Anda di halaman 1dari 19

Tugas Kelompok

AKUNTANSI SOSIAL DAN LINGKUNGAN

“Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial”

Oleh :

Faradita Farid 105731110418


Nurul Hinayah
Sukryanti Chast
Sri Ningsih Eka
Irfandi U
Ahmad

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

JURUSAN AKUNTANSI

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai pemenuhan tugas dari Akuntansi Sosial
dan Lingkungan dengan judul “Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru
Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Makassar, 27 Oktober 2020

Penulis
\
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Perusahaan adalah suatu organisasi dimana sumber daya (input) dasar
seperti bahan dan tenaga kerja dikelola serta diproses untuk menghasilkan
barang atau jasa (output) kepada pelanggan. Tujuan utama perusahaan adalah
mencari laba yang semaksimal mungkin. Untuk mencapai tujuan tersebut
manajemen harus dapat mengolah perusahaan secara efektif dan efisien demi
kelangsungan hidup perusahaan.
Perusahaan memiliki fungsi yang begitu besar bagi masyarakat sehingga
memudahkan perusahaan untuk menjalankan aktivtasnya. Aktivitas ekonomi
yang dijalankan perusahaan sebagaimana prinsip etika bisnis diharapkan
bermanfaat tidak hanya bagi perusahaan itu sendiri, tetapi juga bagi masyarakat.
Penerapan etika bisnis tersebut merupakan wujud kepedulian dan tanggung
jawab sosial-moral suatu institusi bisnis dan para pelaku dunia usaha tehadap
masyarakat dan lingkungannya.
Menyadari dampak-dampak yang ditimbulkan dari kegiatan operasinya
perusahaan hendaknya memperhatikan dampak-dampak tersebut dan turut serta
menjaga dan peduli terhadap lingkungan sekitar masyarakat sebagai
stakeholders. Salah satu yang dapat dilakukan adalah mengadakan aktivitas
sosial sebagai bentuk pertanggungjawaban sosial perusahaan terhadap
lingkungan sekitar yang disebut Corporate Social Responsibility (CSR).
Corporate Social Responsibility (CSR) ditunjukan untuk menciptakan
keselarasan antara kepentingan manajemen perusahaan dengan kepentingan
stakeholders dan dimaksudkan untuk mendorong agar perusahaan lebih etis
dalam menjalankan aktivitasnya, sehingga pada akhirnya perusahaan akan dapat
memperoleh manfaat ekonomi berkelanjutan.
Dengan penerapan akuntansi tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
lingkungan sosial atau yang disebut Corporate Social Responsibiity (CSR)
secara benar berarti juga memenuhi responsibilitas yang diusung Good
Corporate Governance (GCG). Penerapan CSR secara konsisten merupakan
bagian dari upaya memaksimalkan nilai perusahaan. CSR merupakan komitmen
perusahaan berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi
berkelanjutan dengan tetap mengdepankan peningkatan kualitas hidup karyawan
beserta keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas.Lebih lanjutnya
mengenai bagaimana tujuan hingga penerapan akuntansi pertanggungjawban
social akan dijelaskan pada makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan pengertian akuntansi sosial dan lingkungan!

2. Apa saja tujuan akuntansi pertanggung jawaban social?

3. Apa saja manfaat CSR (Corporate Social Responsibility)?

4. Bagaimana pelaksanaan akuntansi pertanggung jawaban social?

5. Bagaiamana pengukuran dan pelaporan akuntansi pertanggung jawaban


social?

C. Manfaat
1. Untuk mengetahui pengertian akuntansi social dan lingkungan
2. Untuk mengetahui akuntansi pertanggungjawaban social
3. Untuk mengetahui manfaat CSR (Corporate Social Responsibility)
4. Untuk mengetahu bagaimana pelaksanaan akuntansi pertanggung jawaban
social
5. Untuk mengetahui pengukuran serta pelaporan akuntansi
pertanggungjawaban sosial
BAB II
Pembahasan

A. Pengertian akuntansi social


Istilah Akuntansi Sosial (Social Accounting) sebenarnya bukan
merupakan istilah baku dalam akuntansi. Para pakar akuntansi membuat istilah
masing-masing untuk menggambarkan transaksi antara perusahaan dengan
lingkungannnya. Ramanathan (1976) dalam Arief Suadi (1988)
mempergunakan istilah Social Accounting dan mendefinisikannya sebagai
proses pemilihan variabel-variabel yang menentukan tingkat prestasi sosial
perusahaan baik secara internal maupun eksternal. Lee D Parker (1986) dalam
Arief Suadi (1988) menggunakan istilah Sosial Responsibility Accounting, yang
merupakan cabang dari ilmu akuntansi. Sementara itu Belkoui dalam Harahap
(1993) membuat suatu terminologi Socio Economic Accounting (SEA) yang
berarti proses pengukuran, pengaturan dan pengungkapan dampak pertukaran
antara perusahaan dengan lingkungannya.
Hadibroto (1988); Bambang Sudibyo (1988) dan para pakar akuntansi di
Indonesia menggunakan istilah Akuntansi pertanggung jawaban sosial (APS)
sebagai akuntansi yang memerlukan laporan mengenai terlaksananya
pertanggungjawaban sosial perusahaan. Hendriksen (1994), menggambarkan
akuntansi sosial sebagai suatu pernyataan tujuan, serangkaian konsep sosial dan
metode pengukurannya, struktur pelaporan dan komunikasi informasi kepada
pihak–pihak yang berkepentingan. Pernyataan Hendriksen (1994) tersebut
memberikan gambaran tentang hubungan mendasar antara konsep akuntansi
sosial dengan informasi yang dihasilkan, sehingga secara kongkrit informasi
tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Berdasarkan beberapa uraian diatas, pada dasarnya definisi yang diberikan oleh
para pakar akuntansi mengenai akuntansi sosial memiliki karakteristik yang
sama, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ramanathan (1976) dalam Arief
Suadi (1988), yaitu Akuntansi sosial berkaitan erat dengan masalah :
(1) Penilaian dampak sosial dari kegiatan entitas bisnis,
(2) mengukur kegiatan tersebut
(3) melaporkan tanggungjawab sosial perusahaan, dan
(4) sistem informasi internal dan eksternal atas penilaian terhadap
sumber-sumber daya perusahaan dan dampaknya secara sosial ekonomi.

B. Tujuan akuntansi social


Tujuan akuntansi pertanggungjawaban sosial menurut Belkaoui (1992:434),
”...is to measure and disclosure the costs and benefits to society created by the
production-related activities of bussines enterprises”. Sedangkan menurut
Ramanathan yang dikutip oleh Usmansyah (1988 : 21-22) menyatakan ada tiga
tujuan akuntansi pertanggungjawaban sosial yaitu :
a) Untuk mengidentifikasikan dan mengukur sumbangan sosial netto
periodik dari suatu perusahaan, yang meliputi bukan hanya biaya dan
manfaat yang diinternalisasikan ke dalam perusahaan, namun juga yang
timbul dari eksternalitas yang mempengaruhi bagian-bagian sosial yang
berbeda.
b) Untuk membantu menentukan apakah praktek dan strategi perusahaan
yang secara langsung mempengaruhi sumber daya relative dan keadaan
sosial adalah konsisten dengan prioritas-prioritas sosial pada satu sisi dan
aspirasi-aspirasi individu pada sisi lainnya.
c) Untuk menyediakan dengan cara yang optimal bagi semua kelompok
sosial, informasi yang relevan mengenai tujuan, kebijakan, program,
kinerja dan sumbangan perusahaan pada tujuan-tujuan sosial.
Informasi yang dihasilkan dari proses akuntansi pertanggungjawaban sosial
tidak hanya bemanfaat bagi anggota masyarakat dalam menilai kinerja sosial
perusahaan, tetapi juga akan membantu manajemen mencapai tujuan, yaitu
dengan meyakini adanya suatu perkembangan yang lebih menyeluruh yang telah
diberikan kepada kebutuhan bisnis secara total dan penghargaan publik. Laporan
sosial ini juga akan membantu manajemen berpikir mengenai akibat-akibat dari
tindakan mereka sehingga manajemen dapat mengambil keputusan dengan lebih
baik.

C. Manfaat CSR (Corporate Social Responsibility)


Sepintas, program CSR memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. Namun
jika kita lihat lagi, ternyata CSR juga memberikan banyak manfaat bagi
perusahaan itu sendiri. Beberapa manfaat CSR bagi perusahaan adalah sebagai
berikut
a) Meningkatkan Citra Perusahaan
Manfaat CSR yang pertama adalah Meningkatkan Citra Perusahaan.
Perusahaan yang melakukan kegiatan CSR akan dipandang memiliki nilai
kepedulian yang tinggi di masyarakat. Awareness positif masyarakat
terhadap perusahaan akan meningkatkan citra perusahaan itu sendiri.

b) Memperkuat “Brand” Perusahaan


Manfaat CSR yang kedua adalah Memperkuat “Brand” Perusahaan. Tidak
jarang perusahaan yang melakukan CSR juga turut memberikan produknya
secara gratis kepada masyarakat. Dengan memberikan produk secara gratis
tersebut, secara tidak langsung perusahaan sudah memperkuat posisi brand
dan produknya di masyarakat. Masyarakat yang menerima produk yang
diberikan secara cuma-cuma tersebut akan memakai dan menggunakan dan
mengetahui keunggulan produk tersebut.

c) Mengembangkan Kerja Sama dengan Para Pemangku Kepentingan


Dalam menjalankan kegiatan CSR, perusahaan tidak bekerja sendirian.
Biasanya perusahaan akan bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat
atau dinas terkait untuk bekerjasama menjalankan program CSR nya.
Terjalinnya relasi antara perusahaan dan pemangku kepentingan ini akan
mengembangkan kerjasama diantara mereka ke depannya.

d) Membedakan Perusahaan dengan Pesaingnya


Kompetisi di dunia usaha memang tidak dapat dihindari. Banyak cara
dilakukan perusahaan untuk dapat unggul dari kompetitornya. Salah satunya
adalah dengan melakukan kegiatan CSR. Dengan melakukan CSR,
perusahaan akan berusaha tampil beda dari pesaingnya dan menunjukan
bahwa perusahaannya peduli dengan masyarakat sekitar.

e) Menghasilkan Inovasi dan Pembelajaran untuk Meningkatkan Pengaruh


Perusahaan
CSR bukan sekedar kegiatan putus yang dilakukan perusahaan kepada
masyarakat. CSR adalah kegiatan yang bersinambungan dalam rangka
memberdayakan masyarakat. Dengan CSR pula perusahaan sebenarnya bisa
menghasilan inovasi dan pembelajaran yang dapat meningkatkan pengaruh
perusahaan di masyarakat, industri terkait bahkan pemerintahan.

f) Membuka Akses untuk Investasi dan Pembiayaan bagi Perusahaan


Perusahaan yang melakukan CSR biasanya menjadi magnet tersendiri untuk
para investor. Banyak investor yang menanamkan investasinya pada
perusahaan yang memiliki kegiatan CSR di dalamnya karena dapat
meningkatkan citranya juga.

g) Meningkatkan Harga Saham


Pada akhirnya jika perusahaan rutin melakukan CSR yang sesuai dengan
bisnis utamanya dan melakukannya dengan konsisten dan rutin, masyarakat
bisnis (investor, kreditur,dll), pemerintah, akademisi, maupun konsumen
akan makin mengenal perusahaan. Maka permintaan terhadap saham
perusahaan akan naik dan otomatis harga saham perusahaan juga akan
meningkat.

Sedangkan manfaat CSR untuk masyarakat adalah:

a) Meningkatnya kapasitas sumber daya manusia masyarakat.


b) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. 
c) Meningkatkan kelestarian baik lingkungan hidup atau fisik maupun sosial
dan budaya di sekitar perusahaan.
d) Terbangun serta terpeliharanya fasilitas umum dan fasilitas masyarakat yang
sifatnya sosial yang berguna untuk masyarakat khususnya yang berada di
sekitar perusahaan tersebut.

D. Pelaksanaan akuntansi pertanggungjawaban social


Untuk membangun sistem akuntansi pertanggungjawaban yang baik
diperlukan serangkain persyaratan yang saling terkait satu dengn lainnya.
Beberapa yang menjadi syarat untuk membentuk dan mempertahankan sistem
akuntansi pertanggungjawaban, yaitu
a) Alokasi dan Pengelompokan Tanggung Jawab
Sistem akuntansi pertanggungjawaban harus didasarkan atas alokasi dan
pengelompokan tanggung jawab manajerial pada berbagai unit dan
tingkatan dalam organisasi dengan tujuan untuk membentuk anggaran
bagi masing-masing unit kerja tersebut.
b) Sesuai Bagan Organisasi
Sistem akuntansi pertanggungjawaban harus disesuaikan dengan struktur
organisasi dimana ruang lingkup telah ditentukan. Wewenang mendasari
pertanggungjawaban biaya tertentu.
c) Anggaran yang Jelas
Anggaran yang disusun harus menunjukkan secara jelas biaya yang
terkendali oleh personel unit kerja bersangkutan. Jadi, setiap personel
unit kerja yang diberikan wewenang mengelola unit kerjanya harus
mengetahui dengan jelas tingkat tanggung jawab yang menjadi
bebannya.
Untuk membahas permasalahan bagaimana penerapan akuntansi sosial di
Indonesia, maka akan diuraikan terlebih dahulu tentang krisis ekonomi yang
dihadapi oleh bangsa Indonesia dan kaitannya dengan permasalahan sosial yang
terjadi pada beberapa perusahaan. Kemudian akan di bahas peran akuntansi
sosial dalam mendorong terciptanya tanggungjawab sosial perusahaan pada
kondisi bisnis sekarang ini, yang didasarkan pada uraian teoritis sebelumnya.
a) Krisis ekonomi di Indonesia
Krisis ekonomi di Indonesia yang berkepanjangan sejak tahun 1997 telah
mendongkrak bangsa ini pada posisi krisis multi dimensi pada hampir
seluruh aspek kehidupan. Khususnya jika dilihat secara lebih rinci pada
aspek ekonomi, sendi–sendi perekonomian (Investasi,produksi dan
distribusi) lumpuh sehingga menimbulkan kebangkrutan dunia usaha,
meningkatnya jumlah korban PHK, tingginya angka pengangguran,
menurunnya pendapatan perkapita dan daya beli masyarakat, dan akhirnya
bermuara pada bertambahnya angka-angka jumlah peduduk yang berada
dibawah garis kemiskinan. Dengan tingginya suku bunga diatas enam puluh
persen pada puncak krisis saat itu, sangat sulit bagi sektor perbankan untuk
menggulirkan kredit, ditambah ketatnya aturan likuiditas disektor perbankan
sebagai akibat dari akumulasi kredit macet grup Konglomerat dan anak
perusahaan dari bank-bank bermasalah mendorong pemerintah melakukan
likuidasi, restrukturisasi dan rekapitalisasi perbankan.
Menurut Rizal Ramli (1998), krisis ekonomi yang melanda bangsa
Indonesia mengakibatkan timbulnya berbagai hal yang tidak pasti, sehingga
indikator–indikator ekonomi seperti tingkat suku bunga, laju inflasi, nilai
tukar, indeks harga saham gabungan, dan sebagainya sangat rentan terhadap
isu–isu sosial. Hal ini membuktikan bahwa aspek sosial dan aspek politik
dapat mengundang sentimen pasar yang bemuara pada instabilitas ekonomi.
Kondisi seperti ini tentunya berdampak sangat buruk bagi peta bisnis dan
iklim investasi di Indonesia terutama untuk mendapatkan kepercayaan
investor asing yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia.
Upaya-upaya pemerintah menyakinkan dunia Internasional akan
stabilitas sosial politik dan keamanan belum menunjukkan tanda–tanda yang
berarti karena tidak didukung oleh data dan fakta yang sebenarnya, bahkan
beberapa Investor asing berencana melakukan relokasi bisnis dan
investasinya ke negara Asia Tenggara lainnya seperti ke Vietnam,Thailand
dan Kamboja yang dianggap lebih kondusif untuk berinvestasi seperti kasus
pabrik sepatu di Tangerang, Banten dan Sidoardjo, Jawa Timur.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa krisis ekonomi dan krisis
sosial di Indonesia sampai saat ini masih menjadi dua sisi yang tidak dapat
dipisahkan, dan pengaruhnya terhadap dunia bisnis sangat signifikan,
sehingga perusahaan yang ingin menjalankan operasional bisnisnya di
Indonesia tidak dapat melepaskan diri dari permasalahan sosial yang sedang
dihadapi oleh bangsa ini. Permasalahan sosial bagi perusahaan memang
bukan menjadi target utama, karena banyak faktor–faktor lain seperti
investasi, permodalan, produksi, pemasaran yang berkaitan langsung dengan
aktifitas normal sebuah perusahaan, tetapi konsekuensi dari interaksi antara
perusahaan dengan lingkungan yang sedang mengalami krisis sosial menjadi
tidak dapat dihindari.

b) Permasalahan sosial dalam dunia bisnis di Indonesia


Tabel. 1 akan mengikhtisarkan beberapa contoh permasalahan sosial yang
dihadapi oleh perusahaan di Indonesia.

TABEL . 1

CONTOH PERMASALAHAN SOSIAL PADA DUNIA BISNIS INDONESIA


ASALAH Contoh kasus Lokasi Permasalahan Sosial
01. PT.Inti Indo Rayon Porsea Dihentikan operasional
Utama Propinsi . karena adanya masalah
Sumatera Utara lingkungan dan masalah
dengan masyarakat sekitar
industri
02. PT. Exxon mobils Lhokseumawe Menghentikan kegiatan
Aceh utara produksi karena faktor
Prop . DI Aceh stabilitas keamanan
03. PT.Ajinamoto Jakarta Penarikan distribusi,
Indonesia pemasaran, dan aktifitas
produksi karena masalah
sertifikasi halal oleh MUI
04. Beberapa Perusahaan Propisi Riau Mendapatkan protes dari
kertas di Riau masyarakat setempat
sehubungan permasalahan
limbah industri dan
lingkungan
05. PT.Maspion Indonesia Sidoarjo Permasalahan demo buruh
Surabaya dan isu kesejahteraan
Jawa Timur karyawan
06. PT.Telkom Indonesia Divre IV Serikat Karyawan (Sekar)
Jateng dan DIY PT.Telkom menolak
penjualan Divre IV Kepada
PT.Indosat
07. PT. BCA Jakarta Serikat Pekerja menolak
Divestasi saham BCA
08. PT.Kereta Api Jakarta Serikat Pekerja menolak
Indonesia kembalinya Dewan Direksi
lama, karena dianggap
bertanggung jawab atas
beberapa kasus kecelakaan
kereta api yang terjadi di
Indonesia
09. Bank Jakarta Tuntutan Karyawan atas
Internasional .Indonesi gaji, upah dan peningkatan
a (BII) kesejahteraan pekerja
10. PT.Gudang Garam Kediri Mogok Kerja Massal
Jawa Timur karyawan menuntut
perbaikan gaji dan
kesejahteraan pekerja.

Sumber : Review berbagai sumber


Sederetan data lain sebenarnya masih banyak lagi mengenai
permasalahan-permasalahan sosial yang dihadapi oleh perusahaan PMA
maupun PMDN di Indonesia. Tentunya gambaran ini semakin
menunjukkan betapa dunia usaha sangat rentan dengan berbagai masalah
sosial. Beberapa kasus maraknya aksi demo buruh, penjarahan gudang,
perusakan gedung kantor dan pabrik, dan penggarapan lahan perusahaan
karena masyarakat menyakini tanah ulayat dan hak–hak rakyat yang
dirampas oleh penguasa pada masa lalu, semakin menguatkan fakta
tentang stabilitas sosial yang tidak kondusif.

E. Pengukuran dan pelaporan akuntansi pertanggung jawaban social


Praktik pengungkapan sosial bagi perusahaan di Indonesia yang ingin
mengungkapkan lingkungan sosialnya dapat berpedoman kepada standar yang
telah dikeluarkan dan diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia, dimana secara
implisit telah mengakomodasi hal tersebut . Sebagaimana tertulis pada
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no 1 (Revisi 1998). Paragraf 9
yang berbunyi sebagai berikut:
“ Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan
mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah ( value added
statement), khususnya bagi industri dimana faktor – faktor lingkungan
hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap
pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan
penting.
Berdasarkan PSAK diatas, perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat
melaporkan kegiatan sosialnya untuk dikomunikasikan kepada pihak luar dalam
bentuk laporan nilai tambah, sehingga dapat dipahami bahwa upaya untuk
pelaporan tanggungjawab sosial perusahaan sudah diakomodir oleh profesi
akuntan di Indonesia.
Menurut Glautier dan Underdown (1986 : 484 – 485) ada tiga pendekatan
yang dapat digunakan untuk pedoman pengukuran dalam pelaporan akuntansi
pertanggungjawaban sosial, yaitu :
1. Pendekatan Deskriptif ( the descriptive approach)
Pendekatan deskriptif dipandang sebagai pendekatan yang umum digunakan.
Dalam laporan sosial deskriptif, informasi mengenai semua aktivitas sosial
perusahaan dilaporkan dalam bentuk uraian (deskriptif). Jadi pada
pendekatan ini, aktifitas-aktifitas sosial perusahaan dalam pelaporannya
tidak dikuantifikasikan dalam satuan uang..
2. Pendekatan biaya yang dikeluarkan (the cost of outlay approach)
Pendekatan biaya yang dikeluarkan menggambarkan semua aktivitas-
aktivitas sosial perusahaan dikuantifikasikan dalam satuan uang dan menjadi
hal yang sebaliknya dari pendekatan deskriptif. Sehingga laporan yang
dihasilkan oleh pendekatan biaya yang dikeluarkan mempunyai kemampuan
untuk diperbandingkan antara laporan suatu tahun tertentu, dengan laporan
tahun yang lain. Sedangkan kelemahannya adalah tidak disajikannya
manfaat yang diperoleh sehubungan dengan telah dikeluarkannya biaya
untuk suatu kegiatan.
3. Pendekatan biaya manfaat (the cost benefit approach)
Pendekatan biaya manfaat mengungkapkan baik biaya maupun manfaat dari
aktivitas-aktivitas sosial perusahaan. Pendekatan biaya manfaat mungkin
merupakan pendekatan yang paling ideal. Namun, dalam kenyatannya sulit
untuk menerapkannya, antara lain karena tidak adanya alat ukur manfaat dari
yang dihasilkan atas biaya yang telah dikeluarkan untuk aktivitas-aktivitas
sosial perusahaan.
Menurut Ansry Zulfikar seperti yang dikutip oleh Sonhaji (1989:9) memberikan
beberapa teknik pengukuran yang dapat dipakai antara lain :
1. Penilaian Pengganti
Jika nilai dari sesuatu tidak dapat langsung ditentukan, maka kita dapat
mengestimasikannya dengan nilai suatu pengganti, yaitu sesuatu yang kira-
kira mempunyai kegunaan yang sama dengan yang diukur.
2. Teknik Survey
Teknik ini mencakup cara-cara untuk mendapatkan informasi dari mereka
yang dipengaruhi, yaitu kelompok masyarakat yang dirugikan atau yang
menerima manfaat. Pengumpulan informasi yang paling mudah adalah
dengan bertanya langsung kepada anggota kelompok masyarakat yang ada.
3. Biaya Perbaikan dan Pencegahan.
Untuk biaya-biaya sosial tertentu dapat dinilai dengan mengestimasi
pengeluaran yang dilakukan untuk memperbaiki dan mencegah kerusakan.
4. Penilaian dari Penilai Independen.
Penilai-penilai yang independen dapat berguna untuk menilai barang-barang
tertentu. Hal ini analog dengan penilaian pengganti yang dilakukan oleh ahli
dari luar perusahaan.
5. Putusan Pengadilan
Putusan pengadilan, misalnya denda akibat dari suatu kegiatan yang sering
menunjukkan nilai sosial.
Bentuk laporan tanggung jawab sosial sampai saat ini belum ada yang baku. Di
Amerika, yang merupakan kiblat akuntansi di negara kita, praktek pelaporannya masih
dilaksanakan dengan tidak seragam antara satu perusahaan dengan yang lainnya. Ada
yang hanya menyajikan informasi sosial yang bersifat kualitatif sebagai catatan kaki
atau keterangan tambahan pada penjelasan laporan keuangan. Ada yang
menjalankannya dengan sederhana dan ada yang menjalankannya dengan kompleks.
Menurut Estes seperti yang dikutip oleh Sonhaji (1989 : 9) menemukan adanya
bermacam-macam praktek pelaporan akuntansi sosial untuk pihak luar. Tiga tingkat
cara pelaporan social responsibility accounting lembaga masyarakat, diantaranya adalah
1. Praktek yang sederhana
Laporan ini hanya terdiri dari uraian yang tidak disertai dengan data
kuantitatif,baik satuan uang maupun satuan yang lainnya.
2. Praktek yang lebih maju
Selain yang ditunjukkan dalam metode yang sederhana seperti di atas, juga
menggunakan data kuantitatif untuk menunjukkan apa yang sudah dicapai
perusahaan
3. Praktek yang paling maju.
Bentuk laporan yang selain berupa uraian data kualitatif dan kuantitatif
perusahaan juga menyusun laporannya dalam bentuk neraca.
Menurut Diller seperti yang dikutip oleh Harahap (2003 : 371) ada beberapa teknik
pelaporan akuntansi pertanggungjawaban sosial yaitu :
1. Pengungkapan dalam syarat kepada pemegang saham baik dalam laporan
tahunan atau bentuk laporan lainnya.
2. Pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan
3. Dibuat dalam perkiraan tambahan misalnya melalui adanya perkiraan (akun)
penyisihan kerusakan lokasi, biaya pemeliharaan lingkungan, dan
sebagainya.
BAB III
Kesimpulan

A. Kesimpulan
1. Akuntansi Sosial didefinisikanoleh para pakar akuntansi sebagai proses
untuk mengukur,mengatur dan melaporkan dampak interaksi antra
perusahaan dengan lingkungan sosialnya
2. Untuk mengukur manfaat social (social Benefit) maupun pengorbanan
social (Social Cost) dapat dipergunakan cara penilaian pengganti, teknik
survey dan keputusan dari pengadilan, dan beberapa teknik lainnya yang
direkomendasikan oleh para ahli dan bukti-bukti empiris praktik akuntansi
sosial di Amerika.
3. Pelaporan dan pengungkapan sosial di beberapa negara maju sudah lazim
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar untuk mendeskripsikan
kepedulian sosialnya kepada para pemakai laporan keuangan.
4. Untuk membangun sistem akuntansi pertanggungjawaban yang baik
diperlukan serangkain persyaratan yang saling terkait satu dengn lainnya.
Beberapa yang menjadi syarat untuk membentuk dan mempertahankan
sistem akuntansi pertanggungjawaban, yaitu
a) Alokasi dan Pengelompokan Tanggung Jawab
b) Sesuai Bagan Organisasi
c) Anggaran yang Jelas
5. Praktik pengungkapan sosial bagi perusahaan di Indonesia yang ingin
mengungkapkan lingkungan sosialnya dapat berpedoman kepada standar
yang telah dikeluarkan dan diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia, dimana
secara implisit telah mengakomodasi hal tersebut . Sebagaimana tertulis pada
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no 1 (Revisi 1998).
Paragraf 9
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini
akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan
sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.
Daftar Pustaka

Achmad Sonhadji, 1989 Akuntansi Sosial : Perananya dalam mengukur tanggung


jawab social perusahaan, suatu tinjauan analitis, majalah akuntansi, no.
10 bulan Oktober
Arief Suadi, et.al, 1988. Akuntansi Sosial : Implikasi dan Kemungkinan
Pengembangan di Indonesia, majalah akuntansi, no. 11 bulan
Nopember.
Azhar Maksum, 1991. Pengaruh Kebudayaan atas beberapa aspek akuntansi,
majalah akuntansi, no. 4 bulan April
Harahap Sofyan Safri, 1988, Sosio Economic Accounting (SEA) : Menyoroti etika
dan tanggung jawab social perusahaan, Majalah Akuntansi No. 3 bulan
Maret
__________________, 1993, Teori Akuntansi, edisi satu, cetakan ke dua, Penerbit
Rajawali Press, Jakarta.
__________________, 2001, Menuju perumusan Teori Akuntansi Islam, cetakan ke
pertama, November 2001, Penerbit Pustaka Quantum,Jakarta.
Hendriksen Eldon.S,1994, Accounting Theory, Third Edition, Mc.Hill, USA.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 1999. Standar Akuntansi Keuangan, buku satu,
Salemba empat diterbitkan untuk IAI , Jakarta.
https://iputuekaadiputra.blogspot.com/2015/12/akuntansi-sosial.html (diakses pada
tanggal 27/10/2020)

Anda mungkin juga menyukai