Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Seminar Masalah – Masalah / Isu – Isu
Lingkungan
Dosen Pengampu: Dr. Muchammad Rozikin, M.AP
DISUSUN OLEH:
DYAH AJENG FITRIAFANI ( 135030100111080 )
NOVIA FADHILATUL AZIZAH ( 135030107111072 )
DEASSY AYU S ( 135030101111066 )
KELOMPOK 11
KELAS B
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Taufik, Hidayah serta
Inayah-Nya kepada kami, sehingga kami memiliki kesempatan untuk dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan sepenuhnya kepada baginda
Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman Jahiliah ke zaman
Islamiah yang modern seperti saat ini.
Ucapkan terimakasih, penulis ucapkan kepada Bapak Roziqin selaku dosen pengampu
mata kuliah seminar dan masalah isu-isu lingkungan yang telah membimbing penulis. Serta
teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian makalah yang bertemakan
tentang Corporate Social Responsibility (CSR) dengan judul Penerapan Corporate Social
Responsibility (CSR) di Bidang Lingkungan ( Studi Kasus Pada Pt. Adaro Indonesia,
Kabupaten Tabalong Dan Balangan, Kalimantan Selatan ).
Penyusun
ii
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................... i
Kata Pengantar.............................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................... 4
1.3 Tujuan..................................................................................................................... 4
1.4 Manfaat................................................................................................................... 4
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................................. 17
4.2 Saran........................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 18
iii
3
BAB I
PENDAHULUAN
7
2. Bagaimana penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) di Bidang Lingkungan
pada PT. Adaro Indonesia, Kabupaten Tabalong dan Balangan, Kalimantan Selatan ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini yaitu:
1. Untuk mengetahui peran penting Corporate Social Responsibility (CSR).
2. Untuk mengetahui penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) di Bidang
Lingkungan pada PT. Adaro Indonesia, Kabupaten Tabalong dan Balangan,
Kalimantan Selatan.
1.4 Manfaat
Penulisan ini diharapkan memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai
berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Dasar empiris bagi pengembangan formulasi lebih jauh tentang proposisi yang
bermakna terkait dengan penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) di
Bidang Lingkungan pada PT. Adaro Indonesia, Kabupaten Tabalong dan
Balangan, Kalimantan Selatan.
b. Bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian dan kajian lebih
lanjut mengenai penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) di Bidang
Lingkungan pada PT. Adaro Indonesia, Kabupaten Tabalong dan Balangan,
Kalimantan Selatan.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Sebagai pijakan untuk evaluasi maupun dasar pertimbangan dalam mengetahui
penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) di Bidang Lingkungan pada
PT. Adaro Indonesia, Kabupaten Tabalong dan Balangan, Kalimantan Selatan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut John Elkingstons ( dalam Luthfi, 2013 ) mengelompokkan CSR atas tiga aspek
yang lebih dikenal dengan istilah “Triple Bottom Line (3BL)” dimana ke tiga aspek tersebut
meliputi kesejahteraan atau kemakmuran ekonomi (economic prosperity), peningkatan
kualitas lingkungan (environmental quality), keadilan sosial ( social justice). Ia juga
menegaskan bahwa suatu perusahaan dalam menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan
harus memperhatikan “Triple P”, yaitu profit, planet and people. Bila dikaitkan antara 3BL
11
dengan Triple P dapat di simpulkan bahwa “profit” sebagai wujud aspek ekonomi, “planet”
sebagai wujud aspek lingkungan dan “people” sebagai wujud aspek sosial. Ketiga aspek
tersebut dapat diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan berikut ini:
1. Bidang Ekonomi; kewirausahaan, pembukaan lapangan kerja, infrastruktur ekonomi,
agrobisnis dan usaha produktif lainnya
2. Bidang Sosial; pendidikan, pelatihan, kesehatan, perumahan, kesejahteraan sosial,
kebudayaan dan sebagainya
3. Bidang Lingkungan; penghijauan, reklamasi lahan, pengelolaan air, pelestarian alam,
ekowisata penyehatan lingkungan, pengendalian polusi serta penggunaan produksi dan
energi secara efisien.
12
2) Social Reaction, pada tahap ini sudah muncul kesadaran dari perusahaan akan
pentingnya CSR, namun hanya dilakukan setelah masyarakat mengalami eksternalitas
yang cukup lama tanpa ada kebijakan dari perusahaan,
3) Social Response, pada tahap ini perusahaan dan masyarakat mencari peluang timbulnya
kebaikan ditengah masyarakat. Tahap ini lebih dari sekedar pendekatan hukum,
kedermawanan atau tekanan dari pihak luar, tetapi lebih pada sebuah dorongan internal
dan jalinan kemitraan.
14
Pada akhirnya jika perusahaan rutin melakukan CSR yang sesuai dengan bisnis
utamanya dan melakukannya dengan konsisten dan rutin, masyarakat bisnis (investor,
kreditur,dll), pemerintah, akademisi, maupun konsumen akan makin mengenal
perusahaan. Maka permintaan terhadap saham perusahaan akan naik dan otomatis harga
saham perusahaan juga akan meningka
b. bagi masyarakat
Adapun manfaat CSR bagi masyarakat yaitu:
1. Meningkatknya kesejahteraan masyarakat sekitar dan kelestarian lingkungan.
2. Adanya beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut.
3. Meningkatnya pemeliharaan fasilitas umum.
4. Adanya pembangunan desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk
masyarakat banyak khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut
berada.
16
ekonomis yang memberikan usaha bagi mesyarakat, berkembangnya usaha mandiri
berbasis daur ulang sampah.
e. Energi Terbarukan ( Renewable Energy )
Energi terbarukan adalah energi yang diperoleh dari sumber yang dapat diperbaharui
yang tersedia di alam seperti sinar matahari, angin, air dan ggeomethal. Kegiatan yang
dapat dilaksanakan oleh perusahaan yaitu: menggunakan sumber energi terbarukan
dalam proses produksi ( mikro hydro, solar cell, turbin angin, biogas, biodesel, etanol),
membangun dan menyediakan sarana energi terbarukan bagi masyarakat, melakukan
penelitian yang terkait dengan pengembangan energi terbarukan, melakukan konversi
limbah biologi menjadi sumber energi terbarukan, dll. Kegiatan CSR yang dilakukan
dengan model energi terbarukan merupakan suatu bentuk tanggungjawab perusahaan
terhadap alam dan lingkungan hidup, karena kegiatan ini mengurangi proses eksplorasi
dan eksploitasi sumber energi fossil yang saat ini jumlahnya semakin terbatas. Energi
terbarukan juga dapat mengurangi dan mencegah meningkatnya emisi penyebab gas
rumah kaca yang dapat mempengaruhi perubahan iklim global.
f. Adaptasi Perubahan Iklim
Perubahan iklim terjadi karena akibat pemanasan global, dimana dampak negatif yang
ditimbulkannya antara lain: anomali cuaca yang berdampak pada kekeringan, curah
hujan yang sangat tinggi, perubahan musim tanam dan angin ribut serta terjadinya
kenaikan permukaan air laut yang berdampak pada instrusi air laut. Adapun fokus
kegiatan dalam adaptasi perubahan iklim yaitu: a. meningkatkan adptive capacity dari
stakeholder yang terpapar dampak perubahan iklim seperti perusahaan dapat melakukan
penilaian kerentanan melalui bantuan biaya studi dan riset kepada masyarakat atau
pemda setempat dalam melakukan penilaian kerentanan terhadap perubahan iklim serta
perusahaan dapat melakukan upaya penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat terkait
dengan upaya adaptasi perubahan iklim,b. mengurangi severety (keseriusan) dan
probability ( peluang ) damapak yang terjadi, seperti perusahaan dapat membantu
pemerintah daerah dalam pembuatan tanggul pencegah masuknya air laut kedarat serta
dengan penanaman pohon mangrove disepanjang pesisir pantai, perusahann dapat
melakukan riset tata kota yang dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam
beradaptasi terhadap kenaikan permukaan air laut,dll. Indikator penerapan upaya
adaptasi perubahan iklim sebagai kegiatan CSR perusahaan yaitu: tersedianya data
mengenai analisa dampak perubahan iklim dan upaya adaptasi yang dibutuhkan, rencana
upaya adaptasi perubahan iklim yang desepakati oleh pemangku kepentingan terkait,
17
serta pencatatan pelaksanaan dan hasil pelaksanaan upaya adaptasi perubahan iklim yang
dapat disosialisasikan kepada para pemangku kepentingan.
g. Pendidikan Lingkungan Hidup
Pemdidikan lingkungan hidup adalah upaya mengubah perilaku dan sikap yang
dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat ynag bertujuan untuk
meningkatkann pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat tentang nilai –
nilai lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan masyarakat untuk berperan
aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi
yang akan datang. Maka dari itu pendidikan lingkungan hidup merupakan kunci dari
segala upaya membangun kesadaran dan kepedulian tentang arti penting dari pelestarian
lingkungan hidup. Adapaun kegiatan yang dapat dilakukan yaitu: menyelenggarakan
kegiatan pendidikan dan pelatihan lingkungan hidup bagi seluruh stakeholder terutama
terkait dengan kegiatan penghematan air dan listrik rumah, mendukung kegiatan green
school, green campus atau green office, menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan
pelatihan lingkungan hidup dikalangan organisasi seperti karang taruna, dll. Indikator
yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pendidikan lingkungan
yaitu: dapat diketaui melalui kesadaran, sikap dan tindakan. Perubahan yang dimaksud
dapat berkontribusi pada tingkat keterlibatan stakeholder yang bersangkutan dalam
proses kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki ataupun memelihara kualitas
lingkungan hidup.
18
BAB III
PEMBAHASAN
Alasan terkait CSR dengan bisnis yaitu berdasarkan Hasil Survey "The Millenium Poll
on CSR" (1999) yang dilakukan oleh Environics International (Toronto), Conference Board
(New York) dan Prince of Wales Business Leader Forum (London) di antara 25.000
responden dari 23 negara menunjukkan bahwa dalam membentuk opini tentang perusahaan,
60% mengatakan bahwa etika bisnis, praktik terhadap karyawan, dampak terhadap
lingkungan, yang merupakan bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) akan
paling berperan. Sedangkan bagi 40% lainnya, citra perusahaan & brand image-lah yang akan
paling memengaruhi kesan mereka. Hanya 1/3 yang mendasari opininya atas faktor-faktor
bisnis fundamental seperti faktor finansial, ukuran perusahaan,strategi perusahaan, atau
manajemen.
Lebih lanjut, sikap konsumen terhadap perusahaan yang dinilai tidak melakukan CSR
adalah ingin "menghukum" (40%) dan 50% tidak akan membeli produk dari perusahaan yang
bersangkutan dan/atau bicara kepada orang lain tentang kekurangan perusahaan tersebut.
Secara umum, alasan terkait bisnis untuk melaksanakan biasanya berkisar satu ataupun
lebih dari argumentasi di bawah ini:
a. Membedakan merek
b. Ijin usaha
c. Motif perselisihan bisnis
Kegiatan CSR akan menjamin keberlanjutan bisnis yang dilakukan. Hal ini disebabkan
karena :
1. Menurunnya gangguan social yang sering terjadi akibat pencemaran lingkungan,
bahkan dapat menumbuh kembangkan dukungan atau pembelaan masyarakat
setempat.
2. Terjaminnya pasokan bahan baku secara berkelanjutan untuk jangka panjang.
3. Tambahan keuntungan dari unit bisnis baru, yang semula merupakan kegiatan CSR
yang dirancang oleh korporat
20
3.2 Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) di Bidang Lingkungan pada PT.
Adaro Indonesia, Kabupaten Tabalong dan Balangan, Kalimantan Selatan
PT. Adaro Indonesia merupakan salah satu anak Adaro Energy yang bergerak di bidang
pertambangan batubara. PT. Adaro Indonesia adalah salah satu perusahaan yang terletak di
Provinsi Kalimantan Selatan khususnya di Kabupaten Tabalong dan Balangan. Seperti yang
diketahui bahwa daerah ini dikenal memiliki cuaca yang cukup ekstrem dengan memiliki
curah hujan tertinggi saat musim penghujan, hingga mencapai 2.400 mm-3.000 mm pertahun,
sedangkan pada saat musim kemarau yang terjadi sebaliknya. Data BMKG menunjukkan
suhu udara pada saat musim kemarau mencapai 32°C–35°C ( Utomo, Hendarti, dkk., 2014 ).
Kondisi geografis dan cuaca menyebabkan kekeringan di musim kemarau sehingga menjadi
ancaman serius bagi masyarakat di wilayah dua kabupaten tersebut. Volume air sumur
berkurang, volume sungaipun berkurang drastis, sehingga menimbulkan kesulitan bagi
masyarakat untuk mengakses air bersih.
Hasil survey Geolistrik yang dilakukan PT. Adaro Indonesia terhadap wilayah-wilayah
yang mengalami kekeringan menunjukkan bahwa kedalaman air tanah di wilayah tersebut
bervariasi, dapat mencapai 20 m–80 m. Kedalaman air tanah di beberapa wilayah mencapai
175 m-250 m, misalnya di wilayah Warukin Kabupaten Tabalong. Alternatif sumur bor bukan
merupakan pilihan mengingat biaya yang dikeluarkan cukup mahal, masyarakat tidak mampu
membuat sumur bor meskipun dilakukan secara swadaya. Disisi lain, pipa Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) belum menjangkau pedesaan di wilayah kabupaten ini, sehingga
sebagian besar menggantungkan sumber air mereka dari air sungai. Namun kualitas air
sungai belum sesuai dengan standard air bersih yang ditetapkan pemerintah. Hal ini
dikarenakan sungai dipakai untuk keperluan membuang sampah maupun jamban yang dapat
mengancam kesehatan masyarakat. Tantangan yang dihadapi masyarakat mendorong PT.
Adaro Indonesia untuk memfasilitasi masyarakat agar dapat memiliki akses air bersih
sekaligus meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam mewujudkan akses air bersih
tersebut. Pedesaan yang menjadi lingkup dalam kegiatan ini mencakup beberapa desa yang
berada di kabupaten Tabalong dan Balangan yaitu Desa Dahai, Padang Panjang, Laburan,
Cakung, Tamiyang, Dahur, Warukin dan Maburai.
Pada awalnya PT Adaro Indonesia melakukan pemeetaan penilaian prioritas
pembangunan, setelah dilakukan proses pemetaan penilaian prioritas pembangunan, dapat
dilihat bahwa fasilitas air bersih menjadi kebutuhan utama masyarakat di desa-desa yang
berada di wilayah kerja (ring 1) PT. Adaro di Kabupaten Tabalong.
21
Berdasarkan hasil pemetaan tersebut, PT. Adaro Indonesia mengembangkan program
“Peningkatan Akses Air Bersih” dengan tujuan, yaitu:
1. Memfasilitasi masyarakat termasuk masyarakat kurang mampu untuk memiliki akses
air bersih.
2. Meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat.
3. Meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan melalui pemanfaatan air tambang
menjadi air bersih untuk dijadikan sumber air bersih bagi masyarakat desa.
4. Mengubah paradigma di masyarakat bahwa air tambang aman dikonsumsi.
5. Meningkatkan pengetahuan, keahlian dan teknologi sebagai bekal kemandirian
masyarakat.
6. Meningkatkan peran aktif perusahaan dalam upaya pencapaian Millenium
Development Goals (MDG’s) yang dicanangkan pemerintah.
7. Menjadi mitra pemerintah daerah dalam membantu memenuhi kebutuhan masyarakat
akan air bersih.
8. Memberdayakan para kontraktor lokal dalam pengelolaan air bersih.
Proses pengolahan air limbah menjadi Berbekal pengalaman mengolah air limbah dari
operasi penambangan seperti hauling road (jalur khusus angkut batubara), pengolahan
batubara di Kelanis, Kalimantan Tengah yang menggunakan teknologi ramah lingkungan, air
limbah diolah agar kualitasnya sesuai baku mutu yang ditetapkan pemerintah. Melalui sistem
tersebut, air tambang dimanfaatkan kembali untuk mendukung operasional tambang seperti
misalnya: perawatan crushing plant (mesin peremuk batubara) maupun penyiraman conveyor
serta aplikasi prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) yang diterapkan di perusahaan dalam
22
kegiatan operasionalnya, maka inisiasi program akses air bersih bagi masyarakat
dikembangkan. Program diawali dengan pembangunan unit pengolahan air tambang menjadi
air bersih atau yang diberi Water Treatment Plant (WTP) T-300 dilakukan dengan
serangkaian uji coba sehingga air layak untuk dikonsumsi. Operasional WTP ini sejalan
dengan UN Global Compact Principle 9: Business should encourage the development and
diffusion of environmentally friendly technologies. Penggunaan bahan kimia dalam proses
pengolahan air tidak banyak dosisnya dan telah memenuhi kriteria aman bagi lingkungan
serta penggunaan dosis treatment sesuai dengan yang dibutuhkan. WTP T-300 yang
dikembangkan PT. Adaro Indonesia sejak tahun 2010, mampu memproduksi air bersih
sebesar 20 liter/detik atau 72 m3/jam, dengan 2 tangki penampungan hasil olahan
berkapasitas 450 m3 dan 72 m3. Saat ini air telah dimanfaatkan oleh internal PT. Adaro
Indonesia, mitra kerja, dan masyarakat di 8 desa di wilayah PT Adaro Indonesia.
Manfaat berbagi air bersih merupakan komitmen PT. Adaro Indonesia untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat diwujudkan antara lain melalui peningkatan akses air
bersih untuk masyarakat. Kondisi dan struktur tanah yang berbeda menyebabkan PT. Adaro
Indonesia menempuh berbagai cara untuk menyalurkan air bersih ke masyarakat. Beberapa
sarana pendistribusian air bersih yang dilakukan oleh PT. Adaro Indonesia sejak tahun 1997
mulai dari:
1. Distribusi air bersih melalui trucking. Awalnya pendistribusian air bersih dilakukan
melalui trucking di Kabupaten Tabalong dengan mengambil air dari Danau Marido
dan Sungai Tabalong yang diperuntukkan bagi kegiatan rumah tangga dan fasilitas
umum seperti sekolah, masjid atau mushalla, dan lainnya. Namun, saat ini lebih
diprioritaskan rumah tangga. Pendistribusian ini dilakukan secara gratis. Seiring
waktu sistem distribusi seperti ini dirasakan kurang efisien, oleh karena itu
dikembangkan sistem distribusi air bersih yang lain.
2. Distribusi air bersih melalui sistem pipa. Untuk memberikan nilai tambah bagi
lingkungan dan masyarakat, Adaro meningkatkan mutu air bersih agar layak
konsumsi melalui WTP T-300. Pipanisasi yang dibangun Adaro sejak pertengahan
2010 dengan menghabiskan dana sebesar Rp. 5,4 milyar. Tujuan pipanisasi untuk
distribusi air bersih dari perusahaan langsung ke rumah–rumah masyarakat dan
membuktikan bahwa air tambang dapat dikonsumsi. Pipanisasi air WTP mendorong
pemberdayaan masyarakat melalui berdirinya BAPEL AB ( Badan Pengelola Air
Bersih ) yang merupakan cikal Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Anggota Bapel
AB merupakan anggota masyarakat yang diberikan pelatihan dan pembinaan agar
23
mampu mengelola pipanisasi layaknya perusahaan air minum skala desa. Bapel AB
akan memungut iuran setiap bulan sesuai jumlah air bersih yang dipakai anggota
masyarakat. Iuran ini akan dipergunakan untuk keperluan pembangunan desa.
Dengan adanya BAPEL AB, masyarakat dapat mengelola distribusi air bersih
secara mandiri dan ikut memberikan sumbangsih bagi pembangunan desa. Uji coba
pelaksanaan BAPEL AB sudah dilaksanakan selama 3 bulan. Kedepan partisipasi
aktif masyarakat dalam program ini akan lebih ditingkatkan lagi agar kemandirian
masyarakat dapat tercipta.
3. Distribusi air WTP melalui trucking. Beberapa desa yang dinilai tidak memiliki
potensi air tanah, dibangun sumur gali, sumur bor, atau yang belum mendapatkan
jaringan pipa induk dari PDAM, diberikan pasokan air bersih yang berasal dari
WTP T-300. Total pemenuhan kebutuhan air mencapai 182.844 liter di tahun 2012.
Berikut data pasokan air bersih dari WTP-300 melalui pipa trucking secara rinci
disajikan pada Tabel 1.
24
25
Berdasarkan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata trucking per hari sebanyak
83.626,5 liter/hari dengan sasaran sebanyak 1.110 kepala keluarga (KK), sehingga setiap KK
akan mendapatkan sekitar 75,3 liter. Jika asumsi setiap kepala keluarga terdiri dari 3 orang,
maka setiap orang akan mendapatkan air bersih sebanyak 25,1 liter/hari. Hal ini telah
melebihi dari standard konsumsi air bersih sesuai MDG’s per orang per hari sebanyak 20
liter. Untuk keberlanjutan program, pembentukan dan penguatan organisasi masyarakat
BAPEL AB (Badan Pengelola Air Bersih) selain diperkuat melalui pelatihan juga didampingi
diawal untuk dapat mengelola secara mandiri air bersih, serta monitoring dan evaluasi
terhadap program.
Berdasarkan gambar grafik diatas program peningkatan akses air bersih untuk
masyarakat dapat dikatakan berhasil karena telah memenuhi keinginan kebutuhan prioritas
26
pembangunan yang diperlukan oleh masyarakat di sekitar tempat PT Adaro Indonesia yang
termasuk kedalam Kabupaten Tabalong dan Balangan. Dimana pemanfaatan air bersih dari
pengolahan air limbah industri sebesar kurang lebih 90% mampu dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar. Selain disalurkan kepada masyarakat sekitar, PT Adaro Indonesia juga
menyalurkannya pada mitra kerja maupun untuk dimanfaatkan sendiri oleh PT Adaro
Indonesia sendiri. Maka dari itu, masyarakat di delapan (8) desa yaitu Desa Dahai, Padang
Panjang, Laburan, Cakung, Tamiyang, Dahur, Warukin dan Maburai di Kabupaten Tabalong
dan Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan sudah tak khawatir lagi pada saat kemarau
kekurangan air bersih. PT. Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan, sejak tahun 2010 telah
memproduksi air bersih sebesar 20 liter/detik atau 72 m3/jam dari pengolahan air yang
dikelola dengan Water Treatment Plant (WTP) T-300 melalui dua tangki penampungan
berkapasitas 450m3 dan 72m3.
Dari program peningkatan akses air bersih yang diterapkan oleh PT. Adaro Indonesia
merupakan suatu program yang digunakan sebagai alat untuk mewujudkan Corporate Social
Responsibility (CSR) bagi PT. Adaro Indonesia. Dimana program yang dijalankan merupakan
program CSR di Bidang Lingkungan dengan model pemanfaatan produksi bersih dan
pengelolaan limbah memanfaatkan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dengan adanya pengolahan
air limbah industri. Sehingga air limbah industri PT. Adaro Indonesia tidak terbuang dengan
sia – sia akan tetapi diolah secara tepat dengan memberikan treatmean didalamnya sehingga
air bisa dimanfaatkan kembali baik untuk masyarakat sekitar, mitra kerja maupun PT. Adaro
Indonesia sendiri. Adapun pembelajaan yang dapat diambil yaitu: a. Kerjasama dan
kolaborasi berbagai pihak merupakan salah satu kunci keberhasilan. PT. Adaro Indonesia
bekerjasama dengan kontraktor lokal yang menyediakan sarana pengangkut air dan
mendistribusikan air bersih dengan truk ke desa -desa di lokasi yang ditentukan, antara lain
CV. Balangan Putera Mandiri yang memasok air 77,857 liter/hari untuk Kabupaten Balangan
dan CV. Lembah Annur, memasok 7.143 liter/hari untuk Kabupaten Tabalong, b. Proses
pemberdayaan masyarakat, melalui pelatihan dan pendampingan telah mendorong kepedulian
dan kerjasama yang baik antara perusahaan dan masyarakat serta mendorong masyarakat
untuk lebih peduli dengan air, c. Monitoring dan evaluasi yang secara berkala, menjadi
bagian penting dalam program.
BAB IV
PENUTUP
27
4.1 Kesimpulan
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility (CSR)
merupakan komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan dengan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek
ekonomi, sosial dan lingkungan. Perusahaan memang tidak hanya dihadapkan pada tanggung
jawab yang berpijak pada perolehan keuntungan atau laba perusahaan semata, namun harus
memperhatikan tanggung jawab sosial dan lingkungannya. Dengan memperhatikan
masyarakat, perusahaan dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat
khususnya masyarakat sekitar. Selain itu yang terpenting adalah perusahaan memperhatikan
kondisi lingkungan baik di dalam maupun di sekitarnya. Keberhasilan program CSR
perusahaan tidak hanya memberikan citra baik untuk perusahaan, tetapi juga kesejahteraan
untuk masyarakat di sekitar yang diuntungkan. PT. Adaro Indonesia telah berhasil dalam
program CSR bidang lingkungan hidup dengan memfasilitasi masyarakat agar dapat memiliki
akses air bersih sekaligus meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam mewujudkan
akses air bersih tersebut.
4.2 Saran
1. Bagi Pemerintah, Pemerintah perlu memberikan penjabaran terhadap dasar hukum
CSR ke dalam aturan-aturan yang lebih operasional, untuk penyamaan persepsi
tentang urgensi dan permasalahan dalam operasionalisasi kegiatan CSR. Aturan yang
disusun hendaknya mengacu pada filosofi CSR, yaitu tanggung jawab terhadap
pelestarian sumberdaya alam sebagai penopang keberlanjutan kehidupan,namun
demikian aturan tersebut tetap memberikan peluang pada korporasi untuk
menuangkan aspirasinya terkait dengan kepentingan perlindungan terhadap core
competences, promosi, serta pencitraan publik.
2. Dalam pelaksanaan kegiatan CSR bidang lingkungan, akan menjadi lebih baik apabila
program yang dijalankan bukan hanya di prioritaskan bagi masyarakat sekitar
perusahaan, akan tetapi juga di dilaksanakan didaerah-daerah yang betul-betul
membutuhkan program tersebut walaupun itu bukan daerah area operasi terdekat
perusahaan mengingat kondisi ekonomi masyarakat lemah dan masalah kerusakan
lingkungan juga terjadi didaerah-daerah terpencil yang kebanyakan bukan lokasi
terdekat perusahaan sehingga upaya untuk memajukan masyarakat Indonesia menjadi
masyarakat yang makmur betul-betul terwujud dengan baik dan merata.
28
3. Program kegiatan CSR ini sangat membantu dan bermanfaat bagi masyarakat luas,
maka untuk program CSR selanjutnya hendaknya dapat diperluas lagi sampai per
daerah-daerah di Indonesia lainnya dan untuk menghilangkan anggapan masyarakat
bahwa CSR bukan hanya sekedar charity maka perlu adanya tindak lanjut dari apa
yang telah dilakukan selama ini.
DAFTAR PUSTAKA
30