Anda di halaman 1dari 23

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

PENDAPATAN DAN BELANJA


DI LINGKUNGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON


Jl. Pemuda No. 32 Telp. (0231) 206558 Cirebon 45132
Website : http://www.unswagati-crb.ac.id
Email : unswagati@unswagati-crb.ac.id
Tahun Akademik 2014-2015

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal :

...............................................

Mengetahui,
Dosen Akuntansi Pemerintahan

Tika Septiani, S.E.,M.Ak.,Ak

PENDAPATAN DAN BELANJA Hlm. 1


DAFTAR ISI
Hal
Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing........................................................................ 1
Daftar Isi........................................................................................................................ 2

BAB I Pendahuluan...................................................................................................... 3
BAB II Pembahasan....................................................................................................... 4

A. Pendapatan....................................................................................................... 4
1. Klasifikasi Pendapatan.......................................................................... 4
2. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan............................................... 6
3. Penyajian dan Pengungkapan Pendapatan............................................ 10

B. Belanja............................................................................................................. 12
1. Klasifikasi............................................................................................ 13
2. Pengakuan dan Pengukuran Belanja.................................................... 14
3. Penyajian dan Pengungkapan.............................................................. 19

BAB III Kesimpulan dan Saran...................................................................................... 21

BAB IV Daftar Pustaka.................................................................................................. 23

PENDAPATAN DAN BELANJA Hlm. 2


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah pusat maupun


pemerintah daerah memerlukan banyak dana. Pembiayaan pembangunan tersebut
dapat dihimpun dari berbagai sumber-sumber pendapatan atau penerimaan. Sumber-
sumber pendapatan dan pengalokasiannya dapat dilihat dari susunan APBN maupun
APBD.

Setiap negara menginginkan untuk meningkatkan penerimaan atau


pendapatan nasional. Karena dengan peningkatan pendapatan, kemakmuran suatu
negara akan meningkat. Sejalan dengan itu, dalam kebijakan fiskal pemerintah terus
meningkatkan penerimaan negara baik penerimaan negara berupa pajak dan bukan
pajak atau penerimaan migas dan nonmigas. Sementara itu, pemerintah daerah juga
berkeinginan untuk meningkatkan penerimaan atau pendapatan daerahnya guna
menunjang pembangunan daerah.

1.2 Identifikasi Masalah

1.2.1 Bagaimana pengklasifikasian pendapatan di lingkungan pemerintah ?


1.2.2 Bagaimana pengakuan dan pengukuran pendapatan ?
1.2.3 Bagaimana melaporkan dan mengungkapkan pendapatan ?
1.2.4 Bagaimana belanja diklasifikasikan ?
1.2.5 Bagaimana pengakuan dan pengukuran belanja ?
1.2.6 Bagaimana melaporkan dan mengungkapkan belanja ?

PENDAPATAN DAN BELANJA Hlm. 3


BAB II
PEMBAHASAN

A. PENDAPATAN

Menurut Accounting Terminology Bulletin Nomor 2, pendapatan didefinisikan


sebagai penjualan barang dan penyerahan jasa, serta diukur dengan pembebanan yang
dikenakan kepada pelanggan, klien, atau penyewaan untuk barang dan jasa yang
disediakan bagi mereka.

Pendapatan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) diartikan


sebagai arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul akibat aktivitas normal
perusahaan selama suatu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi pananam modal.

Di lingkungan akuntansi pemerintahan di Indonesia, pendapatan adalah


penerimaan oleh bendahara umum negara/daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya
yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.

Pendapatan (revenue) berbeda dengan penghasilan (income). Penghasilan


diartikan sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam
bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Penghasilan meliputi
pendapatan maupun keuntungan.

1. Klasifikasi Pendapatan

Klasifikasi pendapatan dilakukan untuk mempermudah pembaca laporan


keuangan memahami isi laporan keuangan yang diberikan. Dengan adanya klasifikasi,
maka dapat dilihat dengan jelas berapa besar pendapatan untuk tiap jenis bidang usaha
yang dilakukan.

Dalam akuntansi komersil, tidak ada aturan yang mengatur dengan pasti
mengenai klasifikasi pendapatan. Klasifikasi biasanya didasarkan atas jenis usaha yang
dilakukan. Ada juga pengklasifikasian pendapatan yang didasarkan atas wilayah,
sehingga mungkin akan terdapat pendapatan dari wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan,
dan lain-lain.

PENDAPATAN DAN BELANJA Hlm. 4


Untuk akuntansi pemerintahan di Indonesia yang menggunakan basis cash
toward accrual, PP 24 Tahun 2005 telah melakukan pengklasifikasian pendapatan
berdasarkan tempat terjadinya (apakah di pusat atau di daerah) dan jenis pendapatan
tersebut, sehingga klasifikasi pendapatan menjadi:

a. Pendapatan pemerintah pusat:

1) Pendapatan perpajakan, merupakan pendapatan pemerintah pusat yang berasal


dari pajak, baik pajak dalam negeri maupun pajak perdagangan internasional.
Pajak dalam negeri antara lain pajak penghasilan (migas dan nonmigas), pajak
pertambahan nilai, pajak bumi dan bangunan, BPHTB, cukai, dan pajak lainnya,
sedangkan pajak perdagangan internasional antara lain bea masuk dan
pajak/pungutan ekspor.
2) Pendapatan negara bukan pajak, merupakan pendapatan pemerintah pusat yang
bersumber dari luar perpajakan. Termasuk pendapatan negara bukan pajak antara
lain penerimaan SDA, bagian laba BUMN, dan PNBP lainnya.
3) Pendapatan hibah.

b. Pendapatan pemda:

1) Pendapatan asli daerah, merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari


daerah itu sendiri. Termasuk dalam pendapatan jenis ini adalah pajak daerah,
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-
lain PAD yang sah.
2) Pendapatan transfer, merupakan pendapatan yang bersumber dari transfer
pemerintah pusat dalam rangka pelaksaan otonomi daerah. Termasuk dalam
pendapatan jenis ini adalah dana perimbangan (dana bagi hasil, dana alokasi
umum, dan dana alokasi khusus) dan pendapatan transfer lainnya.
3) Lain-lain pendapatan yang sah, merupakan pendapatan yang tidak dapat
diklasifikasikan ke dalam pendapatan asli daerah dan pendapatan transfer.
Termasuk pendapatan jenis ini adalah: hibah, dana darurat dari pemerintah dalam
rangka penanggulangan bencana, bagi hasil pajak dari pemerintah provinsi, dana
penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan pemerintah, dan bantuan
keuangan dari provinsi atau pemda lainnya

PENDAPATAN DAN BELANJA Hlm. 5


2. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan

Secara umum, pendapatan diakui ketika:

a. Diperoleh (earned), yaitu ketika entitas telah menyelesaikan secara substansial


apa yang menjadi kewajibannya. Penyelesaian kewajibannya inilah yang akan
menjadi pendapatan ketika seluruh proses selesai.
b. Sudah direalisasikan/dapat direalisasikan (realized/realizable), yaitu ketika
kas/hak tagih (piutang) sudah diterima atas penyerahan barang/jasa (realized)
atau ketika jumlah kas/hak tagih (piutang) sudah dapat ditentukan atas
penyerahan barang/jasa (realized) tersebut.

Kedua prinsip pengakuan tersebut dapat diterapkan dalam kondisi akuntansi


yang berbasis akrual. Untuk akuntansi pemerintahan di Indonesia, seperti yang diatur
dalam PP 24 Tahun 2005, prinsip pengakuan pendapatan menggunakan basis kas.

Penggunaan basis kas mengakui pendapatan ketika pendapatan tersebut diterima


di rekening umum negara/daerah. Dengan kata lain, pendapatan diterima ketika
pemerintah sudah menerima dana secara tunai atas pendapatan tersebut. Namun hal lain
yang perlu diingat adalah penerimaan kas tersebut merupakan hak pemerintah yang tidak
bisa dikembalikan. Ada kalanya, pemerintah menerima dana dari pihak ketiga sebagai
jaminan pelaksanaan suatu kegiatan. Dana ini harus dikembalikan kembali ke pihak
ketiga apabila kegiatan yang dipersyaratkan sudah dilakukan. Penerimaan dana ini tidak
boleh diakui sebagai pendapatan pemerintah.

Dalam praktiknya, sangat dimungkinkan bahwa di tahun anggaran yang sedang


berjalan terjadi pengembalian/koreksi pendapatan, baik untuk pendapatan tahun berjalan
maupun pendapatan tahun sebelumnya.

Apabila menggunakan basis akrual, maka pengembalian/koreksi pendapatan


tahun anggaran sebelumnya akan menjadi pengurang/penambah ekuitas dana lancar,
sedangkan pengembalian/koreksi pendapatan tahun anggaran berjalan menjadi
pengurang/penambah pendapatan.

Dalam konteks di akuntansi pemerintahan Indonesia yang menggunakan basis


cash toward accrual, pengembalian pendapatan/koreksi tersebut harus dilihat dari saat
transaksi awal terjadi dan tipe transaksi awal tersebut. Untuk memperjelas pemahaman
mengenai koreksi dan pengembalian pendapatan, dapat dilihat:

PENDAPATAN DAN BELANJA Hlm. 6


Gambar 7.1 Proses Pengembalian Pendapatan

Untuk tahun yang sama Pengurang


dengan tahun anggaran pendapatan

Pengembalian
Pendapatan Pengurang
Berulang-ulang
Pendapatan

Untuk tahun sebelum


tahun anggaran

Tidak berulang- Belanja tidak


ulang terduga

Pendapatan diukur dalam hal nilai dari produk atau jasa yang dipertukarkan
dalam transaksi wajar. Nilai ini merupakan nilai kas bersih atau nilai sekarang yang
didiskontokan atau nilai uang yang diterima atau yang akan diterima dalam pertukaran
dengan produk atau jasa yang ditransfer perusahaan kepada pelanggannya.

Menggunakan konsep tersebut, maka pengurang apa pun dalam harga tetap, baik
berupa diskon ataupun piutang tak tertagih, harus dikurangi ketika menghitung
pendapatan. Selain itu, untuk transaksi-transaksi nonkas, nilai pertukaran ditetapkan
setara dengan nilai pasar wajar dari barang yang diberikan atau yang diterima, yang lebih
jelas untuk dihitung.

Namun dalam konteks akuntansi pemerintahan di Indonesia, sesuai dengan PP


24 Tahun 2005, pendapatan diakui dengan asas bruto, yaitu dengan mencatat jumlah
brutonya dan tidak mencatat jumlah neto (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).

Dengan demikian, segala macam biaya yang langsung mengurangi jumlah yang
diterima tidak menjadi pengurang dalam melakukan pencatatan. Biaya tersebut akan
dicatat sebagai belanja di tahun anggaran yang sama.

PENDAPATAN DAN BELANJA Hlm. 7


Untuk lebih memudahkan pemahaman mengenai pengakuan dan pengukuran
pendapatan, dapat dilihat contoh berikut.

Contoh 1

Pada tanggal 4 April 2007 Pemkot Harapan menetapkan bahwa hotel C


diharuskan membayar pajak reklame untuk tahun 2007 sebesar Rp 150 juta. Pemkot
Harapan menerima pembayaran pada tanggal 3 Mei 2007.

Apabila pengakuan menggunakan basis akrual, maka pengakuan pendapatan


diakui pada tanggal 4 April 2007 sebesar Rp 150 juta pada saat pemerintah menetapkan
nilai yang harus dibayar. Jurnal untuk transaksi ini adalah:

Dr. Piutang pajak reklame Rp 150.000.000


Cr. Pendapatan pajak reklame Rp 150.000.000
(pengakuan piutang pada tanggal 4 april 2007)

Dr. Kas Rp 1 50.000.000


Cr. Piutang pajak reklame Rp 150.000.000
(penerimaan pajak reklame)

Apabila pengakuan menggunakan basis kas, maka pengakuan pendapatan diakui


pada tanggal 3 Mei 2007 sebesar Rp 150 juta pada saat penerimaan kas di rekening kas
daerah. Jurnal untuk transaksi ini adalah:

Dr. Kas Rp 1 50.000.000


Cr. Pendapatan pajak reklame Rp 150.000.000

Contoh 2

Pada tanggal 20 Juni 2007, Dinas Pekerjaan Umum menerima dana sejumlah Rp
200 juta di rekening kas negara yang berasal dari kontraktor pembangunan jalan layang.
Dana ini merupakan dana jaminan pelaksanaan pembangunan jalan layang yang
direncanakan dibangun pada tahun 2007.

Tidak ada pengakuan pendapatan, baik menggunakan basis kas maupun akrual.
Hal ini disebabkan karena dana ini merupakan dana jaminan dan akan dikembalikan ke
pihak ketiga apabila pembangunan telah selesai dilakukan.

PENDAPATAN DAN BELANJA Hlm. 8


Contoh 3

Pada tanggal 18 Maret 2007, diterima sejumlah Rp 250 juta untuk pembayaran
PPh Badan PT X. Pembayaran ini untuk pembayaran pajak perusahaan tahun 2006.

Apabila menggunakan basis akrual, tidak ada pengakuan pendapatan. Hal ini
disebabkan pembayaran ini adalah pembayaran pajak untuk pendapatan pajak tahun
2006. Dengan demikian, pembayaran yang diterima merupakan pembayaran atas piutang
pajak. Jurnal untuk transaksi ini adalah:

Dr. Kas Rp 250.000.000


Cr. Piutang pajak Rp 250.000.000

Apabila menggunakan basis kas, maka pendapatan diakui pada tanggal 18 Maret
2007 sebesar Rp 250 juta, saat dana diterima di rekening kas negara. Jurnal untuk
transaksi ini adalah:

Dr. Kas Rp 250.000.000


Cr. Pendapatan pajak Rp 250.000.000

Contoh 4

Pada tanggal 30 April 2007, total tagihan yang belum dibayar oleh pasien rawat
inap di RSUD adalah sebesar Rp 150 juta. Pembayaran belum dilakukan karena pasien
tersebut masih dirawat di RSUD.

Menggunakan basis akrual, pendapatan diakui sebesar Rp 150 juta dikarenakan


sifat dari tagihan tersebut adalah terealisasi (realizable) pada tanggal 30 April 2007.
Jurnal untuk transaksi ini adalah:

Dr. Piutang yang belum ditagihkan Rp 150.000.000


Cr. Pendapatan Rp 150.000.000

Dengan menggunakan basis kas, tidak ada pendapatan yang diakui

PENDAPATAN DAN BELANJA Hlm. 9


3. Penyajian dan Pengungkapan Pendapatan

Pendapatan merupakan kelompok pertama yang dilaporkan dalam Laporan


Realisasi Anggaran (LRA). Pendapatan dilaporkan sesuai dengan kelompok
klasifikasinya. Berikut adalah contoh ilustratif penyajian pendapatan utuk LRA
pemerintah pusat dan LRA Pemkot/Pemkab.

Contoh Ilustratif Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Pusat

LAPORAN REALISASI ANGGARAN


PEMERINTAH PUSAT
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(dalam jutaan rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
URAIAN (%)
20X1 20X1 20X0
PENDAPATAN
PENDAPATAN PERPAJAKAN
Pendapatan Pajak Penghasilan 30.400.000 30.300.000 100% 31.250.000
Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan
Penjualan Barang Mewah 135.000.000 128.000.000 95% 106.240.000
Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan 3.500.000 3.250.000 93% 2.925.000
Pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan 1.400.000 1.000.400 71% 900.360
Pendapatan Cukai 12.300.000 12.500.000 102% 11.250.000
Pendapatan Bea Masuk 10.500.000 11.300.000 108% 13. 000.000
Pendapatan Pajak Ekspor 5.000.000 4.850.000 97% 4.365.000
Pendapatan Pajak Lainnya 2.000.000 1.500.300 75% 1.350.270
Jumlah Pendapatan Perpajakan 200.100.000 192.700.700 96% 171.280.630

Anggaran Realisasi Realisasi


URAIAN (%)
20X1 20X1 20X0
Pendapatan Sumber Daya Alam 30.500.000 31.000.000 102% 30.500.000
Pendapatan Bagian Pemerintah Atas Laba 12.000.000 9.500.000 79% 8.500.000
Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya 2.000.000 1.300.000 65% 1.500.000
Jumlah Pendapatan Negara Bukan
Pajak 44.500.000 41.800.000 94% 40.500.000

JUMLAH PENDAPATAN 244.600.000 234.500.700 96% 211.780.630

PENDAPATAN DAN BELANJA Hlm. 10


Contoh Ilustratif Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota/Kabupaten

PEMERINTAH KOTA/KABUPATEN
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 20X1 dan 20X0
(dalam rupiah)
Anggaran Realisasi (%) Realisasi
URAIAN
20X1 20X1   20X0
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah 10.125.000.000 10.530.000.000 104% 9.477.000.000
Pendapatan Retribusi Daerah 10.800.000.000 10.080.000.000 93% 9.072.000.000
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan 4.500.000.000 5.535.000.000 123% 4.981.500.000
Lain-lain PAD yang sah 1.575.000.000 1.642.500.000 104% 1.478.250.000
Jumlah Pendapatan Asli Daerah 27.000.000.000 27.787.500.000 103% 25.008.750.000

PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA
PERIMBANGAN

Dana Bagi Hasil Pajak 10.350.000.000 10.125.000.000 98% 9.112.500.000


Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 65.250.000.000 65.700.225.000 101% 59.130.202.500
Dana Alokasi Umum 105.750.000.000 106.200.000.000 100% 95.580.000.000
Dana Alokasi Khusus 9.000.000.000 9.675.000.000 108% 8.707.500.000
Jumlah Pendapatan Transfer Dana
Perimbangan 190.350.000.000 191.700.225.000 101% 172.530.202.500

TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI


Pendapatan Bagi Hasil Pajak 25.000.000.000 26.500.000.000 106% 24.500.000.000
Pendapatan Bagi HasilLainnya 12.000.000.000 12.250.000.000 102% 13.000.000.000
Total Pendapatan Transfer 227.350.000.000 230.450.225.000 101% 210.030.202.500

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH


Pendapatan Lainnya 900.000.000 675.000.000 75% 700.000.000

Jumlah Lain-lain Pendapatan yang sah 900.000.000 675.000.000 75% 700.000.000

        JUMLAH PENDAPATAN 255.250.000.000 258.912.725.000 101% 235.738.952.500

PENDAPATAN DAN BELANJA Hlm. 11


Beberapa hal yang perlu dilaporkan dalam catatan atas laporan keuangan adalah :

a. Kebijakan akuntansi yang dibuat untuk pendapatan.


b. Klasifikasi pendapatan menurut jenis pendapatan dan rincian lebih lanjut dari jenis
pendapatan.
c. Perbandingan antara realisasi pendapatan dan anggaran pendapatan disertai
penjelasan mengenai perbedaan yang ada.

B. BELANJA

Belanja dilingkungan akuntansi komersial dapat didefinisikan sebagai arus


keluar dari aset atau segala bentuk penggunaan aset yang terjadi selama periode tertentu
yang berasal dari produksi barang, penyerahan jasa, atau aktivitas lain yang terjadi dalam
kegiatan operasional entitas.

Menurut Accounting Principle Board (APB) Statement Nomor 4, belanja


didefinisikan sebagai jumlah, yang diukur dalam uang, dari kas yang dikeluarkan atau
properti lain yang ditransfer, modal saham yang dikeluarkan, jasa yang diberikan, atau
kewajiban yang terjadi dalam hubungannya dengan barang atau jasa yang telah atau akan
diterima.

Dari definisi tersebut, terlihat bahwa belanja terjadi dikarenakan penggunaan


aset (dalam segala bentuk) untuk kegiatan operasional entitas, sehingga belanja dapat
diakui walaupun tidak terjadi arus keluar kas.

Definisi tersebut diterapkan untuk lingkungan akuntansi di sektor swasta yang


menggunakan basis akrual dalam pelaporannya. Untuk akuntansi pemerintahaan, perlu
adanya definisi yang disesuaikan dengan lingkungan pemerintahan yang menggunakan
basis kas menuju akrual (cash toward accrual).

Belanja di lingkungan akuntansi pemerintahan di Indonesia diartikan sebagai


semua pengeluaran bendahara umum negara/daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh kembali
pembayarannya oleh pemerintah.

PENDAPATAN DAN BELANJA Hlm. 12


1. Klasifikasi

Dalam akuntansi komersial, belanja (beban) umumnya diklasifikasikan menjadi


dua, yaitu beban langsung dan beban tidak langsung. Beban langsung adalah beban yang
timbul terkait penjualan barang dan jasa. Beban ini umumnya dikenal sebagai beban
pokok penjualan (cost of good sold) untuk perusahaan yang menjual barang atau beban
jasa (cost of services) untuk perusahaan yang menyediakan jasa. Beban tidak langsung
adalah beban yang tidak berhubungan secara langsung dengan proses penjualan. Beban
ini dikenal dengan nama beban umum dan administrasi (general and administrative
expense).

Masing-masing kelompok tersebut (beban langsung maupun tidak langsung),


dikelompokkan lagi sesuai dengan jenis bebannya. Klasifikasi beban penjualan umumnya
mengikuti klasifikasi pendapatan. Jika terdapat klasifikasi empat jenis pendapatan, maka
umumnya beban penjualan juga diklasifikasikan menjadi beban gaji, rumah tangga
kantor, perjalanan dinas, dan lain-lain.

Berdasarkan PP 24 Tahun 2005, belanja dapat diklasifikasikan menurut


klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi.

Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis


belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi ekonomi pada pemerintah pusat
meliputi belanja pegawai, barang, modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan lain-
lain. Klasifikasi ekonomi pada pemda meliputi belanja pegawai, barang, modal, bunga,
subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja tak terduga.

Klasifikasi berdasarkan organisasi adalah klasifikasi berdasarkan unit


organisasi pengguna anggaran. Untuk pemerintah pusat, belanja per kementerian
negara/lembaga beserta unit organisasi di bawahnya. Untuk pemda, belanja sekretariat
DPRD, sekretariat daerah provinsi/kota/kabupaten, dan lembaga teknis daerah tingkat
provinsi/kota/kabupaten.

Klasifikasi menurut fungsi adalah klasifikasi yang didasarkan pada fungsi-fungsi


utama pemerintah pusat/daerah dalam memberikan pelayanaan kepada masyarakat.
Contoh klasifikasi berdasarkan fungsi adalah belanja pelayanan umum, pertahanan,
ketertiban dan keamanan, ekonomi, perlindungan lingkungan hidup, perumahan dan
pemukiman, kesehatan, pariwisata dan budaya, agama, dan pendidikan.

PENDAPATAN DAN BELANJA Hlm. 13


2. Pengakuan dan Pengukuran Belanja

Dalam terminologi akuntansi komersial, belanja atau bisa disebut juga sebagai
beban (expense) memiliki pengertian yang berbeda dengan biaya (cost). Biaya adalah
sejumlah kas atau setara kas yang dibayarkan untuk memperoleh suatu aset. Sedangkan
beban (expense) adalah biaya yang sudah terjadi (expired). Tidak semua biaya dapat
langsung dibebankan apabila biaya tersebut memiliki periode lebih dari satu tahun.
Sebagai contoh adalah pembelian pesawat oleh perusahaan penerbangan senilai Rp 20
miliar. Pembelian pesawat tersebut dapat diartikan sebagai biaya. Dikarenakan pesawat
ini akan digunakan selama 10 tahun, maka biaya tersebut akan selesai dalam masa 10
tahun. Biaya yang expired per tahun selama 10 tahun tersebut adalah beban (diwujudkan
dalam bentuk beban depresiasi).

Selain itu, belanja juga harus diakui apabila suatu entitas sudah memperoleh
manfaat ekonomi walaupun entitas tersebut belum melakukan pembayaran. Contoh dari
pengakuan ini adalah pembayaran telepon. Pada akhir bulan, entitas harus mengakui
adanya belanja telepon selama bulan yang bersangkutan, walaupun pembayaran untuk
penggunaan telepon tersebut akan dilakukan di bulan berikutnya.

Pembahasan tersebut diterapkan dalam lingkungan akuntansi yang


menggunakan basis akrual. Penerapan dilingkungan akuntansi pemerintahan di Indonesia
saat ini tidak seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini dikarenakan penggunaan
basis akuntansi di pemerintah masih menggunakan cash toward accrual.

Menurut PP 24 Tahun 2005, belanja diakui ketika terjadi pengeluaran oleh


bendahara umum negara/daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode
tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali
oleh pemerintah.

Pengakuan belanja dapat diketegorikan menjadi dua jenis berdasarkan sumber


dana asal yang digunakan untuk pelaksanaan belanja tersebut. Kedua hal tersebut adalah:

a. Pengeluaran belanja melalui rekening ke umum negara/daerah diakui ketika terjadi


arus kas keluar dari rekening tersebut.
b. Pengeluaran belanja melalui kas di bendahara pengeluaran diakui pada saat
pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai
fungsi perbendaharaan, atau dengan kata lain ketika SPJ Pengeluaran dinyatakan
definitif.

PENDAPATAN DAN BELANJA Hlm. 14


Sangat dimungkinkan terjadi koreksi terhadap belanja ditahun anggaran
berjalan. Koreksi belanja dapat disebabkan atas beberapa kemungkinan, yaitu :

a. Kesalahan klasifikasi belanja.


b. Kesalahan pencatatan nilai belanja.
c. Pengembalian belanja.

Koreksi atas kesalahan/pengembalian belanja dilakukan paa saat ditemukannya


kesalahan/diterimanya pengembalian belanja tersebut. Perlakuan akuntansi yang
diterapkan sangat terkait dengan saat transaksi awal terjadi, apakah ditahun yang sama
atau di tahun yang berbeda.

Apabila menggunakan basis akrual, maka :

Terjadi di Terjadi di tahun yang


Jenis
tahun sebelumnya sama
Kesalahan klasifikasi Tidak dilakukan jurnal Dilakukan koreksi ke kode
koreksi beban yang sesuai
Kesalahan pencatatan Dilakukan koreksi ke ekuitas Dilakukan koreksi atas
nilai beban dana lancar kekurangan/kelebihan
jumlah ke kode rekening
yang terkait
Pengembalian beban Dilakukan koreksi ke ekuitas Dicatat sebagai pengurang
dana lancar beban

Berdasarkan PP 24 Tahun 2005, maka koreksi tersebut diperlakukan sebagai :

Terjadi di Terjadi di tahun yang


Jenis
tahun sebelumnya sama
Kesalahan klasifikasi Tidak dilakukan jurnal Dilakukan koreksi ke kode
koreksi belanja yang sesuai
Kesalahan pencatatan Dilakukan koreksi ke ekuitas Dilakukan koreksi atas
nilai beban dana lancar (SiLPA) kekurangan/kelebihan
jumlah ke kode rekening
yang terkait
Pengembalian beban Dilakukan sebagai Dicatat sebagai pengurang
pendapatan lain-lain belanja

PENDAPATAN DAN BELANJA Hlm. 15


Pengukuran belanja yang menggunakan basis akrual diakui dalam laporan
keuangan sebesar nlai wajar yang akan dibayarkan atau yang akan dibayarkan. Nilai
wajar yang dimaksud adalah nilai yang seharusnya dibayar atau yang akan dibayar.

Menurut akuntansi pemerintahan di Indonesia yang menggunakan basis cash


toward accrual sebagaimana yang telah diatur dalam PP 24 Tahun 2005, belanja diakui
sebesar jumlah kas yang dikeluarkan dari rekening kas umum negara/daerah. Nilai yang
diakui meliputi nilai yang dibayarkan oleh pemerintah, bukan nilai yang seharusnya
dibayarkan.

Berikut adalah contoh penentuan pengakuan dan pengukuran belanja.

Contoh 1

Pada tanggal 3 Februari 2007, diterima tagihan pembelian ATK sebesar Rp 10


juta. Pembelian ini dilakukan pada tanggal 20 Januari 2007, sedangkan pembayaran
dilakukan pada tanggal 14 Februari 2007 dari rekening kas daerah.

Berdasarkan basis akrual, maka belanja diakui pada tanggal 3 Februari 2007
ketika diterima tagihan sebesar Rp 10 juta. Pembayaran yang dilakukan pada tanggal 14
Februari 2007 merupakan pembayaran atas pengakuan utang pihak ketiga yang diakui
pada tanggal 3 Februari 2007. Jurnal transaksi ini adalah:

Dr. Beban ATK Rp 10.000.000


Cr. Utang pemasok Rp 10.000.000
(jurnal pada saat tagihan diterima)

Dr. Utang pemasok Rp 10.000.000


Cr. Kas Rp 10.000.000
(jurnal pada saat pembayaran)

Berdasarkan basis kas, belanja diakui pada tanggal 14 Februari 2007, ketika
terjadi pengeluaran dana melalui rekening kas daerah sebesar Rp 10 juta. Jurnal transaksi
ini adalah:

Dr. Belanja ATK Rp 10.000.000


Cr. Kas Rp 10.000.000

PENDAPATAN DAN BELANJA Hlm. 16


Contoh 2

Pada tanggal 25 Februari 2007, Bendahara pengeluaran Dinas Kebersihan Kota


Harapan melakukan pembayaran atas belanja pembelian makanan dan minuman tamu
kantor. Belanja tersebut senilai Rp 500 ribu. Surat Pertanggungjawaban penggunaan dana
di bendahara pengeluaran disampaikan kepada pengguna anggaran pada tanggal 8 Maret
2007. Pada tanggal 10 Maret 2007, pengguna anggaran memberikan persetujuan
pertanggungjawaban atas penggunaan dana di bendahara pengeluaran.

Berdasarkan basis akrual, belanja diakui pada tanggal 25 Februari ketika belanja
dilakukan sebesar Rp 500 ribu. Jurnal transaksi ini adalah:

Dr. Beban makanan dan minuman Rp 500.000


Cr. Kas Rp 500.000

Berdasarkan basis kas, belanja diakui pada tanggal 25 Februari ketika terjadi
pengeluaran dana. Namun menurut PP 24 Tahun 2005, pengeluaran melalui bendahara
pengeluaran diakui ketika SPJ definitif, sehingga belanja diakui pada tanggal 10 Maret
2007 sebesar Rp 500 ribu. Jurnal transaksi ini adalah:

Dr. Belanja makanan dan minuman Rp 500.000


Cr. Kas Rp 500.000

Contoh 3

Pada tanggal 1 April 2007, Departemen Kesehatan membeli mobil ambulans senilai Rp
250 juta. Mobil ini akan dipergunakan selama 10 tahun.

Berdasarkan basis akrual, tidak ada pengakuan belanja. Pengeluaran dana


tersebut adalah pengeluaran investasi yang memiliki manfaat 10 tahun. Belanja yang
diakui adalah sebesar Rp 25 juta/tahun yang merupakan biaya depresiasi dari ambulans
tersebut. Jurnal transaksi ini adalah:

Dr. Aset tetap-ambulans Rp 250.000


Cr. Kas Rp 250.000

PENDAPATAN DAN BELANJA Hlm. 17


Berdasarkan basis kas, maka belanja diakui pada tanggal 1 April 2007 sebesar
Rp 250 juta, ketika terjadi pengeluaran kas untuk pembelian ambulans. Jurnal transaksi
ini adalah:

Dr. Belanja modal-ambulans Rp 250.000.000


Cr. Kas Rp 250.000.000

Dr. Aset tetap-ambulans Rp 250.000.000


Cr. Diinvestasikan dalam aset tetap Rp 250.000.000

Contoh 4

Pada tanggal 2 Februari 2007, dilakukan pembayaran sebesar Rp 30 juta untuk


pembelian ATK bulan Januari 2007 (pembelian dilakukan pada tanggal 5 Januari 2007)

Berdasarkan basis akrual, belanja tersebut diakui sebesar Rp 30 juta pada


tanggal 5 Januari 2007 sebesar Rp 30 juta. Pembayaran di bulan Februari merupakan
pembayaran atas utang. Jurnal transaksi ini adalah:

Dr. Beban ATK Rp 30.000.000


Cr. Utang pemasok Rp 30.000.000
(pembelian ATK pada tanggal 5 Januari 2007)

Dr. Utang pemasok Rp 30.000.000


Cr. Kas Rp 30.000.000
(pembayaran beban ATK pada tanggal 2 Februari 2007)

Berdasarkan PP 24 Tahun 2005, belanja yang diakui adalah sebesar Rp 30 juta pada
tanggal 2 Februari 2007. Jurnal dari transaksi ini adalah:

Dr. Belanja Rp 30.000.000


Cr. Kas Rp 30.000.000

3. Penyajian dan Pengungkapan

Belanja dalam laporan Realisasi Anggaran dilaporkan setelah pendapatan. Dalam


pelaporannya, belanja dikelompokkan menjadi belanja operasi, modal, dan tak terduga.

PENDAPATAN DAN BELANJA Hlm. 18


Contoh ilustratif Penyajian Belanja untuk Pemerintah Pusat

LAPORAN REALISASI ANGGARAN


PEMERINTAH PUSAT
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(dalam jutaan rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
URAIAN (%)
20X1 20X1 20X0
BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai 25.600.000 25.400.000 99% 22.860.000
Belanja Barang 13.000.000 12.750.000 98% 11.475.000
Bunga 7.000.000 6.500.000 93% 5.850.000
Subsidi 12.000.000 11.200.000 93% 10.080.000
Hibah 2.000.000 1.360.000 68% 1.224.000
Bantuan Sosial 1.500.000 1.300.000 87% 1.170.000
Bantuan Lain-Lain 1.400.000 1.350.000 96% 1.215.000
Jumlah belanja operasi 62.500.000 59.860.000 96% 53.874.000

BELANJA MODAL
Belanja Tanah 18.500.000 18.300.000 99% 16.470.000
Belanja Peralatan dan Mesin 13.000.000 12.730.000 98% 11.457.000
Belanja Gedung dan Bangunan 14.000.000 13.800.000 99% 12.420.000
Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan 25.000.000 24.300.000 97% 21.870.000
Belanja Aset Tetap Lainnya 2.000.000 1.950.000 98% 1.755.000
Belanja Aset Lainnya 1.750.000 1.600.000 91% 1.440.000
Jumlah Belanja Modal 74.250.000 72.680.000 98% 65.412.000
JUMLAH BELANJA 136.750.000 132.540.000 97% 119.286.000

TRANSFER
DANA PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak 35.600.000 35.000.000 98% 31.500.000
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 23.000.000 22.850.000 99% 23.400.000
Dana Alokasi Umum 24.700.000 24.650.000 100% 22.185.000
Dana Alokasi Khusus 29.600.000 29.000.000 98% 25.000.000
Jumlah Dana Perimbangan 112.900.000 111.500.000 99% 102.085.000

TRANSFER LAINNYA
Dana Otonomi Khusus 14.000.000 13.750.000 98% 12.375.000
Jumlah Transfer Lainnya 14.000.000 13.750.000 98% 12.375.000
JUMLAH TRANSFER 126.900.000 125.250.000 99% 114.460.000
JUMLAH BELANJA DAN
TRANSFER 263.650.000 257.790.000 98% 233.746.000

          SURPLUS/DEFISIT (19.050.000) (23.289.300) 122% (21.965.370)

PENDAPATAN DAN BELANJA Hlm. 19


Contoh ilustratif Penyajian Belanja untuk Pemerintah Kota/Kabupaten

PEMERINTAH KOTA/KABUPATEN
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 20X1 dan 20X0
(dalam rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
URAIAN (%)
20X1 20X1 20X0
BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai 54.000.000.000 54.630.000.000 101% 49.167.000.000
Belanja Barang 6.750.000.000 6.525.000.000 97% 5.872.500.000
Bunga 1.350.000.000 1.350.000.000 100% 1.215.000.000
Subsidi 9.000.000.000 9.000.000.000 100% 8.100.000.000
Hibah 8.325.000.000 8.190.000.000 98% 7.371.000.000
Bantuan Sosial 9.000.000.000 9.000.000.000 100% 8.100.000.000
Jumlah belanja operasi 88.425.000.000 88.695.000.000 100% 79.825.500.000

BELANJA MODAL
Belanja Tanah 11.250.000.000 11.250.000.000 100% 10.125.000.000
Belanja Peralatan dan Mesin 4.500.000.000 4.410.000.000 98% 3.969.000.000
Belanja Gedung dan Bangunan 5.400.000.000 5.175.000.000 96% 4.657.500.000
Belanja Jalan, Irigasi, dan jJaringan 58.500.000.000 58.410.000.000 100% 52.569.000.000
Belanja Aset Tetap Lainnya 1.350.000.000 1.237.500.000 92% 1.113.750.000
Belanja Aset Lainnya 1.125.000.000 1.012.500.000 90% 911.250.000
Jumlah Belanja Modal 82.125.000.000 81.495.000.000 99% 73.345.500.000

JUMLAH BELANJA 170.550.000.000 170.190.000.000 100% 153.171.000.000

TRANSFER
TRANSFER/BAGI HASIL KE DESA
Bagi Hasil Pajak 20.000.000.000 20.000.000.000 100% 18.000.000.000
Bagi Hasil Retribusi 25.000.000.000 24.500.000.000 98% 22.050.000.000
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 13.500.000.000 13.500.000.000 100% 12.150.000.000
JUMLAH TRANSFER/BAGI
HASIL
      KE DESA   58.500.000.000 58.000.000.000 99% 52.200.000.000

PENDAPATAN DAN BELANJA Hlm. 20


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Pendapatan diklasifikasikan menjadi dua : 1) pendapatan pemerintah pusat :


yang sumber dana nya berasal dari pajak, bukan pajak, pendapatan hibah, dll.
2) pendapatan pemerintah daerah : yang sumber dananya berasal dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD), pendapatan transfer, lain-lain pendapatan yang sah.

Pendapatan diakui ketika diperoleh (earned) dan sudah direalisasikan/dapat


direalisasikan (realized/relalizable). Pendapatan diukur dalam hal nilai dari produk atau
jasa yang dipertukarkan dalam transaksi wajar. Lalu Pendapatan dilaporkan dalam
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) sesuai dengan kelompok klasifikasinya.

Berdasarkan PP 24 Tahun 2005, belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi


ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi. Belanja diakui ketika terjadi pengeluaran
oleh bendahara umum negara/daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode
tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali
oleh pemerintah.

Pengakuan belanja dapat dikategorikan menjadi dua jenis berdasarkan dana asal
yang digunakan, kedua hal tersebut adalah : 1) pengeluaran belanja melalui rekening kas
umum negara/daerah diakui ketika terjadi arus kas keluar dari rekening tersebut. 2)
pengeluaran belanja melalui kas di bendahara pengeluaran diakui pada saat
pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai
fungsi perbendaharaan.

Pengukuran belanja yang menggunakan basis akrual diakui dalam laporan


keuangan sebesar nilai wajar yang akan dibayarkan atau yang akan dibayarkan.
Sedangkan yang menggunakan basis cash toward accrual dalam PP 24 Tahun 2005,
belanja diakui sebesar jumlah kas yang dikeluarkan dari rekening kas umum
negara/daerah.

Belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran dilaporkan setelah pendapatan.


Dalam pelaporannya, belanja dikelompokkan menjadi belanja operasi, modal, dan tak
terduga.

PENDAPATAN DAN BELANJA Hlm. 21


2. Saran

Berdasarkan hasil kerja kelompok, penyusun mencoba menyampaikan saran


yang sekitarnya dapat bermanfaat, diantaranya:

1. Hendaknya pemerintah merancang anggaran dengan sangat matang agar tidak terjadi
defisit budget yaitu pengeluaran lebih besar dari pada pendapatan. Sehingga setiap
tahun, anggaran pemerintah selalu diakumulasikan merugi tidak terdapat surplus.
2. Hal tersebut dapat dilakukan dengan meminimalisasir pengeluaran-pengeluaran yang
tidak perlu dan tidak terduga.
3. Serta pendapatan dari sektor pajak ditingkatkan, untuk menambah kas negara dalam
membiayai seluruh kebutuhan pemerintah.

PENDAPATAN DAN BELANJA Hlm. 22


BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Nordiawan, Deddi, Iswahyudi Sondi Putra, dan Maulidah Rahmawati. 2007. Akuntansi
Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

PENDAPATAN DAN BELANJA Hlm. 23

Anda mungkin juga menyukai