Anda di halaman 1dari 27

KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL

Kelompok 12
Matakuliah : Teori Pasar Modal
Dosen : Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE., M.Si.

Oleh :
Ni Luh Putu Ratna Wiantini (1707531126 / 18)
I Gede Bayu Widi Perdana (1707531127 / 19)
Ni Luh Komang Winda Sindu Maharani (1707531155 / 34)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas limpahan
Karunia dan Rahmat-Nya yang berupa kesehatan, sehingga makalah yang berjudul
“KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL” ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok mata kuliah Teori Pasar Modal.
Kami berusaha menyusun makalah ini dengan segala kemampuan, namun kami menyadari
bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi
penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima
dengan senang hati demi perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini bisa memberikan pengetahuan mengenai kejahatan dalam bidang
pasar modal. Atas perhatian dan kesempatan yang diberikan untuk membuat makalah ini kami
ucapkan terima kasih.

Denpasar,2 Mei 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Penulisan ................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 1

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 2

2.1 Kejahtan di Bidang Pasar Modal : Fraud........................................................... 2

2.2 Kejahtan di Bidang Pasar Modal : Manipulasi Pasar........................................ 6

2.3 Kejahtan di Bidang Pasar Modal : Perdagangan Orang dalam.......................... 14

2.4 Sanksi di Bidang Pasar Modal........................................................................... 20

BAB III PENUTUP........................................................................................................... 24

3.1 Simpulan............................................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan hukum berkaitan erat dengan perkembangan masyarakat. Kondisi
demikian mendorong terjadinya perkembangan di bidang hukum privat maupun hukum
publik. Kegiatan yang pesat di bidang ekonomi misalnya, menurut sebagian masyarakat
menyebabkan peraturan yang ada di bidang perekonomian tidak lagi dapat mengikuti dan
mengakomodir kebutuhan hukum di bidang ini, sehingga dibutuhkan aturan yang baru di
bidang hukum ekonomi. Pasar modal (seringkali disebut dengan bursa efek) merupakan salah
satu instrumen ekonomi yang sangat penting bagi masyarakat dalam hal investasi, sekaligus
juga merupakan sumber pembiayaan bagi perusahan-perusahaan di Indonesia. Pasar modal
dapat pula menjadi alat ukur bagi perkembangan perekonomian di tanah air dan cerminan
tingkat kepercayaan investor domestik maupun internasional terhadap perangkat hukum dan
kinerja pemerintah dalam dunia perekonomian. Banyak sekali trik bisnis dilakukan di pasar
modal, bahkan banyak yang menjurus ke tindak pidana, sehingga untuk mencegah kerugian
dan ketidak adilan bagi pihak masyarakat atau bagi pihak tertentu, sektor hukum harus
menyediakan perangkatnya yang jelas dan komprehensif

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan kejahatan Fraud?
2. Apakah yang dimaksud dengan kejahatan Manipulasi Pasar?
3. Apakah yang dimaksud dengan kejahatan Perdagangan Orang Dalam?
4. Apa sajakah sanksi yang dapat diterima apabila melakukan kejahatan di bidang
pasar modal?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kejahatan fraud.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kejahatan manipulasi pasar.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengankejahatan perdagangan orang dalam.
4. Untuk mengetahui apa sajakah sanksi yang dapat diterima apabila melakukan kejahatan
di bidang pasar modal.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penipuan (Fraud)
Pada pasal 90 UUPM, mengatur secara implisit jenis kejahatan Pasar Modal yaitu
penipuan. Pengertian penipuan pasar modal adalah apabila terjadi misrepresentation dan
informasi itu masuk ke pasar secara cepat merubah harga suatu saham atau dengan kata lain
informasi tersebut salah. (Bismar Nasution).
Pasal 90 UUPM menyatakan bahwa, dalam melaksanakan kegiatan perdagangan efek,
setiap pihak dilarang secara langsung atau secara tidak langsung:
1. Menipu atau megelabui pihak lain dengan menggunakan seana dan/atau cara apapun
2. Turut serta menipu atau mengelabui pihak lain
3. Membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak
mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan
mengenai keadan yang terjadi pada saat pernyataaan dibuat dengan maksud untuk
menguntungkan atau menghindari kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain atau
dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek.
Informasi atau Fakta Material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai
peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada Bursa Efek dan atau
keputusan pemodal, calon pemodal, atau Pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau
fakta tersebut.
Berdasarkan pasal 1 angka 23 UUPM, pihak yang biasanya terlibat penipuan adalah:
1) Orang perseorangan,
2) perusahaan,
3) usaha bersama,
4) asosiasi,
5) kelompok yang terorganisasi
Berdasarkan Pasal 378 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), dijelaskan
bahwa penipuan adalah tindakan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan
cara:
a. Melawan hukum
b. Memakai nama palsu atau martabat palsu
c. Tipu muslihat
d. Rangkaian kebohongan

2
e. Membujuk orang lain untuk menyerahkan sesuatu barang padanya, atau supaya
memberi utang atau menghapuskan piutang.
Dengan tetap memperhatikan ketentuan yang diatur dalam KUH Pidana, UUPM
memberikan beberapa spesifikasi mengenai penipuan, yaitu terbatas dalam kegiatan
perdagangan efek, meliputi penawaran, pembelian dan atau penjualan efek yang terjadi
didalam rangka penawaran umum atau terjadi dibursa efek maupun diluar bursa efek atas efek
emiten atau perusahaan public,
Informasi atau Fakta Materil yang diperkirakan dapat mempengaruhi efek atau
keputusan investasi pemodal dapat dilihat dalam Pasal 6 Peraturan OJK No. 31
/POJK.04/2015 tentang Keterbukaan atas Informasi atau Fakta Material Oleh Emiten atau
Perusahaan Publik, yaitu:
1) Penggabungan usaha, pemisahan usaha, peleburan usaha, atau pembentukan usaha
patungan;
2) Pengajuan tawaran untuk pembelian Efek perusahaan lain;
3) Pembelian atau penjualan saham perusahaan yang nilainya material;
4) Pemecahan saham atau penggabungan saham;
5) Pembagian dividen interim;
6) Penghapusan pencatatan dan pencatatan kembali saham di Bursa Efek;
7) Pendapatan berupa dividen yang luar biasa sifatnya;
8) Perolehan atau kehilangan kontrak penting;
9) Penemuan baru atau produk baru yang memberi nilai tambah bagi perusahaan;
10) Penjualan tambahan Efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang material
jumlahnya;
11) Perubahan dalam pengendalian baik langsung maupun tidak langsung terhadap Emiten
atau Perusahaan Publik;
12) Perubahan anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris
13) Pembelian kembali atau pembayaran Efek Bersifat Utang dan/ atau Sukuk;
14) Pembelian atau penjualan aset yang sifatnya penting;
15) Perselisihan tenaga kerja yang dapat mengganggu operasional perusahaan;
16) Perkara hukum terhadap Emiten atau Perusahaan Publik dan/atau anggota Direksi dan
anggota Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik yang berdampak material;
17) Penggantian Akuntan yang sedang diberi tugas mengaudit Emiten atau Perusahaan
Publik;

3
18) Penggantian Wali Amanat;
19) Penggantian Biro Administrasi Efek;
20) Perubahan tahun buku Emiten atau Perusahaan Publik;
21) Perubahan penggunaan mata uang pelaporan dalam laporan keuangan;
22) Emiten atau Perusahaan Publik berada dalam pengawasan khusus dari regulator terkait
yang dapat mempengaruhi kelangsungan usaha Emiten atau Perusahaan Publik;
23) Pembatasan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik oleh regulator terkait;
24) Perubahan atau tidak tercapainya proyeksi keuangan yang telah dipublikasikan, secara
material;
25) Adanya kejadian yang akan menyebabkan bertambahnya kewajiban keuangan atau
menurunnya pendapatan Emiten atau Perusahaan Publik secara material;
26) Restrukturisasi utang;
27) Penghentian atau penutupan sebagian atau seluruh segmen usaha;
28) Dampak yang bersifat material terhadap Emiten atau Perusahaan Publik karena kejadian
yang bersifat memaksa;
29) Informasi atau Fakta Material lainnya.
Contoh Kasus
Kasus PT Sarijaya ini dilatar belakangi oleh Penyelewengan dana 8.700 orang
nasabahnya sebesar 245 milyar rupiah yang dilakukan oleh Komisaris Utama PT Sarijaya
Permana Sekuritas yang bernama Herman Ramli. Penyalahgunaan dana tersebut dilakukan
dengan cara menggunakan 17 rekening fiktif untuk menampung dana nasabah yang pada
mulanya ditujukan untuk melakukan perdagangan di pasar saham. Akan tetapi dana yang
terkumpul di rekening tersebut dipindahkan ke rekening yang lainnya untuk tujuan yang tidak
ada kaitannya dengan jual beli saham. Pada dasarnya sebagai pemegang saham dan komisaris,
Herman Ramli seharusnya tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan pemindahan dana
tersebut. Tetapi ternyata Herman Ramli memiliki akses untuk melakukan tindakan itu.
Kronologis:
Terdakwa Herman Ramli bersama dua Direksi PT Sarijaya Permana Sekuritas dianggap
penuntut umum telah melakukan tindak pidana penggelapan/penipuan, dan pencucian uang.
Akibat ulah ketiga terdakwa, 13.074 nasabah menderita kerugian sebesar Rp. 235,6 milyar.
Berawal dari perbuatan Herman yang secara bertahap memerintahkan stafnya, Setya Ananda,
untuk mencari nasabah nominee pada tahun 2002. Sampai tahun 2008, sudah terhimpun 17
nasabah nominee yang sebagian besar adalah pegawai grup perusahaan Sarijaya. Kemudian,

4
dibukakanlah ketujuhbelas nasabah nominee ini rekening. Rekening itu digunakan Herman
untuk melakukan transaksi jual/beli saham di bursa efek. Namun, karena dana dalam rekening
17 nasabah nominee ini tidak mencukupi untuk melakukan transaksi, maka Herman meminta
Lanny Setiono (stafnya) untuk menaikkan batas transaksi atau Trading Available (TA). Lalu,
Lanny menindak-lanjutinya dengan memerintahkan bagian informasi dan teknologi (IT) untuk
memproses kenaikan TA 17 nasabah nominee tersebut. Tapi, untuk menaikkan TA,
sebelumnya harus mendapat persetujuan dari para direksi Sarijaya, yaitu Teguh, Zulfian, dan
Yusuf Ramli, Direktur Utama Sarijaya. Walau mengetahui dana yang terdapat pada rekening
ketujubelas nasabah nominee tidak mencukupi, para direksi tetap memberikan persetujuan
untuk menaikkan TA. Sehingga, Herman dapat melakukan transaksi jual/beli saham di bursa
efek. Padahal, transaksi yang dilakukan Herman, tanpa sepengetahuan atau order dari para
nasabah. Selama kurang lebih enam tahun, Herman melakukan transaksi jual/beli saham
dengan menggunakan rekening ketujuhbelas nasabah nominee. Dan untuk membayar
transaksi itu, Herman medebet dana 13074 nasabah yang tersimpan di main account Sarijaya.
Apabila diakumulasikan, pemilik 60 persen saham perusahaan sekuritas (Sarijaya) ini
telah mempergunakan dana sekitar Rp214,4 miliar, termasuk di dalamnya modal perusahaan
sebesar Rp5,77 miliar. Oleh karena itu, Herman dianggap telah melakukan tindak pidana
penggelapan/penipuan, dan pencucian uang yang merugikan 13074 nasabah Sarijaya sekitar
Rp235,6 miliar.
Kronologis versi BAPEPAM
a. 12 Desember 2008: Direksi Sarijaya menyampaikan surat kepada Bursa Efek Indonesia
(BEI) dan menyatakan perusahaan kesulitan likuiditas karena pembukaan 17 rekening
nasabah senilai Rp 235 miliar. Pembukaan 17 rekening nasabah tersebut atas nama orang
lain (nominee).
b. 15 Desember 2008: Biro Pemeriksaan dan Penyidikan Bapepam-LK melakukan
pemeriksaan ke Sarijaya. Sedangkan bila BEI memiliki laporan terkait Sarijaya, otoritas
bursa itu diminta untuk menyampaikan ke Bapepam-LK. Komisaris Utama Sarijaya,
Herman Ramli, mengakui menggunakan nominee untuk transaksi yang dilakukan sejak
2002 dengan menggunakan dana nasabah yang disimpan atas nama Sarijaya. Terdapat
indikasi Sarijaya tidak melakukan prosedur yang tepat dalam pelaporan modal kerja
bersih disesuaikan (MKBD).
c. 19 Desember 2008: Herman Rami dianggap tidak memiliki itikad baik dan Bapepam-LK
melakukan upaya pencegahan agar komisaris utama Sarijaya itu dapat diamankan. Hasil

5
pemetaan permasalahan oleh Bapepam-LK mendapatkan fakta bahwa Herman Ramli
diduga melakukan tindak pidana dan melakukan penyimpangan. Sebagai pemegang
saham dan komisaris, Herman Ramli seharusnya tidak mempunyai kewenangan itu.
Tetapi, Herman Ramli ternyata memiliki akses agar dana nasabah bisa dipindahkan.
Bapepam-LK mengontak Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Markas Besar
Kepolisian RI untuk mengamankan Herman Ramli. Ketua Bapepam-LK, Fuad Rahmany
bahkan langsung menghubungi Kepala Bareskrim Komisaris Jenderal Polisi Susno
Duadji. Sementara itu, BEI melakukan
2.2 Manipulasi Pasar (Market Manipulation)
Beberapa macam tindakan yang dapat digolongkan tindak pidana manipulasi pasar versi
UUPM adalah sebagai berikut: (Munir Fuady)

a. Menciptakan gambaran pasar modal yang semu. Antara lain dengan jalan:
1) Melakukan transaksi efek yang tidak mengakibatkan perubahan pemilikan, atau
2) Melakukan penawaran jual atau penawaran beli efek pada harga tertentu,
sedangkan pihak lain yang merupakan sekongkolannya juga melakukan
penawaran beli atau penawaran jual pada harga yang kurang lebih sama (vide
Pasal 91 UUPM)
b. Melakukan dua atau lebih transaksi efek di Bursa Efek sehingga menyebabkan harga
efek tetap, naik atau turun, dengan tujuan agar pihak lain terpengaruh untuk membeli,
menjual atau menahan efek tersebut. Akibatnya, harga efek tersebut tidak berdasarkan
pada permintaan jual atau beli yang sesungguhnya. (vide: Pasal 92 UUPM)
c. Membuat pernyataan atau memberi keterangan yang secara material tidak benar, yang
dapat mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek.

Namun di dalam penjelasan pasal 94 UUPM, memberikan batasan bahwa suatu tindakan
yang dilarang pada pasal 91 dan 92 UUPM tersebut menjadi tindakan yang tidak terlarang
yang berupa:
a. stabilisasi harga efek dalam rangka Penawaran Umum sepanjang hal tersebut
dicantumkan dalam Prospektus; dan
b. penjualan dan pembelian efek oleh Perusahaan Efek selaku pembentuk pasar untuk
rekeningnya.

6
2.2.1 Unsur-Unsur Manipulasi Pasar

2.2.2 Pola Manipulasi Pasar


a. Menyebarluaskan informasi palsu mengenai emiten dengan tujuan untuk
mempengaruhi harga efek perusahaan yang dimaksud dibursa efek (false information).
Misalnya suatu pihak menyebarkan rumor bahwa emiten A akan segera dilikuidasi,
pasar merespon yang menyebabkan harga efeknya jatuh tajam.
b. Menyebarluaskan informasi yang menyesatkan atau informasi yang tidak lengkap
(miss information). Misalnya suatu pihak menyebarkan rumor bahwa emiten A tidak
termasuk perusahaan yang akan dilikuidasi oleh pemerintah, padahal emiten A
termasuk yang diambil alih oleh pemerintah.
c. Harga efek dipasar modal sangat sensitive terhadap suatu peristiwa dan informasi yang
berkaitan, baik secara langsung atau tidak dengan efek tersebut. Informasi merupakan
pedoman pokok para pemodal untuk mengambil keputusan terhadap suatu efek. Jika
informasi tersebut tidak dilindungi oleh hukum sebagai informasi yang benar, maka
bagaimana kegiatan perdagangan pasar modal bisa berjalan. Informasi yang
merupakan rumor yang dihembuskan oleh pihak tertentu dapat menimbulkan dampak
pada pasar, akibatnya harga efek bisa naik atau turun. Begitu informasi mendapatkan
konfirmasi bahwa informasi itu benar, maka gejolak pasar akan terhenti, pasar berjalan

7
normal kembali. Namun, pada saat fluktuasi terjadi pihak yang menghembuskan
informasi (penipu) menangguk keuntungan. Bagi investor yang tidak berhati-hati
menganalisis informasi maka akan terjebak oleh harga semua yang berujung pada
kerugian

2.2.3 Kegiatan yang digolongkan sebagai manipulasi pasar

1) Marking the close


Definisinya yaitu merekayasa harga permintaan atau penawaran efek pada saat atau
mendekati saat penutupan perdagangan dengan tujuan membentuk harga efek atau harga
pembukaan yang lebih tinggi pada hari perdagangan berikutnya. Misalnya, Sesi perdagangan
efek di Bursa Efek Jakarta berakhir pada jam 16.00. pada jam 15.55 harga pasar dari saham
PT X sebesar Rp. 1000. Mr. A yang merupakan pemegang saham PT X dan menjadi nasabah
pada perusahaan efek B dan perusahaan efek C menginginkan harga pembukaan pada
periode perdagangan hari berikutnya naik (diatas 1000). Kemudian Mr. A menghubungi
broker pada perusahaan efek B untuk menjual saham pada PT X pada harga Rp. 1.200. pada
saat yang sama Mr. A juga memberikan perintah pada broker perusahaan efek C untuk
membeli saham PT X pada harga Rp. 1.200, sehingga terjadi matching antara broker B dan
C yang mengakibatkan harga pasar atas saham A akan naik menjadi Rp. 1.200 pada akhir
periode perdagangan. Harga pada akhir periode perdagangan ini akan dijadikan sebagai
harga pembukaan pada sesi perdagangan hari berikutnya.
2) Painting the tape
Definisinya yaitu kegiatan perdagangan antara rekening efek satu dengan rekening
efek lain yang masih berada dalam penguasaan satu pihak atau mempunyai keteraitan
sedemikian rupa sehingga tercipta perdagangan semu. Pada dasarnya paiting the tape
mempunyai kemiripan dengan marking the close, namun ia dapat dilakukan setiap saat.
Misalnya, Mr. A memiliki saham PT X dalam jumlah besar, selain itu dia juga menjadi
nasabah pada perusahaan efek B dan perusahaan efek C, Mr A menginginkan harga saham
PT X dari Rp. 1.000 naik menjadi Rp. 1.200. Kemudian Mr. A menghubungi broker pada
perusahaan efek B untuk menjual saham pada PT X pada harga Rp. 1.100. pada saat yang
sama Mr. A juga memberikan perintah pada broker perusahaan efek C untuk membeli saham
PT X pada harga Rp. 1.100, sehingga terjadi matching antara broker B dan C yang
mengakibatkan harga pasar atas saham A akan naik menjadi Rp. 1.100. Hal ini dilakukan
berulang-ulang sehingga sedikit demi sedikit harga naik hingga mencapai Rp. 1.200. setelah
mendapat harga yang dikehendaki barulah Mr. A melakukan jual beli yang sesungguhnya
(yang berakibat beralihnya kepemilikan saham).

8
3) Pembentukan harga berkaitan dengan merger, konsolidasi dan akuisisi
Dalam pasal 55 UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, ditentukan bahwa
pemegang saham yang tidak menyetujui rencana merger, konsolidasi dan akuisisi berhak
meminta pada perseroan untuk membeli saham dengan harga yang wajar. Pemegang saham
dapat memanfaatkan ketentuan ini untuk kepentingan pribadi melalui manipulasi pasar
dengan skenario sebagai berikut:
Misalnya, Mr. A sebagai pemegang saham PT X (listed company) dimana PT X akan
melakukan merger dengan PT Y. harga saham PT X sebelum adanya rencana merger sebesar
Rp. 1.000, Mr. A tidak menyetujuai adanya merger sehingga Mr. A berusaha untuk
menaikkan harga dengan harapan akan dibeli oleh perusahaan pada harga yang lebih tinggi.
4) Cornerning The Market
Yaitu membeli efek dalam jumlah besar sehingga dapat menguasai pasar
(menyudutkan pasar). Praktik ini dapat dilakukan dengan cara short selling, yaitu menjual
efek dimana pihak penjual belum memiliki efeknya. Sering concerning dilakukan dengan
cara terlebih dahulu malakukan penjualan dengan tidak memiliki efek (short selling), dengan
cara meminjamkan efek dari concerning kepada pelaku short selling, tatapi kemudian
menarik kembali saham dalam pinjaman tersebutsehingga pelaku short selling harus
mencarinya di pasar. Hal ini dapat dilakukan karena BEJ menetapkan jangka waktu
penyelesaian transaksi T+3 (penjual wajib menyerahkan efeknya pada hari ketiga setelah
transaksi). Jika penjual gagal menyerahkan efek pada T+3, maka yang bersangkutan harus
membeli efek tersebut dipasar tunai yang biasanya lebih mahal dari pada pasar regular.
Misalnya: Mr. T, ia dapat mengambil keuntungan dari situasi tersebut dengan
melakukan concerning the market, yaitu membeli dalam jumlah besar efek tertentu dan
menahannya sehingga akan banyak penjual yang mengalami gagal serah efek dan terpaksa
membeli dipasar tunai yang sudah dikuasai oleh Mr. T tadi.
5) Pools (Pump-pump Manipulation)
Pools merupakan perhimpunan dana dalam jumlah besar oleh sekelompok investor
dimana dana tersebut dikelola oleh broker atau seseorang yang memahami kondisi pasar.
Manager dari pools tersebut membeli saham suatu perusahaan dan menjualnya kepada
anggota kelompok investor tersebut untuk mendorong frekuensi jual beli efek sehingga
dapat meningkatkan harga efek tersebut.
Misalnya Mr. A, Mr. B, Mr C dan Mr. D membentuk suatu kelompok investor dan
mengumpulkan dana dalam jumlah besar dan menyerahkan pengelolaan dana tersebut pada
broker X. kemudian Broker X menggunakan dana tadi untuk membeli saham PT Y yang
kurang aktif diperdagangkan dan harganya rendah atau statis. Broker X kemudian menjual
saham PT Y kepada Mr. A, Mr. B, Mr C dan Mr. D (anggota kelompok). Hal ini

9
mengakibatkan naiknya frekuensi perdagangan saham PT Y yang mengakibatkan
terbentuknya harga yang ebih tinggi dan akan semakin tinggi. Setelah harga terbentuk
barulah kelompok investor melalui broker X menjual saham PT Y kepada pihak lain diluar
kelompok tersebut.
6) Wash Sales
Order beli dan order jual antara anggota asosiasi dilakukan pada saat yang sama
dimana tidak terjadi perubahan kepemilikan manfaat atas efek. Manipulasi tersebut
dilakukan dengan maksud bahwa mereka membuat gambaran dari aktivitas pasar dimana
tidak terjadi penjualan atau pembelian yang sesungguhnya. Transaksi ini merupakan
transaksi semu, yakni suatu transaksi saham yang tidak mengakibatkan terjadinya peralihan
saham secara riil.
7) Matching Order
Memadukan 2 perintah investor yang serupa dan saling melengkapi untuk jumlah dan
efek yang sama dan pada saat yang bersamaan (dilakukan pada waktu yang bersamaan)
8) Free Riding
Pembelian pada saat IPO berharap dapat menjualnya kembali dengan harga yang
mahal dan akan membatalkan pembelian begitu suasana menjelang alokasi saham
kelihatannya kurang menguntungkan.
9) Special Allotments
Special Allotments dilakukan oleh pihak underwriter pada saat IPO dengan sengaja
mengalokasikan suatu sekuritas kepada para partner, atau kerabat dekat sehingga kelihatan
efek tersebut oversubscribed sehingga harga efek, menjadi mahal.
10) Churning
Dalam hal diberikan discretionary account dapat terjadi bahwa pihak broker
melakukan transaksi yang secara berlebih-lebihan sehingga mendapat fee yang lebih banyak.

Contoh Kasus

Kasus Manipulasi Pasar Dalam Perdagangan Saham PT. AGIS

 Posisi Kasus

Kasus ini bermula karena adanya fluktuasi harga saham PT AGIS Tbk (TMPI) periode
September 2006 sampai dengan Agustus 2007, dimana pada periode tersebut harga saham
TMPI melonjak sebesar 981,4%. PT Bursa Efek Jakarta telah melakukan penghentian
sementara perdagangan atas saham TMPI beberapa kali karena adanya kenaikan dan
penurunan harga saham TMPI. Terjadinya fluktuasi harga saham TMPI tersebut tidak
terlepas dari berbagai informasi yang berkembang di pasar, seperti rencana akuisisi PT
Akira Indonesia dan PT TT Indonesia, serta rencana merger dengan PT E-Solution.

10
 Riwayat Singkat Perseroan

PT AGIS Tbk. adalah suatu Perseroan Terbatas yang didirikan dengan nama PT Telaga
Mas pada tanggal 9 Januari 1981. Kegiatan usaha Perseroan bergerak sebagai distributor
barang-barang elektronik, komputer serta komponennya dan industri pendukung lainnya,
jasa dan perdagangan umum dan multimedia. Pada tahun 1997, Perseroan mengakuisisi
99,99% saham PT Artha Graha Wahana dan pada tahun 1998 mengakuisisi 95% saham PT
Mahameru Antarnusa Niaga. Pada tahun 2001 Perseroan melakukan merger 3 (tiga) anak
perusahaan, yaitu PT Artha Graha Wahana, PT Artha Citra Gallery dan PT Mahameru
Antarnusa Niaga menjadi PT Agis Electronic. Saat ini Perseroan dan Anak Perusahaan
bergerak dalam bidang pemasaran dan penjualan barang-barang elektronik dengan
wilayah pemasaran yang tersebar di seluruh Indonesia dan pengembangan produk
multimedia

 Fluktuasi Harga Saham

Pada 16 Agustus 2006, Bhakti Investama, yang sebelumnya menguasai 40,8% saham
TMPI, setelah melepaskan seluruh kepemilikan sahamnya pada harga Rp 200 per saham
rata-rata transaksi harian melonjak mencapai 140 juta saham. Hanya dalam waktu rentang
5 (lima) bulan, harga TMPI melesat dari Rp 225 pada 2 Januari 2007 menjadi Rp 2.725
per saham pada 25 Mei 2007, atau naik 1.111%.

Lonjakan harga saham TMPI, memang tidak terlepas dari dorongan berbagai rumor positif
dan rencana aksi korporasi yang dilakukan emiten. Rumor rencana perusahaan akan
melakukan akuisisi PT TT Indonesia, PT Akira Electronic Indonesia, PT Electronic
Solution. Tidak hanya itu, perusahaan juga akan melakukan stock split dengan rasio 1:4
dan akan bersinergis dengan PT Metrodata Electronics, dan juga mengembangkan
teknologi informasi di bidang telekomunikasi.

Aksi korporasi yang dinilai sebagai pemanis pasar ini, jelas membuat para pelaku bursa
kepincut dan ikut-ikutan memborong saham PT TMPI. Akibatnya, saham berkode TMPI
ini melonjak luar biasa sebesar 1.726 persen dari Rp 215 sejak akhir 2006 menjadi Rp
3.925 pada 4 Juni 2007. Bahkan harga saham semakin menggila ke Rp 4.650 per saham,
saat investor terbius obsesi manajemen yang akan menargetkan penjualan 2007 mencapai
Rp 1 triliun dengan proyeksi laba bisa melonjak 4-5 kali lipat.

11
Padahal, sepanjang 2006 lalu saham emiten ini tergolong tidak likuid dan termasuk saham
tidur dengan kisaran harga Rp 80-100 per saham, sejak awal hingga Agutus 2006. Harga
saham mulai melonjak-lonjak pada awal September setelah Bhakti Investama keluar dari
perusahaan tersebut. Secara fundamental, kinerja emiten juga kurang impresif. Penjualan
TMPI akhir 2006 hanya mencapai Rp 342,73 miliar dan laba Rp 10,74 miliar. Pihak
manajemen pernah menargetkan penjualan 2006, mencapai Rp 600-700 miliar. Target
penjualan emiten, tampaknya masih terganjal produk China dengan harga lebih murah dan
sudah membanjiri pasar

Pada 5 Juni 2007, harga saham TMPI tiba-tiba anjlok tajam sekitar pukul 15.00 WIB, satu
jam menjelang penutupan perdagangan. 57 Kejatuhan harga saham TMPI membuat panik
pelaku pasar. Pada penutupan perdagangan, harga saham TMPI jatuh 24,84% dari Rp
3.925 menjadi Rp 2.950 per lembar. Setelah jatuhnya harga saham, pada 6 hingga 13 Juni
2007, BEJ menghentikan sementara perdagangan saham TMPI di pasar reguler dan tunai

Pada 13 Juni 2007, BEJ mencabut suspensi perdagangan saham TMPI. Meski demikian,
harga saham TMPI ini langsung merosot ke Rp 2.275. Pada sesi pembukaan pertama
saham TMPI berada di posisi Rp 2.700 per lembar saham. Pada 21 Juni 2007 harga saham
TMPI sempat naik kembali ke posisi Rp 3.400 yang kemudian kembali terjun ke posisi Rp
2.325 pada penutupan 27 Juni 2007.

BEJ pun sejak 11 Juni 2007 mulai memeriksa 16 broker terkait dengan anjloknya harga
saham TMPI. Berdasarkan data dari Bloomberg, tercatat 16 broker yang paling aktif
dalam melakukan penjualan, antara lain Anugerah Securindo, Ciptamahadika Mandiri,
Sarijaya Permana Sekuritas, Phillip Securities, KUO Capital Rahardja, Mahakarya Artha
Securities, Trimegah Securities, ETrading Securities, Kim Eng Securities, Mandiri
Sekuritas, Repubic Securities, Henan Puthirai, Harumdana Sekuritas, UOB Kay Hian
Securities, CIMB GK Securities dan Danpac Securities.

 Fakta Hukum yang ditemukan BAPEPAM


1) TMPI terbukti telah memberikan informasi yang secara material tidak benar terkait
dengan pendapatan dari 2 (dua) perusahaan yang akan diakuisisi, yaitu PT Akira
Indonesia dan PT TT Indonesia, dimana dinyatakan bahwa pendapatan kedua
perusahaan tersebut adalah sebesar Rp 800 miliar. Namun demikian, berdasarkan
Laporan Keuangan kedua perusahaan yang akan diambil alih tersebut per 31 Maret
2007 total pendapatannya hanya sebesar kurang lebih Rp 466,8 miliar.

12
2) Di samping itu, TMPI juga menyampaikan pernyataan yang berbeda-beda mengenai
jadwal realisasi pelaksanaan akuisisi PT Akira Indonesia dan PT TT Indonesia.
3) TMPI juga melakukan pelanggaran terkait Laporan Keuangan TMPI yang merupakan
konsolidasi dari anak-anak perusahaan yang salah satunya adalah PT AGIS Elektronik.
Dalam Laporan Rugi Konsolidasi TMPI diungkapkan Pendapatan Lain-Lain Bersih
sebesar Rp 29,4 miliar yang berasal dari Laporan keuangan PT AGIS Elektronik
sebagai anak perusahaan TMPI yang tidak didukung dengan bukti-bukti kompeten dan
kesalahan penerapan prinsip akuntansi. Dengan demikian, pendapatan lain-lain dalam
Laporan Keuangan AGIS Elektronik adalah tidak wajar yang berakibat Laporan
Keuangan Konsolidasi TMPI juga tidak wajar.
 Sanksi yang dijatuhkan oleh Bapepam:
a. Kepada Direksi TMPI
1) Sanksi berupa denda terhadap Sdr. Jhonny Kesuma, selaku Direktur Utama TMPI
sebesar Rp 5 miliar atas pemberian beberapa informasi yang secara material tidak
benar.
2) Sanksi berupa denda terhadap Sdr. Bintoro Tjitrowirjo, selaku Direktur Utama PT
AGIS Elektronik dan juga selaku Wakil Direktur Utama TMPI sebesar Rp 1 miliar
atas pelanggaran terkait Laporan Keuangan PT AGIS Elektronik yang
dikonsolidasikan ke Laporan Keuangan TMPI.
3) Sdri. Eka Hikmawati Supriyadi, selaku Direktur PT AGIS Elektronik dan juga
selaku Direktur TMPI sebesar Rp 1 miliar atas pelanggaran terkait Laporan
Keuangan PT AGIS Elektronik yang dikonsolidasikan ke Laporan Keuangan
TMPI.
b. Kepada Perusahaan Efek
1) PT Danpac Securities, PT KUO Capital Rahardja, PT Sekuritas Indo Pacific
Investasi, PT Philip Securities, PT Net Sekurias, PT Panin Capital, PT Buana
Capital, PT CIMB GK Securities, dan PT Reliance Securities dikenakan sanksi
administratif berupa denda masing-masing sebesar Rp 500.000.000 (lima ratus juta
rupiah).
2) PT Asjaya Indosurya Sekuritas dan PT NISP Sekuritas dikenakan sanksi
administratif berupa denda masing-masing sebesar Rp 200.000.000 (dua ratus juta
rupiah).
3) PT Optima Kharya Securities, PT Mahakarya Artha Securities, PT Paramitra Alfa
Sekuritas dan PT BNI Securities dikenakan sanksi administratif berupa denda
masing-masing sebesar Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah).

2.3 Perdagangan Orang Dalam (Insider Trading)

13
Insider Trading merupakan istilah teknis yang hanya dikenal di pasar modal. Istilah
tersebut mengacu kepada praktek di mana orang dalam (corporate insider) melakukan
transaksi sekuritas dengan menggunakan informasi eksklusif yang mereka miliki yang belum
tersedia bagi masyarakat atau investor. Dalam praktik penegakan hukum, penyalahgunaan
informasi seperti ini tidak mudah dibuktikan. Untuk itu, dalam rangka memaksimalkan sanksi
pidana pasal 104 UUPM, yaitu bahwa setiap pihak yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97 ayat (1),
dan Pasal 98 diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp. 15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah), maka kemampuan aparat hukum
menyajikan alat-alat bukti telah terjadinya insider trading, sangat perlu ditingkatkan.
Secara yuridis, menurut Munir Fuady diketemukan beberapa elemen dari suatu pranata
hukum Insider Trading, yaitu sebagai berikut:
1. Adanya perdagangan efek
2. Dilakukan oleh orang dalam perusahaan
3. Adanya Inside Information
4. Inside Information tersebut belum terbuka untuk umum
5. Perdagangan dimotivisir oleh adanya Inside Information tersebut.
6. Tujuannya untuk mendapat keuntungan yang tidak layak
2.3.1 Unsur-Unsur Perdagangan Orang Dalam
1. Adanya orang dalam atau setiap pihak yang berusaha untuk memperoleh informasi
orang dalam dari orang dalam secara melawan hukum;
Berdasarkan penjelasan pasal 95 UUPM, maka dapat kita ketahui bahwa yang
dimaksud dengan orang dalam adalah:
i. komisaris, direktur, atau pegawai Emiten atau Perusahaan Publik;
ii. pemegang saham utama Emiten atau Perusahaan Publik;
iii. orang perseorangan yang karena kedudukan atau profesinya atau karena hubungan
usahanya dengan Emiten atau Perusahaan Publik memungkinkan orang tersebut
memperoleh informasi orang dalam; atau Berdasarkan kategori orang dalam ini, maka
yang dimaksud dengan:
a) Yang dimaksud dengan “kedudukan” dalam penjelasan angka iii ini adalah jabatan
pada lembaga, institusi, atau badan pemerintah.
b) Yang dimaksud dengan “hubungan usaha” dalam penjelasan angka iii ini adalah
hubungan kerja atau kemitraan dalam kegiatan usaha, antara lain hubungan
nasabah, pemasok, kontraktor, pelanggan, dan kreditur.

14
iv. Pihak yang dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir tidak lagi menjadi Pihak
sebagaimana dimaksud dalam angka i, ii, iii di atas.
Sebagai contoh penjelasan angka iv adalah Tuan A berhenti sebagai direktur pada
tanggal 1 Januari. Namun demikian Tuan A masih dianggap sebagai orang dalam
sampai dengan tanggal 30 Juni pada tahun yang bersangkutan.
2. Mempunyai informasi orang dalam yang belum tersedia untuk umum;
Yang dimaksud dengan “informasi orang dalam” adalah Informasi Material yang
dimiliki oleh orang dalam yang belum tersedia untuk umum.
 Informasi atau Fakta Materil yang diperkirakan dapat mempengaruhi efek atau
keputusan investasi pemodal dapat dilihat dalam Pasal 6 Peraturan OJK No. 31
/POJK.04/2015 tentang Keterbukaan atas Informasi atau Fakta Material Oleh Emiten
atau Perusahaan Publik, yaitu:
1) Penggabungan usaha, pemisahan usaha, peleburan usaha, atau pembentukan usaha
patungan;
2) Pengajuan tawaran untuk pembelian Efek perusahaan lain;
3) Pembelian atau penjualan saham perusahaan yang nilainya material;
4) Pemecahan saham atau penggabungan saham;
5) Pembagian dividen interim;
6) Penghapusan pencatatan dan pencatatan kembali saham di Bursa Efek;
7) Pendapatan berupa dividen yang luar biasa sifatnya;
8) Perolehan atau kehilangan kontrak penting;
9) Penemuan baru atau produk baru yang memberi nilai tambah bagi perusahaan;
10) Penjualan tambahan Efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang material
jumlahnya;
11) Perubahan dalam pengendalian baik langsung maupun tidak langsung terhadap
Emiten atau Perusahaan Publik;
12) Perubahan anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris
13) Pembelian kembali atau pembayaran Efek Bersifat Utang dan/ atau Sukuk;
14) Pembelian atau penjualan aset yang sifatnya penting;
15) Perselisihan tenaga kerja yang dapat mengganggu operasional perusahaan;
16) Perkara hukum terhadap Emiten atau Perusahaan Publik dan/atau anggota Direksi
dan anggota Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik yang berdampak
material;
17) Penggantian Akuntan yang sedang diberi tugas mengaudit Emiten atau Perusahaan
Publik;
18) Penggantian Wali Amanat;
19) Penggantian Biro Administrasi Efek;
20) Perubahan tahun buku Emiten atau Perusahaan Publik;
21) Perubahan penggunaan mata uang pelaporan dalam laporan keuangan;
22) Emiten atau Perusahaan Publik berada dalam pengawasan khusus dari regulator
terkait yang dapat mempengaruhi kelangsungan usaha Emiten atau Perusahaan
Publik;

15
23) Pembatasan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik oleh regulator terkait;
24) Perubahan atau tidak tercapainya proyeksi keuangan yang telah dipublikasikan,
secara material;
25) Adanya kejadian yang akan menyebabkan bertambahnya kewajiban keuangan
atau menurunnya pendapatan Emiten atau Perusahaan Publik secara material;
26) Restrukturisasi utang;
27) Penghentian atau penutupan sebagian atau seluruh segmen usaha;
28) Dampak yang bersifat material terhadap Emiten atau Perusahaan Publik karena
kejadian yang bersifat memaksa;
29) Informasi atau Fakta Material lainnya
3. Dilarang mempengaruhi Pihak lain untuk melakukan pembelian atau penjualan atas
Efek atau memberi informasi orang dalam kepada Pihak mana pun yang patut
diduganya dapat menggunakan informasi dimaksud untuk melakukan pembelian atau
penjualan atas Efek.
Pelaku Insider Trading dalam UUPM
INSIDER OUTSIDER

1 Komisaris, Direktur, Pegawai A. Tippee I


2. Pemegang Saham Utama 1. Pihak lain dipengaruhi (tidak dihukum)
3. Pihak Karena Kedudukanya 2. Pihak lain diberi informasi (tidak dihukum)
4. Pihak Karena Profesinya B. Tippee II
5. Pihak karena hubungan 1. Pihak lain memperoleh info dari insider secara
usahanya melawan hukum (dihukum, Pasal 97.a)
6. Pihak tersebut telah berhenti 2. Pihak lain memperoleh informasi (dengan
dalam 6 bulan (Penjelasan pasal pembatasan) dari insider tidak secara melawan
95) hukum (dihukum Pasal 97.b)
MELAKUKAN C. Tippee III
1 Pembelian/penjualan efek 1 Pihak lain memperoleh info dari Tippee I dan
Perusahaan Publik. (dihukum, Tippee II (tidak dihukum karena tidak diatur)
pasal 95.a)
2 Pembelian/penjualan
perusahaan lain yang
melakukan transaksi dengan
perusahaan terbuka (dihukum,
pasal 95.b)
3 Mempengaruhi pihak lain.
(dihukum, Pasal 96.a)
4 Memberi informasi kepada D Perusahaan efek yang memiliki info, kecuali atas
Pihak lain yang patut diduga perintah nasabah dan tidak memberi rekomendasi
akan melaksanakan trading (dihukum, pasal 98)

16
(dihukum, pasal 96.b)

Contoh Kasus Insider Trading Dalam Perdagangan Saham PT Lippo e-Net Tbk
Pada tanggal 31 Juli 2000, Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) mengumumkan hasil
pemeriksaan terhadap kasus penerbitan press release PT Lippo e-Net Tbk. dan transaksi
saham PT. Lippo e-Net Tbk. (d/h PT Lippo Life Tbk.) di Bursa Efek Jakarta sebagai berikut:
1) Berkaitan dengan keberadaan Press Release PT Lippo e-Net Tbk.:
a. Bahwa dalam periode Januari 2000 s.d. Februari 2000, PT. Lippo e-Net Tbk. telah
menerbitkan sekaligus mempublikasikan 9 (sembilan) press release yang mengundang
kontroversi di kalangan masyarakat, khususnya investor Pasar Modal;
b. Bahwa di antara kesembilan press release tersebut, beberapa di antaranya mengandung
informasi yang kurang tuntas penjabarannya serta kurang didukung oleh fakta-fakta
yang dapat menguatkan atau dapat menjelaskan informasi yang tertuang di dalamnya;
c. Bahwa dari pemeriksaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan:
i. PT. Lippo e-Net Tbk. tidak cukup berhati-hati dalam menuangkan informasi
mengenai perseroan dalam press release tersebut, serta kurang memperhatikan
waktu yang tepat dalam menerbitkan dan menyebarluaskan press release tersebut
kepada masyarakat sehingga berpotensi menyesatkan Pihak yang membacanya;
ii. Direksi dan Komisaris PT Lippo e-Net Tbk. tidak cukup berhati-hati dalam
memberikan komentar dan pernyataan mengenai perseroan dalam press release
tersebut sehingga dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda dan berpotensi
menyesatkan Pihak yang membacanya.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Bapepam menetapkan sanksi administratif dan
mewajibkan perseroan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
i. Memperingatkan PT Lippo e-Net Tbk. untuk:
a) Berhati-hati di kemudian hari dalam menyebarluaskan informasi dalam bentuk
dan cara apapun, termasuk dengan cara penerbitan press release;
b) memperhatikan waktu yang tepat dalam menyebarluaskan informasi tersebut
dikaitkan dengan persiapan internal dan kondisi aktual perseroan;

17
c) menghindari penggunaan kata-kata atau kalimat yang dapat menimbulkan
interpretasi berbeda dalam publikasi yang diterbitkan perseroan;
ii. Mengenakan sanksi administratif berupa denda kepada PT Lippo e-Net Tbk.
sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);
iii. Mewajibkan PT Lippo e-Net Tbk. untuk menanggung seluruh biaya registrasi
saham PT Lippo e-Net Tbk. dalam rangka implementasi perdagangan saham tanpa
warkat (scripless trading);
iv. Mewajibkan PT Lippo e-Net Tbk. untuk mengumumkan pada 2 (dua) surat
kabar harian berbahasa Indonesia, yang salah satu di antaranya mempunyai
peredaran nasional mengenai perkembangan terakhir kegiatan usaha
perseroan di bidang cyber internet dan ecommerce selambat-lambatnya 2 (dua)
minggu setelah surat ini ditetapkan.
d. Selain itu, Bapepam juga menetapkan sanksi administratif dan mewajibkan Direksi
dan Komisaris perseroan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
i. Memperingatkan Direksi dan Komisaris perseroan untuk lebih cermat, teliti, dan
berhati-hati dalam memberikan komentar dan pernyataan, khususnya yang akan
dimuat dalam press release atau media komunikasi publik lainnya;
ii. Mewajibkan Direksi dan Komisaris PT. Lippo e-Net Tbk. Untuk membayar sebesar
Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) atas ketidakhati-hatiannya dalam
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal yang
harus segera disetor ke Kas Negara.
2) Berkaitan dengan transaksi saham LPLI di Bursa Efek Jakarta, Bapepam juga
mencermati bahwa bersamaan dengan sekuen penerbitan press release, salah satu afiliasi
dari Lippo e-Net, yakni PT. Lippo Securities Tbk., aktif mentransaksikan saham Lippo e-
Net di Bursa Efek Jakarta untuk kepentingan nasabahnya melalui perantaraan 2 Wakil
Perusahaan Efek yang berasal dari 2 anggota bursa yang berbeda. Praktek tersebut, tidak
atau kurang sejalan dengan tekad dan semangat untuk menciptakan pasar modal yang
teratur, wajar dan efisien.
Untuk mencegah terjadinya hal serupa di kemudian hari, dan sebagai upaya untuk
membuat jera pelaku lainnya (deterrent effect), berkaitan dengan transaksi saham Lippo e-Net
di Bursa Efek Jakarta yang terjadi selama periode Januari – Pebruari 2000 tersebut, Bapepam
menetapkan sanksi administratif dan mewajibkan Pihak di bawah ini untuk melakukan hal-hal
sebagai berikut:

18
a. Peringatan Tertulis kepada PT Lippo Securities Tbk. dan denda sebesar
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);
b. Mewajibkan kepada PT Lippo Securities Tbk. untuk menanggung seluruh biaya
registrasi saham PT Lippo Securities Tbk. Dalam rangka perdagangan tanpa warkat
(scriples trading);
c. Peringatan Tertulis kepada Direksi PT Lippo Securities Tbk.;
d. Peringatan Tertulis dan pembekuan izin orang perseorangan atas nama Sdr. Lina
Haryanti Latif selaku Wakil Perantara Pedagang Efek pada PT Lippo Securities Tbk.
selama 3 (tiga) bulan;
e. Peringatan Tertulis dan pembekuan izin orang perseorangan atas nama Sdr. Peter Indra
Lembong selaku Wakil Penjamin Emisi Efek pada PT Lippo Securities Tbk. selama 2
(dua) minggu;
f. Peringatan Tertulis dan pembekuan izin orang perseorangan atas nama Sdr. D. Fona
Marundrury selaku Wakil Perantara Pedagang Efek pada PT Ciptadana Sekuritas selama
2 (dua) bulan;
g. Peringatan Tertulis dan pembekuan izin orang perseorangan atas nama Sdr. Johanes T
Sutiono selaku Wakil Perantara Pedagang Efek pada PT Intan Artha Parama selama 3
(tiga) minggu.
3) Seluruh bentuk penetapan sanksi dan kewajiban untuk melakukan tindakan tertentu di
atas merupakan alternatif penyelesaian kasus yang ditawarkan Bapepam kepada Pihak
terkait. Dalam hal Pihak dimaksud tidak atau belum melaksanakan baik sebagian maupun
seluruh ketetapan Bapepam dalam jangka waktu yang telah ditentukan, Bapepam akan
meningkatkan kegiatan Pemeriksaan ke tahap Penyidikan.
4) Berkaitan dengan kasus PT. Fisakaragung Perkasa Tbk., Bapepam telah memerintahkan
kepada Performa Investment Limited, salah satu Pihak yang dikategorikan sebagai Orang
Dalam yang telah mentransaksikan saham emiten, untuk mengembalikan manfaat dan
atau hasil penjualannya senilai Rp. 396,5 juta ke Kas Negara dalam jangka waktu 30
(tigapuluh) hari. Dalam hal Pihak bersangkutan tidak melaksanakan kewajiban tersebut
dalam jangka waktu yang telah ditentukan, Bapepam akan meningkatkan Pemeriksaan ke
tahap Penyidikan.

2.4 Sanksi

19
Pelanggaran terhadap UU Pasar Modal dan peraturan pelaksanaanya dapat bersifat
pelanggaran administratif dan atau pelanggaran pidana. Pelanggaran administratif dapat
dikenakan sanksi administratif, sedangkan pelanggaran pidana dapat diekanakan dikenai
sanksi pidana berupa pidana penjara dan atau denda.
2.4.1 Sanksi Administratif
Sanksi administratif adalah sanksi yang dikenakan oleh OJK kepada pihak-pihak yang
dianggap melanggar peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Pihak yang
dapat dijatuhkan sanksi adalah:
 Pihak yang memperoleh izin dari OJK
 Pihak yang memperoleh persetujuan dari OJK
 Pihak yang melakukan pendaftaran kepada OJK
Jenis sanksi administratif yang dapat dijatuhkan oleh Bapepam kepada pihak-pihak
tersebut di atas adalah:
a) Peringatan tertulis;
b) Denda (Kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu);
c) Pembatasan Kegiatan usaha;
d) Pembekuan Kegiatan usaha;
e) Pencabutan izin usaha;
f) Pembatalan persetujuan;
g) Pembatalan pendaftaran;
Untuk sanksi denda, UUPM Pasal 102 Ayat 3 menyatakan bahwa sanksi administratif
diatur oleh Peraturan Pemerintah, yaitu PP No.45 Tahun 1995. Sedangkan tata cara
penagihannya diatur didalam Peraturan XIV.B.1 Tata Cara Penagihan Sanksi Administratif
Berupa Denda. Besarnya jumlah sanksi denda bervariasi yaitu:
1) Denda Rp500.000,00 (Lima ratus ribu rupiah) per hari dengan maksimal
Rp.500.000.000,00 (Lima Ratus juta rupiah).
2) Denda Rp100.000,00 (Seratus ribu rupiah) per hari dengan maksimal
Rp.100.000.000,00 (Seratus juta rupiah)
3) Denda Maksimal Rp500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah) untuk pihak yang bukan
orang perseorangan.
4) Denda Maksimal Rp100.000.000,00 (Seratus juta rupiah) untuk orang perseorangan.

2.4.2 Sanksi Pidana

20
Sanksi pidana di bidang pasar modal diatur dalam Pasal 103 hingga Pasal 110 UU 8/1995

No Pasal Keterangan Sanksi Pidana


1 Pasal 103 Menyatakan setiap pihak yang melakukan kegiatan di Pidana Penjara
Ayat (1) pasar modal tanpa iizin sebagai bursa efek (Pasal 6), maksimal 5 tahun
tanpa izin sebagai LKP dan LPP (Pasal 13), tanpa izin Denda
sebagai perusahaan reksa dana (Pasal 18), tanpa izin Rp5.000.000.000.,-
sebagai perusahaan efek (Pasal 30), tanpa izin sebagai (lima miliar rupiah)
penasehat investasi (Pasal 34), tanpa persetujuan sebagai
kustodian (Pasal 43), tanpa izin sebagai biro administrasi
efek (pasal 48), tanpa pendaftaran sebagai wali amanat
(pasal 50), tanpa pendaftaran sebagai profesi penunjang
pasar modal (pasal 64), diancam pidana penjara
maksimal 5 (lima) tahun dan denda maskimal Rp. 5
miliar.
2 Pasal 103 Menyatakan setiap pihak yang melakukan kegiatan Sanksi Pidana kurungan
Ayat (2) (sebagai wakil perusahan efek) tanpa memperoleh izin 1 (satu) tahun Denda
dari Bapepam–LK sebagaimana dimaksud dalam Pasal Rp1.000.000.000-
32, diancam dengan pidana kurungn paling lama satu (satu miliar rupiah)
tahun dan denda paling banyak Rp. 1 Miliar
3 Pasal 103 Menyatakan setiap pihak yang melakuakn kegiatan Sanksi Pidana Kurungan
ayat (2) (sebagai wakikl perusaah efek) tanpa memperoleh izin 1 (satu) tahun Denda
dari Bapepam-LK sebagaimana dimaksud dalam Pasal Rp1.000.000.000,- (satu
32, diancam dengan pidana kurungan paling lama satu miliar rupiah)
tahun dan denda paling banyak Rp1 miliar.
4 Pasal 104 Menyatakan setiap pihak yang melanggar ketentuan Sanksi Pidana penjara
penipuan, manipulasi pasar, dan perdagangan orang 10 (sepuluh) tahun
dalam (insider trading) sebagaimana dimaksud dalam Denda paling banyak
Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, Pasal 95, Pasal 97 Rp15.000.000.000,-
ayat (1) dan Pasal 98, diancam dengan pidana penjara (lima belas miliar
peling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak rupiah)
Rp15 miliar.
5 Pasal 105 Menyatakan manajer investasi dan atau pihak Sanksi Pidana kurungan
terafilisinya yang melanggar ketentuan sebagaimana 1 (satu) tahun Denda
dimaksud dalam Pasal 42 diancam dengan pidana Rp1.000.000. 000,- (satu
kurungan paling lama satu tahun dan denda paling miliar rupiah)
banyak Rp. 1 miliar. Pasal 42 menyatakan perusahaan
efek yang bertindak sebagai manajer investasi atau pihak

21
terafilisinya dilarang menerima imbalan dalam bentuk
apa pun, baik langsung maupun tidak langsung, yang
dapat memperngaruhi manajer investasi yang
bersangkutan untuk membeli atau menjual efek untuk
reksadana.
6 Pasal 106 Mengatur sanksi pidana bagi emiten yang melakukan a. Bagi Emiten Yang
Ayat (1) penawaran umum tanpa terlebih dulu menyampaikan Belum melakukan
pernyataan pendaftaran sebagai mana diatur Pasal 70 Pendaftaran Sanksi
Ayat (1) .Pelanggar ketentuan ini dapat diancam dengan pidana penjara paling
pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling lama 10 tahun dan
banyak Rp.15 miliar. Sementara itu, bagi perusahaan denda paling banyak
publik yang tidak menyampaikan pernyataan pendaftaran Rp.15 miliar
sebagaimana diatur Pasal 73, dapat diancam dengan b. Bagi Perusahaan
pidana penjara paling lama tiga tahun dan denda Publik Sanksi Pidana
maksimal Rp 5 miliar. penjara paling lama tiga
tahun dan Denda
maksimal
Rp5.000.000.000,- (lima
miliar rupiah).
7 Pasal 108 Menyatakan ancaman pidana penjara atau pidana
kurungan dan denda sebagiamana dimaksud dalam Pasal
103, Pasal 104, Pasal 105, Pasal 106, dan Pasal 107
berlaku pula bagi pihak yang baik langsung maupun
tidak langsung ikut mempengaruhi pihak lain untuk
melakukan pelanggaran pasal-pasal dimaksud
8 Pasal 109 Menyatakan setiap pihak yang tidak mematuhi atau Sanksi Pidana kurungan
menghambat pelaksaan Pemeriksaan oleh Bapepam paling lama 1 (satu)
sebagaimana diatur Pasal 100, diancam dengan pidana tahun dan Denda
kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda maksimal maksimal
Rp.1 miliar Rp.1.000.000.000 (satu
miliar rupiah)
9 Pasal 110 1) Menyatakan tindak pidana sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 105 dan Pasal 109 adalah
pelanggaran.
2) Menyatakan tindak pidana yang sebagaiaman
dimaksud dalam Pasal 103 ayat (1), Pasal 104, Pasal 106,
dan Pasal 107 adalah kejahatan.

22
BAB III
SIMPULAN

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal telah mengatur berbagai
bentuk pelanggaran dan tindakan pidana pasar modal berserta sanksi bagi pelakunya.
Perbuatan yang dilarang tersebut meliputi fraud, manipulasi pasar dan insider traiding.
Penegakan hukum menurut Undang-Undang Nomor. 8 Tahun 1995, seperti halnya
KUHP, juga membagi tindak pidana di bidang pasar modal menjadi dua macam, yaitu
kejahatan dan pelanggaran di bidang pasar modal. Bila terjadi pelanggaran perundang-
undangan pasar modal atau ketentuan di bidang pasar modal lainnya maka, Bapepam sebagai
penyidik akan melakukan pemeriksaan terhadap pihak yang melakukan pelanggaran tersebut,
hingga bila memang telah terbukti akan menetapkan sanksi kepada pelaku tersebut. Penetapan
sanksi akan diberikan atau diputuskan oleh ketua Bapepam setelah mendapat masukan dari
bagian pemeriksaan dan penyidikan Bapepam.
Salah satu kewenangan yang diberikan kepada Bapepam oleh UU Pasar Modal adalah
mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap pihak dalam hal terjadi peristiwa
yang diduga merupakan pelanggaran terhadap Undang-undang Pasar Modal dan atau
peraturan pelaksanaannya serta pemberian sanksi berupa sanksi administratif.

23
DAFTAR PUSTAKA

Modul WPPE-HE-5- Kejahatan di Bidang Pasar Modal (Edisi 2016)


Balfas, Hamud. 2012. Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Tata Nusa
Riyanto, Agus. 8 Mei 2016. ”Unsur-Unsur Insider Trading Menurut UU Pasar Modal”.
www.business-law.binus.ac.id (Diakses pada tanggal 3 Mei 2019) (https://business-
law.binus.ac.id/2016/05/08/unsur-unsur-insider-trading-menurut-uu-pasar-modal/)

24

Anda mungkin juga menyukai