Anda di halaman 1dari 17

Revisi Bab 12 : Memahami Posisi Anggaran Dalam Sektor Publik

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Abdul Halim, M.B.A., Akt.

Oleh:

Faiha Ulfa Hapsari

NIM: 18/437090/PEK/24614

PROGRAM MAGISTER SAINS AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2019
1 Faiha Ulfa Hapsari – 18/437090/PEK/24614

REVISI BAB 12:

MEMAHAMI POSISI ANGGARAN DALAM SEKTOR PUBLIK

PENDAHULUAN

Ouda (2003) mengatakan dalam dua abad terakhir, perubahan radikal terjadi dalam alat
manajemen, teknologi informasi, cara pengambilan keputusan, pengukuran kinerja,
prosedur dari sistem akuntansi. Perubahan ini lebih transparan di sektor swasta
dibandingkan dengan sektor publik. Di banyak bagian sektor public, khususnya
pemerintah pusat, mereka masih menggunakan alat manajemen, sistem akuntansi,
prosedur akuntansi, standar akuntansi dan pengukuran kinerja yang digunakan selama
lebih dari satu abad yang lalu.

Meskipun beberapa negara telah menerapkan reformasi radikal dalam berbagai


tingkatan administrasi public (seperti Selandia Baru, Inggris, Australia, dan Kanada),
dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas manajemen, kebanyakan negara
tidak menggunakan alat-alat manajemen baru, dan sistem akuntansi yang lebih informatif.
Alasannya, adalah mereka yakin bahwa alat-alat baru dan lebih informatif pada system
akuntansi tersebut sesuai untuk organisasi bisnis yang bertujuan untuk memperoleh
keuntungan. Tujuan tersebut berbeda dengan sektor publik, yang bertujuan melayani
kepentingan umum.

Di sisi lain, saat ini pemerintah diminta untuk:

a. Bertanggung jawab penuh kepada masyarakat untuk sumber daya yang


dipercayakan kepada mereka;
b. Bekerja lebih baik dan biaya lebih sedikit;
c. Meningkatkan kebijakan fiscal;
d. Berbuat lebih banyak dengan biaya lebih sedikit;
e. Menyadari bahwa kredit tidak berkelanjutan untuk itu;
f. Tidak meninggalkan beban yang besar pada periode yang akan datang;
g. Untuk mengungkapkan posisi keuangan sesungguhnya, dari pemerintah secara
kesuluruhan.

Singkatnya, pemerintah diminta untuk efisien dan efektif. Ini berarti bahwa harus
ada penekanan pada pengendalian strategis dari pengeluaran agregat dan pengaturan
2 Faiha Ulfa Hapsari – 18/437090/PEK/24614

prioritas dan fasilitasi efisiensi dan efektivitas melalui pendelegasian wewenang


manajemen dengan akuntabilitas untuk hasil. Untuk mencapai itu, para pembuat
keputusan di semua tingkatan di sektor public membutuhkan informasi yang lebih akurat
dan bermanfaat. Hal ini, pada gilirannya, mendorong pemerintah untuk melakukan
perubahan radikal dalam administrasi publik. Contoh dari perubahan ini adalah:

a. Perubahan manajemen;
b. Perubahan akuntansi; dan
c. Perubahan anggaran

Terdapat beberapa konsep teknik akuntansi dalam akuntansi yang dapat diadopsi
oleh sektor publik yaitu (1) akuntansi anggaran, (2) akuntansi komitmen, (3) akuntansi
dana, (4) akuntansi kas, dan (5) akuntansi akrual (Mardiasmo, 2009). Menurut Mardiasmo
(2009) kelima teknik yang ada bersifat tidak mutually exclusive sehingga suatu organisasi
dapat menggunakan teknik akuntansi yang berbeda-beda, bahkan dapat menggunakan
kelima teknik tersebut secara bersama-sama. Dalam perjalanannya, hanya terdapat dua
jenis teknik akuntansi yang sering dibicarakan di antara para akademisi khususnya di
akuntansi sektor publik yaitu akuntansi kas dan akuntansi akrual.

Teknik akuntansi berbasis kas mulai ditinggalkan dan beralih menuju akuntansi
berbasis akrual. Basis akrual tidak hanya diterapkan dalam akuntansi perusahaan
komersial, namun sekarang akuntansi sektor pemerintahan diharapkan menerapkan basis
akrual, meskipun pada kenyataannya masih banyak satuan kerja pemerintahan yang
menyelenggaran akuntansi mereka dengan basis kas atau masih pada taraf penerapan
basis kas menuju akrual (cash toward accrual basis) (Yafie dan Venusita, 2013).
Menurut Mardiasmo (2009), Teknik akuntansi berbasis kas memiliki kekurangan yaitu
tingkat efisiensi dan efektivitas untuk suatu kegiatan, program, atau aktivitas tidak
dapat diukur dengan baik. Halim dan Kusufi (2016) menyatakan bahwa penggunaan
basis akrual pada sektor publik pada dasarnya adalah untuk menentukan cost of service
dan charging for service, untuk mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan untuk
menghasilkan pelayanan publik. Berikut ini merupakan definisi sistem akuntansi akrual:

“Accrual accounting is an accounting methodology under which transactions


are recognized as the underlying economic events occur, regardless of the
timing of the related cash receipts and payments.” (Khan dan Myes, 2009)
3 Faiha Ulfa Hapsari – 18/437090/PEK/24614

“Sistem akuntansi akrual adalah sistem pencatatan yang mencatat pendapatan


pada saat pendapatan tersebut diperoleh (earned)- kas diterima maupun tidak-
dan beban dicatat pada saat beban tersebut terjadi (incurred)- kas dibayarkan
atau tidak.” (Halim dan Kusufi, 2016)

Pada dasarnya, akuntansi sebagai sistem informasi memegang peranan penting


dalam proses reformasi pada tiap entitas pemerintah. Jadi, dari akuntansi kas ke arah
akuntansi akrual merupakan langkah penting dalam pengembangan akuntansi
pemerintah di tahap anggaran. Selain itu, pemerintah harus positif dan terbuka kepada
masyarakat dengan tidak membatasi jumlah informasi yang mengungkapkan tentang
kinerja pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah harus memberikan perhatian lebih besar
terhadap pengembangan usaha seperti system pelaporan dalam sektor public. Hal ini
pada gilirannya dapat memberikan kontribusi menuju lebih transparan dan informatifnya
penggunaan dana public dan efisiensi yang lebih besar dalam pengelolaan sumber daya
public. Dalam konteks ini, system akuntansi pemerintah harus mampu memberikan
informasi yang tepat untuk proses pengambilan keputusan. Di satu sisi, informasi
akuntansi harus berguna bagi politisi untuk memilih tujuan dan di sisi lain, itu harus
berguna bagi manajer untuk merancang strategi demi mencapai tujuan (Himeno, 1997;
dalam Ouda, 2003).

Perubahan radikal di sektor public merupakan konsekuensi dari beberapa alasan.


Tantangan yang timbul dari integrasi ekonomi global adalah salah satu alasan penting
yang mendasari perubahan-perubahan radikal. Globalisasi memberikan tekanan besar
pada pemerintah untuk melakukan perubahan mendasar pada system administrasi,
mempercepat reformasi perusahaan dan membuka sistem keuangan untuk kompetisi
asing (Fulin, 2001; dalam Ouda, 2003). Globalisasi menuntut organisasi sektor public
lebih responsive terhadap lingkungan kompetitif. Hal ini juga menuntut agar pemerintah
dan badan-badan public menyelaraskan tujuan mereka. Harmonisasi dapat menjamin
bahwa pembangunan ekonomi tidak tertahan dan justru memberikan stimulus bagi
peningkatan standar hidup. Oleh karena itu, ada kebutuhan yang meningkat untuk
penentuan yang tepat tentang bagaimana sumber daya public dialokasikan dan untuk
memantau penggunaan efektif sumber daya tersebut. Singkatnya, integrasi cepat dari
perekonomian dunia melalui peningkatan perdagangan dan investasi (intergasi yang telah
didorong oleh teknologi baru, penyebaran informasi dan semakin pentingnya industry
4 Faiha Ulfa Hapsari – 18/437090/PEK/24614

berbasis pengetahuan) memberikan potensi untuk membuka era baru untuk pembangunan
manusia.

Alasan lain adalah tekanan yang diberikan oleh Lembaga keuangan internasional,
seperti International Monetary Funds (IMF) dan World Bank (WB), di kebanyakan
negara untuk mendorong perlunya reformasi ekonomi, termasuk reformasi sektor public.
Tekanan ini dapat diamati dalam negara yang perekonomiannya sedang berkembang dan
pada posisi transisi, dimana organisasi internasional tersebut mendorong dilakukannya
inovasi akuntansi tertentu dengan menyediakan sejumlah bantuan (Godfrey dkk., 1999).

SITUASI INTERNASIONAL ATAS PENGGUNAAN BASIS AKRUAL

Salah satu reformasi yang dipilih oleh banyak negara dalam akuntansi pemerintahan
adalah penetapan dasar akrual. Reformasi ini merupakan langkah pertama menuju adopsi
dasar akrual dalam penganggaran. Reformasi ini juga telah dilakukan di berbagai negara
dengan kedalaman dan ruang lingkup aplikasi yang berbeda-beda.

Penerapan akuntansi berbasis akrual dilatarbelakangi oleh maraknya penerapan


New Public Management (NPM) di berbagai belahan dunia. Menurut Janet dan Robert
(2007), NPM mengacu pada seperangkat gagasan atau ide serta praktik-praktik
kontemporer yang membawa pendekatan yang digunakan oleh sektor swasta di sektor
publik. NPM dan akuntansi akrual memiliki hubungan yang kuat. Lynn (2006)
mengungkapkan bahwa NPM merupakan sebuah pandangan baru dalam pengelolaan
publik yang menekankan pada insentif, persaingan, dan kinerja. NPM berfokus pada
manajemen sektor publik yang berorientasi pada kinerja bukan pada kebijakan (Halim
dan Kusufi, 2016). Christiaens (2003) menambahkan bahwa aspek NPM terdiri dari atas
organisasi, sistem penganggaran, manajemen keuangan, sistem akuntabilitas, dan
pengauditan.

Salah satu konsep yang ditekankan dalam NPM adalah mengenai akuntabilitas
dan transparansi dalam pengungkapan informasi keuangan sehingga informasi yang
diungkapkan memiliki information content yang berguna dalam pengambilan
keputusan. NPM mulai diterapkan pada tahun 1979 di United Kingdom (Inggris) yang
bertujuan untuk memperbaiki konsep administrasi sebelumnya, yaitu konsep
administrasi tradisional. Model administrasi tradisional dianggap inefisiensi,
5 Faiha Ulfa Hapsari – 18/437090/PEK/24614

menyebabkan korupsi, kurangnya akuntabilitas, dan kaku (Abror, 2014). Administrasi


publik tradisional memberikan kontribusi ke banyak negara di seluruh dunia sampai
akhir tahun 1960-an, namun pada tahun 1970-an terdapat panggilan untuk
memperkenalkan suatu sistem manajemen baru yang berdasarkan permintaan pasar
(Abror, 2014).

Menurut Halim dan Kusufi (2016) pendekatan NPM dalam sektor publik
memiliki karakteristik umum yaitu (1) komprehensif/komparatif, (2) terintegrasi dan
lintas departemen, (3) proses pengambilan keputusan yang rasional. (4) bersifat jangka
panjang, (5) spesifikasi tujuan dan pemeringkatan prioritas, (6) analisis total cost dan
benefit (termasuk opportunity cost), (7) berorientasi pada input, output, dn outcome,
bukan hanya sekedar input, dan (8) adanya pengawasan kinerja.

Seperti yang telah dijelaskan di muka, bahwa NPM dan akuntansi berbasis akrual
memiliki hubungan yang kuat. Akuntansi berbasis akrual merupakan International Best
Practice dalam pengelolaan keuangan modern yang sesuai dengan prinsip NPM yang
mengedepankan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan (Kementerian
Keuangan Republik Indonesia, 2014). Dengan gencarnya penerapan NPM maka
akuntansi berbasis akrual menjadi tidak bisa terelakkan untuk tidak diterapkan di
organisasi sektor publik. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa terdapat dorongan
yang kuat untuk setiap negara menerapkan NPM dan juga menjadikan akuntansi
berbasis akrual untuk harus di diterapkan di negara yang akan mendapatkan suntikan
dana dari lembaga keuangan internasional (misal Bank Dunia dan IMF).

Dari perspektif anggaran, saat ini sebagian besar negara masih menerapkan dasar
kas. Negara-negara anggota OECD (Organisation for Economic Co-operation and
Development) yang merupakan organisasi negara-negara yang telah mendapatkan
pengakuan secara internasional dan menjadi panutan dalam pengelolaan keuangan
negara yang baik telah menerapkan kebijakan akuntansi berbasis akrual. Dengan
implementasi kebijakan akuntansi berbasis akrual, Indonesia diharapkan akan sejajar
dengan negara-negara maju yang telah mengimplementasikan kebijakan tersebut dalam
pengelolaan keuangan negara. OECD menyatakan bahwa praktik akuntansi terbaik
yaitu akuntansi berbasi akrual dengan anggaran berbasis kas. Beradasarkan data yang
diperoleh dari ADB dan International Federation of Accountants (IFAC), 12 dari 31
6 Faiha Ulfa Hapsari – 18/437090/PEK/24614

negara OECD yang telah sepenuhnya menerapkan akuntansi berbasis akrual pada
laporan keuangannya yaitu Australia, Kanada, Selandia Baru, Inggris, Amerika Serikat,
Perancis, Yunani, Swiss, Swedia, Finlandia, Islandia dan Italia. Namun khusus untuk
Islandia dan Italia, untuk beberapa elemen menggunakan basis kas. Selain itu, terdapat
beberapa negara yang sedang mengembangkan penerapan akuntansi akrual antara lain:
Brasil, Argentina, Belanda, dan Vietnam (Rasyid, 2015). Berikut rangkuman daftar
negara dengan basis akuntasi pada masing-masing negara:

Tabel 1.1. Daftar negara dengan basis akuntansi

Basis Kas Kombinasi Basis Basis Akrual

No Negara Penuh Kas dan Akrual Penuh

1 Australia Y
2 Austria Y
3 Belgium Y
4 Cambodia Y
5 Canada Y
6 Colombia y
7 Czech Republic Y
8 Finland Y
9 France Y
10 Germany Y
11 Greece Y
12 Hungary Y
13 Iceland Y
14 Indonesia Y
15 Ireland Y
16 Israel Y
17 Jordan Y
18 Kenya Y
19 Mexico Y
20 Marocco Y
21 Neterlands Y
22 New Zealand Y
23 Norway Y
24 Slovak Republic Y
25 Slovenia Y
26 Suriname Y
7 Faiha Ulfa Hapsari – 18/437090/PEK/24614

27 Sweden Y
28 Turkey Y
29 United Kingdom Y
30 United States Y
Sumber: Khan dan Myes (2009)

Tudor dan Mutiu (2007) dalam Halim dan Kusufi (2016) menyebutkan bahwa
reformasi akuntansi akrual akan terjadi terlebih dahulu, kemudian akan diikuti oleh
reformasi anggaran akrual kemudian kadar reformasi pada setiap negara akan memiliki
tingkat yang berbeda-beda bergantung pada kebijakan setiap negara. Waktu yang
dibutuhkan setiap negara untuk mengimplementasikan secara penuh akuntansi akrual
juga berbeda satu dengan yang lainnya, The Public Sector Committee (2003)
menyebutkan bahwa proses yang ada cukup panjang dalam rangka implemetasi akuntansi
akrual, proses yang dimaksud meliputi rencana implementasi, pengembangan kebijakan
akuntansi, penyediaan sistem baru, dan adanya pelatihan atau pendidikan bagi pegawai
pemerintah.

PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA /DAERAH DI INDONESIA

Laporan keuangan merupakan output yang dihasilkan atas sistem akuntansi (Halim dan
Kusufi, 2014). Pelaporan keuangan merupakan konsep laporan yang lebih luas.
Pelaporan keuangan tidak hanya dibatasi pada laporan keuangan saja tetapi juga
termasuk non-keuangan dan informasi pelengkap (Barry dan Jamie, 2011).

Dalam pelaksanaan pelaporan keuangan anggaran negara, Indonesia memiliki


sejarah yang panjang. Sebelum tahun 2003, pelaporan APBN disajikan dalam bentuk
Perhitungan Anggaran Negara (PAN) yang kemudian diundangkan dalam undang-
undang perhitungan anggaran negara. Pada tahun 2003 disahkannya Undang-Undang
nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara sehingga mekanisme pelaporan keuangan
APBN dalam sekejap berubah. Undang-undang tersebut merupakan tonggak sejarah
dalam siklus anggaran APBN.

Halim (2009) menyatakan bahwa setelah lima tahun mengupayakan berbagai


usaha reformasi di bidang pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara dimaksud,
pada tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, dan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
8 Faiha Ulfa Hapsari – 18/437090/PEK/24614

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Undang-undang yang terkait


dengan ketiga undang-undang tersebut dan peraturan perundang-undangan dibawahnya,
kemudian menyusul sepertu UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintahan Pusat dan Daerah, UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang BPK, PP
Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan sebagainya. Kesemua
peraturan perundangan tersebut tentu bertujuan untuk tertatanya secara lebih baik
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara di Indonesia. Adapun Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan serta regulasi
terbaru yaitu Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara ditinjau dari sisi keilmuan
ekonomi dan manajemen disebut sebagai manajemen keuangan public (Public finance or
public financial management). Berdasarkan literature tentang public financial
management, masalah utama dalam pengelolaan keuangan Negara mencakup masalah,
antara lain :

1. Akuntansi (accounting)
2. Anggaran (budgeting)
3. Pengendalian / pengadaan (controlling/purchasing)
4. Audit/pemeriksaan/pengawasan (auditing)

Keempat masalah utama tersebut bila dikelola dengan baik maka akan dicapai suatu
system pengelolaan keuangan yang lebih popular dengan istilah system pengelolaan
keuangan public atau Negara atau pemerintahan yang transparan dan akuntabel.
Sistempengelolaan keuangan public tersebut, selanjutnya ditinjau dari keilmuan dapat
disimpulkan sekurang-kurangnya memerlukan tiga bidang ilmu yakni akuntansi public,
ilmu anggaran/penganggaran public, dan ilmu audit atau auditing atau pemeriksaan
public. Ketiga bidang ilmu itu pada beberapa literature menjadi sebuah keilmuan yang
dikenal sebagai Akuntansi Sektor Publik (Halim, 2009).

ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

Menurut Freeman (2003) dalam Nordiawam (2006), anggaran adalah sebuah proses yang
dilakukan oleh organisasi sector public untuk mengalokasikan sumber daya yang
9 Faiha Ulfa Hapsari – 18/437090/PEK/24614

dimilikinya ke dalam kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas (the process of allocating


resource to unlimited demands). Pengertian tersebut mengungkapkan peran strategis
anggaran dalam pengelolaan kekayaan sebuah organisasi public. Organisasi sector public
tentunya berkeinginan memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat, tetapi sering
kali keinginan tersebut terkendala oleh terbatasnya sumber daya yang dimiliki. Disinilah
fungsi dan peran penting anggaran.

Anggaran dapat juga dikatakan sebagai pernyataan mengenai estimasi kinerja


yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu dalam ukuran financial. Pembuatan
anggaran dalam organisasi sector public, terutama pemerintah, merupakan sebuah proses
yang cukup rumit dan mengandung muatan politis yang cukup signifikan. Berbeda
dengan penyusunan anggaran di perusahaan swasta yang muatan politisnya relative lebih
kecil. Bagi organisasi sector public seperti pemerintah, anggaran tidak hanya sebuah
rencana tahunan tetapi juga merupakan bentuk akuntabilitas dan pengelolaan dana public
yang dibebankan kepadanya.

Dalam pengertian lain, anggaran dapat dikatakan sebagai sebuah rencana financial
yang menyatakan:

1. Rencana-rencana organisasi untuk melayani masyarakat atau aktivitas lain yang


dapat mengembangkan kapasitas organisasi dalam pelayanan.
2. Estimasi besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam merealisasikan rencana
tersebut.
3. Perkiraan sumber-sumber mana saja yang akan menghasilkan pemasukan serta
seberapa besar pemasukan tersebut.

Mengingat begitu pentingnya peranan dan fungsi anggaran, maka diperlukannya


prinsip-prinsip yang akan menjadi pedoman bagi organisasi public dan/atau pemerintahan
dalam penyusunannya. Beberapa prinsip tersebut, antara lain:

1. Otorisasi oleh legislative;


2. Komprehensif atau meyeluruh;
3. Keutuhan, artinya semua penerimaan dan pengeluaran tercakup dalam satu dana
umum;
10 Faiha Ulfa Hapsari – 18/437090/PEK/24614

4. Nondiscretionary apropriasi, jumlah yang disetujui legislative harus


memanfaatkan secara ekonomis;
5. Periodic;
6. Akurat;
7. Jelas;
8. Transparan

KONSEP ANGGARAN SEKTOR PUBLIK (PEMERINTAHAN)

Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama
periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran financial, sedangkan penganggaran
adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran. Penganggaran dalam
organisasi sector public merupakan tahapan yang cukup rumit dan mengandung nuansa
politik yang tinggi.

Penganggaran sector public terkait dalam proses penentuan jumlah alokasi dana
untuk tiap-tiap program dan aktifitas dalam satuan moneter. Proses penganggaran
organisasi sector public (pemerintahan) dimulai ketikan perumusan strategi dan
perencanaan strategi telah selesai dilakukan. Anggaran merupakan artikulasi dari hasil
perumusan strategi dan perencanaan strategis yang telah dibuat. Tahap penganggaran
menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada
kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang sudah disusun. Anggaran merupakan
managerial plan for action untuk memfasilitasi tercapainya tujuan organisasi.

Aspek-aspek yang harus tercakup dalam anggaran sector public meliputi:

1. Aspek perencanaan
2. Aspek pengendalian
3. Aspek akuntabilitas public

Penganggaran sector public harus diawasi mulai tahap perencanaan, pelaksanaan,


dan pelaporan. Proses penganggaran akan lebih efektif jika diawasi oleh lembaga
pengawas khusus (oversight body) yang bertugas mengontrol proses perencanaan dan
pengendalian anggaran (Mardiasmo, 2009). Anggaran sector public penting karena
beberapa alasan, adalah sebagai berikut (Mardiasmo, 2009):
11 Faiha Ulfa Hapsari – 18/437090/PEK/24614

1. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan


social-ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat
2. Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang
tidak terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada terbatas.
Anggaran diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya (scarcity
of resource), pilihan (choice), dan trade off
3. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung
jawab terhadap rakyat. Dalam hal ini anggaran public merupakan instrument
pelaksanaan akuntabilitas public oleh lembaga-lembaga public yang ada.

Akuntansi Anggaran Sebagai Bagian Dari Akuntansi Sektor Publik

Ruang lingkup dan karakteristik organisasi sangat mempengaruhi konsep dan


praktik akuntansi yang diterapkannya. Termasuk pada organisasi pemerintahan,
organisasi pemerintahan merupakan organisasi yang memiliki ruang lingkup yang paling
luas diantara organisasi public lainnya. Oleh karena itu, organisasi (sector) public
seringkali merujuk pada organisasi yang nantinya menjadi pedoman dalam menyusun
aktifitas keuangan pemerintahan. Aktifitas keuangan pemerintahan yang dimaksud dalam
ilmu keuangan public meliputi aktifitas penerimaan dan pengeluaran keuangan yang
dilakukan oleh pemerintahan sebagai representasi dari Negara. Aktifitas keuangan yang
direncanakan untuk dilakukan oleh pemerintah selama periode tertentu dituangkan dalam
sebuah rancangan anggaran. Rancangan anggaran tersebut dihasilkan oleh sebuah system
yang disebut dengan penganggaran public. System penganggaran public merupakan
kesatuan system dari mulai merancang anggaran public sampai dengan system pelaporan
dan pertanggung jawaban anggaran public.

Setiap tahapan dalam system penganggaran public menuntut adanya akuntabilitas


dan transparansi kepada public sebagai bentuk dari system pengendalian dan pengawasan,
sehingga rancangan anggaran dan pelaporan tersebut merupakan bagian dari informasi
public dan terbuka untuk diakses oleh public. Sebagai sebuah satu kesatuan system, maka
penyusunan pelaporan keuangan pemerintahan terkait erat dan tidak dapat dipisahkan dari
penganggaran public. Olehkarena itu, laporan anggaran organisasi pemerintahan
merupakan bagian dari laporan keuangan pemerintah untuk pihak eksternal, maka dari itu
12 Faiha Ulfa Hapsari – 18/437090/PEK/24614

perlu diatur dalam standar akuntasi pemerintahan. System akuntansi yang melaksanakan
dan melaporkan anggaran tersebut dengan akuntansi anggaran.

Akuntansi anggaran merupakan teknik akuntansi yang banyak digunakan dan


paling berkembang di organisasi sector public, terutama pemerintah. Akuntansi anggaran
mencatat dan menyajikan akun realisasi kegiatan dalam format yang sama dan sejajar
dengan anggarannya. Jumlah akun belanja yang dianggarkan dikreditkan terhadap akun
yang sesuai kemudian apabila apabila belanja tersebut direalisasikan maka akun tersebut
didebit kembali. Teknik akuntansi anggaran dapat membandingankan secara sistematis
dan kontinu jumlah anggaran dengan realisasi anggaran. Tujuan utama teknik ini adalah
untuk menekan peran anggaran dalam siklus perencanaan, pengendalian, dan
akuntabilitas (Mardiasmo, 2009 : 150 ; dan ritonga, 2010;15), salah satu kelemahan teknik
akuntansi anggaran adalah bahwa teknik ini sangat kompleks. Akan lebih mudah dan
lebih komprehensif apabila akun-akun yang ada menunjukan pendapatan dan biaya
actual, dan anggaran menunjuakan pendapatan dan biayan yang dianggarkan. Namun,
terdapat sejumlah kritik yang menyatakan bahwa akuntansi anggaran tidak sama dengan
dan bukan akuntansi keuangan, karena lebih cenderung pada perancangan daripada
pelaporan dan merupakan bagian dari ilmu administrasi public (lihat Firdaus dkk., 2006).
Meskipun demikian, bagaimanapun juga anggaran merupakan objek dari akuntansi sector
public, sehingga akuntansi anggaran menjadi bagian utama dari akuntansi sector public
dan tentu perkembangan akuntansi anggaran tidak bias lepas dari perkembangan konsep
dan aplikasi penganggaran yang dianut dari suatu Negara atau pemerintah.

KESIMPULAN

Salah satu reformasi dalam sektor pemerintahan yaitu perubahan implementasi akuntansi
kas ke arah akuntansi akrual yang merupakan langkah penting dalam pengembangan
akuntansi pemerintah di tahap anggaran. Selain itu, pemerintah harus positif dan terbuka
kepada masyarakat dengan tidak membatasi jumlah informasi yang mengungkapkan
tentang kinerja pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah harus memberikan perhatian
lebih besar terhadap pengembangan usaha seperti system pelaporan dalam sektor public.
Hal ini pada gilirannya dapat memberikan kontribusi menuju lebih transparan dan
informatifnya penggunaan dana public dan efisiensi yang lebih besar dalam pengelolaan
13 Faiha Ulfa Hapsari – 18/437090/PEK/24614

sumber daya public. Beberapa negara maju yang bergabung dalam OECD telah
menerapkan anggaran berbasis akrual secara penuh.

Anggaran dalam akuntansi sector public merupakan instrument yang sangat


penting dalam organisasi tersebut karena merupakan salah satu bentuk tanggung jawab
organisasi sector public dalam mengelola dana public. Oleh karena itu, penganggarann
sector public harus diawasi mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.
Mengingat begitu pentingnya peranan dan fungsi anggaran, maka diperlukan prinsip-
prinsip yang akan menjadi pedoman bagi organisasi pemerintahan dalam penyusunan dan
proses penganggarannya akan lebih efektif jika diawasi oleh lembaga pengawas khusus
(oversight bogy) yang bertugas mengontrol proses perencanaan dan pengendalian
anggaran. Hal ini penting dilakukan untuk dapat meminimalisasi tindakan yang
menyimpang dalam pembuatan anggaran tersebut dan dapat memenuhi sasaran yang telah
ditentukan sebelumnya. Akhirnya penulis berharap agar anggaran yang dirancang oleh
organisasi sector public dapat memenuhi kepentingan public secara umum dan tidak
terjadi kecurangan atau penyimpangan dalam perjalanannya mulai dari perencanaan
sampai pelaporan serta dapat meningkatkan pelayanan kepada public melalui anggaran
yang telah disususn tersebut.
14 Faiha Ulfa Hapsari – 18/437090/PEK/24614

REFERENSI:

Abror, M. Daimul. 2014. Relevansi Penerapan New Public Management di Negara


Berkembang (Perbandingan kasus di Singapura dan Indonesia). Jurnal Kebangsaan
Vol. 9 No. 1 Maret tahun 2004 pp 34-37.

Barry Elliott dan Jamie Elliott. 2011. Financial Accounting and Reporting Fourteenth

Edition. London: Pearson Education Limited

Chirtiaens, J.R. 2003. Financial accounting reform in Flemish municipalities: an


empirical study of the comparability of the annual accounts. Journal od Public
Budgeting, Accounting & Management, Vol.12 no.2, pp: 177-204.

Cortes, Josep L, 2006. “The International Situation Vis-à-vis the Adoption of Accrual
Budgeting” Journal of Public Budgeting, Accounting and Financial Management,
18 (1), hlm 1-26

Firdaus., Reny Oktavia, dan Sutiono, 2006. “Saldo dan Jurnal Korolari, Mungkinkah?”.
Dalam FDASP, Telaah Kritis Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan (PP
Nomor 24 Tahun 2005). Yogyakarta: BPFE

Godfrey dkk. 2009. “A diffusion-contingency model for government accounting


innovations”. Paper presented at the 7th CIGAR conference, the Netherlands:
Tillburg University 24-25 Juni 1999

Halim, Abdul. 2009, Peningkatan dan Pengembangan Kurikulum Nasional di Bidang


Akuntansi Sektor Publik. Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, Juli
2009.

Halim, Abdul dan Muhammad Syam Kusufi. 2014. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

Keuangan Daerah edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.

Halim, Abdul dan Muhammad Syam Kusufi. 2016. Akuntansi Sektor Publik: dari
Anggaran Hingga Laporan Keuangan dari Pemerintah hingga Tempat Ibadah
edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.

Janet, V. D., Robert, B D. 2007. The new public service: serving, not steering. New York:
M.E. Sharpe
15 Faiha Ulfa Hapsari – 18/437090/PEK/24614

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2014. Modul Gambaran Umum Akuntansi


Berbasis Akrual: Program Percepatan Akuntabilitas Pemerintah Pusat. Diakses
melalui http://www.btklsby.go.id/wp-content/uploads/2010/01/1-Materi-
Gambaran-Umum-150414.pdf diakses pada tanggal 18 Juni 2019 pukul 19.37

Khan, Abdul dan Stephen Myes. 2009. Transition to Accrual Accounting. Washington:
IMF Fiscal Affairs

Lynn, Laurence E. 2006. Public Management Old and New. New York: Routledge

Mardiasmo, 2009. Akuntansi Sekto Publik. Yogyakarta: Penerbit ANDI

Nordiawan, Deddi. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat

Ouda, Hassan A.G.2003. Public Sector Accounting and Budgetary Reform: the Main
Issue Involved under the Aupices of the United Nations- Economic and Social
Commision for Western Asia (ESCWA), 1-3 Juli 2003

Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

The Public Sector Committee. (2003). Transition to the Accrual Basis of Accounting:
Guidance for Governments and Government Entities (Second Edition).
http://www.ifac.org/system/files/publications/files/study-14-transition-to-th.pdf
diakses pada tanggal 18 Juni 2019 pukul 20.30.

Rasyid, Yuniar Yanuar. 2015. “Penerapan Akuntansi Akrual di Dunia Internasional”.


Treasury, 1 Januari.

Ritonga, Irfan Taufiq. 2010. Akuntansi Pemerintah Daerah. Yogyakarta: Penerbit


Sekolah Pascasarjana UGM

Yafie, M. Dhairolly dan Lintang Venusita. 2013. Penerapan Basis Akrual Pada Standar

Akuntansi Pemerintahan Indonesia. Jurnal Akuntansi UNESA, Vol. 2 No. 1


16

Anda mungkin juga menyukai