DISUSUN OLEH
KELOMPOK 10 :
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tak lupa saya ucapkan terimakasih banyak
kepada Bapak Dosen yang telah memberikan tugas kepada kami sehingga bisa membuat
wawasan kami lebih luas dikarenakan telah memberikan tugas ini.
Kami sebagai penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
baru bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa kita praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Kami menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, Kami dari kelompok 13 mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................................................
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Pembelajaran 2
BAB II PEMBAJASAN............................................................................................................................................
A. Kesimpulan 10
B. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akuntansi sosial (dikenal juga sebagai akuntansi sosial dan lingkungan, pelaporan sosial
perusahaan, pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan, pelaporan non-keuangan, atau
akuntansi keberlanjutan) adalah proses mengkomunikasikan dampak sosial dan lingkungan dari
tindakan ekonomi organisasi untuk kepentingan kelompok. Akuntansi lingkungan merupakan
istilah yang berkaitan dengan kebijakan memasukkan biaya lingkungan ke dalam praktik
akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintah. Biaya lingkungan adalah dampak yang timbul
dari sisi keuangan maupun non keuangan.
Akuntansi sosial dan lingkungan adalah suatu usaha untuk mengganti kerugian dengan
pertimbangan bahwa organisasi mempengaruhi, melalui tindakannya, pada lingkungan eksternal
(baik secara positif dan negatif) dan karenanya harus memperhitungkan efek-efek sebagai
bagian dari organisasi.
Akuntansi sosial dan lingkungan telah lama menjadi perhatian akuntan. Akuntansi ini
menjadi penting karena perusahaan perlu menyampaikan informasi mengenai aktivitas sosial dan
perlindungan terhadap lingkungan kepada stakeholder perusahahaan. Perusahaan tidak hanya
menyampaikan informasi serta calon investor atau kreditor perusahaan, tetapi juga perlu
memperhatikan kepentingan sosial di mana perusahaan beroperasi. Bentuk tanggung jawab
perusahaan dan kepada siapa perusahaan bertanggung jawab dapat dijelaskan oleh beberapa
teori.
Dengan demikian, tangung jawab perusahaan tidak hanya kepada investor atau kepada
kredior, tetapi juga kepada pemangku kepentingan lain, misalnya karyawan, konsumen, suplier,
pemerintah, masyarakat, media, organisasi industri, dan kelompok kepentingan lainnya.
4
B. RUMUSAN MASALAH
Pada latar belakang di atas maka dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah yaitu sebagai
berikut:
1. Bagaimana tinjauan historis Akuntansi Sosial dan Lingkungan pasca perang dunia II?
2. Bagaimana tinjauan historis Akuntansi Sosial dan Lingkungan dalam pembangunan kembali
dunia?
3. Bagaimana tinjauan historis Akuntansi Sosial dan Lingkungan dalam pembangunan berbasis
kapitalisme?
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada rumusan masalah di atas maka dapat disimpulkan tujuan pembelajaran dari makalah ini,
yaitu sebagai berikut ini:
1. Agar mengetahui bagaimana tinjauan historis Akuntansi Sosial dan Lingkungan pasca perang
dunia II.
2. Agar mengetahui bagaimana tinjauan historis Akuntansi Sosial dan Lingkungan dalam
pembangunan kembali dunia.
3. Agar mengetahui bagaimana tinjauan historis Akuntansi Sosial dan Lingkungan dalam
pembangunan berbasis kapitalisme.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pada awal abad ke-20, asap hitam tebal dan air yang tercemar dianggap sebagai
kejahatan yang diperlukan dari aktivitas industri. Saat ini, masyarakat menuntut kualitas
lingkungan yang lebih baik dan mengupayakannya melalui kebijakan pembangunan
berkelanjutan, eko-efisiensi, dan penyebaran informasi yang lebih luas sehingga dapat
meningkatkan tanggung jawab atau akuntabilitas perusahaan. Dalam banyak kasus,
penurunan kualitas lingkungan yang berakitan dengan aktivitas perusahaan terus
berlanjut meskipun beberapa komunitas bisnis telah membuat kemajuan dalam hal
perlindungan lingkungan sejak munculnya environmentalisme pada akhir 1960-an dan
awal 1970-an (Economist 1997b). Seperti yang ditunjukkan oleh pengamatan ilmiah
(misalnya pada lapisan ozon dan perubahan iklim), intervensi manusia terhadap
lingkungan alam saat ini tidak hanya bersifat regional tetapi juga mengancam bagi
ekosfer global. Kerusakan lingkungan yang terjadi secara terus menerus dan masalah
ekonomi serta sosial yang terkait, dapat diartikan bahwa pentingnya informasi tentang
masalah lingkungan semakin meningkat dan jenis informasi lainnya seperti akuntansi
sosial juga semakin penting.
Kekayaan dan akar sejarah pada suatu negara adalah langkah pertama dalam
mengidentifikasi faktor mana yang mempengaruhi akuntansi. Seperti halnya budaya
merupakan elemen penting dalam mempertimbangkan bagaimana sistem sosial berada di
bawah pengaruh budaya. Ada 3 diantaranya yaitu:
Januari 1949 menandakan bahwa Perang Dunia II telah berakhir. Yang mana
Amerika Serikat telah memenangkan perang dan menjadi pusat kekuatan baru di dunia.
6
Terdapat beberapa fase perkembangan akuntansi sosial dan lingkungan yang terjadi
setelah Perang Dunia II, yaitu:
”It refers to the obligation of businessman to pursue those policies, to make those
decisions, or to follow those lines of action which are desirable in terms of the
objectives and values of our society”
Hal itu kemudian digunakan secara kolektif sebagai dasar untuk mendefinisikan
tanggung jawab sosial kewajiban entitas untuk menetapkan tujuan bisnis yang sejalan
dengan tujuan (goals) dan nilai-nilai dalam komunitas (sosial). Konsep ini
menghancurkan konsep ekonomi pengorbanan terkecil untuk hasil terbaik.
7
Dengan pernyataan ini Davis menegaskan adanya tanggung jawab sosial suatu
organisasi di samping tanggung jawab finansial semata. Argumen Davis menjadi
sangat relevan, karena pada saat itu (1960an) opini mengenai tanggung jawab sosial
organisasi masih sangat dipengaruhi oleh pemikiran para ekonom klasik. Tanggung
jawab sosial mereka terbatas untuk memungkinkan masyarakat dapat membeli
dengan harga yang telah dirancang secara efisien. Ketika hal tersebut berjalan dengan
baik, maka organisasi akan mendapatkan keuntungan dari penjualan tersebut dan
kemudian dapat memenuhi tanggung jawab sosialnya seperti :
- Penciptaan lapangan pekerjaan.
- Berpartisipasi dalam kegiatan pemerintahan dengan cara membayar pajak.
- Menghasilkan barang dengan harga yang wajar.
The Committee for Economic Development (CED) adalah sebuah organisasi nirlaba
dan netral Amerika yang beranggotakan 200 pemimpin bisnis dan eksekutif dari
universitas terkemuka yang menghasilkan laporan yang sangat fenomenal pada tahun
1971 bertajuk “Social Responsibilities of Business Corporations.” Laporan tersebut
menggunakan three concentric circles‖ yaitu:
Pada tahun 1971 ini ditandai dengan pemahaman yang lebih universal mengeni
akuntansi sosial dan lingkungan dalam kehidupan bisnis, akibat dari munculnya konsep
three concentric cicles.
8
d. Fase Mandatori Regulasi Perancis Pertama
Fase ini melahirkan perubahan yang sangat fundamental pada beberapa persyaratan
detail tentang pelaporan akuntansi sosial dan lingkungan. Meski masih terbatas di
Perancis tetapi peraturan ini menjadi dasar kajian di beberapa Negara maju untuk mulai
mempertimbangkan tentang penerapan akuntansi sosial dan lingkungan.
Meski terjadi perlawanan dan control keuangan yang ketat pada saat itu, konsep
tersebut berhasil kerangka model akuntansi sosial dan pelaporannya tetap berjalan. Hanya
saja selama periode ini muncul beberapa konsep dengan nama baru. Istilah baru tersebut
adalah Socially Responsible Investing (SRI). SRI ini umumnya digunakan di Inggris.
Fase ini adalah gabungan antara penilaian finansial dan non-finansial terhadap kinerja
organisasi. Pertama kali diperkenalkan oleh Art Schneiderman pada tahun 1987 dan
kemudian direvisi secara menyeluruh oleh Kaplan dan Norton (1990). Akuntansi sosial
dan lingkungan memiliki tempat tersendiri dalam kemunculan Balance Scorecard. Ada
empat prospek yang sangat fenomenal yaitu:
9
keuangan: mendorong identifikasi beberapa Langkah keuangan tingkat tinggi
terkait. secara khusus, perencana didorong untuk memilih Tindakan yang
membantu menginformasikan jawaban atas pertanyaan "bagaimana pandangan
kita terhadap pemegang saham?"
Pelanggan: mendorong pengidentifikasian tindakan yang menjawab pertanyaan
"Bagaimana pelanggan melihat kami?"
Proses Bisnis Internal: mendorong identifikasi tindakan yang menjawab
pertanyaan "Apa yang harus kita kuasai?"
Pembelajaran dan Pertumbuhan: mendorong identifikasi langkah-langkah yang
menjawab pertanyaan "dapatkah kita terus meningkatkan dan menciptakan nilai?".
Pada awal 1990-an, model pelaporan akuntansi sosial dan lingkungan mulai
menggunakan konsep Balance Scorecard. Banyak perusahaan besar di Amerika dan
Eropa menggunakan konsep ini untuk mengungkapkan kepedulian organisasi mereka
kepada stakeholdernya.
10
Pada Fase ini, pemahaman akuntansi sosial dan lingkungan secara khusus didesain
secara quantitative dalam bentuk nilai moneter, untuk melengkapi akuntansi
konvensional
selama ini.
Elkington (1997) adalah landasan dari konsep triple bottom line. Konsep ini
menawarkan inspirasi yang lebih serius tentang untuk memperluas akuntansi
konvensional yang single bottom line yaitu keuangan saja. Istilah Triple Bottom Line
menjadi relevan ketika people, planet dan profit ditawarkan sebagai konsep akuntansi
sosial dan lingkungan.
11
i. Fase Sustainability Reporting
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi tersebut, telah disepakati konsep baru dalam model
pembangunan dunia, ialah Pembangunan Berkelanjutan(Sustainable Development). Mereka juga
berkomitmen untuk memperkenalkan paradigma baru dalam membangun negara mereka sendiri
melalui program agenda 21 lingkungan hidup. Dalam konsep baru itu juga dinyatakan bahwa
pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memadukan kepentingan ekonomi,
12
sosial, dan lingkungan pada saat ini tanpa mengabaikan kepentingan dari generasi-generasi
berikutnya untuk hidup secara layak (United Nations General Assembly, 1987; Panayotou, 1994.
Benn dan Bolton, 2011).
Secara garis besar, terdapat tiga pilar yang menjadi konsep dasar dari pembangunan
berkelanjutan. Tiga pilar atau yang di sebut triple bottom line pembangunan berkelanjutan
berbentuk segitiga, dimana bumi atau lingkungan sebagai pilar utama, masyarakat sebagai pilar
kedua, dan ekonomi sebagai pilar ketiga.
Istilah “pengembangan kapasitas” pertama kali digunakan oleh Harry S. Truman, yang
merupakan presiden Amerika Serikat saat itu, pada tanggal 20 Januari 1949. Kemudian, untuk
mengurangi pengaruh komunisme dan sosialisme sebagai ideologi pembangunan, ia
memperkenalkan gagasan keterbelakangan terhadap bangsa-bangsa yang sebelumnya pernah
dijajah (Stephen Gill, 1993:28).
Keyakinan bahwa negara maju harus membantu negara berkembang dengan belajar dari
kemajuan mereka sendiri adalah salah satu prinsip utama teori modernisasi. Oleh karena itu, teori
ini didasarkan pada gagasan bahwa negara maju dan negara berkembang dapat mencapai tingkat
pembangunan yang sama.
13
a) Teori Dependensi (Ketergantungan)
Ketidakmampuan merevitalisasi ekonomi negara-negara terbelakang, terutama di
Amerika Latin, mendorong berkembangnya teori ketergantungan modernisasi di
masa lalu.
Menurut teori modernisasi, faktor internal bangsa yang bersangkutan menjadi
penyebab kemiskinan dan keterbelakangan di negara-negara dunia ketiga. Negara
dunia ketiga tidak bisa maju dan tertinggal akibat faktor internal. Teori
ketergantungan kemudian membuktikan bahwa paradigma itu salah. Menurut teori
ini, faktor-faktor eksternal di luar negara-negara dunia ketiga menjadi penyebab
utama kemiskinan dan keterbelakangan di negara-negara dunia ketiga.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam banyak kasus, penurunan kualitas lingkungan yang berakitan dengan aktivitas
perusahaan terus berlanjut meskipun beberapa komunitas bisnis telah membuat kemajuan dalam
hal perlindungan lingkungan sejak munculnya environmentalisme pada akhir 1960-an dan awal
1970-an (Economist 1997b). Seperti yang ditunjukkan oleh pengamatan ilmiah (misalnya pada
lapisan ozon dan perubahan iklim), intervensi manusia terhadap lingkungan alam saat ini tidak
hanya bersifat regional tetapi juga mengancam bagi ekosfer global.
Keyakinan bahwa negara maju harus membantu negara berkembang dengan belajar dari
kemajuan mereka sendiri adalah salah satu prinsip utama teori modernisasi. Oleh karena itu, teori
ini didasarkan pada gagasan bahwa negara maju dan negara berkembang dapat mencapai tingkat
pembangunan yang sama.
B. SARAN
Akuntansi sosial dan lingkungan telah lama menjadi perhatian akuntan. Akuntansi ini
menjadi penting karena perusahaan perlu menyampaikan informasi mengenai aktivitas sosial dan
perlindungan terhadap lingkungan kepada stakeholder perusahaan. Dan kami sebagai penulis
mengharapkan pembahasan di atas dapat dijadikan pembelajaran untuk kedepannya bagi
pembaca.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://ojs.unud.ac.id/index.php/jiab/article/download/2639/1853
Pandu. (2022, October 14). Teori Pembangunan: Pengertian, Tujuan, dan Konsep Penerapannya.
Gramedia Literasi. https://www.gramedia.com/literasi/teori-pembangunan/
16