Anda di halaman 1dari 25

Tugas Kelompok

SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH


“Akuntansi Belanja dan Beban”

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Sistem Akuntansi


Keuangan Daerah yang diampu oleh Ibu Vina Olivia Pebriany, SE., ME

Disusun oleh:

Kelompok 4 : Harry Indrawan B1C119106


Ishbir Muhammad Echsan Efendi B1C119114
Lin Wisly Jipu B1C119121
Muh. Aprianugrah B1C119131
Nurul Kartika Wijayanti B1C119147

Kelas C
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Akuntansi Belanja dan Beban” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen pengampuh


mata kuliah Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan kepada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini, sehingga dapat selesai dengan tepat waktu.
Semoga tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi
pembaca mengenai Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terutama terkait Akuntansi Belanja
dan Beban.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari kekurangan, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan
makalah ini.

Kendari, 24 Mei 2022

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang........................................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 2

2.1. Pengertian Belanja dan Beban................................................................................. 2

2.2. Perbedaan Antara Belanja dan Beban...................................................................... 2

2.3. Klasifikasi Belanja .................................................................................................. 2

2.4. Klasifikasi Beban.................................................................................................... 8

2.5. Pengakuan Belanja Dan Beban................................................................................ 9

2.6. Pengukuran Belanja Dan Beban ............................................................................ 12

2.7. Pengungkapan Belanja Dan Beban........................................................................ 13

2.8. Prosedur Akuntansi Belanja Dan Beban PPKD ..................................................... 14

2.9. Prosedur Akuntansi Belanja Dan Beban SKPD ..................................................... 16

2.10. Koreksi Belanja Dan Beban ................................................................................. 20

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 21

3.1. Kesimpulan........................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu lingkup dari keuangan negara adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN), disamping barang-barang inventaris kekayaan negara dan badan usaha
milik negara (BUMN). Baik APBN maupun barang-barang inventaris kekayaan negara
dikelola secara langsung oleh negara. Dipihak lain, pada tingkat pemda terdapat pula ruang
lingkup yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), barang-barang inventaris
kekayaan daerah dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).APBD maupun barang-barang
inventaris kekayaan daerah juga dikelola secara langsung oleh daerah.

Salah satu unsur kegiatan yang terdapat di dalam APBD adalah belanja. Belanja
digunakan dalam melaksanakan aktivitas, baik oleh individu maupun organisasi sehingga
belanja sering diartikan sebagai bentuk pengeluaran kas untuk dapat memenuhi kebutuhan
dari pelaksaaan aktivitas. Belanja merupakan kata yang sering kita dengar sehari-hari, pada
umumnya belanja di artikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
individu maupun organisasi. Begitu pula pada instani pemerintahan, pada instansi pemerintah
belanja adalah pengeluaran perusahaan atau organisasi swasta.

Belanja pada instansi pemerintahan sangat penting guna menjalankan program


maupun kegiatan instansi tersebut untuk kepentingan negara/daerah. Pemerintah pusat dan
daerah menyediakan anggaran untuk setiap instansi dan Satuan Kerja Perangakat Daerah
(SKPD).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Belanja dan Beban?
2. Apa perbedaan Antara Belanja dan Beban?
3. Seperti apa Klasifikasi Belanja?
4. Seperti apa Klasifikasi Beban?
5. Bagaimana Pengakuan Belanja Dan Beban?
6. Bagaimana Pengukuran Belanja Dan Beban?
7. Bagaimana Pengungkapan Belanja Dan Beban?
8. Bagaimana Prosedur Akuntansi Belanja Dan Beban PPKD?
9. Bagaimana Prosedur Akuntansi Belanja Dan Beban SKPD?
10. Seperti apa Koreksi Belanja Dan Beban?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Belanja dan Beban


Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, Laporan Realisasi Anggaran
(LRA) menyebutnya dengan belanja, sedangkan Laporan Operasional (LO) menyebut
dengan beban. LRA disusun dan disajikan dengan menggunakan anggaran berbasis kas,
sedangkan LO disajikan dengan prinsip akrual yang disusun untuk melengkapi pelaporan
dari siklus akuntansi berbasis akrual (full accrual accounting cycle).

2.1.1. Belanja
Semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah (PSAP No.2, Paragraf
7).
2.1.2. Beban
Penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus
kas keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan
penurunan ekuitas yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya
kewajiban. Tidak termasuk pembagian kepada penanam modal. Beban telah diakui
walaupun tidak terjadi arus keluar kas. Beban terjadi dikarenakan penggunaan aset
untuk kegiatan operasional entittas, misalnya beban penyusutan aset tetap

2.2. Perbedaan Antara Belanja dan Beban

No BEBAN BELANJA
A Diukur dan diakui dengan basis Diukur dan diakui dengan basis
akuntansi akrual akuntansi kas
B Merupakan unsur pembentuk Merupakan unsur pembentuk
Laporan Operasional (LO) Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

C Menggunakan Kode Akun 9 Menggunakan Kode Akun 5

2.3. Klasifikasi Belanja


Klasifikasi belanja untuk tujuan pelaporan keuangan menurut PSAP No. 2 Paragraf
36-40 dikelompokkan menjadi:

2
a. Belanja Operasi
Belanja operasi adalah pengeluaran-anggaran untuk kegiatan sehari-hari
pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi
antara lain meliputi belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah, dan
bantuan sosial.
b. Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset
lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal
meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan,
peralatan, serta aset tak berwujud.
c. Belanja Lain-Lain/Belanja Tak Terduga
Belanja lain-lain/belanja tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan
yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan
bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat
diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah.
d. Transfer Keluar
Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas
pelaporan lain seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat dan dana
bagi hasil oleh pemerintah daerah.

Namun, berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah


dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007 dan Permendagri No. 21 Tahun 2011, belanja
dikelompokkan menjadi:
a. Belanja Tidak Langsung
Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan yang tidak terkait
secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak
langsung dikelompokkan menurut jenis belanja yang terdiri dari:
 Belanja Pegawai
Belanja pegawai merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan
tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil
yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang undangan. Uang
representasi dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan
tunjangan kepala daerah dan wakil kepala daerah serta penghasilan dan

3
penerimaan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dianggarkan dalam belanja pegawai.
 Belanja Bunga
Belanja bunga digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang
yang dihitung atas kewajiban pokok utang (principal outstanding) berdasarkan
perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
 Belanja Subsidi
Belanja subsidi digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi
kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang
dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak. Perusahaan/ lembaga
tertentu yang dimaksud adalah perusahaan/lembaga yang menghasilkan produk
atau jasa pelayanan umum masyarakat.
 Belanja Hibah
Belanja hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam
bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah
lainnya dan kelompok masyarakat/perorangan yang secara spesifik telah
ditetapkan peruntukannya.
Pemberian hibah dalam bentuk uang dapat dianggarkan apabila pemerintah
daerah telah memenuhi seluruh kebutuhan belanja urusan wajib guna memenuhi
standar pelayanan minimum yang ditetapkan dalam peraturan perundangan-
undangan. Pemberian hibah. dalam bentuk barang dapat dilakukan apabila
barang tersebut tidak mempunyai nilai ekonomis bagi pemerintah daerah yang
bersangkutan tetapi bermanfaat bagi pemerintah atau pemerintah daerah lainnya
dan/ atau kelompok masyarakat/perorangan. Sementara pemberian hibah for
dalam bentuk jasa dapat dianggarkan apabila pemerintah daerah telah memenuhi
seluruh kebutuhan belanja urusan wajib guna memenuhi standar pelayanan
minimum yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
 Bantuan Sosial
Bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam
bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Bantuan sosial diberikan tidak secara
terus-menerus/tidak berulang setiap tahun anggaran, selektif dan memiliki
kejelasan peruntukan penggunaannya.

4
 Belanja Bagi Hasil
Belanja bagi hasil digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang
bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau pendapatan
kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah
tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
 Bantuan Keuangan
Bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan
yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota,
pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah
kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya dalam
rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan.
 Belanja Tidak Terduga
Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya
tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana
alam atau bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk
pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang
telah ditutup, yang mana harus didukung dengan bukti-bukti yang sah. Kegiatan
yang sifatnya tidak biasa yaitu untuk tanggap darurat dalam rangka pencegahan
gangguan terhadap stabilitas penyelenggaraan pemerintahan demi terciptanya
keamanan, ketentraman, dan ketertiban masyarakat di daerah. pencegahan
gangguan terhadap stabilitas penyelenggaraan pemerintahan demi terciptanya
keamanan, ketentraman, dan ketertiban masyarakat di daerah
b. Belanja Langsung
Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja langsung dari suatu
kegiatan dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:
 Biaya pegawai
Belanja pegawai digunakan untuk pengeluaran honorarium/upah dalam
melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.
 Belanja Barang dan Jasa
Belanja barang dan jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/
pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan

5
dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan
pemerintahan daerah. Pembelian/pengadaan barang dan/ atau pemakaian jasa
mencakup belanja barang habis pakai, bahan/ material, jasa kantor, premi
asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan, sewa
rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa
perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan
atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan
dinas, perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai.
 Belanja Modal
Belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai
nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan
pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya. Nilai
pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang dianggarkan
dalam belanja modal hanya sebesar harga beli/bangun aset.
2.3.1. Klasifikasi Belanja Pemerintah Pusat
a. Belanja Operasi
- Belanja PegawaiBelanja Barang Bunga
- Subsidi
- Hibah
- Bantuan Sosial
- Belanja Lain-Lain
b. Belanja Modal
- Belanja Tanah
- Belanja Peralatan dan Mesin
- Belanja Gedung dan Bangunan
- Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan
- Belanja Aset Tetap Lainnya
- Belanja Aset Lainnya
c. Transfer Dana Perimbangan
- Dana Bagi Hasil Pajak
- Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam

6
- Dana Alokasi Umum
- Dana Alokasi Khusus
d. Transfer Lainnya (disesuaikan dengan program yang ada)
- Dana Otonomi Khusus
- Dana Penyesuaian
2.3.2. Klasifikasi Belanja Pemerintah Provinsi
a. Belanja Operasi
- Belanja Pegawai
- Belanja Barang Bunga
- Subsidi
- Hibah
- Bantuan Sosial
b. Belanja Modal
- Belanja Tanah
- Belanja Peralatan dan Mesin
- Belanja Gedung dan Bangunan
- Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan
- Belanja Aset Tetap Lainnya
- Belanja Aset Lainnya.
c. Belanja Tak Terduga
- Belanja Tak Terduga
d. Transfer/Bagi Hasil Pendapatan ke Kabupaten/Kota
- Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota
- Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota
- Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota
2.3.3. Klasifikasi Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Belanja Operasi
- Belanja Pegawai
- Belanja Barang Bunga
- Subsidi
- Hibah
- Bantuan Sosial

7
b. Belanja Modal
- Belanja Tanah
- Belanja Peralatan dan Mesin
- Belanja Gedung dan Bangunan
- Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan
- Belanja Aset Tetap Lainnya
- Belanja Aset Lainnya
c. Belanja Tak Terduga
- Belanja Tak Terduga
d. Transfer/Bagi Hasil ke Desa
- Bagi Hasil Pajak
- Bagi Hasil Retribusi tempat wisata
- Bagi Hasil Pendapatan Lainnya

2.4. Klasifikasi Beban


Berdasarkan PSAP No. 12 Paragraf 37-38, beban diklasifikasikan menurut klasifikasi
ekonomi yang mana pada prinsipnya mengelompokkan berdasarkan jenis beban.
2.4.1. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat
a. Beban Pegawai
b. Beban Barang
c. Beban Bunga
d. Beban Subsidi Beban Hibah
e. Beban Bantuan Sosial
f. Beban Penyusutan Aset Tetap/Amortisasi
g. Beban Transfer Beban Lain-Lain

2.4.2. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah

a. Beban Pegawai
b. Beban Barang
c. Beban Bunga. d Beban Subsidi e Beban Hibah
d. Beban Bantuan Sosial
e. Beban Penyusutan Aset Tetap/Amortisasi
f. Beban Transfer Beban Tak Terduga

8
2.5. Pengakuan Belanja Dan Beban
2.5.1. Pengakuan Belanja untuk Laporan Realisasi Anggaran
PSAP No. 2 Paragraf 31-33 dijelaskan bahwa belanja diakui pada saat
terjadinya pengeluaran dari rekening kas umum negara/daerah. Khusus pengeluaran
melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban
atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan. Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan mengacu
pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.
Lebih lanjut Deddi Noordiawan (2007) menegaskan bahwa pengakuan belanja dapat
dikategorikan menjadi dua jenis berdasarkan sumber dana asal yang digunakan untuk
pelaksanaan belanja tersebut. Kedua hal tersebut adalah:
a. Pengeluaran belanja melalui rekening kas umum negara/daerah (belanja LS)
diakui ketikaterjadi arus kas keluar dari rekening tersebut.
b. Pengeluaran belanja melalui kas di bendahara pengeluaran (belanja
UP/GU/TU) diakui pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut
disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan, atau dengan kata
lain ketika SPJ Pengeluaran dinyatakan definitif.
2.5.2. Pengakuan Beban untuk Laporan Operasional
Kerangka Konseptual PP No. 71 Tahun 2010 Paragraf 96 menyatakan kalau
beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset, terjadinya
penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa. Dari definisi tersebut, dapat diartikan
bahwa:
a. Beban harus sudah diakui apabila suatu entitas sudah memperoleh manfaat
ekonomi walaupun entitas tersebut belum melakukan pembayaran, tetapi telah
timbul kewajiban untuk membayar. Contoh dari pengakuan ini adalah
pembayaran air, listrik, dan telepon. Pada akhir bulan, entitas harus mengakui
adanya belanja air, listrik, dan telepon selama bulan yang bersangkutan,
walaupun pembayaran atas penggunaan air, listrik, dan telepon akan dilakukan
pada bulan berikutnya.
b. Beban harus diakui apabila terjadi konsumsi penggunaan aset. Contoh dari
pengakuan ini adalah pemakaian persediaan. Misalkan pemakaian alat tulis
kantor. Beban atas alat tulis kantor adalah sebesar berapa yang digunakan
untuk periode yang bersangkutan. Hal ini berbeda untuk pengakuan belanja
untuk keperluan penyusunan laporan realisasi anggaran. Belanja diakui saat

9
terjadi pembayaran atas pembelian ATK, jadi jumlah yang diakui sebagai
belanja adalah sebesar nilai pembelian ATK tersebut. Jika ada sisa di akhir
tahun hanya memengaruhi neraca, tidak mengurangi perkiraan belanja.
2.5.3. Pengakuan Beban pada PPKD
a. Beban Bunga

Beban bunga merupakan alokasi pengeluaran pemerintah daerah untuk


pembayaran bunga (interest) yang dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok
utang (principal outstanding) termasuk beban pembayaran biaya-biaya yang
terkait dengan pinjaman dan hibah yang diterima pemerintah daerah seperti biaya
commitment fee dan biaya denda Beban bunga meliputi beban bunga pinjaman
dan beban bunga obligasi. Beban bunga diakui saat-bunga tersebut jatuh tempo
untuk dibayarkan. Untuk keperluan pelaporan keuangan, nilai beban bunga diakui
sampai dengan tanggal pelaporan walaupun saat jatuh tempo melewati tanggal
pelaporan.

b. Beban Subsidi

Beban subsidi merupakan pengeluaran atau alokasi anggaran yang


diberikan pemerintah daerah kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual
produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat. Beban subsidi
diakui pada saat kewajiban peinerintah daerah untuk memberikan subsidi telah
timbul.

c. Beban Hibah

Beban hibah merupakan beban pemerintah dalam bentuk uang, barang,


atau jasa kepada pemerintah, pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah,
masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan, yang bersifat tidak wajib dan tidak
mengikat. Pengakuan beban hibah sesuai Naskah Perjanjian Hibah Daerah
(NPHD) dilakukan bersamaan dengan penyaluran belanja hibah, mengingat
kepastian beban tersebut belum dapat ditentukan berdasarkan NPHD karena harus
dilakukan verifikasi atas persyaratan penyaluran hibah.

10
d. Beban Bantuan Sosial

Beban bantuan sosial merupakan beban pemerintah daerah dalam bentuk


uang atau barang yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau
masyarakat yang sifatnya tidak secara terus-menerus dan selektif yang bertujuan
untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial. Pengakuan beban
bantuan sosial dilakukan bersamaan dengan penyaluran belanja bantuan sosial,
mengingat kepastian beban tersebut belum dapat ditentukan sebelum dilakukan
verifikasi atas persyaratan penyaluran bantuan sosial.

e. Beban Penyisihan Piutang

Beban penyisihan piutang merupakan cadangan yang harus dibentuk


sebesar persentase tertentu dari akun piutang terkait ketertagihan piutang. Beban
penyisihan piutang diakui pada saat akhir tahun.

f. Beban Transfer

Beban transfer merupakan beban berupa pengeluaran uang atau kewajiban


untuk mengeluarkan uang dari pemerintah daerah kepada entitas pelaporan lain
yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan. Beban transfer diakui saat
diterbitkan SP2D atau pada saat timbulnya kewajiban pemerintah daerah (jika
terdapat dokumen yang memadai). Dalam hal pada akhir Tahun Anggaran
terdapat pendapatan yang harus dibagihasilkan tetapi belum disalurkan dan sudah
diketahui daerah yang berhak menerima, maka nilai tersebut dapat diakui sebagai
beban.

2.5.4. Pengakuan Beban pada SKPD


a. Beban Pegawai

Beban pegawai merupakan kompensasi terhadap pegawai baik dalam


bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada pejabat negara, pegawai
negeri sipil, dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah daerah yang belum
berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali
pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal. Pembayaran atas beban
pegawai dapat dilakukan melalui mekanisme UP/GU/TU seperti honorarium non
PNS, atau melalui mekanisme LS seperti beban gaji dan tunjangan. Beban

11
pegawai yang pembayarannya melalui mekanisme LS, beban pegawai diakui saat
diterbitkan SP2D atau pada saat timbulnya kewajiban pemerintah daerah (jika
terdapat dokumen yang memadai). Beban pegawai yang pembayarannya melalui
mekanisme UP/GU/TU, beban pegawai diakui ketika bukti pembayaran beban
(misalnya, bukti pembayaran honor) telah disahkan pengguna anggaran.

b. Beban Barang

Beban barang merupakan penurunan manfaat ekonomi dalam periode


pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau
konsumsi aset atau timbulnya kewajiban akibat transaksi pengadaan barang dan
jasa yang habis pakai, perjalanan dinas, pemeliharaan termasuk pembayaran
honorarium kegiatan kepada nonpegawai dan pemberian hadiah atas kegiatan
tertentu terkait dengan suatu prestasi. Beban barang diakui ketika bukti
penerimaan barang atau berita acara serah terima ditandatangani. Dalam hal pada
akhir tahun masih terdapat barang persediaan yang belum terpakai, maka dicatat
sebagai pengurang beban.

2.6. Pengukuran Belanja Dan Beban


Sebagaimana yang telah diatur dalam PP No. 71 Tahun 2010 bahwa belanja diakui
sebesar jumlah kas yang dikeluarkan dari rekening kas umum negara/ daerah. Nilai yang
diakui meliputi nilai yang dibayarkan oleh pemerintah, bukan nilai yang seharusnya
dibayarkan. Akuntansi belanja dilaksanakan berdasarkan asas bruto dan diukur berdasarkan
nilainominal yang dikeluarkan dan tercantum dalam dokumen pengeluaran yang sah.
Sedangkan, beban menurut PSAP No. 12 Paragraf 32 diakui pada saat: (a) timbulnya
kewajiban, (b) terjadinya konsumsi aset, dan (c) terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau
potensi jasa.
Pengukuran beban dari transaksi nonpertukaran diukur sebesar aset yang digunakan
atau dikeluarkan yang pada saat perolehan tersebut diukur dengan nilai wajar. Sedangkan,
pengukuran beban dari transaksi pertukaran diukur dengan menggunakan harga sebenarnya
(actual price) yang dibayarkan ataupun yang menjadi tagihan sesuai dengan perjanjian yang
telah membentuk harga.

12
2.7. Pengungkapan Belanja Dan Beban
2.7.1. Pengungkapan Belanja
Hal-hal yang perlu diungkapkan sehubungan dengan belanja, antara lain:
a. Pengeluaran belanja tahun berkenaan setelah tanggal berakhirnya tahunanggaran.
b. Penjelasan sebab-sebab tidak terserapnya target realisasi belanja daerah.
c. Konversi yang dilakukan akibat perbedaan klasifikasi belanja yang didasarkan
pada Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah dengan yang didasarkan pada PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan. Informasi lainnya yang dianggap perlu.

Cuplikan Laporan Realisasi Anggaran untuk Belanja


BELANJA Anaggaran Tahun Realisasi Tahun Selisih
2011 (Rp) 2011 (Rp)
Belanja Pegawai ............ ............ ............
Belanja Barang ............ ............ ............
Belanja Modal 350.000.000 250.000.000 100.000.000

Catatan atas Laporan Keuangan


Terdapat selisih lebih sebesar Rp100.000.000 untuk realisasi belanja. modal
dibandingkan anggarannya. Selisih lebih ini disebabkan terjadi efisiensi dalam
pengadaan barang, khususnya dalam harga barang. Realisasi harga barang lebih
rendah bila dibandingkan dengan asumsi pada saat penyusunan anggaran, yaitu
sebesar Rp100.000.000. Hal ini disebabkan adanya negosiasi/kesepakatan dengan
pihak ketiga melalui proses lelang.
2.7.2. Pengungkapan Beban
Beban disajikan berdasarkan jenis beban dalam laporan operasional dan
rincian lebih lanjut jenis belanja disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.
Berikut ilustrasi pengungkapan beban dalam catatan atas laporan keuangan:

Cuplikan Laporan Operasional untuk Beban.


BEBAN Jumlah Tahun 2011 Jumlah Tahun 2011
(Rp) (Rp)
Beban Pegawai 500.000.000 450.000.000
Beban Persediaan 40.000.000 30.000.000
Beban Modal 300.000.000 300.000.000
Dst

13
Catatan atas Laporan Keuangan
1. Terjadi kenaikan beban pegawai.
2. Beban persediaan merupakan beban persediaan ATK yang terjadi di tahun 2011
3. Beban pemeliharaan sebesar Rp300.000.000 sesuai dengan tahun sebelumnya
merupakan beban pemeliharaan jalan.

2.8. Prosedur Akuntansi Belanja Dan Beban PPKD


Berikut fungsi-fungsi yang terkait dengan prosedur akuntansi belanja dan beban
PPKD menurut Permendagri No. 64 Tahun 2013.
a. Fungsi Akuntansi PPKD.
b. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah.
c. Kuasa BUD.
Berikut pencatatan transaksi belanja dan beban PPKD berdasarkan Permendagri No.
64 Tahun 2013.
a. Beban Bunga
Berdasarkan dokumen perjanjian utang, fungsi akuntansi PPKD membuat bukti
memorial terkait pengakuan beban bunga untuk diotorisasi oleh PPKD. Berdasarkan bukti
memorial untuk pengakuan beban tersebut, fungsi akuntansi PPKD melakukan pencatatan
atas transaksi tersebut dengan jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Bunga Xxx
Utang Bunga Xxx

Selanjutnya, dilaksanakan proses penatausahaan untuk pembayaran beban bunga


tersebut. Berdasarkan SP2D pengeluaran kas untuk pelunasan utang bunga tersebut, fungsi
akuntansi PPKD mencatat dengan jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Utang Bunga Xxx
Kas di Kas Xxx
Daerah

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Belanja Bunga Xxx
Estimasi Perubahan Xxx
SAL

14
b. Beban Subsidi
Berdasarkan tagihan dari penerima subsidi yang telah melaksanakan prestasi sesuai
persyaratan pemberian subsidi, fungsi akuntansi PPKD menyiapkan bukti memorial terkait
pengakuan beban subsidi. Setelah diotorisasi oleh PPKD, bukti memorial tersebut menjadi
dasar bagi fungsi akuntansi PPKD mencatat dengan jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Subsidi Xxx
Utang Belanja Xxx
Subsidi

Selanjutnya dilaksanakan proses penatausahaan untuk pembayaran beban subsidi


tersebut mulai dari pengajuan SPP penibuatan SPM hingga penerbitan SP2D. Berdasarkan
SP2D pengeluaran kas untuk pelunasan utang subsidi tersebut, fungsi akuntansi PPKD
mencatat dengan jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Utang Belanja Subsidi Xxx
Kas di Kas Daerah Xxx

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Belanja Subsidi Xxx
Estimasi Perubahan SAL Xxx

c. Beban Hibah
PPKD dan Pemerintah/Pemerintah Daerah Lain/Perusahaan Daerah/
Masyarakat/Ormas bersama-sama melakukan penandatanganan Naskah Perjanjian Hibah
Daerah (NPHD). Pengakuan beban hibah sesuai NPHD dilakukan bersamaan dengan
penyaluran belanja hibah, mengingat kepastian beban tersebut belum dapat ditentukan
berdasarkan NPHD karena mengingat masih perlu ditindaklanjuti dengan penerbitan
dokumen pencairan. Untuk itu atas pengakuan beban hibah, fungsi akuntansi PPKD mencatat
dengan jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Hibah Xxx
Kas di Kas Daerah Xxx

15
Laporan Realisasi Anggaran
Tanggal Uraian Debit Kredit
Belanja Hibah Xxx
Estimasi Perubahan SAL Xxx

d. Beban Bantuan Sosial


Realisasi beban bantuan sosial dilakukan melalui proses penatausahaan yang dimulai
dari pengajuan SPP, pembuatan SPM liingga penerbitan SP2D. Berdasarkan SP2D
pembayaran beban bantuan sosial tersebut, fungsi akuntansi PPKD mencatat dengan jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Bantuan Sosial Xxx
Kas di Kas Daerah Xxx

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Belanja Bantuan Sosial Xxx
Estimasi Perubahan SAL Xxx

e. Beban Transfer
Pengakuan beban transfer bersamaan dengan penyaluran dana transfer dari RKUD
berdasarkan peraturan kepala daerah tentang penetapan belanja transfer yang terkait. Fungsi
akuntansi PPKD membuat pengakuan beban transfer berdasarkan bukti penyaluran memorial
tersebut. Fungsi akuntansi PPKD mencatat dengan jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Transfer Xxx
Kas di Kas Daerah Xxx

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Transfer Xxx
Estimasi Perubahan SAL Xxx

2.9. Prosedur Akuntansi Belanja Dan Beban SKPD


Berikut fungsi-fungsi yang terkait dengan prosedur akuntansi belanja dan beban
SKPD menurut Permendagri No. 64 Tahun 2013.
a. Kuasa Bendahara Umum Daerah (BUD).
b. Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK-SKPD).

16
c. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.
Dalam prosedur pembayaran, belanja dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Belanja Uang Persediaan (UP)/Pergantian Uang (GU)/Tambahan Uang (TU).
b. Belanja Langsung (belanja LS). Belanja langsung dikelompokkan menjadi belanja
langsung gaji dan belanja langsung nongaji.

Belanja Uang Persediaan (UP)/Pergantian Uang (GU)/Tambahan Uang (TU)

Berikut fungsi yang terkait dengan prosedur akuntansi pengeluaran kas untuk
penyediaan Uang Persediaan (UP).
a. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.
b. Bendahara Pengeluaran/Pembantu Bendahara Pengeluaran.
c. Pejabat PenatausahaanKeuangan SKPD.
d. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.
e. Bendahara Umum Daerah/Kuasa Bendahara Umum Daerah.
Berikut dokumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas untuk
penyediaan Uang Persediaan (UP).
a. Surat Penyediaan Dana (SPD) merupakan dokumen yang dibuat PPKD sebagai
media atau surat yang menunjukkan tersedianya dana untuk diserap.
b. Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan (SPP-UP) merupakan dokumen
yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja yang
bersifat pengisian kembali (revolving) yang tidak dapat dilakukan dengan
pembayaran langsung.
c. Surat Permintaan Pembayaran Tambahan Uang Persediaan (SPP-TU) merupakan
dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan tambahan UP
guna melaksanakan kegiatan yang bersifat mendesak dan tidak dapat digunakan
untukpembayaran langsung dan uang persediaan.
d. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan (SPM-UP) merupakan dokumen yang
dibuat oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan Surat
Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang akan diterbitkan oleh BUD/kuasa BUD atas
beban pengeluaran DPA-SKPD yang dipergunakan sebagai uang persediaan untuk
mendanai kegiatan.
e. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan (SPM-TU) merupakan
dokumen yang dibuat oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk

17
penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang akan diterbitkan oleh
BUD/kuasa BUD atas beban pengeluaran DPA-SKPD, karena kebutuhan dananya
melebihi dari jumlah pagu uang persediaan yang telah ditetapkan sesuai dengan
ketentuan.
f. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) merupakan dokumen yang diterbitkan oleh
BUD/kuasa BUD untuk mencairkan uang pada bank yang ditunjuk berdasarkan
SPM-UP dan SPM-TU.
g. Bukti transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer pengeluarandaerah.
h. Nota debit bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang menunjukkan
adanya transfer uang dari rekening kas umum daerah.
i. Buku jurnal pengeluaran kas merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau kejadian yang
berhubungan dengan pengeluaran kas.
j. Buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk
mencatat peringkasan (posting) atas semua transaksi atau kejadian selain kas dari
jurnal penerimaan kas ke dalam buku besar untuk setiap aset, kewajiban, ekuitas
dana, belanja, pendapatan, dan pembiayaan.
k. Buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi untuk mencatat transaksi-transaksi dan kejadian yang berisi rincian akun
bukubesar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.

Baik basis kas maupun basis akrual, saldo normal rekening buku besar belanja dan
beban adalah saldo debit. Hal ini berarti rekening ini akan bertambah dengan adanya
transaksi yang mendebitnya, sebaliknya akan berkurang dengan adanya transaksi yang
mengkreditnya. Berikut transaksi di SKPD yang terkait dengan belanja dan beban yang
pembayarannya melalui mekanisme UP/GU TU, yang mana jurnal atas transaksi penyediaan
uang persediaan (UP) dan tambahan uang persediaan (TU) dicatat baik oleh sistem akuntansi
PPKD maupun sistem akuntansi SKPD sebagai satuan kerja yang menerima uang persediaan.

Fungsi akuntansi PPKD mencatat dengan jurnal:

Laporan Oprasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
R/K SKPD Xxx
Kas di Kas Daerah Xxx

18
Laporan Realisasi Anggaran
Tanggal Uraian Debit Kredit
Tidak Ada Jurnal

Fungsi akuntansi SKPD mencatat dengan jurnal:

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Kas di Bendahara Pengeluaran Xxx
R/K PPKD Xxx

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Tidak Ada Jurnal

Contoh:

Pada tanggal 26 Januari 2013, berdasarkan Surat Penyediaan Dana Belanja Daerah
No. 25 Tahun 2013, dinas pendidikan sebagai kuasa BUD menerbitkan SP2D No. 0001 atas
SPM Uang Persediaan No. 0101 beserta lampirannya senilai Rp10.000.000 yang diajukan
oleh bendahara pengeluaran dinas pendidikan.

Fungsi akuntansi PPKD mencatat dengan jurnal:

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
26 Januari R/K SKPD Rp.10.000.000
2013 Kas di Kas Daerah Rp.10.000.000

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Tidak Ada Jurnal

Fungsi akuntansi SKPD mencatat dengan jurnal:

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
26 Januari Kas di Bendahara Pengeluaran Rp.10.000.000
2013 R/K PPKD Rp.10.000.000

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Tidak Ada Jurnal

19
2.10. Koreksi Belanja Dan Beban
Ada kemungkinan terjadi koreksi terhadap belanja/beban di tahun anggaran berjalan.
Koreksi beban dapat disebabkan atas beberapa kemungkinan, yaitu:
a. Kesalahan klasifikasi belanja/beban
b. Kesalahan pencatatan nilai belanja/beban
c. Pengembalian belanja/beban.
Koreksi atas kesalahan/pengembalian belanja/beban dilakukan pada saat
ditemukannya kesalahan/diterimanya pengembalian beban tersebut. Perlakuan akuntansi yang
diterapkan sangat terkait dengan transaksi yang terjadi sebelumnya, apakah di tahun yang
sama atau di tahun yang berbeda. Berdasarkan PSAP No. 10 Paragraf 8-10, kesalahan bila
ditinjau dari sifat kejadian dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis:
a. Kesalahan tidak berulang
Kesalahan tidak berulang adalah kesalahan yang diharapkan tidak akan terjadi
kembali, dikelompokkan menjadi:
1. Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan.
2. Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode sebelumnya.
b. Kesalahan berulang dan sistemik.
Kesalahan berulang dan sistemik adalah kesalahan yang disebabkan sifat
alamiah (normal) dari jenis- jenis transaksi tertentu yang diperkirakan akan terjadi
secara berulang. Contohnya adalah penerimaan pajak dari wajib pajak yang
memerlukan koreksi, sehingga perlu dilakukan restitusi atau tambahan pembayaran
dari wajib pajak.

20
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Belanja adalah Semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak
akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah (PSAP No.2, Paragraf 7).

Beban adalah Penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam
bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau
timbulnya kewajiban. Tidak termasuk pembagian kepada penanam modal. Beban telah diakui
walaupun tidak terjadi arus keluar kas. Beban terjadi dikarenakan penggunaan aset untuk
kegiatan operasional entittas, misalnya beban penyusutan aset tetap.

Koreksi atas kesalahan/pengembalian belanja/beban dilakukan pada saat


ditemukannya kesalahan/diterimanya pengembalian beban tersebut. Perlakuan akuntansi
yang diterapkan sangat terkait dengan transaksi yang terjadi sebelumnya, apakah di tahun
yang sama atau di tahun yang berbeda.

21
DAFTAR PUSTAKA

Erlina, dkk. 2015. Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual. Jakarta: Salemba Empat
Medina. 2021. Belanja Daerah, diakses dari,
https://medina.co.id/belajar/permendagri77/docs/apbd_belanja/, pada 24 Mei 2022

22

Anda mungkin juga menyukai