Anda di halaman 1dari 6

STRUKTUR KEPEMILIKAN PERUSAHAAN

Mata Kuliah: Corporate Governance (CG)


Dosen Pengampu: Ayu Aryista Dewi, S.E.,M.Acc.

Oleh:
Kelompok 3

I Nyoman Abie Kumala Surya (1707531119)


I Gede Bayu Widi Perdana (1707531127)

KELAS CP
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2020

1
A. DEFINISI AKUNTANSI SOSIAL
Akuntansi sosial adalah suatu proses identifikasi, mengukur, dan melaporkan
hubungan antara bisnis dan lingkungannya. Lingkungan bisnis meliputi sumber daya alam,
komunitas tempat bisnis tersebut beroperasi, orang-orang yang dipekerjakan, pelanggan,
pesaing, dan perusahaan yang berurusan dengan bisnis tersebut. Selama ini perusahaan
dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan banyak manfaat kepada masyarakat.
Banyaknya keluhan yang dilontarkan masyarakat kepada perusahaan dimana
masyarakat menuntut perusahaan untuk lebih memperhatikan tanggung jawab sosialnya
kepada masyarakat, menandakan adanya ketidakselarasan sosial antara perusahaan kepada
masyarakat. Adanya pergeseran dari arah pandangan tradisional ke arah kesejahteraan sosial
ini telah mendorong lahirnya akuntansi sosial yang merupakan subdisiplin akuntansi yang
memfokuskan perhatiannya terhadap dampak sosial yang ditimbulkan oleh perusahaan
kepada masyarakat, baik biaya sosial (social cost) maupun manfaat sosial (social benefit).
B. SEJARAH AKUNTASI SOSIAL
Dalam memahami perkembangan akuntansi sosial, manajemen dan pemakaian
laporan akuntansi harus mengetahui bagaimana manfaat sosial dan biaya sosial
dipertukarkan. Dikarenakan tujuan itu, manfaat dan biaya sosial dapat didefinisikan sebagai
efek positif dan negatif dari pengembangan ekonomi, industrialisasi, dan perubahan teknologi
yang direncanakan dan dilaksanakan oleh organisasi.
Biaya dan manfaat sosial selalu eksis. Pada awal 1900-an, A.C. Pigou dan ahli
ekonomi lainnya mencoba untuk memasukkan manfaat dan biaya sosial ke model
neoclassical dari mikro-ekonomi. Namun, selain usaha Pigou dan sebagian ahli ekonomi, ada
sebagian ahli ekonomi yang berpendapat bahwa manfaat dan biaya sosial sebagai anomali
dan harus ditolak. Pada akhirnya tercapai kemajuan akuntansi sosial dengan melakukan
pemutakhiran dalam analisis, pengukuran, dan penyajian dari manfaat dan biaya sosial.
Model akuntansi dasar menggunakan teori mikro ekonomi untuk menentukan apakah
memasukkan atau tidak memasukkan ke perhitungan akuntansi. Pada 1960-an muncul
beberapa pergerakan massa, khususnya mereka yang mendedikasikan gagasannya untuk
membuat pemerintahan dan bisnis menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan sosial,
mendorong organisasi untuk berfokus pada tanggung jawab atas manfaat dan biaya sosial.
1) Respons Perusahaan
Mulai 1960-an, banyak perusahaan yang sebelumnya tidak peka terhadap kebutuhan
sosial menjadi responsif pada masalah sosial. Manajemen mulai merasakan bahwa
perusahaannya merupakan bagian dari masyarakat sehingga untuk dapat bertahan hidup maka
masyarakatnya harus sehat untuk hidup serta memperoleh pendapatan untuk membeli prosuk
1
perusahaan. Namun, masih banyak perusahaan dan asosiasi industri mencoba menentang
regulasi melalui ketidaktaatan.
2) Respons Profesi Akuntansi
Secara singkat, literatur mengenai akuntansi sosial pada awalnya menyatakan bahwa
akuntan dibutuhkan untuk menghasilkan data dalam tangungjawab sosial perusahaan
corporate social responsibility. Setelah itu, timbul literatur untuk mengembangkan kerangka
teoritis akuntansi sosial, termasuk skema pelaporan dan audit sosial walaupun masih ada
akademi dan praktisi akuntansi tidak menerima akuntansi sosial sebagai bagian dari prinsip
akuntanis berterima umum.
C. AKUNTANSI BIAYA DAN MANFAAT SOSIAL
Dasar bagi teori akuntansi sosial datang dari analisis yang dilakukan oleh A.C. Pigou
terhadap biaya dan manfaat sosial. Titik penting mengenai pemikiran mengenai biaya dan
manfaat sosial adalah bahwa optimalitas Pareto (titik dalam ekonomi kesejahteraan di mana
adalah mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan seseorang tanpa mengurangi
kesejahteraan dari orang lain) tidak dapat dicapai selama produk sosial neto dan produk
pribadi neto tidak setara.
a) Teori Akuntansi Sosial
Dalam pandangan Ramanathan, perusahaan memiliki suatu kontrak tidak tertulis
untuk menyediakan manfaat sosial neto kepada masyarakat. Manfaat neto adalah selisih
antara kotribusi suatu perusahaan kepada masyarakat dengan kerugian yang ditimbulkan oleh
perusahaan tersebut kepada masyarakat. Ramanathan yakin bahwa akuntan sebaiknya
mengukur kontribusi historis neto (yang merupakan analogi dari neraca) dan kontribusi
tahunan neto dari suatu perusahaan kepada masyarakat. Terdapat dua masalah utama dengan
pendekatan Ramanathan. Pertama, untuk menentukan kontribusi neto kepada masyarakat,
beberapa jenis sistem nilai harus ditentukan. Masalah kedua berkaitan dengan pengukuran.
b) Pengukuran
Salah satu alasan utama dari lambatnya kemajuan akuntansi sosial adalah kesulitan
dalam mengukur kontribusi dan kerugian. Proses tersebut terdiri atas tiga langkah, yaitu 1)
menentukan apa yang menyusun biaya dan manfaat sosial, 2) mencoba untuk menguantifikasi
seluruh pos yang relevan, 3) menempatkan nilai moneter pada jumlah akhir.
c) Menentukan Biaya dan Manfaat Sosial
Para penganut paham Pigou akan mendefinisikan biaya sosial yang tidak
dikompensasi sebagai non-ekonomi eksternal dan eksploitasi terhadap faktor-faktor produksi.
Dalam menerjemahkan definisi ini ke dalam terminologi operasional, akan lebih mudah

2
mendefinisikan biaya sosial yang tidak dikompensasikan sebagai seluruh kerugian yang
diderita oleh manusia sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas ekonomi untuk mana mereka
tidak diberikan kompensasi secara penuh.
Cara lain mendefinisikan asal dari biaya dan manfaat sosial adalah dengan memeriksa
proses distribusi dan produksi perusahaan individual guna mengidentifikasikan bagaimana
kerugian dan kontribusi serta menentukan bagaimana hal itu terjadi.
d) Kuantifikasi terhadap Biaya dan Manfaat
Ketika aktivitas yang menimbulkan biaya dan manfaat sosial ditentukan dan kerugian
serta kontribusi tertentu diidentifikasikan, maka dampak pada manusia dapat dihitung.
Dampak tersebut dapat digolongkan sebagai langsung dan tidak langsung. Dalam mengukur
kerugian yang sebenarnya, kehilangan yang dialami oleh orang-orang sebagai akibat dari
peritiwa-peristiwa ini harus dihitung. Dalam mengukur suatu kerugian dibutuhkan informasi
mengenai variabel-variabel utama, yaitu waktu dan dampak.
1) Waktu
Beberapa peristiwa yang menghasilkan biaya sosial membutuhkan waktu beberapa
tahun untuk menimbulkan suatu akibat. Dalam hal pengukuran, penting untuk menentukan
lamanya waktu tersebut. Dampak jangka panjang sebaiknya diberikan bobot yang berbeda
dengan dampak jangka pendek.
2) Dampak
Orang-orang dapat dipengaruhi secara ekonomi, fisik, psikologis, dan sosial oleh
berbagai kerugian. Dalam mengukur biaya sosial tersebut perlu untuk mengidentifikasikan
kerugian-kerugian tersebut dan menguantifikasinya. Biaya tersebut dapat diklasikasikan
sebagai kerugian ekonomi, fisik, psikologis dan sosial.
D. PELAPORAN KINERJA SOSIAL
Kerangka kerja akuntansi sosial belum secara penuh dikembangkaa dan terdapat
masalah pengukuran yang serius mengenai biaya dan manfaat. Sejumlah penulis
menyarankan agar perusahaan melaporkan kinerja akuntansi sosialnya, baik secara internal
maupun secara eksternal. Adapun pendekatan pelaporan tersebut, yaitu audit sosial, laporan-
laporan sosial, pengungkapan dalam laporan tahunan, dan perkembangan luar negeri.
a) Audit Sosial
Audit sosial mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan dari
program-program yang berorientasi sosial dan operasi perusahaan yang reguler. Audit sosial
bermanfaat bagi perusahaan dengan membuat para manajer menyadari konsekuensi sosial
dari beberapa tindakan mereka. Hal ini dapat dicapai bahkan jika dampaknya tidak dapat
dikuantifikasi. Dalam audit sosial, auditor memeriksa operasi untuk menilai kinerja sosial

3
dari suatu perusahaan dan bukannya kinerja keuangannya. Oleh karena itu, telah disarankan
bahwa akuntan tidak memiliki kualitikasi untuk melakukan audit semacam itu sendiri.
b) Laporan-laporan Sosial
Laporan eksternal terpisah yang menggambarkan hubungan perusahaan dengan
komunitasnya telah dikeluarkan oleh banyak perusahaan, baik di Indonesia maupun di
negara-negara maju. David Linowes telah mengembangkan Laporan Operasi Sosio-Ekonomi
untuk digunakan sebagai dasar untuk melaporkan informasi akuntansi sosial, yaitu 1)
hubungan dengan manusia, 2) hubungan dengan lingkungan, dan 3) hubungan dengan
produk. Dalam laporan Linowes, seluruh kontribusi dan kerugian harus dihitung secara
moneter (sesuatu yang telah terbukti sulit untuk dilakukan).
c) Pengungkapan dalam Laporan Tahunan
Banyak perusahaan menerbitkan laporan tahunan kepada pemegang saham yang
berisi beberapa informasi sosial. Ditemukan bahwa secara umum, jumlah perusahaan yang
mengungkapkan informasi sosial dan jumlah pengungkapan meningkat dengan stabil sekitar
90 persen dari perusahaan yang termasuk dalam laporan tahun 1978 telah menmbuat suatu
bentuk pengungkapan sosial. Akan tetapi, karena kebanyakan informasi sosial yang
diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan tahunan bersifat sukarela dan selektif, dapat
diargumentasikan bahwa informasi tersebut memiliki nilai yang dipertanyakan dan seseorang
tidak dapat menilai kinerja sosial dari perusahaan tersebut berdasarkan laporan tahunannya.
Dari riset-riset yang ada dapat disimpulkan bahwa pengungkapan sosial oleh
perusahaan-perusahaan di Indonesia relatif masih sangat rendah. Hal ini diduga disebabkan
perusahaan belum memanfaatkan laporan tahunan sebagai media komunikasi antara
perusahaan dan pemangku kepentingan. Kemungkinan lain adalah bahwa perusahaan hanya
memanfaatkan laporan tahunan sebagai laporan kepada pemegang saham dan kreditor atau
sebagai informasi bagi calon investor.
d) Perkembangan Luar Negeri
Perusahaan perusahaan Eropa sudah mempelopori pengungkapan informasi sosial,
baik alam laporan khusus maupun laporan tahunan. Bentuk pelaporan model Eropa yang
telah digunakan oleh sejumlah perusahaan adalah bentuk yang dikembangkan serta
digunakan oleh Deutsche Shell (perusahaan minyak Shell di Jerman). Serupa dengan laporan
dari perusahaan-perusahaan di Prancis, laporan Deutsche Shell menekankan pada hubungan
perusahaan dengar karyawannya. Akan tetapi, laporan tersebut juga memberikan informasi

4
mengenai sejumlah bidang lainnya yang berurusan dengan tanggung jawab sosial perusahaan.
E. DILEMA PERUSAHAAN
Siegel dan Marconi mengemukakan dilemma bisnis yang berhubungan dengan
akuntansi sosial dengan perusahaan kertas. Perusahaan St. Clark Company merupakan
perusahaan yang bekerja di bidang produksi kertas dan bubur kayu (pulp), memutuskan untuk
menggunakan propertinya di Forest, Wiconsia, Amerika Serikat, untuk membangun pabrik
kertas. Pabrik kertas menggunakan kayu sebagai bahan bakunya. Forest adalah daerah
dengan penduduk 20.000 orang yang memiliki sifat independen dan bekerja keras, sebagain
dari mereka menolak adanya pabrik kertas tersebut. Mr. Money diminta untuk menyusun
proposal agar masyarakat dan pejabat di daerah tersebut percaya bahwa pembangunan pabrik
akan menguntungkan komunitas dan pemerintah daerah tersebut. Dia ingin menyampaikan
manfaat dan biaya yang ada, tetapi tidak yakin mengidentifikasi dan mengukur semuanya.
Dalam menyelesaikan masalah tersebut Mr. Money harus membuat daftar mengenai
semua kontribusi dan kerugian dari rencana pembangunan pabrik kertas terlebih dahulu.
Kontribusi dan kerugian ada yang dapat dihitung atau dikuantitatifkan da nada yang tidak
dapat dikuantitatifkan. Walaupun sangat berisiko dengan membuat daftar tersebut, tetapi lebih
berisiko bila perusahaan tidak menyampaikan informasi tersebut. Semua bisnis dapat
menimbulkan kerugian dan hal itu merupakan keinginan mereka untuk mengetahui implikasi
pembangunan pabrik kertas di Forest. Dikarenakan masalah populasi dan kemanan di tempat
kerja merupakan keputusan manajemen maka Mr. Money harus dapat menjelaskan filosofi
manajemen mengani hal tersebut. Mr. Money harus dapat menghitung efek yang ditimbulkan
oleh pembangunan pabrik kertas di Forest. Jika efek tidak dapat dihitung, minimal dapat
dijelaskan. Terkadang manusia lebih menerima yang fair termasuk perhitungan yang ada
mengenai manfaat dan biaya, yang dapat mengarahkan pada keputusan terbaik.
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfan Ikhsan. 2009. Akuntansi Keperilakuan Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Supriyono, R.A. 2016. Akuntansi Keperilakuan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai