Anda di halaman 1dari 17

MODUL 7

TEORI AKUNTANSI
(AKUNTANSI KEPERILAKUAN)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
1. NOVA AMEY LINDA (030172054)
2. SAMROTUL JANAH (030101816)
3. ULUL LATIFAH (030032009)

UNIVERSITAS TERBUKA
KB. 1 AKUNTANSI KEPERILAKUAN

A. AKUNTANSI DAN KEPERILAKUAN


Teori ilmu keperilakuan adalah untuk memahami, menjelaskan, dan
memprediksi perilaku manusia sampai pada generalisasi perilaku manusia, yang
didukung oleh buki – bukti empiris yang dikumpulkan melalui prosedur yang
terbuka.
Birelson & Steiner berpendapat bahwa keperilakuan dapat didefinisikan
sebagai suatu riset ilmiah yang berhadapan langsung dengan perilaku manusia.
Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa permasalahan inti dari ilmu
keperilakuan adalah riset ilmiah dan perilaku manusia.
Agar dapat dianggap sebagai bagian dari ilmu keperilakuan, riset harus
memenuhi kriteria dasar, yaitu :
1. Riset harus berkaitan dengan perilaku manusia
2. Riset harus dilakukan secara ilmiah
B. KONTRIBUSI DISIPLIN DAN ILMU LAIN DALAM AKUNTANSI
Akuntansi selalu menggunakan konsep, prinsip dan pendekatan dari
disiplin ilmu lain untuk meningkatkan kegunaannya, seperti menggunakan ilmu
matematika, ekonomi, statistik dan informasi teknik.
Menurut Lubis (2010) secara umum, lingkup dari akuntansi keperilakuan dapat
dibagi menjadi tiga bagian besar :
1. Pengaruh perilaku manusia berdasarkan desain, konstruksi dan penggunaan
sistem akuntansi.
2. Pengaruh sistem akuntansi terhadap perilaku manusia
3. Metode untuk memprediksi dan strategi untuk mengubah perilaku manusia.
C. LANDASAN TEORI, PENDEKATAN DAN KONSEP
Teori akuntansi keperilakuan dikembangkan dari riset empiris terhadap
perilaku manusia dalam organisasi. Ruang lingkup riset di bidang akuntansi
keperilakuan sangat luas tidak hanya akuntansi manajemen, tetapi juga menyangkut
etika, audit, sistem informasi akuntansi dan akuntansi keuangan.
Pada awalnya, desain riset di bidang akuntansi manajemen hanya berfokus
pada masalah perhitungan harga pokok produk. Sejalan dengan perkembangan
teknologi produksi, permasalahan riset meluas menyangkut bidang penyusunan
anggaran, akuntansi pertanggungjawaban dan masalah harga transfer.
KB. 2 AKUNTANSI SOSIAL

Surna T. Djajadiningrat (1997:2) berpendapat “dari sudut pandang


ekonomi, masalah lingkungan timbul karena ada eksternalitas, yaitu tidak
dimasukkannya biaya lingkungan ke dalam biaya produksi sehingga
mengakibatkan kerugian bagi orang atau pihak lain”. Timbulnya eksternalitas
mengakibatkan kegagalan pasar untuk menyeimbangkan permintaan (demand)
dan persediaan (supply) sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Berdasarkan skema internalisasi pada Gambar 9.1 untuk biaya eksternal
dapat dibedakan melalui tiga alternatif, yaitu:
1. kepada produsen, melalui beban operasi
2. kepada konsumen, melalui harga pokok barang yang dijual sehingga konsumen
yang harus menanggung biaya eksternal
3. kepada pemerintah, melalui pajak dengan cara memberikan keringanan pajak
bagi perusahaan yang memberikan dampak positif dan membebankan pajak yang
besar kepada perusahaan yang memberikan dampak negatif.
A. PENGERTIAN AKUNTANSI SOSIAL
Akuntansi tidak memberikan penilaian terhadap kesejahteraan sosial,
namun karena akuntansi memiliki dampak sosiologis yang luas makan laporan
yang dihasilkan oleh akuntansi harus mencakup informasi yang diperlukan bagi
pertimbangan kesejahteraan sosial (welfare judgement) Teori akuntansi sosial
harus mempunyai pernyataan tujuan (objective statement), seperangkat konsep
yang relevan, metode pengukuran, serta struktur pelaporan informasi kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
Berbagai definisi yang diuraikan diatas memiliki beberapa persamaan
karateristik sebagai berikut.
1. Penilaian dampak sosial aktivitas organisasi perusahaan.
2. Pengukuran efektivitas program-program sosial perusahaan.
3. Pelaporan pertanggungjawaban sosial perusahaan.
4. Sistem informasi untuk menilai kinerja sosial dan ekonomi perusahaan secara
menyeluruh.
B. TUJUAN AKUNTANSI SOSIAL
Perkembangan filosofi manajemen yang menyangkut tanggung jawab
telah berkembang paling tidak melalui tiga tahap, yaitu tahap pandangan
manajemen klasik, tahap manajemen pertengahan, dan tahap pandangan
manajemen modern (Glutier dan Underdown: 1986) Pertanggungjawaban sosial
perusahaan dapat juga dilihat dari titik pandang, yaitu:
1. Konseptual
2. Internal
3. Dampaknya atas laba (Steiner:1972)
Akuntansi sosial bertujuan untuk mengukur dan mengungkapkan social
benefit dan social cost yang ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan perusahaan
tersebut kepada masyarakat. Secara lebih tepat dapat dikatakan bahwa tujuan
akuntansi sosial ini adalah untuk meng-internalize social cost dan social benefit
sehingga hasil yang lebih relevan ditentukan.
C. RUANG LINGKUP AKUNTANSI SOSIAL
Ruang lingkup socio-economic accounting mencakup akuntansi bagi
dampak sosial pada tingkat mikro dan makro. Micrisocio-economic accounting
ditunjukan untuk mengukur dalam melaporkan dampak perilaku perusahaan
terhadap lingkungan. Micrisocio-economic accounting, mencakup evaluasi,
pengukuran dan pengungkapan kinerja sosial secara makro.
Karena pada dasarnya akuntansi pertanggungjawaban sosial dalam
upaya memnuhi kebutuhan informasi pihak-pihak selain para pemilik atau
kreditur maka ruang lingkup akuntansi pertanggungjawaban sosial yang
mengarah kepada bdang0bidang yang menjadi tujuan sosial perusahaan dan
meliputi hal-hal berikut.
1. Sumbangan laba neto
2. Sumbangan sumber daya manusia
3. Sumbangan Publik
4. Sumbangan Lingkungan
5. Sumbangan produk atau jasa (Brummet dalam Glautier and Underdown:1986)
Ada dua pandangan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu
pandangan klasik dan pandangan modern :
1. Pandangan Klasik
Pandangan ini memberikan uraian bahwa perusahaan berfungsi untuk
menggunakan sumber-seumber ekonomi secara hemat, efisien, dan menghasilkan
laba yang optimal.
2. Pandangan Modern
Semakin berkembang dan kompleksnya kebutuhan manusia, perusahaan
sebagai pemasok kebutuhan juga tidak dapat dihindarkan perkembangannya.
Selanjutnya dengan semakin besar dan berkembangnya perusahaanmaka semakin
besar pula pengaruhnya dalam masyarakat, dan semakin banyak orang atau
kelompok orang yang sangat tergantung pada perusahaan serta semakin besar
dampak-dampak yang ditimbulkan oleh aktovitas perusahaan yang dirasakan oleh
masyarakat. Artinya, tanggung jawab perusahaan juga semakin besar.
D. PELAPORAN AKUNTANSI SOSIAL
Mengacu pada pengertian bahwa akuntansi pertanggungjawaban
sosial adalah akuntansi yang memaparkan keterlibatan perusahaan dengan
tanggung jawab terhadap lingkungan sosialnya maka pada umumnya
tujuan disajikannya informasi akuntansi pertanggungjawaban sosial adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengidentifikasi dan mengukur sumbangan sosial neto periodik
pada suatu perusahaan yang meliputi bukan hanya biaya dan manfaat yang
diinternalisasikan kedalam perusahaan, namun juga yang timbul dari
eksternalitas yang mempengaruhi bagian-bagian sosial yang berbeda
2. Untuk membantu menentukan apakah praktek-praktek dan strategi
perusahaan yang secara langsung mempengaruhi sumber daya relatif dan
keadaan sosial adalah konsisten dengan prioritas-prioritas sosial yang
secara luas dicanangkan di satu pihak dan aspirasi-aspirasi para individu
di lain pihak
3. Untuk menyediakan dengan cara yang optimal bagi semua kelompok
sosial informasi yang relevan mengenai tujuan, kebijakan, program,
kinerja, dan sumbangan perusahaan kepada tujuan-tujuan sosial
(Ramanathan dalam Glautier and Underdown:1986)
Ada tiga pendekatan yang setidaknya dapat digunakan untuk
mempedomani ukuran yang dapat dipakai dalam pelaopran akuntansi pertanggung
jawaban sosial, yaitu sebagai berikut.
1. Pendekatan deskriptif
2. Pendekatan biaya yang dikeluarkan
3. Pendekatan biaya manfaat (Estes dalam Seidler:1975)
E. PEMAKAI AKUNTANSI SOSIAL
Sumber-sumber ekonomi yang digunakan oleh perusahaan semuanya
berasal dari masyarakat. Oleh karena itu, perusahaan seharusnya memberikan
laporan kepada masyarakat tentang penggunaan sumber-sumber ekonomi tersebut,
baik yang bersifat positif maupun negatif. Positif artinya yang dapat meningkatkan
“kesejahteraan” masyarakat atau yang disebut social benefit,negatif adalah yang
dapat mengurangi “kesejahteraan” masyarakat atau yang disebut social cost.
F. PENGUKURAN KINERJA SOSIAL
Konsep laba yang telah berhasil mengantarkan sebagian besar
perusahaan menjadi raksasa ekonomi, ternyata tidak memperhitungkan biaya
yang dipikul masyarakat. Ajaran “jika perusahaan dapat memaksimumkan laba
maka kemakmuran masyarakat juga akan menjadi maksimum” mendapat
tantangan. Secara implisit teori ini mengatakan bahwa kemakmuran masyarakat
merupakan produk sampingan dari tujuan perusahaan, yaitu, mencari laba
maksimal. Dengan demikian, lahirlah embrio akuntansi sosial yang wujudnya
pada waktu itu tidak lebih dari pelaporan kegiatan sosial yang pada umumnya
berupa pelestarian lingkungan, pemberian kesempatan kerja kepada golongan
minioritas dan antidiskriminasi rasial.
G. EKSTERNALITAS
Konsep eksternalitas muncul sebagai ekonomi eskternal dari prinsip-
prinsip ekonomi yang dikemukakan oleh Alfred Marshall tentang kurva
penawaran yang menurun dari industri kompetitif. Secara sederhana dampak
lingkungan atau eksternalitas ketika sutu variabel yang dikontrol oleh agen
ekonomi tertentu mengganggu fungsi utilitas (fungsi kegunaan) agen ekonomi
yang lain.
Surna T. Djajadiningrat (1997:33) berpendapat bahwa eksternalitas
menciptakan saling ketergantungan antara dua atau lebih kelompok orang dan
tidak dapat dinilai dengan uang. Eksternalitas ini ada yang berdampak positif dan
negatif. Eksternalitas yang mempengaruhi kualitas lingkungan timbul bila
ketergantungan merupakan sesuatu yang sifatnya fisik dan hubungannya adalah
suatu sistem alami. Lebih lanjut menurut M. Hsufshmidt dan kawan-kawan
(1983:5) eksternalitas yang mempengaruhi kualitas lingkungan muncul bila
dampak biaya dan manfaat sosial terhadap lingkungan tidak dipertimbangkan
oleh orang atau sekelompok orang yang mengakibatkan dampak tersebut.
KB. 3 AKUNTANSI SUMBER DAYA MANUSIA

A. PENGERTIAN & PERKEMBANGAN AKUNTANSI SUMBER DAYA


MANUSIA
Akuntansi Sumber Daya Manusia merupakan proses pengidentifikasian
dan pengukuran data mengenai sumber daya manusia serta pengkomunikasian
informasi ini kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Frederiksen dan Westpalen menyatakan bahwa sumber daya manusia merupakan
pengukuran nilai sumber dalam organisasi, termasuk bagian laporan yang
menggambarkan masalah biaya dan keuntungan dari suatu program pelatihan,
perpindahan karyawan, dan sebagainya.
Akuntansi Sumber Daya Manusia berarti mengukur investasi organisasi terhadap
manusia, biaya untuk memperkejakan manusia dan nilai manusia bagi organisasi.
Akuntansi Sumber Daya Manusia muncul karena kegagalan prinsip-prinsip
akuntansi dalam memberikan informasi yang relevan kepada pihak manajemen
dan investor, karena biaya-biaya sumber daya manusia diperlakukan sebagai
beban (expense) pada saat terjadinya.
Flamhitz membagi perkembangan sejarah Akuntansi Sumber Daya Manusia kedalam lima
tahap, yaitu :
1. Tahap pertama (1960 – 1966)
Tahapan ini ditandai dengan timbulnya minat terhadap akuntansi sumber daya manusia dan
merupakan asal mula dari munculnya konsep-konsep dasar akuntansi sumber daya manusia
dan kerangka teori yang berhubungan.
2. Tahap Kedua (1966 – 1971)
Merupakan tahap periode riset akademik untuk mengembangkan dan menilai validitas dari
model-model pengukuran biaya sumber daya manusia baik historical cost atau
replacement cost dan nilai sumber daya manusia baik moneter atau non moneter.
3. Tahap Ketiga (1971 – 1976)
Tahap ini mencakup banyak riset akademik di seluruh dunia Barat, Australia, dan Jepang.
Selama periode ini terjadi peningkatan usaha untuk menerapkan akuntansi sumber daya
manusia dalam usaha organisasi.
4. Tahap Keempat (1976 – 1980)
Merupakan periode menurunnya minat para akademik dalam dunia perusahaan, salah satu
alasannya adalah karena kebanyakan riset pendahuluan yang relative mudah telah
diselesaikan.
5. Tahap Kelima (1980 – sekarang)
Tahap ini mencakup awal kebangkitan minat dalam teori dan praktik akuntansi sumber
daya manusia. Peningkatan ini ditandai dengan dilakukannya sejumlah riset baru yang
signifikan terkait dengan perkembangan dan penerapan akuntansi sumber daya manusia
oleh organisasi terkemuka.
Pendekatan awal akuntansi sumber daya manusia digambarkan sebagi proses
pengidentifikasian, pengukuran dan pengomunikasian informasi tentang sumber daya
manusia untuk memudahkan efektivitas manajemen dalam suatu organisasi.
Akuntansi sumber daya manusia digambarkan mencakup tiga unsur utama, yaitu:
a. Identifikasi dan pengukuran atas modal manusia dalam bagan,
b. Identifikasi dan pengukuran dari modal manusia termasuk istilah-istilah yang
bukan bagan,
c. Penyisihan informasi secara internal dan eksternal pada modal manusia.

B. MENGUKUR BIAYA SDM DAN NILAI SDM


Secara Konseptual tujuan dari akuntansi sumber daya manusia adalah
memasukkan nilai sumber daya manusia sebagai asset perusahaan pada neraca, seperti
halnya asset lainnya.
Tiga konsep yang telah diusulkan kepada manajemen untuk mengukur biaya sumber
daya manusia yaitu :
1) Biaya Awal (historical cost) adalah pengeluaran actual historis yang terjadi sebagai
suatu investasi dalam sumber daya.
2) Biaya Penggantian (opportunity cost) adalah pengorbanan yang harus dilakukan
hari ini untuk menggantikan sumber daya dari suatu organisasi.
3) Biaya Kesempatan adalah jumlah maksimum yang dapat diperoleh sumber daya
tersebut dalam menggunakan alternative.
Yang harus dilakukan untuk mengukur nilai individu pada suatu organisasi adalah :
1. Mengestimasikan periode waktu dimana orang tersebut diharapkan dapat
menyumbangkan jasanya pada organisasi.
2. Mengidentifikasikan kondisi jasa yang mungkin ditempati oleh orang tersebut.
3. Mengukur nilai perolehan organisasi jika individu tersebut menempati kondisi itu
selama periode waktu yang sudah ditentukan.
4. Mengestimasikan probalita bahwa seseorang akan menempati setiap kondisi
dimasa depan yang telah ditentukan.
Hermanson mengemukakan dua teknik pengembangan pengukuran pengganti dari
nilai moneter sumber daya manusia, antara lain:
a. Metode goodwill yang tidak terbeli (unpurchased goodwill) melibatkan ramalan
pendapatan masa depan dan mengalokasikan kelebihannya aiatas perkiraan laba
normal dari suatu industri kepada sumber daya manusia.
b. Metode nilai sekarang yang disesuaikan (adjusted present value) lebih tepat
disebut metode diskonto upah masa depan yang disesuaikan.Metdeini meliputi
penggunaan nilai sekarang dari arus pembayaran upah masa depan kepada orang,
disesuaikan dengan factor efisisensi kinerja, sebagai ukuran penggantidari nilai
sumber daya manusia.
Pendekatan ini lebih tepat untuk menentukan nilai ekonomis dari asset manusia
dan dihitung dalam tiga tahapan yaitu:
1) Pembayaran upah selama lima tahun kedepan ditentukan dan dihitung nilai
sekarangnya dengan menggunakan tingkat pengembalian terhadap asset-aset
yang dimiliki sesuai dengan nilai pasar saat ini.
2) Rasio efesiensi perusahaan yang merupakan suatu ukuran tingkat
pengembalian perusahaan dibandingkan dengan rata-rata tingkat
pengembalian bagi industry sejenis.
3) Mengalikan nilai sekarang dari pembayaran upah di masa datang dengan
rasio efesiensi perusahaan sehingga menghasilkan nilai sekarang dari jasa
masa depan yang berasal dari aset manusia milik perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai