Anda di halaman 1dari 20

ASPEK KEPERILAKUAN PADA AKUNTANSI SOSIAL

DIBUAT OLEH :
DEVI ANGGRAINI : 1901120501.P
VENY INDAH LESTARI : 1901120502.P
WANDA APRIYANTO : 19011020503.P
LISNAWATI : 1901120504.P
M. SYEHAN NURMANSYAH : 1901120508.P

AKUNTANSI KEPERILAKUAN (KW7A, JUMAT 20.15-22.00)


JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG
2020
A. Pengertian Akuntansi Sosial
• Akuntansi sosial didefinisikan sebagai “penyusunan, pengukuran, dan analisis
terhadap konsekuensi – konsekuensi sosial dan ekonomi dari perilaku yang
berkaitan dengan pemerintah dan wirausahawan”.
• Dalam hal ini, akuntansi sosial berarti identifikasi, mengukur dan melaporkan
hubungan antara bisnis dan lingkungannya. Lingkungan bisnis meliputi sumber daya
alam, komunitas dimana bisnis tersebut beroperasi, orang – orang yang
dipekerjakan, pelanggan, pesaing, dan perusahaan serta kelompok lain yang
berurusan dengan bisnis tersebut.
• Proses pelaporan dapat bersifat baik internal maupun eksternal. Model – model
akuntansi dan ekonomi tradisional berfokus pada produksi dan distribusi barang
dan jasa kepada masyarakat.
• Akuntansi sosial memperluas model ini dengan memasukkan dampak – dampak
dari aktivitas perusahaan terhadap masyarakat.
• Akuntansi sosial berkepentingan dengan identifikasi dan pengukuran manfaat sosial
dan biaya sosial “konsep yang biasanya diabaikan oleh para akuntan tradisional”.
• Akuntansi Sosial sering juga disebut Akuntansi Lingkungan ataupun Akuntansi
Sosial Ekonomi, oleh Belkoui (2000), yang diterjemahkan Ramanathan,
didefinisikan sebagai proses seleksi variabel-variabel kinerja sosial tingkat
perusahaan, ukuran dan prosedur pengukuran; yang secara sistematis
mengembangkan informasi yang bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja sosial
perusahaan dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada kelompok
sosial yang tertarik, baik di dalam maupun di luar perusahaan.
• Sedangkan menurut Haniffa (2002), Akuntansi sosial mengidentifikasi, menilai
dan mengukur aspek penting dari kegiatan sosial ekonomi perusahaan dan
negara dalam memelihara kualitas hidup masyarakat sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkannya.
•  Jadi secara umum akuntansi sosial didefinisikan sebagai penyusunan,
pengukuran, dan analisis terhadap konsekuensi-konsekuensi sosial dan
ekonomi dari perilaku yang berkaitan dengan pemerintah dan wirausahawan.
• Dari definisi-definisi tersebut dapat dilihat bahwa akuntansi sosial memberikan
gambaran mengenai interaksi dari aktivitas perusahaan terhadap lingkungan
sosialnya. Akuntansi sosial juga memberikan informasi yang dapat digunakan
untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja sosial dari perusahaan.
B. Permasalahan Sosial Indonesia
• Terdapat dua hal yang menjadi kendala sulitnya penerapan
akuntansi sosial di Indonesia, yaitu (1) lemahnya tekanan
sosial yang menghendaki pertanggungjawaban sosial
perusahaan, dan (2) rendahnya kesadaran perusahaan di
Indonesia tentang pentingnya pertanggung jawaban
sosial. Perkembangan lingkungan bisnis yang demikian
pesat saat ini telah mendorong perusahaan-perusahaan di
Indonesia menuju kearah kesadaran akan pentingnya
pertanggungjawaban sosial, sehingga perlu dianalisis
kembali penerapan akuntansi sosial dalam situasi dan
kondisi perekonomian Indonesia sekarang ini.
• Sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan,
akuntansi berfungsi untuk memberikan informasi untuk
pengambilan keputusan dan pertangungjawaban. Selama ini,
laporan keuangan hanya difokuskan kepada kepentingan
investor dan kreditor sebagai pemakai utama laporan
keuangan. Selama ini perusahaan hanya menyampaikan
informasi mengenai hasil operasi keuangan perusahaan
kepada pemakai, tetapi mengabaikan eksternalitas dari
operasi yang dilakukannya, misalnya polusi udara,
pencemaran air, pemutusan hubungan kerja, dan
lainnya. Akhir-akhir ini banyak sekali ditemukan berita di surat
kabar, televisi mengenai dampak operasi perusahaan yang
tidak memperhatikan lingkungan di mana mereka beroperasi.
C. Tanggapan Perusahaan
• Sebelum tahun 1960-an, beberapa perusahaan telah dianggap sebagai
“warga Negara yang baik”. Perusahaan-perusahaan tersebut
memperoleh reputasi ini dengan menghasilkan produk-produk
berkualitas, memperlakukan pekerja dengan rasa hormat, memberikan
kontribusi kepada komunitas, atau membantu fakir miskin. Sejak tahun
1960-an, banyak perusahaan lain yang sebelumnya terkenal akan
kepekaannya terhadap kebutuhan sosial menjadi lebih responsif lagi
secara sosial. Manajemen mungkin telah menyadari bahwa perusahaan
mereka merupakan bagian dari komunitas; bahwa agar perusahaan
dapat bertahan hidup, komunitas harus menjadi tempat yang sehat
untuk hidup dan bekerja; erta bahwa orang-orang membutuhkan
jaminan keuangan untuk membeli barang-barang yang dihasilkan oleh
perusahaan. Demikian pula, dengan menjadi responsif terhadap
kebutuhan sosial adalah hubungan masyarakat yang baik dan
kemungkinan besar akan menguntungkan dalam jangka panjang.
• Dipihak lain, banyak perusahaan dan asosiasi industri berperang untuk
mengubah peraturan pemerintah yang baru atau mencoba untuk
menguranginya melalui ketidakpatuhan. Dalam kasus ini, manajemen
mungkin merasa bahwa beberapa dari peraturan tersebut, seperti undang-
undang perlindungan lingkungan, akan memiliki dampak ekonomi negatif
terhadap perusahaan mereka karena biaya untuk mematuhi undang-
undang tersebut jika tidak sesuai dengan manfaatnya.

• Secara keseluruhan, tingkat tanggung jawab sosial yang diterima oleh


perusahaan memerlukan keputusan yang aktif. Manajemen harus
memutuskan seberapa banyak polusi yang akan dihasilkan dan seberapa
banyak yang akan dibersihkan, siapa yang akan direkrut, seberapa baik
kondisi kerja akan ditingkatkan, dan seberapa banyak sumbangan yang akan
diberikan kepada kegiatan sosial. Jika manajemen menerima tanggung
jawab sosial semata-mata demi laba jangka pendek, tidak mungkin bahwa
suatu perusahaan akan melakukan lebih dari apa yang diharuskan oleh
undang-undang. Filosofi manajerial adalah faktor utama dalam
menentukan hubungan bisnis adalah komunitasnya.
D. Tanggapan Profesi Akuntan 
• Walaupun para akademisi dan praktisi akuntansi telah membahas bagamana
profesi mereka dapat memberikan kontribusi pada tangung jawab sosial
perusahaan sebelum terjadinya gerakan pada tahun 1960-an. Kemajuan utama
dalam bidang ini  di buat sejak akhir tahun 1960-an dengan di berlakunya undang-
undang yang menetapkan program -program sosial pemerintah, beberapa
akuntan merasa bahwa mereka sebaiknya menggunakan keahlian mereka untuk
mengukur efektivitasdari program tersebut. Lebih lanjut lagi, sesorang perlu
mengukur ingkat respons perusahaan terhadap keprihatinan yang di suarakan
pada tahun 1960-an. Dengan demikian lahirlah akuntansi sosial.

• Secara ringkas, literatur awal dari akuntansi sosial menyatakan bahwa para
akuntan diperlukan untuk menghasilkan data mengenai tanggung jawab
perusahaan dan bahwa ada pihak-pihak lain yang berkepentingan (selain
perusahaan) yang akan tertarik dengan data-data ini. Litertur awal iini, bahkan
tidak berkaitan dengan identifikasi pengukuran, dan pelaporan data-data sosial.
-   Selanjutnya, literatur tersebut mengembangkan suatu kerangka kerja
teoritis untuk akuntansi soaial, ttermasuk skema pelaporan dan audit sosial
aktual. Meskipun terdapat pekerjaan utama dalam identifikasi dan pelaporan
data akuntansi sosial, bidang – bidang tersebut masih berada dalam tahap
sangat awal. Akuntansi sosial tidak diterima secara universal sebagai suatu
bidang oleh para akademisi atau praktisi, dan tidak semua orang percaya
bahwa perusahaan harus menghasilkan data akuntansi sosial.
E. Akuntansi untuk Manfaat
dan Biaya Sosial
•Dasar bagi kebanyakan teori akuntansi sosial datang dari analisis yang dilakukan oleh A.C. Pigou
terhadap biaya dan manfaat sosial. A.C. Pigou adalah seorang ekonom neo-klasik yang
memperkenalkan pemikiran mengenai biaya dan manfaat sosial kedalam ekonomi mikro pada
tahun 1920. Titik pentingnya adalah bahwa optimalitas Pareto (titik dalam ekonomi kesejahteraan
dimana adalah mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan seseorang tanpa mengurangi
kesejahteraan dari orang lain) tidak dapat dicapai selama produk sosial neto dan produk pribadi
neto tidak merata. Tetapi, mungkin bahwa masyarakat sebagai satu-kesatuan menerima manfaat
dari produk tersebut yang bahkan lebih besar lagi. Pigou menyebut seluruh manfaat dari produksi
suatu poduk tanpa memedulikan siapa yang menerimanya sebagai manfaat sosial. Perbedaaan
antara manfaat sosial dengan manfaat pribadi (manfaat sosial yang tidak dibagi) dapat dibagi
menjadi ekonomi eksternal dan elemen surplus konsumen.
•Suatu analisis yang serupa dapat dibuat dalam hal biaya. Bagi Pigou, biaya sosial terdiri atas
seluruh biaya untuk menghasilkan suatu produk, tanpa mempedulikan siapa yang membayarnya.
Biaya yang di bayarkan oleh produsen disebut sebagai biaya pribadi. Selisih antara biaya sosial
dan biaya pribadi (disebut sebagai “biaya sosial yang tidak dikompensasikan”) dan disebabkan
oleh banyak faktor. Suatu perusahaan yang menimbulkan polusi mengenakan biaya kepada
masyarakat, tetapi perusahaan tersebut tidak membayar biaya tersebut kepada masyarakat. Hal
ini disebut dengan non-ekonomi eksternal. Suatu situasi dimana seorang pekerja menderita sakit
akibat pekerjaannya dan tidak memperoleh kompensasi penuh dapat dianggap sebagai suatu
eksploitasi terhadap faktor produksi.
• Menurut Pigou, optimalitas Pareto hanya dapat dicapai jika
manfaat sosial marginal sama dengan biaya sosial marginal.
Perbedaan antara Pigou dengan model ekonomi tradisional-
dimana pendapatan marginal setara dengan biaya marginal
berasal dari perbedaan antara manfaat sosial dan pribadi
dengan biaya sosial dan pribadi. Jika perbedaan neto antara
kedua kelompok biaya dan manfaat tersebut adalah nol, maka
tidak ada perbedaan antara teori Pigou dan teori ekonomi
tradisional.
• Dengan demikian, ketika akuntan mengukur manfaat pribadi
(pendapatan) dan biaya pribadi (beban) serta mengabaikan
yang lainnya, mereka bersikap konsisten dengan teori ekonomi
tradisional. Gerakan kearah akuntansi sosial, sebagian besar
terdiri dari usaha-usaha untuk memasukkan biaya sosial dan
biaya sosial yang tidak terbagi kedalam model akuntansi.
F. Teori Akuntansi Sosial
• Berdasarkan analisis Pigou dan gagasan mengenai suatu “kontrak sosial”,
K.V.Ramanathan (1976) mengembangkan suatu kerangka kerja teoritis untuk
akuntansi atas biaya dan manfaat sosial. Perusahaan memiliki sutau kontrak tidak
tertulis untuk enyediakan manfaat neto untuk masyarakat. Manfaat neto adalah
selisih antara kontribusi suatu perusahaan tersebut kepada masyarakat dengan
kerugian yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut terhadap masyarakat.

• Terdapat dua masalah utama dengan pendekatan Ramanathan. Pertama, untuk


menentukan kontribusi neto kepada masyarakat, beberapa jenis sistem nilai harus
ditentukan. Bagaimana entitas tersebut menentukan apa yang merupakan
kontribusi atau apa yang merupakan kerugian bagi masyarakat?. Beberapa
kerugian seperti polusi secara universal dibenci dan memasukkannya dalam suatu
laporan akuntansi dan dibenarkan dengan relatif mudah. Akan tetapi, evaluasi
pos-pos lain dapat bergantung pada keyakinan manajemen.

• Masalah utama kedua berkaitan dengan pengukuran. Adalah teramat sulit untuk
menguantifikasi jumlah pos yang akan dimasukkan dalam laporan kontribusi neto
kepada masyarakat.
G. Pengukuran
• Salah satu alasan utama dari lambatnya
kemajuan akuntansi sosial adalah kesulitan
dalam mengukur kontribusi dan kerugian.
Proses tersebut terdiri atas tiga langkah, yaitu :
1. Menentukan apa yang menyusun biaya dan
manfaat sosial.
2. Mencoba untuk menguantifikasi seluruh pos
yang relevan.
3. Menempatkan nilai moneter pada jumlah
akhir.
H. Menetukan Biaya dan Manfaat Sosial
• Cara untuk mengidentifikasi asal dari biaya dan
manfaat sosial adalah dengan memeriksa proses
distribusi dan produksi perusahaan individual
guna mengidentifikassi bagaimana kerugian dan
kontribusi serta menentukan bagaimana hal itu
terjadi. Jika satu bagian dari proses produksi dan
distribusi diperiksa – mungkin ditemukan produk
sampingan yang negative diciptakan bersama-
sama dengan produk yang berguna.
I. Kuantifikasi terhadap Biaya dan Manfaat
• Ketika aktivitas yang menimbulkan biaya dan manfaat sosial ditentukan dari
kerugian serta kontribusi tertentu diidentifikasikan, maka dampak pada manusia
dapat dihitung. Untuk mengukur suatu kerugian dibutuhkan informasi mengenai
variabel-variabel utama, yaitu waktu dan dampak.

1. Waktu
Beberapa peristiwa yang menghasilkan biaya sosial membutuhkan waktu
beberapa tahun untuk menimbulkan suatu akibat. Dalam hal pengukuran, adalah
penting untuk menentukan lamanya waktu tersebut. dampak jangka panjang
sebaiknya diberikan bobot yang berbeda dengan dampak jangka pendek.

2. Dampak
Orang-orang dapat dipengaruhi secara ekonomi, fisik, psikologis, dan sosial
oleh berbagai kerugian. Untuk mengukur biaya sosial tersebut adalah perlu
untuk mengidentifikasikan kerugian-kerugian tersebut dan
menguantifikasikannya.
• Biaya-biaya tersebut dapat diklasifikasikan sebagai kerugian ekonomi, fisik, psikologis,
atau sosial.
Kerugian ekonomi
• Biaya-biaya ini meliputi tagihan pengobatan dan rumah sakit yang tidak dikompensasi,
hilangnya produktivitas, dan hilangnya pendapatan yang diderita oleh pekerja.
Jelaslah, perhitungan ganda atas hilangnya pendapatan dan produktivitas harus
duhindari.
• Kerugian fisik
• Menghitung nilai dari kehidupan atau kesehatan manusia adalah hal yang sulit untuk
dilakukan, tetapi seringkali dicoba dalam analisis biaya-manfaat yang tradisional.
• Kerugian psikologis
Kerugian-kerugian ini juga sulit untuk dikuantifikasi dan harus didiskontokan pada
tingkat bunga yang sesuai.
• Kerugian sosial
Dalam keluarga pekerja, perubahan peran dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit
tersebut. keluarga tersebut dapat menjadi begitu trauma sehingga terjadi perpecahan.
Nilai sekarang dari seluruh dampak ini bagaimanapun juga harus dihitung.
J. Pelaporan Kinerja Sosial
Kerangka kerja akuntansi sosial belum secara penuh dikembangkan dan terdapat masalah
pengukuran yang serius mengenai biaya dan manfaat. Meskipun demikian, sejumlah penulis
telah menyarankan agar perusahaan melaporkan kinerja akuntansi sosialnya baik secara
internal maupun secara eksternal. Pendekatan-pendekatan tersebut meliputi :

• Audit Sosial
Audit sosial yaitu mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan dari
program-program yang berorientasi sosial dan operasi perusahaan yang mengikuti peraturan.
Mulanya, manajer perusahaan diminta membuat daftar aktivitas dengan konsekuensi sosial.
Setelah daftar tersebut dihasilkan, auditor sosial kemudian menilai dan mengukur dampak-
dampak dari kegiatan sosial perusahaan. Audit sosial dilaksanakan secara rutin oleh
kelompok konsultan internal maupun eksternal, sebagai bagian dari pemeriksaan internal
biasa, sehingga manajer mengetahui konsekuensi sosial dari tindakan mereka

• Pengungkapan dalam Laporan Tahunan


Beberapa perusahaan menerbitkan laporan tahunan kepada pemegang saham disertai
beberapa informasi sosial yang dilakukan. Namun, melalui informasi yang dicantumkan dalam
laporan tahunan tersebut, belum dapat dinilai kinerja sosial perusahaan secara komprehensif,
karena kebanyakan informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan bersifat sukarela dan
selektif. Dalam artian, bisa jadi perusahaan hanya menyoroti kontribusi positifnya dan
mengabaikan dampak negatif yang ditimbulkan dari aktivitas usahanya.
• Laporan-Laporan Sosial
Laporan eksternal terpisah yang menggambarkan hubungan perusahaan
dengan komunitasnya, dikembangkan salah satunya oleh David Linowes. Ia
membagi laporannya dalam tiga kategori: hubungan dengan manusia,
hubungan dengan lingkungan, dan hubungan dengan produk. Pada setiap
kategori, ia membuat daftar mengenai konstribusi sukarela perusahaan dan
kemudian mengurangkannya dengan kerugian yang disebabkan oleh
aktivitas perusahaan itu. Linowes memoneterisasi segala sesuatunya dalam
laporan tersebut, sampai pada saldo akhir, yang disebutnya sebagai
tindakan sosio-ekonomi netto untuk tahun tersebut. Dalam laporan
Linowes, seluruh kontribusi dan kerugian harus dihitung secara moneter.
Selain Linowes, Ralph Estes juga mengembangkan suatu model pelaporan
mengenai manfaat dan biaya sosial. Ia menghitung manfaat sosial sebagai
seluruh kontribusi kepada masyarakat yang berasal dari operasi perusahaan
(misalnya, lapangan kerja yang disediakan, sumbangan, pajak, perbaikan
lingkungan). Sedangkan biaya sosial, meliputi seluruh biaya operasi
perusahaan (bahan baku yang dibeli, utang kerusakan lingkungan, luka-luka
dan penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan). Manfaat sosial dikurangkan
dengan biaya social untuk memperoleh manfaat atau biaya netto.
K. Arah Riset

• Riset dalam akuntansi sosial telah cukup ekstensif dan berfokus pada berbagai subjek
yang berkisar dari pengembangan kerangka kerja teoritis sampai mensurvey
pengguna potensial dari data akuntansi sosial bagi investor. Studi mengenai kegunaan
informasi sosial bagi investor dapat dibagi menjadi dua bidang utama, yaitu :
1. Survey atas investor potensial.
2. Pengujian empiris terhadap dampak pasar dari pengungkapan akuntansi sosial.
Studi mengenai reaksi pasar modal terhadap pengungkapan informasi sosial
menyarankan agar investor menyesuaikan perkiraan mereka terhadap pengungkapan
informasi akuntansi sosial. Tidak terdapat kesimpulan yang jelas dari riset mengenai
hubungan antara kinerja sosial, kinerja ekonomi, dan pengungkapan sosial.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai