Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATA KULIAH

TANGGUNG JAWAB SOSIAL

Dosen Pengampu: Bapak. Dony Firman Santosa S. Stat M. M

Kelompok 11
Catherine Carine Olivia (102023008)
Elcyana Ushiya (102023012)
Muhammad Harun Al Rasyid (102023020)

POLITEKNIK KETENAGAKERJAAN PROGRAM STUDI


MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
TAHUN 2023
Tugas Brief History OF CSR
Adam Smith 1759
Teori Sentimen Moral merupakan terobosan ilmiah yang nyata. Hal ini menunjukkan
bahwa gagasan dan tindakan moral kita merupakan produk dari sifat alami kita sebagai makhluk
sosial. Ia berpendapat bahwa psikologi sosial ini adalah panduan yang lebih baik untuk tindakan
moral dibandingkan dengan nalar. Bab ini mengidentifikasi aturan-aturan dasar kehati-hatian dan
keadilan yang diperlukan agar masyarakat dapat bertahan hidup, dan menjelaskan tindakan-
tindakan tambahan yang bermanfaat yang memungkinkan masyarakat untuk berkembang.
Kebajikan. Kehati-hatian, keadilan, dan kemurahan hati adalah hal yang penting. Namun,
idealnya adalah setiap orang yang tidak memihak, baik nyata maupun khayalan – yang disebut
Smith sebagai penonton yang tidak memihak – akan sepenuhnya berempati terhadap emosi dan
tindakan kita.

Industrial Welfare Commission 1913


Pada musim semi tahun 1913, badan legislatif Oregon menetapkan undang-undang upah
minimum wajib yang pertama di negara tersebut dan badan pengaturnya, Komisi Kesejahteraan
Industri. Undang-undang tersebut melegitimasi hak pemerintah untuk mengatur upah perempuan
dan pekerja di bawah umur dan ditiru di seluruh negeri. Undang-Undang Perburuhan dan Standar
yang Adil tahun 1938, yang menetapkan upah minimum nasional, dimulai dengan undang-
undang upah minimum Oregon dua puluh lima tahun sebelumnya.

Teori Hawthorne Studies - Elton Mayo 1940


Bahwa perlakuan khusus. bahkan yang buruk pun dapat membawa dampak positif
terhadap para pekerja, karena factor manusia yang mempengaruhinya. Ia menegaskan bahwa
hubungan sosial dalam kelompok kerja adalah faktor terpenting yang mempengaruhi kepuasan
para pekerja atas pekerjaannya.
Perlakuan yang manusiawi dan menunjukkan penghargaan memberi manfaat bagi
perusahaan dalam jangka Panjang. Dalam sebuah percobaan lain di sebuah pabrik tekstil. Mayo
dan timnya menguji efektifitas beberapa system insentif. Semua faktor bahkan uang, gagal
menghasilkan dampak yang diharapkan. Barulah setelah para pekerja dilibatkan dalam
pengambilan keputusan, dampak positif dirasakan. Ternyata keterlibatan pribadi dalam mencapai
sasaran kerjalah yang mendorong peningkatan produksi, meskipun mesin-mesin tidak mungkin
bekerja lebih cepat lagi.

Sosial Responsibilities Of The Businessman 1953


Pertama kali diterbitkan pada tahun 1953, Howard R. Bowen’s Social Responsibilities of
the Businessman adalah diskusi komprehensif pertama tentang etika bisnis dan tanggung jawab
sosial. Hal ini menciptakan landasan dimana para eksekutif bisnis dan akademisi dapat
mempertimbangkan subjek sebagai bagian dari perencanaan strategis dan pengambilan
keputusan manajerial. Meskipun ditulis pada era yang berbeda, buku ini sering dikutip dan
semakin banyak dikutip karena relevansinya dengan permasalahan etika operasi bisnis di
Amerika Serikat saat ini. Banyak ahli percaya bahwa buku ini merupakan buku penting tentang
Sosial Responsibilities Of The Businessman.

Milton Friedman 1970


Sejak tahun 1970, Milton Friedman, memainkan peran sentral dalam diskusi seputar
Corporate Social Responsibility (CSR). Pandangannya yang berpengaruh dapat dirunut kembali
ke artikelnya yang terkenal, "The Social Responsibility of Business is to Increase its Profits,"
yang diterbitkan dalam majalah The New York Times Magazine pada tahun tersebut. Friedman
mengadvokasi gagasan bahwa tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan keuntungan bagi
pemegang saham. Baginya, berkontribusi pada masyarakat melalui kegiatan sosial tidak
seharusnya menjadi fokus utama perusahaan. Pandangan ini menandai pergeseran signifikan
dalam pendekatan terhadap tanggung jawab sosial perusahaan.

CED 1971
Pada tahun 1971, Committee for Economic Development (CED) merilis sebuah laporan
berjudul "Social Responsibilities of Business Corporations." Laporan ini memainkan peran
penting dalam menggambarkan evolusi pemahaman terhadap Corporate Social Responsibility
(CSR) pada periode tersebut. CED, sebuah organisasi nirlaba yang terdiri dari pemimpin bisnis
dan akademisi, menyatakan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab sosial untuk mencapai
tujuan yang lebih luas di luar keuntungan finansial semata. Mereka menyoroti bahwa perusahaan
harus aktif berpartisipasi dalam pemecahan masalah sosial dan kontribusi positif terhadap
masyarakat. Selanjutnya, pandangan CSR semakin berkembang dengan masuknya faktor-faktor
seperti keberlanjutan, etika bisnis, dan dampak sosial yang lebih luas. Laporan CED menjadi
salah satu tonggak penting dalam transformasi wacana bisnis menuju penerimaan tanggung
jawab sosial yang lebih besar.

Archie Cariol 1979


Pada tahun 1979, Archie Carroll memperkenalkan "piramida tanggung jawab sosial
perusahaan" dalam sebuah artikel yang berjudul "A Three-Dimensional Conceptual Model of
Corporate Social Performance." Model ini menjadi landasan konsep yang memandu pemahaman
Corporate Social Responsibility (CSR) pada era tersebut. Piramida Carroll memiliki empat
tingkat tanggung jawab yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan:
Ekonomi (Economic): Merupakan dasar piramida, menekankan kewajiban perusahaan untuk
menciptakan keuntungan dan pertumbuhan ekonomi.
Hukum (Legal): Menunjukkan bahwa perusahaan harus beroperasi sesuai dengan hukum dan
peraturan yang berlaku.
Etika (Ethical): Menyatakan bahwa perusahaan harus mengadopsi perilaku etis dan mengikuti
norma-norma moral dalam keputusan dan tindakan mereka.
Filantropi (Philanthropic): Menyuarakan kontribusi sukarela perusahaan untuk kesejahteraan
masyarakat dan kegiatan amal.

Edward Freeman 1984


Pada tahun 1984, Edward Freeman mempublikasikan karyanya yang berjudul "Strategic
Management: A Stakeholder Approach," yang membawa konsep Stakeholder Theory ke dalam
wacana bisnis dan Corporate Social Responsibility (CSR). Teori ini menjadi landasan bagi
pemahaman lebih luas tentang hubungan antara perusahaan dan pihak-pihak yang
berkepentingan. Stakeholder Theory menyatakan bahwa perusahaan tidak hanya bertanggung
jawab kepada pemegang saham, tetapi juga kepada berbagai pihak yang memiliki kepentingan
atau "stake" dalam operasi dan keberhasilan perusahaan. Pihak-pihak ini, atau stakeholder,
mencakup karyawan, pelanggan, pemasok, komunitas lokal, dan lainnya.
Teori ini mengajukan bahwa perusahaan harus mempertimbangkan kepentingan semua
stakeholder ini dalam pengambilan keputusan dan tindakan mereka, bukan hanya fokus pada
kepentingan finansial pemegang saham. Pendekatan ini membuka jalan bagi pemahaman yang
lebih holistik tentang tanggung jawab sosial perusahaan dan menekankan pentingnya
membangun hubungan positif dengan semua pihak yang terlibat.

Sosial Businesses 1980-1990


Pada tahun 1980-1990, bisnis sosial mulai berkembang dengan munculnya berbagai
organisasi nirlaba yang fokus pada solusi masalah sosial. Contohnya, Grameen Bank di
Bangladesh didirikan pada 1983 oleh Muhammad Yunus, berfokus pada pemberian
pinjaman kecil kepada kaum miskin untuk mendukung usaha mikro. Di Amerika Serikat,
perusahaan sosial seperti Ben & Jerry's yang didirikan pada 1978, menunjukkan tren
bisnis yang bertanggung jawab secara sosial dengan praktik-praktik seperti penggunaan
bahan baku yang berkelanjutan dan dukungan terhadap komunitas lokal. Bisnis sosial
pada periode tersebut mencerminkan keinginan untuk menggabungkan aspek bisnis
dengan dampak sosial positif.

Poster and Kramer’s Strategic Corporate Philanthropy 2002


Pada tahun 2002, Michael Porter dan Mark Kramer menyajikan gagasan mengenai
“Filantropi Perusahaan Strategis” dalam artikel yang diterbitkan di Harvard Business
Review. Mereka menyoroti pentingnya mengintegrasikan kegiatan filantropi perusahaan
ke dalam strategi bisnis inti, sehingga memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi
perusahaan dan masyarakat. Filantropi Perusahaan Strategis, sebagaimana diusulkan
oleh Porter dan Kramer, melibatkan penempatan sumber daya filantropi dengan cara
yang mendukung kompetensi inti perusahaan. Ini mencakup kolaborasi dengan
organisasi nirlaba dan pemanfaatan keahlian bisnis perusahaan untuk mengatasi
tantangan sosial. Pendekatan ini bertujuan menciptakan dampak yang lebih besar dan
berkelanjutan daripada filantropi tradisional, dengan fokus pada solusi yang terintegrasi
dengan bisnis utama perusahaan.

Strategic CSR, Conscious Capitalism 2010


Pada tahun 2010, konsep Strategic Corporate Social Responsibility (CSR) dan Conscious
Capitalism terus berkembang. Strategic CSR menunjukkan pendekatan di mana
perusahaan memasukkan tanggung jawab sosial ke dalam strategi bisnis mereka,
dengan tujuan menciptakan nilai jangka panjang bagi perusahaan dan masyarakat.
Conscious Capitalism, yang diperkenalkan oleh John Mackey dan Raj Sisodia, menekankan
pentingnya memandang bisnis sebagai kekuatan positif yang dapat memberikan dampak yang
berkelanjutan. Pendekatan ini memperluas pandangan tradisional tentang bisnis,
mengintegrasikan pertimbangan etika, keberlanjutan, dan keadilan sosial ke dalam praktik bisnis.

Porter and Kramer’s Creating Shared Value 2011


Michael Porter dan Mark Kramer memperkenalkan konsep Creating Shared Value (CSV)
dalam artikel Harvard Business Review pada tahun 2011. Konsep ini menekankan bahwa
bisnis seharusnya tidak hanya berfokus pada menciptakan keuntungan finansial semata,
tetapi juga memainkan peran aktif dalam meningkatkan kondisi sosial dan lingkungan
di sekitar mereka. Dengan menciptakan nilai bersama, perusahaan diharapkan dapat
mengintegrasikan tujuan bisnis mereka dengan manfaat sosial.

Anda mungkin juga menyukai