Pengantar
Ketika ada sebuah perusahaan besar berdiri di lingkungan masyarakat, maka secara otomatis perusahaan
besar tersebut memiliki tanggung jawab sosial kepada masyarakat atau lingkungan tempatnya berdiri.
Tanggung jawab sebuah perusahaan kepada masyarakat memiliki sifat yang wajib. Artinya apabila
perusahaan tidak melakukan tanggung jawabnya kepada masyarakat atau lingkungan di sekitarnya maka
akan mendapatkan sanksi. Corporate Social Responsibility atau disingkat CSR merupakan salah satu
program yang digunakan untuk melaksanakan kewajiban dari perusahaan. Secara historis, tanggung
jawab sosial ini telah ada sejak jaman dahulu. Penggunaan Istilah Corporate Social Responsibility dimulai
sejak tahun 1970-an setelah Jhon Elkington mengemukakan 3 komponen penting untuk Sustainable
Development yaitu, economic growth, environmental protection, dan social equity.
Peta Konsep
Tahun 1970
Asas Subsidiaritas
Balance Scorecard
Sustinability Reporting
Sosio-Spiritualitas
Akuntansi
Pokok Bahasan :
1. Perspektif Historis Pemikiran Corporate Social Responsibility
2. Perspektif Historis Pemikiran Sustainable Development
3. Perspektif Historis Pemikiran Sustainability Accounting
PEMBAHASAN
I. PERSPEKTIF HISTORIS PEMIKIRAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY
CSR yang kini kian marak diimplementasikan berbagai macam perusahaan,
mengalami evolusi dan metamorphosis dalam rentang waktu yang cukup lama.
Tahun 1700 SM
Dari beberapa artikel dituliskan dalam Kode Hammurabi (1700-an SM) yang
berisi ratusan hukum kurang lebih ada 282 hukum yang memerikan sanksi bagi para
pengusaha yang menyebabkan kematian bagi pelangganya. Pada Kode Hammurabi
dijelaskan bahwa akan diberikan hukuman mati kepada orang yang mememiliki ijin
memproduksi makanan minuman namun memberikan pelayanana yang buruk serta
melakukan pembangunan dibawah kualitas standar.
1930 fenomena Tanggung Jawab Moral
Pada waktu ini banyak protes yang muncul dari masyarakat akibat ulah perusahaan yang
tidak mempedulikan masyarakat sekitarnya. Segala sesuatu hanya diketahui oleh
perusahaan. Ditambah kenyataan bahwa pada saat itu telah terjadi resesi dunia secara
besar-besaran yang mengakibatkan pengangguran dan banyak perusahaan yang bangkrut.
Pada masa ini dunia berhadapan dengan kekurangan modal untuk input produksinya.
Buruh terpaksa berhenti bekerja, pengangguran sangat meluas dan merugikan
pekerjannya. Saat itu timbul ketidakpuasan terhadap sikap perusahaan yang tidak
bertanggung jawab terhadap pekerjanya karena perusahaan hanya diam dan tidak bisa
berbuat apa-apa. Menurut masyarakat pada masa ini perusahaan sama sekali tidak
memiliki tanggung jawab moral. Menyadari kemarahan masyarakat muncul beberapa
perusahaan yang meminta maaf kepada masyarakat dan memberi beberapa jaminan
kepada para karyawannya yang dipecat. Sesuatu yang menarik dari fenomena ini adalah
belum dikenalnya istilah CSR tapi perusahaan sudah melakukan. Meskipun upaya
perusahaan untuk memperhatikan masyarakat sekitarnya sudah jelas terlihat. Namun
usaha itu lebih dikenal sebatas tanggung jawab moral.
Tahun 1940-an : Pengembangan Masyarakat
Dimulai dengan istilah Comdev dipergunakan di Inggris 1948, untuk mengganti
istilah mass education (pendidikan massa). Pengembangan masyarakat merupakan
pembangunan alternatif yang komprehensif dan berbasis komunitas yang dapat
melibatkan baik oleh Pemerintah, Swasta, ataupun oleh lembaga – lembaga non
pemerintah. Beberapa alternatif pendekatan yang pernah terjadi di Amerika Serikat
terkait dengan pengembangan masyarakat ini, antara lain :
(1) Pendekatan komunitas,
(2) pendekatan pemecahan masalah,
(3) pendekatan eksperimental,
(4) pendekatan konflik kekuatan,
(5) pengelolaan sumberdaya alam
(6) perbaikan lingkungan komunitas masyarakat perkotaan.
Pendekatan komunitas merupakan pendekatan yang paling sering dipergunakan
dalam pengembangan masyarakat. Pendekatan ini mempunyai tiga ciri utama :
(1) basis partisipasi masyarakat yang luas
(2) fokus pada kebutuhan sebagian besar warga komunitas
(3) bersifat holistik.
Keunggulan pendekatan ini adalah adanya partisipasi yang tinggi dari warga dan
pihak terkait dalam pengambilan keputusan(perencanaan) dan pelaksanaan, serta dalam
evaluasi dan menikmati hasil kegiatan bersama warga komunitas.
Tahun 1950-an: CSR MODERN
(SR bukan CSR). Tidak disebutkan kata corporate kemungkinan karena intervensi
dari korporasi modern. Menurut Howard R. Bowen dalam bukunya:
Tahun 1970-an juga ditandai dengan pengembangan definisi CSR. Dalam artikel yang
berjudul “Dimensions of Corporate Social Performance”, S. Prakash Sethi memberikan
penjelasan atas perilaku korporasi yang dikenal dengan social obligation, social
responsibility , dan social responsiveness. Menurut Sethi, social obligation adalah
perilaku korporasi yang didorong oleh kepentingan pasar dan pertimbanganpertimbangan
hukum. Dalam hal ini social obligatioan hanya menekankan pada aspek ekonomi
dan hukum saja. Social responsibility merupakan perilaku korporasi yang tidak
hanya menekankan pada aspek ekonomi dan hukum saja tetapi menyelaraskan social
obligation dengan norma, nilai dan harapan kinerja yang dimiliki oleh lingkungan sosial.
Social responsivenes merupakan perilaku korporasi yang secara responsif dapat
mengadaptasi kepentingan sosial masyarakat. Social responsiveness merupakan tindakan
antisipasi dan preventif. Dari pemaparan Sethi dapat disimpulkan bahwa social obligation
bersifat wajib, social responsibility bersifat anjuran dan social responsivenes bersifat
preventif. Dimensidimensi kinerja sosial (social performance) yang dipaparkan Sethi juga
mirip dengan konsep lingkaran konsentris yang dipaparkan oleh CED.
Tahun 1980-1990 : “triple bottom line”
Ketenaran istilah CSR semakin menjadi ketika buku Cannibals With Forks: The
Triple Bottom Line in 21st Century Business (1998) terbit dipasaran. Didalam buku ini ia
mengembangkan tiga komponen penting sustainable development, yakni economic
growth, environmental protection, dan social equity, yang digagas the World
Commission on Environment and Development (WCED). dalam Brundtland Report
(1987), Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus yang senagaja ia singkat menjadi
3P yaitu singkatan dari profit, planet dan people. Di dalam bukunya itu ia menjelaskan
bahwa Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit).
Melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan
kesejahteraan masyarakat (people). Menurut Elkington, sebuah perusahaan tidak akan
pernah menjadi besar jika lingkungan dan masyarakat tidak mendukung.
Penutup