Anda di halaman 1dari 7

Nama : ANDI AHMAD FAIZ

NIM : E021211002
Jurusan : Ilmu Komunikasi | FISIP
Matkul / Prodi : CSR
Sem. / T.A : 5 ( lima ) / 2023/2024

RISENSI 3
Tugas Individu

1. Sejarah Perkembangan Awal CSR

Sejarah Tanggung jawab Sosial dunia terbagi atas beberapa fase.

Fase pertama pertanggungjawaban sosial perusahaan kepada masyarakat bermula di Amerika


Serikat sekitar tahun 1900 atau lebih dikenal sebagai permulaan abad ke-19. Pada waktu itu
Amerika sedang dalam pertumbuhan yang begitu pesat, ditandai dengan banyaknya
perusahaan-perusahaan raksasa yang muncul dan hidup berdampingan dengan masyarakat.
Pada saat itu, banyak perusahaan besar menyalahgunakan kuasa mereka dalam hal diskriminasi
harga, menahan buruh dan prilaku lainya yang menyalahi moral kemanusiaan. Dengan kata
lain, banyak perusahaan yang berbuat semena-mena terhadap masyarakat. Hal itu jelas
membuat emosi masyarakat.

Fase kedua evolusi munculnya CSR tercetus pada tahun 1930-an. Dimana pada waktu ini
banyak protes yang muncul dari masyarakat akibat ulah perusahaan yang tidak mempedulikan
masyarakat sekitarnya. Segala sesuatu hanya diketahui oleh perusahaan. Ditambah kenyataan
bahwa pada saat itu telah terjadi resesi dunia secara besar-besaran yang mengakibatkan
pengangguran dan banyak perusahaan yang bangkrut. Pada masa ini dunia berhadapan dengan
kekurangan modal untuk input produksinya. Buruh terpaksa berhenti bekerja, pengangguran
sangat meluas dan merugikan pekerjannya. Saat itu timbul ketidakpuasan terhadap sikap
perusahaan yang tidak bertanggung jawab terhadap pekerjanya karena perusahaan hanya diam
dan tidak bisa berbuat apa-apa. Menurut masyarakat pada masa ini perusahaan sama sekali
tidak memiliki tanggung jawab moral. Menyadari kemarahan masyarakat muncul beberapa
perusahaan yang meminta maaf kepada masyarakat dan memberi beberapa jaminan kepada
para karyawannya yang dipecat.

Sejarah perkembangan Tanggung jawab Sosial dibagi enam:

1. Konsep Tanggung Jawab Sosial periode 1920-1959.


Gema Tanggung Jawab Sosial semakin terasa pada tahun 1950-an. Hal ini dikarenakan
persoalan-persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang semula tidak mendapat perhatian,
mulai mendapatkan perhatian lebih luas dari berbagai kalangan. Dengan diterbitkannya buku
yang bertajuk “social responsibilities of the businessman” karya Howard R Bowen tahun 1953
yang merupakan litertur awal, maka menjadikan tahun tersebut sebagai tonggak sejarah
modern Tanggung Jawab Sosial. Di samping itu, pada dekade ini juga diramaikan oleh buku
legendaris yang berjudul “silent spring” yang ditulis oleh Rachel Carson, seorang ibu rumah
tangga biasa yang mengingatkan kepada masyarakat dunia akan bahaya yang mematikan dari
pestisida terhadap lingkungan dan kehidupan. Melalui buku Rachel Carson ingin menyadarkan
bahwa tingkah laku perusahaan mesti dicermati sebelum berdampak pada kehancuran.

2. Konsep Tanggung Jawab Sosial periode 1960-1969.

Konsep Tanggung Jawab Sosial adalah harga diri pengusaha itu sendiri berupa tanggung jawab
atas terwujudnya nilai-nilai kemanusiaan di masyarakat. Konsep Tanggung Jawab Sosial
dalam periode ini adalah Tanggung Jawab Sosial yang sebelumnya merupakan kewajiban
moral yang bersifat kedermawanan berkembang menjadi suatu tolok ukur harga diri dari
pengusahanya dengan mewujudkan nilai-nilai masyarakat.

3. Konsep Tanggung Jawab Sosial periode 1970-1979.

Pada dasawarsa 1970-an, terbitlah “the limits to Growth” yang merupakan hasil pemikiran para
cendekiawan dunia yang tergabung dalam Club of Rome. Dalam hal ini, buku ini ingin
mengingatkan kepada masyarakat dunia bahwa bumi yang kita pijak mempunyai keterbatasan
daya dukung. Oleh karena itu, eksploitasi alam mesti dilakukan secara hati-hati supaya
pembangunan dapat dilakukan secara berkelanjutan.

Pada dasawarsa ini, kegiatan kedermawanan perusahaan terus berkembang dalam kemasan
philantropy dan community development serta pada masa ini terjadi perpindahan penekanan
dari fasilitas dan dukungan pada sektor-sektor produktif ke arah sektor-sektor sosial.
4. Konsep Tanggung Jawab Sosial periode 1980-1989.

Pada era 1980-an makin banyak perusahaan yang menggeser konsep philantropisnya ke arah
community development. Intinya kegiatan kedermawanan yang sebelumnya kental dengan
kedermawanan ala Robin Hood makin berkembang kearah pemberdayaan masyarakat,
misalnya pengembangan kerja sama, memberikan keterampilan, pembukaan akses pasar,
hubungan inti plasma, dan sebagainya.

Konsep Tanggung Jawab Sosial adalah proses menambah value perusahaan adalah tergantung
pada stakeholders operasional perusahaan. Konsep Tanggung Jawab Sosial dalam periode ini
mulai berkembangnya teori stakeholders (para pemangku kepentingan) dalam melakukan
Tanggung Jawab Sosial untuk meningkatkan nilai perusahaan.

5. Konsep Tanggung Jawab Sosial periode 1990-1999.

Dasawarsa 1990-an adalah dasawarsa yang diwarnai dengan beragam pendekatan seperti
integral, pendekatan stakeholder maupun pendekatan civil society. Di Indonesia, istilah CSR
semakin populer digunakan sejak awal tahun 1990-an.

Beberapa perusahaan sebenarnya telah melakukan CSA (Corporate Social Activity) atau
“aktivitas sosial perusahaan”. Walaupun berbeda secara gramatikal, secara factual aksinya
mendekati konsep CSR yang merepresentasikan bentuk “peran serta” dan “kepedulian”
perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan.

Konsep Tanggung Jawab Sosial adalah peningkatan ekonomi dan komunitas dalam masyarakat
secara keberlanjutan melalui harmonisasi dari lingkungan, ekonomi dan masyarakat. Konsep
Tanggung Jawab Sosial dalam periode ini berkembang ke konsep keberlanjutan dalam
pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial yang didasari aspek ekonomi, lingkungan, dan
masyarakat.

6. Konsep Tanggung Jawab Sosial periode 2000-saat ini.

Konsep Tanggung Jawab Sosial adalah perhatian terhadap nilai-nilai masyarakat secara
berkelanjutan. Perkembangan berikutnya Konsep Tanggung Jawab Sosial adalah
pembangunan berkelanjutan dari segala aspek oleh para pemangku kepentingan. Konsep
Tanggung Jawab Sosial adalah strategi bisnis untuk pembangunan berkelanjutan. Konsep
Tanggung Jawab Sosial adalah pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan lingkungan dan
kualitas hidup.

Konsep Tanggung Jawab Sosial memberikan wajah baru bentuk kepedulian perusahaan
terhadap masyarakat dengan alasan bahwasanya kegiatan produksi langsung maupun tidak
membawa dampak for better or worse bagi kondisi lingkungan dan sosial ekonomi disekitar
perusahaan beroperasi. Selain itu, pemilik perusahaan sejatinya bukan hanya shareholders
(komponen yang terkait dengan internal perusahaan) yakni para pemegang saham melainkan
pula stakeholders, yaitu semua pihak diluar pada pemegang saham yang terkait dan
berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan.

Stakeholders dapat mencakup karyawan dan keluarganya, pelanggan, pemasok, masyarakat


disekitar perusahaan, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, mediam assa dan pemerintah
selaku regulator. Jenis dan prioritas stakeholders relatif berbeda antara satu perusahaan dengan
perusahaan yang lain, tergantung pada core bisnis perusahaan yang bersangkutan. Sebagai
contoh, PT Aneka Tambang,Tbk. dan Rio Tinto yang menempatkan masyarakat dan
lingkungan sekitar sebagai stakeholders dalam skala prioritasnya.

Sementara itu, stakeholders dalam skala prioritas bagi produsen produk konsumen seperti
Unilever atau Procter & Gamble adalah para customernya. Pemberlakuan CSR notabene
memperkuat posisi perusahaan di sebuah kawasan, melalui jalinan kerjasama antara
stakeholder yang difasilitasi oleh perusahaan melalui penyusunan berbagai program
pengembangan masyarakat sekitar, atau dalam pengertian, kemampuan perusahaan beradaptasi
dengan lingkungan, komunitas dan stakeholder yang terkait dengan perusahaan, baik lokal,
nasional maupun global, karena pengembangan corporate social responsibility kedepan
mengacu pada konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainability development).

2. Sejarah Awal Tahun 1930: Perkembangan Fenomena Tanggung Jawab Moral

Pada waktu ini banyak protes yang muncul dari masyarakat akibat ulah perusahaan yang tidak
memperdulikan masyarakat sekitarnya. Segala sesuatu hanya diketahui oleh perusahaan.
Ditambah kenyataan bahwa pada saat itu telah terjadi resesi dunia secara besar-besaran yang
mengakibatkan pengangguran dan banyak perusahaan yang bangkrut. Pada masa ini, dunia
berhadapan dengan kekurangan modal untuk input produksinya. Buruh terpaksa berhenti
bekerja, pengangguran sangat meluas dan merugikan pekerjaannya. Saat itu timbul
ketidakpuasan terhadap sikap perusahaan yang tidak bertanggung jawab terhadap pekerjaanya
karena perusahaan hanya diam dan tidak bisa berbuat apa-apa.

3. Awal Tahun 1950: CSR Modern


Menurut Howard R. Bowen dalam bukunya:“Social Responsibility of The Businessman”
dianggap sebagai tonggak bagi CSR modern. Dalam buku itu Bowen (1953:6) memberikan
definisi awal dari CSR sebagai :“… obligation of businessman to pursue those policies, to
make those decision or to follow those line of action which are desirable in term of the
objectives and values of our society.” Sejak penerbitan buku tersebut definisi CSR yang
diberikan Bowen memberikan pengaruh besar kepada literatur-literatur CSR yang terbit
setelahnya. Sumbangsih besar pada peletakan fondasi CSR sehingga Bowen pantas disebut
sebagai Bapak CSR.

4. Awal Tahun 1960: Pembaharuan CSR Modern


Pada periode ini para pakar mulai memberikan formalisasi definisi CSR. Salah satu
akademisi CSR yang terkenal pada masa itu adalah Keith Davis seorang pakar teori sifat.
Davis dikenal karena berhasil memberikan pandangan yang mendalam atas hubungan antara
CSR dengan kekuatan bisnis. Davis mengutarakan “ Iron Law of Responsibility ” yang
menyatakan bahwa tanggung jawab sosial pengusaha sama dengan kedudukan sosial yang
mereka miliki (social responsibilities of businessmen need to be commensurate)”.

5. Awal Tahun 1994: Konsep CSR “Triple Bottom Line”


Pada Awal tahun 1994 menjadi tahun keemasan bagi CSR karena pada tahun ini dunia sudah
mengenal apa itu CSR, sehingga ketenaran istilah CSR menjadi inspirasi pembuatan buku
Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business (1998) terbit
dipasaran. Buku ini adalah karangan John Elkington.

Didalam buku ini ia mengembangkan tiga komponen penting sustainable development, yakni
economic growth, environmental protection, dan social equity, yang digagas the World
Commission on Environment and Development (WCED). dalam Brundtland Report (1987),
Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus yang senagaja ia singkat menjadi 3P yaitu
singkatan dari profit, planet dan people.

Di Indonesia sendiri, istilah CSR dikenal pada tahun 1980-an. Namun semakin popular
digunakan sejak tahun 1990-an. Sama seperti sejarah munculnya CSR di dunia dimana istilah
CSR muncul ketika kegiatan CSR sebenarnya telah terjadi. Kegiatan CSR ini sebenarnya sudah
dilakukan perusahaan di Indonesia bertahun-tahun lamanya. Namun pada saat itu kegiatan CSR
Indonesia dikenal dengan nama CSA (Corporate Social Activity) atau “aktivitas sosial
perusahaan”. Kegiatan CSA ini dapat dikatakan sama dengan CSR karena konsep dan pola
piker yang digunakan hampir sama. Layaknya CSR, CSA ini juga berusaha merepresentasikan
bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan..

6. Berikan gambaran Pro dan kontra CSR, berikan contohnya.

Pro CSR:

1. Tanggung Jawab Sosial: Pro-CSR berpendapat bahwa perusahaan memiliki tanggung


jawab sosial untuk memberikan manfaat lebih dari sekadar mencari keuntungan finansial.
Mereka percaya bahwa perusahaan memiliki peran dalam memperbaiki masyarakat.
Contoh: Sebuah perusahaan makanan yang mendukung program pemberian makanan
kepada anak-anak miskin di komunitas sekitarnya.
2. Reputasi Positif: Perusahaan yang aktif dalam CSR dapat membangun reputasi positif. Ini
dapat meningkatkan citra merek, meningkatkan kepercayaan pelanggan, dan
menghasilkan keunggulan kompetitif.
Contoh: Sebuah perusahaan teknologi yang memimpin dalam penggunaan energi
terbarukan dan mendapatkan reputasi sebagai perusahaan yang peduli lingkungan.
3. Pengembangan Hubungan: CSR dapat membantu perusahaan membangun hubungan yang
kuat dengan pemangku kepentingan, termasuk pelanggan, karyawan, pemasok, dan
komunitas.
Contoh: Perusahaan yang berkomitmen untuk membantu komunitas setempat dalam
meningkatkan infrastruktur pendidikan dan memperoleh dukungan yang kuat dari
masyarakat setempat.
Kontra CSR:

1. Menghabiskan Sumber Daya: Kritikus CSR berpendapat bahwa perusahaan harus fokus
pada mencari keuntungan dan pertumbuhan bisnis, bukan membuang-buang sumber daya
pada inisiatif sosial.
Contoh: Sebuah perusahaan startup yang mungkin memiliki anggaran terbatas dan
menganggap bahwa fokus pada pertumbuhan bisnis lebih penting daripada melibatkan diri
dalam program CSR.
2. Mengalihkan Fokus: Beberapa berpendapat bahwa CSR dapat mengalihkan perusahaan
dari fokus utama mereka, yaitu mencapai keuntungan. Mereka khawatir perusahaan dapat
terlalu terpecah antara tujuan ekonomi dan tujuan sosial.
Contoh: Perusahaan yang mengalami tekanan untuk meningkatkan laba dan pertumbuhan
bisnis tetapi mengalihkan sumber daya dan perhatian ke program CSR yang besar.
3. Greenwashing dan PR: Beberapa perusahaan dapat terlibat dalam "greenwashing," yaitu
menciptakan citra atau pencitraan positif terkait dengan lingkungan atau sosial tanpa
tindakan nyata di baliknya. Hal ini dapat mengaburkan praktik buruk yang mungkin tetap
ada.
Contoh: Perusahaan minyak besar yang mengeluarkan iklan besar-besaran tentang
komitmennya pada lingkungan, tetapi masih terlibat dalam pengeboran minyak yang
merusak lingkungan.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai