Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DI BIDANG


LINGKUNGAN
( STUDI KASUS PADA PT. ADARO INDONESIA, KABUPATEN TABALONG DAN
BALANGAN, KALIMANTAN SELATAN )

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Seminar Masalah – Masalah / Isu – Isu
Lingkungan
Dosen Pengampu: Dr. Muchammad Rozikin, M.AP

DISUSUN OLEH:
DYAH AJENG FITRIAFANI ( 135030100111080 )
NOVIA FADHILATUL AZIZAH ( 135030107111072 )
DEASSY AYU S ( 135030101111066 )
KELOMPOK 11
KELAS B

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Taufik, Hidayah serta
Inayah-Nya kepada kami, sehingga kami memiliki kesempatan untuk dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan sepenuhnya kepada baginda
Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman Jahiliah ke zaman
Islamiah yang modern seperti saat ini.

Ucapkan terimakasih, penulis ucapkan kepada Bapak Roziqin selaku dosen pengampu
mata kuliah seminar dan masalah isu-isu lingkungan yang telah membimbing penulis. Serta
teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian makalah yang bertemakan
tentang Corporate Social Responsibility (CSR) dengan judul Penerapan Corporate Social
Responsibility (CSR) di Bidang Lingkungan ( Studi Kasus Pada Pt. Adaro Indonesia,
Kabupaten Tabalong Dan Balangan, Kalimantan Selatan ).

Demikianlah makalah ini disusun, penulis menyadari bahwa di dalam penulisan


makalah ini banyak sekali kesalahan dan kekurangan, akan tetapi penulis berharap dengan
dibuatnya makalah ini dapat memberikan manfa’at serta pengetahuan untuk semuanya. Amin

Malang, 10 Mei 2016

Penyusun

ii
2
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................................... i
Kata Pengantar.............................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................... 4
1.3 Tujuan..................................................................................................................... 4
1.4 Manfaat................................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Sistem Pasar........................................................................................................... 6
2.2. Peran Ekonomi Pemerintah.................................................................................... 6
2.3. Kebijakan Subsidi.................................................................................................. 7
2.4. Kebijakan Finansial dan Fiskal.............................................................................. 7
2.5. Kebijakan Impor..................................................................................................... 7

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Intervensi Pemerintah dalam Sistem Pasar dan Keterkaitannya dengan 9
Kebijakan Finansial Dan Fiskal di Indonesia................................................................
3.1.1 Kebijakan Pemerintah mengenai Pemenuhan Kebutuhan Beras Di 12
Indonesia..................................................................................................................
3.1.1.1 Kebijakan Subsidi Benih dan Pupuk kepada Petani.................................. 14
3.1.1.2 Kebijakan Impor Beras oleh Pemerintah .................................................. 15

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................................. 17
4.2 Saran........................................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 18

iii

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan komitmen perusahaan untuk
berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerjasama dengan karyawan
dan keluarganya serta masyarakat setempat dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.
Menurut David C Korten ( dalam Prastowo & Huda, 2011: 15 ) mengatakan bahwa selama
setengah abad terakhir, dunia bisnis telah menjelma menjadi institusi paling kuat di muka
bumi. Hal itu menjadi bukti bahwa perusahaan menjadi salah satu pilar penting dalam suatu
4
negara termasuk Indonesia. Eksistensi sebuah perusahaan tidak bisa dipisahkan dari
masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Perusahaan dan masyarakat
merupakan simbiosis mutualisme (saling memberi dan membutuhkan). Kontribusi dan
harmonisasi keduanya akan menentukan masa depan bangsa. Untuk terciptanya kondisi
sinergi antara keduanya, ada dua aspek penting yang harus diperhatikan agar keberadaan
perusahaan dapat membawa perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan taraf hidup
masyarakat. Dari aspek ekonomi, perusahaan harus berorientasi mendapatkan keuntungan,
sementara dari aspek sosial perusahaan harus memberikan kontribusi secara langsung kepada
masyarakat yaitu meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
Perusahaan tidak hanya dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada perolehan
keuntungan perusahaan semata, akan tetapi juga harus memperhatikan tanggung jawab sosial
dan lingkungan. Menurut Utomo,Hendarti,dkk ( 2014 ). Dalam upaya menyeimbangkan
tujuan ekonomi, sosial dan lingkungan tersebut, perusahaan memfokuskan perhatiannya
kepada tiga hal yaitu (profit), masyarakat (people), dan lingkungan (planet). Perusahaan
harus memiliki tingkat profitabilitas yang memadai sebab laba merupakan fondasi bagi
perusahaan untuk dapat berkembang dalam mempertahankan eksistensinya. Dengan
perolehan laba yang memadai, perusahaan membagi deviden kepada pemegang saham,
memberi imbalan yang layak kepada karyawan, mengalokasikan sebagian laba yang
diperoleh untuk pertumbuhan dan pengembangan usaha di masa depan, membayar pajak
kepada pemerintah, dan memberikan multiplier effect yang diharapkan kepada masyarakat.
Jika masyarakat ( terutama masyarakat sekitar ) menganggap perusahaan tidak
memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya serta tidak merasakan kontribusi secara
langsung bahkan merasakan dampak negatif dari aktivitas operasional sebuah perusahaan,
maka kondisi itu akan menimbulkan sebuah resistensi masyarakat atau gejolak sosial.
Hubungan yang harmonis antara perusahan dengan berbagai publik perlu dibina dan
dipelihara sehingga dapat menciptakan pengaruh positif bagi perusahaan itu sendiri. Akan
tetapi pembentukan citra positif tidak semudah yang dibayangkan karena hubungan yang
harmonis tidak dapat tercipta secara langsung, melainkan perlu usaha yang terus menerus
dan berkesinambungan dengan inovasi yang berkelanjutan sehingga terbentuk citra yang
diinginkan. Tentu saja untuk mencapai tujuan tersebut, kegiatan Public Relations sebagai
ujung tombak perusahaan harus di arahkan pada upaya membina hubungan baik dengan
publik-publik yang berkepentingan, karena memperoleh kepercayaan, pengertian dan citra
yang positif tersebut adalah dari publik selaku stakeholders kepada perusahaan ( Neni dalam
Luthfi, 2013). Salah satu tugas Public Relation adalah menegakkan corporate image (citra
5
perusahaan) yang diwakilinya agar terwujud pemahaman yang sama dan tidak melahirkan
opini yang berbeda yang bisa merugikan perusahaan. Maka dari itu, melalui
penerapan CSR yang tepat dan jelas, perusahaan akan mampu memberikan sumbangan yang
berarti bagi kepentingan masyarakat sekitar sekaligus kepentingan perusahaan dalam upaya
membentuk citra yang baik di mata masyarakat.
Pelaksanaan CSR diawali dengan suatu perusahaan yang dituntut untuk memiliki rasa
tanggung jawab terhadap kelangsungan lingkungan sekelilingnya. Program CSR yang
dikelola dan dikomunikasikan dengan baik akan memberikan manfaat bagi masyarakat
sekitar dan juga meningkatkan reputasi perusahaan. CSR penting karena membangun ikatan
emosional masyarakat dengan perusahaan. Tidak hanya hubungan industrialis, tapi juga
hubungan antar manusia. Citra perusahaan lebih mudah terjaga ketika banyak pihak memiliki
keterikatan emosi yang positif dengan perusahaan. Dengan kata lain, CSR adalah
pengintegrasian kepedulian terhadap masalah sosial dan lingkungan hidup ke dalam operasi
bisnis perusahaan dan interaksi sukarela antara perusahaan dan para stakeholder-
nya. Sebagaimana kita ketahui dalam melakukan aktivitas operasionalnya, terkadang sebuah
perusahan menggunakan cara-cara yang merugikan orang lain untuk memperoleh
keuntungan yang besar, baik itu disengaja maupun tidak. Seperti eksploitasi berlebihan yang
menyebabkan kerusakan lingkungan, hilangnya kesempatan bagi masyarakat kecil dalam
memperoleh rezeki akibat aktivitas perusahaan atau dampak tidak langsung lainnya yang
dapat merugikan masyarakat.
Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
(UUPT) menjadi sebuah kewajiban bagi setiap perusahaan untuk menjalankan CSR. Dengan
UU tersebut tuntutan bagi dunia usaha semakin jelas dalam menjalankan aktivitas bisnisnya
akan pentingnya program tanggung jawab sosial yang harus dijalankan. Sebagaimana di
sebutkan dalam Pasal 74 ayat (1) yang berbunyi “Perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan”( Isa & Busyra dalam Luthfi, 2013 ). Hal ini
dimaksudkan untuk mendorong dunia usaha lebih etis dalam menjalankan aktivitasnya agar
tidak berpengaruh buruk pada masyarakat dan lingkungan hidupnya.
Corporate Social Responsibility (CSR) telah menjadi pemikiran para pembuat
kebijakan sejak lama. Bahkan dalam Kode Hammurabi (1700-an SM) yang berisi 282 hukum
telah memuat sanksi bagi para pengusaha yang lalai dalam menjaga kenyamanan warga atau
menyebabkan kematian bagi pelanggannya. Dalam Kode Hammurabi disebutkan bahwa
hukuman mati diberikan kepada orang-orang yang menyalahgunakan ijin penjualan
6
minuman, pelayanan yang buruk dan melakukan pembangunan gedung di bawah standar
sehingga menyebabkan kematian orang lain.
Secara umum, perhatian para pembuat kebijakan terhadap CSR saat ini telah
menunjukkan adanya kesadaran bahwa terdapat potensi timbulnya dampak buruk dari suatu
kegiatan usaha. Dampak buruk tersebut tentunya harus direduksi sedemikian rupa sehingga
tidak membahayakan kemaslahatan masyarakat sekaligus tetap bersifat kondusif terhadap
iklim usaha. Konsep dan praktik CSR sudah menunjukkan gejala baru sebagai keharusan
yang realistis diterapkan. Para pemilik modal tidak lagi menganggap CSR sebagai
pemborosan. Masyarakat pun menilai hal tersebut sebagai suatu yang perlu, ini terkait dengan
meningkatnya kesadaran sosial kemanusiaan dan lingkungan.
Program CSR ini juga telah diwujudkan oleh PT. Adaro Indonesia, Kabupaten
Tabalong Dan Balangan, Kalimantan Selatan melalui CSR yang mengacu pada bidang
lingkungan yaitu melalui peningkatan penyediaan air bersih untuk masyarakat di sekitar
daerah didirikannya perusahaan itu. Kabupaten Tabalong dan Balangan, Kalimantan Selatan
dikenal sebagi daerah yang memiliki cuaca yang cukup ekstrem dengan memiliki curah hujan
tertinggi saat musim penghujan, hingga mencapai 2.400 mm-3.000 mm pertahun, sedangkan
pada saat musim kemarau yang terjadi sebaliknya. Data BMKG menunjukkan suhu udara
pada saat musim kemarau mencapai 32°C–35°C ( Utomo, Hendarti, dkk., 2014 ). Kondisi
geografis dan cuaca menyebabkan kekeringan di musim kemarau sehingga menjadi ancaman
serius bagi masyarakat di wilayah dua kabupaten tersebut. Volume air sumur berkurang,
volume sungaipun berkurang drastis, sehingga menimbulkan kesulitan bagi masyarakat untuk
mengakses air bersih. Tantangan masyarakat untuk mendapatkan air bersih itulah yang
menyebabkan PT. Adaro Indonesia yang merupakan salah satu anak perusahaan Adaro
Energy yang bergerak di bidang pertambangan batubara, untuk memfasilitasi masyarakat agar
dapat memiliki akses air bersih sekaligus meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam
mewujudkan akses air bersih dengan melakukan pengolahan air limbah menjadi air bersih.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengambil Judul Penerapan Corporate Social
Responsibility (CSR) di Bidang Lingkungan ( Studi Kasus Pada Pt. Adaro Indonesia,
Kabupaten Tabalong Dan Balangan, Kalimantan Selatan ).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang menjadi fokus penulisan ini yaitu:
1. Apa saja peran penting Corporate Social Responsibility (CSR) ?

7
2. Bagaimana penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) di Bidang Lingkungan
pada PT. Adaro Indonesia, Kabupaten Tabalong dan Balangan, Kalimantan Selatan ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini yaitu:
1. Untuk mengetahui peran penting Corporate Social Responsibility (CSR).
2. Untuk mengetahui penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) di Bidang
Lingkungan pada PT. Adaro Indonesia, Kabupaten Tabalong dan Balangan,
Kalimantan Selatan.

1.4 Manfaat
Penulisan ini diharapkan memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai
berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Dasar empiris bagi pengembangan formulasi lebih jauh tentang proposisi yang
bermakna terkait dengan penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) di
Bidang Lingkungan pada PT. Adaro Indonesia, Kabupaten Tabalong dan
Balangan, Kalimantan Selatan.
b. Bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian dan kajian lebih
lanjut mengenai penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) di Bidang
Lingkungan pada PT. Adaro Indonesia, Kabupaten Tabalong dan Balangan,
Kalimantan Selatan.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Sebagai pijakan untuk evaluasi maupun dasar pertimbangan dalam mengetahui
penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) di Bidang Lingkungan pada
PT. Adaro Indonesia, Kabupaten Tabalong dan Balangan, Kalimantan Selatan.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Corporate Social Responsibility (CSR)


Istilah CSR pertama kali menyeruak dalam tulisan Social Responsibility of the
Businessman tahun 1953. Konsep yang digagas Howard Rothmann Browen ini menjawab
keresahan dunia bisnis. Belakangan CSR segera diadopsi, karena bisa jadi penawar kesan
buruk perusahaan yang terlanjur dalam pikiran masyarakat dan lebih dari itu pengusaha di
cap sebagai pemburu uang yang tidak peduli pada dampak kemiskinan dan kerusakan
lingkungan. Kendati sederhana, istilah CSR amat marketable melalui CSR pengusaha tidak
perlu diganggu perasaan bersalah. CSR merupakan tanggung jawab aktivitas sosial
kemasyarakatan yang tidak berorientasi profit.

2.2 Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)


Corporate Social Responsibility (CSR) ialah sebuah pendekatan dimana perusahaan
mengintegrasikan kepedulian sosial di dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi
mereka dengan para stakeholder berdasarkan prinsip kemitraan dan kesukarelaan (Nuryana,
9
2005). Menurut Zadek, Fostator, Rapnas CSR adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
strategi bersaing jagka panjang yang berorientasi pada avokasi pendampingan dan kebijakan
publik. Menurut John Elkingstons (dalam Luthfi, 2013) mengatakan bahwa CSR adalah suatu
tanggung jawab sosial perusahaan dimana perusahaan tersebut memiliki kewajiban untuk
mempertimbangkan kepentingan pelanggan, karyawan, pemegang saham, komunitas dan
pertimbangan ekologi dalam semua aspek operasionalnya. Kewajiban ini melampaui
kewajiban hukum mereka untuk mematuhi undang-undang. Menurut Schermerhorn ( dalam
Prastowo & Huda, 2011: 02), CSR adalah suatu kepedulian perusahaan untuk bertindak
sesuai cara-cara perusahaan tersebut dalam melayani kepentingan perusahaan dan
kepentingan publik eksternalnya. Menurut Farmer dan Hogue mengatakan
bahwa CSR merupakan komitmen perusahaan dalam memberikan terhadap apa yang
masyarakat inginkan. Jadi perusahaan bukan hanya menyediakan barang atau jasa serta
pelayanannya, akan tetapi juga ikut membantu memecahkan permasalaha-permasalahan yang
ada di masyarakat. Sedangkan Mu’man Nuryana mengatakan bahwa CSR merupakan sebuah
pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis
mereka dan dalam interaksi mereka dengan stakeholders berdasarkan prinsip kesukarelaan
dan kemitraan (Isa & Busyra dalam Luthfi, 2013 ).
Dari beberapa pengertian di atas, jelas bahwa CSR merupakan sebuah tanggung jawab
sosial perusahaan terhadap kepentingan stakholders dalam arti luas dari pada sekedar
kepentingan perusahaan belaka. Walaupun secara moral dibenarkan sebuah perusahaan untuk
mengejar keuntungan, namun tidak dibenarkan apabila dalam mencapai keuntungan tersebut
harus mengorbankan kepentingan pihak lain, sehingga konsekuensinya adalah setiap
perusahaan harus bertanggung jawab atas tindakan dan kegiatan dari usahanya yang memiliki
dampak langsung maupun tidak langsung terhadap stakeholders dan lingkungan dimana
perusahaan melakukan aktifitas usahanya
CSR (Corporate Social Reponsibility) merupakan salah satu kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi pasal 74 Undang-undang Perseroan Terbatas
(UUPT) yang baru. Undang-undang ini disahkan dalam sidang paripurna DPR.
Dalam pasal 74 ayat 1 diatur mengenai kewajiban Tanggung jawab sosial dan
lingkungan bagi perseroan yang menangani bidang atau berkaitan dengan SDA, ayat 2
mengenai perhitungan biaya dan asas kepatutan serta kewajaran, ayat 3 mengenai sanksi, dan
ayat 4 mengenai aturan lanjutan. Ketiga, Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal. Pasal 15 (b) menyebutkan bahwa “Setiap penanam modal berkewajiban
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”.
10
Namun UU ini baru mampu menjangkau investor asing dan belum mengatur secara
tegas perihal CSR bagi perusahaan nasional. Tentu saja kedua ketentuan undang-undang
tersebut diatas membuat fobia sejumlah kalangan terutama pelaku usaha swasta lokal.
Apalagi munculnya Pasal 74 UU PT yang terdiri dari 4 ayat itu sempat mengundang polemik.
Pro dan kontra terhadap ketentuan tersebut masih tetap berlanjut sampai sekarang. Kalangan
pelaku bisnis yang tergabung dalam Kadin dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) yang
sangat keras menentang kehadiran dari pasal tersebut.
Di dalam CSR terdapat stakeholder yang terlibat di dalamnya. Stakeholders (pemangku
kepentingan) adalah pihak-pihak yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh berbagai
keputusan, kebijakan maupun operasi perusahaan. Jones ( dalam Luthfi, 2013 )
mengklasifikasikan pemangku kepentingan tersebut kedalam 2 kategori, yaitu:
a. Inside Stakeholders. Yaitu orang-orang yang memiliki kepentingan dan tuntutan
terhadap sumber daya perusahaan dan serta berada dalam organisasi perusahaan.
Seperti pemegang saham, para manajer dan karyawan.
b. Outside Stakeholders. Yaitu orang-orang yang berada diluar perusahaan tetapi memiliki
kepentingan terhadap perusahaan serta dapat dipengaruhi oleh keputusan dan tindakan
yang dilakukan oleh perusahaan. Seperti pelanggan, pemasok, pemerintah, masyarakat
lokal dan masyarakat secara umum.

Adapun 5 pilar yang mencakup kegiatan CSR yaitu:


1. Pengembangan kapasitas SDM di lingkungan internal perusahaan maupun lingkungan
masyarakat sekitarnya.
2. Penguatan ekonomi masyarakat sekitar kawasan wilayah kerja perusahaan.
3. Pemeliharaan hubungan relasional antara korporasi dan lingkungan sosialnya yang
tidak dikelola dengan baik sering mengundang kerentanan konflik.
4. Perbaikan tata kelola perusahaan yang baik.
5. Pelestarian lingkungan, baik lingkungan fisik, social serta budaya.

Menurut John Elkingstons ( dalam Luthfi, 2013 ) mengelompokkan CSR atas tiga aspek
yang lebih dikenal dengan istilah “Triple Bottom Line (3BL)” dimana ke tiga aspek tersebut
meliputi kesejahteraan atau kemakmuran ekonomi (economic prosperity), peningkatan
kualitas lingkungan (environmental quality), keadilan sosial ( social justice). Ia juga
menegaskan bahwa suatu perusahaan dalam menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan
harus memperhatikan “Triple P”, yaitu profit, planet and people. Bila dikaitkan antara 3BL
11
dengan Triple P dapat di simpulkan bahwa “profit” sebagai wujud aspek ekonomi, “planet”
sebagai wujud aspek lingkungan dan “people” sebagai wujud aspek sosial. Ketiga aspek
tersebut dapat diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan berikut ini:
1. Bidang Ekonomi; kewirausahaan, pembukaan lapangan kerja, infrastruktur ekonomi,
agrobisnis dan usaha produktif lainnya
2. Bidang Sosial; pendidikan, pelatihan, kesehatan, perumahan, kesejahteraan sosial,
kebudayaan dan sebagainya
3. Bidang Lingkungan; penghijauan, reklamasi lahan, pengelolaan air, pelestarian alam,
ekowisata penyehatan lingkungan, pengendalian polusi serta penggunaan produksi dan
energi secara efisien.

2.3 Dasar Hukum Corporate Social Responsibility (CSR)


Landasan hukum yang menyangkut CSR terdapat dalam:
a. Undang – Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) yang
berisi peraturan mengenai diwajibkannya melakukan CSR. Direksi yang bertanggung
jawab bila ada permasalahan hukum yang menyangkut perusahaan dan CSR.
b. Penjelasan pasal 15 huruf b Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan “tanggung jawab sosial
perusahaan” adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman
modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan
lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.

2.4 Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility (CSR)


Ruang lingkup CSR amat luas cakupannya, sedangkan masing-masing perusahaan
memiliki karakteristik dan kondisi yang berbeda-beda yang nantinya juga akan berdampak
pada penerapan CSR yang berbeda-beda pula, sehingga harus ada acuan untuk memudahkan
pemahaman dikalangan perusahaan. Menurut Susanto ( dalam Luthfi, 2013 ), ruang lingkup
CSR bila dilihat dari segi pelaksanaanya dapat dibagi atas tiga kategori, yaitu:
1) Social Obligation dimana pada tahap ini pelaksanaan CSR hanya sekedar memenuhi
persyaratan minimal yang ditentukan oleh pemerintah dan ada kesan terpaksa,

12
2) Social Reaction, pada tahap ini sudah muncul kesadaran dari perusahaan akan
pentingnya CSR, namun hanya dilakukan setelah masyarakat mengalami eksternalitas
yang cukup lama tanpa ada kebijakan dari perusahaan,
3) Social Response, pada tahap ini perusahaan dan masyarakat mencari peluang timbulnya
kebaikan ditengah masyarakat. Tahap ini lebih dari sekedar pendekatan hukum,
kedermawanan atau tekanan dari pihak luar, tetapi lebih pada sebuah dorongan internal
dan jalinan kemitraan.

2.5 Prinsip-Prinsip yang Harus Dipegang dalam Melaksanakan Corporate Social


Responsibility (CSR)
1) Prinsip pertama adalah kesinambungan atau sustainability
Ini bukan berarti perusahaan akan terus-menerus memberikan bantuan kepada
masyarakat. Tetapi, program yang dirancang harus memiliki dampak yang berkelanjutan.
CSR berbeda dengan donasi bencana alam yang bersifat tidak terduga dan tidak dapat di
prediksi. Itu menjadi aktivitas kedermawanan dan bagus.
2) Prinsip kedua, CSR merupakan program jangka panjang.
Perusahaan mesti menyadari bahwa sebuah bisnis bisa tumbuh karena dukungan
atmosfer sosial dari lingkungan di sekitarnya. Karena itu, CSR yang dilakukan adalah
wujud pemeliharaan relasi yang baik dengan masyarakat. Ia bukanlah aktivitas sesaat untuk
mendongkrak popularitas atau mengejar profit.
3) Perinsip ketiga, CSR akan berdampak positif kepada masyarakat,
Dampak ini meliputi ekonomi, lingkungan, maupun sosial. Perusahaan yang melakukan
CSR mesti peduli dan mempertimbangkan sampai kedampaknya.
4) Prinsip keempat, dana yang diambil untuk CSR tidak dimasukkan ke dalam cost structure
perusahaan
Sebagaimana budjet untuk marketing yang pada akhirnya akan ditransformasikan ke
harga jual produk. “CSR yang benar tidak membebani konsumen.

2.6 Indikator Keberhasilan Corporate Social Responsibility (CSR)


Indikator keberhasilan dapat dilihat dari dua sisi perusahaan dan masyarakat. Dari sisi
perusahaan, citranya harus semakin baik di mata masyarakat. Sementara itu, dari sisi
masyarakat, harus ada peningkatan kualitas hidup. Karenanya, penting bagi perusahaan
melakukan evaluasi untuk mengukur keberhasilan program CSR, baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Satu hal yang perlu diingat, “Salah satu ukuran penting keberhasilan CSR
13
adalah jika masyarakat yang dibantu bisa mandiri, tidak melulu bergantung pada pertolong
orang lain.

2.7 Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)


a. bagi perusahaan
Adapun manfaat CSR bagi perusahaan yaitu:
1) Meningkatkan Citra Perusahaan,
Dengan melakukan kegiatan CSR, konsumen dapat lebih mengenal perusahaan
sebagai perusahaan yang selalu melakukan kegiatan yang baik bagi masyarakat.
2) Memperkuat “Brand” Perusahaan
Melalui kegiatan memberikan product knowledge kepada konsumen dengan cara
membagikan produk secara gratis, dapat menimbulkan kesadaran konsumen akan
keberadaan produk perusahaan sehingga dapat meningkatkan posisi brand perusahaan.
3) Mengembangkan Kerja Sama dengan Para Pemangku Kepentingan
Dalam melaksanakan kegiatan CSR, perusahaan tentunya tidak mampu
mengerjakan sendiri, jadi harus dibantu dengan para pemangku kepentingan, seperti
pemerintah daerah, masyarakat, dan universitas lokal. Maka perusahaan dapat
membuka relasi yang baik dengan para pemangku kepentingan tersebut.
4) Membedakan Perusahaan dengan Pesaingnya
Jika CSR dilakukan sendiri oleh perusahaan, perusahaan mempunyai kesempatan
menonjolkan keunggulan komparatifnya sehingga dapat membedakannya dengan
pesaing yang menawarkan produk atau jasa yang sama.
5) Menghasilkan Inovasi dan Pembelajaran untuk Meningkatkan Pengaruh Perusahaan
Memilih kegiatan CSR yang sesuai dengan kegiatan utama perusahaan
memerlukan kreativitas. Merencanakan CSR secara konsisten dan berkala dapat
memicu inovasi dalam perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan peran dan
posisi perusahaan dalam bisnis global.
6) Membuka Akses untuk Investasi dan Pembiayaan bagi Perusahaan
Para investor saat ini sudah mempunyai kesadaran akan pentingnya berinvestasi
pada perusahaan yang telah melakukan CSR. Demikian juga penyedia dana, seperti
perbankan, lebih memprioritaskan pemberian bantuan dana pada perusahaan yang
melakukan CSR.
7) Meningkatkan Harga Saham

14
Pada akhirnya jika perusahaan rutin melakukan CSR yang sesuai dengan bisnis
utamanya dan melakukannya dengan konsisten dan rutin, masyarakat bisnis (investor,
kreditur,dll), pemerintah, akademisi, maupun konsumen akan makin mengenal
perusahaan. Maka permintaan terhadap saham perusahaan akan naik dan otomatis harga
saham perusahaan juga akan meningka
b. bagi masyarakat
Adapun manfaat CSR bagi masyarakat yaitu:
1. Meningkatknya kesejahteraan masyarakat sekitar dan kelestarian lingkungan.
2. Adanya beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut.
3. Meningkatnya pemeliharaan fasilitas umum.
4. Adanya pembangunan desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk
masyarakat banyak khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut
berada.

2.8 Alternatif Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) di Bidang Lingkungan


Dalam merencanakan kegiatan corporate social responsibility (CSR) di bidang
lingkungan, perusahaan dapat memilih beberapa bidang kegiatan CSR ( Sambodo,dkk., 2011)
yaitu:
a. Produksi Bersih ( Cleaner Production )
Fokus kegiatan produksi bersih adalah efisiensi penggunaan sumber daya seperti:
penghematan dan peningkatan produktivitas, penurunan jumlah sampah, limbah dan
emisi, penurunan eksploitasi penggunaan sumber daya alam. Pelaksanaan produksi
bersih selain dapat dilakukan secara internal, juga dapat dilakukan misalkan dengan cara
membantu UKM ( usaha kecil menengah ) menerapkan produksi bersih dalam kegiatan
usahanya. Upaya yang dilakukan seperti: efisiensi penggunaan bahan baku dan bahan
pembantu, efisiensi air, efisiensi energi, upaya pengelolaan limbah di dalam perusahaan.
Indikator hasil terukurnya yaitu: jumlah limbah terdaur ulang, persentase limbah terdaur
ulang, persentase penurunan limbah, jumlah penurunan limbah, jumlah limbah ter
recovery, serta persentase limbah ter-recovery.
b. Kantor Ramah Lingkungan ( Eco Office )
Dengan mengadopsi konsep Kantor Ramah Lingkungan dapat tercapai efisiensi biaya,
peningkatan produktivitas kerja dan terciptanya lingkungan kantor yang bersih, sehat,
nyaman dan aman. Kantor ramah lingkungan memiliki 3 ruang lingkup, yaitu:
perlengkapan dan peralatan kantor, energi dan air bersih serta pengelolaan sampah.
15
Kegiatan yang dapat dilaksanakan yaitu: mengimplementasikan gedung green building,
melakukan penghematan kertas, menggunakan alat elektronik yang hemat air dan listrik,
mendukung penggunaan teknologi yang tepat dalam pengelolaan lingkungan, mendaur
ulang kertas bekas pakai, dll. Indikator yang digunakan yaitu: berkurangnya tagihan
listrik, berkurangnya total penggunaan listrik, berkurangnya total penggunaan kertas,
berkurangnya total sampah yang dihasilkan.
c. Konservasi Energi dan Sumber Daya Alam
Konservasi energi dan SDA merupakan suatu kegiatan untuk mengurasi penggunaan
energi dan SDA atau terpeliharanya keanekaragaman hayati baik yang dilakukan oleh
kegiatan yang memproduksi barang maupun jasa. Konservasi energi dan SDA dapat
mengurangi proses eksplorasi dan eksploitasi SDA berupa bahan bakar, bahan tambang
mineral dan bahan kimia B3 ( Bahan Berbahaya dan Beracun ) yang jumlahnya semakin
terbatas. Kegiatan yang dilakukan dapat dimulai dari identifikasi peluang penerapan dan
pengembangan metode ini seperti: melakukan upaya penghematan dal;am penggunaan
energi dan bahan bakar sehingga meburangi timbulnya gas rumah kaca, melakukan
penghematan air untuk kebutuhan sehari – hari, melakukan upaya penurunan bahan
baku, melakukan kegiatan mengganti bahan baku yang tidak ramah lingkungan menjadi
ramah lingkungan, dll.
d. Pengelolaan sampah melalui 3R
Keberadaan sampah dalam jumlah banyak jika tidak dikelola secara baik dan benar akan
menimbulkan gangguan dan dampak terhadap lingkungan. Salah satu solusi untuk
pengelolaan sampah dalam Undang – Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah yaitu menerapkan sistem 3R ( reuse, reduce dan recycle ). Reuse berarti
menggunakan kembali sampha yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama
atauapun fungsi lainnya. Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan
sampah. Recycle berarti mengolah kembali ( daur ulang ) sampah menjadi barang atau
produk baru yang bermanfaat. Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu: melakukan
identifikasi jenis sampah yang ada di sekitar perusahaan yang mencakup sumber sampah,
melakukan identifikasi sampah dari eksternalitas perusahaan, menyusun program
pengelolaan sampah yang mengadopsi jenis sampah, eksternalitas perusahaan, prinsip 3R
dan kossep tenggungjawab sosial dan lingkungan, mengembangkan program
pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan nilai ekonomis sampah, dll. Adapun
indikatornya yaitu: volume yang dibuang ke TPA berkurang, sampah memiliki nilai

16
ekonomis yang memberikan usaha bagi mesyarakat, berkembangnya usaha mandiri
berbasis daur ulang sampah.
e. Energi Terbarukan ( Renewable Energy )
Energi terbarukan adalah energi yang diperoleh dari sumber yang dapat diperbaharui
yang tersedia di alam seperti sinar matahari, angin, air dan ggeomethal. Kegiatan yang
dapat dilaksanakan oleh perusahaan yaitu: menggunakan sumber energi terbarukan
dalam proses produksi ( mikro hydro, solar cell, turbin angin, biogas, biodesel, etanol),
membangun dan menyediakan sarana energi terbarukan bagi masyarakat, melakukan
penelitian yang terkait dengan pengembangan energi terbarukan, melakukan konversi
limbah biologi menjadi sumber energi terbarukan, dll. Kegiatan CSR yang dilakukan
dengan model energi terbarukan merupakan suatu bentuk tanggungjawab perusahaan
terhadap alam dan lingkungan hidup, karena kegiatan ini mengurangi proses eksplorasi
dan eksploitasi sumber energi fossil yang saat ini jumlahnya semakin terbatas. Energi
terbarukan juga dapat mengurangi dan mencegah meningkatnya emisi penyebab gas
rumah kaca yang dapat mempengaruhi perubahan iklim global.
f. Adaptasi Perubahan Iklim
Perubahan iklim terjadi karena akibat pemanasan global, dimana dampak negatif yang
ditimbulkannya antara lain: anomali cuaca yang berdampak pada kekeringan, curah
hujan yang sangat tinggi, perubahan musim tanam dan angin ribut serta terjadinya
kenaikan permukaan air laut yang berdampak pada instrusi air laut. Adapun fokus
kegiatan dalam adaptasi perubahan iklim yaitu: a. meningkatkan adptive capacity dari
stakeholder yang terpapar dampak perubahan iklim seperti perusahaan dapat melakukan
penilaian kerentanan melalui bantuan biaya studi dan riset kepada masyarakat atau
pemda setempat dalam melakukan penilaian kerentanan terhadap perubahan iklim serta
perusahaan dapat melakukan upaya penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat terkait
dengan upaya adaptasi perubahan iklim,b. mengurangi severety (keseriusan) dan
probability ( peluang ) damapak yang terjadi, seperti perusahaan dapat membantu
pemerintah daerah dalam pembuatan tanggul pencegah masuknya air laut kedarat serta
dengan penanaman pohon mangrove disepanjang pesisir pantai, perusahann dapat
melakukan riset tata kota yang dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam
beradaptasi terhadap kenaikan permukaan air laut,dll. Indikator penerapan upaya
adaptasi perubahan iklim sebagai kegiatan CSR perusahaan yaitu: tersedianya data
mengenai analisa dampak perubahan iklim dan upaya adaptasi yang dibutuhkan, rencana
upaya adaptasi perubahan iklim yang desepakati oleh pemangku kepentingan terkait,
17
serta pencatatan pelaksanaan dan hasil pelaksanaan upaya adaptasi perubahan iklim yang
dapat disosialisasikan kepada para pemangku kepentingan.
g. Pendidikan Lingkungan Hidup
Pemdidikan lingkungan hidup adalah upaya mengubah perilaku dan sikap yang
dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat ynag bertujuan untuk
meningkatkann pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat tentang nilai –
nilai lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan masyarakat untuk berperan
aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi
yang akan datang. Maka dari itu pendidikan lingkungan hidup merupakan kunci dari
segala upaya membangun kesadaran dan kepedulian tentang arti penting dari pelestarian
lingkungan hidup. Adapaun kegiatan yang dapat dilakukan yaitu: menyelenggarakan
kegiatan pendidikan dan pelatihan lingkungan hidup bagi seluruh stakeholder terutama
terkait dengan kegiatan penghematan air dan listrik rumah, mendukung kegiatan green
school, green campus atau green office, menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan
pelatihan lingkungan hidup dikalangan organisasi seperti karang taruna, dll. Indikator
yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pendidikan lingkungan
yaitu: dapat diketaui melalui kesadaran, sikap dan tindakan. Perubahan yang dimaksud
dapat berkontribusi pada tingkat keterlibatan stakeholder yang bersangkutan dalam
proses kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki ataupun memelihara kualitas
lingkungan hidup.

18
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Peran Penting Corporate Social Responsibility (CSR)


Ada tiga alasan petingnya CSR dan perlunya dilaksanaakan bagi Perusahaan dan UKM
1. Perusahaan / UKM adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila
Perusahaan / UKM ajuga turut memperhatikan kepentingan masyarakat. Dengan adanya
penerapan CSR, maka perusahaan secara tidak langsung telah menjalin hubungan dan ikatan
emosional yang baik terhadap shareholder maupun stakeholders.
2. Kalangan bisnis dan masyarakat memiliki hubungan yang bersifatsimbiosis
mutualisme (saling mengisi dan meguntungkan). Bagi perusahaan, untuk mendapatkan
dukungan dari masyarakat, setidaknya licence to operate, adalah suatu keharusan bagi
perusahaan jika dituntut untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, sehingga
bisa mendongkrak citra dan performa perusahaan atau UKM itu sendiri.
3. Kegiatan CSR merupakan salah satu cara untuk mengeliminasi berbagi potensi
mobilisasi massa (penduduk) untuk melakukan hal-hal yang tidak diiginkan sebagai akses
ekslusifme dan monopoli sumber daya alam yang dieksploitasi oleh perusahaan tanpa
mengedepankan adanya perluasan kesempatan bagi terciptanya kesejahteraan dan
pengembangan sumber daya manusia yang berdomisili di sekitar wilayah penambangan pada
khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Selain itu perusahaan juga memiliki upaya penerapan CSR untuk berkembang bersama
masyarakat. Dalam meningkatkan reputasi perusahaan, harus menekankan pentingnya
berkesinambungan dalam pelestarian lingkungan, kehidupan sosial, maupun pertumbuhan
usaha. Perhatian utama perusahaan adalah memenangkan hati pelanggan (internal dan
eksternal) dan upaya membahagiakan konsumen dan masyarakat secara terus-menerus,
dengan memahami dan mengantisipasi kebutuhan mereka, serta menanggapinya secara
mandiri, dengan cara:
19
Secara proaktif mendengarkan kebutuhan konsumen dan masyarakat menghasilkan
tindakan yang berfokus pada :
1. Menanggapi dengan serius setiap persoalan pelanggan, pembeli dan masyarakat.
2. Merencanakan secara efektif, memberikan waktu persiapan yang cukup untuk
bekerja dengan baik.
3. Memenuhi apa yang dijanjikan, tepat waktu.
4. Peduli terhadap kondisi sosial masyarakat di sekitar.

Alasan terkait CSR dengan bisnis yaitu berdasarkan Hasil Survey "The Millenium Poll
on CSR" (1999) yang dilakukan oleh Environics International (Toronto), Conference Board
(New York) dan Prince of Wales Business Leader Forum (London) di antara 25.000
responden dari 23 negara menunjukkan bahwa dalam membentuk opini tentang perusahaan,
60% mengatakan bahwa etika bisnis, praktik terhadap karyawan, dampak terhadap
lingkungan, yang merupakan bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) akan
paling berperan. Sedangkan bagi 40% lainnya, citra perusahaan & brand image-lah yang akan
paling memengaruhi kesan mereka. Hanya 1/3 yang mendasari opininya atas faktor-faktor
bisnis fundamental seperti faktor finansial, ukuran perusahaan,strategi perusahaan, atau
manajemen.
Lebih lanjut, sikap konsumen terhadap perusahaan yang dinilai tidak melakukan CSR
adalah ingin "menghukum" (40%) dan 50% tidak akan membeli produk dari perusahaan yang
bersangkutan dan/atau bicara kepada orang lain tentang kekurangan perusahaan tersebut.
Secara umum, alasan terkait bisnis untuk melaksanakan biasanya berkisar satu ataupun
lebih dari argumentasi di bawah ini:
a. Membedakan merek
b. Ijin usaha
c. Motif perselisihan bisnis
Kegiatan CSR akan menjamin keberlanjutan bisnis yang dilakukan. Hal ini disebabkan
karena :
1. Menurunnya gangguan social yang sering terjadi akibat pencemaran lingkungan,
bahkan dapat menumbuh kembangkan dukungan atau pembelaan masyarakat
setempat.
2. Terjaminnya pasokan bahan baku secara berkelanjutan untuk jangka panjang.
3. Tambahan keuntungan dari unit bisnis baru, yang semula merupakan kegiatan CSR
yang dirancang oleh korporat
20
3.2 Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) di Bidang Lingkungan pada PT.
Adaro Indonesia, Kabupaten Tabalong dan Balangan, Kalimantan Selatan
PT. Adaro Indonesia merupakan salah satu anak Adaro Energy yang bergerak di bidang
pertambangan batubara. PT. Adaro Indonesia adalah salah satu perusahaan yang terletak di
Provinsi Kalimantan Selatan khususnya di Kabupaten Tabalong dan Balangan. Seperti yang
diketahui bahwa daerah ini dikenal memiliki cuaca yang cukup ekstrem dengan memiliki
curah hujan tertinggi saat musim penghujan, hingga mencapai 2.400 mm-3.000 mm pertahun,
sedangkan pada saat musim kemarau yang terjadi sebaliknya. Data BMKG menunjukkan
suhu udara pada saat musim kemarau mencapai 32°C–35°C ( Utomo, Hendarti, dkk., 2014 ).
Kondisi geografis dan cuaca menyebabkan kekeringan di musim kemarau sehingga menjadi
ancaman serius bagi masyarakat di wilayah dua kabupaten tersebut. Volume air sumur
berkurang, volume sungaipun berkurang drastis, sehingga menimbulkan kesulitan bagi
masyarakat untuk mengakses air bersih.
Hasil survey Geolistrik yang dilakukan PT. Adaro Indonesia terhadap wilayah-wilayah
yang mengalami kekeringan menunjukkan bahwa kedalaman air tanah di wilayah tersebut
bervariasi, dapat mencapai 20 m–80 m. Kedalaman air tanah di beberapa wilayah mencapai
175 m-250 m, misalnya di wilayah Warukin Kabupaten Tabalong. Alternatif sumur bor bukan
merupakan pilihan mengingat biaya yang dikeluarkan cukup mahal, masyarakat tidak mampu
membuat sumur bor meskipun dilakukan secara swadaya. Disisi lain, pipa Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) belum menjangkau pedesaan di wilayah kabupaten ini, sehingga
sebagian besar menggantungkan sumber air mereka dari air sungai. Namun kualitas air
sungai belum sesuai dengan standard air bersih yang ditetapkan pemerintah. Hal ini
dikarenakan sungai dipakai untuk keperluan membuang sampah maupun jamban yang dapat
mengancam kesehatan masyarakat. Tantangan yang dihadapi masyarakat mendorong PT.
Adaro Indonesia untuk memfasilitasi masyarakat agar dapat memiliki akses air bersih
sekaligus meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam mewujudkan akses air bersih
tersebut. Pedesaan yang menjadi lingkup dalam kegiatan ini mencakup beberapa desa yang
berada di kabupaten Tabalong dan Balangan yaitu Desa Dahai, Padang Panjang, Laburan,
Cakung, Tamiyang, Dahur, Warukin dan Maburai.
Pada awalnya PT Adaro Indonesia melakukan pemeetaan penilaian prioritas
pembangunan, setelah dilakukan proses pemetaan penilaian prioritas pembangunan, dapat
dilihat bahwa fasilitas air bersih menjadi kebutuhan utama masyarakat di desa-desa yang
berada di wilayah kerja (ring 1) PT. Adaro di Kabupaten Tabalong.
21
Berdasarkan hasil pemetaan tersebut, PT. Adaro Indonesia mengembangkan program
“Peningkatan Akses Air Bersih” dengan tujuan, yaitu:
1. Memfasilitasi masyarakat termasuk masyarakat kurang mampu untuk memiliki akses
air bersih.
2. Meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat.
3. Meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan melalui pemanfaatan air tambang
menjadi air bersih untuk dijadikan sumber air bersih bagi masyarakat desa.
4. Mengubah paradigma di masyarakat bahwa air tambang aman dikonsumsi.
5. Meningkatkan pengetahuan, keahlian dan teknologi sebagai bekal kemandirian
masyarakat.
6. Meningkatkan peran aktif perusahaan dalam upaya pencapaian Millenium
Development Goals (MDG’s) yang dicanangkan pemerintah.
7. Menjadi mitra pemerintah daerah dalam membantu memenuhi kebutuhan masyarakat
akan air bersih.
8. Memberdayakan para kontraktor lokal dalam pengelolaan air bersih.

Proses pengolahan air limbah menjadi Berbekal pengalaman mengolah air limbah dari
operasi penambangan seperti hauling road (jalur khusus angkut batubara), pengolahan
batubara di Kelanis, Kalimantan Tengah yang menggunakan teknologi ramah lingkungan, air
limbah diolah agar kualitasnya sesuai baku mutu yang ditetapkan pemerintah. Melalui sistem
tersebut, air tambang dimanfaatkan kembali untuk mendukung operasional tambang seperti
misalnya: perawatan crushing plant (mesin peremuk batubara) maupun penyiraman conveyor
serta aplikasi prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) yang diterapkan di perusahaan dalam
22
kegiatan operasionalnya, maka inisiasi program akses air bersih bagi masyarakat
dikembangkan. Program diawali dengan pembangunan unit pengolahan air tambang menjadi
air bersih atau yang diberi Water Treatment Plant (WTP) T-300 dilakukan dengan
serangkaian uji coba sehingga air layak untuk dikonsumsi. Operasional WTP ini sejalan
dengan UN Global Compact Principle 9: Business should encourage the development and
diffusion of environmentally friendly technologies. Penggunaan bahan kimia dalam proses
pengolahan air tidak banyak dosisnya dan telah memenuhi kriteria aman bagi lingkungan
serta penggunaan dosis treatment sesuai dengan yang dibutuhkan. WTP T-300 yang
dikembangkan PT. Adaro Indonesia sejak tahun 2010, mampu memproduksi air bersih
sebesar 20 liter/detik atau 72 m3/jam, dengan 2 tangki penampungan hasil olahan
berkapasitas 450 m3 dan 72 m3. Saat ini air telah dimanfaatkan oleh internal PT. Adaro
Indonesia, mitra kerja, dan masyarakat di 8 desa di wilayah PT Adaro Indonesia.
Manfaat berbagi air bersih merupakan komitmen PT. Adaro Indonesia untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat diwujudkan antara lain melalui peningkatan akses air
bersih untuk masyarakat. Kondisi dan struktur tanah yang berbeda menyebabkan PT. Adaro
Indonesia menempuh berbagai cara untuk menyalurkan air bersih ke masyarakat. Beberapa
sarana pendistribusian air bersih yang dilakukan oleh PT. Adaro Indonesia sejak tahun 1997
mulai dari:
1. Distribusi air bersih melalui trucking. Awalnya pendistribusian air bersih dilakukan
melalui trucking di Kabupaten Tabalong dengan mengambil air dari Danau Marido
dan Sungai Tabalong yang diperuntukkan bagi kegiatan rumah tangga dan fasilitas
umum seperti sekolah, masjid atau mushalla, dan lainnya. Namun, saat ini lebih
diprioritaskan rumah tangga. Pendistribusian ini dilakukan secara gratis. Seiring
waktu sistem distribusi seperti ini dirasakan kurang efisien, oleh karena itu
dikembangkan sistem distribusi air bersih yang lain.
2. Distribusi air bersih melalui sistem pipa. Untuk memberikan nilai tambah bagi
lingkungan dan masyarakat, Adaro meningkatkan mutu air bersih agar layak
konsumsi melalui WTP T-300. Pipanisasi yang dibangun Adaro sejak pertengahan
2010 dengan menghabiskan dana sebesar Rp. 5,4 milyar. Tujuan pipanisasi untuk
distribusi air bersih dari perusahaan langsung ke rumah–rumah masyarakat dan
membuktikan bahwa air tambang dapat dikonsumsi. Pipanisasi air WTP mendorong
pemberdayaan masyarakat melalui berdirinya BAPEL AB ( Badan Pengelola Air
Bersih ) yang merupakan cikal Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Anggota Bapel
AB merupakan anggota masyarakat yang diberikan pelatihan dan pembinaan agar
23
mampu mengelola pipanisasi layaknya perusahaan air minum skala desa. Bapel AB
akan memungut iuran setiap bulan sesuai jumlah air bersih yang dipakai anggota
masyarakat. Iuran ini akan dipergunakan untuk keperluan pembangunan desa.
Dengan adanya BAPEL AB, masyarakat dapat mengelola distribusi air bersih
secara mandiri dan ikut memberikan sumbangsih bagi pembangunan desa. Uji coba
pelaksanaan BAPEL AB sudah dilaksanakan selama 3 bulan. Kedepan partisipasi
aktif masyarakat dalam program ini akan lebih ditingkatkan lagi agar kemandirian
masyarakat dapat tercipta.
3. Distribusi air WTP melalui trucking. Beberapa desa yang dinilai tidak memiliki
potensi air tanah, dibangun sumur gali, sumur bor, atau yang belum mendapatkan
jaringan pipa induk dari PDAM, diberikan pasokan air bersih yang berasal dari
WTP T-300. Total pemenuhan kebutuhan air mencapai 182.844 liter di tahun 2012.
Berikut data pasokan air bersih dari WTP-300 melalui pipa trucking secara rinci
disajikan pada Tabel 1.

24
25
Berdasarkan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata trucking per hari sebanyak
83.626,5 liter/hari dengan sasaran sebanyak 1.110 kepala keluarga (KK), sehingga setiap KK
akan mendapatkan sekitar 75,3 liter. Jika asumsi setiap kepala keluarga terdiri dari 3 orang,
maka setiap orang akan mendapatkan air bersih sebanyak 25,1 liter/hari. Hal ini telah
melebihi dari standard konsumsi air bersih sesuai MDG’s per orang per hari sebanyak 20
liter. Untuk keberlanjutan program, pembentukan dan penguatan organisasi masyarakat
BAPEL AB (Badan Pengelola Air Bersih) selain diperkuat melalui pelatihan juga didampingi
diawal untuk dapat mengelola secara mandiri air bersih, serta monitoring dan evaluasi
terhadap program.

Berdasarkan gambar grafik diatas program peningkatan akses air bersih untuk
masyarakat dapat dikatakan berhasil karena telah memenuhi keinginan kebutuhan prioritas
26
pembangunan yang diperlukan oleh masyarakat di sekitar tempat PT Adaro Indonesia yang
termasuk kedalam Kabupaten Tabalong dan Balangan. Dimana pemanfaatan air bersih dari
pengolahan air limbah industri sebesar kurang lebih 90% mampu dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar. Selain disalurkan kepada masyarakat sekitar, PT Adaro Indonesia juga
menyalurkannya pada mitra kerja maupun untuk dimanfaatkan sendiri oleh PT Adaro
Indonesia sendiri. Maka dari itu, masyarakat di delapan (8) desa yaitu Desa Dahai, Padang
Panjang, Laburan, Cakung, Tamiyang, Dahur, Warukin dan Maburai di Kabupaten Tabalong
dan Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan sudah tak khawatir lagi pada saat kemarau
kekurangan air bersih. PT. Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan, sejak tahun 2010 telah
memproduksi air bersih sebesar 20 liter/detik atau 72 m3/jam dari pengolahan air yang
dikelola dengan Water Treatment Plant (WTP) T-300 melalui dua tangki penampungan
berkapasitas 450m3 dan 72m3.
Dari program peningkatan akses air bersih yang diterapkan oleh PT. Adaro Indonesia
merupakan suatu program yang digunakan sebagai alat untuk mewujudkan Corporate Social
Responsibility (CSR) bagi PT. Adaro Indonesia. Dimana program yang dijalankan merupakan
program CSR di Bidang Lingkungan dengan model pemanfaatan produksi bersih dan
pengelolaan limbah memanfaatkan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dengan adanya pengolahan
air limbah industri. Sehingga air limbah industri PT. Adaro Indonesia tidak terbuang dengan
sia – sia akan tetapi diolah secara tepat dengan memberikan treatmean didalamnya sehingga
air bisa dimanfaatkan kembali baik untuk masyarakat sekitar, mitra kerja maupun PT. Adaro
Indonesia sendiri. Adapun pembelajaan yang dapat diambil yaitu: a. Kerjasama dan
kolaborasi berbagai pihak merupakan salah satu kunci keberhasilan. PT. Adaro Indonesia
bekerjasama dengan kontraktor lokal yang menyediakan sarana pengangkut air dan
mendistribusikan air bersih dengan truk ke desa -desa di lokasi yang ditentukan, antara lain
CV. Balangan Putera Mandiri yang memasok air 77,857 liter/hari untuk Kabupaten Balangan
dan CV. Lembah Annur, memasok 7.143 liter/hari untuk Kabupaten Tabalong, b. Proses
pemberdayaan masyarakat, melalui pelatihan dan pendampingan telah mendorong kepedulian
dan kerjasama yang baik antara perusahaan dan masyarakat serta mendorong masyarakat
untuk lebih peduli dengan air, c. Monitoring dan evaluasi yang secara berkala, menjadi
bagian penting dalam program.

BAB IV
PENUTUP

27
4.1 Kesimpulan
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility (CSR)
merupakan komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan dengan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek
ekonomi, sosial dan lingkungan. Perusahaan memang tidak hanya dihadapkan pada tanggung
jawab yang berpijak pada perolehan keuntungan atau laba perusahaan semata, namun harus
memperhatikan tanggung jawab sosial dan lingkungannya. Dengan memperhatikan
masyarakat, perusahaan dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat
khususnya masyarakat sekitar. Selain itu yang terpenting adalah perusahaan memperhatikan
kondisi lingkungan baik di dalam maupun di sekitarnya. Keberhasilan program CSR
perusahaan tidak hanya memberikan citra baik untuk perusahaan, tetapi juga kesejahteraan
untuk masyarakat di sekitar yang diuntungkan. PT. Adaro Indonesia telah berhasil dalam
program CSR bidang lingkungan hidup dengan memfasilitasi masyarakat agar dapat memiliki
akses air bersih sekaligus meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam mewujudkan
akses air bersih tersebut.

4.2 Saran
1. Bagi Pemerintah, Pemerintah perlu memberikan penjabaran terhadap dasar hukum
CSR ke dalam aturan-aturan yang lebih operasional, untuk penyamaan persepsi
tentang urgensi dan permasalahan dalam operasionalisasi kegiatan CSR. Aturan yang
disusun hendaknya mengacu pada filosofi CSR, yaitu tanggung jawab terhadap
pelestarian sumberdaya alam sebagai penopang keberlanjutan kehidupan,namun
demikian aturan tersebut tetap memberikan peluang pada korporasi untuk
menuangkan aspirasinya terkait dengan kepentingan perlindungan terhadap core
competences, promosi, serta pencitraan publik.
2. Dalam pelaksanaan kegiatan CSR bidang lingkungan, akan menjadi lebih baik apabila
program yang dijalankan bukan hanya di prioritaskan bagi masyarakat sekitar
perusahaan, akan tetapi juga di dilaksanakan didaerah-daerah yang betul-betul
membutuhkan program tersebut walaupun itu bukan daerah area operasi terdekat
perusahaan mengingat kondisi ekonomi masyarakat lemah dan masalah kerusakan
lingkungan juga terjadi didaerah-daerah terpencil yang kebanyakan bukan lokasi
terdekat perusahaan sehingga upaya untuk memajukan masyarakat Indonesia menjadi
masyarakat yang makmur betul-betul terwujud dengan baik dan merata.

28
3. Program kegiatan CSR ini sangat membantu dan bermanfaat bagi masyarakat luas,
maka untuk program CSR selanjutnya hendaknya dapat diperluas lagi sampai per
daerah-daerah di Indonesia lainnya dan untuk menghilangkan anggapan masyarakat
bahwa CSR bukan hanya sekedar charity maka perlu adanya tindak lanjut dari apa
yang telah dilakukan selama ini.

DAFTAR PUSTAKA

Luthfi, Mohammad. 2013. Penerapan CSR Bidang Lingkungan Dalam Meningkatkan


Corporate Image Pertamina Fuel Retail Marketing Region V Surabaya dalam
29
http://luthfiubhara.blogspot.co.id/2013/04/penerapan-csr-bidang-lingkungan-
dalam.html. Diunduh tanggal 10 Mei 2016 pukul 08.32 WIB.
Sambodo, Basuki W.,dkk.. 2011. Pedoman CSR Bidang Lingkungan. Jakarta: Kementrian
Lingkungan Hidup.
Utomo, Suyud W., Hendarti, Latipah, dkk.. 2014 Model Corporate Social Responsibility
Bidang Lingkungan. Jakarta: ISBN.
Prastowo, Joko & Huda, Miftachul. 2011. Corporate Social Responsibility. Yogyakarta:
Samudra Biru.
Tunggal, Amin Widjaja. 2008. Corporate Social Responcibility. Jakarta: Harvarindo.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT)
Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Undang – Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
http://i-makalah.blogspot.com/2013/02/tanggung-jawab-sosial-perusahaan-csr.html
http://romannaart.blogspot.com/2013/05/makalah-csr.html
http://warnetblacktoili12.blogspot.com/2013/07/makalah-csr.html
http://www.indofood.com/id-id/csr/mission.aspx,
https://antoniuspatianom.wordpress.com/2009/07/19/latar-belakang-corporate-social-
responsibility-dan-community-development-di-bidang-pertambangan
Kewirausahaan,Modul 4: Menjalankan Usaha,Politeknik Negeri Kupang
http://www.csrindonesia.com
http://www.usaha-kecil.com/pengertian_csr.html
http://gwadamakbar.wordpress.com/2012/01/24/pengertian-corporate-social-responsibility-
csr/
Mardikanto, totok. 2009. Majalah Bisnis dan CSR. Jakarta: Latofi
http://i-makalah.blogspot.com/2013/02/tanggung-jawab-sosial-perusahaan-csr.html
http://romannaart.blogspot.com/2013/05/makalah-csr.html

30

Anda mungkin juga menyukai