Anda di halaman 1dari 16

Corporate Social Responbility

MAKALAH :
Untuk Pemenuhan Tugas Mata Kuliah
Corporate Social Responbility

Oleh :
Thoriq Al Falah
2010101010124

Dosen Pengampu :
Firdaus Mirza Nusuary, S.TP, M.A.
Nip. 1986101620190310009

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2022
DAFTAR iISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................
A. Latar Belakang Masalah............................................................................1
B. Perumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................
A. Corporate Social Responbility...................................................................2
B. Teori-Teori Corporate Social Responbility.........………………………..4

BAB III PENUTUP....................................................... ……………………………..6


A. Kesimpulan....................................................................................………6

B. Pandangan..................................................................................... ………7

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar iBelakang iMasalah

CSR adalah sebuah konsep yang tidak hadir secara instan. CSR merupakan hasil dari
proses panjang dimana konsep dan aplikasi dari konsep CSR pada saat sekarang ini telah
mengalami banyak perkembangan dan perubahan dari konsep-konsep terdahulunya.
Perkembangan CSR secara konseptual baru dikemas sejak tahun 1980-an yang dipicu
sedikitnya oleh 5 hal berikut:
1) Maraknya fenomena “take over” antar korporasi yang kerap dipicu oleh keterampilan
rekayasa finansial.
2) Runtuhnya tembok Berlin yang merupakan simbol tumbangnya paham komunis dan
semakin kokohnya imperium kapitalisme secara global.
3) Meluasnya operasi perusahaan multinasional di negaranegara berkembang, sehingga
di tuntut supaya memperhatikan: HAM, kondisi sosial dan perlakukan yang adil
terhadap buruh.
4) Globalisasi dan menciutnya peran sektor publik (pemerintah) hampir di seluruh dunia
telah menyebabkan tumbuhnya LSM (termasuk asosiasi profesi) yang memusatkan
perhatian mulai dari isu kemiskinan sampai pada kekuatiran akan punahnya berbagai
spesies baik hewan maupun tumbuhan sehingga ekosistem semakin labil.
5) Adanya kesadaran dari perusahaan akan arti penting merk dan reputasi perusahaan
dalam membawa perusahaan menuju bisnis berkelanjutan.
Pada tahun 1990-an muncul istilah corporate social reponsibility(CSR). Pemikiran yang
melandasi CSR yang sering dianggap inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak
hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomi dan legal (artinya kepada pemegang saham
atau shareholder) tetapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang
berkepentingan (stakeholder) yang jangkauannya melebihi kewajiban-kewajiban di atas.
Tanggung jawab sosial dari perusahaan terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua
stakeholder, termasuk di dalamnya adalah pelanggan atau customer, pegawai, komunitas,
pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor. Perkembangan CSR saat

1
ini juga dipengaruhi oleh perubahaan orientasi CSR dari suatu kegiatan bersifat sukarela
untuk memenuhi kewajiban perusahaan yang tidak memiliki kaitan dengan strategi dan
pencapaian tujuan jangka panjang, menjadi suatu kegiatan strategis yang memiliki
keterkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan dalam jangka panjang.
Di Indonesia wacana mengenai CSR mulai mengemuka pada tahun 2001, namun sebelum
wacana ini mengemuka telah banyak perusahaan yang menjalankan CSR dan sangat sedikit
yang mengungkapkannya dalam sebuah laporan. Hal ini terjadi mungkin karena kita belum
mempunyai sarana pendukung seperti: standar pelaporan, tenaga terampil (baik penyusun
laporan maupun auditornya). Di samping itu sektor pasar modal Indonesia juga kurang
mendukung dengan belum adanya penerapan indeks yang memasukkan kategori saham-
saham perusahaan yang telah mempraktikkan CSR. Sebagai contoh, New York Stock
Exchange memiliki Dow Jones Sustainability Index (DJSI) bagi saham-saham perusahaan
yang dikategorikan memiliki nilai corporate sustainability dengan salah satu kriterianya
adalah praktik CSR. Begitu pula London Stock Exchange yang memiliki Socially
Responsible Investment (SRI) Index dan Financial Times Stock Exchange (FTSE) yang
memiliki FTSE 4Good sejak 2001.
CSR bukan saja sebagai tanggung jawab, tetapi juga sebuah kewajiban. CSR adalah suatu
peran bisnis dan harus menjadi bagian dari kebijakan bisnis. Maka,bisnis tidak hanya
mengurus permasalahan laba , tapi juga sebagai sebuah institusi pembelajaran. Bisnis harus
mengandung kesadaran sosial terhadap lingkungan sekitar.
Ada enam kecenderungan utama, yang semakin menegaskan arti penting CSR, yaitu :
1) Meningkatnya kesenjangan antara kaya dan miskin;
2) Posisi negara yang semakin berjarak pada rakyatnya;
3) Makin mengemukanya arti kesinambungan;
4) Makin gencar sorotan kritis dan resistensi publik, bahkan bersifat anti perusahaan.
5) Tren ke arah transparansi;
6) Harapan terwujudnya kehidupan lebih baik dan manusiawi pada era millennium baru.
Tak heran, CSR telah menjadi isu bisnis yang terus menguat. Isu ini sering diperdebatkan
dengan pendekatan nilai-nilai etika, dan memberi tekanan yang semakin besar pada kalangan
bisnis untuk berperan dalam masalah-masalah sosial, yang akan terus tumbuh. Isu CSR
sendiri juga sering diangkat oleh kalangan bisnis, manakala pemerintahan nasional di
berbagai negara telah gagal menawarkan solusi terhadap berbagai masalah kemasyarakatan
Namun, upaya penerapan CSR sendiri bukannya tanpa hambatan. Dari kalangan ekonom
sendiri juga muncul reaksi sinis. Ekonom Milton Friedman, misalnya, mengritik konsep CSR,
2
dengan argumen bahwa tujuan utama perusahaan pada hakikatnya adalah memaksimalkan
keuntungan (returns) bagi pemilik saham, dengan mengorbankan hal-hal lain. Ada juga
kalangan yang beranggapan, satu-satunya alasan mengapa perusahaan mau melakukan
proyek-proyek yang bersifat sosial adalah karena memang ada keuntungan komersial di
baliknya. Agar mengangkat reputasi perusahaan di mata publik atau pemerintah. Oleh karena
itu, para pelaku bisnis harus menunjukkan bukti nyata bahwa komitmen mereka untuk
melaksanakan CSR bukanlah main-main. Manfaat dari CSR itu sendiri terhadap pelaku bisnis
juga bervariasi, tergantung pada sifat (nature) perusahaan bersangkutan, dan sulit diukur
secara kuantitatif.

B. Perumusan iMasalah

1. Apa Itu CSR?

2. Bagaimana iPeran CSR Bagi Perusahaan?

C. Tujuan iPenelitian

Dari irumusan imasalah idi iperoleh iTujuan iPenelitian iyaitu:

1. Mengetahui iTentang CSR.

2. Mengetahui iPeran CSR Bagi Perusahaan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Corporate Social Responbility

Walaupun konsep CSR dewasa ini sangat popular, namun belum dijumpai keseragaman
dalam mendefinisikan konsep CSR. Istilah CSR sendiri diperkenalkan pertama kali dalam
tulisan Social Responsibility of the Businessman tahun 1953. CSR digagas Howard
Rothmann Browen untuk mengeleminasi keresahan dunia bisnis. CSR adalah sebuah
pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis
mereka. CSR bisa dikatakan komitmen yang berkesinambungan dari kalangan bisnis, untuk
berperilaku secara etis dan memberi kontribusi bagi perkembangan ekonomi, seraya

3
meningkatkan kualitas kehidupan dari karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan
masyarakat luas pada umumnya. Dalam interaksi dengan para pemangku kepentingan
(stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan. Dibawah ini diberikan
beberapa definisi yang dikutip dari beberapa ahli dan juga dari buku Membedah Konsep dan
Aplikasi CSR karangan Yusuf Wibisono (2007), buku Corporate Social Responsibility dari
A.B. Susanto (2007), dan beberapa buku lainnya.
a) The World Business Council for Sustainable Development mendefinisikan CSR
sebagai “Continuing commitment by business to behave athically and contribute to
economic development while improving the quality of life of the workforce and their
families as well as of the local community and society at large”.[“Komitmen bisnis
untuk secara terus-menerus berperilaku etis dan berkontribusi dalam pembangunan
ekonomi serta meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, masyrakat
local, serta masyarakat luas pada umumnya.”]
b) EU Green Paper on CSR memberikan definisi CSR sebagai “ a concept whereb
companies intergrate social and environmentalconcerns in their business operations
and it their interaction with their stakeholders on a voluntary basis.” [“Suatu konsep
dimana perusahaan menginterasikan perhatian pada masyarakat dan lingkungan dalm
operasi bisnisnya serta dalam interkasinya dengan para pemangku kepentingan secara
sukarela.”]
c) Magnan dan Ferrel mendefinisikan CSR sebagai “ a business acts in a socially
responsible manner when its decision and account for and balance diverse stakeholder
interest”. [“Suatu bisnis dikatakan telah melaksanakan tanggungjawab sosialnya jika
keputusan-keputusan yang diambil telah mempertimbangkan keseimbangan antar
berbagai pemangku kepentingan yang berbeda-beda”.]
d) A.B. Susanto mendefinisikan CSR sebagai tanggungjawab perusahaan baik ke dalam
maupun ke luar perusahaan. Tanggungjawab ke dalam diarahkan kepada pemegang
saham dan karyawan dalam wujud profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan,
sedangkan tanggungjawab ke luar dikaitkan dengan peran perusahaan sebagai
pembayar pajak dan penyedia lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan
kompetensi masyarakat, serta memelihara lingkungan bagi generasi mendatang.
e) Elkington mengemukakan bahwa tanggaungjawab social perusahaan mencakup tiga
dimensi, yang lebih popular dengan singkatan 3P, yaitu: mencapai keuntungan (profit)
bagi perusahaan, memberdayakan masyarakat (people), dan memelihara kelestarian
alam (planet).
4
f) Kotler dan Nancy CSR didefinisikan sebagai komitmen perusahaan untuk
meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan
mengkontribusikan sebagian sumber daya perusahaan
g) CSR Forum, CSR didefinisikan sebagai bisnis yang dilakukan secara transparan dan
terbuka serta berdasarkan pada nilai-nilai moral dan menjunjung tinggi rasa hormat
kepada karyawan, komunitas dan lingkungan.
Jika dilihat dari beberapa definisi CSR diatas, tampak bahwa secara umum CSR adalah
suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan
tersebut) sebagai bentuk tanggungjawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana
perusahaan itu berada. Contoh bentuk tanggungjawab itu bermacam-macam, mulai dari
melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan
lingkungan, pemberian beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk
pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial
dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar
perusahaan tersebut berada. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan fenomena
strategi perusahaan yang mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya.
Berdasarkan dari konsep 3P yang dikemukakan Elkington, konsep CSR sebenarnya ingin
memadukan tiga fungsi perusahaan secara seimbang, yaitu :
a) Fungsi Ekonomis. Fungsi ini merupakan fungsi tradisonal perusahaan, yaitu untuk
memperoleh keuntungan(profit) bagi perusahaan.
b) Fungsi Sosial. Perusahaan menjalankan fungsi ini melalui pemberdayaan manusianya,
yaitu para pemangku kepentingan(people) baik pemangku kepentingan primer
maupun pemangku ke[entingan sekunder. Selain itu, melalui fungsi ni perusahaan
berperan menjaga keadilan ndalam membagi manfaat dan menanggung beban yang
ditimbulkan dari aktivitas perusahaan.
c) Fungsi Alamiah. Perusahaan berperan dalam menjaga kelestarian alam (planet).
Perusahaan hanya merupakan salah satu elemen dalam system kehidupan di bumi ini.
Bila bumi ini dirusak maka seluruh bentuk kehidupan di bumi akan terancam musnah.
Bila tidak ada kehidupan, bagaimana mungkin akan ada perudahaan yang masih
bertahan hidup?
Menurut Philip Kotler, ada enam program CSR yang mungkin untuk dijalankan sebuah
perusahaan:
1) Cause Promotion. Perusahaan menyediakan dana atau menyediakan resources lainya
seperti tenaga sukarela atau mendukung kegiatan pengumpulan dana untuk
5
membiayai suatu program CSR. Contoh, Body Shop mendukung kampanye untuk
anti pengunaan binatang sebagai percobaan untuk produk-produk kosmetik.
2) Cause-Related Marketing. Peresahaan mendukung suatu program CSR tertentu
dengan cara menyumbangkan dana dari hasil penjualan produk perusahaan, biasanya
dilakukan untuk jenis produk tertentu dan untuk periode tertentu saja.Contoh,Avon
and The Avon Foundation mendukung program kampanye kanker payudara tentang
penyebab dan penangulangannya
3) Corporate Social Marketing. Perusahaan mendukung program CSR yang sifatnya
kampanye perubahan perilaku yang tidak baik menjadi baik atau lebih baik seperti,
peningkatan kesehatan masyrakat, keselamatan kerja, kerusakan lingkungan dan lain-
lain. Bisa dilakukan sendiri atau mencarimitra yang mempunyai kepedulian yang
terhadap isu yang sama. Contoh, The Home Depot mengkampanyekan dan
memberikan petunjuk mengenai bagaimana menghemat pengunaan air melalui
brosur,pelatihan dan lain-lain.
4) Corporate Philanthropy. Program CSR ini dilakukan dengan cara memberikan
bantuan langsung, baik dana maupun tenaga terhadap isu sosial tertentu.Contoh,
Microsoft memberikan bantuan uang tunai dan software gratis kepada sekolah-
sekolah
5) Community Voluntering. Perusahaan memberikan bantuan untuk isu tertentu dengan
cara memberikan bantuan tenaga sukarela yang diperlukan dalam program CSR
tersebut. Contoh, IBM memberikan bantuan dengan cara memberikan pelatihan
tentang komputer kepada siswa.
6) Social Responsible Business Practice. Program CSR ini dilakukan dengan melakukan
untuk tujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan cara memilih cara-cara
operasi yang sesuai dengan kondisi masyarakat. Pemilihan cara-cara oeprasi yangs
esuai dengan etika dan moral yang berkembang dimasyarakat.Contoh, Kraft Food
bekerja sama dengan Wellness Advisory Council mencantumkan label nutrisi dalam
setiap kemasan produknya.
Berkaitan dengan implementasi CSR perusahaan dapat dikelompokan kedalam beberapa
kategori untuk menggambarkan komitmen dan kemampuan perusahaan dalam menjalankan
CSR. Dengan menggunakan dua pendekatan, sedikitnya ada delapan kategori perusahaan.
Perusahaan yang ideal memiliki kategori reformis dan progresif. Dalam kenyataan, kategori
ini bisa saling bertautan.

6
1. Berdasarkan proporsi keuntungan perusahaan dan besarnya anggaran CSR, ada empat
kategori yaitu;
• Perusahaan Minimalis. Perusahaan yang memiliki profit dan anggaran CSR
yang rendah. Perusahaan kecil dan lemah biasanya termasuk dalam kategori ini.
• Perusahaan Ekonomis. Perusahaan yang memiliki keuntungan tinggi, namun
anggran CSR-nya rendah seperti perusahaan besar namun pelit.
• Perusahaan Humanis. Meskipun profitnya perusahaan rendah, proporsi
anggaran CSR-nya relatif tinggi. Layak disebut perusahaan dermawan atau baik
hati.
• Perusahaan Reformis. Perusahaan yang memiliki profit dan anggran CSR yang
tinggi. Perusahaan yang sudah menempatkan CSR pada strategi bisnisnya,
memandang CSR bukan sebagai beban, melainkan sebagai peluang untuk maju.
2. Berdasarkan tujuan perusahaan dalam implementasi CSR, ada empat kategori yaitu;
• Perusahaan Pasif. Perusahaan yang menerapkan CSR tanpa tujuan jelas, sekedar
melakukan kegiatan karitatif. Perusahaan seperti ini melihat promosi dan CSR
sebagai hal kurang bermanfaat bagi perusahaan.
• Perusahaan Impresif. Perusahaan yang menggunakan CSR untuk promosi alias
tebar pesona daripada untuk pemberdayaan.
• Perusahaan Agresif. CSR lebih ditujukan untuk pemberdayaan ketimbang
promosi. Perusahaan seperti ini lebih mementingkan karya nyata ketimbang
tebar pesona.
• Perusahaan Progresif. Perusahaan menerapkan CSR untuk tujuan pemberdayaan
dan sekaligus promosi. Promosi dan CSR dipandang sebagai kegiatan yang
bermanfaat dan menunjang satu sama lain bagi kemajuan perusahaan.

B. Teori – Teori Corporate Social Responbility

Teori Agensi
Teori agensi menggambarkan perusahaan sebagai suatu titik temu antara pemilik
perusahaan (principal) dengan manajemen (agent). Jensen dan Meckling menyatakan bahwa
hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak yang terjadi antara manajer (agent) dengan
pemilik perusahaan (principal). Wewenang dan tanggung jawab agent maupun principal
diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama.

7
Konflik kepentingan dalam hubungan keagenan. Terjadinya konflik kepentingan antara
pemilik dan agen karena kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan
prinsipal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Teori agensi mampu menjelaskan
potensi konflik kepentingan diantara berbagai pihak yang berkepentingan dalam perusahaan
tersebut. Konflik kepentingan ini terjadi dikarenakan perbedaan tujuan dari masing-masing
pihak berdasarkan posisi dan kepentingan terhadap perusahaan.

Teori Stakeholder
Pendekatan stakeholder muncul pada pertengahan tahun 1980-an. Latar belakang
pendekatan stakeholder adalah keinginan untuk membangun suatu kerangka kerja yang
responsif terhadap masalah yang dihadapi para manajer saat itu yaitu perubahan lingkungan.
Tujuan dari manajemen stakeholder adalah untuk merancang metode yang digunakan untuk
mengelola berbagai kelompok dan hubungan yang dihasilkan dengan cara yang strategis.
Stakeholder adalah setiap kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi. Stakeholder dapat dibagi menjadi dua
berdasarkan karakteristiknya yaitu stakeholder primer dan stakeholder sekunder. Stakeholder
primer adalah seseorang atau kelompok yang tanpanya perusahaan tidak dapat bertahan untuk
going concern, meliputi: stakeholder dan investor, karyawan, konsumen dan pemasok,
bersama dengan yang didefinisika sebagai kelompok stakeholder publik, yaitu : pemerintah
dan komunitas. Kelompok stakeholder sekunder didefinisikan sebagai mereka yang
mempengaruhi, atau dipengaruhi perusahaan, namun mereka tidak berhubungan dengan
transaksi dengan perusahaan dan tidak esensial kelangsungannya.
Teori stakeholder menekankan akuntabilitas organisasi jauh melebihi kinerja keuangan
atau ekonomi sederhana. Teori ini menyatakan bahwa organisasi akan memilih secara
sukarela mengungkapkan informasi tentang kinerja lingkungan, sosial dan intelektual
mereka, melebihi dan di atas permintaan wajibnya, untuk memenuhi ekspektasi
sesungguhnya atau yang diakui oleh stakeholder. Teori stakeholder memiliki bidang etika
(moral) dan manajerial. Bidang etika berargumen bahwa seluruh stakeholder memiliki hak
untuk diperlakukan secara adil oleh organisasi, dan manajer harus mengelola organisasi untuk
keuntungan seluru stakeholder.

Teori Legitimasi

8
Teori legitimasi berhubungan erat dengan teori stakeholder. Teori legitimasi menyatakan
bahwa organisasi secara berkelanjutan mencari cara untuk menjamin operasi mereka berada
dalam batas dan norma yang berlaku di masyarakat.
Dalam perspektif teori legitimasi, suatu perusahaan akan secara sukarela melaporkan
aktifitasnya jika manajemen menganggap bahwa hal ini adalah yang diharapkan komunitas.
Teori legitimasi bergantung pada premis bahwa terdapat ‘kontrak sosial’ antara
perusahaan dengan masyarakat di mana perusahaan tersebut beroperasi. Kontrak sosial
adalah suatu cara untuk menjelaskan sejumlah besar harapan masyarakat tentang bagaimana
seharusnya organisasi melaksanakan operasinya. Harapan sosial ini tidak tetap, namun
berubah seiring berjalannya waktu.
Hal ini menuntut perusahaan untuk responsif terhadap lingkungan di mana mereka
beroperasi. Jika perusahaan merasa bahwa legitimasinya dipertanyakan maka dapat
mengambil beberapa strategi perlawanan, yaitu: 1) Perusahaan dapat berupaya untuk
mendidik dan menginformasikan kepada stakeholder-nya mengenai perubahan yang terjadi
dalam perusahaan. 2) Perusahaan dapat berupaya untuk merubah pandangan stakeholder
tanpa mengganti perilaku perusahaan. 3) Perusahaan dapat berupaya untuk memanipulasi
persepsi stakeholder dengan cara membelokkan perhatian stakeholder dari isu yang menjadi
perhatian kepada isu lain yang berkaitan dan menarik. 4) Perusahaan dapat berupaya untuk
mengganti dan mempengaruhi harapan pihak eksternal tentang kinerja (performance)
perusahaaan.

Teori Sinyal
Teori Sinyal berakar pada teori akuntansi pragmatik yang memusatkan perhatiannya
kepada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai informasi. Salah satu
informasi yang dapat dijadikan sinyal adalah pengungkapan yang dilakukan oleh suatu
emiten. Pengungkapan informasi ini nantinya dapat mempengaruhi naik turunnya harga
sekuritas perusahaan emiten tersebut.

Pengungkapan informasi akuntansi dapat memberikan sinyal bahwa perusahaan


mempunyai prospek yang baik (good news) atau sebaliknya sinyal buruk (bad news) di masa
mendatang.
9
Dorongan untuk mengemukakan informasi akuntansi tersebut adalah karena terdapat
asimetri informasi antara manajemen (agent) dan stakeholder (principal). Information
Asymmetry atau ketidaksamaan informasi adalah situasi di mana manajer memiliki informasi
yang berbeda (yang lebih baik) mengenai kondisi atau prospek perusahaan daripada yang
dimiliki investor.
Asimetri informasi dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan
praktik manajemen laba (earnings management), keadaan di mana manajer melakukan
tindakan yang menguntungkan diri sendiri dengan menggunakan estimasi dan metode
akuntansi yang dapat menyembunyikan nilai ekonomi perusahaan yang benar dari
stakeholder.
Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi asimetri informasi.
Salah satu cara untuk mengurangi asimetri informasi adalah dengan memberikan sinyal
kepada stakeholder tentang informasi keuangan yang dapat dipercaya yang akan mengurangi
ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Corporate Social Responsibility merupakan tanggung jawab moral bagi perusahaan


terhadap lingkungan dan masyarakat yang tdiak terbatas hanya pada konsumen saja, tapi
semua pihak yang terkait baik langsung ataupun tidak langsung. Perusahaan perlu
memperhatikan keberlangsuangan hidup masyarakat yang terkait dan terdampak atas
aktivitas usahanya.

Pertanggung jawaban sosial atau yang lebih dikenal dengan CSR (Corporate Social
Responsibility) adalah komitmen perusahaan atau dunia usaha untuk berkontribusi dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial
perusahaan dan menekankan keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Tanggung
jawab sosial sebagai sebuah gagasan, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab
yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang
direfleksikan dalam kondisi keungannya saja. Tanggung jawab sosial pada awalnya
ditugaskan oleh perusahaan untuk kesejahteraan pemangku kepentingan lainnya, yang pada
akhirnya akan diturunkan kepada perusahaan.

B. Pandangan

PT. Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Krueng Raya menggelar launching program
penyediaan sarana air bersih di Meunasah Mon, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar.
Program penyediaan sarana air bersih ini diserahkan secara simbolis oleh Fuel Terminal
Manager Pertamina Krueng Raya, Achmad Wahyudi kepada Keuchik Meunasah Mon,
Sofyan Johan di Paud Desa Meunasah Mon, Krueng Raya. Penyediaan sarana air bersih ini
Usai penyerahan, penyediaan sarana air bersih ini dapat digunakan masyarakat sebagai
sumber air. Hal ini dilakukan guna membangun lingkungan yang sehat dan meningkatkan
perekonomian serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat di desa tersebut. Adanya

11
pembangunan sumur bor atau sarana air bersih, dimana sebelumnya masyarakat memperoleh
air dari sungai untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan rumah tangga seperti
memasak, mencuci dan lain sebagainya. Jadi, setelah dilakukan social mapping dibangunkan
lah di desa Meunasah Mon sarana air bersih untuk mempermudah masyarakat dalam
memperoleh air bersih untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Di Desa Meunasah Mon
ini warga masih kesulitan mendapat air bersih, sehingga Pertamina bersama Human Initiative
Aceh melaksanakan penyediaan sarana air bersih. Harapan dari program ini, masyarakat
dapat menggunakan sarana air bersih ini dengan sebaik-baiknya.

Dampak yang dihasilkan dengan adanya program CSR dari PT. Pertamina Krung Raya ini,
berbagai macam yang pertama ialah dampak sosial, dampak sosial yang dihasilkan oleh
program ini begitu besar, masyarakat terbantu oleh adanya bantuan air bersih dari PT
Pertamina dan masyarakat juga merasa dengan adanya PT. Pertamina ini ikut membantu
kebutuhan masyarakat yang ada sehingga masyarakat merasa senang dengan berdirinya PT
Pertamina ini yang berdampak positif bagi masyarakat sekitar. Dampak yang kedua ialah
dampak lingkungan, dampak yang dihasilkan oleh PT. Pertamina ini tidak begitu besar
seperti PT lainnya yang mencemarkan lingkungan penduduk sekitar, setelah kami survei
dampak lingkungan yang dihasilkan hanya beberapa seperti percemaran udara skala kecil
dengan lalu-lalangnya kendaraan berat yang melintasi pemukiman penduduk sekitar.

Menurut pandangan kami setelah terjun ke lapangan untuk mencari tahu tentang program
CSR yang dijalankan oleh PT. Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Krung Raya, program
yang telah dijalankan sudah sangat sesuai dengan Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas Pertamina sebagai perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di
bidang dan/atau bersangkutan dengan sumber daya alam berdasarkan Undang-undang
Perseroan Terbatas diwajibkan untuk melaksanakan kegjatan Tanggung Jawab Sosial
perusahaan dan Lingkungan. Selain itu, masyarakat juga sangat bersyukur dengan adanya PT
pertamina ini sudah banyak membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
dan berterimakasih atas program CSR yang telah dilakukan karena dapat membantu
perekonomian masyarakat.Jadi, Program CSR yang dilakukan oleh PT. Pertamina Krueng
Raya ini dirasa telah sesuai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan program CSR ini
juga akan terus di evaluasi untuk meng upgrade kebutuhan masyarakat yang dapat
meningkatkan kesejahteraanyadan masyarakat menyambut baik dengan berdirinya sebuah
Perusahaan besar di wilayah mereka. Program CSR yang telah dilakukan tentunya berdampak
juga pada PT. Pertamina Krueng Raya dimana akan meningkatkan citra positif perusahaan

12
dan memperkuat brand perusahaan di mata publik. Selain itu, masyarakat juga sangat
bersyukur dengan adanya PT. Pertamina ini sudah banyak membantu masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat dan berterimakasih atas program CSR yang telah dilakukan
karena dapat membantu perekonomian masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Rokhlinasari. (2015). Teori-Teori dalam Pengungkapan Informasi Corporate Social


Responbility Perbankan. AL-AMWAL, 6-9.

Suhandri M, P. S. (2007). Corporate Social Responbility. Bandung: Rekayasa Sains.

Untung, B. (2008). Corporate Social Responbility. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

14

Anda mungkin juga menyukai