Anda di halaman 1dari 6

Kelompok 6:

Ni Putu Anggie Krisnaningrum (1707531101)


I Gusti Agung Pradnya Utami (1707531103)
Luh Putu Mita Widiantini (1707531105)
I Dewa Ayu Adnyaswari (1707531115)

ASPEK KEPERILAKUAN PADA AKUNTANSI SOSIAL

A. Definisi Akuntansi Sosial


Akuntansi sosial didefenisikan sebagai “penyusunan, pengukuran, dan analisis terhadap
konsekuensi-konsekuensi sosial dan ekonomi dari perilaku yang berkaitan dengan pemerintah
dan wirausahawan”. Dalam hal ini, akuntansi sosial berarti identifikasi, mengukur dan
melaporkan hubungan antara bisnis dan lingkungannya. Lingkungan bisnis meliputi sumber
daya alam, komunitas dimasa bisnis tersebut beroperasi, orang-orang yang dipekerjakan,
pelanggan, pesaing, dan perusahaan serta kelompok lain yang berurusan dengan bisnis
tersebut. Proses pelaporan dapat bersifat baik internal maupun eksternal. Selama ini,
perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan banyak keuntungan bagi
masyarakat. Menurut pendekatan teori akuntansi tradisional, perusahaan harus
memaksimalkan labanya agar dapat memberikan sumbangan yang maksimum kepada
masyarakat. Model-model akuntansi dan ekonomi tradisional berfokus pada produksi dan
distribusi barang dan jasa kepada masyarakat. Akuntansi sosial memperluas model ini dengan
memasukkan dampak-dampak dari aktivitas perusahaan terhadap masyarakat.

B. Sejarah Akuntansi Sosial


Akuntansi sosial berkepentingan dengan identifikasi dan pengukuran manfaat sosial dan
biaya sosial konsep yang biasanya di abaikan oleh para akuntan tradisional. Untuk
memahami perkembangan akuntansi sosial, seseorang harus mengetahui bagaimana manfaat
dan biaya sosial telah diperlakukan di masa lalu. Awal tahun 1900, para ekonom emncoba
untuk memasukkan manfaat dan biaya sosial dalam model-model teori ekonomi mikro neo-
klasik. Manfaat dan biaya sosial dianggap sebagai anomali dan diabaikan mayoritas ekonom.
Ekonomi lingkungan dan manajemen sumber daya alam adalah subdisiplin yang aktif dalam
ekonomi.
Model akuntansi dasar (baik untuk tujuan keuangan dan manajerial) menggunakan teori
ekonomi mikro untuk menentukan apa yang harus dimasukkan atau dikeluarkan dari
perhitungan akuntansi. Tahun 1960-an terdapat pertumbuhan dalam gerakan lingkungan
ketika banyak orang yang menyadari dampak dari industrialisasi pada kualitas udara, air, dan
tanah. Selain itu konsumen juga menjadi lebih tegas sehingga timbul hak-hak konsumen.
Tahun 1960-an ini tuimbul gerakan-gerakan, seperti gerakan hak-hak sipil, gerakan
emansipasi wanita, dan gerakan hak-hak konsumen. Dengan menetapkan undang-undang

1
dibidang ini, pemerintah memaksa individu dan para pelaku bisnis untuk menjadi lebih
responsif terhadap kebutuhan sosial. Walaupun pelaksanaan undang-undang ini cenderung
lemah, fakta bahwa undang-undang tersebut ada dan mengenakan sanksi mendorong
kepatuhan. Secara bertahap, undang-undang tersebut telah membawa dampak positif.
Terdapat banyak perusahaan yang peka akan lingkungan. Hal ini tampak dari munculnya
akun-akun yang terkait dengan kegiatan sosial pada laporan-laporan keuangannya.

C. Akuntansi Biaya dan Manfaat Sosial


Dasar bagi kebanyakan teori akuntansi sosial yaitu analisis yang dilakukan oleh A.C.
Pigou, yang menyatakan bahwa optimalitas Pareto (titik dalam ekonomi kesejahteraan di
mana adalah mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan seseorang tanpa mengurangi
kesejahteraan orang lain) tidak dapat dicapai selama produk sosial neto dan produk pribadi
neto tidak setara. Pigou menyatakan bahwa semua manfaat dari produksi suatu produk
merupakan manfaat sosial. Selain ini, biaya sosial dinyatakan terdiri atas seluruh biaya untuk
menghasilkan suatu produk, tanpa memedulikan siapa yang membayarnya.
1) Teori Akuntansi Sosial
Pandangan Ramanathan, perusahaan memiliki suatu kontrak tidak tertulis untuk
menyediakan manfaat sosial neto kepada masyarakat. Ramanathan pada dasarnya
menyatakan menggunakan istilah Pigou, bahwa manfaat sosial sebaiknya melampaui biaya
sosial dan oleh karena itu perusahaan sebaiknya memberikan kontribusi neto pada
masyarakat. Ada dua masalah dalam pendekatan ini, yaitu : (1) Untuk menentukan kontribusi
neto kepada masyarakat, beberapa jenis sistem nilai harus ditentukan dan (2) Kesulitan dalam
pengukuran dimana sulit untuk menguantifikasi jumlah pos yang akan dimasukkan dalam
laporan konstribusi neto kepada masyaratkat.
2) Pengukuran
Salah satu penyebab lambatnya kemajuan akuntansi sosial yaitu kesulitan dalam
mengukur kontribusi dan kerugian. Proses ini terdiri dari tiga langkah, yaitu: (1) Menentukan
apa yang menyusun biaya dan manfaat sosial, (2) Mencoba untuk menguantifikasi seluruh
pos yang relevan, dan (3) Menempatkan nilai moneter pada jumlah akhir.
3) Menentukan Biaya dan Manfaat Sosial
Sistem nilai masyarakat merupakan faktor penentu penting dari manfaat dan biaya sosial.
Dengan mengasumsikan masalah nilai dapat diatasi dengan beberapa jenis standar
masyarakat, masalah selanjutnya yaitu mengidentifikasi kontribusi dan kerugian secara
spesifik. Dalam studi atas pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan-perusahaan

2
publik besar seperti Ernst & Ernst (1978) ditemukan bahwa pengungkapan sosial terkait
dengan enam pokok bahasan, yaitu: (1) lingkungan, (2) energi, (3) praktik bisnis yang adil,
(4) sumber daya manusia, (5) keterlibatan komunitas, dan (6) produk. Cara lain
mengidentifikasikan asal dari biaya dan manfaat sosial adalah dengan memeriksa proses
distribusi dan produksi perusahaan individual guna mendefinisikan bagaimana kerugian dan
kontribusi serta menentukan bagaimana hal itu terjadi.
4) Kuantifikasi terhadap Biaya dan Manfaat
Karena aktivitas yang menimbulkan biaya dan manfaat sosial ditentukan dan kerugian
serta kontribusi tertentu diidentifikasikan, sehingga dampak pada manusia dapat dihitung.
Dampak ini dapat digolongkan sebagai langsung dan tidak langsung. Untuk mengukur
kerugian yang sebenarnya, kehilangan yang dialami oleh orang-orang sebagai akibat
peristiwa-peristiwa ini harus dihitung. Untuk mengukur suatu kerugian dibutuhkan informasi
mengenai variabel-variabel utama, yaitu waktu dan dampak.
a) Waktu, yaitu beberapa peristiwa yang menghasilkan biaya sosial membutuhkan waktu
beberapa tahun untuk menimbulkan suatu akibat. Periode waktu antara paparan awal
dengan peristiwa yang menimbulkan kerugian serta manifestasi dari dampak yang buruk
disebut periode “persiapan”. Dampak jangka panjang sebaiknya diberi bobot yang
berbeda dengan dampak jangka pendek.
b) Dampak, yaitu orang-orang dapat dipengaruhi oleh berbagai kerugian secara ekonomi,
fisik, psikologis dan sosial. Ketika tugas selesai, suatu usaha dapat dilakukan untuk
menguantifikasikan krugian dari perspektif masyarakat. Biaya dapat diklasifikasikan
sebagai kerugian ekonomi, fisik, psikologis dan sosial.
(1) Biaya ekonomi, meliputi tagihan pengobatan dan rumah sakit yang tidak
dikompensasi, hilangnya produktivitas, dan hilangnya pendapatan yang diderita oleh
pekerja.
(2) Kerugian fisik, yang sering kali dicoba dalam analisis biaya dan manfaat yang
tradisional. Kerugian ini harus didiskontokan untuk mempertimbangkan periode
persiapan yang panjang.
(3) Kerugian pesikologis, dimana pekerja dapat merasa sedih karena kehilangan peran
sebagai penghasil pendapatan dalam keluarga, tidak mampu melakukan aktivitas-
aktivitas fisik, dan mengetahui bahwa kematian dapat terjadi segera.
(4) Kerugian sosial, yaitu perubahan peran dapat terjadi sebagai akibat suatu penyakit.
Keluarga dapat menjadi begitu trauma sehingga terjadi perpecahan.

3
D. Pelaporan Kinerja Sosial
1) Audit Sosial
Audit sosial adalah proses yang independen untuk menghitung dan melaporkan dampak
ekonomi, sosial, dan lingkungan dari program-program dan kegiatan operasi regular
perusahaan yang berorientasi sosial. Manfaat audit sosial adalah membuat manajer menjadi
lebih peka terhadap konsekuensi sosial atas tindakannya. Audit sosial ini juga dapat
mendorong manajer untuk meningkatkan kinerja mereka di bidang sosial dan menilai kinerja
sosialnya. Informasi yang dihasilkan audit sosial hanya sebagai dokumen internal dan
menyembunyikannya sebagai rahasia perusahaan. Perusahaan cenderung lebih senang
mengumumkan kontribusi positif kepada publik daripada berita negatif. Namun, ada juga
perusahaan yang ingin menyampaikan dengan sejujurnya informasi hasil audit sosial yang
bersifat positif dan negatif sebagai tanggungjawab sosialnya kepada publik.
2) Laporan Sosial
Laporan tanggung jawab sosial perusahaan juga sudah mulai banyak disampaikan oleh
perusahaan di Indonesia lewat laporan tahunannya. Linowes membaginya menjadi tiga
kategori, yaitu hubungan dengan manusia, hubungan dengan lingkungan, dan hubungan
dengan produk. Pada masing-masing hubungan, diharapkan adanya pengungkapan sukarela
dan menyampaikan kerugian yang disebabkan oleh aktivitas perusahaan. Dalam laporan
sosial mencakup biaya sosial yang termasuk semua biaya untuk menjalankan perusahaan.
Biaya sosial juga digunakan untuk mengurangi manfaat sosial sehingga diketahui manfaat
atau biaya sosial bersih.
3) Pengungkapan dalam Laporan Tahunan
Banyak perusahaan menerbitkan laporan tahunan kepada pemegang saham dan pihak
berkepentingan lainnya yang mengandung informasi sosial. Menurut penelitian, jumlah
perusahaan mengungkapkan informasi sosialnya dari tahun ke tahun semakin meningkat.
4) Perkembangan di Luar Negeri
Elemen-elemen yang termuat dalam laporan ini adalah ketenagakerjaan, gaji dan
perubahan sosial, kesehatan dan keamanan kerja, kondisi pekerjaan, pelatihan, hubungan
industrial, serta perjanjian banyak pihak. Selain laporan keuangan, ada beberapa akun sosial
dan laporan mengenai nilai tambah, keduanya berfokus pada kontribusi perusahaan terhadap
masyarakat. Hal ini menyebabkan annual report Shell menambahkan dimensi yang baru
terhadap pelaporan keuangan. Laporan nilai tambah bertujuan untuk menggambarkan
pertambahan value yang perusahaan kontribusikan terhadap masyarakat dengan
memproduksi produk dan jasanya.

4
E. Dilema Perusahaan
Siegel dan Macroni mengemukakan dilema bisnis yang berhubungan akuntansi sosial
dengan kasus perusahaan kertas. Perusahaan St. Clark Company merupakan perusahaan yang
bekerja di bidan produksi kertas dan bubur kayu, memutuskan untuk menggunakan
propertinya di Forest, Winconsin, Amerika Serikat, untuk membangun pabrik kertas.
Lingkungan di sekitar adalah danau, sungai, dan hutan yang semuanya relatif masih bebas
dari polusi. Jika mereka dipekerjakan di pabrik kertas yang akan didirikan maka mereka
memerlukan pelatihan. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, seorang manajer harus
membuat daftar mengenai semua kontribusi dan kerugian dari rencana pembangunan pabrik
kertas terlebih dahulu. Kontribusi dan kerugian tersebut ada yang dapat dihitung atau
dikuantitatifkan dan ada yang tidak dapat dikuantitatifkan. Walaupun berisiko untuk
membuat daftar mengenai kerugian yang ada tetapi lebih berisiko bila perusahaan tidak
menyampaikannya. Semua bisnis menimbulkan kerugian dan hal itu merupakan keinginan
setiap orang untuk mengetahui implikasi pembangunan pabrik kertas di Forest. Karena
masalah polusi dan keamanan di tempat kerja merupakan keputusan manajemen maka
seorang manajer harus dapat menjelaskan filosofi manajemen mengenai hal ini. Manajer
harus dapat menghitung efek yang ditimbulkan, jika mungkin. Jika efek tidak dapat dihitung,
minimal dapat dijelaskan. Manusia lebih menyukai penyampaian yang fair termasuk
perhitungan yang ada mengenai manfaat dan biaya, yang dapat mengarahkan pada keputusan
terbaik.

5
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfan Ikhsan. 2009. Akuntansi Keperilakuan Edisi 2. Jakarta : Salemba Empat

Supriyono, R.A.. 2018. Akuntansi Keperilakuan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai