PENGERTIAN MANUSIA
ZAINUDDIN
19 61201 164
1A1
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunianya yang begitu besar, saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan harapan
dapat bermanfaat dalam menambah ilmu dan wawasan kita.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar
Akutansi. Dalam membuat makalah ini, dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang
kami miliki, saya berusaha mencari sumber data dari berbagai sumber informasi.
Kegiatan penyusunan makalah ini memberikan saya tambahan ilmu pengetahuan
yang dapat bermanfaat dalam kehidupan, dan semoga bagi para pengguna makalah ini.
Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Mata
Kuliah Pengantar Akutansi yaitu Bapak Mustafa, SE.,MM.,AK dan kepada semua pihak
yang telah mendukung hingga terselesaikannya makalah ini.
Sebagai manusia biasa, saya sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu saya berharap akan adanya masukan yang
membangun, sehingga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi kami sendiri maupun
pengguna makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .......................................................................... 3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Defenisi dari Ahmed Belkaoui menyatakan bahwa “SEA timbul dari
penerapan akuntansi dalam ilmu sosial, ini menyangkut peraturan, pengukuran
analisis, dan pengungkapan pengaruh ekonomi dan sosial dari kegiatan
pemerintah dan perusahaan. Hal ini termasuk kegiatan yang bersifat mikro dan
makro. Pada tingkat makro bertujuan untuk mengukur dan mengungkapkan
kegiatan ekonomi dan sosial negara mencakup social accounting dan reporting
peranan akuntansi dalam pembangunan ekonomi. Pada tingkat mikro
bertujuan untuk mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan
terhadap lingkungannya, mencakup : financial dan managerial social
accounting, social auditing.”
Social Economy Accounting merupakan pengukuran mengenai
bagaimana efisiensi suatu sistem ekonomi berfungsi dan memberikan data
periodik yang menyangkut indikasi posisi suatu negara menyangkut ukuran
externalities. SEA sangat diperlukan dalam suatu sistem ekonomi yang
bercirikan sintese, dari ekonomi antara Social Economy dan Institutional
Economy. Social Economy mempunyai komitmen yang dalam terhadap
kesejahteraan manusia dan keadilan, sedangkan institutionalist mempunyai
komitmen yang besar terhadap pragmatisme dalam menganalsis sosial
ekonomi masyarakat. Negara kita adalah negara yang memperjuangkan
kesejahteraan rakyatnya, oleh karena itu SEA ini penting diterapkan bahkan
diharuskan untuk diterapkan oleh semua perusahaan dan lembaga di negara
kita.
Segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi,
sosial, dan lingkungan. Oleh karena itu, CSR berhubungan erat dengan
“pembangunan berkelanjutan“, yakni suatu organisasi, terutama perusahaan,
dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak
semata berdasarkan dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya tingkat
keuntungan atau deviden, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan
lingkungan yang timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek
maupun untuk jangka yang lebih panjang.
Kepedulian kepada masyarakat sekitar/relasi komunitas dapat
diartikan sangat luas, namun secara singkat dapat dimengerti sebagai
peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di dalam sebuah komunitas
melalui berbagai upaya kemaslahatan bersama bagi organisasi dan komunitas.
CSR bukanlah sekadar kegiatan amal, melainkan CSR mengharuskan
suatu perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan sungguh-
sungguh memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan
2
(stakeholder) perusahaan, termasuk lingkungan hidup. Hal ini mengharuskan
perusahaan untuk membuat keseimbangan antara kepentingan beragam
pemangku kepentingan eksternal maupun kepentingan internal.
Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, ketika sudah ada beberapa
kasus pencemaran lingkungan oleh perusahaan atau industri dan sudah ada
undang-undang yang mengaturnya, maka seberapa besar perusahaan-
perusahaan sudah merespon peraturan dan mendukung untuk melindungi
lingkungan. Kepedulian perusahaan akan lingkungan dan masyarakat sekitar
yang biasa kita sebut sebagai corporate social responsibility (CSR) dapat
diartikan sangat luas. Namun, secara singkat, kepedulian tersebut dapat
dipahami sebagai tindakan perusahaan dalam membuat keseimbangan antar
pemangku kepentingan.
Memang dengan melaksanakan CSR akan menimbulkan besarnya
biaya yang dikeluarkan dalam aktivitas CSR tersebut, dengan sendirinya dari
sisi akuntansi akan menimbulkan konsekuensi pada pengakuan, pengukuran,
pencatatan, pelaporan dan pengungkapan akuntansi atas biaya lingkungan
(environmental costs). Sistem akuntansi yang menyajikan akun-akun terkait
biaya lingkungan disebut sebagai green accounting. Green accounting
didasari oleh konsep externalities, yakni suatu konsep yang mengkhususkan
pada telaah mengenai dampak aktivitas ekonomi yang seharusnya dihitung
dan dibuku kan dalam catatan keuangan.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah :
1. Memberi gambaran tentang posisi akuntan terhadap sosial ekonomi
akuntansi,
2. Memberi gambaran bagaimana solusi akuntan terhadap penerapan prinsip
dan standar akuntansi,
3. Memberi gambaran bagaimana pelaporan sosial ekonomi akuntansi,
4. Memberi gambaran corporate social responsibility perusahaan terhadap
isu-isu yang berkembang dimasyarakat.
5. Menjelaskan yang dimaksud dengan akutansi hijau
3
BAB II
PEMBAHASAN
1.2.Teori Stakeholder
Berdasarkan teori stakeholder (Ihyaul, 2009), manajemen organisasi
diharapkan untuk melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder
mereka dan melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut pada stakeholder.
Teori ini menyatakan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk
disediakan informasi tentang bagaimana aktivitas organisasi mempengaruhi
mereka (sebagai contoh melalui polusi, sponsorship, inisiatif pengamanan, dan
lain-lain), bahkan ketika mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi
4
tersebut dan bahkan ketika mereka tidak dapat secara langsung memainkan
peran yang konstruktif dalam kelangsungan hidup organisasi.
Lebih lanjut Ihyaul (2009) menyatakan bahwa teori stakeholder
menekankan akuntabilitas organisasi jauh melebihi kinerja keuangan atau
ekonomi sederhana. Teori ini menyatakan bahwa organisasi akan memilih
secara sukarela mengungkapkan informasi tentang kinerja lingkungan, sosial
dan intelektual mereka, melebihi dan di atas permintaan wajibnya, untuk
memenuhi ekspektasi sesungguhnya atau yang diakui oleh stakeholder.
Tujuan utama dari stakeholder adalah untuk membantu manajer
korporasi mengerti lingkungan stakeholder mereka dan melakukan
pengelolaan dengan lebih efektif di antara keberadaan hubungan-hubungan di
lingkungan perusahaan mereka. Namun demikian, tujuan yang lebih luas dari
teori stakeholder adalah untuk menolong manajer korporasi dalam
meningkatkan nilai dari dampak aktifitas-aktifitas mereka, dan meminimalkan
kerugian-kerugian bagi stakeholder. Pada kenyataannya, inti keseluruhan teori
stakeholder terletak pada apa yang akan terjadi ketika korporasi dan
stakeholder menjalankan hubungan mereka.
Teori stakeholder harus dipandang dari kedua bidangnya, yaitu baik
bidang etika (moral) maupun bidang manajerial. Bidang etika berargumen
bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan secara adil oleh
organisasi, dan manajer harus mengelola organisasi untuk keuntungan seluruh
stakeholder (Ihyaul, 2009). Ketika manajer mampu mengelola organisasi
secara maksimal, khususnya dalam upaya penciptaan nilai bagi perusahaan,
maka itu artinya manajer telah memenuhi aspek etika dari teori ini.
Penciptaan nilai (value cretion) dalam konteks ini adalah dengan
memanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki perusahaan, baik karyawan
(human capital), aset fisik (physical capital), maupun structural capital.
Pengelolaan yang baik atas seluruh potensi ini akan menciptakan value added
bagi perusahaan yang kemudian dapat mendorong kinerja keuangan
perusahaan untuk kepentingan stakeholder.
Bidang manajerial dari teori stakeholder berpendapat bahwa kekuatan
stakeholder untuk mempengaruhi manajemen korporasi harus dipandang
5
sebagai fungsi dari tingkat pengendalian stakeholder atas sumber daya yang
dibutuhkan organisasi (Ihyaul, 2009 ). Ketika para stakeholder berupaya untuk
mengendalikan sumber daya organisasi, maka orientasinya adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan mereka. Kesejahteraan tersebut diwujudkan
dengan semakin tingginya return yang dihasilkan oleh organisasi.
Dalam konteks ini, para stakeholder berkepentingan untuk
mempengaruhi manajemen dalam proses pemanfaatan seluruh potensi yang
dimiliki oleh organisasi. Karena hanya dengan pengelolaan yang baik dan
maksimal atas seluruh potensi inilah organisasi akan dapat menciptakan value
added untuk kemudian mendorong kinerja keuangan perusahaan yang
merupakan orientasi para stakeholder dalam mengintervensi manajemen.
1.3.Teori Legitimasi
Teori leigitimasi berhubungan erat dengan teori stakeholder. Teori
legitimasi menyatakan bahwa organisasi secara berkelanjutan mencari cara
untuk menjamin operasi mereka berada dalam batas dan norma yang berlaku
di masyarakat (Ihyaul, 2009). Menurut Ihyaul (2009), dalam perspektif teori
legitimasi, suatu perusahaan akan secara sukarela melaporkan aktifitasnya jika
manajemen menganggap bahwa hal ini adalah yang diharapkan komunitas.
Teori legitimasi bergantung pada premis bahwa terdapat “kontrak sosial”
antara perusahaan dengan masyarakat di mana perusahaan tersebut beroperasi.
Kontrak sosial adalah suatu cara untuk menjelaskan sejumlah besar harapan
masyarakat tentang bagaimana seharusnya organisasi melaksanakan
operasinya. Harapan sosial ini tidak tetap, namun berubah seiring berjalannya
waktu. Hal ini menuntut perusahaan untuk responsif terhadap lingkungan di
mana mereka beroperasi (Ihyaul, 2009).
Berdasarkan teori legitimasi (Ihyaul, 2009), organisasi harus secara
berkelanjutan menunjukkan telah beroperasi dalam perilaku yang konsisten
dengan nilai sosial. Hal ini seringkali dapat dicapai melalui pengungkapan
(disclosure) dalam laporan perusahaan. Organisasi dapat menggunakan
disclosure untuk mendemostrasikan perhatian manajemen akan nilai sosial,
atau untuk mengarahkan kembali perhatian komunitas akan keberadaan
pengaruh negatif aktifitas organisasi. Sejumlah studi terdahulu melakukan
6
penilaian atas pengungkapan sukarela laporan tahunan dan memandang
pelaporan informasi lingkungan dan sosial sebagai metode yang digunakan
organisasi untuk merespon tekanan publik.
7
perusahaan yang mengakibatkan timbulnya social cost. Sebaliknya apabila
kegiatan perusahaan meningkatkan social resources maka yang terjadi adalah
social benefit. Tujuan dari akuntansi sosial adalah mengukur dan
mengungkapkan social cost dan social benefit kepada masyarakat yang
ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan perusahaan.
Perusahaan sering mengabaikan dampak kegiatan-kegiatan produksinya
terhadap masyarakat. Dalam ilmu ekonomi (Theodorus, 1986), dampak ini
diberi bermacam-macam nama seperti “third party effects”, “spillover effects”
atau lebih jelasnya “external economis” kalau dampak itu menguntungkan,
atau “external diseconomis” kalau dampak itu merugikan, atau secara umum
diistilahkan externalities.
Sampai hari hari ini usaha para ahli ekonomi untuk menilai externalities
suatu perusahaan dalam jumlah uang selalu mengalami kegagalan karena
beberapa sebab. Pertama, kebanyakan externalities memang sukar diukur
karena adanya mata rantai sebab akibat yang sangat rumit. Disamping itu pula,
social cost banyak tergantung kepada besarnya persepsi dan kesadaran
masyarakat tentang masalah itu.
Kasulitan-kesulitan yang disebutkan diatas dapat menjelaskan mengapa
perusahaan enggan menganut akuntansi sosial. Menurut Theodorus (1986),
social cost yang utama bagi perusahaan adalah:
1. Merosotnya faktor kemanusiaan dalam produksi,
2. Pencemaran udara,
3. Pencemaran air,
4. Berkurangnya dan rusaknya sumber-sumber hewani,
5. Berkurangnya sumber-sumber energi sebelum waktunya,
6. Erosi, berkurangnya kesuburan tanah, dan gundulnya hutan-hutan,
7. Pengangguran.
Theodorus (1986) mengklasifikasikan ruang lingkup utama yang perlu
diperhatikan oleh perusahaan mengenai akuntansi sosial sebagai berikut:
1. Keterlibatan masyarakat,
Meliputi kegiatan-kegiatan yang terutama sekali akan memberikan manfaat
kepada masyarakat secara luas, misalnya pembangunan dan pembiayaan
8
rumah-rumah, kegiatan-kegiatan kedermawanan, perencanaan dan
perbaikan kampung dan lain-lain.
2. Sumber-sumber daya manusia,
Misalnya kegiatan-kegiatan yang memberi manfaat kepada pegawai,
program latihan dan peningkatan keterampilan, perbaikan keadaan dan
suasana kerja, dan lain-lain.
3. Sumber-sumber fisik dan sumbangan-sumbangan lingkungan,
Dimaksudkan mutu udara dan air serta pengendalian pencemaran dan
polusi disamping pemeliharaan atau konservasi sumber-sumber alam.
4. Sumbangan barang dan jasa perusahan,
Dimaksudkan pertimbangan mengenai dampak dari produk perusahaan
terhadap masyarakat, yakni memperhatikan mutu, pembungkus, iklan, dan
lain-lain.
Tetapi kita harus menyadari akuntansi sosial tidak diterima secara
universal sebagai suatu bidang oleh para akademisi dan praktisi akuntan, dan
tidak semua orang percaya bahwa perusahaan harus menghasilkan data
akuntansi sosial. Masih banyak yang harus diteliti untuk membenarkan
keberadaan akuntansi sosial. Hal ini terutama bagi para pengusaha yang
berfikir liberal yang hanya memperhatikan kepuasan individu tanpa
memperhatikan dampak yang timbul dari setiap kegiatan yang dilakukannya.
Tetapi setidaknya para akuntan harus memahami ada faktor-faktor
yang harus diperhatikan dalam setiap laporan yang dibuatnya. Tidak diakuinya
akuntansi sosial secara umum tidak harus menyebabkan para akuntan mundur
dalam merumuskan kebijakan akuntansi sosial. Seperti akuntansi manajemen
yang fleksibel, maka seharusnya akuntansi sosial juga dilaporkan dengan
memahami kondisi di sekitar kita.
9
yang berwawasan lingkungan. Kecenderungan ini dapat kita lihat dari
beberapa paradigma berikut:
a. Kecenderungan terhadap kesejahteraan sosial
Sejarah menunjukkan bahwa kelangsungan hidup manusia,
kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya hanya dapat lahir dari sikap
kerja sama antar unit-unit masyarakat itu sendiri. Perusahaan tidak akan
maju tanpa dukungan dari konsumen dan lingkngan sosialnya. Kenyataan
ini semakin disadari dan semakin dibutuhkan pertanggungjawabannya.
Untuk mengetahui keterkaitan antara perusahaan dan lingkungan
disekitarnya, mak akuntansi sosial ini sangat berperan.
c. Persepektif ekosistem
Orientasi yang terlalu diarahkan kepada pembangunan ekonomi,
efisiensi, profit maximization menimbulkan krisis ekosistem. Tanpa
pembatasan terhadap tingkah laku manusia maka akan menyebabkan
terjadinya kerusakan dan kehancuran sehingga terjadi ketidakseimbangan
terhadap ekosistem. Perspektif terhadap ekosistem ini mendorong
lahirnya akuntansi sosial.
10
mempertimbangkan efek sosial yang ditimbulkan oleh kegiatannya.
walau sosialisasi ini belum tampak nyata namun pengaruh pemerintah
dan tekanan sosial cenderung menguntungkan kepentingan sosial.
Akhirnya perlu alat ukur sampai sejauh mana pengaruh perusahaan
terhadap masyarakat sehingga lahirlah akuntansi sosial.
11
5. Pelaporan Eksternal Akuntansi Sosial
Kerangka kerja akuntansi sosial belum secara penuh dikembangkan dan
terdapat masalah pengukuran yang cukup serius mengenai biaya dan manfaat.
Meskipun demikian sejumlah penulis telah menyarankan agar perusahaan
melaporkan kinerja akuntansi sosialnya baik secara internal maupun secara
eksternal. Pelaporan dalam akuntansi sosial berarti memuat informasi yang
menyangkut dampak positif atau negatif yang ditimbulkan oleh perusahaan.
Berikut adalah sekedar contoh pelaporan akuntansi sosial:
B. Kerusakan:
Penundaan pemasangan alat pengaman Rp. 28.000
Perbaikan (bersih) untuk masyarakat (I) Rp. 32.000
B. Kerusakan:
1. Biaya yang dikeluarkan untuk reklamasi pertambangan Rp. 160.000
2. Taksiran biaya pemasangan penetral racun air Rp. 200.000
Total kerusakan Rp. 360.000
12
C. Defisit (II) (Rp. 194.000)
B. Kerusakan:
1. Pemasangan alat pengaman produksi Rp. 44.000 -
13
Secara internal, perusahaan dituntut untuk meciptakan SDM yang
andal. Secara eksternal, perusahaan dituntut untuk melakukan
pemberdayaan masyarakat, biasanya community development.
2. Strengthening Economies
Perusahaan dituntut untuk tidak menjadi kaya sendiri sementara
komunitas di lingkungannya miskin, mereka harus memberdayakan
ekonomi sekitar. Yaitu dengan mengadakan pelatihan kerja maupun
pemberian beasiswa bagi penduduk yang berprestasi, dan memberi bantuan
modal usaha.
3. Assessing Social Chesion
Perusahaan dituntut untuk menjaga keharmonisan dengan sekitarnya
agar tidak menimbulkan konflik.
4. Encouraging Good Governence
Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan harus menjalankan tata
kelola dengan baik.
5. Protecting The Environment
Perusahaan berupa keras menjaga kelestarian lingkungan.
14
barang ataupun jasa, dimana sebagaian dari keuntungan yang didapat
perusahaan akan didonsikan untuk membantu mengatasi atau
mencegah maslah tertentu.
3. Corporate Social Marketing
Corporate social marketing berfokus pada bidang-bidang dibawah
ini, yaitu: Bidang kesehatan, misalnya mengurangi kebiasaan merokok,
HIV/AIDS, kanker dan lain-lain. Bidang keselamatan, misalnya
keselamatan berkendara, pengurangan peredaran senjata api, dan lain-
lain. Bidang lingkungan hidup, misalnya konservasi air, polusi,
pengurangan penggunaan pestisida. Bidang masyarakat, misalnya
memberikan suara dalam pemilu, menyumbangkan darah, perlindungan
hak-ahk binatang.
4. Corporate Philanthrophy
Corporate Philanthrophy ini dilakukan perusahaan dengan
memberikan kontribusi/sumbangan secara langsung dalam bentuk
dana, jasa atau alat kepada pihak yang membutuhkan baik itu lembaga,
maupun perorangan ataupun kelompok tertentu.
5. Corporate Volunteering
Community Volunteering adalah bentuk corporate social
respontibility di mana perusahaan mendorong atau mengajak
karyawannya iktu terlibat dalam program corporate social respontibiliy
yang sedang dijalankan dengan jalan mengkontribusikan waktu dan
tenaganya.
15
8. Memperbaiki hubungan dengan regulator.
9. Meningkatkan semangat dan poduktivitas karyawan.
10. Peluang mendapat penghargaan.
7. Pengertian Akutansi Hijau
Akuntansi hijau adalah jenis akuntansi yang berupaya memasukkan
faktor biaya lingkungan ke dalam hasil keuangan dari operasi. Telah
diperdebatkan bahwa produk domestik bruto mengabaikan lingkungan dan
oleh karena itu para pembuat kebijakan memerlukan model yang direvisi
yang memasukkan akuntansi hijau. Tujuan utama akuntansi hijau adalah
untuk membantu bisnis memahami dan mengelola potensi quid pro quo
antara tujuan ekonomi tradisional dan tujuan lingkungan. Hal ini juga
meningkatkan informasi penting yang tersedia untuk menganalisis
masalah-masalah kebijakan, terutama ketika bagian-bagian informasi
penting itu sering diabaikan. Akuntansi hijau dikatakan hanya untuk
memastikan keberlanjutan yang lemah, yang harus dianggap sebagai suatu
langkah menuju keberlanjutan yang kuat pada akhirnya.
Namun ini merupakan suatu praktik yang kontroversial, karena
deplesi mungkin sudah diperhitungkan dalam akuntansi untuk industri
ekstraksi dan akuntansi untuk eksternalitas yang mungkin semaunya saja.
Oleh karena itu jelas bahwa suatu praktik standar perlu ditetapkan untuk
memperoleh kredibilitas dan penggunaan. Namun deplesi bukanlah
keseluruhan dari akuntansi lingkungan, dengan pencemaran menjadi satu-
satunya faktor bisnis yang hampir tidak pernah diperhitungkan secara
khusus. Julian Lincoln Simon, seorang profesor administrasi bisnis di
Universitas Maryland dan seorang Senior Fellow di Cato Institute,
berpendapat bahwa penggunaan sumber daya alam menghasilkan
kekayaan yang lebih besar, sebagaimana dibuktikan oleh jatuhnya harga
dari waktu ke waktu dari hampir semua sumber daya yang tidak dapat
diperbarui.
Dengan adanya akuntansi hijau, biaya tersebut dapat diakui sebagai
aset berupa investasi tanggung jawab sosia llingkungan, oleh karena itu,
keuntungan perusahaan tidak akan berkurang oleh biaya dalam
16
menjalankan operasi bisnis yang ramah lingkungan justru aset perusahaan
akan bertambah, biaya CSR juga dapat diperlakukan serupa, sehingga
pemberian CSR dari perusahaan diharapkan akan meningkat dengan
adanya penggunaan akuntansi hijau. Biaya lingkungan dapat dianggap
memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan di masa yang akan datang,
pemberian CSR juga biaya ramah lingkungan lain dari perusahaan dalam
jangka waktu panjang akan meningkatkan citra dan nama baik bagi
Perusahaan, yang pada akhirnya akan membawa manfaat ekonomi positif
bagi perusahaan.
Tujuan dari green accounting adalah untuk menyediakan informasi
biaya lingkungan yang relevan bagi para stakeholders. Akuntansi
mengenai biaya lingkungan telah diatur dalam PSAK 1 mengenai
Penyajian Laporan Keuangan, PSAK 33 mengenai Akuntansi
Pertambangan Umum, PSAK 57 mengenai Provisi, Kontijen siliabilitas
dan Kontijensi Aset di mana adanya transaksi atau kejadian yang erat
kaitannya dengan lingkungan hidup, PSAK 25 mengenai Kebijakan
Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan koreksi kesalahan, PSAK
64 mengenai Eksplorasi Mineral dan PSAK 5 Segmen Operasi, dimana
dapat terjadi dampak keuangan aktivitas bisnis yang melibatkan
perusahaan dan lingkungan ekonomi tempat perusahaan beroperasi.
Meskipun standar akuntansi sudah cukup jelas mengatur mengenai
biaya lingkungan, namun kendala terbesar dalam menginternalisasi
eksternalitas tersebut adalah pengukuran nilai cost dan benefit yang
ditimbulkan dari aktivitas tersebut. Bukan suatu hal mudah dalam
mengukur dampak perusakan lingkungan pada masyarakat sekitar yang
ditimbulkan karena polusi udara, limbah cair, kebocoran, perusakan
tanaman dan hal lainnya, yang mana biaya-biaya tersebut terkadang tidak
dapat diukur secara akuntansi. Oleh karena itu, pelaksanaan green
accounting sangat bergantung pada karakteristik masing-masing
perusahaan dalam menganalisis permasalahan lingkungan hidup
sekitarnya.
17
Baik perusahaan besar mau pun perusahaan kecil sekalipun, perlu
dan sangat penting untuk menerapkan konsep green accounting, ini karena
kegiatan operasional suatu perusahaan tidaklah terlepas dari tanggung
jawab terhadap lingkungan sekitarnya. Ada berbagai cara penyampaian
informasi mengenai biaya lingkungan yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Perusahaan dapat menyajikannya melalui laporan tahunan (annual report)
yang pada umumnya, selain menyajikan laporan keuangan, juga
menyertakan laporan manajemen, pencapaian prestasi perusahaan dan
pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan.
Pada akhirnya dalam menghadapi permasalahan lingkungan ini
apakah perusahaan tetap bertahan dengan paradigma bisnis dan akuntansi
konservatif yang berorientasi pada laba jangka pendek, atau mau menuju
ke paradigma green business, green management, dan green accounting
(sustainability accounting).
18
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas, maka dapat kita lihat bagaimana posisi
akuntan dalam kaitannya dengan sosial ekonomi akuntansi atau yang biasa
kita sebut akuntansi sosial. Akuntan bersama dengan praktisi dan akademisi
adalah orang yang mempunyai andil besar dalam merumuskan dan
melaporkan pelaporan akuntansi.
Dalam teori agensi, akuntan berperan sebagai agen yang ditunjuk
oleh prinsipal sebagai orang yang menjalankan perusahaan bersama dengan
jajaran manajer lainnya. Karena akuntan berperan sebagai agen maka akuntan
mempunyai akses informasi yang besar tentang perusahaan, para akuntan juga
yang bisa mengetahui secar lebih pasti apa yang harus dilakukan oleh
perusahaan dan apa yang dibutuhkan oleh massyarakat sekitar perusahaan
terkait dengan akuntansi sosial.
Tetapi setidaknya para akuntan harus memahami ada faktor-faktor
yang harus diperhatikan dalam setiap laporan yang dibuatnya. Tidak diakuinya
akuntansi sosial secara umum tidak harus menyebabkan para akuntan mundur
dalam merumuskan kebijakan akuntansi sosial. Seperti akuntansi manajemen
yang fleksibel, maka seharusnya akuntansi sosial juga dilaporkan dengan
memahami kondisi di sekitar kita
Dengan adanya akuntansi hijau, biaya tersebut dapat diakui sebagai
aset berupa investasi tanggung jawab sosia llingkungan, oleh karena itu,
keuntungan perusahaan tidak akan berkurang oleh biaya dalam menjalankan
operasi bisnis yang ramah lingkungan justru aset perusahaan akan bertambah,
biaya CSR juga dapat diperlakukan serupa, sehingga pemberian CSR dari
perusahaan diharapkan akan meningkat dengan adanya penggunaan akuntansi
hijau
B. SARAN
19
Makalah ini hanyalah sebuah ulasan yang sangat sederhana sekali, jadi
tentunya banyak sekali hal-hal yang belum tercantum dalam makalah ini.
Tidak ada salahnya untuk dosen pembimbing dan para pembaca yang
membaca makalah ini untuk lebih memberikan kritik dan menambahkan
beberapa masukan materi yang belum terdapat di makalah kami demi
menyempurnakan ilmu dan pengetahuan kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
20