JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2020
BAB 22
Maksud pernyataan Davis diatas adalah, organisasi / perusahaan memiliki tanggungjawab lebih
dari sekedar tanggung jawab ekonomi semata. Karena pada masa tersebut (tahun 1960),
pandangan tentang tanggung jawab sosial organisasi masih sangat didominasi oleh pikiran
ekonom klasik, yang berpandangan bahwa tanggung jawab sosial Organisasi hanya sekedar
memanfaatkan Sumber daya organisasi secara efisien, dan menghasilkan harga yang masuk akal
untuk dibeli konsumen. Apabila hal tersebut sudah terpenuhi, maka perusaahaan sudah
memenuhi tanggung jawab sosialnya, seperti :
a. Menciptakan lapangan kerja
b. Memberi kontribusi untuk pemerintahan dengan cara membayar pajak
c. Menghasilkan barang dengan harga rasional (untuk dibeli masyarakat)
Para ekonom klasik secara kuat berpandangan bahwa memupuk laba semaksimal mungkin
dengan cara klasik mereka dalam berbisnis.
Hari ini jelas bahwa syarat kontrak sosial antara masyarakat bisnis sebenarnya berubah secara
substansial dan penting. Bisnis diminta untuk memikul tanggung jawab yang lebih luas kepada
masyarakat daripada sebelumnya dan untuk melayani berbagai nilai kemanusiaan yang lebih
luas. Perusahaan bisnis pada dasarnya diminta untuk berkontribusi lebih pada kualitas kehidupan
Amerika daripada hanya memasok jumlah barang dan jasa.
Sampaikan Carrol tahun 1979
Kalau menjelaskan ada fungsi tanggung jawab perusahaan dalam 4 kategori yaitu
1. tanggung jawab ekonomi tanggung jawab sosial Pada kategori ini berlandaskan bahwa
motif profit adalah motif utama dalam membangun organisasi bisnisYang berasal nya
tanggung jawab ekonomi karena lembaga bisnis terdiri atas aktivitas ekonomi yang
menghasilkan barang dan jasa bagi masyarakat yang menguntungkan
2. Tanggung jawab legal adalah tanggung jawab organisasi dalam menjalankan bisnis yaitu
dengan mentaati hukum dan peraturan berlaku di mana hukum dan pasal tersebut pada
hakekatnya dibuat oleh masyarakat melalui lembaga legislatif tanggung jawab legal ini
adalah koridor dan sistem untuk mengatur organisasi dalam bisnis
3. Tanggung jawab etika organisasi diharapkan menjalankan bisnis secara etis dan norma
moral masyarakat. Sing pihak dalam menjalankan bisnis di tato standar etika norma
agama masing-masing puas dalam berbisnis.
Selain itu isu mengenai kapasitas organisasi dalam memberikan respons terhadap tekanan sosial
yang akan tercermin dalam Citra organisasi di mata publik, perkembangan akuntansi sosial pada
tahun 1970 an sampai 1980 an juga mencatat adanya kebutuhan baru dari organisasi yang
melaksanakan aktivitas pelaporan sosial dan lingkungan agar aktivitas fildan lingkungan yang
dilakukan menjadi terukur. Oleh karena itu peneliti seperti Carol 1979, Wartick & Cohran 1985,
dan Wood 1991, mengembangkan konsep yang disebut dengan kinerja sosial perusahaan atau
Corporate Social Performance yang didalamnya mengandung tiga dimensi, Yaitu :
1. dimensi kategori tanggung jawab sosial : Itu ekonomi hukum etika dan diskresioner
2. dimensi kemampuan memberikan respon atau responsiveness
3. Dimensi dalam isu sosial tempat perusahaan terlibat (lingkungan, diskriminasi pekerja,
keamanan produk, keselamatan pekerja, dan pemegang saham,)
Berkaitan dengan hal tersebut, Wood pada tahun 1991 mendefinisikan CSP sebagai berikut:
“.. Prinsip sebuah organisasi bisnis adalah tanggung jawab sosial, proses sosial,dan
kebijakan program, dan hasil yang di dapat diamati karena berkaitan dengan hubungan
masyarakat perusahaan..”
Sebagaimana dapat dilihat dari definisiCSP tersebut, dampak pelaksanaan akuntansi sosial dan
lingkungan yang dapat diamati (Observeable Outcome) merupakan isu penting dalam CSP yang
membedakannya dengan konsep akuntansi sosial dan lingkungan generasi awal Hal ini sejalan
dengan tuntutan masyarakat agar pelaksanaan akuntansi sosial dan lingkungan dapat
memberikan dampak yang terukur dalam memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan
organisasi.
3. Input – Output Analysis, metode ini melaporkan arus fisik pemanfaatan material dan
energy dan keluar atas produk dan barang sisa dalam unit.
Pada Fase ini, pemahaman akuntansi sosial dan lingkungan secara khusus didesain secara
quantitative dalam bentuk nilai moneter, sebagaimana melengkapi akuntansi konvensional
selama ini.
Triple bottom line dengan ‖triple P‖ dapat disimpulkan bahwa ‖profit‖ sebagai wujud aspek
ekonomi, planet‖ sebagai wujud aspek lingkungan dan ‖people‖ sebagai aspek sosial. Dan jika
dirinci lebih lanjut dari ketiga aspek Tripple Bottom Line, maka ketiga aspek tersebut dapat
diwujudkan dalam kegiatan berikut:
1. Aspek Sosial, misalnya: pendidikan, pelatihan, kesehatan, perumahan,penguatan
kelembagaan (secara internal, termasuk kesejahteraan karyawan) kesejahteraan sosial,
olahraga pemuda, wanita, agama, kebudayaan dan sebagainya.
2. Aspek Ekonomi, misalnya: kewirausahaan, kelompok usaha bersama/unit mikro kecil
dan menegah, agrobisnis, pembukaan lapangan pekerjaan, infrastruktur ekonomi dan
usaha produktif lain.
Ketiga aspek tersebut tanpa kehadiran aspek spiritual yang implementasinya dibutuhkan strategi
tertentu. Adapun strategi dasar yang dapat digunakan dalam implementasi akuntansi sosial dan
lingkungan tersebut adalah:
1. Penguatan kapasitas (capacity building)
2. Kemitraan (collaboration), dan
3. Penerapan inovasi.
Sedangkan menurut Brodshaw dan Vogel (1981) menyatakan bahwa ada tiga dimensi dari garis
besar ruang lingkup akuntansi sosial dan lingkungan yaitu sebagai berikut:
1. Corporate philantrophy adalah usaha-usaha amal yang dilakukan oleh suatu organisasi,
dimana usaha-usaha amal ini tidak berhubungan secara langsung dengan kegiatan normal
organisasi.
2. Corporate responsibility adalah usaha-usaha wujud tanggung jawab sosial
organisasi ketika sedang mengejar profitabilitas sebagai tujuan organisasi.
3. Corporate policy adalah berkaitan erat dengan bagaimana hubungan organisasi dengan
pemerintah yang meliputi posisi suatu organisasi dengan adanya berbagai kebijakan
pemerintah yang mempengaruhi baik untuk organisasi atau masyarakat secara
keseluruhan.
Akuntansi sosial dan lingkungan pada fase ini mulai disibukkan dengan model laporan yang
memberikan kategori relasi aktivitas berhubungan dengan masyarakat, ekonomi dan lingkungan.
Pada waktu yang hampir bersamaan dengan Elkington (1997), NGO CERES (Coalition for
Environmentally Responsible Economies) dan the United Nations Environment Programmes
(UNEP) mendirikan GRI (Global Reporting Initiative), organisasi independen yang membangun
standar Sustainability Reporting. Guideline GRI pertama dikeluarkan tahun 1999 (GRI, 1997)
.
GRI mengidentifikasikan 6 (enam) extra-indikator keuangan: aspek kemasyarakatan, ekonomi,
lingkungan, ketenagakerjaan, hak asasi manusia, tanggungjawab produk. Hingga sekarang GRI
telah mengeluarkan pedoman generasi ke 3 (G3 GRI) pada tahun 2006. Fase ini membawa
perkembangan akuntansi sosial dan lingkungan menjadi lebih baik dan menjadi pola adopsi yang
cukup luas. Model pelaporan GRI G3 ini menginspirasi model pelaporan akuntansi sosial dan
lingkungan sebagai alternatif pelaporan akuntansi konvensional. Model GRI ini disimpulkan
dengan tanpa kehadiran aspek spiritual, yang banyak ahli dari banyak lintas disiplin ilmu,
mempunyai banyak terobosan pelaporan komprehensif aktivitas bisnis, kendatipun tanpa aspek
spiritual ada di dalamnya.
Fase Kesepuluh Sosio-Spiritualitas Akuntansi
Akuntansi telah memasuki phenomena baru ‗beyond materiality‘ (Sukoharsono, 2008). Akhir
tahun 2000, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya memperkenalkan
pemahaman akuntansi tidak hanya terbatas pada ‗angka moneter‘ dan ‗tabel jurnal transaksi
ekonomi‘, tetapi juga memperkenalkan relasi ‗spiritualitas‘ dan ‗metafisika‘ (Sukoharsono,
2009). Spiritualitas dipahami bahwa setiap individu dan organisasi (kelompok orang)
mempunyai tanggungjawab membangun peristiwa-peristiwa ekonomi, sosial dan lingkungan
dalam organisasi nya yang direlasikan dengan ‗holy spirit‘.
Holy spirit merupakan bentuk berbasis religiusitas dan universalitas. Pada pembahasan ini lebih
diutamakan holy spirit dalam bentuk universalitas yang dapat dimaknai dengan kasih yang tulus
(merciful), cinta yang tulus (truthful love), kesadaran transcendental, mampu melakukan
kontemplasi diri, dan kejujuran. Lima dimensi ini adalah indikator utama dalam proses
pertanggungjawaban individu dan organisasi disekelilingnya. Sosio-Spiritualitas Akuntansi
menjadi penting dalam upaya menanamkan holy spirit dalam mengkreasi dan melaksanakan
pertanggungjawaban terhadap peristiwa-peristiwa ekonomi, sosial dan lingkungan dalam
kesatuan organisasi.
Walaupun konvensi akuntansi menggunakan ‗monetary unit‘ dalam pengukuran dan diskursus
kebijakannya, sosio-spiritual akuntansi dibangun dengan memanfaatan ‗multiple units of
measurements‘ untuk menilai kinerja individu dan organisasi. Multiple units of measurements ini
pada dasarnya untuk memberikan assessmen terhadap 5 (lima) unsur holy spirit: kasih yang tulus
(merciful), cinta yang tulus (truthful love), kesadaran transcendental, mampu melakukan
kontemplasi diri, dan kejujuran.
Fase Kesepuluh ini JAUB mengajak dunia Akuntansi sadar akan nilai-nilai ‗diatas‘ materialitas
(beyond materiality). Sosio Spiritual Akuntansi hadir untuk mengkodifikasi kinerja individu dan
organisasi pada ke 5 (lima) unsur holy spirit tersebut yang dilaporkan secara periodik kepada
stakeholders.
Pembahasan pemberian kontribusi para praktis dan akademisi akuntansi telah dimulai sebelum
tahun 1960 an namun kemajuan utama dalam bidang ini dibuat sejak tahun akhir 1960 sampai
1970-an, dengan diberlakukannya undang-undang yang menetapkan program sosial pemerintah.
Para akuntan merasa bahwa mereka sebaiknya menggunakan keahliannya untuk mengukur
efektivitas dari program tersebut.Pada tahun 1960an dan awal tahun 1970-an, banyak orang yang
memperhatikan kebutuhan akan akuntansi sosial perusahaan. ROBERT BEYER yang menjadi
partner pengolah dari menulis “Pembatasan sesuatu yang bebas seperti Air dan Udara bersih,
juga merupakan suatu masalah akuntansi sosial”
Lalu ada juga artikel artikel lain yang ditulis pada periode yang sama,namun fokusnya pada siapa
yang akan menggunakan data akuntansi social ini, Jika data semacam itu dapat dihasilkan
Beberapa penulis menyarankan bahwa investor tertentu seperti kelompok infertilitas akan tertarik
pada perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial. Penulis lainnya berpikir bahwa data
akuntansi sosial tersebut akan digunakan oleh karyawan, dan badan pemerintah
Dasar bagi kebanyakan teori akuntansi sosial datang dari analisis yang dilakukan oleh
A.C. Pigou terhadap biaya dan manfaat sosial.A.C.Pigou adalah seorang ekonom neo-klasik
yang memperkenalkan pemikiran mengenai biaya dan manfaat sosial kedalam ekonomi mikro
pada tahun 1920. Titik pentingnya adalah bahwa optimalitas-Pareto (titik dalam ekonomi
kesejahteraan dimana adalah mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan seseorang tanpa
mengurangi kesejahteraan dari orang lain) tidak dapat dicapai selama produk sosial neto dan
produk pribadi neto tidak serata.
Suatu analisis yang serupa dapat dibuat dalam hal biaya. Bagi Pigou, biaya sosial terdiri
atas seluruh biaya untuk menghasilkan suatu produk, tanpa mempedulikan siapa yang
membayarnya. Biaya yang di bayarkan oleh produsen disebut sebagai biaya pribadi.Selisih
antara biaya sosial dan biaya pribadi (disebut sebagai “biaya sosial yang tidak
dikompensasikan”) dan disebabkan oleh banyak faktor.
Menurut Pigou, optimalitas-Pareto hanya dapat dicapai jika manfaat sosial marginal sama
dengan biaya sosial marginal. Perbedaan antara Pigou dengan model ekonomi tradisional-
dimana pendapatan marginal setara dengan biaya marginal- berasal dari perbedaan antara
manfaat sosial dan pribadi dengan biaya sosial dan pribadi.
Dengan demikian, ketika akuntan mengukur manfaat pribadi (pendapatan) dan biaya pribadi
(beban) serta mengabaikan yang lainnya, mereka bersikap konsisten dengan teori ekonomi
tradisional.Gerakan kearah akuntansi sosial, sebagian besar terdiri dari usaha-usaha untuk
memasukkan biaya sosial dan biaya sosial yang tidak terbagi kedalam model akuntansi.
Berdasarkan analisis Pigou dan gagasan mengenai suatu “kontrak sosial”,
K.V.Ramanathan (1976) mengembangkan suatu kerangka kerja teoritis untuk akuntansi atas
biaya dan manfaat sosial.Terdapat dua masalah utama dengan pendekatan Ramanathan.Pertama,
untuk menentukan kontribusi neto kepada masyarakat, beberapa jenis system nilai harus
ditentukan. Bagaimana entitas tersebut menentukan apa yang merupakan kontribusi atau apa
yang merupakan kerugian bagi masyarakat?.Beberapa kerugian seperti polusi secara universal
dibenci dan memasukkannya dalam suatu laporan akuntansi dan dibenarkan dengan relative
mudah.Masalah utama kedua berkaitan dengan pengukuran. Adalah teramat sulit untuk
menguantifikasi jumlah pos yang akan dimasukkan dalam laporan kontribusi neto kepada
masyarakat.
PENGUKURAN
Salah satu alasan utama dari lambatnya kemajuan akuntansi sosial adalah kesulitan dalam
mengukur kontribusi dan kerugian. Proses tersebut terdiri atas tiga langkah, yaitu :
1) Menentukan apa yang menyusun biaya dan manfaat sosial.
2) Mencoba untuk menguantifikasi seluruh pos yang relevan.
3) Menempatkan nilai moneter pada jumlah akhir.
2) Kerugian fisik
Menghitung nilai dari kehidupan atau kesehatan manusia adalah hal yang sulit untuk dilakukan,
tetapi seringkali dicoba dalam analisis biaya-manfaat yang tradisional.
3) Kerugian psikologis
Kerugian-kerugian ini juga sulit untuk dikuantifikasi dan harus didiskontokan pada tingkat bunga
yang sesuai.
4) Kerugian sosial
Dalam keluarga pekerja, perubahan peran dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit
tersebut.keluarga tersebut dapat menjadi begitu trauma sehingga terjadi perpecahan. Nilai
sekarang dari seluruh dampak ini bagaimanapun juga harus dihitung.
Kerangka kerja akuntansi sosial belum secara penuh dikembangkan dan terdapat masalah
pengukuran yang serius mengenai biaya dan manfaat.Meskipun demikian, sejumlah penulis telah
menyarankan agar perusahaan organ kinerja akuntansi sosial secara internal maupun eksternal.A
sebagai pendekatan pelaporan telah dibahas dalam literator akuntansi sosial. Pendekatan tersebut
meliputi audit sosial, laporan sosial yang terpisah, dan pengungkapan sosial dalam laporan
tahunan. Masing-masing dari pendekatan tersebut akan dibahas dalam bagian ini.
Audit sosial
Audit sosial merupakan suatu proses dimana organisasi dapat menentukan kewajaran kinerja
sosial, laporkan dan mengembangkan kinerja nya. Audit sosial mengukur dampak sosial dan
prilaku relasi perusahaan. Audi sosial diharapkan dapat dipergunakan untuk menilai dampak
sosial dari kegiatan perusahaan , mengukur efektivitas program perusahaan yang bersifat sosial
dan melaporkan sampai seberapa jauh perusahaan memenuhi tanggung jawab sosial nya.
Informasi internal dan eksternal memungkinkan penilaian menyeluruh terhadap sumber-sumber
daya dan dampaknya (sosial dan ekonomi), sehingga pada prinsipnya audit sosial timbul dalam
upaya memenuhi ketentuan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.Ide dasar Audit
sosial adalah keinginan untuk membuat bisnis semakin bertanggung jawab kepada masyarakat
dan untuk meyakinkan bahwa dampak penting dan tidak penting dari bisnis dapat dipahami.
Beberapa literatur membuat definisi tentang audit sosial di antaranya seperti dijelaskan pada
tabel 22.3, sebagai berikut.
Dari beberapa definisi audit sosial tersebut, audi sosial didefinisikan menjadi dua hal besar.
Pertama, audi sosial disamakan dengan akuntansi pertanggungjawaban sosial. Hal ini sesuai
dengan yang dikatakan oleh gray dkk.(1997) bahwa audit sosial terkadang disamakan dengan
akuntansi pertanggungjawaban sosial. Kedua, audit sosial diartikan sebagai suatu proses
pembuktian kewajaran atas akuntansi pertanggungjawaban sosial.
Audit sosial mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, sosial, sundari program yang
berorientasi sosial dan operasi perusahaan yang reguler. Ada beberapa cara untuk melakukan hal
tersebut. Salah satu strategi yang berhasil dimulai dengan mengembangkan inventaris dan
aktivitas yang memiliki dampak sosial.Meskipun menghasilkan inventaris semacam itu
kedengarannya sederhana, dalam realitas hal tersebut dapat menjadi cukup sulit.Salah satu taktik
yang disarankan adalah meminta manajer perusahaan untuk membuat daftar aktivitas dengan
konsekuensi sosial.Setelah daftar tersebut dihasilkan, auditor sosial kemudian mencoba untuk
menilai dan mengukur dampaknya.Audit sosial bermanfaat bagi perusahaan dengan membuat
para manajer menyadari konsekuensi sosial dari beberapa tindakan mereka.Hal ini dapat dicapai
bahkan jika dampaknya tidak dapat dikuantifikasi. Selain itu, audit semacam itu dapat
menyebabkan manager mencoba untuk memperbaiki kinerja nya dalam bidang sosial dengan
cara mengembangkan rencana kinerja sosial dan ukuran kinerja yang didasarkan pada rencana
itu.
Audit sosial adalah lupa dengan audit keuangan dalam hal audi sosial mencoba untuk secara
independen menganalisis perusahaan dan menilai kinerja. Akan tetapi, terdapat perbedaan utama
mengenai apa yang dianalisis. Dan audit sosial, auditor memeriksa operasi untuk melihat kinerja
sosial dari perusahaan dan bukan kinerja keuangannya. Oleh karena itu, telah disarankan bahwa
akuntan tidak memiliki kualifikasi untuk melakukan audit semacam itu sendiri, tetapi bahwa tim
dari ilmuwan sosial( termasuk akuntan) sebaiknya digunakan untuk mengukur dan menilai
kinerja sosial dari perusahaan tersebut.
Setelah audit sosial diselesaikan, perusahaan harus memutuskan apakah akan
konfirmasikannya ke publik. Perusahaan menganggap audit sosial sebagai dokumen internal dan
merahasiakan hasilnya. Beberapa perusahaan menerbitkan laporan khusus yang menyoroti
kontribusi positif nya kepada para pemegang kepentingan perusahaan, tetapi mengabaikan
dampak yang negatif.
Audit sosial telah berkembang karena sudah merupakan suatu bagi stakeholder. Audit
pertanggungjawaban sosial telah dilakukan di berbagai negara seperti canada, australia, amerika,
dan inggris. Di kanada, audit atas pertanggungjawaban sosial perusahaan telah dilakukan oleh
the Investment committee of the united church of Canada tahun 1974. Dari hasil audit ini
ditemukan bahwa audit pertanggungjawaban sosial bermanfaat untuk memberikan ukuran yang
lebih akurat untuk kinerja non eksekutif , memprediksi kinerja sosial di masa mendatang, makan
perbandingan antarperusahaan,intraperusahaan, dan interindustri.
T.W.Damayanti (2009) menjelaskan bahwa dalam riset Brooks terhadap southham press,
menemukan bahwa with sosial akan dapat memberikan dampak bagi perusahaan dan entitas anak
dalam hal: Perlindungan lingkungan, hubungan industrial, dan perlakuan kelompok minoritas,
konversi, kontribusi komunitas, dan pengembangan dunia kerja. Di inggris, australia, dan
amerika,the interest research council melakukan riset secara terhadap dampak lingkungan, dan
menyimpulkan bahwa pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan australia memiliki
tingkatan yang paling kecil dibandingkan dengan amerika dan inggris, dimana inggris lebih
terdorong oleh adanya peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, adanya kesamaan
prioritas atas jenis informasi, yaitu SDM, masyarakat dan lingkungan di australia, amerika, dan
inggris serta adanya perbedaan tingkat dan jenis kuantifikasi pengungkapan sosial ketiga negara
tersebut. Pentingnya audi sosial seharusnya membuat perusahaan berusaha untuk melakukan
audit atas akuntansi sosial. Akan tetapi, dalam pelaksanaan audit sosial terdapat beberapa
hambatan. Tabel 22.4 ditampilkan beberapa keuntungan dan hambatan dalam pelaksanaan audit
sosial.
MODEL LAPORAN SOSIAL
Asalkan praktek industri dapat dilihat rangkaian kegiatan audit sosial mulai dari penjelasan
tujuan sampai dengan penilaian kembali tujuan perusahaan atas dasar hasil audit
pertanggungjawaban sosial. Salah satu tahapan siklus di atas adalah melakukan verifikasi dari
pihak internal dan eksternal yang independen. Perbedaan mendasar atas pelaksanaan audit atas
akuntansi konvensional adalah pada pengidentifikasian kepentingan stakeholder. Dalam audit
konvensional tidak ditemukan identifikasi kepentingan stakeholder sudah ada standar tentang isi
dan bagaimana pelaporan nya dalam akuntansi konvensional. Kapan eksternal terpisah ya
menggambarkan hubungan perusahaan dengan komunitas ia telah dikeluarkan oleh banyak
perusahaan, yang berada di indonesia dan negara-negara maju.
David linowes (1968)²² telah mengembangkan operasi sosioekonomi untuk digunakan sebagai
dasar untuk melaporkan informasi akuntansi sosial. Linowes membagi laporan ke dalam tiga
kategori:1) bunga dengan manusia 2) hubungan dengan lingkung, dan3) hubungan dengan
produk. Pada setiap kategori, iya membuat daftar mengenai kontribusi sukarela perusahaan dan
kemudian mengurangkanya dengan kerugian yang disebabkan oleh aktivitas perusahaan
itu.linowes melakukan monetisasi segala sesuatunya dalam laporan tersebut dan sampai pada
saldo akhir, yang disebutnya sebagai tindakan sosioekonomi neto untuk tahun tersebut.Dalam
laporan linowes, seluruh kontribusi dan kerugian harus dihitung secara moneter- sesuatu yang
telah terbukti sulit untuk dilakukan.Pendekatan linowes tidak digunakan oleh perusahaan
manapun.
Selain Linowes, Ralph Estes mengembangkan model yang menggunakan prospektif Pigou
(1948) mengenai manfaat dan biaya sosial. Iya menghitung manfaat sosial sebagai seluruh
kontribusi kepada masyarakat yang berasal dari operasi perusahaan( misalnya, lapangan kerja
yang disediakan, sumbangan, pajak, perbaikan lingkungan). Biaya sosial meliputi seluruh beban
operasi perusahaan (bahan baku yang dibeli, utang, kerusakan lingkungan, luka-luka dan
penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan) daya sosial dikurang kan dari manfaat sosial untuk
memperoleh manfaat atau biaya netto. Estes mempertimbangkan modelnya sebagai laporan
konseptual yang dapat digunakan secara internal oleh manajemen dalam menilai manfaat
perusahaan bagi masyarakat. Di sini, juga banyak pos-pos dalam model tersebut yang sulit untuk
diukur.Untuk pos-pos yang dapat diukur, tersedia beberapa pendekatan yang menyediakan
beragam hasil.
Secara umum, praktik masyarakat tentang model audit sosial yang berkembang dalam
masyarakat dapat dilihat dari model laporan Beechwood,Body shop,Traidcraft,LHTD,
Cooperative bank ,APSO sebagaimana ditampilkan pada tabel 22.5 . Persamaan model sebut
adalah tahapan pelaksanaan audit pertanggungjawaban sosial adalah menjelaskan tujuan,
mengidentifikasi stakeholder dalam kepentingannya, memperhatikan kepentingan stakeholder
dan melihatnya sebagai pusat audit pertanggungjawaban sosial, melakukan verifikasi dari pihak
internal dan eksternal yang independen, mengungkapkan penilaian kinerja kepada stakeholder
dan publik, menilai kembali tujuan dan aktivitas perusaha
Banyak perusahaan menerbitkan laporan tahunan kepada pemegang saham yang berisi beberapa
informasi sosial. Ernst &Ernst melakukan survey atas pengungkapan sosial yang dibuat oleh 500
perusahaan industri terkenal dalam laporan tahunannya dari tahun 1971 sampai tahun 1978.
Ditemukan bahwa secara umum, jumlah perusahaan yang mengungkapkan informasi sosial dan
jumlah pengungkapan meningkat dengan stabil.Sekitar 90% dari perusahaan yang termasuk
dalam laporan tahunan tahu 1978 telah membuat suatu bentuk pengungkapan sosial.akan tetapi,
karena kebanyakan informasi sosial yang diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan tahunan
bersifat sukarela dan selektif, dapat di argumentasi kan bahwa informasi tersebut memiliki nilai
yang dipertanyakan dan seseorang tidak dapat menilai kinerja sosial dari perusahaan tersebut
berdasarkan laporan tahunan nya.
Sementara itu, untuk melihat praktik pengungkapan sosial dalam laporan tahunan dari
perusahaan indonesia lebih lanjut, para peneliti akuntansi telah melakukan berbagai riset
mengenai hal ini, wisata yang dilakukan oleh utomo( 2000) mengenai praktik pengungkapan
sosial pada laporan tahunan perusahaan terhadap 81 perusahaan publik( terdaftar di bursa efek
jakarta dan bursa efek surabaya directory tahun 1998) (29,87% ) dibandingkan dengan tema
produk dan konsumen (20,74 %) maupun tema kemasyarakatan(13,21%) . Henny dan Murtanto
(2001) dalam reserved juga menemukan hal yang sama mengenai praktik pengungkapan sosial
pada laporan tahunan dari perusahaan yang terdaftar di bursa efek jakarta. Untuk mengetahui
lebih terperinci mengenai informasi sosial yang diungkapkan dalam laporan tahunan dari
perusahaan di indonesia diuraikan pada tabel berikut ini.
Riset tersebut juga menyimpulkan bahwa pengungkapan sosial oleh perusahaan di indonesia
relatif masih sangat rendah .Hal ini diduga disebabkan karena perusahaan belum memanfaatkan
laporan tahunan sebagai media komunikasi antara perusahaan dan pemangku kepentingan.
Kemungkinan lain adalah bahwa perusahaan hanya memanfaatkan laporan tahunan sebagai
laporan kepada PEMEGANG SAHAM dan KREDITOR atau sebagai informasi bagi calon
investor. Padahal sebenarnya terdapat dua aspek yang sering dijadikan bahan analisis oleh para
investor dalam pengambilan keputusan investasi nya.Kedua faktor tersebut adalah faktor teknis
dan faktor fundamental.Perbedaan yang lebih jelas antara kedua faktor di atas dapat dilihat pada
tabel 22.9.
Beda dengan indonesia, riset yang dilakukan di luar negeri oleh ince dan davit (1997) di
inggris,Tsang dan Eric Wk (1998) di singapura.Hackson dan Milne (1996) di selandia baru,
adam dkk .( 1997) di 6 negara eropa (perancis, jerman, Swiss, inggris dan belanda), serta riset
Andrew dkk.( 1998) di malaysia dan singapura membuktikan bahwa pengungkapan sosial
perusahaan sudah menjadi hal yang lazim dilaksanakan. Temuan lainnya adalah bahwa
perusahaan besar lebih banyak mengungkap informasi sosialnya dibandingkan dengan
perusahaan kecil.
Perusahaan eropa sudah mempelopori pengungkapan informasi sosial dalam laporan khusus
maupun laporan tahunan.Prancis, misalnya, telah mengeluarkan undang-undang yang
mengharuskan perusahaan dengan jumlah karyawan yang banyak untuk melaporkan pos-pos
hubungan karyawan. Terlibat dalam laporan ini adalah :
1) lapangan kerja, 2) gaji dan perubahan sosial, 3) kesehatan dan jaminan kerja, 4) kondisi kerja
lainnya, 5) pelatihan, 6) hubungan industri , dan 7) pengakuan sosial lainnya yang revelan.
Bentuk pelaporan model eropa yang telah digunakan oleh sejumlah perusahaan adalah
bentuk yang dikembangkan serta digunakan oleh Deutsche Shell (perusahaan minyak Shell di
jerman).Serupa dengan laporan dari perusahaan di perancis, laporan Deutsche Shell menekankan
pada hubungan perusahaan dengan karyawannya.Namun, laporan tersebut juga memberikan
informasi mengenai sejumlah bidang lainnya yang berurusan dengan tanggung jawab sosial
perusahaan.
Laporan Deutsche Shell berisi beberapa pos yang tidak umum.Selain laporan keuangan
yang umum, terdapat pelaporan akun sosial dan laporan nilai tambahan, yang keduanya berkaitan
dengan kontribusi perusahaan terhadap masyarakat. Laporan akun sosial melaporkan aktivitas
perusahaan yang mempengaruhi pemangku kepentingan perusahaan, seperti karyawan, investor,
komunitas, dan perusahaan itu sendiri( dalam hal pemeliharaan modal). Pada dasarnya, laporan
aku sosial adalah pemandangan yang lebih ekstensif terhadap berbagai pos-pos pelaporan yang
telah dilaporkan dalam laporan keuangan lainnya.Akan tetapi, a dengan menekankan pada
hubungan perusahaan dengan pemangku kepentingan nya, laporan tahunan Deutsche Shell
memberikan dimensi baru bagi pelaporan keuangan.
Laporan nilai tambah dimaksudkan untuk menjelaskan peningkatan nilai andi kontribusi
kan perusahaan kepada masyarakat dengan cara menghasilkan produk atau jasa nya. Salah satu
bagian dari laporan tersebut menjelaskan sumber nilai dari perusahaan, termasuk pendapatan
penjualan, perubahan persediaan, dan aktivitas yang dibangun sendiri.Bagian lainnya
menjelaskan bagaimana nilai tersebut didistribusikan kepada pemangku kepentingan
perusahaan.Serupa dengan laporan akun sosial, perusahaan mengambil pos-pos dari laporan
lainnya dan memasukkannya ke dalam laporan nilai tambah.
Laporan tahunan Deutsche Shell juga memasukkan penjelasan terhadap tujuan
perusahaan, dimana beberapa diantaranya ma pawai kepentingan terhadap laba dan pangsa
pasar.Tujuan ini meliputi pertimbangan terhadap kepentingan karyawan dan penghargaan
terhadap keprihatinan publik. Tujuan tersebut dibagi kedalam sub tujuan dan aktivitas
dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Tidak ada perbandingan antara informasi sosial yang diungkapkan oleh Deutsche Shell
dan perusahaan eropa lainnya dengan pengungkapan semacam itu oleh perusahaan di amerika
dalam laporan tahunan nya.Perusahaan eropa secara serius berusaha untuk menggunakan laporan
tahunan sebagai wahana untuk mengungkapkan beberapa informasi sosial, tetapi perusahaan
amerika belum membuat komitmen ini.
Arah riset
Riset dalam akuntansi sosial telah cukup ekstensif dan berfokus pada berbagai subjek
yang berkisar dari pengembangan Kerangka kerja teoritis sampai mensurvei penggunaan
potensial dari data akuntansi sosial.Akan tetapi, riset akademis saat ini terutama berkaitan
dengan kegunaan dari data akuntansi sosial bagi investor. Kritikus menganggap trend saat ini
berpikiran sempit, tetapi hal itu dapat dibenarkan oleh kebutuhan untuk meyakinkan akuntan dari
" arus utama" mengenai kegunaan data akuntansi sosial. Jika dapat ditunjukkan bahwa investor
akan menggunakan data ini sebagai bagian dari rangkaian informasinya dalam membuat
keputusan investasi, maka hal ini akan menjadi justifikasi yang kuat untuk menghasilkan dan
menyebarkan informasi akuntansi sosial.
Studi mengenai kegunaan informasi dapat dibagi menjadi dua bidang utama, yaitu:
1) survei atas investor potensial, dan
2) pengujian empiris terhadap dampak pasar dari pengungkapan akuntansi sosial. Survei
atas investor belum menghasilkan laporan apapun yang bersifat konklusif mengenai kebutuhan
akan informasi akuntansi sosial. Beberapa investor tampak tertarik terhadap aspek tertentu dari
informasi akuntansi sosial, tetapi yang lain tidak tertarik.
Studi mengenai reaksi pasar modal terhadap pengungkapan informasi sosial
menyarankan agar investor menyesuaikan pikirannya terhadap pengungkapan informasi
akuntansi sosial.Tidak terdapat kesimpulan yang jelas dari riset mengenai hubungan antara
kinerja sosial, kinerja ekonomi, dan pengungkapan sosial. Reset masih perlu untuk dilakukan
dalam bidang-bidang yang telah dibahas dan dalam spek lainnya dari akuntansi sosial seperti
menentukan penggunaan potensial dari informasi akuntansi sosial( selain investor). Kerangka
teoritis yang melanjutkan karya Ramanathan (1976) harus dikembangkan. Format laporan
sebaiknya dipraktekkan dan karya Baurer dalam audit sosial sebaiknya diperluas.
Dari sudut pandang yang membuat kemajuan utama dalam akuntansi sosial, bidang
masalah utama yang paling penting dan masih belum terselesaikan mungkin adalah bintang
pengukuran.riset teoretis ,empris, dan pragmatis perlu dilakukan mengenai subjek ini. Selama
orang percaya b bawa akuntansi sosial mencoba untuk menggambarkan fenomena yang sebagian
besar tidak dapat diukur, maka akuntansi sosial tidak kan dia nggak secara serius sebagai suatu
disiplin ilmu.
BAB II
ASPEK KEPERILAKUAN DALAM AKUNTANSI SUMBER DAYA MANUSIA
Hal ini melibatkan pengukuran biaya yang dikeluarkan perusahaan oleh perusahaan bisnis dan
organisasi lainnya untuk merekrut, memilih, menyewa, mempekerjakan, melatih, dan
mengembangkan aset manusia. Akuntansi sumber daya manusia juga melibatkan pengukuran
terhadap biaya yang dikeluarkan untuk menggantikan sumber daya manusia dari organisasi.
Akuntansi sumber daya manusia juga melibatkan pengukuran terhadap nilai ekonomi dari
manusia bagi organisasi.
Dengan demikian, akuntansi sumber daya manusia berarti mengukur investasi yang dibuat oleh
organisasi dalam manusia, biaya untuk mengganti orang-orang tersebut dan nilai dari manusia
bagi perusahaan.
Di lain pihak Frederiksen dan Westpalen mengatakan bahwa akuntansi sumber daya manusia
adalah mengenai pengukuran nilai sumber daya manusia di dalam perusahaan, termasuk bagian
laporan yang menggambarkan masalah seperti biaya dan keuntungan dari pelatihan, kepindahan
karyawan, ketidakhadiran, nilai pengetahuan karyawan dan lain-lain.
Pernyataan ini setidaknya memiliki tiga unsur, antara lain:
1. Menjelaskan dan mendefinisikan istilah utama yang digunakan dalam akuntansi sumber
daya manusia.
2. Mengidentifikasi dan membahas mengenai pemangku kepentingan utama: yaitu
pemerintah, mitra social, perusahaan, dan karyawan serta posisi mereka terhadap
akuntansi sumber daya manusia.
3. Lima studi kasus yang mengacu pada laporan sumber daya meliputi perusahaan/
organisasi public dan swasta yang bergerak di bidang produksi, ritel dan jasa.
KERANGKA KONSEPTUAL
Secara konseptual, tujuan akuntansi sumber daya manusia adalah memasukkan nilai
sumber daya manusia sebagai asset perusahaan pada laporan posisi keuangan, sama
seperti asset umum lainnya. Kerangka konseptual ini menggunakan criteria untuk
menentukan unsure-unsur yang dapat dicatat.
Dengan demikian, berdasarkan hasil yang diagnosis yang dilakukan oleh banyak ahli
telah dicapai suatu kesepakatan mengenai konsep aset utama. Persoalan ini dapat
dijelaskan dengan dua permasalahan penting yang dijumpai ketika kita mengacu pada
jenis aset tak berwujud, antara lain: identifikasi biaya aset dan estimasi periode dimana
aset itu harus diamortisasi. Di dalam akuntansi internasional, selain dengan jelas
mengenali beberapa materi sebagai aset (kas, saham, mesin dan seterusnya), terdapat
perdebatan besar mengenai apakah item-item lain dapat dipertimbangkan sebagai modal.
Pendekatan ini dikenal sebagai tagihan yang ditangguhkan dalam literator akuntansi.
Selanjutnya, dapat diakatakan bahwa tidak hanya terdapat batas yang belum jelas antara
aset tak berwujud, aset tetap, dan tagihan yang ditangguhkan, melainkan juga terdapat
unsure-unsur yang mempertimbangkan sumber daya manusia sebagai aset dan unsure-
unsur yang mempertimbangkannya sebagai biaya.
BIAYA HISTORIS
Ketika mengacu pada biaya pelatihan, biaya historis berarti pengorbanan yang diperlukan
perusahaan untuk mengadakan dan melatih orang-orang yang ada untuk meningkatkan
sumber daya manusia yang dimilikinya.
BIAYA SUBSTITUSI
Biaya substitusi adalah biaya pengganti. Dalam kaitannya dengan substitusi, Likert yang
membayangkan situasi ekstrem bagi manajemen perusahaan, mengatakan:
”Seandainya besok semua pekerja hilang, tetapi anda masih mempunyai sumber daya lain
yang tersisa: baik itu bangunan, pabrik, alat industry, hak paten, saham, uang, dan
seterusnya: kecuali karyawan. Berapa banyak waktu yang akan anda perlukan untuk
merekrut karyawan yang diperlukan, berapa banyak pelatihan yang akan anda lakukan
sampai mereka mampu menjalankan semua fungsi yang ada di tingkat persaingan saat ini
dan mengintegrasikannya dalam organisasi dengan cara yang sama seperti saat ini?
Oleh karena itu, latihan mental diperlukan untuk membangun kembali organisasi dengan
satu cara yang sempurna untuk menarik perhatian terhadap sumber daya manusia yang
kini dilihat sebagai cahaya baru. Tentunya, pendapat Profesor Likert tergolong implisit
dengan menilai sumber daya manusia dalam criteria biaya penggantian.
Meskipun usulan Likert sangat tidak mungkin, hal ini memungkinkan dilakukannya
perhitungan biaya penggantian sumber daya manusia. Untuk menghitung biaya substitusi,
diperlukan informasi mengenai biaya pengorbanan untuk menggantikan sumber daya
manusia yang telah dipekerjakan. Biaya ini termasuk biaya dari karyawan yang keluar
dan biaya perekrutan serta pelatihan penggantian.
BIAYA KESEMPATAN
Beberapa pengarang mencoba untuk berargumentasi bahwa biaya kesempatan merupakan
alternative bagi biaya historis maupun biaya substitusi, tetapi biaya oportunitas
merupakan estimasi dari biaya ini tanpa kekeliruan. Biaya kesempatan dianggap sebagai
target nilai aset dari penggunaan alternative. Penilaian biaya didasarkan pada konflik
kepentingan yang dapat terjadi dalam dimensi internal perusahaan, serta berlangsung
pada pasar internal perusahaan dimana beberapa unit organisasi mengambil bagian. Unit
ini merupakan pusat laba, sehingga tujuannya harus diungkapkan dalam istilah
profitabilitas.
Meskipun akuntansi sumber daya manusia sangat bermanfaat, tetapi terdapat sejumlah bahwa
adalah tidak mungkin untuk menilai dan memasukkan sumber daya manusia sebagai aset.
Kritikan tersebut antara lain:
Sumber daya manusia tidak bisa dimiliki.
Tidak ada model yang diterima secara umum untuk menilainya.
Dalam perumusan standar akuntansi, tidak terdapat standar yang terpisah untuk pelaporan
sumber daya manusia.
Seperti dalam kebanyakan kasus dari metode biaya historis dimana sumber daya manusia
diperlakukan sebagai aset fisik, karakteristik dasarnya tidak sama dengan konsep
pengakuan penyusutan karena merupakan tendensi umum manusia untuk semakin
meningkatkan nilai dengan pengalaman.
Akuntansi sumber daya manusia mengakui bahwa manusia terdiri dari modal dan aset. Teori
ekonomi modal kerja manusia didasarkan pada konsep bahwa manusia memiliki keterampilan,
pengalam dan pengetahuan yang merupakan bentuk dari modal yang disebut modal manusia,
sehingga peneliti bernama Theodore Schultz dalam penelitiannya tentang teori ekonomi modal
manusia mendapatkan hadiah Nobel. Ia menyatakan bahwa para pekerja telah menjadi kapitalis
tidak hanya dari difusi kepemilikan saham perusahaan, melainkan dari akuisisi pengetahuan dan
keterampilan mereka yang memiliki nilai ekonomi.
Salah satu pendekatan paling awal untuk mengukur dan mencatat nilai dari akuntansi sumber
daya manusia adalah sebagaimana yang dikembangkan oleh R.H. Hermanson. Ia merupakan
akuntan pendidik. Pengukuran dan pencatatan nilai akuntansi sumber daya manusia tersebut
merupakan bagian disertasi doktor filsafat (Ph.D). disertasi tersebut kemudian diterbitkan
sebagai monograf pada tahun 1964 dengan judul Accounting for Human Assets. Keprihatinan
utama dari Hermanson adalah bahwa laporan keuangan konvensional gagal untuk mencerminkan
posisi keuangan dengan memadai dari perusahaan karena laporan tersebut tidak memasukkan
aset manusia. Hermanson mengembangkan metode goodwill yang tidak terbeli untuk mengukur
nilai aset manusia yang dikembangkan oleh perusahaan melalui operasi normal (perekrutan,
pelatihan, dan seterusnya) dibandingkan dengan apa yang dibeli melalui akuisisi terhadap
perusahaan lain.
Pada tahun 1966, sekelompok peneliti terdiri atas R.L. Brummet, Flamboltz, dan W.C.
Pyle memulai suatu program penelitian tentang akuntansi sumber daya manusia di Universitas
Michigan. Penelitian ini dirancang untuk mengembangkan konsep, model dan teknik akuntansi
biaya untuk mengukur nilai aset manusia. Penelitian tersebut juga bertujuan untuk
mengmbangkan aplikasi yang mungkin untuk pengukuran semacam itu. Riset ini mengarah pada
konsep dan model teoritis serta aplikasi dari pendekatan ini dalam organisasi yang
sesungguhnya. Dibawah arahan Wiliam C. Pyle, Barry R Corporation yang bermarkas
dikolombus, Ohio, membuat upaya pertama yang dilaporkan untuk mengembangkan sistem
akuntansi bagi investasi perusahaan dalam sumber daya manusia. Sistem ini lebih dimaksudkan
untuk tujuan menajerial dibandingkan dengan tujuan pelaporan keuangan.
Peran perkembangan informasi yang begitu cepat telah memaksa perusahaan meningkatkan
sumber daya manusianya untuk mamu bersaing. Perusahaan harus berusaha mengoptimalkan
peran informasi ini dalam mencapai tujuannya. Informasi yang diperlukan manjemen harus
memiliki karakteristik seprti akurat dan tepat waktu. Tersedianya informasi secara cepat, relevan
dan lengkap lebih dikarenakan adanya kebutuhan oleh masing-masing unit bisnis untuk
mendapatkan posisi keunggulan kompetitif.
1. Manusia adalah sumber daya yang bernilai. Manusia memberikan jasa sekarang dan masa
yang akan datang yang tidak dimiliki oleh mesin dan materi. Sumber daya manusia
merupakan sumber daya yang investasinya dapat dipertanggungjawabkan tanpa
kepemilikan.
2. Pengaruh gaya manajemen. Nilai sumber daya manusia dapat dipengaruhi oleh cara-cara
yang dikelolanya. Sikap atau gaya tertentu dari manajemen dapat meningkatkan motivasi
dan produktivitas karyawan. Sedangkan gaya manajemen yang lain mungkin menurunkan
motivasi sehingga akan menurunkan produktivitas.
3. Kebutuhan akan informasi sumber daya manusia. Informasi mengenai biaya dan nilai
sumber daya manusia adalah perlu bagi sumber daya manusia yang efektif dan efisien
dalam berbagai aspek dari proses manajemen sumber daya manusia, termasuk
perencanaan dan pengendalian dalam akuisisi, pengembangan, alokasi, komposisi,
konservasi, dan utilisasi manusia.
Sementara itu tujuan akuntansi sumber daya manusia adalah sebagai berikut :
1. Menyediakan kerangka kerja untuk membantu manajer dalam menggunakan sumber daya
manusia secara efektif dan efisien.
2. Menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna dalam memperoleh,
mengembangkan, menempatkan, mengonversi, menggunakan, mengevaluasi dan
memberikan imbalan pada sumber daya manusia.
3. Menyediakan alat pengukuran biaya dan bilai manusia bagiorganiasi untuk digunakan
dalam pengambilan keputusan.
4. Memotivasi manajer untuk memperhatikan dampak pengambilan keputusan usaha
terhadap sumber daya manusia.
Tiga jawaban fundamental mengenai dilakukannya penilaian atas modal manusia (Human
capital), yaitu penilaian tersebut didasarkan pada alasan.
1. Untuk memberikan Informasi dalam istilah keuangan yang dapat dimasukkan dalam
laporan keuangan (seperti yang telah dilakukan untuk aset fisik), agar dapat memberi
informasi kepada investor, karyawan dan kreditor.
2. Untuk mengidentifikasi kontribusi dari masing-masing modal tenaga kerja terhadap
kinerja organisasi secara keseluruhan.
3. Untuk memberikan dasar dalam pengelolaan organisasi dengan rasionalitas ekonomi
yang lebih besar (melalui penyediaan informasi yang diperbaiki untuk mencakup fungsi
personel).
Aset tak berwujud digambarkan sebagai aset yang tidak berbentuk materi (uang) atau aset
yang tidak bisa dilihat. Tidak bisa dipegang secara fisik, tidak bisa diukurm tetapi diciptakan
melalui waktu atau usaha. Terdapat dua bentuk utama aset tak berwujud yang tidak terukur.
Pertama adalah Aset tak berwujud tercipta secara hukum seperti; Rahasia dagang, daftar
pelanggan, hak cipta, hak paten, merek dagang dan goodwill. Kedua adalah Aset tak berwujud
tercipta karena persaingan, seperti; pengetahuan, kerjasama, aktivitas utang, dan aktivitas
struktural.
Goodwill pada bisnis sudah lama dikenal sebagai subjek properti konsep hukum goodwill
didasarkan pada kasus dalam bahasa yang mengatakan bahwa goodwill merupakan kemungkinan
kembaliya pelanggan ke lokasi yang sama kemudian diperluas dengan memasukkan
kecenderungan bagi pelanggan untuk kembali ke lokasi atau perusahaan yang sama karena nama
atau alasan lain berkaitan dengan lokasi. munculnya konsep hukum tentang goodwill
memperluas sumber goodwill untuk mencakup karyawan dan pemasok terkecuali dalam kasus
monipoli. Konsep hukum goodwill terpusat pada gagasan bahwa goodwill adalah suatu aset yang
menghasilkan pendapatan yang berlebih.
Hak cipta (Copyright) melindungi pemegang hak dari penggandaan yang tidak sah atas
ungkapan asli (misalnya literator, film, musik, lukisan, software, topeng dan lain-lain). Hak
cipta berbeda secara menyolok dengan bentuk lain dari properti intelektual, seperti paten yang
memberikan hak monopoli pada penggunaan invensi, karena hak cipta bukan merupakan hak
monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan hak untuk mencegah orang lain melakukannya.
Diindonesia hak cipta diatur dalam Undang-Undang Hak Cipta yaitu; (Undang-Undang nomor
19 Tahun 2002).
Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang paten, dicantumkan bahwa paten
adalah hak ekslusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya dibidang
teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau
memberi persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.
Sistem manajemen sumber daya manusia secara keseluruhan dapat digambarkan sebagai
siklus. Pada bagian awal dari siklus terdapat registrasi, prosedur dan pelporan internal maupun
eksternal yang perlu diambil. Elemen-elemen dasar ini merupakan sampul dari akuntansi
sumber daya manusia. Jika manajemen berfokus kepada data yang telah tersedia dalam
organisasi mereka untuk membuat sistem pelaporan manajemen, banyak informasi yang akan
diperoleh. Hal ini mengharuskan menajemen untuk menentukan tujuan dan target sebagai kunci
dari indikator kinerja; memutuskan tindakan yang harus diambil untuk mencapai tujuan;
menentukan implementasi tindakan, dan melakukan penyesuaian terhadap tujuan serta target dan
seterusnya. Dengan demikian akan terbentuk suatu siklus yang lebih baik dan mapan.
Sampai tahun-tahun belakangan ini, perusahaan manajemen adalah pada apakah peralatan
produksi dan bangunan benar-benar dipelihara dan berfungsi dengan baik. Dengan demikian
fokus manajemen hanya pada aset tetap sementara karyawan dipandang hanya sebagai bagian
dari biaya overhead. Akibatnya, pengembangan teknologi agak melambat, dan kemampuan
perusahaan untuk berubah dan berinovasi menjadi tidak begitu penting. Sekarang ini teknologi
berkembang pesat dan produk-produk baru harus dikembangkan dalam permintaan pasar dan
kompetisi. Pergantian fokus dari aset tetap kepada karyawan sebagaian besar masih bergantung
kepada sektor bisnis.dalam hubungannya dengan akuntansi sumber daya manusia, pengetahuan
akuntansi, pengukuran modal, balance scorecord, dan seterusnya merupakan alat-alat yang
penting bagi manajemen. Karyawan tidak lagi dipertimbangkan hanya sekedar sebagai biaya
overhead melainkan sebagai aset, karena karyawan bukan peralatan bangunan maupun produksi
yang ketinggalan zaman yang akan membawa perusahaan ke masa depan.
Tujuan utamana peran akuntansi sumber daya manusia adalah sebagai sistem yang menyediakan
pengukuran atas biaya dan manfaat atau nilai manusia bagi suatu organisasi. Dari perspektif
manajerial akuntansi sumber daya manusia ditunjuk untuk membantu membuat keputusan
dengan menggunakan kalkulus atas biaya nilai. Yaitu pengkajian biaya serta nilai yang terlibat
dalam suatu keputusan. Pengukuran biaya dan nilai sumber daya menusia diperlukan untuk;
Akuisisisumber daya manusia meliputi upaya perekrutan, seleksi, dan penerimaan orang
untuk memenuhi kebutuhan tenaga manusia organisasi saat ini dan ekspektasi di masa depan.
Alokasi sumber daya manusia adalah proses penempatan orang ke berbagai peran dan
tugas organisasi. Idealnya manajemen akan mengalokasikan pekerjaan bagi karyawan dengan
cara mengoptimalkan beberapa variabel yaitu, produktivitas, pekerjaan, pengembangan sumber
daya manusia dan keputusan individu.
Akuntansi sumber daya manusai merupakan suatu proses pemanfaatan jasa manusia
untuk mencapai nilai organisasi. Akuntansi sumber daya manusia dapat membantu manajer
dalam memanfaatkan sumber daya manusia secara efektif dan efisien dengan memberikan
paradigma konseptual bagi pemanfaatan sumber daya manusia. Secara lebih spesifik tujuan
manajemen sumber daya manusia dapat dipandang sebagai kebutuhan untuk memberikan
kontribusi bagi nilai organisasi secara keseluruhan dengan mengoptimalkan nilai aset
manusianya.
Evaluasi sumber daya manusia adalah proses pengkajian atau penelaahan nilai manusia
bagi organisasi. Evaluasi meliputi produktivitas (kinerja) dan daya promosi orang tersebut.
Penilaian sumber daya manusia memungkinkan penghargaan seseorang akan diselenggarakan
sejalan dengan nilai atau manfaat organisasi. Hal ini juga memungkinkan manajemen untuk
mengambil keputusan kompensasi berdasarkan nilai manusia bagi perusahaan. Akuntansi sumber
daya manusai dapat dimanfaatkan dalam mengevaluasi efisiensi dari fungsi manajemen
personalia. Dan juga dapat membantu penetapan biaya dtandar dalam memperoleh dan
mengambangkan manusia.
Sumber daya sistem informasi akuntansi manusia adalah prosedur sistematis untuk
mengumpulkan, menyimpan, mempertahankan, menarik, dan memvalidasi data yang dibutuhkan
oleh organisasi berkaitan dengan sumber daya manusia, aktivitas personalia, dan karakteristik
unit organisasinya. Sumber daya sistem informasi akuntansi manusia sangat penting dan efektif
untuk mengambil keputusan. Sistem ini biasanya menggunakan komputer dan teknologi canggih
lainnya untuk memproses data yang memcerminkan aktivitas perusahaan.
Sumber daya sistem informasi akuntansi manusia bisa hanya berbentuk catatan gaji atau
kartu hadir untuk restoran/butik, atau berbentuk formal seperti bank data manusia yang
terkomputerisasi dari perusahaan besar seperti bank, pabrik, lembaga pemerintah dll. Sistem
informasi sumber daya manusia juga menunjang penyusunan perencanaan dengan informasi
mengenai kesempatan kerja, pemberhentian, dan kualifikasi pelamar, dan pengembangan
karyawan beserta informasi mengenai biaya program pelatihan dan kinerja pemegang. Sumber
daya manusia. Sistem informasi akuntansi sumber daya manusia harus dirancang untuk
menyediakan informasi yang; Tepat waktu , Akurat, Ringkas, Relevan, Lengkap.
Biaya Awal
Biaya Awal sumber daya manusia mengacu pada pengorbanan yang sesungguhnya terjadi untuk
memperoleh dan mengembangkan sumber daya manusia. Misalnya, biaya awal pabrik dan
peralatan merupakan biaya yang terjadi untuk memperoleh sumber daya ini. Biaya awal sumber
daya manusia khususnya mencakup biaya rekruitment, seleksi penyewaan, penempatan, orientasi
dan pelatihan kerja.
Biaya Penggantian
Biaya Penggantian atas sumber daya manusia merujuk kepada pengorbanan yang akan atau harus
terjadi sekarang untuk menggantikan sumber daya manusai yang sedang dipekerjakan. Misalnya,
apabila seorang individu meningkatkan suatu organisasi, aka harus dihitung biaya yang akan
dikeluarkan untuk merekrut, menyeleksi dan menggantinya.
Biaya Kesempatan
Biaya Kesempatan dari sumber daya manusai merujuk kepada nilai sumber daya manusia dalam
penggunaan alternatifnya yang paling menguntungkan. Meskipun secara nominal konsep biaya
menegaskan bahwa biaya sumber daya manusia berkaitan dengan gagasan mengenai nilai
sumber daya manusai. Namun, Hekimian dan Jones yang mengusulkan konsep ini telah
mengemukakan suatu sistem penawaran kompetitip untuk mengukurnya.
5 metode pengukuran sumber daya manusia yang didasarkan pada pengukuran moneter, yaitu:
1) Historical acquisition cost method (Metode biaya historis atau harga perolehan).
2) Replacement cost method (Metode biaya pengganti).
3) Opportunity cost method (Metode biaya kesempatan)
4) Compensation model (Model kompensasi).
5) Adjusted discounted future wage method (Metode menyesuaikan upah di masa mendatang
yang didiskontokan).
Di samping metode pengukuran dalam nilai uang (monetary measures), ada juga pengukuran non
moneter yang bisa dipergunakan. Banyak ukuran-ukuran non moneter aktiva manusia yang dapat
dipergunakan, seperti suatu inventarisasi sederhana keahlian dan kecakapan orang, penentuan
rating atau ranking hasil kerja karyawan, dan ukuran sikap.
Biaya Sumber Daya Manusia baik berupa biaya perolehan dan pengembangan pegawai
merupakan biaya yang dapat dikapitalisasi oleh perusahaan. Kapitalisasi sumber daya manusia
sebagai aktiva memenuhi unsur-unsur aktiva dalam akuntansi yang didefinisikan sebagai
manfaat ekonomi cukup pasti di masa yang akan datang, dikuasai atau dikendalikan oleh entitas
dan timbul akibat transaksi masa lalu. Namun, perlu diingat bahwa aset sumber daya manusia
berbeda dengan aset barang yang dapat dimiliki secara fisik oleh perusahaan.
Adapun terkait pengukuran aktiva terdapat berbagai metode pengukuran kapitalisasi SDM baik
dengan pendekatan moneter dan non moneter sebagaimana telah dijelaskan di atas. Keputusan
untuk mengakui biaya-biaya terkait SDM sebagai aktiva atau beban dan bagaimana cara
mengukurnya diserahkan kepada perusahaan mengingat belum ada standar yang menegaskan
sebuah keharusan. Akuntansi sumber daya manusia memerlukan tinjauan lebih lanjut di masa
yang akan datang.
MetodeBiayaPenggantian (ReplacementCost)
Metode ini memperhitungkan semua biaya yang terlibatdalam merekrut, mempekerjakan,
pelatihandan mengembangkan penggantian pada tingkatanefisiensi saat ini.
MetodeBiayaKesempatan(OpportunityCost)
Opportunity Costadalahnilaisuatu aset bila ada alternatifkesempatanuntuk
menggunakannya.Dalammetode initidak adaopportunity costbagikaryawanyang
tidakberharga.Dengandemikian hanya orangyangberhargasajayang seharusnya
menjadibagiandarinilaisumber daya manusia.
MetodeBiaya Standar(StandartCost)
Banyakperusahaan menggunakan standart cost untuk penilaian asetmanusiaseperti digunakan
untukasetfisikdan keuangan.Untuk menggunakan standard cost, karyawan
organisasidikategorikan kedalam kelompok yang berbeda berdasarkan hirarki posisimereka.
Menurut pendekatanini,standart costdari merekrut,mempekerjakan, pelatihan dan
mengembangkan per kelaskaryawanditentukandaritahun ketahun.
2.18 Pendekatan Teknis Terhadap Penerapan Akuntansi Sumber Daya Manusia
Pada bab ini telah membahans mengenai akuntansi sumber daya manusia, seiring dengan
pesatnya perkembangan entitas bisnis di berbagai belahan dunia, menjadi semakin penting
peranan nya dan menentukan efektivitas organisasi. Implikasinya adalah bahwa keberhasilan
atau kegagalan organisasi sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia.Sumber daya
manusia merupakan sumber dyaa organisasi paling vital dan diakui sebagai aset organisasi.
Ironisnya, dalam perspektif akuntasnsi konvensional, sumber daya manusia belum dianggap
sebagai aset.Akuntansi sumber daya manusia sendiri merupakan konsep baru dalam bidang
akuntansi keuangan karena masih berada dalam tahap yang membutuhkan oenelitian lebih
lanjut.Pandangan akuntansi sumber daya manusia ini berpusat pada pengakuan bahwa
karyawan merupakan aset organisasi melalui pendekatan biaya atau nilai manusia.