AKUNTANSI KEBERLANJUTAN
Di susun oleh :
Dewi Ayu Mellennia 023001802003
Vania Carolina Octora 023001802004
Fina Dwi Nuriyani 023001802019
Meipry Amelia 023001802021
Rosemarry Aprillia 023001802033
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca dan terutama untuk penulis, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntansi sosial dan lingkungan telah lama menjadi perhatian akuntan. Akuntansi ini
menjadi penting karena perusahaan perlu menyampaikan informasi mengenai aktivitas sosial
dan perlindungan terhadap lingkungan kepada stakeholder perusahahaan. Perusahaan tidak
hanya menyampaikan informasi mengenai keuangan kepada investor dan kreditor yang telah
ada serta calon investor atau kreditor perusahaan, tetapi juga perlu memperhatikan
kepentingan sosial di mana perusahaan beroperasi.
Perusahaan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat Karena mempunyai hubungan
(timbal balik) antara perusahaan dengan masyarakat. Perusahaan dan masyarakat adalah
pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan harmonisasi
keduanya akan menentukan keberhasilan pembangunan bangsa. Saya katakan mempunyai
timbal balik karena perusahaan dapat memberikan lapangan pekerjaan dan menyediakan
barang atau jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk dikonsumsi, menyumbang
pendapatan daerah atau negara, serta membayar pajak kepada negara. Dengan begitu
perusahaan dapat leluasa menjalankan aktivitasnya.
Adapun dua aspek yang harus diperhatikan agar tercipta kondisi antara keduanya sehingga
keberadaan perusahaan membawa perubahan ke arah perbaikkan dan peningkatan taraf hidup
masyarakat. Dari aspek ekonomi, perusahaan harus berorientasi mendapatkan keuntungan dan
dari aspek sosial, perusahaan harus memberikan kontribusi secara langsung kepada
masyarakat.
Segala aktivitas perusahaan sebenarnya baik disadari maupun tidak, akan membawa dampak
negatif ataupun positif bagi lingkungan sosial di sekitarnya. Oleh sebab itu, perusahaan tidak
hanya memikirkan kepentingannya sendiri untuk mencapai laba semaksimal mungkin, tapi
juga harus memikirkan dampak aktivitasnya bagi lingkungan sosial di sekitarnya. Selama
perusahaan masih menjalankan aktivitasnya, selama itu pula perusahaan akan memberikan
pengaruh bagi lingkungannya. Perusahaan dan lingkungannya seharusnya dapat saling
menguntungkan demi kepentingan bersama.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1. Mengetahui perbedaan Akuntansi keberlanjutan dan Akuntansi Konvensional.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Akuntansi Sosial dan Lingkungan.
3. Mengetahui apa yang dimaksud ISO 14001.
4. Mengetahui dan memahami implementasi Akuntansi Sosial pada PT. Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk.
5. Mengetahui dan memahami implementasi Akuntansi Lingkungan pada PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
6. Dapat mengidentifikasi biaya sosial dan biaya lingkungan pada PT. Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep social and environmental accounting (SEA) merupakan konsep yang muncul
dari paradigma bisnis yang berkembang saat ini. Akuntansi merupakan bagian integral dari
dunia bisnis sehingga perubahan apapun yang terjadi dalam dunia bisnis akan turut
mempengaruhi perkembangan akuntansi. Paradigma bisnis saat ini menganut paradigma
bisnis hijau (green business) dimana konsep bisnis saat ini harus memperhatikan aspek sosial
dan lingkungan. Paradigma bisnis yang lama ditingggalkan dan muncul paradigma bisnis
yang baru. Konsekuensi dari munculnya paradigma bisnis yang baru ini menyebabkan adanya
perubahan dalam konsep akuntansi. Akuntansi yang dulunya dipergunakan untuk
kepentingan pemilik perusahaan sekarang dapat dipergunakan untuk kepentingan masyarakat
banyak. SEA juga menitik beratkan kepada kesejahteraan dan keadilan bagi masyarakat
(stakeholders) sekitar lingkungan perusahaan.
Fungi SEA bagi pihak manajemen perusahaan adalah konsep SEA dapat dipergunakan
oleh manajemen perusahaan untuk mengukur dampak sosial dan lingkungan yang
ditimbulkan dari kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan yang kegiatan utamanya
berpotensi untuk merusak lingkungan dan mencemari sungai dapat mengukur biaya
konservasi lingkungan dan biaya konservasi sungai dengan menggunakan konsep SEA. Jika
dilihat dari pihak-pihak yang berada di luar perusahaan, konsep SEA dapat dipergunakan
oleh stakeholders di luar perusahaan untuk melihat bentuk pertanggungjawaban manajemen
dalam melakukan kegiatan perusahaan dan sebagai bentuk tanggung jawab manajemen dalam
mengelola sumber daya alam. Qureshi et al. (2012) berpendapat bahwa adanya tanggung
jawab sosial dan lingkungan perusahaan serta pengembangan industri agar terus
berkelanjutan menjadi faktor dasar munculnya konsep akuntansi sosial dan lingkungan.
Ruang lingkup akuntansi Sosial menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan
aktivitas atau program sosial yang dilakukan peruşahaan şebagaİ bentuk tanggung jawab
sosial perusahaan Seperti yang dikemukakan oleh Harahap (1999) bahwa ruang lingkup
akuntansi sosial dimanfaatkan untuk mengatur keterlibatan perusahaan dalam kegiatan
masyarakat yang disesuaikan dengan keadaan sekitar perusahaan.
Pelaporan akutansi sosial dilakukan untuk mengungkapkan aktivitas sosialnya dengan
menggunakan beberapa keseimbangan sosial dan pendekatan-pendekatan dalam
mempertanggungjawabkan kerja-kerja sosial yang memuat informasi dampak positif dan
negatif yang ditimbulkan oleh perusahaan, Perusahaan harus menyadari pentingnya pelaporan
akuntanşi social dimana pertanggungjawaban sosial yang dilakukan perusahaan dapat
memberikan manfaat bagi perusahaan terutama dalam menjaga going concern perusahaan.
Dalam Environmental Accounting Guidelines yang dikeluarkan oleh menteri
lingkungan Jepang (2005:3) dinyatakan bahwa Akuntansi lingkungan mencakup tentang
pengidentifikasian biaya dan manfaat dari aktivitas konservasi lingkungan, penyediaan sarana
atau cara terbaik melalui pengukuran kuantitatif, serta untuk mendukung proses komunikasi
yang bertujuan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan, memelihara hubungan
yang menguntungkan dengan komunitas dan meraih efektivitas dan efisiensi dari aktivitas
konservasi lingkungan. Ditambahkan pengertian dari US EPA (1995) akuntansi lingkungan
sebagai aspek dari sisi akuntansi manajemen, mendukung keputusan manajer bisnis dengan
mencakup penentuan biaya, keputusan desain produk atau proses, evaluasi kinerja serta
keputusan bisnis lainnya.
Konsep sistem akuntansi lingkungan dapat diterapkan oleh perusahaan dalam
skala yang besar maupun skala kecil dalam setiap industri dalam sektor manufaktur dan jasa.
Penerapan akuntansi lingkungan harus dilakukan dengan sistematis atau didasarkan
pada kebutuhan perusahaan. Keberhasilan dalam penerapan akuntansi lingkungan
terletak pada komitmen manajemen dan keterlibatan fungsional (Ikhsan, 2008). Sebuah
perusahaan tidaklah terlepas dari tanggung jawab lingkungan, karena itu diperlukan
suatu cara untuk mengintegralkan biaya lingkungan misalnya konsep eksternalitas
dimana konsep ini melihat dampak langsung aktivitas suatu entitas terhadap lingkungan
sosial, non-sosial dan ekologis. Langkah awal yang dapat dilakukan terkait biaya
lingkungan adalah dengan mengategorikan jenis biaya terkait dengan memerhatikan
beberapa aspek seperti lokasi situs limbah, jenis limbah berbahaya, metode pembuangan,
dan lainnya.
Pada dasarnya penjelasan mengenai konsep akuntansi lingkungan harus mengikuti beberapa
faktor berikut, antara lain:
SNI ISO 14001 adalah standar yang disepakati secara international dalam menetapkan
persyaratan untuk sistem manajemen lingkungan (SML). SML membantu organisasi
memperbaiki kinerja lingkungan melalui penggunaan sumber daya yang lebih efisian dalam
pengurangan limbah, sehingga mendapatkan keunggulan kompetitif dan kepercayaan
pemangku kepentingan. SML cocok untuk berbagai jenis organisasi, baik privat, non profit
maupun pemerintahan. SML mensyaratkan organisasi mempertimbangkan semua isu
lingkungan yang relevan dalam operasinya seperti penceman udara, isu air dan limbah cair,
pengolahan limbah, kontaminasi tanah, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, serta
penggunaan dan efisiensi sumber daya.
Tujuan SML :
Prinsip-prinsip inti tersebut merupakan landasan bagi Indocement dalam menyusun dan
menjalankan program kerja di bidang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social
Reponsibility/CSR).
Perseroan memandang bahwa tanggung jawab social perusahaan merupakan upaya dari
setiap elemen perusahaan, dan oleh karena itu Perseroan mendorong dan mendukung
keterlibatan karyawan dan pelanggan dalam berbagai tindakan dan inisiatif yang pada akhirnya
akan turut andil dalam menciptakan operasi yang adil bagi Perseroan dalam menjalankan bisnis
usahanya. Terlaksananya tanggung jawab sosial di bidang operasi
Perseroan telah merumuskan sejumlah kegiatan dan anggaran yang berkaitan dengan
aspek HAM. Indocement berkomitmen untuk dapat memenuhi berbagai ketentuan terkait
HAM, baik yang berlaku bagi karyawan maupun masyarakat. Pemenuhan ketentuan tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sumber daya manusia merupakan aset utama bagi Indocement. Karena itu, Perseroan
selalu berupaya untuk memenuhi hak-hak karyawan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, dalam hal ini adalah Undang Undang Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Perseroan memastikan telah memenuhi hak-hak
normatif karyawan yang ditetapkan dalam Undang-undang tersebut. Selain aspek
ketenagakerjaan, Perseroan juga memprioritaskan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
bagi karyawan sebagaimana diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun
1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5
Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Aturan-aturan
tersebut menjadi landasan bagi Perseroan dalam menjalin hubungan industrial dengan
karyawan.
Isu dan risiko terkait kegiatan tanggung jawab social perusahaan bidang
ketenagakerjaan dan K3 utamanya berkaitan dengan aspek ketenagakerjaan dan hubungan
industrial, antara lain kesetaraan gender dalam kesempatan kerja, kesetaraan dalam program
pendidikan dan pelatihan, penggunaan tenaga kerja lokal, remunerasi dan kesejahteraan
karyawan, promosi, kebebasan berserikat dan pelatihan persiapan pensiun, serta keselamatan
dan kesehatan kerja. Perseroan memastikan telah memenuhi peraturan perundang-undangan
yang terkait dengan isu-isu tersebut.
Rencana/program yang dilakukan untuk memperkuat hubungan industrial dan K3, antara lain:
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, nyaman dan bebas dari potensi bahaya dan
insiden (zero harm) merupakan tujuan utama Perseroan. Karena itu, Perseroan sangat
memperhatikan aspek Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di seluruh kegiatan usahanya.
Perseroan memiliki Divisi Corporate Safety Health Environmental (CSHE) Division dan
Departemen SHE di setiap lokasi pabrik. Pengawasan kinerja dan perbaikan keselamatan
secara menyeluruh menjadi tanggung jawab utama Direksi. Pelaksanaan K3 menjadi kebijakan
prioritas Perseroan untuk memastikan keberlanjutan operasi yang aman, sehat, dan kondusif.
Indocement menjalankan berbagai program sebagai upaya perlindungan dan pencegahan
kecelakaan kerja dilakukan dengan menegakkan Peraturan Keselamatan Jiwa Indocement yang
mencakup alat pelindung diri standar, bekerja di ketinggian, memasuki ruang terbatas, bekerja
di area panas dan pekerjaan panas, isolasi energi, dan keselamatan mengemudi.
Pelatihan K3
1. K3 - Safety Practice
2. Incident Investigation Training
3. Penyuluhan Ergonomi
4. Penyuluhan Penanganan Limbah B3
5. Gerakan Hidup Sehat
6. Pencegahan & Penanggulangan HIV/AIDS
7. Indocement Safety Observation Programme (ISOP)
Pembelajaran K3
Pada Oktober 2019, terjadi kebakaran belt conveyor DP 102 di area tambang Kompleks
Pabrik Citeureup yang disebabkan oleh kerusakan roller yang berbahan UHMW dan UHMS-
Pe. Kebakaran tidak mengganggu kegiatan proses produksi meskipun menimbulkan kerugian
sebesar Rp14 miliar. Sementara itu di Kompleks Pabrik Cirebon terjadi kebakaran gudang
yang disebabkan oleh percikan api yang timbul dari pekerjaan pengelasan yang tidak sesuai
dengan prosedur keselamatan kerja yang berlaku. Kebakaran ini menyebabkan kerugian
sebesar Rp9 miliar. Insiden ini juga tidak mengganggu kegiatan proses produksi. Perseroan
telah memperbaiki kerusakan, mengganti konstruksi gudang dari sebelumnya kayu menjadi
baja. Perseroan menjadikan insiden kebakaran di dua lokasi tersebut sebagai pembelajaran
penting untuk senantiasa menjaga K3 melalui pemantauan berkala serta melakukan evaluasi
terhadap penggunaan material tertentu. Perseroan telah mengganti roller yang berbahan
UHMW dan UHMS-Pe dengan roller yang berbahan lain dan mengganti konstruksi belt
conveyor dari jenis tertutup menjadi semi terbuka untuk memudahkan pemeriksaan, serta
melakukan penguatan budaya K3 pada karyawan dan kontraktor Perseroan, dalam hal ini
terkait dengan bekerja di area panas dan pekerjaan panas.
Pada 2019, Perseroan melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap 304 karyawan
dan merekrut 30 karyawan baru, sehingga tingkat turn over karyawan sebesar 5,79%. Tingkat
turn over karyawan 2019 sedikit lebih rendah dibandingkan 2018, yaitu 7,0%. Penyebab utama
pemutusan hubungan kerja yang terjadi 2019 adalah memasuki usia pensiun dan
mengundurkan diri dengan jumlah masing-masing sebanyak 121 pegawai dan 175 pegawai.
Pada 2019, terdapat 8 pegawai yang meninggal dunia. Hingga akhir 2019, Perseroan telah
menyelesaikan seluruh kewajiban kepada keluarga almarhum. Pada 2019 terjadi dua
kecelakaan kerja yang berakibat cedera sedang dan serius, yaitu:
1. Seorang karyawan di Kompleks Pabrik Tarjun terkena gas panas di area coal mill.
Kecelakaan terjadi akibat korban tidak menutup check hole screw conveyor terlebih
dahulu sebelum menjalankan peralatan sesudah memasukkan material. Perusahaan
melakukan langkah perbaikan berupa membangun fasilitas tambahan sebagai sarana
memasukkan material ke screw conveyor coal mill.
2. Seorang karyawan di Kompleks Pabrik Cirebon kecelakaan tergores mata bor meja
ketika sedang memperbesar lubang pada cable shoe yang diakibatkan korban tidak
menjepit cable shoe pada ragum. Perusahaan melakukan langkah perbaikan berupa
melarang penggunaan bor meja bagi karyawan yang tidak memiliki kompetensi serta
memasang ramburambu K3 dan prosedur di lokasi kejadian.
Pendidikan dan/atau Pelatihan Indocement
Untuk menciptakan hubungan industrial yang harmonis, sejak tahun 2003 Perseroan
bersama organisasi serikat pekerja telah menyepakati adanya perjanjian kerja bersama (PKB).
PKB mengat ur hak dan kewajiban karyawan dan perusahaan dengan mengedepankan prinsip
saling menghargai dan saling menguntungkan.
Mekanisme Penanganan Keadaan Darurat Emergency Management Mechanism
Isu dan Risiko Terkait Tanggung Jawab Kepada Konsumen dan Mutu
1. Ekspektasi dari konsumen yang akan terus meningkat dalam hal pengiriman atau
kualitas semen dan layanan lainnya.
2. Pada 2019 merupakan tahun politik karena adanya Pemilihan Umum Presiden dan
Legislatif Indonesia, yang berdampak pada sektor konstruksi, baik pemerintah maupun
swasta, untuk menunggu hasil dari Pemilu.
3. Kondisi kelebihan pasokan dimana kapasitas suplai lebih tinggi sekitar 40 juta ton per
tahun terhadap konsumsi semen domestik yang diperkirakan akan melambat karena
adanya pemilihan umum.
4. Kondisi kelebihan pasokan untuk pasar semen dalam negeri.
5. Pertumbuhan pasar yang menurun pada semester pertama tahun 2019
Cakupan dan Lingkup Tanggung Jawab Terhadap Konsumen
Capaian Kegiatan
Isu dan Risiko Terkait Tanggung Jawab Sosial Bidang Pengembangan Masyarakat
Secara umum dalam industri semen keluhan masyarakat berkisar antara debu, bising
dan getaran karena penggunaan bahan peledak dalam proses penambangan batu kapur.
Keluhan tentang debu dari masyarakat sekitar telah dikoreksi dan diantisipasi dengan cara
mengkonversi dari electrostatic precipitator menjadi bag filter. Keluhan mengenai bising di
belt conveyor yang melalui pemukiman masyarakat dikoreksi dan diantisipasi dengan cara
mengganti roller belt conveyor dengan tingkat kebisingan yang rendah. Keluhan terhadap
getaran sebagai akibat dari penggunaan bahan peledak dikoreksi dan diantisipasi dengan cara
terbaru yang mengurangi getaran.
Agar pelaksanaan program tanggung jawab sosial yang dijalankan dapat berjalan
dengan lebih baik serta mengetahui kebutuhan masyarakat, Indocement melakukan Forum
Komunikasi Program CSR (Bina Lingkungan Komunikasi/ Bilikom) yang dijalankan paling
tidak setiap empat bulan. Dalam forum Bilikom, Perseroan mendengar dan mendata aspirasi
masyarakat untuk kemudian diterjemahkan dalam program yang akan dijalankan. Perseroan
berusaha untuk menyesuaikan program yang akan dijalankan dengan kerangka pelaksanaan
yang telah ditetapkan.
Program SAB ini sudah dilakukan di semua desa mitra yang ada di Kompleks Pabrik Citeureup.
Total SAB yang sudah dibangun berjumlah 68 unit, dengan jumlah penerima manfaat mencapai
8.395 orang. Dengan adanya saluran air bersih, masalah kekeringan yang biasanya terjadi pada
saat musim kemarau dapat teratasi. Pada saat musim kemarau 2019, Perseroan mengirimkan
air bersih untuk masyarakat di 12 desa mitra sebanyak 1.090.000 liter.
Isu lingkungan akibat timbulan sampah yang belum terkelola dengan baik masih menjadi
kendala dalam pengelolaan sampah di Kabupaten Cirebon. Dilatarbelakangi oleh kondisi
tersebut, Kompleks Pabrik Cirebon mengembangkan pengelolaan sampah secara terpadu
antara Perseroan, pemerintah desa dan masyarakat desa binaan. Perseroan bekerja sama dengan
pemerintah desa dan masyarakat untuk mengembangkan unit usaha yang bergerak di bidang
pengolahan sampah, untuk kemudian dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) agar
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa sekitar. Unit Pengolahan Sampah Badan
Usaha Milik Desa (UPS BUMDes) Palimanan Barat mulai beroperasi pada 2008 dengan
pembiayaan pendirian, teknologi, pengoperasian maupun pelatihan dari Indocement.
Pengelolaan hariannya dilakukan oleh BUMDes dengan pembinaan terpadu dari Indocement.
Pembentukan BUMDes ini merupakan salah satu upaya agar pengelolaan sampah dapat
berlangsung secara berkelanjutan, dan memiliki hasil yang dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat sekitar. Tujuan pembentukan UPS BUMDes yaitu mengatasi permasalahan
lingkungan yang diakibatkan oleh sampah, sebagai media pembelajaran bagi masyarakat untuk
membiasakan perilaku hidup sehat, mengolah sampah menjadi produk yang bermanfaat
(kompos, bahan bakar alternatif) dan menciptakan lapangan kerja. UPS BUMDes berperan
sebagai pengolah sampah yang menghasilkan produk untuk dijual ke pihak Indocement yang
memanfaatkannya sebagai energi alternatif (refuse derived fuel/RDF) untuk proses produksi
semen dan biofertilizer (kompos) untuk pemupukan tanaman di area pabrik. Bahan baku
sampah yang diolah berasal dari masyarakat desa binaan berupa sampah rumah tangga, serta
dari internal Perseroan berupa sampah perkantoran, sampah kertas bekas, serta biomassa dari
tanaman energy crops yang dikembangkan di dalam kompleks pabrik. Selain pembentukan
UPS BUMDes, program berwawasan lingkungan yang diimplementasikan di masyarakat
adalah Pengelolaan Sampah Mandiri Ramah Lingkungan dengan menerapkan prinsip 5M
(mengurangi, memilah, memanfaatkan, mendaur ulang dan menabung). Sampah yang tidak
layak jual didistribusikan ke UPS BUMDes, sedangkan sampah yang memiliki nilai ekonomis
dikelola melalui Bank Sampah desa.
Perseroan juga dipercaya untuk mendukung pembangunan infrastruktur nasional, yakni Pelabuhan
Patimban di Subang, Jawa Barat melalui penyediaan Duracem. Duracem merupakan produk unggulan
kami yang ramah lingkungan karena memanfaatkan limbah bekas industri baja dan menekan emisi
CO2 pada proses produksinya. Kami akan terus optimis pada peluang di masa mendatang seiring
dengan berkembangnya proyek infrastruktur dan proyek properti high grade concrete yang sejalan
dengan portofolio produk Perseroan. Di tahun mendatang, kami menetapkan berbagai strategi dan
perencanaan, yang diproyeksikan semakin memperkuat kinerja Perseroan. Kami akan melakukan
intensifikasi penerapan inovasi teknologi informasi dalam rantai pasok, meliputi di antaranya
transformasi rantai pasokan dan logistik, “menara pengawas”, gudang, sistem transportasi
manajemen, dan transformasi penjualan. Selain itu, kami juga akan terus meningkatkan jaringan
distribusi kami. Salah satu upayanya, pada Januari 2019, kami telah meresmikan pengoperasian
terminal semen di Lampung yang akan menunjang kegiatan distribusi dengan kapasitas besar.
Terminal ini diharapkan akan memperkuat posisi pasar Indocement di Sumatera
Mengukuhkan Komitmen pada Keberlanjutan Lingkungan
Perseroan menyadari bahwa dampak negatif perubahan iklim dan meningkatnya emisi GRK
akan mempengaruhi kehidupan manusia dan perekonomian global. Kesadaran ini menjadikan
dasar bagi Perseroan untuk terus berupaya menjalankan usaha dengan memperhatikan aspek
lingkungan. Secara khusus, kami telah membentuk tim penyusun rencana kerja untuk
penurunan emisi CO2 dalam proyek ‘Preparation of Implementation of SC2030 Master Plan
in Indocement (Project Code O312)’ sebagai wujud keseriusan kami dalam mengurangi emisi
GRK. Kami juga telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi emisi GRK dan emisi
debu. Empat pabrik kami telah dilengkapi bag filter yang mampu menangkap debu dari proses
produksi semen dengan lebih baik. Pada 2022, kami targetkan lima pabrik lainnya juga akan
dilengkapi bag filter. Perseroan memaksimalkan pemanfaatan bahan bakar alternatif, baik
limbah B3 maupun limbah non-B3, serta pemanfaatan bahan baku alternatif berupa slag. Selain
berperan dalam upaya pemanfaatan kembali limbah, langkah tersebut juga mampu
menurunkan emisi GRK. Secara keseluruhan, melalui langkah ini, kami telah berhasil
mensubtitusi 1,95% kebutuhan bahan baku dan 7,36% kebutuhan bahan bakar.
Pemantauan daring ini memastikan data emisi real-time yang terpercaya dan obyektif yang
terkoneksi langsung ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Sebagai
pelopor penerapan sistem ini, Indocement telah ditunjuk oleh KLHK menjadi contoh bagi
perusahaan lainnya.
Jejak Misi
Sasaran Utama: Mengurangi emisi CO2 , NOx, SOx, energi dari limbah panas pabrik,
dan energi dari bahan bakar alternatif
Target 2030
• Mengurangi emisi NOx dan SOx dari produksi cementitious sebesar 40% dan partikel sebesar
80% dibandingkan tahun 2008.
• Pada tahun 2030 semua emisi ke udara secara permanen akan berada di bawah rata-rata
industri kualitatif sebagaimana diidentifikasi oleh Cement Sustainability Initiative (CSI).
• Mengganti 30% dari total konsumsi panas dari kiln (tanur) semen dengan bahan bakar
alternatif.
Strategi
• Melakukan investasi dalam melakukan penangkapan dan pemanfaatan karbon agar dapat
memberikan solusi penurunan volume CO2 yang tinggi.
• Melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap rencana pengurangan emisi CO2 setiap lima
tahun sekali.
• Melakukan pengukuran SOx , NOx , dan partikel secara terus-menerus di semua pabrik.
• Melakukan pengukuran jejak logam dan emisi VOC di setiap lokasi produksi klinker,
setidaknya sekali setahun (pengukuran di titik tertentu).
Jejak Air
Sasaran Utama: Konsumsi air dibandingkan tahun 2015, persentase lokasi di daerah
kelangkaan air menggunakan rencana pengelolaan air dan sistem pencatatan air yang
efisien, serta target pengurangan air secara global mulai tahun 2030 dan seterusnya
Target 2030
• Mengurangi konsumsi air di semua pabrik secara ekonomis dan memanfaatkan teknologi yang
tersedia.
• Lokasi operasional yang berada di wilayah langka air diusahakan memiliki sistem pengelolaan dan
rencana induk pengurangan air.
• Reduction of water consumption at all plants to the economically and technologically feasible level.
• All operational sites located in water scarcity areas will be encouraged to have a Water Management
System and a Water Reduction Master Plan.
STRATEGI
• Menyusun rencana induk pengurangan air sebagai bagian dari Rencana Pengelolaan Air untuk
setiap pabrik yang berlokasi di daerah kelangkaan air, menggambarkan jumlah air yang
dikelola, asal dan tingkat penggunaannya, potensi pengurangan konsumsi, peluang daur ulang
air dan kerja sama dengan masyarakat sekitar.
Target 2030
• Pabrik dioperasikan berdasarkan rencana setelah disetujui oleh otoritas dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat setempat.
• Perseroan akan mengupayakan dampak positif pada nilai keanekaragaman hayati di seluruh
lokasi tambang sesuai dengan rencana pascatambang yang alamiah.
• Di lokasi tambang, yang berada dalam atau terhubung langsung ke kawasan konservasi alam
yang dilindungi secara hukum, menerapkan rencana pengelolaan keanekaragaman hayati. •
Setiap rencana setelah penggunaan lahan akan disesuaikan dengan kelestarian keanekaragaman
hayati.
Sasaran Utama: Persentase bahan yang digunakan dalam produksi semen dan beton, yang
berasal dari produk sampingan atau bahan daur ulanghayati.
Target 2030
STRATEGI
Inovasi menjadi salah satu fondasi peningkatan nilai Perseroan sekaligus mendukung
peningkatan kinerja ekonomi. Oleh karena itu, Perseroan menerapkan praktik peningkatan
berkelanjutan (continuous improvement) melalui kegiatan penelitian dan pengembangan
terusmenerus. Perseroan menjalankan proses produksi dan menghasilkan produk yang lebih
ramah lingkungan, yang juga sejalan dengan komitmen untuk mengurangi dampak kepada
lingkungan dan masyarakat.
Duracem merupakan produk ramah lingkungan yang menjadi unggulan Indocement dan
diharapkan akan memenuhi sertifikasi hijau. Duracem merupakan semen superslag yang
termasuk dalam semen low-heat hydration dan memiliki tingkat resistansi tinggi terhadap
sulfat, tahan lama, serta sesuai dengan pekerjaan konstruksi pada berbagai kondisi dan cuaca.
Produk ini direkomendasikan untuk pembangunan proyek dermaga dan bendungan, serta
pembuatan paving beton dan fondasi. Pada 2019, Indocement memasok Duracem sebanyak
294 ribu ton.
• Proses produksi Duracem mampu mereduksi 53% konsumsi bahan bakar dengan mengganti
sebagian klinker menggunakan material komposit.
• Subtitusi sebagian klinker dengan material komposit berhasil mengurangi potensi emisi
sebesar 53% dibandingkan semen Portland.
• Duracem menggunakan waste material yaitu slag, yang merupakan limbah B3 dari industri
baja, sebagai komposit pengganti klinker.
• Duracem diproduksi dengan teknologi penangkapan debu mutakhir, sehingga menekan
potensi pencemaran udara jauh di bawah baku mutu emisi yang telah ditentukan.
• Produksi Duracem menggunakan sebagian bahan bakar alternatif terbarukan, seperti sekam
padi, serbuk gergaji, ban bekas, untuk mensubtitusi batu bara.
• Kualitas Duracem mampu menopang ketahanan bangunan lebih lama sehingga mendukung
konstruksi yang berkelanjutan.
• Duracem dikemas dengan menggunakan kantong yang dapat didaur ulang dan tidak
mengandung B3.
Pengendalian Emisi
Pencapaian 2019
• Rata-rata pengukuran beban emisi SOx dan NOx mencapai 50% di bawah baku mutu
Pengelolaan emisi Indocement mengacu pada Perpres Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana
Aksi Nasional Menurunkan Emisi GRK dan Kondisi Operasional Pabrik, Standar ISO
14001:2015, dan Komitmen Keberlanjutan 2030. Komitmen Indocement terkait pengelolaan
emisi tertuang dalam Kebijakan yang ditetapkan oleh Direktur Utama pada 9 September 2019.
Pengendalian emisi menjadi salah satu topik yang mendapatkan perhatian utama dari
Perseroan. Secara khusus, terkait dengan emisi, Perseroan telah menetapkan ‘Preparation of
Implementation of SC2030 Master Plan in Indocement (Project Code O312)’ untuk menyusun
rencana kerja atas upaya penurunan jejak lingkungan Perseroan, khususnya penurunan emisi
CO2. Proyek ini berada di bawah tanggung jawab Direksi dengan target penurunan emisi CO2
sesuai dengan target yang ditetapkan Komitmen Keberlanjutan HeidelbergCement 2030.
Pencapaian 2019
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan keanekaragaman hayati dilakukan oleh pihak internal
dan pihak eksternal. Pemantauan internal dilakukan oleh Mining Division dan Corporate Safety
Health and Environment Division yang bertanggung jawab melaporkan hasil kinerja kepada
Direksi. Pemantauan eksternal dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup melalui laporan
kinerja keanekaragaman hayati setiap tahun dan oleh KLHK melalui Laporan RKL/RPL.
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan keanekaragaman hayati juga dilakukan melalui
partisipasi Perseroan dalam Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) tahunan. Di 2019 Kompleks Pabrik Cirebon
berhasil meraih peringkat Hijau. Secara umum hasil evaluasi 2019 merekomendasikan
Indocement untuk memiliki kerjasama dengan lembaga atau organisasi yang menangani
perlindungan keanekaragaman hayati agar sasaran dan target kuantitatif yang telah ditetapkan
dapat tercapai.
Pemanfaatan Air
Pencapaian 2019
• Seluruh kompleks pabrik memiliki sumber air yang terjaga untuk menghadapi kekeringan,
termasuk bagi kebutuhan masyarakat jika diperlukan
Indocement memastikan kualitas air limbah domestik telah memenuhi baku mutu yang
ditetapkan Pemerintah dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.68/MenLHK/Setjen/Kum.1/8/2016. Pemantauan kualitas air limbah domestik
dilakukan oleh laboratorium eksternal terakreditasi KAN. Pemantauan dilakukan setiap
bulan sekali dan dilaporkan kepada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor, Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Cirebon, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Kotabaru
Seluruh air bekas proses produksi dapat dimanfaatkan kembali (zero discharge).
Pendayagunaan Limbah
Pencapaian 2019
• 1,7% Tingkat subtitusi klinker dengan bahan baku alternatif dalam cementitious.
Salah satu potensi risiko yang dikelola oleh Perseroan adalah yang terkait dampak kepada
lingkungan yang timbul dari kegiatan operasional. Perseroan menerapkan pendekatan
pencegahan risiko lingkungan melalui kepatuhan pada seluruh peraturan, standar, dan pedoman
yang berlaku terkait perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, yang meliputi AMDAL,
RPL, dan RKL. Pemantauan dan pengelolaan kepatuhan terhadap peraturan, standar, dan
pedoman lingkungan berada di bawah tanggung jawab CSHE Division dan Corporate Legal,
Communication and General Affairs Division.
Pemanfaatan Air
Lingkungan hidup menjadi salah satu perhatian utama bagi Indocement. Perseroan
berkomitmen untuk mengurangi jejak lingkungan dengan menerapkan operasional yang lebih
ramah terhadap lingkungan. Selain itu, Perseroan juga memiliki komitmen untuk
menyelaraskan antara kegiatan operasional dengan kelestarian lingkungan. Perseroan
senantiasa memastikan setiap kegiatan semaksimal mungkin dapat berdampak positif terhadap
lingkungan, terutama dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan, yang diwujudkan
melalui partisipasi Perseroan dalam kegiatan kelestarian lingkungan.
Kebijakan dan komitmen Indocement dalam pelestarian lingkungan hidup dituangkan dalam
kebijakan Perseroan yang ditandatangani oleh Direktur Utama Indocement. Kebijakan tersebut
antara lain meliputi:
Perseroan menyadari, menjalankan usaha di industri semen (dan turunannya), dapat mengubah
bentang alam, baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, terdapat isu dan risiko
lingkungan penting lainnya yang relevan dengan aktivitas Perseroan, antara lain: Salah satu isu
lingkungan utama tahun 2019 adalah terkait hasil KTT Iklim PBB atau COP25 yang
diselenggarakan di Madrid, Spanyol. Melalui pertemuan tersebut, telah disepakati penetapan
aturan untuk menciptakan pasar karbon di antara negara, kota, dan perusahaan sebagai cara
untuk memberikan insentif bagi strategi pengurangan emisi yang agresif di berbagai sektor.
Termasuk hutan yang dianggap penting untuk memperlambat pemanasan global yang tanpa
henti ini. Indocement merupakan pelopor pertama di sektor industri semen yang sudah
menerapkan Sistem Informasi Pemantauan Emisi Industri Kontinyu (SISPEK) untuk
memastikan data yang terpercaya dan obyektif. Data dikirim secara daring ke Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui continuous emission monitoring (CEM) saat ini
sudah diimplementasikan di Plant 4, Plant 9, Plant 10, Plant 14
Penjelasan terkait penanganan dan upaya mitigasi yang dilakukan Perseroan adalah
sebagai berikut:
Emisi Karbon: Dalam pembuatan klinker untuk produksi semen, Perseroan melakukan
proses pembakaran dan reaksi kimia sehingga menghasilkan gas karbon dioksida (CO2).
Indocement memiliki komitmen yang tinggi untuk terus menekan emisi karbon dalam proses
produksi semen.
Emisi Gas Rumah Kaca: (GRK) Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden
Nomor 61/2011 tentang Rencana Aksi Penurunan Gas Rumah Kaca (GRK) dan Peraturan
Presiden Nomor 71/2011 tentang Pencatatan Penyelenggaraan Inventarisasi GRK Nasional
yang terkait dengan Emisi GRK. Indocement berkomitmen untuk mentaati peraturan tersebut
dengan melakukan berbagai inisiatif untuk menekan emisi GRK dari aktivitas operasional
Perseroan.
Kebisingan dan Getaran: Untuk transportasi material dari dan menuju pabrik di
Citeureup dan Tarjun, Perseroan menggunakan belt conveyor yang panjang. Jalur conveyor
tersebut “melintasi” pemukiman warga, sehingga pengoperasian belt conveyor tersebut
menjadi salah satu perhatian utama manajemen Indocement, karena berdampak adanya
kebisingan dan getaran..
Pengelolaan Limbah: Pengelolaan limbah merupakan salah satu perhatian utama bagi
Indocement. Dalam operasionalnya, Perseroan menghasilkan limbah, baik limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3), non-B3, dan limbah domestik.
2. Program Kampung Iklim merupakan program yang diprakarsai oleh KLHK untuk mencegah
terjadinya dampak perubahan iklim secara drastis, antara lain kelaparan, kekeringan, dan
kesulitan air bersih.
6. Indocement Wildlife Education Center (IWEC) Sebuah pusat pelatihan dan penyelamatan
satwa langka endemik Kalimantan Selatan. IWEC yang dibangun di Kompleks Pabrik Tarjun
merupakan upaya yang dilakukan Indocement untuk mencegah kepunahan satwa langka
Bekantan, Owa-Owa dan Rusa Sambar, yang memang secara perlahan mulai terancam
habitatnya.
Salah satu wujud dari komitmen Indocement terhadap upaya pengelolaan dan pelestarian
lingkungan hidup dapat dilihat dari besarnya anggaran yang dialokasikan Indocement terhadap
upaya pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup. Pada 2019, Indocement mengeluarkan
biaya sebesar Rp54 miliar untuk menjalankan kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan
hidup
2.6 Identifikasi Biaya Sosial dan Biaya Lingkungan PT. Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk
Estees dalam Harahap (2003:370) mengusulkan beberapa teknik pengukuran manfaat dan
biaya sosial yaitu :
1. Penilaian pengganti (Surrogate Valuation), menyatakan bahwa suatu nilai ganti
terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi dapat dipilih sebagai cara menghitung
kerugian saat nilai kerugian yang diinginkan tidak dapat dipenuhi secara langsung.
2. Teknik survey (Survey Techniques), merupakan pendekatan yang dilakukan dengan
cara menanyakan secara langsung kepada masyarakat apa yang sangat berharga bagi
mereka. Cara ini merupakan pendekatan survei yang tidak menyenangkan, namun
dalam kenyataannya memberikan informasi yang lebih berharga dan lebih akurat dan
sekaligus merupakan teknik yang mahal.
3. Biaya perbaikan dan pencegahan (Restoration or Avoidance Cost), merupakan suatu
cara untuk mengukur biaya sosial dengan memperkirakan pengeluaran uang yang
sesungguhnya untuk mencegah atau menghindari bahaya atau kerusakan lingkungan.
4. Penilaian (Appraisal) oleh tim independen, merupakan penaksiran yang yang
dilakukan oleh pihak independen dalam menilai barang berwujud seperti bangunan
dan tanah. Teknik ini hampir sama dengan penilaian pengganti, hanya disini
menggunakan tenaga ahli sebagai pihak penaksir independen.
5. Putusan pengadilan (Court Decisions), merupakan cara untuk menilai atau
menghitung kerusakan atau biaya tertentu melalui putusan pengadilan. Penilaian ini
akurat dalam jumlah dan diidentifikasi dengan menggunakan biaya sosial yang
khusus.
6. Analisa (Analisys), pendekatan ini dilakukan melalui analisa ekonomi dan statistik
terhadap data yang ada menghasilkan dalam suatu nilai yang sah dan pengukuran
yang dapat dipercaya.
7. Biaya pengeluaran (Outlay Cost), merupakan teknik yang digunakan untuk menilai
program yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat, seperti kegiatan pembaharuan
urbanisasi, pertahanan militer, atau konstruksi jalan raya. Biaya pengeluaran
dilakukan dengan mencari
hubungan kegiatan tersebut secara langsung dan mengukur kegunaannya.
Penerapan biaya sosial dan biaya lingkungan dalam aktivitas operasional perusahaan
merupakan contoh dari pelaksanaan ekoefisiensi (Hansen dan Mowen, 2005). Ekoefisiensi
merupakan konsep yang menjelaskan bahwa perusahaan dapat memproduksi barang dan jasa
tanpa menimbulkan dampak negatif bagi komunitas sosial dan lingkungan. Dasar yang
melatarbelakangi konsep ekoefisiensi ini adalah bahwa perusahaan harus memiliki kinerja
ekonomi dan kinerja sosial lingkungan yang baik. Konsep ekoefisiensi mencoba untuk
menjelaskan bahwa perusahaan tidak hanya harus memikirkan kinerja ekonomi saja tetapi
juga harus memikirkan kinerja sosial dan lingkungan.
BAB III
KESIMPULAN
Akuntansi sosial dan lingkungan telah menjadi topik yang perlu mendapat perhatian
akuntan. Isu ini menjadi penting karena perusahaan perlu mempertanggungjawabkan dampak
aktivitas operasinya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Akuntansi
pertanggungjawaban sosial dan lingkungan telah diterapkan oleh perusahaan di Indonesia.
Namun khususnya penerapan akuntansi lingkungan masih kurang karena adanya kendala
dalam penerapannya. Akuntan perlu mencari jalan keluar untuk meningkatkan penerapannya.
https://indocement.co.id/v5/IndocementContent/AR%20SR/2019/AR%20Indocement%2020
19_Medium.pdf
https://indocement.co.id/v5/IndocementContent/AR%20SR/2019/SR_2019_Low.pdf
http://kamusbisnis.com/arti/akuntansi-keberlanjutan/
https://www.e-akuntansi.com/definisi-akuntansi-lingkungan/
https://www.e-akuntansi.com/sistem-akuntansi-lingkungan/
https://www.e-akuntansi.com/pelaporan-akuntansi-lingkungan/
https://media.neliti.com/media/publications/74705-ID-suatu-tinjauan-mengenai-pelaporan-
akunta.pdf
http://standardisasi.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2016/11/Leaflet-ISO-14001-SML.pdf