat suatu pemahaman yang sama di masyarakat Eropa mengenai
Corporate Social Responsibility, sebagaimana pernyataan berikut:“There is broad agreement
in Europe on the definition of Corporate Social Responsibility as a concept whereby
companies integrate social and environmental concerns – on a voluntary basis- into their
business operations as well as their interactions with stakeholders”.(European Communities
2007).
Setidaknya ada 2 (dua) landasan berkenaan dengan corporate social responsibility (CSR)
yaitu berasal dari etika bisnis (bisa berdasarkan agama, budaya atau etika kebaikan lainnya)
dan dimensi sosial dari aktivitas bisnis. Corporate Social Responsibility atau sering diartikan
sebagai “being socially responsible” jelas merupakan suatu cara-cara yang berbeda untuk
orang yang berbeda dalam negara yang berbeda pula. Artinya penerapan CSR di masing-
masing negara harus disesuaikan dengan konteks sosial dan lingkungannya. Sehingga perlu
kehati-hatian dalam menerapkan konsep CSR dari negara-negara maju di negara-negara yang
sedang berkembang (Frynas, 2009).
Menurut Darwin (2004) dalam Hasibuan (2001) pertanggungjawaban sosial perusahaan
(Corporate Social Responsibility (CSR)) adalah mekanisme bagi suatuorganisasi untuk
secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam
operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi
di bidang hukum. Dengan konsep ini, kendati secara moral tujuan perusahaan untuk
mengejar keuntungan adalah sesuatu yang baik, tetapi tidak dengan sendirinya perusahaan
dibenarkan untuk mencapai keuntungan itu dengan mengorbankan kepentingan pihak-pihak
lain.
Dauman dan Hargreaves (1992) dalam Hasibuan (2001) membagi areal tanggung jawab
perusahaan dalam tiga level yaitu Basic Responsibility, Organizational Responsibility,dan
Societal Responses
a. Basic Responsibility
Level ini menghubungkan tanggung jawab awal dari suatu perusahaan yang
muncul karena keberadaan perusahaan tersebut, seperti: membayar pajak,
mematuhi hukum, memenuhi standar pekerjaan dan memuaskan pemegang saham.
Bila pada level ini tanggung jawab tidak terpenuhi maka akan timbul dampak yang
sangat serius.
b. Organizational Responsibility
Level ini menunjukkan tanggung jawab perusahaan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan stakeholder seperti pekerja, konsumen, pemegang saham dan
masyarakat sekitar.
c. Societal Responses
Level ini menjelaskan tahap ketika interaksi antara bisnis dan kekuatan lain dalam
masyarakat yang demikian kuat sehingga perusahaan dapat tumbuh dan
berkembang secara berkesinambungan, terlibat dengan apa yang terjadi dalam
lingkungannya secara keseluruhan.
Hingga saat ini tidak ada terdapat kesepakatan mengenai batasan Definisi-definisi
tersebut menunjukkan adanya keragaman dalam mengartikan dan mengimplementasikan
tanggung jawab sosial perusahaan (McWilliams, et.al, dalam Radyati, M.R. & Nindita.
2008).

Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat ditarik inti bahwa CSR merupakan konsep
sebagai berikut:
a. Perusahaan harus mempunyai perhatian terhadap persoalan sosial dan
lingkungannya.
b. Berdasarkan prinsip sukarela.
c. Kegiatan bisnis dan interaksi dengan pemangku kepentingan harus memperhatikan
persoalan sosial dan lingkungan.
Dapat disimpulkan bahwa Corporate Social Responsibility adalah tanggung jawab
lingkungan (sosial dan fisik) oleh sebuah organisasi baik itu perusahaan maupun instansi dan
sebagainya untuk membangun kualitas yang lebih baik melalui praktik yang etis, transparan,
serta memberikan kontribusi kepada pembangunan berkelanjutan, kesejahteraan masyarakat
sesuai dengan norma hukum yang berlaku dan memiliki tanggung jawab terhadap para
stakeholders. Corporate Social Responsibility muncul oleh kesadaran dimana keberadaan
perusahaan dalam jangka panjang adalah lebih penting daripada profitability. Perlu
dibedakan antara program Corporate Social Responsibility dengan kegiatan amal, kegiatan
amal hanya berlangsung sementara waktudan bersifat sukarela saja.
Corporate Social Responsibility biasanya juga dipahami sebagai cara sebuah perusahaan
dalam mencapai keseimbangan atau integrasi dari ekonomi, enviroment atau lingkungan dan
persoalan-persoalan sosial dan dalam waktu yang sama bisa memenuhi harapan dari
shareholders maupun stakeholders.Sedangkan, program Corporate Social Responsibility
merupakan program yang berkelanjutan dan bertujuan untuk menciptakan hubungan yang
lebih baik antara perusahaan dengan lingkungan dan masyarakat sekitar. Banyaknya masalah
sosial dan lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas bisnis perusahaan, maka sudah
seharusnya perusahaan bersedia untuk menyajikan suatu laporan pertanggungjawaban yang
dapat memberikan suatu informasi mengenai kontribusi perusahaan terhadap berbagai
permasalahan sosial yang terjadi di sekitarnya.
Corporate Social Responsibility merupakan social responsibility yang berhubungan
dengan pihak internal dan eksternal perusahaan. Pemahaman tentang Corporate Social
Responsibility pada umumnya berkisar pada tiga hal pokok, yaitu: Pertama, suatu peran
yang sifatnya sukarela (voluntary) dimana suatu perusahaan membantu mengatasi masalah
sosial dan lingkungan, oleh karena itu perusahaan memiliki kehendak bebas untuk
melakukan atau tidak melakukan peran ini; Kedua, disamping sebagai institusi profit,
perusahaan menyisihkan sebagian keuntungannya untuk kedermawanan (philanthropy) yang
tujuannya untuk memberdayakan sosial dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat
eksplorasi dan eksploitasi. Ketiga, Corporate Social Responsibility sebagai bentuk
kewajiban (obligation) perusahaan untuk peduli terhadap dan mengentaskan krisis
kemanusiaan dan lingkungan yang terus meningkat. Pemahaman Corporate Social
Responsibility selanjutnya didasarkan oleh pemikiran bahwa bukan hanya Pemerintah
melalui penetapan kebijakan publik (public policy), tetapi juga perusahaan harus
bertanggung jawab terhadap masalah-masalah sosial. Bisnis didorong untuk mengambil
pendekatan pro aktif terhadap pembangunan berkelanjutan. Konsep Corporate Social
Responsibility juga dilandasi oleh argumentasi moral. Tidak ada satu perusahaan pun yang
hidup di dalam suatu ruang hampa dan hidup terisolasi. Perusahaan hidup di dalam dan
bersama suatu lingkungan. Perusahaan dapat hidup dan dapat tumbuh berkat masyarakat
dimana perusahaan itu hidup, menyediakan berbagai infrastruktur umum bagi kehidupan
perusahaan tersebut, antara lain dalam bentuk jalan, transportasi, listrik, pemadaman
kebakaran, hukum dan penegakannya oleh para penegak hukum (polisi, jaksa dan hakim).
Berdasarkan penjelasan mengenai konsep-konsep dapat diambil simpulan bahwa
tanggung jawab sosial merujuk pada tiga dimensi tanggung jawab. Pertama sehubungan
dengan keberadaan perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan nilai bagi stakeholder
dan kreditur dalam hal kepastian perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Kedua
perusahaan bertanggung jawab dalam mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku sebagai bagian dari masyarakat di tempat perusahaan berada. Termasuk bertanggung
jawab dalam menjalankan operasi bisnisnya yang harus dapat dipertanggungjawabkan secara
hukum.Dan yang ketiga sebagai dimensi yang paling utama dalam Corporate Social
Responsibility karena hal ini merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan
dan pemangku kepentingan. Hal ini dapat menjadi sebuah tuntutan bagi perusahaan ketika
kegiatan operasional perusahaan benar-benar mempengaruhi pihak eksternal, seperti
pemanfaatan sumber daya sekitar, pembuangan limbah yang dapat merusak lingkungan, dan
lain-lain.

2.1.3 Komponen Corporate Social Responsibility (CSR)


Menurut Darwin, dalam Majalah Akuntan Indonesia (Edisi No. 12: 2008), secara umum
CSR mencakup lima komponen pokok, antara lain :
a. Hak Asasi Manusia, sikap perusahaan dalam menanggapi masalah HAM dan
strategi, serta kebijakan yang dilakukan untuk menghindari terjadinya pelanggaran
HAM di lingkungan perusahaan.
b. Tenaga kerja (buruh), bentuk perhatian perusahaan terhadap kondisi tenaga kerja
mulai dari sistem penggajian, kesejahteraan, dan keselamatan kerja, peningkatan
ketrampilan, dan profesionalisme karyawan.
c. Lingkungan hidup, strategi kebijakan yang berhubungan dengan masalah
lingkungan hidup, mengatasi dampak lingkungan atas produk atau jasa mulai dari
pengadaan bahan baku sampai pada masalah buangan limbah, serta dampak
lingkungan yang diakibatkan proses produksi dan distribusi produk.
d. Sosial masyarakat, strategi serta kebijakan dalam bidang sosial dan pengembangan
setempat (community development), dampak operasi perusahaan terhadap kondisi
sosial dan budaya masyarakat setempat.
e. Dampak produk dan jasa terhadap pelanggan, perusahaan memastikan bahwa
produk dan jasa yang dihasilkan bebas dari dampak negatif seperti, mengganggu
kesehatan, mengancam keamanan, dan produk terlarang.
ISO 26000, yang saat ini dapat digunakan sebagai pedoman dan petunjuk dalam
melaksanakan Corporate Social Responsibility, mengembangkan bentuk Social
Responsibility kedalam tujuh pokok bahasan, yaitu : (1) Pengembangan masyarakat; (2)
Konsumen; (3) Praktik kegiatan institusi yang sehat; (4) Lingkungan; (5) Ketenagakerjaan;
(6) Hak asasi manusia; (7) Organizational governance.
Elemen elemen pokok yang terkandung dalam suatu Corporate Social Responsibility.
Menurut World Business Council for Sustainable Development, Corporate Social
Responsibility dibagi dalam tujuh skala prioritas, yaitu : (1) Human rights; (2) Employee
rights; (3) Environmental protection; (4) Supplier relation; (5) Communityinvolvement;(6)
Stakeholder rights; (7) Corporate Social responsibility performance monitoring and
assessment.
Dapat disimpulkan komponen Corporate Social Responsibility menurut Darwin meliputi
Hak asasi manusia yaitu sikap dan kebijakan perusahaan yang dilakukan untuk menghindari
terjadi pelanggaran HAM,Tenaga kerja meliputi bentuk perhatian perusahaan terhadap
kondisi para tenaga kerja,Lingkungan hidup meliputi strategi kebijakan untuk mengatasi
dampak lingkungan,Sosial masyarakat meliputi strategi kebijakan mengenai bidang sosial
dan pengembangan masyarakat,dan yang terakhir Dampak produk dan jasa terhadap
pelanggan meliputi jaminan kepastian produk bebas dari dari dampak negatif,sedangkan
dalam ISO meliputi pengembangan masyarakat , konsumen , praktik industri yang sehat ,
ketenagakerjaan ,hak asasi manusia dan organizational governance,dan menurut World
Business Council for Sustainable Development komponen corporate social responsibility
meliputi hak asasi manusia; Hak karyawan; Perlindungan lingkungan; hubungan pemasok;
Keterlibatan masyarakat; Hak pemangku kepentingan; pemantauan dan penilaian kinerja
tanggung jawab sosial perusahaan.Pada hakikat nya komponen-komponen Corporate
Social Responsibility yang dikemukakan diatas memiliki poin penting yang sama yaitu
komponen yang meliputi hak asasi manusia,ketenagakerjaan/karyawan yang meliputi hak
yang didapatkan oleh tenaga kerja atau karyawan,lingkungan hidup yang didalamnya
terdapat praktik industri yang sehat dan perlindungan lingkungan ,sosial masyarakat yang
meliputi pengembangan masyarakat serta keterlibatan masyarakat,dampak produk dan jasa
terhadap masyarakat termasuk hubungan pemasok serta pemantauan dan penilaian kinerja
tanggung jawab sosial,dan Hak pemangku kepentingan.
Berdasarkan komponen Corporate Sosial Responsibility dapat dipahami bahwa CSR
mempunyai peranan yang penting terhadap segala aspek kehidupan masyarakat,tenaga
kerja,dan lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung berupa program-program
yang nantinya akan bermanfaat bagi seperti pemberdayaan,pengembangan,peningkatan
kesejahteraan,jaminan keamanan produk,jaminan kecelakaan kerja,jaminan kematian,proses
produksi yang ramah lingkungan,masalah pembuangan limbah dan lain sebagainya sebagai
bentuk Tanggung Jawab Sosial perusahaan terhadap pihak internal maupun eksternal yang
terlibat.Komponen tersebut juga merupakan komponen yang menjadi tanggung jawab
perusahaan.

2.1.4 Prinsip Corporate Social Responsibility (CSR)


Prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility (CSR) yang berhasil menurut Pearce II
dan Robinson (2008: 92) sebagai berikut:
a. Mengidentifikasikan misi jangka panjang yang tahan lama
Perusahaan memberikan kontribusi sosial terbesar jika mengidentifikasikan
tantangan kebijakan yang penting dan berlangsung lama serta berpartisipasi pada
solusinya dalam jangka panjang.
b. Mengontribusikan yang telah dilakukan
Perusahaan memaksimalkan manfaat dan kontribusi perusahaanya jika perusahaan
itu dapat meningkatkan kemampuan inti serta mengontribusikan produk dan jasa
yang didasarkan pada keahlian yang digunakan dalam atau yang dihasilkan dari
operasi normalnya.
c. Mengontribusikan jasa khusus berskala besar
Perusahaan memiliki dampak sosial terbesar ketika perusahaan memberikan
kontribusi khusus kepada usaha kooperasi berskala besar.
d. Menimbang pengaruh pemerintah
Dukungan pemerintah bagi partisipasi perusahaan dalam CSR atau paling tidak
kerelaanya untuk menghilangkan hambatan sehingga dapat memberikan pengaruh
positif yang penting.
e. Menyusun dan menilai total paket manfaat
Perusahaan memperoleh manfaat terbesar dari kontribusi sosialnya jika
memberikan harga pada total paket manfaat. Penilaian ini sebaiknya mencakup
kontribusi sosial yang diberikan maupun dampak reputasi yang memperkuat atau
memperkaya posisi perusahaan di mata para konstituennya.

Good Corporate Governance (GCG) merupakan suatu prinsip tanggung jawab praktik
pengelolaan perusahaan dengan mempertimbangkan pemenuhan kepentingan seluruh
stakeholders. Untung, (2014:7) menyatakan secara umum terdapat 4 prinsip mengenai GCG,
antara lain:
a. Accountability (Akuntabilitas)
Prinsip ini mewajibkan pimpinan perusahaan bertanggung jawab atas keberhasilan
pengelolaan perusahaan untuk mewujudkan tujuan dari perusahaan tersebut.
b. Transparency (Keterbukaan)
dengan adanya informasi yang akurat dan dapat diaudit oleh pihak ketiga yang
independen sebagai laporan kepada para investor, sehingga investor dapat
mengetahui perkembangan dan kemerosotan perusahaan.
c. Fairness (Kewajaran)
Hal ini memberikan perlindungan terhadap kepentingan minoritas, khususnya
pada pemegang saham minoritas untuk mendapatkan perlakuan yang adil
d. Responsibility (Tanggung jawab)
Prinsip tanggung jawab menegaskan pada konsep fiduciary duty dari pihak
managementuntuk lebih mematuhi aturan-aturan yang ada dalam pengelolaan
perusahaan.

ISO 26000 menyediakan panduan dalam tujuh prinsip tanggung jawab sosial. Ke-7
prinsip itu meliputi:
a. Akuntabilitas: organisasi harus bertanggung jawab atas dampak terhadap
masyarakat dan lingkungan.
b. Transparansi: organisasi harus transparan dalam pengambilan keputusan dan
kegiatan yang berdampak pada masyarakat  dan lingkungan.
c. Perilaku Etis: organisasi harus bersikap etis setiap saat.
d. Menghormati kepentingan pemangku kepentingan: organisasi harus menghormati,
mempertimbangkan dan menanggapi kepentingan pemangku kepentingan.
e. Menghormati aturan hukum: organisasi harus menerima bahwa penghormatan
terhadap aturan hukum adalah wajib.
f. Menghormati norma-norma perilaku internasional: organisasi harus menghormati
norma-norma perilaku internasional, sementara berpegang pada prinsip
penghormatan terhadap aturan hukum.
g. Menghormati hak asasi manusia: organisasi harus menghormati hak asasi manusia
dan mengakui pentingnya dan berlakunya universalitas.

Crowther David (2008) dalam Nor Hadi (2011:59) mengurai prinsip-prinsip


tanggungjawab sosial (social responsibility) menjadi tiga, yaitu :
a. Sustainability,  berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan
aktivitas (action) tetap memperhitungkan keberlanjutan sumber   daya di masa
depan. Keberlanjutan juga memberikan arahan bagaimana penggunaan
sumberdaya sekarang tetap  memperhatikan dan memperhitungkan kemampuan
generasi masa depan.
b. Accountability, merupakan upaya perusahaan terbuka dan bertanggungjawab atas
aktivitas yang telah dilakukan. Akuntabilitas dibutuhkan, ketika aktivitas
perusahaan mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan eksternal. Konsep ini
menjelaskan pengaruh kuantitatif aktivitas perusahaan terhadap pihak internal dan
eksternal. Akuntabilitas dapat dijadikan sebagai media bagi perusahaan
membangun image dan network terhadap para pemangku kepentingan.
c. Transparancy, merupakan prinsip penting bagi pihak eksternal. Transparansi
bersinggungan dengan pelaporan aktivitas perusahaan berikut dampak terhadap
pihak eksternal. Satu hal yang amat penting bagi pihak eksternal, berperan untuk
mengurangi asimetri informasi, kesalahpahaman, khususnya informasi dan
pertanggungjawaban berbagai dampak dari lingkungan.
Bedasarkan prinsip-prinsip yang telah dijabarkan diatas menurut Pearce II dan Robinson
prinsip-prinsip corporate social responsibility pada intinya ialah memberikan kontribusi serta
berpatisipasi pada solusi,mengontribusikan yang telah dilakukann dengan cara
memaksimalkan manfaat dan kontribusi perusahaan,mengkontribusikan jasa khusus berskala
besar yang memiliki dampak sosial,menimbang pengaruh pemerintah dengan kerelaannya
untuk menghilangkan hambatan sehingga memberikan dampak positif dan menyusun menilai
total paket manfaat,penilaian ini mencakup kontribusi sosial maupun dampak reputasi
terhadap perusahaan.Selanjutnya dalam ISO 26000 prinsip corporate social responsibility
meliputi akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban atas dampak yang
dihasilkan,transparansi yaitu keterbukaan dalam pengambilan keputusan yang mengangkut
dampak terhadap masyarakat dan lingkungan,perilaku etis yang dilakukan setiap
saat,menghormati kepentingan pemangku kepentingan seperti mempertimbangkan serta
menanggapinya,menghormati aturan hukum meliputi mentaati seluruh aturan yang
berlaku,menghormati norma-norma perilaku internasional,dan menghormati hak asasi
manusia termasuk mengakui berlakunya universalitas,sedangkan menurut Crowther David
2008 menguraikan prinsip corporate sebagai berikut sustainability yaitu perusahaan
memperhatikan keberlanjutan sumber daya yang digunakan di masa depan,accountability
merupakan upaya pertanggungjawaban secara terbuka atas aktivitas yang dilakukan yang
mempengaruhi serta berdampak pada lingkungan dan masyarakat dan yang terakhir ialah
transparancy yang bersinggungan mengenai pelaporan aktivitas perusahaan beserta dampak
yang diakibatkan kepada pihak eksternal.
Dapat ditarik kesimpulan prinsip-prinsip corporate social responsibility meliputi
akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban secara terbuka atas aktivitas yang dilakukan
yang mempengaruhi serta berdampak pada lingkungan dan masyarakat, ,transparansi yaitu
keterbukaan dalam pengambilan keputusan yang mengangkut dampak terhadap masyarakat
dan lingkungan serta pelaporan aktivitas perusahaan beserta dampak yang diakibatkan
kepada pihak eksternal, perilaku etis yang dilakukan setiap saat,menghormati kepentingan
pemangku kepentingan seperti mempertimbangkan serta menanggapinya,menghormati
aturan hukum seperti mentaati seluruh aturan yang berlaku,menghormati norma-norma
perilaku internasional,dan menghormati hak asasi manusia termasuk mengakui berlakunya
universalitas, sustainability meliputi perusahaan memperhatikan keberlanjutan sumber daya
yang digunakan di masa depan dan kontribusi seperti berpatisipasi dalam mencari solusi
terhadap dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan dan masyarakat.

Berdasarkan prinsip tersebut, maka yang memiliki hubungan erat dengan pelaksanaaan
CSR yaitu prinsip responsibility (tanggung jawab). Prinsip ini lebih mengedepankan
kepentingan stakeholders. Sedangkan prinsip lainnya seperti accountability, transparency,
dan fairness hanya mementingkan kelangsungan perusahaan pada kepentingan stakeholders.
Oleh karena itu, CSR mencakup semua prinsip yang ada dalam Good Corporate Governance
(GCG) Perusahaan sudah seharusnya memperhatikan kepentingan stakeholders, menciptakan
value added dari produk atau jasa bagi stakeholders serta memelihara nilai tambah yang
telah diciptakannya. Maka dari itu, prinsip responsibility ini lebih mencerminkan
stakeholders driven concept dimana perusahaan lebih memperhatikan dimensi sosial dan
lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan demi kelangsungan perusahaan

2.1.5 Sifat Corporate Social Responsibility (CSR)

Untung (2008:10) menyebutkan terdapat dua sifat corporate social responsibility,


yaitu sebagai berikut :
a. Sifatnya kedalam atau internal
CSR yang sifatnya kedalam menyangkut transparansi, sehingga ada yang namanya
prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good coorporate governance), yaitu
mekanisme bagaimana sumber daya perusahaan dialokasikan menurut aturan hak
dan kuasai. Di kalangan perusahaan publik diukur dengan keterbukaan informasi.
b. Sifatnya keluar atau eksternal
CSR yang sifatnya keluar menyangkut lingkungan tempat perusahaan berada.
Perusahaan harus memperhatikan polusi, limbah maupun partisipasi lainnya.
Stakeholder perusahaan diluar dapat dikategorikan, ada masyarakat, pemasok,
pelanggan, konsumen, maupun pemerintah.

Dapat disimpulkan sifat dari corporate social responsibility mengangkut hubungan


perusahaan terhadap skateholder dan lingkungan.Hendaknya program corporate social
responsibility harus memperhatikan lingkungan internal maupun eksternalnya. Apabila
perusahaan ingin berkontribusi untuk masyarakat, lingkungan, stakeholder dan semua hal
lain yang terlibat didalamnya, maka perusahaan harus mengetahui apa yang lingkungan
tersebut butuhkan, bukan sekedar apa yang perusahaan ingin buat. Oleh karena itu,
diharapkan adanya komunikasi sebelum menyusun program corporate social
responsibility.Dalam sifatnya kedalam atau internal menyangkut dengan transparansi
bagaimana sebuah perusahaan mengelola perusahaannya dengan baik seperti bijak
menggunakkan sumber daya yang dikuasai dan keterbukaan terhadap aktivitas yang
dilakukan oleh perusahaan sedangkan merurut sifatnya keluar menyangkut dampak yang
dihasilkan akibat aktivitas perusahaan,perusahaan harus memperhatikan dampak dari
pengelolaan suatu produk tersebut.

2.1.6 Lingkup Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR)

Kotler dan Lee (2005) menyatakan terdapat enam program yang inisiatif sebagai wujud
komitmen dari CSR, antara lain:
a. Cause promotions, memberikan kontribusi dana atau penggalangan dana untuk
meningkatkan kesadaran akan masalah-masalah sosial.
b. Cause related marketing, bentuk kontribusi perusahaan dengan menyisihkan
pendapatan sebagai donasi bagi masalah sosial tertentu.
c. Corporate social marketing, perusahaan membantu pengembangan maupun
implementasi dari perubahan tingkah laku tertentu yang memiliki pengaruh
negatif.
d. Corporate philantrophy, inisiatif perusahaan untuk memberikan kontribusi
langsung kepada suatu aktivitas amal, yang biasanya dalam bentuk donasi atau
uang tunai. Corporate philantrophy ini biasanya yang paling sering dilakukan
oleh organisasi- organisasi.
e. Community volunteering, perusahaan memberikan bantuan dan dorongan pada
para karyawan, serta mitra bisnisnya untuk terlibat dan membantu masyarakat
sekitar.
f. Socially responsible business practices, ini merupakan inisiatif perusahaan
mengadopsi dan melakukan bisnis tertentu serta investasi yang ditujukan untuk
meningkatkan kualitas komunitas dan melindungi lingkungan.
Zadek et al. (Glautier & Underdown, 2001: 367-368) membagi tanggung jawab sosial
perusahaan menjadi enam bagian yaitu :
a. Evironmental protection
Adalah upaya untuk melindungi lingkungan dari kerusakan yang meliputi aspek
lingkungan dalam produksi, mencegah polusi selama proses produksi, mencegah
atau memperbaiki kerusakan lingkungan akibat dari proses sumber daya alam dan
peremajaan sumber daya alam yang digunakan. Tujuan sosial perusahaan dapat
ditemukan dalam usaha menanggulangi efek sosial perusahaan yang berdampak
negatif dan dalam mengadopsi teknologi yang lebih efisien untuk meminimalkan
penggunaan sumber daya alam yang tidak bisa digantikan dan produksi limbah.
b. Energy saving
Meliputi efisiensi energi dalam hubungannya dengan operasi bisnis dan
meningkatkan efisiensi konsumsi energi dari pemakaian produk yang dihasilkan
perusahaan.
c. Human resources
Berhubungan dengan aktivitas-aktivitas para pihak yang ada dalam perusahaan dan
menguntungkan pihak manajemen dalam perusahaan.
d. Fair business practice
Memusatkan perhatian pada hubungan antara perusahaan dengan kelompok
kepentingan khusus tertentu. Berhubungan dengan hal pemberian kerja dan
kemajuan pihak-pihak minoritas, penggunaan tata cara yang legal saat
berhubungan dengan pemasok dan pelanggan, dan pemberian label yang jelas pada
setiap produk.
e. Community involvement
Meliputi aktivitas yang melibatkan dan berhubungan dengan masyarakat serta
menguntungkan masyarakat.
f. Product
Menyangkut aspek kualitatif dari produk yang dihasilkan, misalnya keamanan dan
jangka waktu pemakaian, termasuk kepuasan pelanggan, pengemasan, dan
pelabelan produk.
Berdasarkan lingkup kegiatan corporate social responsibility yang telah dijabarkan
diatas menurut Kotler dan Lee (2005) membagi enam program sebagai wujud komitmen
dari corporate social responsibility ialah hanya sebatas program berbentuk bantuan dana
dan pemberdayaan terhadap masyarakat dan tenaga kerja seperti cause promotions
memberikan kontribusi dan penggalangan dana untuk meningkatkan kesadaran,cause
related marketing merupakan bentuk kontribusi menyisihkan pendapatan sebagai donasi
masalah sosial,corporate social marketing yaitu perusahaan membantu pengembangan
dan perubahan tingkah laku,corporate philantropy berupa kontribui kepada aktivitas amal
dalam bentuk donasi,community volunteering memberi bantungan dan dorongan dan
membantu masyarakat sekitar dan socially responsible business practices yaitu
mengadopsi dan melakukan bisnis,sedangkan menurut Zadek et all berpendapat tanggung
jawab sosial tidak sebatasas bantuan atau sumbangan dana dan pemberdayaan saja tetapi
juga memperhatikan dampak aktivitas perusahaan terhadap lingkungan.Zadek et all
membagi tanggung sosial menjadi enviromental protection sebagai upaya mlindungi
lingkungan dari kerusakan,energy saving dengan cara meningkatkan efisiensi konsumsi
energi,human resources meliputi tanggung jawab terhadap sumber daya manusia seperti
peningkatan kesejahteraan memberikan jaminan perlindungan,fair business practice yaitu
memerhatikan hubungan antara perusahaan dengan kelompok kepentingan khusus
tertentu ,community involment hubungan perusahaan dengan masyarakat dengan
melibatkan masyarakat dalam kebijakan perusahaan,dan product menyangkut aspek
kualitatif produk dari suatu perusahaan.
Lingkup Corporate Social Responsibility sangatlah kompleks tidak sebatas hanya
dengan pemberian dana dan bantuan semata tetapi juga tanggung jawab terhadap aspek-
aspek lainnya seperti pemberdayaan masyarakat,perlindungan linkungan dari kerusakan
yang diakibatkan oleh aktivitas perusahaan,efisiensi energi,meminimalkan penggunaan
sumber daya alam,pengolahan limbah,pemberian jaminan perlindungan terhadap tenaga
kerja dan menyangkut produk dari suatu perusahaan meliputi jaminan keamanan produk
yang dihasilkan dan proses produksi yang sesuai dengan standart.lingkup corporate social
rsponsibility baik dari program-program yang dilakukan yang berhubungan dengan
produksi dengan mengurangi dampak negatif dari pengelolaan suatu produk yang
menghasilkan limbah sebagai wujud tanggung jawab terhadap lingkungan kemudian turut
menyumbangkan sebagian keuntungan untuk turut membantu memberikan kontribusi
terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi sebagai wujud tanggung jawab sosial serta
membantu dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai wujud tanggung jawab
sosial terhadap masyarakat sekitar.

2.1.7 Tujuan Corporate Social Responsibility (CSR)

Tujuan dari CSR adalah agar hubungan antara perusahaan dan stakeholders
tidak lagi bersifat pengolahan saja, tetapi sekaligus melakukan kolaborasi, yang dilakukan
secara terpadu dan fokus kemitraan. Tanggung jawab sosial yang mulanya diberikan oleh
perusahaan pada kesejahteraan stakeholders, pada akhirnya akan mengumpan balik pada
perusahaan. Kemitraan ini tidak menciptakan persaingan negatif yang berpengaruh kepada
keberlanjutan perusahaan tersebut (Budimanta, Prasetyo dan Rudianto, 2004: 72-73).
Terdapat tiga alasan penting mengapa kalangan dunia usaha harus merespon CSR agar
sejalan dengan jaminan keberlanjutan operasional suatu perusahaan seperti yang
diungkapkan oleh Wibisono (dalam Rahmatullah dan Kurniati, 2011: 6-7). Pertama,
perusahaan adalah bagian dari masyarakat sehingga wajar bila perusahaan memperhatikan
kepentingan masyarakat. CSR berfungsi sebagai kompensasi atau upaya timbal balik atas
penguasaan sumber daya alam atau sumber daya ekonomi oleh perusahaan. CSR juga
sebagai kompensasi sosial karena timbul ketidaknyamanan (discomfort) pada masyarakat.
Kedua, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya mempunyai hubungan simbiosis
mutualisme untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat. Wajar bila perusahaan dituntut
untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, sehingga bisa tercipta harmonisasi
hubungan bahkan pengdongkrakan citra dan performa perusahaan. Ketiga, kegiatan CSR
merupakan salah satu cara untuk meredam atau bahkan menghindarkan konflik sosial.
Potensi konflik itu berasal akibat dari dampak operasional perusahaan atau akibat
kesenjangan struktural dan ekonomis yang timbul antara masyarakat dengan komponen
perusahaan.
Berdasarkan tujuan Corporate Social Responsibility yang telah di uraikan maka dapat
diketahui tujuan dari CSR tersebut sangatlah menguntungkan bagi suatu perusahaan itu
sendiri yang melaksanakan dan sudah sewajarnya sebuah perusahaan melaksanakan
tanggung jawab sosial karena sebuah perusahaan tidak hanya mementingkan sebuah
keuntungan tetapi juga harus memperhatikan masyarakat,lingkungan,dan sosial dimana
perusahaan itu berada.

2.1.8 Manfaat Corporate Social Responsibility CSR


Corporate Social Responsibility merupakan sebuah komitmen untuk mensejahterakan
masyarakat dan lingkungan melalui praktik bisnis yang dilakukan oleh organisasi.
Mardikanto (2014: 132), menyatakan bahwa manfaat CSR tidak hanya dirasakan oleh
pemerintah dan korporasi, tetapi juga oleh masyarakat. Berikut ini adalah manfaat CSR:
A. Manfaat CSR bagi Masyarakat
CSR merupakan sebuah investasi demi pertumbuhan dan keberlangsungan perusahaan
sebagai sarana meraih keuntungan. Penerapan CSR akan memperoleh banyak manfaat
bagi masyarakat (komunitas) dalam bentuk:
a. Peluang terciptanya lapangan pekerjaan, kesempatan kerja, pengalaman kerja dan
pelatihan,
b. Pendanaan investasi komunitas, memperoleh donasi, pengembangan infrastruktur,
c. Keahliah komersial,
d. Kompetensi teknis dan personal individual pekerja yang terlibat,
e. Representasi bisnis sebagai promosi bagi prakarsa-prakarsa komunitas.
B. Manfaat CSR bagi Pemerintah
Pengalaman menunjukan bahwa dengan menerapkan CSR dapat memberikan banyak
kontribusi pada pemerintah, dalam bentuk:
a. Dukungan pembiayaan, dalam hal ini kaitannya dengan penanggulangan
kemiskinan.
b. Dukungan sarana dan prasarana, misalnya dalam bidang kesehatan, pendidikan,
agama, olahraga, kesenian dan sebagainya, yang dilakukan melaui kegiatan CSR.
c. Dukungan keahlian, hal ini dicerminkan melaui keterlibatan personil perusahaan
pada kegiatan pengembangan kapasitas masyarakat.
d. Keterlibatan LSM dalam kegiatan CSR merupakan pembelajaran dalam
menumbuhkan, menggerakan, dan memelihara partisipasi masyarakat dalam
pembangunan.
C. Manfaat CSR bagi Korporasi
Perusahaan yang menerapkan CSR dengan benar akan mendapatkan dampak positif
bagi sustainability (keberlangsungan) perusahaan. Mardikanto (2014:136) menyatakan
terdapat 7 manfaat CSR bagi korporasi atau perusahaan, antara lain:
a. Meningkatkan citra perusahaan,
b. Memperkuat “brand” perusahaan,
c. Membedakan perusahaan dengan pesaingnya (Different),
d. Menghasilkan inovasi dan pembelajaran untuk meningkatkan pengaruh
perusahaan,
e. Mengembangkan kerjasama dengan stakeholder,
f. Membuka akses untuk investasi dan pembiayaan bagi perusahaan
g. Meningkatkan harga saham.

Manfaat dari pelaksanaan program CSR bagi perusahaan menurut Hendrik (2008:6).
a. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan.
b. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial.
c. Mereduksi resiko bisnis perusahaan.
d. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha.
e. Membuka peluang pasar yang lebih luas.
f. Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah.
g. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders.
h. Memperbaiki hubungan dengan regulator.
i. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan.
j. Peluang mendapatkan penghargaan.
Manfaat CSR tidak hanya dirasakan oleh satu pihak yaitu pihak perusahaan, melainkan
juga bagi elemen-elemen lain. Dan berikut adalah manfaat program CSR (dalam Totok,
2014:132).

A. Manfaat CSR Bagi Masyarakat


Dengan memperhatikan masyarakat, perusahaan dapat berkontribusi terhadap
peningkatan kualitas hidup masyarakat. Perhatian terhadap masyarakat dapat dilakukan
dengan cara perusahaan melakukan aktivitas-aktivitas serta pembuatan kebijakan-
kebijakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan, kualitas hidup, dan kompetensi
masyarakat di berbagai bidang.

Dengan memperhatikan lingkungan, perusahaan dapat ikut berpartisipasi dalam usaha


pelestarian lingkungan demi terpeliharanya kualitas hidup umat manusia dalam jangka
panjang. Keterlibatan perusahaan dalam pemeliharaan dan pelestarian lingkungan
berarti perusahaan berpartisipasi dalam usaha mencegah terjadinya bencana serta
meminimalkan dampak bencanna yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan.
Dengan menjalankan tanggung jawab sosial, perusahaan diharapkan tidak hanya
mengejar laba jangka pendek, tetapi juga ikut berkontribusi terhadap peningkatan
kualitas hidup masyarakat dan lingkungan (terutama lingkungan sekitar) dalam jangka
panjang.

Lebih lanjut, clark(2000), menyimpulkan bahwa hubungan masyarakat (PR)


dengan komunikasi yang efektif dan manajemen hubungan dalam penerapan tanggung
jawab sosial perusahaan (CSR) akan diperoleh banyak manfaat bagi komunitas.

B. Manfaat CSR Bagi Pemerintah

Pelaksanaan CSR juga memberikan manfaat bagi pemerintah. Melalui CSR akan
tercipta hubungan antara pemerintah dan perusahaan dalam mengatasi berbagai
masalah sosial, seperti kemiskinan, rendahnya kualitas pendidikan, minimnya akses
kesehatan, dan lain sebagainya.
Dalam buku, “Membedah Konsep dan Aplikasi CSR”, Wibisono (2007)
menuliskan 10 manfaat yang dapat diperoleh oleh perusahaan jika melakukan program
CSR, yaitu:
a. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan image perusahaan.
Perbuatan destruktif pasti akan menurunkan reputasi perusahaan, sebaliknya
kontribusi positif pasti akan mendongkrak image dan reputasi positif perusahaan.
Image yang positif ini penting untuk menunjang keberhasilan perusahaan.
b. Layak Mendapatkan Social Licence to Operate.
Masyarakat sekitar adalah komunitas utama perusahaan. Ketika mereka
mendapatkan keuntungan dari perusahaan, maka dengan sendirinya mereka akan
merasa memiliki perusahaan. Sehingga imbalan yang diberikan kepada
perusahaan adalah keleluasaan untuk menjalankan roda bisnisnya di kawasan
tersebut.
c. Mereduksi Resiko Bisnis Perusahaan.
Mengelola resiko di tengah kompleksnya permasalahan perusahaan merupakan hal
yang esensial untuk suksesnya usaha. Hubungan yang kurang baik dengan
stakeholders akan menganggu kelancaran bisnis perusahaan. Bila sudah terjadi
permasalahan, maka biaya untuk pemulihan akan jauh lebih berlipat bila
dibandingkan dengan anggaran untuk melakukan program CSR.
d. Melebarkan Akses Sumber Daya.
Track records yang baik dalam pengelolaan CSR merupakan keunggulan bersaing
bagi perusahaan yang dapat membantu memuluskan jalan menuju sumber daya
yang diperlukan perusahaan.
e. Membentangkan Akses Menuju Market.
Investasi yang ditanamkan untuk program CSR ini dapat menjadi tiket bagi
perusahaan menuju peluang yang lebih besar. Termasuk di dalamnya memupuk
loyalitas konsumen dan menembus pangsa pasar baru.
f. Mereduksi Biaya.
Banyak contoh penghematan biaya yang dapat dilakukan dengan melakukan CSR.
Misalnya, dengan mendaur ulang limbah pabrik ke dalam proses produksi. Selain
dapat menghemat biaya produksi, juga membantu agar limbah buangan ini menjadi
lebih aman bagi lingkungan.
g. Memperbaiki Hubungan dengan Stakehoders.
Implementasi CSR akan membantu menambah frekuensi komunikasi dengan
stakeholders, dimana komunikasi ini akan semakin menambah kepercayaan
stakeholders kepada perusahaan.
h. Memperbaiki Hubungan dengan Regulator.
Perusahaan yang melaksanakan CSR umumnya akan meringankan beban
pemerintah sebagai regulator yang sebenarnya bertanggung jawab terhadap
kesejahteraan lingkungan dan masyarakat.
i. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan.
Citra perusahaan yang baik di mata stakeholders dan kontribusi positif yang
diberikan perusahaan kepada masyarakat serta lingkungan, akan menimbulkan
kebanggaan tersendiri bagi karyawan yang bekerja dalam perusahaan, sehingga
meningkatkan motivasi kerja mereka.
j. Peluang Mendapatkan Penghargaan.
Banyaknya penghargaan yang diberikan kepada pelaku CSR sekarang ini, akan
menambah peluang bagi perusahaan untuk mendapatkan suatu penghargaan dari
berbagai kalangan baik dari pemerintah maupun lembaga lain di luar pemerintah

Menurut Suharto (2008),dipandang dari perspektif bisnis progresif CSR fokus terhadap
perluasan kesempatan-kesempatan baru sebagai cara untuk merespon tuntutan pasar yang
dapat memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan dan juga mendorong inovasi
perusahaan untuk terus-menerus melakukan perbaikan di segala bidang. Menurutnya, CSR
dapat bermanfaat sebagai berikut :
a. Memperkuat kinerja dan keuntungan ekonomi yang lebih efisien dan
berkelanjutan.
b. Meningkatkan komitmen para pekerja.
c. Memantapkan akuntabilitas perusahaan terkait investasi sosial dan
kemasyarakatan.
d. Mengurangi kerentanan dan instabilitas operasi perusahaan terkait menguatnya
hubungan dengan masyarakat.
e. Mempertegas reputasi dan citra perusahaan.

Dari manfaat-manfaat diatas, dapat disimpulkan bahwa manfaat dari Corporate Social
Responsibility adalah menciptakan brand image atau citra bagi perusahaan di tengah pasar
yang kompetitif sehingga akan mampu menghasilkan loyalitas konsumen terhadap
perusahaan yaitu dengan kesetiaan konsumen dalam pembelian yang konsisten terhadap
produk atau jasa sepanjang waktu dan ada sikap yang baik untuk merekomendasikan orang
lain untuk membeli produk. dan membangun atau mempertahankan reputasi bisnis. Kedua
hal tersebut akan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan yang sulit ditiru oleh para
pesaingnya. Selain itu, Corporate Social Responsibility juga membantu perusahaan untuk
mendapatkan atau melanjutkan izin untuk beroperasi dari pemerintah maupun masyarakat.
Singkat kata, Corporate Social Responsibility dapat menjadi semacam iklan bagi produk
perusahaan yang bersangkutan.
2.1.9 Bidang-Bidang Tanggung Jawab Corporate Social Responsibility
Tanggung Jawab Sosial di Bidang Sosial ( Social/People)
Dimensi sosial pada CSR berarti perusahaan sudah seharusnya memperhatikan dan
berpartisipasi dalam mencapai kesejahteraan masyarakat dan memperbaiki serta merawat
yang berhubungan dengan karyawan (Mardikanto, 2014:146). Inti dari dimensi sosial ini
adalah respect for people. Adapun indikator-indikator dari dimensi sosial ini menurut Semuel
& Wijaya (2008) adalah sebagai berikut:
a. Labour Practises, hal ini membahas mengenai pekerja atau karyawan dalam
perusahaan, meliputi : keselamatan kerja, pembagian gaji, perlakuan para pekerja
dan lain sebagainya.
b. Social Activites, Menurut Kotler dan Lee (2005), kegiatan-kegiatan sosial ini dapat
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu corporate philantrophy, corporate volunteering,
dan cause-related marketing.
Masyarakat adalah bagian stakeholders yang memiliki pengaruh besar terhadap
keberadaan perusahaan. Setiap kegiatan operasional perusahaan akan berpotensi
menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap masyarakat sekitar perusahaan.
Apabila perusahaan memperhatikan dimensi sosial maka perusahaan akan dapat mencapai
perkembangan serta pembangunan berkelanjutan. Munculnya resistensi masyarakat terhadap
perusahaan karena dimensi sosial ini di abaikan, sehingga dapat menimbulkan kondisi yang
tidak kondusif dalam aktivitas perusahaan tersebut (Wijaya,dkk. 2015).

Tanggung Jawab Sosial di Bidang Ekonomi ( Economic/Profit )


Hadi (2011:60) dalam Putra (2015) menyatakan bahwa Keberadaan perusahaan yang
ditujukan untuk meningkatkan nilai bagi shareholders, seperti meningkatkan keuntungan,
harga saham, pembayaran dividen, dan lainnya. Mardikanto, (2014) menyatakan pemahaman
terhadap dimensi ekonomi dalam CSR meliputi tata kelola perusahaan, perlindungan
konsumen, dan etika investasi.
Wibisono (2007:33) menjelaskan pada hakikatnya profit merupakan tambahan
pendapatan yang digunakan untuk keberlangsungan perusahaan. Konsep triple bottom lines
menyatakan perusahaan tidak hanya bertanggung jawab terhadap shareholders dengan
mendatangkan keuntungan yang besar. Perusahaan harus menyadari baik secara langsung
ataupun secara tidak langsung profit yang diperoleh tidak bias lepas dari dukungan
stakeholders. Perusahaan sudah selayaknya menyisihkan sedikit keuntungannya yang
diperoleh untuk kepentingan stakeholders.

Tanggung Jawab Sosial di Bidang Lingkungan ( Environment/Planet )


Dimensi lingkungan atau environment dimension ini mencerminkan dimana perusahaan
memiliki kewajiban terhadap dampak yang dihasilkan pada lingkungan dari operasional
perusahaan (Mardikanto, 2014:149). Menciptakan lingkungan yang sehat dan aman,
mengelola limbah dengan baik dan menciptakan produk-produk yang ramah lingkungan
merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh perusahaan (Ulum, dkk. 2014).
Semuel & Wijaya, (2008) menyatakan terdapat dua indikator dalam dimensi lingkungan
yaitu:
a. Waste management, hal ini ditandai dengan perusahaan telah melakukan recycle,
reduce, dan reuse untuk mengurangi limbah yang dihasilkan.
b. Producing environment friendly product, untuk menciptakan produk ramah
lingkungan bukanlah hal yang mudah.
Berdasarkan paparan mengenai bidang tanggung jawab sosial maka dapat disimpukan
masyarakat dan lingkungan sekitar memiliki pengaruh besar terhadap keberadaan
perusahaan. Setiap kegiatan operasional perusahaan akan berpotensi menimbulkan dampak
positif maupun negatif terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan,sudah
sewajarnya dan menjadi kewajiban perusahahanlah memperhatikan dan berpartisipasi dalam
mencapai kesejahteraan masyarakat dan memperbaiki serta merawat yang berkaitan erat
dengan lingkungan dimana perusahaan itu melakukan kegiatan operasional dan memberikan
suatu jaminan kepada tenaga kerja yang bekerja di dalam perusahaan tersebut.Corporate
social responsibility di bidang sosial mengedepankan tanggung jawab terhadap skateholder
meliputi masyarakat dan tenaga kerja perusahaan harus memperhatikan dimensi sosial
sehingga perusahaan akan dapat mencapai perkembangan dan pembangunan yang
berkelanjutan dan meningkatkan citra perusahaan di mata konsumennya.Tanggung jawab
sosial dibidang ekonomi berkaitan dengan akuntabilitas dan transparansi mengenai tata
kelola perusahaan meliputi keuntungan,pembagian saham,pembayaran dividen dan
pajak,serta perlindungan konsumen atas produk yang dijual kepada konsumen meliputi
jaminan dari keamanan produk tersebut dan tidak membahayakan konsumen.Dari
keuntungan yang di dapatkan oleh suatu perusahaan sudah seharusnya perusahaan
memberikan kontribusi baik berupa materi berupa bantuan dana untuk kepentingan
skateholder seperti aktivitas amal berupa donasi.Dan terakhir tanggung jawab sosial di
bidang lingkungan berkenaan dengan akuntabilitas dan sustainability,perusahaan memiliki
kewajiban terhadap dampak yang dihasilkan terhadap lingkungan akibat dari operasional
perusahaan seperti mengelola limbah sehingga lingkungan tidak tercemar dan menciptakan
produk yang ramah lingkungan. Perusahaan juga memiliki kewajiban untuk menjamin
keberlanjutan sumber daya yang digunakan pada masa depan dengna cara perusahaan tidak
lagi menggunakan sumber daya alam yang terbatas melainkan mencari sumber daya
alternatif.

2.1.10 Pendekatan dan Strategi Corporate Social Resposibility


Terdapat beberapa teori mengenai pendekatan Corporate Social Resposibility. Chillida
(2009) mengutip Garriga dan Mele (2004) yang mengungkapkan beragam pendekatan CSR
di masa lalu (dalam Totok, 2014:168), seperti:

a. Teori deskriptif, dimana organisasi melaksanakan kegiatan CSR dengan cara


deskriptif, cukup ikuti hukum, atau untuk sekedar menunjukkan kepada opini publik
bahwa mereka melakukan praktik tertentu. (Donaldson &Preston 1995).
b. Teori instrumental, dimana CSR merupakan instrumen terhadap penciptaan kekayaan
untuk memaksimalkan nilai pemegang saham dan pemasaran.
c. Teori politik, dimana CSR dilandasi oleh kekhawatiran tentang kekuatan korporasi
dalam masyarakat dan tanggung jawab penggunaan kekuatan dalam arena politik.
d. Teori integratif, dimana korporasi difokuskan pada kepuasan tuntutan sosial.
e. Teori etika, berdasarkan tanggung jawab etis perusahaan tehadap masyarakat.

Berdasarkan teori pendekatan diatas maka dapat disimpulkan pendekatan corporate


social responsibility mengalami perubahan atau pergeseran seiring perkembangan cara
berpikir dan perubahan zaman dari yang hanya cukup mengikuti aturan hukum menjadi etika
sebagai tanggung jawab etis dan kewajiban bagi perusahaan terhadap masyarakat.

Strategi Corporate Social Resposibility


Oliver Laasch (2010) mengemukakan beberapa strategi CSR yang secara akademis
merupakan Strategi Bisnis (dalam Totok, 2014:174)

a. Strategi keunggulan bersaing, menempatkan CSR untuk membangun keunggulan


bersaing.
b. Strategi sumberdaya, yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya perusahaan
(seperti: kinerja kingkungan, prinsip-prinsip etis, dan hubungannya dengan pemangku
kepentingan).
c. Strategi stakeholders, yang berbasis pada strategi bisnis dan hubungannya dengan
stakeholders.
d. Strategi manajemen krisis, yang berkaitan dengan krisis sosial, lingkungan dan
masalah-masalah etis yang dapat diintegrasikan dengan strategi bisnis.
e. Strategi yang lain, temasuk: philanthropy, pengelolaan lingkungan, dan penilaian
dampak.

Corporate Social Resposibility sering dianggap sebagai aktivitas yang kurang penting,
akibatnya kegiatan ini sangatlah kurang berkembang. Dan kegiatan Corporate Social
Resposibility tersebut masih hanya sebatas pada pemberian donasi atau sumbangan, tanpa
ada efek yang berlanjut yang nantinya juga akan berdampak kepada lingkungan ekonomi
dan sosial dalam jangka panjang, sebaliknya program CSR seharusnya diolah sedemikian
rupa sehingga dapat dijadikan sebagai strategi bagi perusahaan, yang dimana program
Corporate Social Resposibility tersebut tidak hanya bermanfaat bagi perusahaan,
melainkan juga bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah.Melalui berbagai strategi
yaitu strategi keunggulan bersaing,strategi sumber daya,strategi stakeholders,strategi
manajemen krisis,dan strategi lain.

DAFTAR PUSTAKA

A.B. Susanto. 2007. Corporate Social Responsibility. Jakarta : The Jakarta Consulting
Group.

Dewi, Kinorika, 2007, “Corporate Social Responsibility dan Pengaruhnya pada Good
Corporate Image,” Jurnal Ekonomi Janavisi, Vol. 10, No. 3b, Desember 2007 :369-383.
Djogo, Tony, 2005. “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social
Responsibility),” Berita Bumi. 24 Nov 2005.

http://pdf2doc.com/download/wm44x0r4o2u4mwfg/
o_1bpv3ohla1cblrhqmct18krp8u13/masyarakat.doc?rnd=0.31925704893478846
http://eprints.uny.ac.id/8538/3/BAB%202%20-%2008401244022.pdf
http://jurnal.unpand.ac.id/index.php/dinsain/article/viewFile/144/141
http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63317/5/BAB%20II
%20TINJAUAN%20PUSTAKA%20DAN%20HIPOTESIS.pdf
http://thesis.binus.ac.id/doc/2011-2-00529-AK%20Bab2001.pdf
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?
mod=download&sub=DownloadFile&act=view&typ=html&id=68399&ftyp=potongan&
potongan=S2-2014-326019-chapter1.pdf
http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/F3513017.pdf
http://lib.unnes.ac.id/5791/1/7553.pdf
http://erepo.unud.ac.id/10524/3/6a8aba0d0ed5cdcb111a1202006eee13.pdf
diakses pada tanggal 12 September 2017 14.00

Anda mungkin juga menyukai