PENGUKURAN KINERJA
...............................................
Mengetahui,
Dosen Akuntansi Sektor Publik
Khususnya kepada Ibu Tri Neliana, S.E.,M.Si.,Ak sebagai dosen mata kuliah
Akuntansi Sektor Publik yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
menjelaskan materi berjudul Laporan Keuangan Sektor Publik.
Tidak lupa juga, kami mengucapkan terima kasih kepada ketua jurusan
Akuntansi Ibu Rawi, S.E., M.Si.Akt, serta rekan-rekan yang telah membantu dalam
penulisan laporan ini.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak dan dapat berguna di
kemudian hari. Atas perhatian dan masukannya kami ucapkan terima kasih.
Semoga Allah selalu memberikan yang terbaik bagi kita semua dan selalu dalam
lindungan-Nya.
PENYUSUN
Daftar Pustaka……...………………………………………………….……………… 19
Keberhasilan sebuah organisasi sektor publik tidak dapat diukur semata-mata dari
perspektif keuangan. Surplus atau defisit dalam laporan keuangan tidak dapat menjadi
tolak ukur keberhailan. Karena sifat dasarnya yang tidak mencari profit, keberhasilan
sebuah organisasi sektor publik juga harus diukur dari kinerjanya. Hal ini juga konsisten
dengan pendekatan anggaran kinerja yang digunakan. Sebuah anggaran yang dibuat tidak
hanya berisi angka, tetapi juga berisi target kinerja kualitatif. Karena itu, aspek
pertanggungjawabannya tentu tidak cukup hanya berupa laporan keuangan, tetapi juga
harus dilengkapi dengan laporan kinerja.
Pengukuran kinerja adalah instrumen yang digunakan untuk menilai hasil akhir
pelaksanaan kegiatan terhadap target dan tujuan kegiatan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pengukuran kinerja terdiri dari aktivitas pendokumentasian proses
pelaksanaan yang terdiri atas proses dan aktivitas yang dilakukan untuk mengubah input
(sumber daya yang digunakan selama kegiatan) menjadi output (barang atau jasa yang
dihasilkan dari sebuah kegiatan). Pengukuran kinerja dilanjutkan dengan penilaian
keluaran yang dilakukan dengan membandingkan perubahan ekonomi atau perubahan
sosial dari pelaksanaan sebuah kegiatan atau kebijakan terhadap tujuan/kebijakan yang
telah ditetapkan. Selanjutnya, diakhiri dengan penyusunan laporan pertanggungjawaban
kinerja dalam rangka memenuhi akuntabilitas publik. Hasil kerja organisasi sektor publik
harus dilaporkan dalam bentuk laporan pertanggungjawaban kinerja. Pembuatan laporan
tersebut merupakan manifestasi dilakukannya akuntabilitas kinerja.
Apa yang diukur dalam proses pengukuran kinerja? Salah satu pendekatan untuk
menjawab pertanyaan itu adalah sebuah konsep yang dikenal dengan value for money,
yaitu indikator yang memberikan informasi kepada kita apakah anggaran (dana) yang
dibelanjakan menghasilkan suatu nilai tertentu bagi masyarakatnya. Dalam konsep ini,
indikator yang dimaksud adalah ekonomi, efisien, dan efektif.
Ekonomi
Konsep ekonomi sangat terkait dengan konsep biaya untuk memperoleh unit input.
Ekonomi berarti sumber daya input hendaknya diperoleh dengan harga lebih rendah
(spending lessi), yaitu harga yang mendekati harga pasar.
Bagaimana dengan konsep ekonomi untuk memperoleh staf atau tenaga kerja?
Konsep ekonomi dalam membeli staf atau tenaga kerja berarti organisasi hendaknya
memperoleh staf yang memiliki kompetensi, keahlian, keterampilan, dan motivasi yang
tinggi sesuai dengan yang diharapkan organisasi dengan tingkat biaya atau harga yang
paling murah. Konsep ekonomi untuk memperoleh staf menimbulkan banyak
argumentasi yang berbeda. Tenaga kerja yang murah merupakan alat untuk memperoleh,
mempertahankan, dan mengamankan staf dengan biaya lebih rendah yang mungkin bisa
dilakukan, dan tidak sebatas permasalahan gaji.
Efisiensi
Efisiensi adalah hubungan antara barang dan jasa (output) yang dihasilkan sebuah
kegiatan/aktivitas dengan sumber daya (input) yang digunakan. Suatu organisasi,
program, atau kegiatan dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan output tertentu
dengan input serendah-rendahnya, atau dengan input tertentu mampu menghasilkan
output sebesar-besarnya (spending well). Efisiensi dapat dirumuskan sebagai berikut:
Output
Efisiensi =
Input
Organisasi sektor publik dinilai semakin efisien apabila rasio efisiensi cenderung
di atas satu. Semakin besar rasio, maka semakin tinggi tingkat efisiensinya. Efisiensi
harus dibandingkan dengan angka acuan tertentu, seperti efisiensi periode sebelumnya
atau efesiensi di organisasi sektor publik lainnya. Secara absolut, rasio ini tidak
menunjukan posisi keuangan dan kinerja organisasi sektor publik. Sebagai contoh, ada
berbagai program di dua unit kerja yang dapat dibandingkan dengan tingkat efisiensinya.
Apabila hasil rasionya lebih besar di bandingkan dengan hasil rasio program yang sama
di unit kerja lain, maka program tersebut dapat dikatakan lebih efisien. Oleh karena itu,
efisiensi dapat ditingkatkan dengan empat cara, yaitu:
1. Menaikan output untuk input yang sama.
2. Menaikan output lebih besar dari pada proporsi peningkatan output.
3. Menurunkan input untuk output yang sama.
4. Menurunkan input lebih besar dari pada proporsi penurunan output.
Terkait dengan penilaian kinerja organisasi sektor publik, ketiga indikator kinerja
tersebut dapat digunakan secara bersama. Misalnya kegiatan pengadaan kendaraan dinas
atau operasional di satuan kerja A, satuan kerja B, dan satuan kerja C. Pengadaan
kendaraan terdiri atas dua unit mobil di satuan kerja A, tiga unit mobil di satuan kerja B,
dan satu unit mobil di satuan kerja C. Output diukur dari jumlah kendaraan yang dibeli
(asumsi: spesifikasi dan merek mobil sama), sedangkan input diukur dari besarnya biaya
pembelian mobil tersebut. Berikut ini laporan bagian pembukuan.
1. Satuan kerja A, pengadaan dua unit mobil:
Output – 2 unit mobil
Input Rp200.000.000 (biaya yang dikeluarkan untuk membeli ke 2 mobil)
2. Satuan kerja B, pengadaan tiga unit mobil:
Output – 3 unit mobil
Input Rp270.000.000
3. Satuan kerja C, pengadaan satu unit mobil:
Output – 1 unit mobil
Input Rp120.000.000
PENGUKURAN KINERJA Hlm. 8
Satuan kerja apakah yang paling efisien? Berdasarkan kondisi di atas, rasio
efesiensi pengadaan kendaraan disatuan kerja A adalah 2/200 juta, satuan kerja B adalah
3/270 juta, dan satuan kerja C adalah 1/120 juta. Berdasarkan rasio efesiensi, pengadaan
kendaraan dinas/operasional disatuan kerja B merupakan kegiatan yang paling efisien.
Rasio efisiensi disatuan kerja B bernilai paling besar jika dibandingkan dengan satuan
kerja lainnya (3/270 juta>2/200 juta>1/120 juta).
Dari segi ekonomis, hal yang perlu diperhatikan apakah pengadaan kendaraan
dinas atau operasional tersebut telah sesuai atau justru melebihi nilai anggaran yang telah
ditetapkan. Penggunaan tiga ukuran penilaian kinerja, yaitu ekonomi, efisiensi, dan
efektifitas seharusnya dapat menyeimbangkan belanja dan program yang dikembangkan.
Figur 8.1
Untuk mendapatkan perspektif yang benar tentang value for money, diperlukan
pengukuran yang tepat dengan cara terbaik. Permasalahan terutama muncul ketika kita
mencoba melakukan pengukuran terhadap output dan outcome.
C. PELAPORAN KINERJA
Untuk melakukan analisis efektivitas, data outcome diolah dan disaiikan pada
beberapa cara tertentu. Salah satunya adalah melakukan perbandingan. Data aktual dapat
dibandingkan dengan data tahun sebelumnya, target yang ditetapkan, atau dengan
organisasi lain.
Untuk mendorong proses pengukuran kinerja dan pelaporan kinerja secara lebih
sistematis, pemerintah Indonesia mempunyai sebuah pedoman penyusunan laporan
kinerja yang disebut Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
Dalam hubungan itu, beberapa ciri laporan yang baik perlu diperhatikan, seperti
relevan, tepat waktu, dapat dipercaya/diandalkan, mudah dimengerti (jelas dan cermat)
dalam bentuk yang menarik (tegas dan konsisten, tidak kontradiktif antarbagian), berdaya
banding tinggi (reliable), berdaya uji (verifiable), lengkap, netral, padat, dan mengikuti
standar laporan yang ditetapkan.
Agar LAKIP dapat lebih berguna sebagai umpan balik bagi pihak-pihak yang
berkepentingan, bentuk dan isinya diseragamkan tanpa mengabaikan keunikan setiap
instansi pemerintah. Format LAKIP ini dimaksudkan untuk mengurangi perbedaan isi
dan cara penyajian yang dimuat dalam LAKIP sehingga memudahkan pembandingan
ataupun evaluasi akuntabilitas yang harus dilakukan.
IKHTISAR EKSEKUTIF
Bagian ini menyajikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana strategis
serta sejauh apa instansi pemerintah mencapai tujuan dan sasaran utama tersebut, serta
kendala-kendala yang dihadapi dalam pencapaiannya. Bagian ini menyebutkan pula
langkah-langkah yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut dan langkah
antisipatif untuk menanggulangi kendala yang mungkin akan terjadi pada tahun
mendatang;
Selain itu, akuntabilitas keuangan juga dilaporkan dengan menyajikan alokasi dan
realisasi anggaran bagi pelaksanaan tupoksi atau tugas-tugas lainnya, termasuk analisis
tentang capaian indikator kinerja efisiensi.
IV. PENUTUP
Penutup mengemukakan tinjauan secara umum tentang keberhasilan dan kegagalan,
permasalahan dan kendala utama yang berkaitan dengan kinerja instansi yang
bersangkutan, serta strategi pemecahan masalah yang akan dilaksanakan di tahun
mendatang.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Setiap bentuk penjelasan lebih lanjut, perhitungan-perhitungan gambar, dan aspek
pendukung, seperti SDM, sarana prasarana, metode, serta aspek lain dan data yang
relevan hendaknya tidak diuraikan dalam badan teks laporan, tetapi dimuat dalam
lampiran. Keputusan-keputusan atau peraturan-peraturan dan perundang-undangan
tertentu yang merupakan kebijakan yang ditetapkan dalam rangka pencapaian visi, misi,
tujuan, dan sasaran perlu dilampirkan. Jika jumlah lampiran cukup banyak, hendaknya
dibuat daftar lampiran, daftar gambar, dan daftar tabel secukupnya.
Belkaoui, Ahmed. 1985. Accounting Theory. Edisi Kedua. Harcourt Brace Jovanovich
Publishing Co.
Coombs, H.M. dan D.E. Jenkins. 2002. Public Sector Financial Management. Edisi
Ketiga. Thomson Learning.
Ghozali, Achmad dan Anies Basalamah. 2002. Keuangan Negara. Badan Diklat STAN.
Jones, Rowan dan Maurice Pendlebury. 2000. Public Sector Accounting. Edisi Kelima.
Prentice Hall.
Nordiawan, Deddi, Iswahyudi Sondi Putra, dan Maulidah Rahmawati. 2007. Akuntansi
Pemerintah. Jakarta: Salemba Empat.
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Keuangan Informasi daerah.
www.fasb.org
www.gasb.org