Anda di halaman 1dari 13

RINGKASAN MATA KULIAH

KOMUNIKASI POLITIK
(Untuk memenuhi tugas perkuliahan)
Nama Mata Kuliah : SOSIOLOGI POLITIK
Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ni Luh Nyoman Kebayantini, M.Si

Disusun Oleh:
Ni Luh Putu Ratna Wiantini (1707531125)
I Gede Bayu Widi Perdana (1707531127)
Ida Ayu Made Yuniasih (1707531128)
Christin Maria Monika (1707531130)
Desi Kusuma Dewi (1707531131)
Kadek Asri Damayani (1707531134)
Desak Made Yulanda Risdiantari (1707531135)
Kelas : A3

Jurusan S1 Reguler Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan Ringkasan Mata Kuliah
“Komunikasi Politik” ini dengan tepat waktu. Dan juga kami berterima kasih pada
Ibu Dr. Dra. Ni Luh Nyoman Kebayantini, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Mata
Kuliah Sosiologi Politik yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami berharap ringkasan mata kuliah ini dapat berguna untuk menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Komunikasi Politik. Kami juga
menyadari bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan – kekurangan dan masih
jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi
perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Jimbaran, November 2018

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring kemajuan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi sudah semakin
berubah pesat. Begitu pun dengan komunikasi, pada awalnya komunikasi hanya
sebatas proses interaksi personal yang meliputi intra dan antarpersonal. Namun
saat ini jauh lebih dari itu. Begitupun komunikasi dalam bidang politik. Dalam
praktiknya, komunikasi politik sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Sebab,
dalam aktivitas sehari-hari, tidak satu pun manusia tidak berkomunikasi, dan
kadang-kadang sudah terjebak dalam analisis dan kajian komunikasi politik.
Berbagai penilaian dan analisis orang awam berkomentar sosal kenaikan BBM,
ini merupakan contoh kekentalan komunikasi politik. Sebab, sikap pemerintah
untuk menaikkan BBM sudah melalui proses komunikasi politik dengan
mendapat persetujuan DPR.
Kemajuan teknologi komunikasi baik bidang cetak maupun elektronik
dalam tema politik, menuntut kita untuk dapat memahami lebih jauh tentang
komunikasi politik. Hal ini penting agar perbincangan kita tentang politik dalam
aktifitas seharian tidak hanya sekedar sebagai bahan perbincangan tanpa makna,
melainkan pembicaraan tersebut dapat menghasilkan pemahaman yang baik
tentang apa dan bagaimana hak-hak politik masyarakat dapat terwujudkan. Oleh
karena itu, mendalami ilmu tentang komunikasi politik menjadi kajian yang
sangat penting bagi siapa saja khususnya mahasiswa yang mendalami studi ilmu
komunikasi politik.
Dalam bab yang lalu kita telah melihat apa yang disebut sosialisasi politik
dan partisipasi politik. Dengan sosialisasi politik dimaksud suatu proses yang
memungkinkan individu-individu memperoleh pengetahuan, kepercayaan-
kepercayaan, dan sikap-sikap politik. Tujuan utama sosialisasi politik adalah
pembentukan sikap serta watak insan politik. Melalui proses sosialisasi, individu-
individu diharapkan berpartisipasi di dalam kehidupan politik secara bertanggung
jawab. Dengan partisipasi politik dimaksud keterlibatan individu-individu sampai
pada bermacam-macam tingkatan di dalam sistem politik. Namun sosialisasi dan
partisipasi politik tergantung dari komunikasi politik.

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Komunikasi


Komunikasi berasal dari bahasa latin, yakni Communico yang artinya
membagi, dan Communis yang berarti membangun kebersamaan antara dua orang
atau lebih (Hafied, 2014:13). Aristoteles yang hidup empat abad sebelum masehi
(385-322 SM) dalam bukunya Rethoric membuat definisi komunikasi dengan
menekankan “siapa mengatakan apa kepada siapa.” Definisi yang dibuat
Aristoteles ini sangat sederhana, tetapi ia telah mengilhami seorang ahli ilmu
politik bernama Harold D. Lasswell pada 1948, dengan mencoba membuat
definisi komunikasi yang lebih sempurna dengan menanyakan “SIAPA
mengatakan APA, MELALUI apa, KEPADA siapa, dan apa akibatnya.”
Definisi Politik
Istilah ilmu politik (sciencepolitique) pertama kali digunakan oleh Jean
Bodin di Eropa pada tahun 1576, kemudian Thomas Fitzherbert dan Jeremy
Bentham pada tahun 1606. Akan tetapi, itilah politik yang dimaksud ialah ilmu
negara sebagaimana tertulis dalam karya-karya sarjana Eropa daratan yang
bersifat institutional yuridis, sementara yang berkembang di Amerika adalah teori
politik. Konsepsi teori politik yang dikembangkan di Amerika telah melepaskan
diri dari sifat-sifat yang institutional yuridis dengan memberi skope yang lebih
luas daripada ilmu negara. Dalam pandangan para sarjana Amerika, ilmu politik
sebagai ilmu negara bukan lagi dalam skopeinstitutional yang statis, tetapi lebih
maju dengan melihat negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Harold D. Lasswell lebih tegas merumuskan politik
sebagai ilmu tentang kekuasaan ”whenwespeakofthescienceofpolitics,
wemeanthescienceofpower.” (Hafied, 2014:23)
Definisi Komunikasi Politik
Michael Rush dan Phillip Althoff mendefinisikan komunikasi politik
sebagai suatu proses di mana informasi politik yang relevan diteruskan dari satu
bagian sistem politik kepada bagian lainnya, dan di antara sistem-sistem sosial
dengan sistem-sistem politik (Rafael, 2014:158). Komunikasi politik menurut
McNair murni membicarakan tentang alokasi sumber daya publik yang memiliki
nilai, apakah itu nilai kekuasaan atau nilai ekonomi, petugas yang memiliki
kewenangan untuk member kekuasaan dan keputusan dalam pembuatan undang-
undang atau aturan, apakah itu legislatif atau eksekutif, serta sanksi-sanksi apakah
itu dalam bentuk hadiah atau denda. Untuk menghindari kajian komunikasi politik
itu tidak hanya bicara tentang kekuasaan, Doris Graber mengingatkan dalam
tulisannya “politicallanguage” bahwa komunikasi politik tidak hanya retorika,
tetapi juga mencakup simbol-simbol bahasa, seperti bahasa tubuh serta tindakan-
tindakan politik seperti baikot, protes dan unjuk rasa. Dari beberapa pengertian di
atas, jelas komunikasi politik adalah suatu proses komunikasi yang memiliki
implikasi atau konsekuensi terhadap aktivitas politik.
2.2 Unsur Komunikasi Politik
a. Komunikator Politik
Komunikasi politik tidak hanya menyangkut partai politik, melainkan juga
lembaga pemerintahan legislatif dan eksekutif. Dengan demikian, sumber atau
komunikator politik adalah mereka yang dapat member informasi tentang hal-hal
yang mengandung makna atau bobot politik, misalnya presiden, menteri, anggota
DPR, MPR, KPU, gubernur, bupati/walikota, DPRD, dll.
b. Pesan Politik
Pesan politik ialah pernyataan yang disampaikan, baik secara tertulis
maupun tidak tertulis, baik secara verbal maupun non verbal, tersembunyi
maupun terang-terangan, baik yang disadari maupun tidak disadari yang isinya
mengandung bobot politik. Misalnya pidato politik, undang-undang kepartaian,
undang-undang pemilu, pernyataan politik, artikel atau isi buku/brosur dan berita
surat kabar, radio, televisi dan internet yang berisi ulasan politik dan
pemerintahan, puisi politik, spanduk atau baliho, iklan politik, propaganda, perang
urat syaraf (psywar), makna logo, warna baju atau bendera, bahasa badan
(bodylanguage), dan semacamnya.
c. Saluran atau Media Politik
Saluran atau media politik ialah alat atau sarana yang digunakan oleh para
komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya. Misalnya Media
Cetak, Media Elektronik, dll.
d. Saluran atau Target Politik
Sasaran adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat memberi
dukungan dalam bentuk pemberian suara (vote) kepada partai atau kandidat dalam
Pemilihan Umum. Mereka adalah masyarakat berhak memilih setelah cukup usia.
e. Pengaruh atau Efek Komunikasi Politik
Efek komunikasi politik yang diharapkan adalah terciptanya pemahaman
terhadap sistem pemerintahan dan partai-partai politik, di mana nuansanya akan
bermuara pada pemberian suara (vote) dalam pemilihan umum. Pemberian suara
ini sangat menentukan terpilih tidaknya seorang kandidat untuk posisi mulai
tingkat presiden dan wakil presiden, anggota DPR, MPR, gubernur dan wakil
gubernur, bupati dan wakil bupati, walikota dan wakil walikota sampai tingkat
DPRD (Hafied, 2014:31).

2.3 Fungsi Komunikasi Politik


Komunikasi Politik menurut McNair memiliki lima fungsi dasar, yakni
sebagai berikut (Hafied, 2014:33) :
a) Memberikan informasi kepada masyarakat apa yang terjadi di sekitarnya.
Di sini media komunikasi memiliki fungsi pengamatan dan juga fungsi
monitoring apa yang terjadi dalam masyarakat.
b) Mendidik masyarakat terhadap arti dan signifikansi fakta yang ada. Di sini
para jurnalis diharapkan melihat fakta yang ada sehinnga berusaha
membuat liputan yang objektif (objectivereporting) yang bisa mendidik
masyarakat atas realitas fakta tersebut.
c) Menyediakan diri sebagai platform untuk menampung masalah-masalah
politik sehingga bisa menjadi wacana dalam membentuk opini public, dan
mengembalikan hasil opini itu kepada masyarakat. Dengan cara demikian,
bisa memberi arti dan nilai pada usaha penegakan demokrasi.
d) Membuat publikasi yang ditujukan kepada pemerintah dan lembaga-
lembaga politik. Di sini media bisa berfungsi sebagai anjing penjaga
(watchdog) sebagaimana pernah terjadi dalam kasus mundurnya Nixon
sebagai Presiden Amerika karena terlibat dalam kasus Watergate.
e) Dalam masyarakat yang demokratis, media politik berfungsi sebagai
saluran advokasi yang bisa membantu agar kebijakan dan program-
program lembaga politik dapat disalurkan kepada media massa.

2.4 Pola Komunikasi Politik


Komunikasi politik bukanlah suatu bentuk komunikasi yang spesifik dan
terpisah dari model komunikasi sosial. Komunikasi politik hanyalah sebagian dari
komunikasi sosial. Karena itu pola-pola dasarnya pun mengikuti pola-pola
komunikasi sosial. Yang dimaksud adalah pola komunikasi vertical (dari atas ke
bawah dan sebaliknya, misalnya dari pemimpin masyarakat kepada rakyat yang
dipimpin atau sebaliknya), pola komunikasi horizontal (komunikasi antara
individu yang satu dnegan individu yang lain, atau anatara kelompok satu dnegan
kelompok lainnya), pola komunikasi formal (komunikasi melalui jalur-jalur
organisasi formal) dan pola komunikasi informal (komunikasi melalui pertemuan
atau tatap muka langsung, tidak mengikuti prosedur atau jalur-jalur formal yang
berlaku dalam suatu oraganisasi).
Pola-pola komunikasi politik yang diterapkan dalam suatu sistem politik
berbeda dengan yang diterapkan dalam sistem-sistem politik yang lain. Hal ini
tergantung dari berberapa faktor seperti faktor fisik, teknologi,kultural, dan
politis. Di antara faktor-faktor ini yang paling menentukan adalah faktor fisik dan
teknologi. Di masa lalu pola komunikasi sebagian besar ditentukan oleh faktor
lingkungan fisik. Keterbatasan teknologis menghambat penyebarluasan berbagai
informasi termasuk informasi politik ke berbagai wilayah dalam.

2.5 Terminologi Komunikasi Politik


A. Opini Publik (publicopinion)
Opini publik adalah kumpulan pendapat orang mengenai hal ihwal yang
mempengaruhi atau menarik minat komunitas. Secara sederhana, opini ialah
tindakan mengungkapkan apa yang dipercayai, dinilai, dan diharapkan seseorang
dari objek-objek dan situasi tertentu. Proses opini adalah hubungan atau kaitan
antara (1) kepercayaan, nilai, dan usul yang dikemukakan oleh perseorangan di
depan umum dan (2) kebijakan yang dibuat oleh pejabat terpilih dalam mengatur
perbuatan sosial dalam situasi konflik, yakni dalam politik. Dalam proses itu ada
tiga tahap yait, konstruksi personal, konstruksi sosial dan konstruksi politik.
B. Media Massa
Komunikasi massa termasuk dalam kegiatan media massa dalam
melakukan beberapa hal membantu menyusun agenda pokok masalah untuk
perdebatan publik, menetapkan konteks untuk penilaian rakyat tentang kejadian,
mengubah kejadian menjadi peristiwa, mempengaruhi pengharapan rakyat tentang
bagaimana akhirnya peristiwa itu, dan dengan berbagai cara melukiskan citra
tentang pemimpin politik. Media massa sebagai industri informasi (pesan) bekerja
berdasarkan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat (Anwar, 2003:100).
C. Kampanye Politik
Kampanye politik adalah bentuk komunikasi politik yang dilakukan oleh
seorang atau sekelompok orang atau organisasi politik dalam waktu tertentu untuk
memperoleh dukungan politik dari rakyat. Pada umumnya, kampanye politik
diatur dengan peraturan tersendiri, yaitu waktu, tata caranya, pengawasan dan
sanksi-sanksi jika terjadi pelanggaran oleh penyelenggara kampanye (Anwar,
2003:83).
D. QuickCount dan ExitPoll
QuickCount atau biasa dikenal sebagai tabulasi suara paralel
(parallelVoteTabulation) adalah metode perhitungan suara yang baru dikenal di
Indonesia sejak pemilu 2004. Metode QuickCount digunakan untuk mencatat
hasil perhitungan suara di beberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang dipilih
secara acak. Unit analisis TPS sehingga penarikan sampel tidak dapat dilakukan
sebelum daftar TPS yang akan dipantau tersedia. Metode ini dapat memprediksi
perolehan suara pemilu secara cepat sehingga dapat memverifikasi hasil resmi
KPU, di samping mampu mendeteksi dan melaporkan penyimpangan jika terjadi
kecurangan dalam perhitungan suara.
Selain Quickcount, juga dikenal exitpoll. Metode exitpoll digunakan untuk
mengumpulkan informasi dari pemilih yang baru saja memberikan suara atau baru
saja memberikan suara atau baru keluar dari bilik pemungutan suara. Metode
exitpoll biasanya dilakukan dengan mengambil empat orang (dua pria dan dua
perempuan) dari TPS yang dipilih menjadi sampel quickcount.
E. Komunikasi Global
Selama bertahun-tahun hampir semua orang seolah tersihir oleh mantra
globalisasi. Boleh dikatakan, tak ada pidato tanpa selipan kata globalisasi kendati
yang mengucapkannya sering kali tidak terlalu paham betul akan esensi, arti,
dampak, dan implikasinya. Istilah globalisasi pertama kali muncul 1986 dalam
OxfordEnglishDictionary.
Transformasi telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan
pemahaman baru bahwa dunia adalah satu sebagaimana dinyatakan oleh Anthony
Gidden bahwa kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang ditandai dengan
selera dan rasa ketertarikan akan hal yang sama (Hafied, 2014:465-466).

2.6 Pembentukan Pendapat Umum


Dalam komunikasi politik, aspek pembentukan opini ini menjadi tujuan
utama, karena hal ini akan mempengaruhi pencapaian-pencapaian politik para
aktor politik. Maka dari itu sangat penting bagi penguasa untuk memelihara dan
membina pendapat umum dengan baik melalui komunikasi politik yang intensif,
persuasive, ataupun informative, edukatif dan koersif.
Pendapat umum dibedakan atas dua macam, yakni pendapat yang sudah
dinyatakan (ekxternalpublicopinion=competent) dan pendapat yang belum
dinyatakan (internal publicopinion=latent). Pendapat umum dikatakan kompeten
jika sudah dinyatakan dan mengkristal sebagai suatu fakta atau realitas, sedangkan
pendapat umum yang laten adalah pendapat umum yang belum mengkristal dan
memerlukan waktu yang lebih lama dalam proses pembentukannya. Akan tetapi,
bisa jadi suatu pendapat sudah tersebar dalam bentuk desas-desus sebelum suatu
peristiwa terjadi (Rafael, 2014:172)
Dalam setiap proses, komunikasi politik memainkan peranannya, namun
terutama sekali memainkan peranan besar pada perubahan politik, perubahan
sosial dan perubahan ekonomi. Karena itu kita spendapatdneganLane dan Sears
yang menyatakan bahwa “suatu sistem politik dibentuk dan dituntut oleh dua hal,
yaitu oleh apa yang diyakini para anggotanya dan oleh caranya mempelajari serta
mengubah keyakinan-keyakinan mereka itu” (Michael, 2008:288
BAB III
KESIMPULAN

Komunikasi dan politik merupakan suatu kajian yang saling berhubungan


satu sama lainnya. Komunikasi politik telah ada sejak manusia berpolitik dan
berkomunikasi. Komunikasi politik merupakan transmisi informasi yang relevan
secara politis dari satu bagian sistem politik kepada sistem politik yang lain, dan
antara sistem sosial dan sistem politik merupakan unsur dinamis dari suatu sistem
politik dan proses sosialisasi, partisipasi, dan prekrutan tergantung pada
komunikasi. Dalam komunikasi politik, aspek pembentukan opini ini menjadi
tujuan utama, karena hal ini akan mempengaruhi pencapaian-pencapaian politik
para aktor politik.
Komunikasi politik itu sendiri ialah suatu proses komunikasi yang
memiliki implikasi atau konsekuensi terhadap aktivitas politik. Komunikasi
politik dapat dirumuskan sebagai suatu proses pengoperan lambang-lambang atau
simbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari seseorang atau
kelompok kepada orang lain dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara
berpikir, serta mempengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak yang menjadi
target politik.
Komunikasi politik hanyalah sebagian dari komunikasi sosial. Karena itu
pola-pola dasarnya pun mengikuti pola-pola komunikasi sosial. Yang dimaksud
adalah pola komunikasi vertikal (dari atas ke bawah dan sebaliknya), pola
komunikasi horizontal (komunikasi antara individu yang satu dnegan individu
yang lain, atau anatara kelompok satu dnegan kelompok lainnya), pola
komunikasi formal (komunikasi melalui jalur-jalur organisasi formal) dan pola
komunikasi informal (tidak mengikuti prosedur atau jalur-jalur formal yang
berlaku dalam suatu oraganisasi). Dalam komunikasi politik, aspek pembentukan
opini ini menjadi tujuan utama, karena hal ini akan mempengaruhi pencapaian-
pencapaian politik para aktor politik.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar. 2003. Komunikasi Politik. Jakarta: Balai Pustaka.


Hafied Cangara. 2014. Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
MiriamBudiardjo. 2008. Dsaar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Nimmo, Dan. 2005. Komunikasi Politik. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Rafael Raga Maran. 2014. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Rush, Michael & Phillip. Althoff. 2008. Pengantar Sosiologi Poltik.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai