Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

AUDITING 2

Tentang :

AUDIT SEKTOR PUBLIK

Disusun oleh :

Nama/NIM : Vivi Diana / 2016122023

Sri Ayuni / 2017122028

Heppy / 2017122029

Dosen Pengampu : Isfa Rizki Nur Febrinita, S.E., M.Ak.

UNIVERSITAS UNIVERSAL

FAKULTAS BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji Syukur penyusun panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat dan Karunia-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah
tentang AUDIT SEKTOR PUBLIK. Pada kesempatan ini, penyusun ingin
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Isfa Rizki Nur Febrinita, S.E., M.Ak., selaku Dosen Mata Kuliah
Auditing 2.
2. Teman-teman pihak penyusun yang telah memberikan arahan dan
dukungan kepada penyusun dalam menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat membuka wawasan bagi pembaca. Penyusun juga
menyadari sepenuhnya, bahwa penyusunan makalah ini belum sempurna secara
penulisan. Maka dari hal tersebut, penyusun mengucapkan permohonan maaf
apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan dan kesalahan dalam pengetikan
dan penyusunan kata-kata. Penyusun juga berharap adanya kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan makalah yang telah penyusun buat untuk masa yang
akan datang.

Terima Kasih.

Batam, 12 November 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4

2.1 TEORI AUDIT SEKTOR PUBLIK ................................................................... 4

2.1.1 Definisi Audit Sektor Publik ....................................................................... 4

2.1.2 Regulasi dalam Audit Sektor Publik ........................................................... 5

2.1.3 Audit Sektor Publik dan Audit Sektor Bisnis ............................................. 6

2.1.4 Jenis-jenis Audit Sektor Publik ................................................................... 7

2.1.5 Audit Keuangan Sektor Publik ................................................................... 9

2.2 SISTEM AUDIT KEUANGAN SEKTOR PUBLIK ....................................... 11

2.3 SIKLUS AUDIT KEUANGAN SEKTOR PUBLIK ........................................ 19

2.3.1 Perencanaan Audit Keuangan ................................................................... 20

2.3.2 Penetapan Regulasi Audit Keuangan ........................................................ 20

2.3.3 Penyusunan Perencanaan Audit Tahunan oleh Lembaga Auditor ............ 20

2.3.4 Temu Rencana Audit Tahunan.................................................................. 21

2.3.5 Penerbitan Regulasi tentang Tim dan Kebijakan Audit Tahunan ............. 21

2.3.6 Penerimaan Regulasi Organisasi yang Akan Diaudit ............................... 21

2.3.7 Survei Awal Karakter Industri/Organisasi yang Akan Diaudit ................. 21

2.3.8 Pembuatan Program Audit ........................................................................ 21

ii
2.3.9 Penerbitan Surat Tugas Audit ................................................................... 21

2.3.10 Pelaksanaan Audit Keuangan.................................................................... 22

2.3.11 Pembuatan Daftar Temuan........................................................................ 23

2.3.12 Pembicaraan Awal tentang Daftar Temuan .............................................. 24

2.3.13 Penyusunan Draft Laporan Hasil Pemeriksaan ......................................... 24

2.3.14 Pembahasan Draft Laporan Hasil Pemeriksaan dengan Organisasi yang


Diaudit 24

2.3.15 Penyelesaian Laporan Hasil Pemeriksaan ................................................. 24

2.3.16 Tindak Lanjut Temuan Laporan Hasil Pemeriksaan ................................. 24

2.3.17 Penerbitan Laporan Hasil Pemeriksaan .................................................... 25

2.4 TEKNIK AUDIT KEUANGAN SEKTOR PUBLIK ....................................... 25

2.5 CONTOH PRAKTEK AUDIT SEKTOR PUBLIK DI ORGANISASI ........... 29

SEKTOR PUBLIK........................................................................................................ 29

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 35

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 35

3.2 Saran ................................................................................................................. 35

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 36

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selama ini sektor publik tidak luput dari tudingan sebagai sarang
korupsi, kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara.
Keluhan “birokrat tidak mampu berbisnis” ditujikan untuk mengkritik
buruknya kinerja perusahaan-perusahaan sektor publik. Pemerintah
sebagai salah satu organisasi sektor publik pun tidak luput dari tudingan
ini. Organisasi sektor publik pemerintah merupakan lembaga yang
menjalankan roda pemerintahan yang sumber legitimasinya berasal dari
masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat
kepada penyelenggara pemerintahan haruslah diimbangi dengan adanya
pemerintahan yang bersih.
Pemerintahan yang bersih atau good governance ditandai dengan
tiga pilar utama yang merupakan elemen dasar yang saling berkaitan.
Ketiga elemen dasar tersebut adalah Partisipasi, Transparansi, dan
Akuntabilitas. Suatu pemenrintahan yang baik harus membuka pintu yang
seluas-luasnya agar semua pihak yang terkait dalam pemerintah tersebut
dapat berperan serta atau berpartisipasi secara aktif, Jalannya pemerintah
harus diselenggarakan secara transparan dan pelaksanaan pemerintahan
tersebut harusa dapat dipertanggungjawabkan. Dalam bahasa akuntansi,
akuntabilitas (kemampuan memberikan pertanggungjawaban) merupakan
dasar dari pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan pemerintah tersebut
memegang peran yang penting agar dapat memenuhi tugas pemerintahan
yang dapat dipertangungjawabkan kepada masyarakat dalam suatu
masyarakat yang demokratis.
Dalam negara demokratis, “Pelaporan keuangan yang transparan”
merupakan sesuatu yang dituntut oleh rakyat kepda pemerintahnya.
Sebaliknya, dalam negara demokrasi, pemerintah berkewajiban
memberikan laporan keuangan yang transparan kepada rakyat. Pemerintah

1
demokratis harus bertanggung jawab atas integritas, kinerja, dan
kepengurusan, sehingga pemerintah harus menyediakan informasi yang
berguna untuk menaksir akuntabilitas serta membantu dalam pengambilan
keputusan ekonomi, sosial, dan politik. Seiring dengan munculnya
tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor publik mempertahankan
kualitas, profesionalisme, dan akuntabilitas publik serta value for money
dalam menjalankan aktivitasnya serta untuk menjamin dilakukannya
pertanggungjawaban publik oleh organisasi sektor publik, maka
diperlukan audit terhadap organisasi sektor publik tersebut. Audit yang
dilakukan tidak hanya terbatas pada audit keuangan dan kepatuhan, namun
perlu diperluas dengan melakukan audit terhadap kinerja organisasi sektor
publik tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan audit sektor publik?
2. Apa saja regulasi dalam pelaksanaan audit sektor publik?
3. Apa perbedaan dan persamaan audit sektor publik dan audit sektor
swasta?
4. Apa saja jenis-jenis audit sektor publik?
5. Apa itu audit keuangan sektor publik?
6. Apa saja sistem audit keuangan sektor publik?
7. Bagaimana siklus audit keuangan sektor publik itu?
8. Apa saja teknik audit keuangan sektor publik?
9. Apa saja contoh praktek audit sektor publik di organisasi?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari audit sektor publik.
2. Untuk mengetahui regulasi yang harus ditaati dalam audit sektor
publik.
3. Memahami atas persamaan dan perbedaan antara audit sektor publik
dan audit sektor swasta.
4. Mengetahui jenis-jenis audit sektor publik.

2
5. Memahami pengertian dari audit keuangan sektor publik.
6. Memahami sistem yang dijalankan dalam audit keuangan sektor
publik.
7. Memahami siklus dari audit siklus audit keuangan sektor publik.
8. Memhami teknik apa saja yang diterapkan dalam audit keuangan
sektor publik.
9. Lebih memahami audit keuangan sektor publik dalam contoh praktek
di organisasi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TEORI AUDIT SEKTOR PUBLIK


2.1.1 Definisi Audit Sektor Publik
Telah menjadi pembicaraan luas bahwa auditing merupakan suatu
investigasi independen terhadap beberapa aktivitas khusus. Mekanisme
audit merupakan suatu mekanisme yang dapat menggerakan makna
akuntabilitas dalam pengelolaan sektor pemerintahan, Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) atau instansi pengelola aset Negara, serta organisasi sektor
publik lainnya seperti Yayasan, LSM, dan Partai Politik. Meskipun hanya
memiliki pengertian yang tepat ketika digunakan dalam modifikasi yang
terbatas, namun untuk auditing pajak atau pun auditing keuangan, satu
definisi umum dapat dikemukan sebagai berikut :
“Suatu proses sistematik yang secara objektif terkait evaluasi bukti-bukti
berkenaan dengan asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi guna
memastikan derajat atau tingkat hubungan antara asersi tersebut dengan
kriteria yang ada, serta mengomunikasikan hasil yang diperoleh kepada
pihak-pihak yang berkepentingan”. (Auditing Concepts Committee,
“Report of the Committee on Basic Auditing Concepts,” The Accounting
Review. Vol 47, Supp. 1972, hal 18).
Dari definisi tersebut, beberapa bagian perlu mendapat perhatian (lihat
Gambar 11.1) yaitu :
(1) Proses Sistematik – Audit merupakan aktivitas terstruktur yang
mengikuti suatu urutan yang logis.
(2) Objektivitas – Hal ini berkaitan dengan kualitas infornasi yang
disediakan serta kualitas orang yang melakukan audit. Secara esensial,
Objektivitas berarti bebas dari prasangka (freedom from bias).
(3) Penyediaan dan Evaluasi Bukti – Hal ini berkaitan dengan pengujian
yang mendasari dukungan terhadap asersi ataupun representasi.

4
(4) Asersi tentang Kegiatan dan Kerjadian Ekonomi – Hal ini merupakan
deskripsi yang luas tentang subyek permasalahan yang diaudit. Asersi
merupakan proporsi yang secara esensial dapat dibuktikan atau tidak
dapat dibuktikan.
(5) Derajat Hubungan Kriteria yang Ada – Hal ini berarti suatu audit
memberika kecocokan antara asersi dan kriteria yang ada.
(6) Mengomunikasikan Hasil – Secara sederhana, agar bermanfaat hasil
audit perlu dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Komunikasi dapat dilakukan baik secara lisan maupun tertulis.

Proses sistematik

Mengkomunika
sikan hasil Evaluasi bukti-bukti

AUDIT

Derajat Hubungan
kriteria yang ada Asersi

Objektivitas

Gambar 1.1 Definisi Audit

2.1.2 Regulasi dalam Audit Sektor Publik


Keberhasilan penyelenggaraan organisasi sektor publik dapat terjadi jika
keuangan organisasi dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab
dengan memperhatikan rasa keadilan serta kepatutan.
Sebagai contoh, di organisasi pemerintahan di Indonesia, keuangan
negara wajib dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab

5
dengan memperhatikan rasa kedilan serta kepatutan. Oleh karena itu, untuk
mewujudkan itu semua, Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
ditetapkan. Secara garis besar, dalam undang-undang tersebut diatur
kegiatan pemeriksaan, yaitu proses identifikasi masalah dan evaluasi yang
dilakukan secara independen, objektif, serta professional berdasarkan
standar pemeriksaan untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan
keadilan informasi mengenai pengelolaan serta tanggung jawab keuangan
negara. Selain itu, Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) tahun 1995 dirasa
tidak dapat lagi memenuhi tuntutan dinamika masa kini, terlebih lagi sejak
adanya reformasi konstitusi di bidang pemeriksaan. Jadi, untuk memenuhi
amanat Pasal 5 Undang-undang No. 15 Tahun 2004 dan Pasal 9 ayat (1)
huruf e Undang-undang No.15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) selaku pihak yang bertugas memeriksa pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara harus menyusun standar pemeriksaan
yang dapat menampung hal tersebut. Oleh karena itu, pada awal tahun 2007
lalu, BPK telah berhasil menyelesaikan penyusunan standar pemeriksaan
yang diberi nama Standar Pemeriksaan Keuangan Negara atau disingkat
SPKN. SPKN ini akan mengikat BPK atau pihak lain yang melaksanakan
pemeriksaan keuangan negara untuk dan atas nama BPK. Hal ini merupakan
tonggak sejarah dimulainya reformasi terhadap pemeriksaan yang dilakukan
BPK. Dengan adanya SKPN ini, diharapkan hasil pemeriksaan BPK dapat
lebih berkualitas, yaitu memberikan nilai tambah yang positif bagi
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

2.1.3 Audit Sektor Publik dan Audit Sektor Bisnis


Audit sektor publik berbeda dengan audit pada sektor bisnis atau sektor
swasta. Audit sektor publik dilakukan pada organisasi pemerintahan yang
bersifat nirlaba seperti sektor pemerintahan daerah (pemda), BUMN,
BUMD, instansi lain yang berkaitan dengan pengelolaan aset kekayaan

6
negara, dan organisasi sektor publik lainnya seperti Yayasan, LSM, serta
Partai Politik. Sedangkan audit sektor bisnis dilakukan pada perusahaan
milik swasta yang berorientasi laba. Audit sektor publik dan audit sektor
bisnis (swasta) sama-sama terdiri dari audit keuangan (financial audit),
audit kinerja (performance audit), dan audit untuk tujuan tertentu (special
audit).

Audit Sektor
Keterangan Audit Sektor Publik Swasta
Organisasi pemerintahan yang bersifat Perusahaan
nirlaba seperti sektor pemerintahan daerah milik swasta
Subjek (Pemda), BUMN, BUMD, dan Instansi lain yang
yang berkaitan dengan pengelolaan aset berorientasi
kekayaan negara. laba.
Audit Keuangan (Financial Audit)
Jenis-jenis
Audit Kinerja (Performance Audit)
Audit
Audit untuk tujuan tertentu (Special Audit)

Tabel 1.1 Audit Sektor Publik vs Audit Sektor Swasta

2.1.4 Jenis-jenis Audit Sektor Publik


Secara umum, ada tiga jenis audit dalam audit sektor publik, yaitu
audit keuangan (financial audit), audit kinerja (performance audit), dan
audit untuk tujuan tertentu (special audit).
Audit keuangan merupakan audit atas laporan keuangan yang
bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable
assurance), apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

7
Audit kinerja meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan efektivitas pada
dasarnya merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan
prosedurnya. Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-
tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja
entitas atau fungsi yang diaudit.
Audit untuk tujuan tertentu merupakan audit khusus di luar audit
keuangan dan audit kinerja yang bertujuan untuk memberikan kesimpulan
atas hal yang diaudit. Audit untuk tujuan tertentu dapat bersifat eksaminasi
(examination), tinjauan (review), atau prosedur yang disepakati (agrees-
upon procedures). Audit untuk tujuan tertentu mencakup audit atas hal-hal
lain di bidang keuangan, audit investigatif, dan audit atas sistem
pengendalian internal.
Pada setiap audit, penetapan tujuan untuk menentukan jenis audit yang
akan dilaksanakan, serta standar audit yang harus diikuti oleh auditor
merupakan awal. Audit dapat mempunyai gabungan tujuan dari audit
keuangan dan audit kinerja, atau dapat juga mempunyai tujuan yang terbatas
pada beberapa aspek dari masing-masing jenis audit. Sebagai contoh,
pelaksanaan audit atas kontrak pemborongan pekerjaan atau atas bantuan
pemerintah kepada yayasan atau badan hukum lainnya. Tujuan audit
semacam itu sering kali mencakup baik tujuan audit keuangan, maupun
tujuan audit kinerja. Audit semcam ini umumnya disebut audit kontrak atau
audit bantuan, baik itu berupa audit terhadap pelaksanaan sistem
pengendalian internal atas masalah yang berkaitan dengan ketaatan pada
peraturan perundang-undangan, atau atas sistem berbasis komputer.
Sementara itu, audit investigasi adalah kegiatan pemeriksaan dengan
lingkup tertentu yang tidak dibatasi periodenya, dan lebih spesifik pada area
pertanggungjawaban yang diduga mengandung inefisiensi atau indikasi
penyalahgunaan wewenang dengan hasil audit berupa rekomendasi untuk
ditindaklanjuti, tergantung pada derajat penyimpangan wewenang yang
ditemukan.

8
2.1.5 Audit Keuangan Sektor Publik
Secara spesifik, pendefinisian audit atas laporan keuangan dapat
dikemukakan sebagai berikut :
tujuan pengujian atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah
ekspresi suatu opini secara jujur tentang posisi keuangan, hasil operasi,
dan arus kas yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
diterima umum. Laporan auditor merupakan media yang mengekspresikan
opini auditor atau dalam kondisi tertentu menyangkal suatu opini. (AICPA,
Codification of auditing standards and procedure (New York: AICPA,
1988), p, AU 110.01)
Perbandingan antara definisi audit laporan keuangan tersebut dengan
definisi audit secara umum dapat mengungkapkan aspek esensial audit
keuangan sebagai berikut :
(1) proses sistematik secara objektif atas penyediaan dan evaluasi bukti
merupakan suatu audit laporan keuangan menurut standar audit yang
diterima umum.
(2) Asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi merupakan representasi
laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen suatu entitas, yang
melaporkan tentang posisi keuangan, hasil operasi, dan arus kas.
(3) Derajat atau tingkat hubungan yang berkaitan dengan kriteria yang ada
dinilai dengan cara apakah laporan keuangan diungkapkan secara jujur
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum.
(4) Hasil audit atas laporan keuangan dikomunikasikan dalam suatu
pelaporan audit.

Hubungan antara definisi audit secara umum dan definisi audit


keuangan bukanlah suatu kebetulan. Konsep pendefinisian audit secara
umum dibangun melalui cara pemikiran induktif atas karakteristik khusus
jenis audit yang ada.

9
Organisasi berusaha mencapai tujuannya dengan menggunakan
sumber ekonomi dan sumber daya manusia yang dimilikinya. Kebanyakan
organisasi mendapatkan sumber ekonominya dari pihak luar organisasi, baik
secara individu maupun kelompok. Sering kali, pihak luar organisasi berada
di luar kendali organisasi atau dapat dikatakan tidak masuk dalam kegiatan
operasi internal organisasi. Oleh karena itu, suatu organisasi harus
melakukan pelaporan tentang administrasi atau pengurusan sumber-sumber
(asal sumber, kuantitas, alokasi, akumulasi, dan deplesi).

Audit keuangan meliputi audit atas laporan keuangan dan audit atas
hal yang berkaitan dengan keuangan. Audit atas laporan keuangan bertujuan
untuk memberikan keyakinan apakah laporan keuangan entitas yang diaudit
telah menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil operasi atau usaha, dan
arus kas sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Audit
atas laporan keuangan mencakup audit atas laporan keuangan yang disusun
berdasarkan standar audit yang dikeluarkan IAI.

Audit atas hal yang berkaitan dengan keuangan mencakup penentuan


apakah informasi keuangan telah disajikan sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan, entitas yang diaudit telah mematuhi persyaratan kepatuhan
terhadap peraturan keuangan tertentu, serta sistem pengendalian internal
instansi tersebut, baik terhadap laporan keuangan maupun terhadap
pengamanan kekayaannya telah dirancang dan dilaksanakan secara
memadai untuk mencapai tujuan pengendalian. Audit atas hal yang
berkaitan dengan keuangan meliputi unsur berikut ini :

a. Segmen laporan keuangan (seperti laporan pendapatan dan biaya, laporan


penerimaan dan pengeluaran kas, serta laporan aktiva tetap), dokumen
permintaan anggaran, dan perbedaan antara realisasi kinerja keuangan
serta yang diperkirakan.
b. Pengendalian internal atas ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku, seperti ketentuan yang mengatur penawaran,
akuntansi, pelaporan bantuan, serta kontrak pemborongan pekerjaan

10
(termasuk usulan proyek, jumlah yang ditagih, jumlah yang telah jatuh
tempo, dan sebagainya).
c. Pengendalian atau pengawasan internal atas penyusutan laporan
keuangan dan atas pengamanan aktiva, termasuk pengendalian atau
pengawasan atas penggunaan sistem berbasis komputer.
d. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
dugaan kecurangan .

2.2 SISTEM AUDIT KEUANGAN SEKTOR PUBLIK


a. Pemeriksaan Siklus Pendapatan

Tujuan dari audit siklus pendapatan adalah untuk mengungkapkan ada tidaknya
salah saji yang material dalam pos pendapatan daerah/organisasi, dana
perimbangan, dan pendapatan lain-lain yang sah.

Pemeriksaan atas siklus pendapatan mencakup pemeriksaan atas :

1) Pendapatan daerah/organisasi, seperti pos pajak daerah, retribusi laba,


bagian laba usaha daerah, dan pendapatan lain-lain asli daerah.
2) Dana perimbangan mencakup bagi hasil pajak, bukan pajak, dana alokasi
umum, dana alokasi khusus, dan dana perimbangan dari pusat.
3) Pendapatan lain-lain yang sah sesuai dengan lingkup pemeriksaan sehingga
koreksi dilakukan atas salah saji yang ditemukan dalam pemeriksaan.

Transaksi dalam siklus pendapatan sangat berpengaruh terhadap laporan


keuangan. Kesalahan dalam membedakan pendapatan yang diterima secara
tunai dan pendapatan yang diterima secara kredit (piutang) akan menyebabkan
laporan keuangan mengandung salah saji.

11
Materi Pemeriksaan
Pendapatan
daerah / Kesalahan
organisasi Pembukuan?

Kesalahan penyajian ?

Kesalahan
pembebanan?

Dana Kesalahan
Objek Perimbangan penjumlahan/penguran
Pemeriksaan Pendapatan
gan angka?

Lain-Lain
pendapatan
yang sah

Gambar 1.2 Pemeriksaan Siklus Pendapatan

Risiko bawaan siklus pendapatan pada banyak organisasi sektor publik


sangatlah tinggi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya risiko bawaan
siklus pendapatan tersebut, yaitu :

a. Volume transaksi yang selalu tinggi.


b. Masalah akuntansi yang berkembang.

Tingginya volume transaksi akan memperbesar kemungkinan terjadinya


salah saji. Semakin tinggi volume transaksi, semakin tinggi kemungkinan
kesalahan pencatatan transaksi tersebut. Di samping itu, masalah akuntansi yang
sedang berkembang juga perlu diperhitungkan.

Jenis koreksi pembukuan yang harus dilakukan atas pendapatan adalah


sebagai berikut :

(a) Kesalahan pembukuan dan/atau penyajian saldo awal tahun anggaran/sisa


perhitungan anggaran tahun lalu
(b) Kesalahan pembukuan dan/atau penyajian pendapatan daerah

12
(c) Kesalahan pembukuan dan/atau penyajian saldo akhir tahun anggaran sisa
perhitungan anggaran tahun anggaran perhitungan.
(d) Kesalahan penyajian dalam daftar lampiran perhitungan anggaran tahun
anggaran perhitungan
(e) Kesalahan yang wajib dikoreksi oleh auditor, terdiri atas :
(1) Kesalahan pembukuan (kekeliruan pencatatan).
(2) Kesalahan pembebanan.
(3) Kesalahan penjumlahan dan pengurangan angka (aritmatika).

b. Pemeriksaan Siklus Belanja

Audit terhadap siklus belanja organisasi sektor publik terdiri dari audit terhadap
belanja aparat/pegawai/SDM dan belanja pelayanan publik. Belanja aparat dan
belanja pelayanan publik terdiri dari belanja administrasi umum, belanja operasi
dan pemeliharaan, serta belanja modal/pembangunan.

Tujuan

Belanja adm
Belanja
umum
aparat/pega
wai/SDM Bukti
Belanja operasi
asersi
&
transaksi
pemeliharaan
Objek dan saldo
Pemeriks Belanja siklus
Belanja
aan modal/pemban belanja
gunan

Belanja
Pelayanan
Publik

Gambar 1.3 Pemeriksaan Siklus Belanja

13
Tujuan audit siklus belanja adalah untuk memperoleh bukti mengenai masing-
masing asersi yang signifikan, yang berkaitan dengan transaksi dan saldo siklus
belanja. Tujuan audit ditentukan berdasarkan kelima kategori asersi laporan
keuangan berikut :

(1) Siklus belanja organisasi sektor publik mencakup berbagai proses dan
keputusan untuk memperoleh barang dan jasa yang diperlukan dalam
pelaksanaan kegiatan organisasi sektor publik, termasuk di dalamnya unit-
unit organisasi. Siklus ini dimulai dengan permintaan pembelian dari
berbagai unit kerja organisasi melalui pengajuan “Daftas Isian Anggaran”
masing-masing unit kerja. Transaksi belanja organisasi sektor publik bisa
dilakukan secara tunai maupun secara kredit (menimbulkan utang), baik itu
untuk belanja aparatur/pegawai maupun belanja pelayanan publik. Audit
siklus belanja ini berkaitan dengan belanja pegawai, belanja operasi seperti
pengadaan barang inventaris kantor, ATK, belanja pemeliharaan, dan lain-
lain. Dua kelompok transaksi utama dalam siklus ini adalah transaksi
pembelian dan pengeluaran kas. Kedua kelompok transaksi tersebut
mempengaruhi berbagai akun berikut :
a. Kas
b. Persediaan barang habis pakai
c. Aktiva tetap
d. Aktiva lain-lain
e. Utang

Transaksi-transaksi dalam siklus belanja organisasi sektor publik sangat


berpengaruh terhadap laporan keuangan organisasi sektor publik. Kesalahan
membedakan pengeluaran/belanja untuk belanja aparat/pegawai dan
pengeluaran/belanja untuk pelayanan publik akan menyebabkan laporan
keuangan mengandung salah saji.
Berbagai pos seperti belanja administrasi umum, belanja operasi dan
pemeliharaan, serta belanja modal/pembangunan dapat berjumlah material

14
secara individual. Jadi, auditor berusaha mencari cara untuk mencapai
tingkat risiko yang lebih rendah. Transaksi dalam pos belanja merupakan
sumber salah saji yang material dalam laporan keuangan.
(2) Risiko bawaan pos belanja organisasi sektor publik pada banyak organisasi
sangatlah tinggi. Ada berbagai faktor yang menyebabkan tingginya risiko
bawaan siklus belanja ini, yaitu :
a. Volume transaksi yang selalu tinggi.
b. Pembelanjaan dan pengeluaran tanpa otorisasi yang dapat terjadi
c. Pembelian aset yang tidak perlu
d. Masalah akuntansi yang berkembang
(3) Tingginya volume transaksi akan memperbesar kemungkinan terjadinya
salah saji. Semakin tinggi volume transaksi, semakin tinggi kemungkinan
kesalahan pencatatan.

c. Pemeriksaan Aktiva Tetap

Audit atas aktiva tetap ini sangat penting karena aktiva tetap memiliki porsi
terbesar sebagai aset/harta yang dimiliki oleh organisasi sektor publik. Tujuan
audit aktiva tetap adalah untuk memperoleh bukti tentang setiap asersi signifikan
yang berkaitan dengan transaksi dan saldo aktiva tetap. Tujuan audit ditentukan
berdasarkan kelima kategori asersi laporan keuangan.

Tujuan

Pengunaan
Bukti
Objek asersi
Pemeriks Aset Penjualan
transaksi
aan dan saldo
Pembelian
aktiva
tetap

Gambar 1.4 Pemeriksaan Aktiva Tetap

15
d. Pemeriksaan Jasa Personalia

Siklus jasa personalia sangat penting karena merupakan komponen biaya utama di
hampir semua entitas. Siklus jasa personalia meliputi semua kejadian dan kegiatan
yang berkaitan dengan kompensasi (penggajian). Kompensasi ini meliputi gaji,
insentif lembur, komisi, dan berbagai bentuk tunjangan lainnya. Transaksi utama
dlam siklus ini adalah transaksi gaji.

Tujuan
Insentif lembur

Bukti
Objek Penggajian Gaji asersi
Pemeriks (Kompensasi) transaksi
aan
dan saldo
jasa
Tunjangan personalia
Lainnya

Gambar 1.5 Pemeriksaan Jasa Personalia

e. Pemeriksaan Siklus Investasi (Pembiayaan)

Investasi ini pada umumnya merupakan bagian dari strategi jangka panjang suatu
organisasi sektor publik. Investasi dalam surat berharga sebagai aktiva lancar
merupakan investasi sementara yang bertujuan memanfaatkan dana yang tidak
dipergunakan dalam jangka pendek untuk memperoleh laba seperti keuntungan
modal.
Surat berharga yang dipegang sebagai investasi jangka pendek biasanya material
bagi neraca, tetapi tidak material bagi laporan surplus defisit organisasi sektor
publik. Sedangkan, surat berharga yang dipegang sebagai investasi jangk panjang
bisa bersifat material bagi neraca maupun laporan surplus defisit. Investasi surat
berharga jangka panjang umumnya dilakukan dalam nilai nilai rupiah yang besar
shingga sangat berpengaruh terhadap neraca. Risiko salah saji pada transaksi

16
investasi organisasi sektor publik umumnya rendah karena jarangnya transaksi
yang terjadi.
Startegi audit sangat tergantung frekuensi transaksi investasi. Bila frekuensinya
rendah, auditor akan menghemat biaya bila memakai pendekatan mengutamakan
pengujian subtantif. Bila frekuensinya tinggi, auditor akan menghemat biaya
kalau melakukan pengujian pengendalian untuk menghimpun bukti yang
mendukung.

Tujuan
Jangka
Pendek

Bukti
Objek asersi
Pengujian
Pemerik Investasi
Pengendalian transaksi
saan dan
saldo
siklus
Jangka investasi
Panjang

Gambar 1.6 Pemeriksaan Siklus Akuntansi

f. Pemeriksaan Siklus Saldo Kas

Saldo kas berasal dari pengaruh kumulatif siklus belanja, siklus investasi, dan
siklus jasa personalia. Saldo kas meliputi kas di tangan atau yang disimpan dalam
entitas, kas di bank, dan dana tertentu yang disisihkan (seperti dana kas kecil).
Tujuan audit saldo kas adalah untuk memperoleh bukti tentang masing – masing
asersi yang signifikan, yang berkaitan dengan transaksi dan saldo kas. Tujuan
audit ditentukan berdasarkan kelima kategori asersi laporan keuangan :
a. Asersi Keberadaan dan Keterjadian : saldo kas tercatat, benar – benar pada
tanggal neraca.
b. Asersi Kelengkapan : saldo kas tercatat meliputi pengaruh semua transaksi
kas yang telah terjadi.
c. Asersi Hak dan Kewajiban : hal legal atas semua saldo kas yang tersaji pada
tanggal neraca.

17
d. Asersi Penilaian dan Pengalokasian : saldo kas tercatat dapat direalisasi
pada jumlah yang dinyatakan dalam neraca dan sesuai skedul
pendukungnya.
e. Asersi Pelaporan dan Pengungkapan : saldo kas telah diidentifikasi dan
dikelompokkan secara tepat dalam neraca.

Tujuan

Kas di tangan

Kas yang
disimpan
Bukti
dalam Entitas
Objek asersi
Pemerik Saldo Kas transaksi
saan dan
Kas di Bank saldo kas

Kas yang
disishkan/kas
kecil

Gambar 1.6 Pemeriksaan Siklus Saldo Kas

18
2.3 SIKLUS AUDIT KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

1.
Perencanaan 2.
audit Penetapan
keuangan peraturan
17. Penerbitan audit
laporan hasil keuangan 3. Penyusunan
pemeriksaan
perencanaan audit
tahunan oleh
lembaga auditor
16. Tindak lanjut
temuan laporan 4. Temu
hasil pemeriksaan rencana audit
tahunan

15.
Penyelesaian 5. Penerbitan
laporan hasil regulasi tentang tim
pemeriksaan dan kebijakan audit
tahunan

14. Pembahasan draft


laporan hasil 6. Penerimaan
pemeriksaan dengan regulasi
organisasi yang organisasi yang
diaudit akan diaudit

13. Penyusunan draft


laporan hasil 7. Survei awal
pemeriksaan karakter
industri/organisasi
yang akan diaudit

12.
Pembicaraan
awal tentang
daftar temuan 8. Pembuatan
program audit
11.
Pembuatan
daftar temuan 10. 9. Penerbitan
Pelaksanaan surat tugas
audit audit
keuangan

Gambar 1.8 Siklus Audit Keuangan Sektor Publik

19
2.3.1 Perencanaan Audit Keuangan
Tahap perencanaan audit keuangan terdiri dari langkah – langkah :
(1) Pemahaman atas Sistem Akuntansi Keuangan Sektor Publik
Audit sektor publik tidak lagi fokus pada laporan realisasi anggaran saja tapi
juga laporan keuangan lainnya seperti neraca, laporan surplus/defisit, dan
laporan arus kas. Jadi, auditor harus memahami sistem akuntansi keuangan
sektor publik.
(2) Penentuan Tujuan dan Lingkup Audit
Tujuan dan lingkup audit sektor publik sangat tergantung pada mandat dan
wewenang lembaga audit dan pengawas yang bersangkutan. Audit laporan
keuangan oleh auditor eksternal untuk menilai kewajaran laporan keuangan
organisasi sektor publik, sedangkan audit penyusunan laporan keuangan
oleh pengawas untuk memberikan rekomendasi perbaikan sistem
pengendalian internal dan koreksi kesalahan penyusunan laporan keuangan.
(3) Penilaian Risiko
Penilaian risiko pengendalian, risiko bawaan, dan risiko deteksi dilakukan
karena kegiatan audit melalui pengujian mengandung risiko kesalahan. Jadi,
kesimpulan dan opini dari auditor memiliki jaminan yang memadai.
(4) Penyusunan Rencana Audit
Rencana audit berisi uraian mengenai area yang akan diaudit, jangka waktu
pelaksanaan audit, personel yang dibutuhkan, dan sumber daya lain yang
diperlukan untuk pelaksanaan audit.

2.3.2 Penetapan Regulasi Audit Keuangan


Dibutuhkan untuk memberikan aturan yang jelas dan kontrol agar pelaksanaan
audit laporan keuangan bisa memberikan opini yang tepat.

2.3.3 Penyusunan Perencanaan Audit Tahunan oleh Lembaga Auditor


Perencanaan audit adalah tahap vital dalam audit karenan menentukan kesuksesan
audit dan memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten sebagai pendukung
isi laporan audit.

20
2.3.4 Temu Rencana Audit Tahunan
Pertemuan dengan kepala atau pimpinan organisasi sektor publik untuk
membicarakan perencanaan audit yang sudah disusun.

2.3.5 Penerbitan Regulasi tentang Tim dan Kebijakan Audit Tahunan


Regulasi menyangkut tim atau personel yang akan melakukan audit terhadap
organisasi sektor publik maupun regulasi dalam menjalankan proses audit.

2.3.6 Penerimaan Regulasi Organisasi yang Akan Diaudit


Regulasi akan diterima oleh lembaga pemeriksa sehingga bisa melakukan proses
audit di lembaga atau organisasi sektor publik terkait.

2.3.7 Survei Awal Karakter Industri/Organisasi yang Akan Diaudit


Tahap selanjutnya survei awal karakter industri / organisasi yang akan diaudit.

2.3.8 Pembuatan Program Audit


Untuk setiap area yang diaudit, auditor harus menyusun langkah – langkah audit
yang tertuang dalam program audit.
Suatu Program audit akan berisi :
 Tujuan audit setiap area
 Prosedur audit yang akan dilakukan
 Sumber bukti audit
 Deskripsi mengenai kesalahan

2.3.9 Penerbitan Surat Tugas Audit


Pihak organisasi sektor publik segera mengeluarkan surat tugas kepada lembaga
pemeriksa (auditor) untuk melaksanakan audit.

21
2.3.10 Pelaksanaan Audit Keuangan
Dalam pelaksanaan audit keuangan, auditor melakukan :
(1) Menilai pengendalian internal
Pengendalian internal adalah sistem yang dirancang oleh organisasi sektor
publik untuk menjaga aset yang dimiliki agar terbebas dari kecurangan dan
penyalahgunaan.
Jenis – jenis pengendalian internal :
a. Organisasi
Penyerahan wewenang dan tanggung jawab, termasuk jalur pelaporan
untuk semua aspek operasi dan pengendaliannya, harus disebutkan rinci
dan jelas.
b. Pemisahan tugas
Pemisahan tugas dapat mengurangi risiko terjadinya manipulasi maupun
kesalahan yang disengaja.
c. Fisik
Pengendalian ini berhubungan dengan supervisi aset. Prosedur dan
keamanan yang memadai harus dirancang untuk memberi keyakinan
bahwa akses langsung maupun tidak langsung melalui dokumentasi aset
terbatas pada personel yang berwenang.
d. Persetujuan dan otorisasi
Seluruh transaksi harus diotorisasi atau disetujui orang yang tepat. Batas
wewenang harus dijelaskan.
e. Akuntansi
Pengecekan atas keakuratan catatan, penghitungan jumlah total,
rekonsiliasi, pemakaian nomor rekening, jurnal, dan akuntansi untuk
dokumen.
f. Personalia
Keberadaan prosedur menjamin penempatan personel yang sesuai
kemampuan dan tanggung jawabnya.
g. Supervisi

22
Setiap sistem pengendalian internal harus mencakup supervisi oleh
atasan yang bertanggung jawab terhadap transaksi dan pencatatannya
tiap hari.
h. Manajemen
Pengendalian dilakukan manakemen di luar tugas rutinnya, meliputi
pengendalian secara keseluruhan oleh fungsi pengendalian internal dan
prosedur review khusus lainnya.

(2) Melakukan prosedur analitis


Prosedur analitis adalah pengevaluasian informasi keuangan dengan
mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan data
nonkeuangan.
Prosedur analitis akan membantu auditor dengan mendukung dan
meningkatkan pemahamannya tentang operasi organisasi yang diaudit dan
membantu mengidentifikasi hubungan yang tidak sewajarnya dan fluktiasi
data yang tidak diharapkan. Ada 6 langkah auditor melakukan prosedur
analiis :
a. Mengidentifikasi perhitungan dan perbandingan yang akan dibuat
b. Mengembangkan ekspektasi
c. Melakukan perhitungan dan perbandingan
d. Menganalisis data
e. Menyelidiki perbedaan atau penyimpangan yang tidak diharapkan yang
signifikan
f. Menentuan pengaruh perbedaan atau penyimpangan terhadap
perencanaan audit

2.3.11 Pembuatan Daftar Temuan


Setelah pelaksanaan audit, auditor biasanya mendapatkan temuan – temuan terkait
keuangan klien. Temuan itu didaftar sebagai bukti penyampaian pendapat
nantinya.

23
2.3.12 Pembicaraan Awal tentang Daftar Temuan
Berdasarkan temuan di lapangan, auditor melakukan pembicaraan dengan
pimpinan organisasi sektor publik terkait temuan – temuan tersebut. Auditor akan
melakukan cross-check atas hasil temuan dengan fakta yang terjadi di lapangan.

2.3.13 Penyusunan Draft Laporan Hasil Pemeriksaan


Setelah hasil temuan auditor dibicarakan atau melakukan cross-check dengan
pejabat organisasi sektor publik, auditor kemudian menyusun draft laporan hasil
pemeriksaan.

2.3.14 Pembahasan Draft Laporan Hasil Pemeriksaan dengan Organisasi


yang Diaudit
Dari draft laporan hasil pemeriksaan yang telah disusun, auditor lalu
membicarakan atau membahasnya dengan pimpinan organisasi sektor publik.
Dalam tahapan ini, auditor memastikan apa yang telah disusun di dalam draft
laporan hasil pemeriksaan sudah sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan.
Selain itu, auditor juga memastikan kelengkapan hal- hal yang perlu dicantumkan
dalam laporan hasil pemeriksaan.

2.3.15 Penyelesaian Laporan Hasil Pemeriksaan


Setelah melakukan pembahasan draft laporan hasil pemeriksaan dan dipastikan
kelengkapan serta kesepakatan mengenai draft tersebut sudah tercapai, kemudian
akan dilakukan penyelesaian atau finalisasi draft tersebut menjadi laporan hasil
pemeriksaan akhir.

2.3.16 Tindak Lanjut Temuan Laporan Hasil Pemeriksaan


Berdasarkan temuan- temuan yang ada di lapangan, auditor melakukan tindak
lanjut atau dengan kata lain, memberikan rekomendasi perbaikan kepada
organisasi sektor publik.

24
2.3.17 Penerbitan Laporan Hasil Pemeriksaan
Tahapan terakhir dari siklus auditor keuangan adalah penerbitan laporan hasil
pemeriksaan kepada pihak- pihak yang memiliki kepentingan terhadap organisasi
yang telah diaudit tersebut.

2.4 TEKNIK AUDIT KEUANGAN SEKTOR PUBLIK


(1) Prosedur Analitis (Analytical Procedures)
Prosedur analitis terdiri dari penelitian dan perbandingan hubungan di antara
data. Prosedur ini meliputi perhitungan dan penggunaan rasio-rasio
sederhana, analisis vertikal, atau laporan persentase, perbandingan jumlah
yang sebenarnya dengan data historis atau anggaran, serta penggunaan
model matematis dan statistik, seperti analisa regresi.
Contoh: membandingkan item belanja menurut anggaran dan item
realisasi belanja.
(2) Inspeksi (Inspecting)
Inspeksi meliputi pemeriksaan yang rinci terhadap dokumen dan catatan
serta pemeriksaan sumber daya berwujud. Prosedur ini digunakan secara
luas dalam auditing. Inspeksi seringkali digunakan dalam mengumpulkan
dan mengevaluasi bukti, baik bottom up maupun top-down.
Contoh: pemeriksaan terhadap bukti- bukti transaksi seperti rekening
bank, kwitansi, atau tanda terima lainnya untuk mengevaluasi apakah
transaksi yang dilakukan telah sesuai atau menyimpang dari rencana dan
anggaran yang telah ditetapkan.
(3) Konfirmasi (Confirming)
Kegiatan konfirmasi adalah bentuk permintaan keterangan yang
memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari sumber
independen di luar organisasi sektor publik yang diaudit.
Contoh: meminta keterangan kepada Bendahara Pengeluaran terkait
bukti- bukti transaksi pembelian atau pengalokasian anggaran yang telah
dilakukannya. Kegiatan ini akan menunjukkan apakah bukti transaksi

25
tersebut fiktif atau benar adanya, selain keterangan- keterangan lainnya
terkait bukti tersebut.
(4) Permintaan Keterangan (Inquiring)
Kegiatan ini meliputi permintaan keterangan secara lisan atau tertulis oleh
auditor. Permintaan keterangan tersebut biasanya ditujukan kepada
manajemen atau karyawan organisasi sektor publik, yang umumnya berupa
pertanyaan- pertanyaan yang timbul setelah dilaksanakannya prosedur
analitis.
Contoh: auditor meminta keterangan Bendahara Pengeluaran atas
ketidaksesuaian jumlah pengeluaran (berdasarkan bukti transaksi yang ada)
dengan jumlah anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
(5) Penghitungan (Counting)
Dua aplikasi yang paling umum dari perhitungan (counting) adalah (1)
perhitungan fisik sumber daya berwujud, seperti jumlah kas dan persediaan
yang ada, dan (2) akuntansi seluruh dokumen, dengan nomor urut yang telah
dicetak (prenumbered).
Contoh: auditor menghitung aset yang telah dibeli Bagian Pengadaan
berdasarkan bukti transaksi yang ada.
(6) Penelusuran (Tracing)
Dalam penelusuran (tracing), yang sering kali disebut sebagai penelusuran
ulang, auditor (1) memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi
dilaksanakan, dan (2) menentukan bahwa informasi yang diberikan oleh
dokumen tersebut telah dicatat dengan benar dalam catatan akuntansi (jurnal
dan buku besar).
Contoh: auditor membandingkan antara angka uang tetera dalam
kwitansi transaksi yang telah dilakukan dan jumlah angka yang tertera
dalam jurnal. Hal ini akan menunjukkan apakah ada kesesuaian penyajian,
yaitu penyajian yang lebih rendah atau lebih tinggi.
(7) Pemeriksaan Bukti Pendukung (Vouching)
Pemeriksaan bukti pendukung (vouching) meliputi (1) pemilihan ayat jurnal
dalam catatan akuntansi, dan (2) mendapatkan serta memeriksa dokumen

26
yang digunakan sebagai dasar ayat jurnal tersebut untuk menentukan
validitas dan ketelitian pencatatan akuntansi.
Contoh:bukti pendukung adalah auditor memilih ayat jurnal
“pembelian ATK” di jurnal, kemudian membandingkannya dengan kwitansi
“pembelian ATK” tersebut atau tanda terima lainnya.
(8) Pengamatan (Observing)
Pengamatan (observing) berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan
pelaksanaan beberapa kegiatan atau proses. Kegiatannya dapat berupa
pemrosesan rutin atau jenis transaksi tertentu, seperti penerimaan kas, untuk
melihat apakah para pekerja sedang melaksanakan tugas yang diberikan
sesuai dengan kebijakan dan prosedur organisasi sektor publik.
Contoh:auditor mengamati kegiatan Bendahara Gaji dalam menjurnal
ketika mengeluarkan gaji kepada para pegawai.
(9) Pelaksanaan Ulang (Reperforming)
Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan ulang
(reperforming) perhitungan dan rekonsiliasi yang dilakukan oleh organisasi
sektor publik yang diaudit.
Contoh: auditor menghitung ulang penyusutan kendaraan milik
organisasi berdasarkan umur ekonomis yang sebenarnya, kemudian
dibandingkan dengan pencatatan beban penyusutan kendaraan yang telah
dilakukan.
(10) Teknik Audit Berbantuan Komputer (Computer-Assisted Audit
Technique)
Apabila catatan akuntansi organisasi sektor publik dilaksanakan melalui
media elektronik, maka auditor dapat menggunakan teknik audit berbantuan
komputer untuk membantu melaksanakan beberapa prosedur yang telah
diuraikan sebelumnya.
Contoh: auditor dengan bantuan komputer memeriksa angka- angka
dalam file jurnal bendahara dan membendingkannya dengan kwitansi
pembelian, kwitansi pendapatan, dan bukti- bukti transaksi lainnya.

27
(11) Pengujian Pengendalian
Terdapat dua jenis pengujian pengendalian, yaitu:
1) Pengujian pengendalian yang berkaitan langsung dengan keefektifan
desain kebijakan atau prosedur dan apakah benar- benar digunakan
dalam kegiatan organisasi.
2) Pengujian pengendalian yang berkaitan dengan keefektifan kebijakan
dan prosedur serta bagaimana pengaplikasiannya, konsistensinya dengan
aplikasi terdahulu, dan oleh siapa tersebut dilakukan selama periode
audit.
Contoh: auditor membandingkan dokumen SOP atau petunjuk
teknis pegawai, dan mengamati pelaksanaannya di lapangan.
Pengendalian akan dianggap baik jika SOP atau petunjuk teknis mampu
memberikan pedoman bagi pelaksanaan tugas- tugas pegawai, pegawai
mudah memahaminya dan mengaplikasikan pada setiap pekerjaannya
secara konsisten.
(12) Pengujian Substantif
Dua kategori umum pengujian substansif adalah:
1) Prosedur analitis, yang merupakan prosedur dalam menyediakan bukti-
bukti tentang validitas perlakuan akuntansi atas transaksi dan neraca,
atau sebaliknya, tentang kesalahan atau ketidakberesan yang terjadi;
2) Pengujian yang terinci atas transaksi atau neraca merupakan pengujian
untuk menyediakan bukti- bukti tentang validitas perlakuan akuntansi
atas transaksi dan neraca, atau sebaliknya, tentang kesalahan atau
ketidakberesan yang terjadi.
Contoh: auditor memeriksa secara rinci angka dan jumlah
transaksi yang telah terjadi, dimulai dari pemeriksaan seluruh bukti
transaksi, catatan dalam jurnal, posting dalam buku besar, hingga
laporan yang telah jadi. Dengan demikian, dapat ditemukan apakah
ada kesalahan atau ketidakberesan.

28
2.5 CONTOH PRAKTEK AUDIT SEKTOR PUBLIK DI ORGANISASI

SEKTOR PUBLIK
a. Pemerintah Pusat
Audit adalah proses sistematis yang secara objektif menyediakan dan
mengevaluasi bukti-bukti berkenaan dengan asersi kegiatan dan kejadian ekonomi
guna memastikan derajat atau tingkat hubungan antara asersi tersebut dengan
kriteria yang ada, serta mengomunikasikan hasil yang diperoleh kepada pihak
yang berkepentingan. Jadi, audit atas pemerintahan pusat ditujukan pada
perolehan bukti audit yang cukup dan tepat, apakah laporan keuangan menyajikan
secara benar dan wajar posisi keuangan pemerintah pusat yang berasal dari
operasi dan perubahannya sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima
umum.
Audit terhadap siklus belanja pemerintah pusat yang terdiri audit terhadap belanja
aparat dan belanja pelayanan publik.

b. Pemerintah Daerah
Audit yang diselenggarakan atas kegiatan pemerintah daerah dapat dibagi menjadi
audit keuangan dan audit kinerja. Pada setiap audit, penetapan tujuan untuk
menentukan jenis audit yang dilaksanakan serta standar audit yang harus diikuti
oleh auditor merupakan langkah awal.
Audit mempunyai gabungan tujuan audit keuangan dan audit kinerja atau dapat
juga mempunyai tujuan terbatas pada beberapa aspek dari masing-masing jenis
audit tersebut.
Gambaran pelaksanaan audit di pemerintahan daerah, berikut ini diberikan
petunjuk pemeriksaan atas pos pendapatan asli daerah:
1. Pengujian untuk menentukan nilai realisasi pos PAD dan pos retribusi
daerah.
2. Melakukan verifikasi atas bukti-bukti penerimaan yang berupa Surat
Tanda Setoran.

29
3. Melakukan konfirmasi kepada instansi yang terkait dengan pemungutan
Pajak Daerah.
4. Dari hasil konfirmasi tersebut, kesalahan penyetoran atas pendapatan
PPJU oleh PT PLN dapat diketahui.
5. Berdasarkan kejadian pada (butir 4) apabila salah setor yang dilakukan
oleh Pemerintah Daerah
Melakukan pengujian untuk menentukan pengembalian Pajak Daerah
kepada Wajib Pajak
c. LSM
Ada dua Jenis LSM di Indonesia. Pertama, LSM melakukan fungsi kontrol
masyarakat sehingga LSM ini mengambil jarak dengan penguasa ataupun
lembaga yang dikontrolnya. Kedua, LSM yang melaksanakan program entitas.
Dalam organisasi LSM dilakukan 2 jenis audit :

 Audit kinerja keuangan


Pada audit keuangan atau juga disebut audit laporan keuangan, pemakai
informasi tidak hanya organisasi, tetapi juga pihak luar organisasi . audit
kinerja keuangan mengacu pada kebiasaan akuntan menguji bukti transaksi
dan menghubungkan dengan jurnal akuntansi dan menanadinya.
Penulusuran ini bertujuan memberikan jaminan bukti dokumentasi,
informasi dan penjelasan memperkuat adanya transaksi di organisaxsi
tersebut
 Audit kinerja nonkeuangan
audit dilakukan berkaitan dengan keefisiensian dan keefektifan organisasi
dalam mencapai tujuan organisai, system pengendalian anggaran, kinerja
fungsi keuangan, akuntansi ,pelayanan dan hasil program. Audit kinerja
nonkeuangan dilakukan oleh audit internal organisasi. Criteria pengukuran
yang penting yaitu ekonomis, efisien dan efektif. Tugas auditor kinerja
nonkeuangan yaitu menguji bahwa aktivitas yang dilakukan oleh organisasi
tidak merugikan masyarakat secara keseluruhan, tetapi justru bermanfaat
bagi masyarakat sesuai dengan tujuan organisasi

30
(Sumber: Akuntansi untuk LSM dan Parpol, Indra Bastian: 2007)

d. Yayasan
Audit yang diselenggarakan atas semua kegiatan yang dilakukan yayasan
dapat dibagi menjadi audit keuangan dan audit kinerja.
Dalam audit, penetapan tujuan harus dilakukan untuk menetukan jenis
audit yang akan dilaksanakan serta standar audit yang harus diikuti oleh
auditor . audit dapat mempunyai gabungan tujuan audit keuangan dan audit
kinerja atau dapat juga mempunyai tujuan yang terbatas pada beberapaaspek
masing-masing jenis audit.
( Sumber: Akuntansi Yayasan dan Lembaga Publik, Indra Bastian: 2007)

e. Partai Politik
Audit dalam organisasi partai politik dibedakan menjadi 2 yaitu audit
kinerja keuangan dan audit kinerja non keuangan.
Temuan auditor atas hasil audit laporan dana kampanye parpol adalah
sebagai berikut :
No. 2: Partai Kristen Nasional Indonesia
- Sebagian besar dana kampanye diperoleh dari pinjaman pihak ketiga dan
lebih dari Rp300 juta tidak jelas statusnya.
No. 11 : PDI Perjuangan
- Terdapat 304 sumbangan tanpa nama dimana 3 diantaranya melebihi
ketentuan 15 juta, salah satunya Laksamana Sukardi yang menyumbang
sampai 400 juta
- Pengeluaran mencapai Rp 3 miliyar untuk propaganda dan Rp 139 juta
untuk membantu Ambon/Maluku
No. 12 : Partai Abul Yatama
- Jumlah penerimaan mencapai 1 miliar dengan pengeluaran yang kecil
(pemanfaatan anggaran dipertanyakan)
No. 13 : Partai Kebangsaan Merdeka
- Sebagian besar dana kampanye merupakan pinjaman.

31
No. 15 : Partai Amanat Indonesia
- Terdapat penerimaan dari 1 orang yang melebihi ketentuan Rp 15 juta
diakui sebagai pinjaman
- Pada tanggal 21 Mei, PAN telah mengembalikan dana pinjaman.
No. 20 : Partai Rakyat Indonesia
- Sumbangan dari seorang pengurus lebih dari kententuan maksimun
Rp15 juta. Sumbangan di luar ketentuan dari pihak yang sama tercatat
berkali-kali dan ternyata dari Agus Mitach, Ketua Umumnya sendiri.
No. 23 : Partai Solidaritas Pekerja
- Sumbangan perorangan baik berupa uang maupun natura dari pengurus
dan calon legislatif masing-masing melebihi ketentuan maksimun Rp. 15
juta.
No. 26 : PNI Front Marhaenis
- Data penerimaan dan pengeluaran dana kampanyen tidak tersedia.
No. 29 : Partai Islam Demokrat
- Sumbangan perorangan dari 5 orang pengurus partai masing-masing
lebih besar dari Rp15 juta.
No. 33 : Partai Golkar
- Terdapat penerimaan dana yang rinciannya tidak diterima auditor
- Terdapat pengeluaran dana yang belum dicatat dalam daftar pengeluaran
- Terdapat penerimaan sumbangan tanpa nama (3 orang) yang masing-
masing lebih dari Rp15 juta dan sumbangan perusahaan(3 perusahaan)
yang masing-masing lebih dari Rp150 juta.
- Terdapat pengeluaran dana untuk sumbangan/bantuan bagi kegiatan
keagamaan.
- Total pengeluaran mencapai Rp73 miliar.
No. 34 : Partai Persatuan Pembangunan
- Tidak diperoleh data realisasi kebijakan penarikan sumbangan dana
kampanye dari anggota FPP DPR dan dari calon anggota DPR.
- Penerimaan mencapai Rp324 juta.
No. 35 : Partai Kebangkitan Bangsa

32
- Terdapat sumbangan perorangan (2 orang) yang melebihi ketentuan.
- Terdapat sumbangan perusahaan (4 perusahaan) yang melebihi
ketentuan.
No. 38 : Partai MKGR
- Dana kampanye yang dikeluarkan oleh para pengurus dan calon anggota
legislatif tidak tercatat.
No. 44 : Partai Bhinneka Tunggal Ika Indonesia
- Selain dari sumbangan dana APBN, sebagian besar dana untuk
kampanye diperoleh berupa pinjaman dari satu perusahaan milik Ketua
Partai sendiri tanpa ikatan perjanjiaan utang.
No. 47 : Partai Umat Muslimin Indonesia
- Jumlah pengeluaran dana kampanye lebih besar dari jumlah penerimaan
dana (indikasi adanya penerimaan yang belum dilaporkan).
- Adanya penerimaan dana pinjaman dari keluarga dekat pengurus (2
orang) yang tidak di dukung dengan surat perjanjian utang.
 Partai-partai yang tidak disebutkan tidak memiliki penyimpangan atau
catatan khusus.
Daftar parpol yang tidak disebutkan tidak memiliki penyimpangan atau
catatan khusus.
Daftar parpol yang hasil auditnya belum diterima KPU per 2 Juni 1999.
- Partai Demokrasi Indonesia (audit minta ditunda setelah Pemilu).
- Partai Syarikat Islam Indonesia (auditor belum memperoleh data).
- Partai SUNI (auditor belum memperoleh data).
- Partai Daulat Rakyat (data baru diserahkan 31/5/99).
- PNI Massa Marhaen (audit belum selesai).
- Partai keadilan dan Persatuan (auditor belum memperoleh data).
- Partai Nadlatul Umat (auditor belum memperoleh data).
- Partai Masyumi Baru (auditor belum memperoleh data data).
- Partai Katholik Demokrat (data belum lengkap).
- Partai SPSI (data belum lengkap).
- Partai Republik (data keuangan baru diserahkan 31/5/99).

33
Keterangan :
Auditor adalah Ikatan Akuntan Indonesia, yang melibatkan 48 Akuntan Publik
Sumber : Browse Statusquo Online: http://members.tripod.com/status_quo

34
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Mekanisme audit merupakan suatu mekanisme yang dapat menggerakan makna
akuntabilitas dalam pengelolaan sektor pemerintah, BUMN, atau instansi
pengelola aset Negara, serta organisasi sektor publik lainnya. Untuk mendukung
keberhasilan penyelenggara organisasi sektor publik, keuangan organisasi harus
dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis,
efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan
serta kepatuhan.

3.2 Saran
Dalam Mengaudit Laporan Keuangan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan
yang ada yang akan menggambarkan akuntabilitas yang transparasi, sehingga
masyarakat tidak memiliki perspektif yang negatif. Dan solusi lain dalam
permasalahan ini ialah dibutuhkannya sumber daya manusia yang berakhlak atau
bermoral dan memiliki sifat yang memiliki pertanggungjawaban yang tinggi
sehingga dapat mengurangi KKN dan kesalahan-kesalahan dalam bidang tersebut.

35
DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar Edisi


Ketiga.Jakarta: Penerbit Erlangga.

36

Anda mungkin juga menyukai