Disusun oleh:
Kelas C
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Akuntansi Belanja dan Beban” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari kekurangan, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan
makalah ini.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 2
3.1. Kesimpulan........................................................................................................... 21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu unsur kegiatan yang terdapat di dalam APBD adalah belanja. Belanja
digunakan dalam melaksanakan aktivitas, baik oleh individu maupun organisasi sehingga
belanja sering diartikan sebagai bentuk pengeluaran kas untuk dapat memenuhi kebutuhan
dari pelaksaaan aktivitas. Belanja merupakan kata yang sering kita dengar sehari-hari, pada
umumnya belanja di artikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
individu maupun organisasi. Begitu pula pada instani pemerintahan, pada instansi pemerintah
belanja adalah pengeluaran perusahaan atau organisasi swasta.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1. Belanja
Semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah (PSAP No.2, Paragraf
7).
2.1.2. Beban
Penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus
kas keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan
penurunan ekuitas yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya
kewajiban. Tidak termasuk pembagian kepada penanam modal. Beban telah diakui
walaupun tidak terjadi arus keluar kas. Beban terjadi dikarenakan penggunaan aset
untuk kegiatan operasional entittas, misalnya beban penyusutan aset tetap
No BEBAN BELANJA
A Diukur dan diakui dengan basis Diukur dan diakui dengan basis
akuntansi akrual akuntansi kas
B Merupakan unsur pembentuk Merupakan unsur pembentuk
Laporan Operasional (LO) Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
2
a. Belanja Operasi
Belanja operasi adalah pengeluaran-anggaran untuk kegiatan sehari-hari
pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi
antara lain meliputi belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah, dan
bantuan sosial.
b. Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset
lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal
meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan,
peralatan, serta aset tak berwujud.
c. Belanja Lain-Lain/Belanja Tak Terduga
Belanja lain-lain/belanja tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan
yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan
bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat
diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah.
d. Transfer Keluar
Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas
pelaporan lain seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat dan dana
bagi hasil oleh pemerintah daerah.
3
penerimaan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dianggarkan dalam belanja pegawai.
Belanja Bunga
Belanja bunga digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang
yang dihitung atas kewajiban pokok utang (principal outstanding) berdasarkan
perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
Belanja Subsidi
Belanja subsidi digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi
kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang
dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak. Perusahaan/ lembaga
tertentu yang dimaksud adalah perusahaan/lembaga yang menghasilkan produk
atau jasa pelayanan umum masyarakat.
Belanja Hibah
Belanja hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam
bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah
lainnya dan kelompok masyarakat/perorangan yang secara spesifik telah
ditetapkan peruntukannya.
Pemberian hibah dalam bentuk uang dapat dianggarkan apabila pemerintah
daerah telah memenuhi seluruh kebutuhan belanja urusan wajib guna memenuhi
standar pelayanan minimum yang ditetapkan dalam peraturan perundangan-
undangan. Pemberian hibah. dalam bentuk barang dapat dilakukan apabila
barang tersebut tidak mempunyai nilai ekonomis bagi pemerintah daerah yang
bersangkutan tetapi bermanfaat bagi pemerintah atau pemerintah daerah lainnya
dan/ atau kelompok masyarakat/perorangan. Sementara pemberian hibah for
dalam bentuk jasa dapat dianggarkan apabila pemerintah daerah telah memenuhi
seluruh kebutuhan belanja urusan wajib guna memenuhi standar pelayanan
minimum yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Bantuan Sosial
Bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam
bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Bantuan sosial diberikan tidak secara
terus-menerus/tidak berulang setiap tahun anggaran, selektif dan memiliki
kejelasan peruntukan penggunaannya.
4
Belanja Bagi Hasil
Belanja bagi hasil digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang
bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau pendapatan
kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah
tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
Bantuan Keuangan
Bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan
yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota,
pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah
kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya dalam
rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan.
Belanja Tidak Terduga
Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya
tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana
alam atau bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk
pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang
telah ditutup, yang mana harus didukung dengan bukti-bukti yang sah. Kegiatan
yang sifatnya tidak biasa yaitu untuk tanggap darurat dalam rangka pencegahan
gangguan terhadap stabilitas penyelenggaraan pemerintahan demi terciptanya
keamanan, ketentraman, dan ketertiban masyarakat di daerah. pencegahan
gangguan terhadap stabilitas penyelenggaraan pemerintahan demi terciptanya
keamanan, ketentraman, dan ketertiban masyarakat di daerah
b. Belanja Langsung
Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja langsung dari suatu
kegiatan dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:
Biaya pegawai
Belanja pegawai digunakan untuk pengeluaran honorarium/upah dalam
melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.
Belanja Barang dan Jasa
Belanja barang dan jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/
pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan
5
dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan
pemerintahan daerah. Pembelian/pengadaan barang dan/ atau pemakaian jasa
mencakup belanja barang habis pakai, bahan/ material, jasa kantor, premi
asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan, sewa
rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa
perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan
atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan
dinas, perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai.
Belanja Modal
Belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai
nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan
pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya. Nilai
pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang dianggarkan
dalam belanja modal hanya sebesar harga beli/bangun aset.
2.3.1. Klasifikasi Belanja Pemerintah Pusat
a. Belanja Operasi
- Belanja PegawaiBelanja Barang Bunga
- Subsidi
- Hibah
- Bantuan Sosial
- Belanja Lain-Lain
b. Belanja Modal
- Belanja Tanah
- Belanja Peralatan dan Mesin
- Belanja Gedung dan Bangunan
- Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan
- Belanja Aset Tetap Lainnya
- Belanja Aset Lainnya
c. Transfer Dana Perimbangan
- Dana Bagi Hasil Pajak
- Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
6
- Dana Alokasi Umum
- Dana Alokasi Khusus
d. Transfer Lainnya (disesuaikan dengan program yang ada)
- Dana Otonomi Khusus
- Dana Penyesuaian
2.3.2. Klasifikasi Belanja Pemerintah Provinsi
a. Belanja Operasi
- Belanja Pegawai
- Belanja Barang Bunga
- Subsidi
- Hibah
- Bantuan Sosial
b. Belanja Modal
- Belanja Tanah
- Belanja Peralatan dan Mesin
- Belanja Gedung dan Bangunan
- Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan
- Belanja Aset Tetap Lainnya
- Belanja Aset Lainnya.
c. Belanja Tak Terduga
- Belanja Tak Terduga
d. Transfer/Bagi Hasil Pendapatan ke Kabupaten/Kota
- Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota
- Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota
- Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota
2.3.3. Klasifikasi Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Belanja Operasi
- Belanja Pegawai
- Belanja Barang Bunga
- Subsidi
- Hibah
- Bantuan Sosial
7
b. Belanja Modal
- Belanja Tanah
- Belanja Peralatan dan Mesin
- Belanja Gedung dan Bangunan
- Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan
- Belanja Aset Tetap Lainnya
- Belanja Aset Lainnya
c. Belanja Tak Terduga
- Belanja Tak Terduga
d. Transfer/Bagi Hasil ke Desa
- Bagi Hasil Pajak
- Bagi Hasil Retribusi tempat wisata
- Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
a. Beban Pegawai
b. Beban Barang
c. Beban Bunga. d Beban Subsidi e Beban Hibah
d. Beban Bantuan Sosial
e. Beban Penyusutan Aset Tetap/Amortisasi
f. Beban Transfer Beban Tak Terduga
8
2.5. Pengakuan Belanja Dan Beban
2.5.1. Pengakuan Belanja untuk Laporan Realisasi Anggaran
PSAP No. 2 Paragraf 31-33 dijelaskan bahwa belanja diakui pada saat
terjadinya pengeluaran dari rekening kas umum negara/daerah. Khusus pengeluaran
melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban
atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan. Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan mengacu
pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.
Lebih lanjut Deddi Noordiawan (2007) menegaskan bahwa pengakuan belanja dapat
dikategorikan menjadi dua jenis berdasarkan sumber dana asal yang digunakan untuk
pelaksanaan belanja tersebut. Kedua hal tersebut adalah:
a. Pengeluaran belanja melalui rekening kas umum negara/daerah (belanja LS)
diakui ketikaterjadi arus kas keluar dari rekening tersebut.
b. Pengeluaran belanja melalui kas di bendahara pengeluaran (belanja
UP/GU/TU) diakui pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut
disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan, atau dengan kata
lain ketika SPJ Pengeluaran dinyatakan definitif.
2.5.2. Pengakuan Beban untuk Laporan Operasional
Kerangka Konseptual PP No. 71 Tahun 2010 Paragraf 96 menyatakan kalau
beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset, terjadinya
penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa. Dari definisi tersebut, dapat diartikan
bahwa:
a. Beban harus sudah diakui apabila suatu entitas sudah memperoleh manfaat
ekonomi walaupun entitas tersebut belum melakukan pembayaran, tetapi telah
timbul kewajiban untuk membayar. Contoh dari pengakuan ini adalah
pembayaran air, listrik, dan telepon. Pada akhir bulan, entitas harus mengakui
adanya belanja air, listrik, dan telepon selama bulan yang bersangkutan,
walaupun pembayaran atas penggunaan air, listrik, dan telepon akan dilakukan
pada bulan berikutnya.
b. Beban harus diakui apabila terjadi konsumsi penggunaan aset. Contoh dari
pengakuan ini adalah pemakaian persediaan. Misalkan pemakaian alat tulis
kantor. Beban atas alat tulis kantor adalah sebesar berapa yang digunakan
untuk periode yang bersangkutan. Hal ini berbeda untuk pengakuan belanja
untuk keperluan penyusunan laporan realisasi anggaran. Belanja diakui saat
9
terjadi pembayaran atas pembelian ATK, jadi jumlah yang diakui sebagai
belanja adalah sebesar nilai pembelian ATK tersebut. Jika ada sisa di akhir
tahun hanya memengaruhi neraca, tidak mengurangi perkiraan belanja.
2.5.3. Pengakuan Beban pada PPKD
a. Beban Bunga
b. Beban Subsidi
c. Beban Hibah
10
d. Beban Bantuan Sosial
f. Beban Transfer
11
pegawai yang pembayarannya melalui mekanisme LS, beban pegawai diakui saat
diterbitkan SP2D atau pada saat timbulnya kewajiban pemerintah daerah (jika
terdapat dokumen yang memadai). Beban pegawai yang pembayarannya melalui
mekanisme UP/GU/TU, beban pegawai diakui ketika bukti pembayaran beban
(misalnya, bukti pembayaran honor) telah disahkan pengguna anggaran.
b. Beban Barang
12
2.7. Pengungkapan Belanja Dan Beban
2.7.1. Pengungkapan Belanja
Hal-hal yang perlu diungkapkan sehubungan dengan belanja, antara lain:
a. Pengeluaran belanja tahun berkenaan setelah tanggal berakhirnya tahunanggaran.
b. Penjelasan sebab-sebab tidak terserapnya target realisasi belanja daerah.
c. Konversi yang dilakukan akibat perbedaan klasifikasi belanja yang didasarkan
pada Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah dengan yang didasarkan pada PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan. Informasi lainnya yang dianggap perlu.
13
Catatan atas Laporan Keuangan
1. Terjadi kenaikan beban pegawai.
2. Beban persediaan merupakan beban persediaan ATK yang terjadi di tahun 2011
3. Beban pemeliharaan sebesar Rp300.000.000 sesuai dengan tahun sebelumnya
merupakan beban pemeliharaan jalan.
14
b. Beban Subsidi
Berdasarkan tagihan dari penerima subsidi yang telah melaksanakan prestasi sesuai
persyaratan pemberian subsidi, fungsi akuntansi PPKD menyiapkan bukti memorial terkait
pengakuan beban subsidi. Setelah diotorisasi oleh PPKD, bukti memorial tersebut menjadi
dasar bagi fungsi akuntansi PPKD mencatat dengan jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Subsidi Xxx
Utang Belanja Xxx
Subsidi
c. Beban Hibah
PPKD dan Pemerintah/Pemerintah Daerah Lain/Perusahaan Daerah/
Masyarakat/Ormas bersama-sama melakukan penandatanganan Naskah Perjanjian Hibah
Daerah (NPHD). Pengakuan beban hibah sesuai NPHD dilakukan bersamaan dengan
penyaluran belanja hibah, mengingat kepastian beban tersebut belum dapat ditentukan
berdasarkan NPHD karena mengingat masih perlu ditindaklanjuti dengan penerbitan
dokumen pencairan. Untuk itu atas pengakuan beban hibah, fungsi akuntansi PPKD mencatat
dengan jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Hibah Xxx
Kas di Kas Daerah Xxx
15
Laporan Realisasi Anggaran
Tanggal Uraian Debit Kredit
Belanja Hibah Xxx
Estimasi Perubahan SAL Xxx
e. Beban Transfer
Pengakuan beban transfer bersamaan dengan penyaluran dana transfer dari RKUD
berdasarkan peraturan kepala daerah tentang penetapan belanja transfer yang terkait. Fungsi
akuntansi PPKD membuat pengakuan beban transfer berdasarkan bukti penyaluran memorial
tersebut. Fungsi akuntansi PPKD mencatat dengan jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Transfer Xxx
Kas di Kas Daerah Xxx
16
c. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.
Dalam prosedur pembayaran, belanja dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Belanja Uang Persediaan (UP)/Pergantian Uang (GU)/Tambahan Uang (TU).
b. Belanja Langsung (belanja LS). Belanja langsung dikelompokkan menjadi belanja
langsung gaji dan belanja langsung nongaji.
Berikut fungsi yang terkait dengan prosedur akuntansi pengeluaran kas untuk
penyediaan Uang Persediaan (UP).
a. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.
b. Bendahara Pengeluaran/Pembantu Bendahara Pengeluaran.
c. Pejabat PenatausahaanKeuangan SKPD.
d. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.
e. Bendahara Umum Daerah/Kuasa Bendahara Umum Daerah.
Berikut dokumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas untuk
penyediaan Uang Persediaan (UP).
a. Surat Penyediaan Dana (SPD) merupakan dokumen yang dibuat PPKD sebagai
media atau surat yang menunjukkan tersedianya dana untuk diserap.
b. Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan (SPP-UP) merupakan dokumen
yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja yang
bersifat pengisian kembali (revolving) yang tidak dapat dilakukan dengan
pembayaran langsung.
c. Surat Permintaan Pembayaran Tambahan Uang Persediaan (SPP-TU) merupakan
dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan tambahan UP
guna melaksanakan kegiatan yang bersifat mendesak dan tidak dapat digunakan
untukpembayaran langsung dan uang persediaan.
d. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan (SPM-UP) merupakan dokumen yang
dibuat oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan Surat
Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang akan diterbitkan oleh BUD/kuasa BUD atas
beban pengeluaran DPA-SKPD yang dipergunakan sebagai uang persediaan untuk
mendanai kegiatan.
e. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan (SPM-TU) merupakan
dokumen yang dibuat oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk
17
penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang akan diterbitkan oleh
BUD/kuasa BUD atas beban pengeluaran DPA-SKPD, karena kebutuhan dananya
melebihi dari jumlah pagu uang persediaan yang telah ditetapkan sesuai dengan
ketentuan.
f. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) merupakan dokumen yang diterbitkan oleh
BUD/kuasa BUD untuk mencairkan uang pada bank yang ditunjuk berdasarkan
SPM-UP dan SPM-TU.
g. Bukti transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer pengeluarandaerah.
h. Nota debit bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang menunjukkan
adanya transfer uang dari rekening kas umum daerah.
i. Buku jurnal pengeluaran kas merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau kejadian yang
berhubungan dengan pengeluaran kas.
j. Buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk
mencatat peringkasan (posting) atas semua transaksi atau kejadian selain kas dari
jurnal penerimaan kas ke dalam buku besar untuk setiap aset, kewajiban, ekuitas
dana, belanja, pendapatan, dan pembiayaan.
k. Buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi untuk mencatat transaksi-transaksi dan kejadian yang berisi rincian akun
bukubesar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.
Baik basis kas maupun basis akrual, saldo normal rekening buku besar belanja dan
beban adalah saldo debit. Hal ini berarti rekening ini akan bertambah dengan adanya
transaksi yang mendebitnya, sebaliknya akan berkurang dengan adanya transaksi yang
mengkreditnya. Berikut transaksi di SKPD yang terkait dengan belanja dan beban yang
pembayarannya melalui mekanisme UP/GU TU, yang mana jurnal atas transaksi penyediaan
uang persediaan (UP) dan tambahan uang persediaan (TU) dicatat baik oleh sistem akuntansi
PPKD maupun sistem akuntansi SKPD sebagai satuan kerja yang menerima uang persediaan.
Laporan Oprasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
R/K SKPD Xxx
Kas di Kas Daerah Xxx
18
Laporan Realisasi Anggaran
Tanggal Uraian Debit Kredit
Tidak Ada Jurnal
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Kas di Bendahara Pengeluaran Xxx
R/K PPKD Xxx
Contoh:
Pada tanggal 26 Januari 2013, berdasarkan Surat Penyediaan Dana Belanja Daerah
No. 25 Tahun 2013, dinas pendidikan sebagai kuasa BUD menerbitkan SP2D No. 0001 atas
SPM Uang Persediaan No. 0101 beserta lampirannya senilai Rp10.000.000 yang diajukan
oleh bendahara pengeluaran dinas pendidikan.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
26 Januari R/K SKPD Rp.10.000.000
2013 Kas di Kas Daerah Rp.10.000.000
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
26 Januari Kas di Bendahara Pengeluaran Rp.10.000.000
2013 R/K PPKD Rp.10.000.000
19
2.10. Koreksi Belanja Dan Beban
Ada kemungkinan terjadi koreksi terhadap belanja/beban di tahun anggaran berjalan.
Koreksi beban dapat disebabkan atas beberapa kemungkinan, yaitu:
a. Kesalahan klasifikasi belanja/beban
b. Kesalahan pencatatan nilai belanja/beban
c. Pengembalian belanja/beban.
Koreksi atas kesalahan/pengembalian belanja/beban dilakukan pada saat
ditemukannya kesalahan/diterimanya pengembalian beban tersebut. Perlakuan akuntansi yang
diterapkan sangat terkait dengan transaksi yang terjadi sebelumnya, apakah di tahun yang
sama atau di tahun yang berbeda. Berdasarkan PSAP No. 10 Paragraf 8-10, kesalahan bila
ditinjau dari sifat kejadian dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis:
a. Kesalahan tidak berulang
Kesalahan tidak berulang adalah kesalahan yang diharapkan tidak akan terjadi
kembali, dikelompokkan menjadi:
1. Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan.
2. Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode sebelumnya.
b. Kesalahan berulang dan sistemik.
Kesalahan berulang dan sistemik adalah kesalahan yang disebabkan sifat
alamiah (normal) dari jenis- jenis transaksi tertentu yang diperkirakan akan terjadi
secara berulang. Contohnya adalah penerimaan pajak dari wajib pajak yang
memerlukan koreksi, sehingga perlu dilakukan restitusi atau tambahan pembayaran
dari wajib pajak.
20
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Belanja adalah Semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak
akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah (PSAP No.2, Paragraf 7).
Beban adalah Penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam
bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau
timbulnya kewajiban. Tidak termasuk pembagian kepada penanam modal. Beban telah diakui
walaupun tidak terjadi arus keluar kas. Beban terjadi dikarenakan penggunaan aset untuk
kegiatan operasional entittas, misalnya beban penyusutan aset tetap.
21
DAFTAR PUSTAKA
Erlina, dkk. 2015. Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual. Jakarta: Salemba Empat
Medina. 2021. Belanja Daerah, diakses dari,
https://medina.co.id/belajar/permendagri77/docs/apbd_belanja/, pada 24 Mei 2022
22