OLEH :
KUPANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur pensulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkatNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ Akuntansi Untuk Manfaat
dan Biaya Sosial dalam Pelaporan Kinerja Sosial”.Makalah disusun dengan mendapatkan
dukungan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis tetap mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan
selanjutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat menambah wawasan dan sumber acuan
informasi bagi penulis, pembaca, dan bagi instansi terkait.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………….….2
BAB II PEMBAHASAN
2.6 Analisa Biaya dan Manfaat Sosial atas BUMN Sektor Pertambangan ……………..…...18
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………..……21
3.2 Saran………………………………………………………………………………....…21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Akuntansi Sosial sering juga disebut Akuntansi Lingkungan ataupun Akuntansi Sosial
Ekonomi, oleh Belkoui (2000), yang diterjemahkan Ramanathan, didefinisikan sebagai
proses seleksi variabel-variabel kinerja sosial tingkat perusahaan, ukuran dan prosedur
pengukuran yang secara sistematis mengembangkan informasi yang bermanfaat untuk
mengevaluasi kinerja sosial perusahaan dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada
kelompok sosial yang tertarik, baik di dalam maupun di luar perusahaan. Biaya dan manfaat
sosial merupakn bagian dari akuntansi sosial dimana melakukan analisis mengenai proyek
yang dijalankan perusahaan tersebut juga tidak merugikan masyarakat sekitar. Dalam analisa
manfaat dan biaya tidak hanya mengukur kelayakan dari aspek komersial saja, tetapi juga
mengukur kelayakan dari aspek kelayakan sosial. Dalam ekonomi konvesional analisa
manfaat biaya hanya memperhitungkan input dan output yang nilainya ada di pasar.
Oleh karena itu,analisis manfaat sosial dan biaya sosial dituangkan dalam kienrja
sosial. Kinerja sosial ini sendiri terkait pelaporan perusahaan terkait manfaat sosial dan biaya
sosial yang terkait dengan perusahaan. Karena perusahaan harus juga harus memperhatikan
lingkungan di luar perusahaan seperti masyarakat juga perlu diperhatikan dalam
kelangsungan perusahaan.
1.2.4 Bagaimana Pengukuran dan Pengakuan Manfaat Sosial dan Biaya Sosial?
1.3.2 Untuk menjelaskan Akuntansi untuk manfaat sosial dan biaya sosial
1.3.4 Untuk menjelaskan pengukuran dan pengakuan manfaat dan biaya sosial
1.3.6 Untuk menjelaskan analisis manfaat dan biaya sosial di BUMN sektor pertambangan
BAB II
PEMBAHASAN
Akuntansi Sosial sering juga disebut Akuntansi Lingkungan ataupun Akuntansi Sosial
Ekonomi, oleh Belkoui (2000), yang diterjemahkan Ramanathan, didefinisikan sebagai
proses seleksi variabel-variabel kinerja sosial tingkat perusahaan, ukuran dan prosedur
pengukuran; yang secara sistematis mengembangkan informasi yang bermanfaat untuk
mengevaluasi kinerja sosial perusahaan dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada
kelompok sosial yang tertarik, baik di dalam maupun di luar perusahaan. Harahap
(1999;184), dalam bukunya menggunakan istilah Socio Economic Accounting (SEA) yang
menyatakan akuntansi sosial merupakan bidang ilmu akuntansi yang berfungsi dan mencoba
mengidentifikasi, mengukur, menilai, melaporkan aspek-aspek social benefit dan social cost
yang ditimbulkan oleh lembaga atau perusahaan.
Menurut Sahid (2002), ada beberapa pengertian akuntansi lingkungan atau akuntansi
sosial, ada pengertian yang luas dan ada pula pengertian yang sempit.Dalam pengertian yang
luas dalam himpunan istilah lingkungan untuk manajemen (Handry Satriago), akuntansi
lingkungan merupakan proses akunting yang:
Dasar bagi kebanyakan teori akuntansi sosial datang dari analisis yang dilakukan oleh
A.C. Pigou terhadap biaya dan manfaat sosial. A.C. Pigou adalah seorang ekonom neo-klasik
yang memperkenalkan pemikiran mengenai biaya dan manfaat sosial kedalam ekonomi
mikro pada tahun 1920. Titik pentingnya adalah bahwa optimalitas Pareto (titik dalam
ekonomi kesejahteraan dimana adalah mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan seseorang
tanpa mengurangi kesejahteraan dari orang lain) tidak dapat dicapai selama produk sosial
neto dan produk pribadi neto tidak merata. Tetapi, mungkin bahwa masyarakat sebagai satu-
kesatuan menerima manfaat dari produk tersebut yang bahkan lebih besar lagi. Pigou
menyebut seluruh manfaat dari produksi suatu poduk tanpa memedulikan siapa yang
menerimanya adalah manfaat sosial. Perbedaaan antara manfaat sosial dengan manfaat
pribadi (manfaat sosial yang tidak dibagi) dapat dibagi menjadi ekonomi eksternal dan
elemen surplus konsumen.
Suatu analisis yang serupa dapat dibuat dalam hal biaya. Bagi Pigou, biaya sosial
terdiri atas seluruh biaya untuk menghasilkan suatu produk, tanpa mempedulikan siapa yang
membayarnya. Biaya yang di bayarkan oleh produsen disebut sebagai biaya pribadi. Selisih
antara biaya sosial dan biaya pribadi (disebut sebagai “biaya sosial yang tidak
dikompensasikan”) dan disebabkan oleh banyak faktor. Suatu perusahaan yang menimbulkan
polusi mengenakan biaya kepada masyarakat, tetapi perusahaan tersebut tidak membayar
biaya tersebut kepada masyarakat. Hal ini disebut dengan non-ekonomi eksternal. Suatu
situasi dimana seorang pekerja menderita sakit akibat pekerjaannya dan tidak memperoleh
kompensasi penuh dapat dianggap sebagai suatu eksploitasi terhadap faktor
produksi.Menurut Pigou, optimalitas Pareto hanya dapat dicapai jika manfaat sosial marginal
sama dengan biaya sosial marginal.
Cara untuk mengidentifikasi asal dari biaya dan manfaat sosial adalah dengan
memeriksa proses distribusi dan produksi perusahaan individual guna
mengidentifikassi bagaimana kerugian dan kontribusi serta menentukan bagaimana
hal itu terjadi. Jika satu bagian dari proses produksi dan distribusi diperiksa –
mungkin ditemukan produk sampingan yang negative diciptakan bersama-sama
dengan produk yang berguna.
Ketika aktivitas yang menimbulkan biaya dan manfaat sosial ditentukan dari
kerugian serta kontribusi tertentu diidentifikasikan, maka dampak pada manusia dapat
dihitung. Untuk mengukur suatu kerugian dibutuhkan informasi mengenai variabel-
variabel utama, yaitu waktu dan dampak.
1)Waktu
2)Dampak
Biaya-biaya tersebut dapat diklasifikasikan sebagai kerugian ekonomi, fisik, psikologis, atau
sosial.
•Kerugian ekonomi
Biaya-biaya ini meliputi tagihan pengobatan dan rumah sakit yang tidak
dikompensasi, hilangnya produktivitas, dan hilangnya pendapatan yang diderita oleh
pekerja. Jelaslah, perhitungan ganda atas hilangnya pendapatan dan produktivitas
harus duhindari.
•Kerugian fisik
Menghitung nilai dari kehidupan atau kesehatan manusia adalah hal yang sulit
untuk dilakukan, tetapi seringkali dicoba dalam analisis biaya-manfaat yang
tradisional.
•Kerugian psikologis
•Kerugian sosial
Dalam keluarga pekerja, perubahan peran dapat terjadi sebagai akibat dari
penyakit tersebut. keluarga tersebut dapat menjadi begitu trauma sehingga terjadi
perpecahan. Nilai sekarang dari seluruh dampak ini bagaimanapun juga harus
dihitung
Kerangka kerja akuntansi sosial belum secara penuh dikembangkan dan terdapat
masalah pengukuran yang serius mengenai biaya dan manfaat. Meskipun demikian, sejumlah
penulis telah menyarankan agar perusahaan melaporkan kinerja akuntansi sosialnya baik
secara internal maupun secara eksternal. Pendekatan-pendekatan pelaporan akuntansi sosial
tersebut meliputi :
1. Audit Sosial
Audit sosial yaitu mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, sosial, dan
lingkungan dari program-program yang berorientasi sosial dan operasi perusahaan
yang mengikuti peraturan. Mulanya, manajer perusahaan diminta membuat daftar
aktivitas dengan konsekuensi sosial. Setelah daftar tersebut dihasilkan, auditor sosial
kemudian menilai dan mengukur dampak-dampak dari kegiatan sosial perusahaan.
Audit sosial dilaksanakan secara rutin oleh kelompok konsultan internal maupun
eksternal, sebagai bagian dari pemeriksaan internal sehingga manajer mengetahui
konsekuensi sosial dari tindakan mereka. Selain itu, audit sosial juga bermanfaat agar
manajer bisa memperbaiki kinerja mereka dalam bidang-bidang sosial.
Audit sosial serupa dengan audit keuangan dalam hal bahwa audit sosial
mencoba untuk secara independen menganalisis suatu perusahaan dan menilai kinerja.
Tetapi terdapat perbedaan utama mengenai apa yang dianalisis. Dalam audit sosial,
auditor memeriksa operasi untuk menilai kinerja sosial dari suatu perusahaan dan
bukan memeriksa kinerja keuangannya.
2. Laporan-Laporan Sosial
Dalam laporan Linowes, seluruh kontribusi dan kerugian harus dihitung secara
moneter. Selain Linowes, Ralph Estes juga mengembangkan suatu model pelaporan
mengenai manfaat dan biaya sosial. Ia menghitung manfaat sosial sebagai seluruh
kontribusi kepada masyarakat yang berasal dari operasi perusahaan (misalnya,
lapangan kerja yang disediakan, sumbangan, pajak, perbaikan lingkungan).
Sedangkan biaya sosial, meliputi seluruh biaya operasi perusahaan (bahan baku yang
dibeli, utang kerusakan lingkungan, luka-luka dan penyakit yang berkaitan dengan
pekerjaan). Manfaat sosial dikurangkan dengan biaya social untuk memperoleh
manfaat atau biaya netto.
Setelah social benefit dan social cost perusahaan dapat diidentifikasi, maka
proses selanjutnya adalah mengukur item-item yang relevan. Menurut Standar
Akuntansi Keuangan (SAK), pengukuran didefinisikan sebagai proses penetapan
jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam
neraca dan rugi laba yang menyangkut dasar pengukuran tertentu. Kesulitan
pengukuran social benefit dan social cost yang merupakan externalities, terjadi karena
interaksi antara perusahaan dengan lingkungan sosialnya tidak melalui pasar.
Sehingga penetapan jumlah uang sulit dilakukan. Untuk mengatasi kesulitan
mengenai pengukuran social benefit dan social cost (externalities), maka ada
beberapa pendekatan pengukuran yang dapat digunakan. Harahap (1999)
memberikan beberapa pendekatan dalam pengukuran externalities, yaitu sebagai
berikut.
Misalnya dalam kasus pencemaran, social cost dapat ditentukan dari jumlah unit uang
yang dikeluarkan untuk membayar ganti rugi kepada masyarakat. Sedangkan social benefit
ditentukan dari meningkatnya produktifitas masyarakat jika perusahaan menanggulangi
pencemaran tersebut. Pengukuran produktivitas merupakan masalah yang kompleks karena
menyangkut berbagai hal terutama masyarakat itu sendiri dan lamanya waktu yang tidak
dapat ditentukan.Adanya kesulitan dalam pemberian nilai moneter seperti yang disebutkan
diatas, tidak menutup kemungkinan untuk tetap dilakukan kuantifikasi atau pengukuran
dampak aktivitas perusahaan dengan menggunakan unit moneter.
Pelaporan Eksternalities
Laporan yang dihasilkan dari akuntansi sosial akan menyajikan masalah esternalities
yang meliputi social benefit dan social cost. Selama ini belum ada bentuk baku untuk
melaporkan aktivitas sosial perusahaan. Hal ini terjadi karena belum ada kesepakatan
mengenai isi dan bentuknya. Pada dasarnya, laporan tersebut bersifat sama, yaitu menyajikan
informasi tentang data social benefit dan social cost perusahaan. Di berbagai negara,
sejumlah perusahaan telah melaporkan prestasi sosialnya. Cakupan aspek sosial yang
dilaporkan masih sangat bervariasi. Ada yang melaporkan pertanggungjawaban sosialnya
dalam laporan tahunan, dan ada yang mempublikasikan informasi tersebut dalam laporan
yang terpisah dari laporan tahunan. Guthrie dan Parker (Yudiani, 1998)melakukan penelitian
terhadap laporan tahunan perusahaan di Australia, Amerika Serikat dan Inggris antara tahun
1988 sampai dengan 1993 menunjukkan bahwa, sebagian besar (diatas 50%) dari 50 laporan
tahunan tersebut mengungkapkan informasi mengenai dampak sosial. Di Australia sebesar
50%, Amerika Serikat 85% dan di Inggris sebesar 98%. Informasi yang diungkapkan yaitu
sumber daya manusia, komunitas dan lingkungan.
Guthrie dan Parker juga mengungkap cara pelaporan dampak sosial yang dilakukan
oleh masing-masing perusahaan. Di Amerika Serikat, laporan atas dampak sosial cenderung
mengambil bentuk diskripsi singkat pada laporan tahunan dengan mengkuantifikasi dalam
bentuk unit meneter (untuk social cost) dan non moneter. Di Inggris cara pengungkapan
dampak sosial sama dengan di Amerika Serikat. Sedangkan di Australia pengungkapannya
cenderung bersifat non moneter.Variasi-variasi tersebut merupakan bukti bahwa belum
adanya pembakuan dalam pelaporan informasi dampak sosial perusahaan menyebabkan
ketidakseragaman dalam pelaporannya.
Perbedaan materi yang diungkap antara negara satu dengan negara lainnnya diduga
karena ketentuan undang-undang yang berbeda sebagai pencerminan kehendak rakyat. Model
alternatif pelaporan keuangan sehubungan dengan dampak sosial yang disebabkan oleh
aktivitas perusahaan oleh Parker, Ferris dan Otley (Purwono,2000) dibagi ke dalam beberapa
kategori. Dan perusahaan dapat memilih salah satu model pelaporan tersebut dengan
mempertimbangkan kondisi masing-masing perusahaan.
Di Indonesia, tanggung jawab sosial belum membudaya jika dibandingkan dengan
negara-negara maju (Yudiani, 1998). Hal tersebut disebabkan kurangnya kesadaran para
pengusaha untuk memenuhi tanggung jawab sosialnya. Upaya perusahaan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan sekitar masih relatif rendah. Masih
banyak perusahaan beroperasi semata-mata untuk mengejar maksimalisasi laba tanpa
menghiraukan akibat yang ditimbulkan karena aktivitas mengejar laba tersebut. Polusi,
kebakaran hutan, kerusakan lingkungan masih menjadi isu yang harus dipecahkan, termasuk
juga masalah-masalah yang menyangkut karyawan maupun masyarakat sekitar.Namun
demikian, prospek penerapannya cukup cerah. Hal ini ditandai dengan munculnya undang-
undang dan berbagai macam peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah, seperti UU
mengenai pengelolaaan lingkungan hidup dan UU tentang ketenaga kerjaan, yang semuanya
bertujuan agar perusahaan mau melaksanakan tanggung jawab sebagai wujud kepedulian
perusahaan terhadap lingkungan sosialnya.
Di samping itu reaksi masyarakat yang selalu kritis menilai lingkungan juga semakin
meningkat. Kepedulian masyarakat ini juga akan dapat membuat perusahaan menyadari
tanggung jawab sosialnya. Untuk dapat diterapkan, selain dibutuhkan kesadaran yang tinggi
oleh perusahaan dengan didukung UU dan peraturan serta peran masyarakat secara aktif,
juga diperlukan standar yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk mengakui, mengukur dan
melaporkan pertanggungjawaban sosial perusahaan dalam laporan keuangan.
Meskipun Standar Akuntansi Keuangan yang selama ini berlaku di Indonesia belum
mencakup kepentingan masyarakat dan lingkungan (Yuniarti, 1989). Dan ini seharusnya
menjadi tantangan bagi akuntan di Indonesia. Untuk itu diperlukan kerja yang terus menerus
baik oleh team penyusun standar (IAI), para akuntan dan peneliti untuk melakukan penelitian
dan pengembangan bidang ilmu akuntansi yang tidak hanya sekedar berfokus pada lingkup
akuntansi konvensional saja. Sehingga, dari hasil kerja mereka akan tersusun kerangka kerja
teoritis yang dapat dijadikan standar untuk pembuatan laporan yang berorientasi sosial.
2.6. Analisa Biaya dan Manfaat Sosial atas BUMN Sektor Pertambangan
Adapun hasil pengolahan data untuk biaya dan manfaat terkait PT. Bukit Asam,
PT. Aneka Tambang, dan PT. Timah tampak pada tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1 Perbandingan Dana CSR PT. Bukit Asam, TBK. (Dalam Jutaan Rupiah)
Tahun 2018 dana untuk bina wilayah mengalami penurunan karena fokus pada
pengembangan holtikutura rembun yang dapat meningkatkan penjualan sebesar 45%.
Penurunan alokasi dana CSR tersebut disebabkan karena masyarakat yang dibina sudah
mampu meningkatkan omset penjualan mereka, dengan adanya usaha handmade berupa
kopi “Depati” yang dapat menyerap tenaga kerja dari 8 orang meningkat menjadi 12 orang.
Adapun pendapatan dapat meningkat sebanyak 30% per bulan, dengan segmen pasar yang
lebih luas, meliputi Pagar Alam, Muara Enim, Palembang, Baturaja, Bengkulu, Banten,
bahkan sampai ke Jakarta. Bagi PT. Bukit Asam, sekalipun mengalami penurunan secara
persentase pendapatan tahun 2018, hal ini terutama adanya peningkatan dana berkaitan
dengan bina lingkungan yaitu sebesar 44 % dibandingkan dengan tahun2017.
Tabel 2. Perbandingan Dana CSR PT. Aneka Tambang, TBK. (Dalam Jutaan
Rupiah)
Tabel 3 Perbandingan Dana CSR PT. Timah, TBK. (Dalam Jutaan Rupiah)
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dalam analisa manfaat dan biaya tidak hanya mengukur kelayakan dari aspek
komersial saja, tetapi juga mengukur kelayakan dari aspek kelayakan sosial. Dalam ekonomi
konvesional analisa manfaat biaya hanya memperhitungkan input dan output yang nilainya
ada di pasar. Tapi dalam hal ini ,analisa manfaat biaya memasukkan biaya input dan ouput
yang tidak ada di pasar. Intinya adalah mengukur, memasukkan, dan membandingkan semua
manfaat dan biaya dari proyek publik atau program yang berkaitan dengan studi. Analisis
manfaat dan biaya menjabarkan nilai-nilai keuntungan dan kerugian pada periode-periode
tertentu dalam suatu rentang waktu dan menghitung perbandingan antara keuntungan dan
kerugian.
Oleh karena itu, perusahaan atau organisasi saat menjalankan usahanya peru
memperhatikan keadaan masyarakat sekitar sehingga perusahaan dan amsyarakat juga saling
menguntungkan. Manfaat sosial adalah manfaat yang diperoleh oleh peursahaan dalam
menjalakan usahanya sedangkan biaya sosial biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan kepada
masyarakat. Maka, hal ini memicu adanya pelaporan kinerja sosial.
3.2. Saran
Diharapakan makalah ini dapat memberikan wawasan bagi pembaca dan kita semua
yang membaca makalah ini. Dan diharapkan adanya kritikan mengenai materi dan penulisan
maklaha ini yang dapat membangun bagi kami penulis dalam menulis makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sprioyo, R.A., 2018. Akuntansi Keperilakuan, Jogyakarta: Gadja Mada University Pers.
https://www.academia.edu/19984835/KEL_11_Akuntansi_Sosial
Ikhsan, Arfan; Ishak, Muhammad. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta : Salemba Empat
Murni, Sri. 2011. Akuntansi Sosial: Suatu Tinjauan Mengenai Pengakuan, Pengukuran, dan
Pelaporan Externalities dalam Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi Investasi Vol 2
No 1 Hal 27-44
Akrina, Finna Okta dkk. 2014. Analisis Manfaat dan Biaya Sosial Terhadap Pengelolaan
Hasil Hutan di Provinsi Aceh. Jurnal Ilmu Ekonomi Vol 2 No 4 Hal 37-44