Anda di halaman 1dari 26

TUGAS MATA KULIAH ETIKA BISNIS DAN CSR

MAKALAH

STRATEGI PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT


BERBASIS KEWIRAUSAHAAN PADA KAWASAN TAMBANG
NIKEL SECARA SINERGIS MELALUI OPTIMALISASI
PEMANFAATAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)DI
KORIDOR IV SULAWESI
(Survei di Kabupaten Morowali, Pomalaa, dan Sorowako)

Disusun Oleh:
C 202 19 026 Jane Belinda Saranga

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................ i


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bisnis dan Etika Bisnis .................................................. 3
B. Pengertian Tanggung Jawab Sosial (CSR) ....................................... 5
C.Dasar Hukum CSR ........................................................................... 6
D.Hubungan antara Etika Bisnis dan CSR............................................ 9
E. Tantangan dalam Melakukan CSR................................................... 10
F. Implementasi CSR di Indonesia..................................................... 1
G. Perencanaan CSR pada Perusahaan Tambang di Indonesia……..... 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................20
B. Saran.........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................22

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan masyarakat modern saat ini sangat bergantung pada hadirnya
perusahaan. Kehadiran perusahan direncanakan akan dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah baik dalam lingkup terkecil yakni desa
hingga yang besar yakni Negara. Hal tersebut dikarenakan ketika perusahaan
tersebut berproduksi maka secara tidak langsung akan menyerap tenaga kerja
hingga inovasi produk yang dihasilkan yang berdampak pada terjadi perputaran
uang disuatu wilayah. Oleh karenanya kehadiran suatu perusahaan memberikan
sumbangsih positif dalam keberlangsungan kehidupan masyarakat.
Kehadiran perusahaan selain membawa dampak positif, namun kehadiran
perusahaan disuatu wilayah juga membawa dampak yang negatif. Seperti yang
diketahui industri pertambangan mempunyai dampak negatif, yaitu kerusakan
lingkungan. Wilayah yang menjadi area pertambangan akan terkikis, sehingga
dapat menyebabkan erosi. Limbah hasil pengolahan tambang juga dapat
mencemari lingkungan. Kegiatan industri tambang yang menggunakan bahan
bakar fosil menghasilkan CO2 yang dapat menimbulkan efek rumah kaca dan
pemanasan global (Sari, 2014).
Dampak negatif dari hadirnya sebuah perusahaan terutama perusahaan
tambang di Indonesia semakin memprihatinkan. Kasus Teluk Buyat antara
tercemar ataukah kasus yang ditutupi dari adanya aktivitas PT Newmont
Minahasa Raya (Lutfillah, 2011). Sementara itu tambang Freeport memberikan
kesimpulan bahwa Amerika yang kaya namun Penduduk lokal yang terus dengan
kemiskinannya sehingga wilayah tambang Freeport sering dilanda konflik.
Mungkin juga kasus yang belum selesai sampai saat ini yakni kasus lumpur
lapindo yang sampai menimbulkan perdebatan diluar negeri antara kesalahan
manusia ataukah gejala gempa tektonik.
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan komitmen pelaku dunia
usaha untuk memiliki peran dan fungsi terhadap pengembangan dan

1
pemberdayaan masyarakat sekitar bisnisnya. Dengan kata lain CSR merupakan
upaya sungguh-sungguh entitas bisnis untuk meminimumkan dampak negatif dan
memaksimumkan dampak positif operasi perusahaan terhadap seluruh pemangku
kepentingan dalam bidang ekonomi, sosial dan lingkungan untuk mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan. Tanggung jawab sosial perusahaan adalah keputusan
bisnis yang keras, bukan karena itu hal yang menyenangkan untuk dilakukan atau
karena orang memaksa kita untuk melakukannya, melainkan karena itu baik untuk
bisnis kita. Perusahaan yang memiliki pandangan strategis menerapkan gagasan
tanggung jawab sosial perusahaan yang tercermin dari kinerja keuangannya yang
positif dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menganggap CSR sebagai alat
untuk meningkatkan laba. (Gheraia Z dkk., 2020).
Dengan demikian, perusahaan seharusnya mengetahui secara mendetail
dampak operasinya terhadap semua pemangku kepentingannya dan seluruh
regulasi pemerintah yang relevan sebagai batas kinerja minimum, dan berupaya
sedapat mungkin untuk melampauinya berlandaskan norma etika berlomba
menjadi yang terbaik. Di dalam praktiknya, penerapan CSR selalu disesuaikan
dengan kemampuan perusahaan dan kebutuhan masyarakat. Idealnya terlebih
dahulu dirumuskan bersama tiga pilar yakni dunia usaha, pemerintah, dan
masyarakat, dan kemudian dilaksanakan sendiri oleh perusahaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Bisnis dan Etika Bisnis ?
2. Apa pengertian dari Corporate Social Responsibility (CSR) ?
3. Apa saja dasar hukum dari Corporate Social Responsibility (CSR) ?
4. Bagaimana hubungan antara Etika Bisnis dan CSR?
5. Apa yang menjadi tantangan dalam melakukan CSR?
6. Bagaimana implementasi Corporate Social Responsibility di Indonesia ?
7. Bagaimana perencanaan CSR pada perusahaan tambang di Indonesia?

2
BAB II
MASALAH CSR DI INDONESIA

Keberadaan CSR di Indonesia memperoleh respon yang positif dari pemerintah.


Respon pemerintah ini terlihat dengan terbitnya kebijakan pemerintah melalui
Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003, yang mengharuskan
seluruh BUMN untuk menyisihkan sebagian labanya untuk pemberdayaan
masyarakat yang dikenal dengan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL), yang implementasinya ditindaklanjuti dengan Surat Edaran Menteri
BUMN, SE No 433/MBU/20033 yang merupakan petunjuk pelaksanaan dari
keputusan Menteri BUMN tersebut. Adanya UU No 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, yang di dalamnya memuat kewajiban perusahaan yang
mengeksplorasi sumber daya alam untuk melakukan CSR menjadi bukti
keseriusan perhatian pemerintah terhadap isu CSR. Di negara-negara maju, CSR
merupakan salah satu prasyarat bagi sebuah perusahaan untuk mendapatkan
pinjaman dari bank (Thai dan Chuang, 2014).
Di Indonesia konsep CSR bukan lagi menjadi sebuah wacana belaka,
melainkan sudah masuk ke dalam tatanan praktis. Sudah ada beberapa perusahaan
di Indonesia yang mulai mengimplementasikan program CSR dalam menjalankan
kegiatan bisnisnya. Sebagai contoh PT. TELKOM, program CSR PT. TELKOM
terfokus pada tujuh bidang utama, yaitu kemitraan, pendidikan, kesehatan,
bantuan kemanusiaan dan bencana alam, kebudayaan dan keadapan, layanan
umum, dan lingkungan. PT. Riaupulp sebuah perusahaan serat, bubur kertas, dan
kertas yang beroperasi di Riau memiliki beberapa program CSR, antara lain
Beasiswa 2007, Taman Bacaan Kampung, pembangunan Istana Sayap Pelalawan.
Sedangkan CSR yang dilakukan PT. Antam adalah pemberian bantuan modal
kerja untuk pengembangan usaha kecil, menengah, dan koperasi bagi masyarakat
sekitarnya.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bisnis dan Etika Bisnis.


Dari asal usul kata, Etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti adat
istiadat / kebiasaan yang baik. Perkembangan etika yaitu Studi tentang kebiasaan
manusia berdasarkan kesepakatan, menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang
menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) Etika adalah Nilai mengenai benar dan
salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Menurut Maryani & Ludigdo
(2001) Etika adalah Seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur
perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan
yang di anut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau profesi.
Bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada
konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis
dari bahasa Inggris business dari kata dasar busy yang berarti “sibuk” dalam
konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk
mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan. Di dalam
melakukan bisnis, kita wajib untuk memperhatikan etika agar di pandang sebagai
bisnis yang baik. Bisnis beretika adalah bisnis yang mengindahkan serangkaian
nilai-nilai luhur yang bersumber dari hati nurani, empati, dan norma. Bisnis dapat
disebut etis apabila dalam mengelola bisnisnya pengusaha selalu menggunakan
nuraninya. Apakah produk yang dijualnya baik? Apakah telah berpromosi dengan
tidak menipu serta apakah telah menggunakan praktik bisnis yang jujur? Etika
Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk
manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan
sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang
profesional.
Etika Bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan
juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis
secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada
kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat. Etika bisnis lebih luas
dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih
tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan
bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan
hukum.
Menurut Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance
Managemen Jouurnal (1988) yang berjudul Managerial Ethics Hard Decisions on
Soft Criteria, terdapat tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku
etika kita :
a. Utilitarian Approach: setiap tindakan harus didasarkan pada
konsekuensi nya. Oleh karena itu dalam bertindak seseorang
seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-
besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan
dan dengan biaya serendah-rendahnya.
b. Individual Rights Approach: setiap orang dalam tindakan dan kelakuan
nya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan
ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan
akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
c. Justice Approach: para pembuat keputusan mempunyai kedudukan
yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.
Etika bisnis dalam perusahaan terasa sangat penting saat ini karena untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi
serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi,
diperlukan suatu landasan yang kokoh. Biasanya dimulai dari perencanaan
strategis , organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh
budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara
konsisten dan konsekuen.
Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu
untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang
tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang
tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh. Tidak ada cara yang paling baik
untuk memulai penelahan hubungan antara etika dan bisnis selain dengan
mengamati, bagaimanakah perusahaan riil telah benar-benar berusaha untuk
menerapkan etika ke dalam bisnis.
Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika bisnis akan selalu
menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang,
karena:
a. Mampu mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya
friksi, baik intern perusahaan maupun dengan eksternal.
b. Mampu meningkatkan motivasi pekerja.
c. Melindungi prinsip kebebasan berniaga
d. Mampu meningkatkan keunggulan bersaing.

B. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social


Responsibility (CSR)
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility
(CSR) merupakan bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan perusahaan
melalui berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka penjagaan lingkungan,
norma masyarakat, partisipasi pembangunan, serta berbagai bentuk tanggung
jawab sosial lainnya. Menurut Marumi (2020), Tanggung jawab sosial perusahaan
adalah konsep yang didasarkan pada ide bahwa perusahaan seharusnya tidak
hanya mengejar keuntungannya sendiri tetapi juga harus mewaspadai dampak
aktivitas mereka terhadap masyarakat.
Perusahaan harus memikul tanggung jawab mereka untuk membangun yang
berkelanjutan masyarakat dan lingkungan. Tanggung jawab sosial perusahaan
adalah keputusan bisnis yang keras, bukan karena itu hal yang menyenangkan
untuk dilakukan atau karena orang memaksa kita untuk melakukannya, melainkan
karena itu baik untuk bisnis kita. Perusahaan yang memiliki pandangan strategis
menerapkan gagasan tanggung jawab sosial perusahaan yang tercermin dari
kinerja keuangannya yang positif dibandingkan dengan perusahaan yang tidak
menganggap CSR sebagai alat untuk meningkatkan laba. (Gheraia Z dkk., 2020).
Persepsi CSR berfungsi sebagai cerminan komitmen perusahaan untuk
mendukung komunitas/lingkungan disekitarnya (Balqiah et al., 2017). Dua
kondisi yang mengidentifikasikan perusahaan bertanggung jawab sosial yaitu, (1)
perusahaan tidak boleh secara sadar melakukan aktivitas yang merugikan
pemegang sahamnya; (2) dan jika mereka terekspos menyebabkan kerugian bagi
pemangku kepentingan mereka, perusahaan harus menyelesaikan dan
memprioritaskan masalah tersebut.
Ada beberapa pengertian CSR menurut para ahli, antara lain:
a. R.W. Griffin (2004) memberikan definisi tanggung jawab sosial sebagai
usaha suatu bisnis yang menyeimbangkan komitmennya terhadap
kelompok dan individu dalam lingkungannya yang meliputi konsumen,
bisnis lain, karyawan, dan investor.
b. Boove & kurtz (2002) mendefinisikan tanggung jawab sosial adalah
perorangan manajemen terhadap kewajibannya untuk
mempertimbangkan laba, kepuasan pelanggan, dan kesejahteraan sosial
sebagai nilai yang sepadan dalam mengevaluasi kinerja perusahaan.
c. Menurut Clement K. Sansat berpendapat bahwa Corporate Social
Responsibility (CSR) adalah komitmen usaha untuk bertindak secara
etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan
ekonomi bersama dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan
keluarganya, masyarakat lokal dan masyarakat secara lebih luas.
Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa pada dasarnya CSR
merupakan cita-cita perwujudan tanggung jawab sosial perusahaan dalam bentuk
tindakan yang berdasarkan etika dengan tujuan untuk meningkatkan ekonomi
secara berkelanjutan disertai peningkatan kualitas hidup karyawan beserta
keluarganya, sekaligus peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar dan
masyarakat pada umumnya.

C. Dasar Hukum Corporate Social Responsibility


CSR bukan merupakan hal yang baru diatur dalam peraturan perundang-
undangan di Indonesia. Sejumlah peraturan perundang-undangan, termasuk yang
bersifat sektoral, telah mengatur mengenai CSR tersebut. Berikut adalah beberapa
regulasi tersebut:
a.Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Konsep
CSR yang terdapat dalam UU Perseroan Terbatas juga mencakup
lingkungan. Jadi, secara resmi, UU ini menggunakan istilah Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). UU ini mengatur kewajiban bagi
perseroan yang berkaitan dengan sumber daya alam untuk melaksanakan
tanggung jawab sosial dan lingkungan. Pasal 74 ayat (1) UU PT berbunyi,
“Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan.” Apabila ketentuan ini tidak dijalankan, maka ada
sanksi yang akan dijatuhkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b.Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas Pemerintah menerbitkan PP No.
47 Tahun 2012 sebagai peraturan pelaksana dari Pasal 74 UU PT di atas. PP
No. 47 Tahun 2012 yang ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono ini hanya berisi sembilan pasal. Salah satu yang diatur adalah
mekanisme pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan perseroan.
Pasal 4 ayat (1) PP No. 47 Tahun 2012 menyebutkan, “Tanggung jawab
sosial dan lingkungan dilaksanakan oleh Direksi berdasarkan rencana kerja
tahunan Perseroan setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau
RUPS sesuai dengan anggaran dasar Perseroan, kecuali ditentukan lain
dalam peraturan perundang-undangan.”
c.Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal UU
Penanaman Modal juga menyelipkan satu pasal yang mengatur CSR. Pasal
15 huruf b berbunyi: “Setiap penanam modal berkewajiban: melaksanakan
tanggung jawab sosial perusahaan.” Penjelasan Pasal 15 huruf
menambahkan bahwa yang dimaksud dengan “tanggung jawab sosial
perusahaan” adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan
penanam modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang,
dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat
setempat.
d.Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi UU
Minyak dan Gas Bumi memang tidak secara tersurat mengatur tanggung
jawab sosial perusahaan. Namun, bila dibaca secara seksama, ada satu
aturan yang secara tersirat menyinggung mengenai CSR. Ketentuan itu
adalah Pasal 11 ayat (3) huruf p, yang berbunyi, “Kontrak Kerja Sama
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memuat palin sedikit
ketentuan-ketentuan pokok yaitu: pengembangan masyarakat sekitarnya dan
jaminan hak-hak masyarakat adat.”
e.Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara. UU Minerba tidak menyebut tanggung jawab sosial secara
tersurat, tetapi menggunakan istilah program pengembangan dan
pemerdayaan masyarakat. Pasal 108 ayat (1) UU Minerba menyebutkan
bahwa “Pemegang IUP (Izin Usaha Pertambangan) dan IUPK (Izin Usaha
Pertambangan Khusus) wajib menyusun program pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat.” Pasal 1 angka 28 UU Minerba mendefinisikan
pemberdayaan masyarakat sebagai “usaha untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat, baik secara individual maupun kolektif, agar menjadi lebih baik
tingkat kehidupannya.”
f. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara PP No. 23 Tahun 2010
merupakan aturan pelaksana dari UU Minerba. PP ini menjelaskan lebih
lanjut mengenai pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang telah
disinggung oleh UU Minerba. Ada satu bab khusus, yakni BAB XII, yang
terdiri dari empat pasal yang mengatur pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat. Salah satunya adalah Pasal 108 yang berbunyi, “Setiap
pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi wajib
menyampaikan laporan realisasi program pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat setiap 6 (enam) bulan kepada menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.” Pelanggaran terhadap
kewajiban ini dapat dikenakan sanksi administratif.
g.Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi UU Panas
Bumi juga memiliki satu pasal yang mengatur mengenai tanggung jawab
sosial perusahaan. UU ini menyebutkan istilah tanggung jawab sosial
perusahaan dan pengembangan masyarakat sekaligus. Pasal 65 ayat (2)
huruf b berbunyi: “Dalam pelaksanaan pelenyelenggaraaan Panas Bumi
masyarakat berhak untuk: memperoleh manfaat atas kegiatan pengusahaan
Panas Bumi melalui kewajiban perusahaan untuk memenuhi tanggung jawab
sosial perusahaan dan/atau pengembangan masyarakat sekitar.”
h.Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin
Setidaknya ada dua pasal yang menyinggung CSR dalam UU No. 13 Tahun
2011. Pertama, Pasal 36 ayat (1) huruf c yang menyatakan bahwa salah satu
sumber pendanaan dalam penanganan fakir miskin, adalah dana yang
disisihkan dari perusahaan perseroan. Ketentuan ini ditegas oleh Pasal 36
ayat (2) yang berbunyi, “Dana yang disisihkan dari perusahaan perseroan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c digunakan sebesar-besarnya
untuk penanganan fakir miskin.” Selain itu, ada pula Pasal 41 yang
menggunakan istilah pengembangan masyarakat. Pasal 41 ayat (3)
menjelaskan bahwa pelaku usaha berperan serta dalam menyediakan dana
pengembangan masyarakat sebagai perwujudan dari tanggung jawab sosial
terhadap penanganan fakir miskin.

D. Hubungan Antara Etika Bisnis dan CSR


Kebijakan etika yang baik diperlukan bagi perusahaan agar CSR dapat
berhasil dilaksanakan. Oleh karena itu, perusahaan yang menganut kebijakan etika
tertinggi harus mengkomunikasikan dengan jelas kode etik yang kuat dan
kontemporer kepada karyawan yang dilatih secara formal di dalamnya dan
diundang untuk menghadapi tantangan etika.Praktik yang tidak etis dan teliti
selalu membutuhkan spiritualitas dan dukungan etis dari manajemen. Kebijakan
etika berkaitan dengan penyediaan jaminan penting untuk semua hubungan
berbasis kepercayaan. Ini tidak hanya mengatur perilaku bisnis dan tindakan
pribadi, tetapi juga menawarkan bentuk batasan tanggung jawab yang penting. Ini
merupakan janji kinerja organisasi yang implisit terhadap standar yang ditetapkan
apakah inspirasional atau disiplin. Kebijakan ini dapat mendorong perbedaan
pendapat yang sah oleh mereka yang bertentangan dengan kinerja organisasi
terhadap standar yang ditetapkan Karena perhatian yang melekat pada norma dan
kebijakan etika (Gheraia et.al, 2019).
Manajer dan pemimpin perlu memahami bahwa kebijakan etika dan integritas
yang memberikan ekspresi penting bagi organisasi. Manajer yang ingin karyawan
berperilaku etis harus menunjukkan sendiri praktik pengambilan keputusan yang
etis. Manajer perusahaan memainkan peran penting dalam membangun nada etika
perusahaan. Jika manajer berperilaku seolah-olah satu-satunya hal yang penting
adalah laba, karyawan cenderung bertindak dengan cara yang sama. Standar etika
tentu memiliki implikasi signifikan atas peran mereka sebagai penjaga gerbang
dalam kaitannya dengan standar tersebut.

E. Tantangan dalam Melakukan CSR


Secara umum, ada dua pendorong utama CSR, kebijakan publik dan strategi
bisnis, tetapi jumlah penggeraknya sama banyaknya dengan jumlah perusahaan
yang ada. Karena perusahaan beroperasi di dalam dan di antara masyarakat, wajar
jika mereka menyadari tuntutan dan kepentingan publik. Ini berarti bahwa bisnis
memiliki ekspektasi yang lebih besar untuk memberikan hasil yang positif sambil
mengurangi efek dari hasil negatif, yang akan mempengaruhi publik
Menurut Ahmadian dan Khosrowpour (2017), tanggung jawab sosial
perusahaan biasanya berbeda dari wilayah ke wilayah dan dari industri ke industry
karena perusahaan dapat beroperasi di wilayah geografis yang berbeda dan
berbagai industry. Hal ini menjadi tantangan besar bagi perusahaan dalam
melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Dengan cara ini, CSR dan tanggung
jawab terhadap lingkungan menjadi hal yang besar dan penting bagi perusahaan
mana pun saat ini. Sebagai keuntungan bagi masyarakat dan bisnis, adalah
mungkin untuk menghadapi kebutuhan dan harapan publik yang berubah,
kewajiban moral, sumber daya yang terbatas, lingkungan sosial yang lebih baik,
dan sebagainya.
Terlepas dari pentingnya CSR bagi bisnis dan masyarakat, beberapa pemilik
bisnis terkadang tidak menerima untuk berpartisipasi dalam bertanggungjawab
social karena beberapa alasan, seperti adanya kebutuhan untuk memaksimalkan
keuntungan, biaya partisipasi social, kurangnya keterampilan sosial, kurangnya
akuntabilitas perusahaan dan ketidakmampuan perusahaan untuk membuat pilihan
etis.

F. Perencanaan CSR pada Perusahaan Tambang di Indonesia


Pemilihan program yang dikategorikan sebagai program strategis ini
merupakan ekstraksi dari hasil akhir studi yang umumnya dilakukan oleh
perusahaan tambang, yaitu pemetaan sosial, pemetaan pemangku kepentingan dan
penilaian kebutuhan masyarakat yang dilakukan antar kurun waktu tertentu.
Selain itu juga dilakukan kajian kesesuaiannya dengan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) kabupaten di masing-masing wilayah
operasional perusahaan. Selain itu tentu juga dengan memasukkan pertimbangan
strategi bisnis perusahaan, isu strategis yang dihadapi perusahaan beserta
ketersediaan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan untuk menjalankan
program strategis tersebut.
Program strategis yang direkomendasikan diharapkan dapat menjawab
kepentingan para pihak, yaitu:
a. sejalan dengan rencana dan prioritas pembangunan daerah setempat;
b. sesuai dengan kebutuhan masyarakat tempatan;
c. dapat menjawab isu strategis yang dihadapi perusahaan dan menunjang
pencapaian tujuan bisnis perusahaan.
Selain itu, program pengembangan masyarakat Perusahaan tambang juga
didorong agar selalu dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku
saat ini di wilayah Indonesia dari tingkat pusat sampai daerah, regulasi yang
spesifik berlaku untuk industri perkebunan beserta norma lainnya, baik norma
internasional maupun nasional.
Oleh karenanya, perusahaan tambang dapat memfokuskan pelaksanaan
program pengembangan masyarakatnya pada beberapa prioritas bidang yang
dianggap strategis, yaitu:
1) Peningkatan kualitas dan layanan pendidikan masyarakat
2) Peningkatan akses dan layanan kesehatan
3) Peningkatan pendapatan masyarakat tempatan
4) Peningkatan kualitas lingkungan hidup
5) Penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat
6) Pelestarian sosial budaya masyarakat
Berkenaan dengan kelompok sasaran yang menjadi prioritas untuk
mendapatkan manfaat dari program tersebut adalah kelompok komunitas rentan,
yaitu komunitas keluarga miskin, kelompok rentan dalam kesehatan (ibu dan
anak), komunitas adat dan adat terpencil, kelompok remaja dan pemuda
pengangguran dan kelompok masyarakat lainnya, seperti pengurus kelembagaan
social ekonomi masyarakat dan kelembagaan formal desa.

Bidang Pendidikan
Amanah dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menekankan pentingnya peran serta masyarakat dalam pendidikan (Bab XV pasal
54 ayat 1, dan 2). Pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan
sekolah, tetapi juga menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang
tua, dan masyarakat. Tanggung jawab masyarakat dalam meningkatkan mutu
pendidikan tidak boleh diabaikan. Tanpa dukungan masyarakat, pendidikan tidak
akan berhasil secara optimal.
Perkembangan pendidikan di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di daerah
dimana perusahaan tambang beroperasi, telah mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun. Hal tersebut tidak terlepas dari adanya kebijakan pendidikan nasional
maupun kebijakan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah (Pemda) untuk
memberikan dukungan melalui upaya pemerataan akses dan peningkatan mutu
pendidikan. Di beberapa wilayah bahkan sudah memberlakukan kebijakan sekolah
gratis, dan siswa hanya membayar beberapa komponen di luar yang ditanggung
pemerintah seperti transportasi dan akomodasi. Dalam hal ini, Perusahaan
tambang sudah memberikan berbagai kontribusi sosial untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di berbagai wilayah operasionalnya.
Akan tetapi masih ada sejumlah permasalahan yang memerlukan dukungan
semua pihak untuk diselesaikan. Secara umum beberapa permasalahan yang
dihadapi oleh masyarakat di wilayah operasional perusahaan antara lain: 1) Sarana
fisik berupa ruang belajar, gedung, dan pendukung pembelajaran masih sangat
minim; 2) Kurangnya tenaga pengajar, baik kualitas, kuantitas maupun insentif
yang diberikan; 3) Kesadaran dan atau keterlibatan masyarakat pada proses
penyelenggaraan pendidikan masih rendah; 4) manajemen pengelolaan sekolah
yang masih belum memenuhi standar; 5) kurangnya sarana belajar alternatif selain
sekolah di komunitas; dan 6) Sulitnya akses transportasi ke sekolah. Oleh karena
itu, program strategis dalam bidang pendidikan yang hendak didukung oleh
perusahaan tambang dalam mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional di
berbagai wilayah operasionalnya meliputi:
1) Kontribusi untuk peningkatan akses dan pemerataan kesempatan
pendidikan;
2) Kontribusi terhadap peningkatan mutu pendidikan;
3) Kontribusi terhadap relevansi dan daya saing pendidikan

Bidang Kesehatan
Pengembangan masyarakat dalam bidang kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya,
khususnya pemerintah dalam upaya melakukan pencegahan dan promotif untuk
menekan angka kesakitan yang ada di masyarakat. Pembangunan kesehatan
sebagaimana tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang berkualitas dan memiliki daya
saing global.
Prioritas pembangunan kesehatan lebih mengutamakan pada upaya preventif
dan promotif tanpa meninggalkan upaya kuratif dan rehabilitasi sehingga
diharapkan setiap masyarakat dapat memperoleh derajat kesehatan yang lebih
baik. Sejalan dengan tujuan tersebut maka pembangunan kesehatan di berbagai
wilayah operasional perusahaan lebih diarahkan pada upaya peningkatan akses
dan layanan kesehatan, peningkatan kualitas layanan kesehatan masyarakat,
peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat serta peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan gratis.
Dalam jangka panjang program kesehatan mempunyai target untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan, mendorong pola
konsumsi gizi berimbang khususnya untuk ibu dan anak, serta penyediaan sanitasi
dan kebersihan lingkungan. Dukungan perusahaan terhadap pembangunan
kesehatan mempertimbangkan kerangka kebijakan kesehatan di tingkat pusat dan
daerah, salah satunya rekomendasi dalam National Summit (2009) tentang 4
(empat) isu pokok pembangunan kesehatan, yaitu: 1) Peningkatan pembiayaan
kesehatan untuk memberikan jaminan kesehatan masyarakat; 2) Peningkatan
kesehatan masyarakat untuk mempercepat pencapaian target MDG’s; 3)
pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana;
dan 4) Peningkatan ketersediaan, pemerataan, dan kualitas tenaga kesehatan
terutama di Daerah Tertinggal Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTTPK).
Program strategis yang didorong Perusahaan tambang dalam upaya
mendukung peningkatan kualitas kesehatan dasar di sekitar wilayah
operasionalnya meliputi:
1) Peningkatan akses layanan kesehatan dasar bagi masyarakat miskin;
2) Peningkatan status kesehatan & gizi ibu dan balita;
3) Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat
4) Dukungan terhadap peningkatan kualitas layanan kesehatan;

Bidang Ekonomi (Livelihood)


Pengembangan ekonomi lokal dan pengembangan sumber-sumber
penghidupan masyarakat merupakan hal yang esensial untuk dilakukan dalam
program pengembangan masyarakat. Pengembangan ekonomi lokal dilakukan
dalam rangka untuk penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat dan
meningkatkan penghasilan atau sumber pendapatan bagi masyarakat, khususnya
masyarakat miskin dan rentan.
Di beberapa wilayah operasional perusahaan tambang, tingkat pengangguran
juga relatif tinggi yang tentunya sangat berpengaruh terhadap pencapaian
kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan pada suatu wilayah atau
daerah.Sebagian besar anggota masyarakat yang masih menganggur mempunyai
harapan agar bisa dipekerjakan sebagai karyawan atau pekerja perusahaan
tambang.
Kehadiran perusahaan tambang secara langsung dan tidak langsung
mendorong terbukanya peluang lapangan kerja baru terutama terkait langsung
dengan operasional perkebunan serta perdagangan dan penyediaan jasa.
Umumnya anggota masyarakat khususnya kalangan pemuda kurang tertarik untuk
bekerja di sektor pertanian karena dianggap kurang menguntungkan. Perusahaan
tambang dapat membantu pemerintah daerah untuk memperluas kesempatan kerja
dengan cara meningkatkan kegiatan ekonomi melalui penyediaan mata
pencaharian baru.
Beberapa program strategis yang dapat didukung perusahaan tambang
berkenaan dengan kontribusi terhadap dukungan pengembangan ekonomi
masyarakat miskin dan kelompok rentan lainnya di wilayah operasional
perusahaan meliputi:
1) Program peningkatan produktivitas pertanian, khususnya perkebunan;
2) Pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah; dan
3) Peningkatan pendapatan rumah tangga miskin dan kelompok rentan.

Lingkungan
Lingkungan yang bersih dan asri dapat memberikan kenyamanan bagi
masyarakat yang tinggal di suatu wilayah. Oleh karena itu, upaya yang sistematis
untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan asri merupakan suatu hal yang
harus diupayakan semua pihak. Wilayah operasional perusahaan tambang yang
terletak di daerah-daerah dengan tingkat kesadaran yang rendah terhadap
kebersihan dan pelestarian lingkungan, memerlukan upaya tersendiri untuk
mendorong masyarakat agar memiliki tingkat kesadaran yang tinggi terhadap
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan termasuk sungai dan bantaran sungai,
melestarikan lingkungan dan pengembangan kapasitas kader lingkungan.
Berkenaan dengan adanya permasalahan lingkungan yang ada di sekitar
wilayah operasional perusahaan tambang, maka perusahaan mendorong program
strategis dalam bidang lingkungan, yang meliputi hal sebagai berikut:
1) Pengurangan tingkat kerusakan lingkungan, dengan melakukan konservasi
sungai dan pesisir, pendidikan lingkungan hidup dan kontribusi untuk
kelompok peduli lingkungan; dan
2) Peningkatan kesadaran masyarakat melalui pengelolaan sampah berbasis
masyarakat, pelatihan kader lingkungan dan permlombaan kampung asri.

Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Masyarakat


Program pengembangan masyarakat merupakan upaya sistematis untuk
memandirikan kelompok masyarakat yang dianggap masih tidak berdaya, agar
bisa menuju kemandirian, baik secara ekonomi, sosial dan aspek individual
lainnya. Untuk itu diperlukan peran serta banyak pihak dalam proses pelaksanaan
program pengembangan masyarakat tersebut, baik dari pihak pemerintah maupun
lembaga sosial kemasyarakatan.
Berkenaan dengan hal tersebut, penting bagi perusahaan tambang untuk
melakukan peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat, baik kelembagaan
formal maupun kelembagaan informal. Hal itu adalah dalam rangka untuk
menyamakan persepsi diantara pelaku program, sehingga memudahkan di dalam
pencapaian tujuan dari pelaksanaan program pengembangan masyarakat.
Atas dasar hal tersebut, perusahaan tambang berupaya untuk memberikan
kontribusi dalam peningkatan kapasitas kelembagaan di mana perusahaan
beroperasi. Perusahaan juga hendak mendorong adanya kemitraan tiga pihak
antara perusahaan, pemerintah daerah dan masyarakat di dalam pelaksanaan
beberapa program pengembangan masyarakat. Oleh karenanya, sinergitas antara
pemerintah setempat, di tingkat desa dan kecamatan, dengan perusahaan
merupakan hal yang mutlak untuk diwujudkan dengan sebaik-baiknya. Terkait
dengan hal tersebut, ada kemungkinan terdapat hambatan-hambatan di dalam
proses kemitraan tersebut. Namun demikian, adanya kemitraan tersebut harus
terus diupayakan agar tujuan program dapat dicapai.
Program strategis yang didorong perusahaan tambang terkait dengan upaya
peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat meliputi:
1) Dukungan terhadap peningkatan kapasitas kelembagaan sosial ekonomi
komunitas, khususnya berkenaan dengan pengembangan kapasitas
koperasi mitra kerja Perusahaan tambang, peningkatan tata kelola
kelembagaan sosial ekonomi masyarakat dan fasilitasi pengurusan aspek
legal kelembagaan mitra kerja dalam program pengembangan
masyarakat; dan
2) Dukungan terhadap peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintahan
desa dan adat, khususnya berkenaan dengan pengembangan tata kelola
pemerintahan yang baik di tingkat desa dan kecamatan, pendampingan
untuk penguatan kapasitas staf desa dan kontribusi terhadap peningkatan
kualitas sarana prasarana komunitas.

Sosial Budaya
Keberadaan perusahaan di suatu wilayah hampir dipastikan akan mendorong
munculnya gelombang pendatang dari berbagai daerah. Sebagian besar pendatang
mempunyai tujuan untuk menjadi pekerja perusahaan atau untuk menyediakan
berbagai barang dan jasa yang diperlukan oleh perusahaan. Tak terkecuali di
daerah di mana perusahaan tambang beroperasi, juga banyak pendatang yang
bermigrasi setelah perusahaan beroperasi. Jika hal ini tidak diantisipasi dengan
baik, maka dapat menimbulkan permasalahan baru, seperti budaya atau adat
masyarakat lokal semakin tergerus dengan budaya dan adat masyarakat
pendatang. Sehingga masyarakat menjadi kehilangan identitas asli komunitasnya.
Di satu sisi, perusahaan juga penting untuk tetap bisa menjalin hubungan yang
konstruktif dengan seluruh pemangku kepentingan di sekitar wilayah operasional,
termasuk dan terutama dengan masyarakat. Pembinaan hubungan tersebut dapat
dilakukan melalui berbagai media yang bisa dijadikan sebagai sarana pembinaan
hubungan, baik formal maupun informal. Pendekatan sosial, keagamaan, adat
budaya, dan formal institusional dapat dilakukan sesuai dengan kondisi yang ada
dan kesesuaian dengan strategi perusahaan.
Berkenaan dengan hal itu, maka pelaksanaan program pengembangan
masyarakat yang dilakukan Perusahaan tambang, khususnya dalam bidang sosial
budaya hendaknya diarahkan pada beberapa hal berikut:
1) Kontribusi yang mendorong terpeliharanya tatanan adat masyarakat
setempat; dan
2) Kontribusi yang mendukung terjadinya proses pembinaan hubungan
antara perusahaan dengan pemangku kepentingan, khususnya
masyarakat.
BAB III
PENUTU
P

A. KESIMPULAN
CSR merupakan tanggung jawab sosial dari perusahaan pada dasarnya
memiliki konsep dengan visi yang sama yang untuk pembangunan yang
berkelanjutan. Konsep yang dikembangkan disesuiakan dengan dimensi-dimensi
yang ingin diterapakan oleh perusahaan. berbicara tentang visi keberlanjutan dari
CSR, hal ini berkaitan dengan proses-proses yang menjadi tahapan yang harus
dilewati oleh perusahaan. Misalnya dari segi CSR untuk pemeberdayaan
masyarakat penerapan CSR dimulai dari pengokohan perusahaan untuk mencapai
keberhasilan dari segi finansial, kemudian ekonomi, sehingga dapat berdampak
pada sosial dan lingkungan. Sementara itu, adanya isue-isue yang berkembang
dalam penerapan CSR ini juga menjadi hal yang perlu diantisipasi terlebih jika
isue yang dimaksud lebih kepada pemaksimalan dampak negatif adanya.
Perencanaan CSR pada perusahaan pertambangan pada dasarnya ditujukan
untuk menyusun panduan yang komprehensif bagi pelaksanaan kegiatan CSR
serta menjadi arahan yang jelas mengenai sasaran, target, dan program yang akan
dilaksanakan selama kurun waktu yang cukup panjang. Melalui proses
perencanaan ini, diharapkan kegiatan CSR dapat sesuai dengan tujuan jangka
panjang perusahaan serta mendorong untuk tercapainya keberlanjutan. Strategi
kegiatan CSR industri pertambangan saat ini telah diarahkan melalui prinsip
keterlibatan dari seluruh pemangku kepentingan (stakeholders inclusivity) dan
pengembangan masyarakat (community development). Dalam hal ini program
CSR dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan yang
disesuaikan dengan kemampuan perusahaan, termasuk menghormati hak
komunitas, mengetahui karakteristik komunitas dalam berinteraksi, mendorong
adanya kemitraan mutualistik dengan pemangku kepentingan dan berinvestasi
sosial guna mencapai kemandirian masyarakat.
B. SARAN
CSR sangat bermanfaat untuk masyarakat dan dapat meningkatkan image
perusahaan. Jadi, seharusnya dunia usaha tidak memandang CSR sebagai suatu
tuntutan represif dari masyarakat, melainkan sebagai kebutuhan dunia
usaha.Untuk melaksanakan CSR perusahaan harus mengakui bahwa permasalahan
masyarakat adalah milik mereka juga. Tidak hanya itu, perusahaan juga harus
bersedia menanganinya. Hanya dengan mengakui masalah apa yang ada di
masyarakat dan itu menjadi bagian mereka, maka CSR lebih mudah dilakukan.
Sebab suatu rencana strategis di belakang program-program CSR bisa jadi akan
memberi kontribusi bagi pengurangan kemiskinan dan ketidakadilan sosial di
Republik ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadian, A. & Khosrowpour, S. (2017). Corporate Social Responsibility: Past,


Present, and Success Strategy for the Future. Journal of Service Science , 10, 2.

Balqiah, T. E., Elevita Y., Rifelly D. A., & Nurdin S. (2017). Corporate Social
Responsibility: Linkage Business Performance And Social Performance. The
South East Asian Journal of Management, 11(2), 120-141.

Hasyir, D. A. (2016). Perencanaan CSR pada Perusahaan Pertambangan:


Kebutuhan untuk Terlaksananya Tanggungjawab Sosial yang Terintegrasi dan
Komprehensif. Jurnal Akuntansi, 8(1), 105-118.

Gherai, Z., Sawssan S. & Hanane A. A. (2019). Business Ethics and Corporate
Social Responsibility: Bridging the Concepts. Open Journal of Business and
Management, 7, 2020-2029.

Godfrey A. , Dr. John B. A., & Aboteyure R. A. (2016). Business Ethics and
Corporate Social Responsibility For Business Success And Growth. European
Centre for Research Training and Development UK, 4(6), 26-42.

Marumo, K. (2020). Corporate Social Responsibility. Journal of Orthopaedic


Science, 25(2), 205.

Rice. (2017). Corporate Social Responsibility Disclosure : Between Profit And


Ethics. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil, 7(1), 109-118.

Włodzimierz, S. & Szántó, R. (2018). Corporate Social Responsibility and


Business Ethics in Controversial Sectors: Analysis of Research Results. Journal of
Entrepreneurship. Management and Innovation, 14, 111-126.

Anda mungkin juga menyukai