BAB 22
ASPEK KEPERILAKUAN PADA AKUNTANSI SOSIAL
akuntansi sosial dapat didefinisikan sebagai seperangkat aktivitas organisasi yang berkaitan
dengan pengukuran dan analisis kinerja sosial organisasi dan pelaporan hasil kepada
kelompok yang berkepentingan didalam maupun diluar organisasi.
Secara garis besar aspek akuntansi sosial terdiri dari lingkungan, tenaga kerja dan masyarakat
disekitar perusahaan. Akuntansi sosial berfokus pada kinerja pemerintah dan pelaku bisnis,
serta akuntansi sosial sebagaimana diterapkan pada kegiatan bisnis.
Pada awal tahun 1900 , para ekonom telah mencoba untuk memasukkan manfaat dan biaya
sosial dalam teori ekonomi mikro neoklasik. Meskipun mereka berusaha, manfaat dan biaya
sosial dianggap sebagai anomali dan sebagian besar diabaikan oleh mayoritas ekonom. Akan
tetapi, kemajuan telah dilakukan dalam analisis, pengukuran, serta penyajian masalah
manfaat dan biaya sosial.
Pada tahun 1960-an juga terdapat pertumbuhan dalam gerakan lingkungan ketika lebih
banyak orang menyadari dampak industrialisasi pada kualitas udara, air, dan tanah.
" Ini mengacu pada kewajiban pengusaha untuk menerapkan kebijakan tersebut, untuk
membuat keputusan tersebut, atau mengikuti garis tindakan yang diinginkan berdasarkan
tujuan dan nilai masyarakat kita"
"Keputusan dan tindakan bisnis diambil untuk alasan yang setidaknya sebagian melampaui
kepentingan ekonomi atau teknis langsung perusahaan"
Committee for Economic Development (CED) adalah organisasi nirlaba dan non partisan
Amerika yang beranggotakan 200 senior eksekutif perusahaan (corporate executives) dan
pemimpin universitas terkemuka membuat laporan sangat fenomenal tahun 1971.
tertentu. Adapun strategi dasar yang dapat digunakan dalam implementasi akuntansi sosial
dan lingkungan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Penguatan kapasitas (capacity building).
2. Kemitraan (collaboration).
3. Penerapan inovasi.
Sedangkan menurut Bradshaw dan Vogel (1981) menyatakan bahwa ada tiga dimensi dari
garis besar ruang lingkup akuntansi sosial dan lingkungan, yaitu sebagai berikut. keseluruhan.
Akuntansi sosial dan lingkungan pada fase ini mulai disibukkan dengan model laporan yang
memberikan Ketiga aspek tersebut tanpa kehadiran aspek spiritual yang implementasinya
dibutuhkan strategi kategori relasi aktivitas sehubungan dengan masyarakat, ekonomi, dan
lingkungan.
Fase Kesembilan Sustainability Reporting
Pada waktu yang hampir bersamaan dengan Elkington (1997), NGO CERES (Coalition for
Environmentally Responsible Economies) dan United Nations Environment Programme's
(UNEP) mendirikan GRI (Global Reporting Initiative), organisasi independen yang
membangun standar Sustainability Reporting. Guideline GRI pertama dikeluarkan tahun
1999 (GRI, 1997).
o ".GRI dibentuk untuk mengembangkan dan menyebarkan Pedoman Pelaporan
Keberlanjutan yang dapat diterapkan secara global. Ini membantu organisasi dan
pemangku kepentingan mereka untuk melaporkan dimensi ekonomi, lingkungan,
dan sosial dari aktivitas, produk, dan layanan mereka, dengan menggunakan enam
ekstra indikator keuangan.
GRI menyadari perlunya indikator non keuangan untuk mengukur dampak
perusahaan dalam hal pembangunan berkelanjutan dan juga untuk menilai
keseluruhan kinerjanya, sebuah faktor yang berkontribusi terhadap profitabilitas
masa depannya."
GRI mengidentifikasi enam ekstra indikator keuangan: aspek kemasyarakatan, ekonomi,
lingkungan, ketenagakerjaan, hak asasi manusia, tanggung jawab produk. Sampai saat ini
GRI telah mengeluarkan pedoman generasi ketiga (GRI-G3) pada tahun 2006. Fase ini
membawa perkembangan akuntansi sosial dan lingkungan menjadi lebih baik dan menjadi
pola adopsi yang cukup luas. Model pelaporan GRI-G3 ini menginspirasi model pelaporan
akuntansi sosial dan lingkungan sebagai alternatif pelaporan akuntansi konvensional. Model
GRI ini disimpulkan dengan tanpa kehadiran aspek spiritual, yang banyak ahli dari banyak
lintas disiplin ilmu, mempunyai banyak terobosan pelaporan komprehensif aktivitas bisnis,
walaupun tanpa aspek spiritual yang ada di dalamnya.
PENGUKURAN
Salah satu alasan utama lambatnya kemajuan akuntansi sosial adalah kesulitan dalam
mengukur kontribusi dan kerugian. Proses tersebut terdiri atas tiga langkah, yaitu:
1. Menentukan apa yang menyusun biaya dan manfaat sosial.
2. Mencoba untuk mengidentifikasi seluruh pos yang relevan.
3. Menempatkan nilai moneter pada jumlah akhir.
AUDIT SOSIAL
Audit sosial merupakan suatu proses di mana organisasi dapat menentukan kewajaran kinerja
sosial, melaporkan dan mengembangkan kinerjanya. Audit sosial mengukur
dampak sosial dan perilaku relasi perusahaan. Audit sosial diharapkan dapat dipergunakan
untuk menilai dampak sosial dari kegiatan perusahaan, mengukur efektivitas program
perusahaan yang bersifat sosial dan melaporkan sampai seberapa jauh perusahaan memenuhi
tanggung Jawab sosialnya. Informasi internal dan eksternal memungkinkan penilaian
menyeluruh terhadap sumber sumber daya dan dampaknya (sosial dan ekonomi), sehingga
pada prinsipnya audit sosial timbul dalam upaya memenuhi ketentuan informasi bagi pihak-
pihak yang membutuhkan.
Pakar Aspek Akuntansi Sosial
Buchholz (1982) Usaha untuk mengidentifikasi, mengukur, mengevaluasi, melaporkan, dan
mengevaluasi dampak perusahaan pada masyarakat yang tidak ditemukan dalam akuntansi
tradisional.
Murphy and Burton
Suatu teknik pendokumentasian aktivitas perusahaan yang memperhatikan (1980) beberapa
isu seperti mempekerjakan perempuan atau minoritas, donasi perusahaan dan lain sebagainya.
Cotton dkk. (1998) Proses di mana perusahaan menetapkan dan melaporkan kinerja
sosialnya,
Vinten (1990) Tinjauan (review) untuk memastikan bahwa perusahaan memberikan perhatian
yang luas untuk tanggung jawab sosialnya.
Turnbull (1995) Proses di mana perusahaan mengukur dan melaporkan kinerjanya dengan
tujuan untuk menunjukkan tujuan sosial, komunitas, dan lingkungan.
Zhang, Fraser Hill Proses untuk membuktikan bahwa data akuntansi telah disajikan dengan
dan benar berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum. Laporan akuntansi yang dimaksud
di sini adalah tentang akuntansi tanggung jawab sosial
Dari beberapa definisi audit sosial tersebut, audit sosial didefinisikan menjadi dua hal besar.
Pertama, audit sosial disamakan dengan akuntansi pertanggungjawaban sosial. Hal ini sesuai
dengan yang dikatakan oleh Gray dkk. (1997) bahwa audit sosial terkadang disamakan
dengan akuntansi pertanggungjawaban sosial. Kedua, audit sosial diartikan sebagai suatu
proses pembuktian kewajaran atas akuntansi pertanggungjawaban sosial.
Audit sosial telah berkembang karena sudah merupakan suatu kebutuhan bagi stakeholder.
Audit pertanggungjawaban sosial telah dilakukan di berbagai negara seperti Kanada,
Australia, Amerika, dan Inggris. Di Kanada, audit atas pertanggungjawaban sosial
perusahaan telah dilakukan oleh The Investment Committee of the United Church of Canada
tahun 1974. Dari hasil audit ini ditemukan bahwa audit pertanggungjawaban sosial
bermanfaat untuk memberikan ukuran yang lebih akurat untuk kinerja non- eksekutif,
memprediksi kinerja sosial di masa mendatang, melakukan perbandingan antar perusahaan,
intraperusahaan, dan intra industri.
5. Gaji/upah
6. Tunjangan dan kesejahteraan lain (termasuk UMR, bantuan masa krisis untuk
keluarga,karyawan,asuransi, dan fasilitas transportasi)
9. Fasilitas peribadatan (termasuk fasilitas peribadatan dan peringatan hari besar agama)
di,lingkungan perusahaan
10. Cuti karyawan (termasuk cuti yang diperlukan oleh pekerja wanita)
ARAH RISET
Riset dalam akuntansi sosial telah cukup ekstensif dan berfokus pada berbagal subjek yang
berkisar dari pengembangan kerangka kerja teoritis sampai mensurvei pengguna potensial
dari data akuntansi sosial. Akan tetapi, riset akademis saat ini terutama berkaitan dengan
kegunaan dari data akuntansi sosial bagi investor. Krithus menganggap trend saat ini sebagai
berpikiran sempit, tetapi hal itu dapat dibenarkan oleh kebutuhan untuk meyakinkan akuntan
dari "arus utama" mengenal kegunaan data akuntansi sosial. Jika dapat ditunjukkan bahwa
investor akan menggunakan data ini sebagai bagian dari rangkaian informasinya dalam
membuat keputusan investasi, maka hal ini akan menjadi justifikasi yang kuat untuk
menghasilkan dan menyebarkan informasi akuntansi sosial.
Studi mengenai kegunaan informasi sosial bagi investor dapat dibagi menjadi dua
bidang utama, yaitu: 1) survei atas investor potensial, dan 2) pengujian empiris terhadap
dampak pasar dari pengungkapan akuntansi sosial. Survei atas investor belum menghasilkan
laporan apa pun yang bersifat konklusif mengenai kebutuhan akan informasi akuntansi sosial.
Beberapa investor tampak tertarik terhadap aspek tertentu dari informasi akuntansi sosial,
tetapi yang lain tidak tertarik.
Studi mengenai reaksi pasar modal terhadap pengungkapan informasi sosial
menyarankan agar investor menyesuaikan perkiraannya terhadap pengungkapan informasi
akuntansi sosial. Tidak terdapat kesimpulan yang jelas dari riset mengenai hubungan antara
kinerja sosial, kinerja ekonomi, dan pengungkapan sosial: Riset masih perlu untuk dilakukan
dalam bidang-bidang yang telah dibahas dan dalam aspęk lainnya dari akuntansi sosial seperti
menentukan pengguna potensial dari informasi akuntansi sosial [selain investor). Kerangka
teoritis yang melanjutkan karya Ramanathan (1976) harus dikembangkan. Format pelaporan
sebaiknya dipraktikkan dan karya Bauer dalam audit sosial sebaiknya diperluas.
Dari sudut pandang yang membuat kemajuan utama dalam akuntansi sosial, bidang
masalah utama yang paling penting dan masih belum terselesaikan mungkin adalah bidang
pengukuran. Riset teoritis, empiris, dan pragmatis perlu dilakukan mengenai subjek ini.
Selama orang percaya bahwa akuntansi sosial mencoba untuk menggambarkan fenomena
yang sebagian besar tidak dapat diukur, maka akuntansi sosial tidak akan dianggap secara
serius sebagai suatu disiplin ilmu.
ISTILAH AKUNTANSI SUMBER DAYA MANUSIA,
Ruang lingkup akuntansi sumber daya manusia telah mengalami perkembangan yang begitu
cepat,dan terdapat beberapa perbedaan “pengguna” di lapangan. Pengguna ini berasal dari
latar belakang profesi yang berbeda (antara lain ekonom, akuntan, sosiolog, psikolog, dan
lain-lain). Latar belakang yang berbeda ini justru menghasilkan perbedaan dalam kepentingan
kelompok (perusahaan, konsultan, universitas, perserikatan, LSM, dan lain-lain), metodologi,
tęknik, istilah dan definisi dari pengguna. Banyak istilah dan definisi yang dikemukakan
bersifat umum, tetapi dengan adanya perbedaan tersebut, jumlah “definisi” berkembang jauh
lebih banyak daripada yang dikembangkan oleh perusahaan.Akibatnya, seluruh istilah dalam
bidang ini menjadi kacau, dan istilah yang sama bisa memiliki makna dan yang berbeda bagi
pembicara yang berbeda.
Pada disiplin ilmu akuntansi, akuntansi sumber daya manusia mengacu pada definisi
yang dikembangkan oleh Komite Asosiasi Akuntansi Amerika. Komite tersebut
menggambarkan bahwa akuntansi sumber daya manusia merupakan proses
pengidentifikasian dan pengukuran data mengenai sumber daya manusia serta
pengomunikasian informasi ini ke pihak yang berkepentingan. Di lain pihak,Frederiksen dan
Westphalen mengatakan bahwa akuntansi sumber daya manusia adalah mengenai
pengukuran nilai sumber daya manusia di dalam perusahaan, termasuk bagian laporan yang
menggambarkan masalah seperti biaya dan keuntungan dari pelatihan,kepindahan karyawan,
ketidakhadiran, nilai pengetahuan karyawan, dan lain-lain.
Pernyataan ini setidaknya memiliki tiga unsur, antara lain:
1. Menjelaskan dan mendefinisikan istilah utama yang digunakan dalam akuntansi
sumber daya manusia.
2. Mengidentifikasi dan membahas mengenai pemangku kepentingan utáma; yaitu
pemerintah; mitra sosial, perusahaan, dan karyawan serta posisi mereka terhadap
akuntansi sumber daya manusia.
3. Lima studi kasus yang mengacu pada laporan sumber daya meliputi perusahaan/
organisasi publik dan swasta yang bergerak di bidang produksi, ritel, dan jasa.
Dalam pengertian harfiah “akuntansi sumber daya manusia” berarti akuntansi untuk
manusia sebagai suatu sumber daya organisasi. Hal ini melibatkan pengukuran biaya yang
dikeluarkan perusahaan oleh perusahaan bisnis dan organisasi lainnya untuk merekrut,
memilih, menyewa, mempekerjakan, melatih, dan mengembangkan aset manusia. Akuntansi
sumber daya manusia juga melibatkan pengukuran terhadap biaya yang dikeluarkan untuk
menggantikan sumber daya manusia dari organisasi.
Akuntansi sumber daya manusia juga melibatkan pengukuran terhadap nilai ekonomi
dari manusia bagi organisasi. Dengan demikian, akuntansi sumber daya manusia berarti
mengukur investasi yang dibuat oleh organisasi dalam manusia, biaya untuk mengganti
orang-orang tersebut dan nilai dari manusia bagi perusahaan.
Istilah akuntansi sumber daya manusia sebaiknya tidak hanya dipandang secara harfiah,
karena istilah tersebut juga memiliki arti simbolis. Akuntansi sumber daya manusia bukan
hanya sistem untuk mengukur biaya dan nilai manusia bagi organisasi, melainkan juga cara
berfikir mengenai manajemen manusia.
Biaya Defenisi
Pengganti Kejadian hari Ini untuk mengganti sumber daya yang digunakan
dalam menentukan aktivitas
Aset Biaya
1. Masa yang akan datang. perusahaan akan 1. Alasan untuk mempertimbangkan sumber
mungkin memperoleh keuntungan. Zubiaurre daya manusia sebagai aset yang berasal dari
(1995) mengatakan bahwa laba yang menggagalkan masalah-masalah ketika
dihasilkan adalah item subjektif. mempertimbangkannya sebagai Suatu aset.
Oleh karena itu latihan mental diperlukan untuk membangun kembali organisasi dengan satu
cara yang sempurna untuk menarik perhatian terhadap sumber daya manusia yang kini dilihat
sebagai Cahaya Baru.
Biaya Kesempatan
Beberapa pengaruh mencoba untuk berargumentasi bahwa biaya kesempatan merupakan
alternatif bagi biaya historis maupun biaya substitusi tetapi biaya oportunitas merupakan
estimasi dari biaya ini tanpa kekeliruan. Biaya kesempatan dianggap sebagai target nilai aset
dari penggunaan alternatif. Penilaian biaya dasarkan pada konflik kepentingan yang dapat
terjadi dalam dimensi internal perusahaan serta berlangsung pada pasar internal perusahaan,
dimana beberapa unit organisasi mengambil bagian. Unit ini untuk merupakan pusat laba,
sehingga tujuannya harus diungkapkan dalam istilah profitabilitas.
ANALISIS BIAYA KELUAR
Berdasarkan konsep biaya keluar dapat digolongkan ke dalam tiga kategori. Biaya ini
merupakan biaya atas hilangnya yang efisiensi, biaya lowongan pekerjaan selama pencarian
lowongan baru, dan determinasi pembayaran. Produktivitas karyawan sepertinya adalah
ukuran yang paling memadai. Misalnya, produktivitas dari pekerjaan manajemen merupakan
suatu yang sulit jika tidak mungkin untuk diidentifikasi biaya pencegahan
mempertimbangkan hilangnya pendapatan perusahaan karena karyawan tidak lagi bekerja.
Mengacu pada perlakuan akuntansi atas kerugian maka profesi untuk penggantian
kerugian seluruh karyawan perlu dicatat. Pengisian harus dicatat sebagai debit ke biaya. Oleh
karena itu, hal ini mengingatkan bahwa input sebelumnya tidak mungkin dapat direkam
karena kejadian masa depan dalam masalah tertentu yang tidak diketahui. Masukan
penyisihan tidak harus dicatat untuk seluruh staf karena hal ini akan bertentangan dengan
metode akrual dan prinsip akuntansi yang bijaksana. Pencatatan penyajian terlebih dahulu
tidak benar karena masih diperlukan keputusan perusahaan bukan hanya pendapat pribadi.
Kesimpulannya adalah bahwa penggantian kerugian personil merupakan biaya untuk
perusahaan. Jadi biaya tersebut tidak seharusnya dipertimbangkan sebagai aset. Oleh karena
itu alasan ini sangat realistis. Unsur lain juga mempertimbangkan biaya penggantian sebagai
aset seperti penyesuaian terhadap uang muka atau kapitalisasi biaya. Namun, penggantian
kerugian tidak dicakup dalam konsep sebelumnya.
PERKEMBANGAN SEJARAH AKUNTANSI SUMBER DAYA MANUSIA
Akuntansi sumber daya manusia adalah paradigma yang mencoba menjawab
permasalahan tersebut, yang berguna untuk memberikan informasi yang diperlukan untuk
memperoleh, mengembangkan, mengalokasikan, menghemat, menggunakan, dan menilai
sumber daya manusia dari perusahaan. Akuntansi sumber daya manusia muncul karena
kegagalan prinsip akuntansi dalam memberikan informasi kepada pihak manajemen investor,
karena biaya sumber daya manusia diperlukan sebagai beban (expense) pada saat terjadinya.
Berdasarkan sejarah perkembangan akuntansi sumber daya manusia Farm House
membagi perkembangan sejarah di bidang ini di dalam 5 tahap. Tahapan tersebut dimulai
sejak tahun 1960-an sampai tahun 1980-an. Adapun tahapan tersebut sebagai berikut :
Tahap Pertama (1960 – 1966)
Tahap ini ditandai dengan timbulnya minat akuntansi sumber daya manusia dan merupakan
asal mula munculnya konsep dasar akuntansi sumber daya manusia dan kerangka teori yang
berhubungan. Dorongan awal untuk pengembangan akuntansi sumber daya manusia berasal
dari berbagai sumber termasuk teori ekonomi mengenai modal manusia perhatian ahli jiwa
organisasi terhadap efektivitas kepemimpinan dan perspektif sumber daya manusia yang
baru.
Tahap kedua (1966 – 1971)
Tahap ini merupakan tahap roda riset akademis untuk mengembangkan dan menilai validasi
dari model pengukuran biaya sumber daya manusia (biaya historis atau biaya pengganti) dan
nilai sumber daya manusia (moneter dan nonmoneter). Karena itu riset desain untuk
memformulasikan manfaat sekarang dan potensial dari akuntansi sumber daya manusia
sebagai alat profesional dalam pengolahan sumber daya manusia ,bagi para manajer Lini dan
pengguna eksternal informasi keuangan perusahaan
Tahap Ketiga (1971 – 1976)
Dalam masa ini terjadi peningkatan usaha untuk menerapkan akuntansi sumber daya manusia
dalam organisasi. Selama tahap ketiga ini, riset dilakukan meliputi penilaian pengaruh
potensial dari informasi akuntansi sumber daya manusia terhadap keputusan yang diambil
oleh profesional sumber daya manusia, manajer Lini, dan investor. Riset tersebut juga
mencakup keberlanjutan pengembangan dari konsep dan model untuk mengukur dan
mempertanggungjawabkan biaya dan nilai sumber daya manusia.
Tahap Keempat (1976 – 1980)
Tahap ini merupakan periode menurunnya minat akademis dari dalam dunia perusahaan.
Salah satu alasannya dari turunnya minat ini adalah karena kebanyakan riset pendahuluan
yang relatif muda telah diselesaikan. Riset yang masih tersisa yang diperlukan untuk
mengembangkan akuntansi sumber daya manusia bersifat rumit, dan hanya dapat di
selesaikan oleh relatif sedikit akademisi, dan memerlukan kerjasama dengan organisasi yang
ingin memberi pelayanan sebagai tempat riset untuk studi riset terapan.
Tahap Kelima (1980 – Sekarang)
Tahap ini mencakup awal kebangkitan minat dalam teori dan praktik akuntansi sumber daya
manusia awal pembaruan terjadi selama tahun 1980-an, dan sejak saat itu terjadi peningkatan
yang ditandai dengan dilakukannya sejumlah riset baru yang signifikan terkait dengan
pengembangan dan penerapan akuntansi sumber daya manusia, dan semakin meningkatnya
usaha untuk menerapkan akuntansi sumber daya manusia oleh organisasi terkemuka.
(Bagian Jainap)
TAHAP KETIGA (1971-1976)
Tahap ini mencakup banyak riset akademis diseluruh dunia Barat, Australia, dan Jepang.
Dalam masa ini, terjadi peningkatan usaha untuk menerapakn akuntansi sumber daya
manusia dalam usaha organisasi.
TAHAP KEEMPAT (1976-1980)
Tahap ini meupakan periode menrunnya minat akademis dalam dunia perusahaan. Salah satu
alas an dari turunnya minat ini adalah larena kebanyaakan riset pendahuluan yang relative
mudah telah diselesaikan.
TAHAP KELIMA (1980-SEKARANG)
Tahap ini mencakup awal kebangkitan minat dalam teori dan praktik akuntansi sumber daya
manusia. Walaupun selama periode tahun 1976-1980 mengalami kelesuan, tetapi minat
terhadap akuntansi sumber daya manusia tidak sepenuhnya mati.
Di Indonesia, akuntansi sumber daya manusia masih sangat jarang dipergunakan,
tetapi perhatian akan sumber daya manusia itu sendiri sebenarnyatelah cukup besar. Hal
tersebut terbukti dengan semakin banyaknya kasus pembajakan tenaga professional dan
kekyaan intelektual, seperti pembajakan buku, lagu, dan lain-lain.
KONSEP AWAL AKUNTANSI SUMBER DAYA MANUSIA
Sampai tahun-tahun belakangan ini, “nilai” perusahaan masih diukur berdasarkan apa yang
tercantum dalam laporan posisi keuangan tradisional. Bangunan, mesin, peralatan produksi,
dan lain-lain masih dipanndang sebagai cerminan yang memadai tentang asset perusahaan.
Hermanson (1964) merupakan orang yang pertama mencoba untuk memasukkan
modal manusia dalam laporan posisi keuangan yang dikenal sebagai akuntansi sumber daya
manusia. Menurut Grojer dan Johansson, akuntansi sumber daya manusia adalah seluas
pertanyaan tentang filsafat sebagai teknik, dengan satu alas an untuk berbagai pendekatan.
Hal ini digaris bawahi oleh cakupan luas yang berguna terhadap akunatnsi sumber daya
manusia yang secara keseluruhan meliputi:
1) Sebagai alat politis, digunakan untuk menunjukan kesalahan manajemen sumber daya
manusia, sehinggah untuk menentukan alternative investasi yang lebih kuat dan
manajemen yang lebih baik.
2) Sebagai instromen yang bersifat mendidik untuk manganalisis dan membangun
pemahaman yang lebih baik atas permasalahan personel dari perspektif yang
diterapkan, dan membangun kemampuan yang lebih baik untuk menyeimbangkan
nilai terapatan yang bertenggangan dengan nilai yang lain.
3) Sebagai alat bantu pengambilan keputusan untuk memastikan bahwa keputusan
sumber daya manusia lebih masuk akal dari sudut pandang manajemen.
Jadi, tanap defenisi yang diterima, akuntansi sumber daya manusia dapat dipandang
sebagai pengukuran dan akunatnsi modal manusia. Hal ini diuji oleh perusahaan, peneliti,
kelompok yang berkepentingan, otoritas nasioanal, dan organisasi internasional. Pentingnya
kesadaran terhadap fakta bahwa akuntansi sumber daya manusia tidak hanya berkaitan
dengan perhitungan modal manusia, melainkan dengan dukungan terhdap pengembangan
sumber daya manusia.
ARTI PENTING AKUNTANSI SUMBER DAYA MANUSIA
Bidang akuntansi sumber daya manusia dikembangkan sejak tahun 1960-an. Bidang tersebut
adalah cabang dari kumpulan yang terdiri atas beberapa aliran pemikiran yang independen,
tetapi saling berkaitan erat. Bidang tersebut juga merupakan respons terhadap metamorphosis
fundamental dari ekonomi Amerika Serikat sesudah masa industry kearah ekonomi jasa.
Meskipun akuntansi sumber daya manusia sangat bermanfaat, tetapi terdapat sejumlah
bawha adalah tidak mungkin untuk menilai dan memasukkan sumbr daya manusia sebagai
asset. Kritikkan tersebut antara lain:
● Sumber daya manusia tidak bias dimiliki.
● Tidak ada modal yang diterima secara umum untuk menilainya.
● Dalam perumusan standar akuntansi, tidak terdapat standar yang terpisah untuk
pelaporan sumber daya manusia.
● Seperti dalam kebanyakan kasus dari metode biaya historis dimana sumber daya
manusia diperlakukan sebagai asset fisik, karakteristik dasarnya tidak sama dengan
konsep pengakuan penyusutan karena merupakan tendensi umum manusia untuk
semakin meningkatkan nilai dengan pengalaman.
DUKUNGAN TERHADAP PENGEMBANGAN AKUNTANSI SUMBER DAYA
MANUSIA
Akuntansi sumber daya manusia mengakui bahwa manusia terdiri dari modal dan
asset. Teori ekonomi modal kerja manusia didasarkan pada konsep bahwa manusia memiliki
keterampilan, pengalaman, dan pengetahuan yang merupakan bentuk dari modal yang disebut
modal manusia (human capital), sehingga seorang peneliti yang bernama Theodore Schultz
dalam penelitiannya tentang teori ekonomi modal manusia mendapatkan hadiah nobel.
Dilihat dari sudut pandang sejarah perkembangan teori ekonomi modal manusia ,telah
teridentifikasi sederetan daftar pakar ekonomi pertama yang mengakui bahwa modal kerja
manusia benar benar ada.para pakar tersebut meliputih Adam Smith, Peny, Say, Senior, Lists,
Von Thumon, Roscher, Walrs, dan Fischer.kedua metode yang digunakan oleh ekonomi
tersebut untuk mengukur jumblah modal manusia didasarkan pada prosedur biaya produksi
dan kapitalisasi laba(capitalized earnings).
sumber daya manusia juga telah berkembang dari tradisi manejemen sumber daya
Akuntansi manusia yang dikenal sebagai aliran sumber daya manusia (human resources
school). Aliran ini didasarkan pada pemikiran bahwa manusia adalah sumber daya yang
berharga. Pakar teori personalia seperti Oidiorne dan pakar psikologi organisasi seperti Likert
telah memperlakukan manusiasebagai sumber daya organisasi yang bermanfaat dalam
penelitian mereka. Misalnya, dalam bukunya”The Human Organization :Its Management and
Value”, Rensis Likert menegaskan bahwa setiap aspek dari aktivitas perusahaan ditentukan
oleh kopentensi atau kemampuan, motivasi dan efektivitas umum dari organiasi manusianya.
PENELITIAN AWAL TENTANG AKUNTANSI SUMBER DAYA MANUSIA
Keprihatinan utama dari Hermanson Adalah bahwa laporan keuangan konvensional
gagal untuk mencerminkan posisi keuangan dengan memadai dari perusahaan karena laporan
tersebut tidak memuaskan asset manusia. Hermanson mengembangkan metode goodwill yang
tidak terbelih untuk mengukur nilai aset manusia yang dikembangkan oleh perusahaan
operasi normal (perekrutan,pelatihan,dan seterusnya ) dibandingkan dengan apa yang dibeli
melalui akuisisi terhadap perusahaan lain.
Sejak studi penelitian awal Hermanso, Brummet, Lamhots dan Pyle, terdapat
kumpulan penelitian teoritis dan empiris untuk mengembangkan konsep, model, dan metode
akuntansi sebagai aset organisasi. Bidang ini secara keseluruhan telah dikenal sebagai
akuntansi sumber daya manusia (human resource accounting). Rancangan bidang ini
dijelaskan dalam sebuah artikel yang dipublikasikan oleh E.G Flamholtz dalam volume 1
“Annual Accounting Reviews” pada tahun 1979.
ASUMSI DASAR DAN TUJUAN AKUNTANSI SUMBER DAYA MANUSIA
Tersedianya informasi secara cepat, relevan,dan lengkap lebih dikarenakan adanya
kebutuhan yang sangat dirasakan oleh masing masing unit bisnis untuk mendapatkan posisi
keunggulan kompetitif . asumsi dasar akuntansi sumber daya manusia sebagai berikut.
1) Manusia adalah sumber daya organisasi yang bernilai, manusia memberikan jasa
sekarang dan masa yang akan datang, yang tidak dimiliki oleh mesin dan materi.
2) Pengaruh gaya manajemen. Nilai sumber daya manusia dapat dipengaruhi oleh cara
cara yang dikelolanya.
3) Kebutuhan akan informasi sumber daya manusia. Informasi mengenai biaya dan nilai
sumber daya manusia adalah perlu bagi pengelolaan sumber daya manusia yang
efektif dan efisien. dalam berbagai aspek dari proses manajemen sumber daya
manusia, termasuk perencanaan dan pengendalian dalam akuisisi, pengembangan,
alokasi, komposisi, konservasi,dan utilisasi manusia.
Sementara itu, tujuan akuntansi sumber daya manusia adalah sebagai berikut:
1) Informasi kuantitatif
2) Metode penelitian
3) Teori dan model
Kegunaan penerapan akuntansi sumber daya manusia adalah sebagai berikut:
1) Menyediakan kerangka kerja untuk membantu manajer dalam menggunakan
sumber daya manusia secara efektif dan efisien
2) Menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna dalam memperoleh,
mengembangkan, menempatkan, mengonversi, menggunakan, mengevaluasi, dan
memberikan imbalan pada sumber daya manusia.
3) Menyediakan alat pengukuran biaya dan nilai manusia bagi organisasi untuk
digunakan dalam pengambilan keputusan.
4) Memotivasi manajer untuk memperhatikan dampak pengambilan keputusan usaha
terhadap sumber daya manusia.
Terdapat tiga jawaban fundamental mengenai dilakukannya penilaian atas modal
manusia (human capital),yaitu bahwa penilain tersebut didasarkan pada alasan :
1) Untuk memberikan informasi dalam istilah keuangan yang dapat dimasukan
dalam laporan keuangan (seperti yang telah dilakukan untuk aset visip), agar dapat
memberi informasi kepada investor, karyawan, dan kreditor.
2) Untuk mengidentifikasi kontribusi dari masing masing modal dan tenaga kerja
terhadap kinerja organisasi secara keseluruhan.
3) Untuk memberikan dasar dalam pengelolaan organisasi dengan rasionalitas
ekonomi yang lebih besar (melalui penyediaan informasi yang diperbaiki untuk
mencakup fungsi personalia).
UNSUR – UNSUR PENTING PEMBENTUK AKUNTANSI SUMBER DAYA
MANUSIA
ASET TAKBERWUJUD SEBAGAI SUMBER DAYA MANUSIA
Aset tak berwujud digambarkan sebagai aset yang tidak berbentuk materi (uang) atau aset
yang tidak bisa dilihat, tidak bisa dipegang secara fisik, tidak bisa diukur, tetapi diciptakan
melalui waktu atau usaha. Terdapat dua bentuk utama dari aset tak berwujud yang tidak
terukur. Pertama adalah aset yang tak berwujud yang tidak terukur yang tercipta secara
hukum, seperti rahasia dagang, daftar pelanggan, hak cipta, hak paten, merek dagang
goodwill. Kedua adalah aset berwujud yang tidak terukur yang tercipta karena persaingan,
seperti pengetahuan, kerjasama aktivitas hutang, dan aktivitas struktural.
(Bagian fredrik)
(Bagian marvella)
(Bagian megi)
SISTEM I
Sistem ini sangat mengandalkan pada kemampuan SDM yang diarahkan pada beberapa
fungsi sistem akuntansi SDM yang dapat diandalkan
SISTEM II
Fungsi perencanaan SDM memasukkan estimasi biaya atas perekrutan dan pelatihan SDM
SISTEM III
Terdapat kapabilitas sistem akuntansi SDM yang moderat( menengah ), dengan perencanaan
SDM memasukkan biaya pengganti maupun biaya permulaan
.
SISTEM IV
Biaya perencanaan SDM didasarkan pada Biaya standar personel
SISTEM V
Perencanaan SDM didasarkan pada model penilaian penghargaan yang terbaik dan simulasi
dari dampak perencanaan terhadap nilai SDM yang dibentuk
1).Karakteristik Aset
a. Adanya karakteristik manfaat di masa mendatang,
b. Adanya pengorbanan ekonomi untuk memperoleh aset,
c. Berkaitan dengan entitas tertentu,
d. Menunjukan proses akuntansi,
e. Berkaitan dengan dimensi waktu,
f. Berkaitan dengan karakteristik keterukuran.
APB dalam statement no.4 (1970) mendefinisikan aset sebagai “sumber -sumber ekonomi
perusahaan yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum,
termasuk beban tangguhan tertentu yang tidak berbentuk sumber ekonomi.
Meskipun sangat jarang terdapat penelitian yang menyarankan untuk memasukkan variabel
manusia dalam sistem akuntansi formal saat ini, terdapat beberapa pendekatan yang dapat
digunakan untuk menerapkan akuntansi sumber daya manusia dalam tataran praktis, yakni
akuntansi aset manusia, akuntansi modal manusia dan akuntansi goodwill manusia
Lev dan Schwartz menyarankan penilaian terhadap sumber daya manusia dengan
menggunakan kompensasi seseorang dimasa yang akan datang sebagai suatu pengganti.
(Bagian Nindiya)
Berdasarkan persentase kenaikan gaji pada tabel diatas dapat diasumsikan bahwa kenaikan
gaji PT ABC dilakukan setiap dua tahun sekali. Kenaikan pendapat dan pada tingkat
pimpinan sebesar 10 persen, pada tingkat Kabag sebesar 7,5 persen, dan pada tingkat
Kasubag sebanyak 5 persen.
Analisis Nilai yang Diharapkan dari Modal Manusia
Nilai estimasi dari modal berupa manusia yang dihasilkan sebesar Rp 404.691.532,32
mengabaikan kemungkinan kematian seorang karyawan sebelum usia pensiun, sehingga perlu
memasukkan suatu fungsi yang merupakan probabilitas seseorang meninggal pada usia
tertentu. Probabilitas yang digunakan dalam perhitungan ini adalah probabilitas kematian
seseorang yang bertempat tinggal di wilayah tersebut, yaitu sebesar 20,69% pada seluruh
tingkatan usia. Hasil perhitungannya:
Penyajian unsur modal manusia dalam laporan keuangan akan membuat laporan keuangan
terlihat lebih informatif dan komprehensif mengenai sumber daya manusia. Nilai yang
diperkirakan dari modal manusia, seseorang merupakan nilai penggantian sumber daya
manusia sebagai asset perusahaan. Berikut disajikan laporan neraca yang mengandung nilai
modal manusia bersih (setelah dikurangi amortisasi).
Terkait dengan nilai aset sumber daya manusia, kesulitan yang muncul adalah terjadinya
biaya-biaya pada tahun berikutnya dalam rangka peningkatan nilai aset sumber daya manusia
oleh perusahaan, misalnya biaya pelatihan, tunjangan, dan lain-lain. Untuk itu, amortisasi
tetap dilakukan dan biaya-biaya tersebut dapat dikapitalisasi. Kapitalisasi biaya-biaya
tersebut di tahun – tahun mendatang dan amortisasi terus-menerus atas nilai sumber daya
manusia merupakan cara yang tepat untuk membebankan nilai sumber daya manusia ke
periode-periode selanjutnya.