Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

AKUNTANSI BELANJA DAN BEBAN

NAMA KELOMPOK : 1. DITA DWI AMANDA (C1C019005)

2. MURNI CANIAWAN (C1C019007)

3. ATIN FIRNANDA (C1C019038)

4. HANIFA IT’TAKILLAH (C1C019155)

KELAS :VE

MATA KULIAH : AKUNTANSI PEMERINTAHAN

DOSEN PENGAMPU : Dr. FADLI., SE., M.Si.Ak.,CA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BENGKULU
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.


 
Alhamdulillahirabbil’alamin, puja dan puji syukur kehadhirat Allah SWTyang mana
telah memberikan kita kekuatan, kesehatan jasmani dan rohanisehingga terselesaikan
tugas makalah yangberjudul “Akuntansi Belanja Dan Beban”.

Kami para penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Bengkulu, 3 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum negara/daerah yang
mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggara bersangkutan yang tidak
ada diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.(PSAP No. 2 Paragraf
7).Sementara menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006, belanja daerah merupakan
kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih
sedangkan beban Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi
Keuangan (revisi 2015), beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode
akuntansi dalam arus kas keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam
modal. Beban dapat diakui walaupun tidak terjadi arus kas keluar.Beban dapat terjadi
karena penggunaan aset untuk kegiatan operasional.
Perbedaan Beban dan Belanja No Beban Belanja a. Diukur dan diakui dengan basis
akuntansi akrual Diukur dan diakui dengan basis akuntansi kas b Merupakan unsur
pembentuk Laporan Operasional (LO) Merupakan unsur pembentuk Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) c. Menggunakan Kode Akun 9 Menggunakan Kode Akun 5, karena
pentingnya belanja dan beban dalam akuntansi pemerintah sehingga mendorong
terciptanya makalah ini.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi akuntansi dan belanja
2. Apa saja klasifikasi belanja
3. Apa saja klasifikasi beban
4. Bagaimana pengakuan belanja dan beban
5. Bagaimana pengukuran belanja dan beban
6. Bagaimana pengungkapan belanja dan beban
7. Bagiamana prosedur akuntansi belanja dan beban PPKD

I.3 Tujuan
Tujuan Penulisan Berikut tujuan penulisan dalam makalah akuntansi beban dan
belanja ini :
1. Memahami definisi beban dan belanja.
2. Memahami klasifikasi beban dan belanja.
3. Memahami bentuk pengakuan beban dan belanja.
4. Memahami pengukuran beban dan belanja.
5. Memahami penilaian beban dan belanja.
6. Memahami penyajian dan pengungkapan beban dan belanja.
7. Memahami prosedur akuntansi belanja dan beban di PPKD.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Definisi Belanja dan Beban

Menurut Deddi Nordiawan (2007), beban di lingkungan akuntansi


komersial dapat didefenisikan sebagai arus keluar dari aset atau segala
bentuk penggunaan aset yang terjadi selama periode tertentu yang
berasal dari produksi barang, penyerahan jasa, atau aktivitas lain yang
terjadi dalam kegiatan operasional entitas. Menurut Accounting
Principle Beard (APB) Statement No. 4, belanja didefenisikan sebagai
jumlah yang diukur dalam uang, dari kas yang dikeluarkan atau
properti lain yang di transfer, moal saham yang dikeluarkan, jasa yang
diberikan, atau kewajiban yang terjadi dalam hubungannya dengan
barang atau jasa yang telah atau akan diterima.
1. Defenisi Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum
negara/daerah yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam
periode tahun anggara bersangkutan yang tidak ada diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah.(PSAP No. 2 Paragraf
7).Sementara menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006, belanja
daerah merupakan kewajiban pemerintah daerah yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih
2. Defenisi Beban
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi
Keuangan (revisi 2015), beban adalah penurunan manfaat
ekonomi selama satu periode akuntansi dalam arus kas keluar
atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal. Beban dapat diakui
walaupun tidak terjadi arus kas keluar.Beban dapat terjadi
karena penggunaan aset untuk kegiatan operasional.

II.2 Klasifikasi Belanja


Klasifikasi belanja untuk tujuan pelaporan keuangan menurut PSAP No. 2
Paragraf 36-40 dikelompokkan menjadi:
1. Belanja Operasi

v
Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari
pemerintah pusat//daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja
operasi antara lain meliputi belanja pegawai, belanja barang, subsidi, hibah
dan bantuan sosial.

2. Belanja Modal
Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan
aset lainnya yang memberi manaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja
modal meliputi belanja untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan,
peralatan, serta aset tak berwujud.
3. Belanja Lain-lain/Belanja Tak Terduga
Belanja ini adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak
biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam,
bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sagat diperlukan
dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah.
4. Transfer Keluar
Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas
pelaporan lain seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat
dan dana bagi hasil oleh pemerintah daerah.

Namun berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah


dengan Permendagri No. 5 Tahun 2007 dan Permendagri No. 21 Tahun 2011,
belanja dikelompokkan menjadi:

1. Belanja Tidak Langsung


Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan yang tidak
terkait secara langsung dengan pelaksanaan dan kegiatan. Yang termasuk
belanja tidak langsung adalah:
 Belanja Pegawai
Belanja pegawai merupakan belanja konpensasi, alam bentuk gaji dan
tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai
negeri sipil.
 Belanja Bunga
Belanja bunga digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga
utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang berdasarkan
perjanjian pinjaman jangka pendek, menengah dan panjang.
 Belanja Subsidi
Belanja subsidi digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya
produksi kepada perusahaan tertentu agar harga jual produksi/jasa
yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.Perusahaan
yang dimaksud adalah lembaga yang menghasilkan produk atau jasa
pelayanan umum masyarakat.
 Belanja Hibah

vi
Belanja hibah digunakan untu menganggarkan pemberian hibah
dalam bentukuang, barang atau jasa kepada pemerintah atau
masyarakat secara spesifik telah ditetapkan peruntukkannya.
 Bantuan Sosial
Bantuan sosial digunakan utuk menganggarkan pemberian bantuan
dalam bentuk uang dan/jasa atau barang kepada masyarakat yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
 Belanja Bagi Hasil
Belanja bagi hasil digunakan untuk menganggarakan ddan bagi hasi
yang bersumber pada pendapatan provinsi kepada kabupaten, atau
kabupaten kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah
daerah Kepada pemerintah lainnya sesuai peratura perundang-
undangan.
 Bantuan Keuangan
Bantuan Keuangan digunakan untuk mengangarkan bantuan
keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada
kabupaten, pemerintah desa, dan kepaa pemerintah daerah lainnya
atau dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah desa dan
pemerintah lainnya dalam rangka peningkatan kemampuan keuangan.
 Belanja Tidak Terduga
Belanja tidak terrduga adalah belanja untuk kegiatan yang sifatnya
tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan
bencana atau sosial, termasuk pengembalian atau kelebihan
penerimaan daerah.
2. Belanja Langsung
Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
 Belanja Pegawai
Belanja pegawai digunakan untuk pengeluaran hononarium/upah
dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.
 Belanja Barang dan Jasa
Belanja barang dan jasa digunakan untuk pengeluaran
pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12
bulan dan pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan
pemerintahan daerah.
 Belanja Modal
Belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam
rangka pembelian atau pembangunan aset tetap berwuud yang
mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam
kegiatan pemerintahan.

Adanya perbedaan kalsifikasi belanja di antara kedua dasar peraturan tersebut


membuat entitas pelaporan harus melakukan konversi untuk klasifikasi belanja yang
akan dilaporkan dalam laporan realisasi anggaran. Hal ini sejalan dengan PSAP No.

vii
2 Paragraf 44-45 bahwa realisasi anggaran belanja dilaporkan sesuai dengan klasifikasi
yang ditetapkan dalam dokumen anggaran. Berikut klasifikasinya

a. Klasifikasi Belanja Pemerintah Pusat


1. Belanja Operasional
- Belanja pegawai
- Belanja barang
- Bunga
- Subsidi
- Hibah
- Bantuan sosial
- Belanja lain-lain
2. Belanja Modal
- Belanja tanah
- Belanja peralatan da mesin
- Belanja gedung dan bangunan
- Belanja jalan, irigasi dan jaringan
- Belanja aset tetap lainnya
- Belanja aset lainnya
3. Transfer
4. Dana Perimbangan
- Dana bagi hasil pajak
- Dana bagi hasil sumber daya alam
- Dana alokasi umum
- Dana alokasi khusus
5. Transfer Lainnya (disesuaikan ddengan program yang ada)
- Dana otonomi khusus
- Dana penyesuaian

b. Klasifikasi Belanja Pemerintah Provinsi


1. Belanja Operasi
- Belanja pegawai
- Belanja barang
- Bunga
- Subsidi
- Hibah
- Bantuan sosial
2. Belanja Modal
- Belanja tanah
- Belanja peralatan dan mesin
- Belanja gedung dan bangunan
- Belanja jalan, irigasi dan jaringan
- Belanja aset tetap lainnya
- Belanja aset lainnya

viii
3. Belanja Tak Terduga
- Belanja tak terduga
4. Transfer
5. Transfer/Bagi Hasil Pendapatan ke Kabupaten//Kota
- Bagi hasil pajak ke kabupaten/kota
- Bagi hasil retribusi ke kabupaten/kota
- Bagi hasil pendapatan lainnya ke kabupaten/kota
c. Klasifikasi Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota
1. Belanja Operasi
- Belanja pegawai
- Belanja barang
- Bunga
- Subsidi
- Hibah
- Bantuan sosial
2. Belanja Modal
- Belanja tanah
- Belanja peralatan dan bangunan
- Belanja gedung dan bangunan
- Belanja jalan, irigasi dan jaringan
- Belanja aset tetap lainnya
- Belanja aset lainnya
3. Belanja Tak Terduga
- Belanja tak terduga
4. Tansfer
5. Transfer/Bagi Hasil ke Desa
- Bagi hasil pajak
- Bagi hasil retribusi
- Bagi hasil pendapatan lainnya

II.3 Klasifikasi Beban


Berdasarkan PSAP No. 12 Paragraf 37-38, beban dapat diklasifikasikan menurut
klasiikasi ekonomi yang mana pada prinsipnya mengelompokkan berdasarkan jenis
beban.

1. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat, yaitu :


1. Beban Pegawai
2. Beban Barang
3. Beban Bunga
4. Beban Subsidi
5. Beban Hibah
6. Beban Bantuan Sosial

ix
7. Beban Penyusutan Aset Tetap/Amortisasi
8. Beban Transfer
9. Beban Lain-lain
2. Klasifikasi ekonomi pemerintah daerah, yaitu:
1. Beban Pegawai
2. Beban Barang
3. Beban Bunga
4. Beban Subsidi
5. Beban Hibah
6. Beban Bantuan Sosial
7. Beban Penyusutan Aset Tetap/Amortisasi
8. Beban Transfer
9. Beban Tak Terduga

II.4 Pengakuan Belanja dan Beban


Menurut Deddi Noordiawan, biaya adalah sejumlah kas atau setara kas yang
dibayarkan untuk memperoleh suatu aset, sedangkan beban adalah biaya yang sudah
terjadi. Tidak semua biaya dapat langsung dibebankan apabila biaya tersebut memiliki
pariode lebih dari satu tahun.
1. Pengakuan Belanja untuk Laporan Realisasi Anggaran
PSAP No.2 Paragraf 31-33 dijelaskan bahwa belanja diakui pada saat terjadinya
penegluaran dari rekening kas umum negara/daerah. Khusus pengeluaran melalui
bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas
pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi
pembendaharaan.. Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan
mengacu pada peraturan yang mengatur mengenai badan layanan umum. Menurut
Deddi Noordiawan bahwa pengakuan belanja dapat dikategorikan menjadi dua
jenis berdasarkan sumber dana asal yang digunakan untuk pelaksanaan belanja
tersebut, yaitu pengeluaran belanja melalui rekening umum negara/daerah diakui
ketika terjadi arus keluar dari rekening tersebut dan pengeluaran belanja melaui
kas bendahara pengeluaran diakui pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran
tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi pembendaharaan, atau
dikatakn ketika SPJ pengeluaran dinyatakan defenitif.

Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kota Pagar Alam No. 7 tentang Akuntansi


Belanja menyatakan bahwa suatu pengeluaran belanja akan diperlakukan sebagai
belanja modal dan nantinya akan sebagai aset tetap jika memenuhi seluruh kriteria
berikut:

a. Manfaat ekonomi barang yang dibeli lebih dari 12 bulan


b. Perolehan barang tersebut untuk operasional dan pelayanan, serta tidak untuk
dijual

x
c. Nilai rupiah pembelian barang material atau pengeluaran untuk pembelian barang
tersebut melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap yang telah di tetapkan
d. Barang yag dibeli merupakan objek pemeliharaan
e. Perolehan barang tersebut untuk digunakan dan tidak untuk
dijual/dihibahkan/disumbangkan/diserahkan kepada pihak ketiga
Suatu pengeluaran pemeliharaan akan diperlakukan sebagai belanja modal dan
dikapitalisasi menjadi aset tetap ika memenuhi seluruh kriteria berikut:
a. Manfaat ekonomi atas barang/aset tetap yang dipelihara
1. Bertambah ekonomis/efisien
2. Bertambah umur ekonomis
3. Bertambah volume
4. Bertambah kapasitas produk
5. Bertambah estetika/keindahan/kenyamanan
b. Nilai rupiah pengeluaran atas pemeliharaan barang/aset tetap tersebut
material/melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap yang telah ditetapkan.

Manfaat ekonomis suatu barang/aset tersebut melebihi jangka waktu 1


tahun.Sementara itu, apabila ada pengeluaran yang bersfat rutin untuk memperbaiki dan
atau memelihara aset tetap meskipun jumlahnya cukup material, tetap digolongkan
sebagai revenue ekspenditure, karena pengeluaran jenis ini memiliki makna pengeluaran
untuk mempertahankan kapasitas yang ada saat ini.

2. Pengakuan Beban untuk Laporan Operasional


Kerangka Konseptual PP No. 71 Tahun 2010 Paragraf 6 menyatakan kalau beban
diakui pada saat tumbuhnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset, terjadinya
penurunan manfaat ekonomis atau potensi jasa. Dari defenisi ini dapat diartikan
bahwa:
a. Beban harus sudah diakui apabila entitas sudah memperoleh manfaat
ekonomi walaupun entitas tersebut belum melakukan pembayaran, tetapi
telah timbul kewajiban untuk membayar.
b. Beban harus diakui apabila terjadinya konsumsi penggunaan aset.
c. Beban diakui apabila terjadinya penurunan manfaat ekonomis atau potensi
jasa.

3. Pengakuan Beban pada PPKD


a. Beban bunga merupakan alokasi pengeluaran pemerintah daerah untuk
pembayaran bunga yang dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok utang
termasuk beban pembayaran biaya-biaya yang terkait dengan pinjaman dan
hibah yang diterima pemerintah saerah seperti biaya commitment fee dan
biaya denda. Beban bunga meliputi bunga pinjaman dan obligasi. Beban
bunga diakui saat bunga tersebut jatuh tempo untuk dibayarkan.
b. Beban subsidi merupakan pengeluaran anggaran yang diberikan pemerintah
daerah kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga dapat dijangkau

xi
masyarakat luas. Beban subsidi diakui pada saat kewajiban pemerintah
daerah untuk memberikan subsidi yang timbul.
c. Beban hibah merupakan beban pemerintah yang bersiat tidak mengikat dan
tidak wajib. Pengakuan beban hibah sesuai Naskah Perjanjian Hibah Daerah
dilakukan bersamaan dengan penyaluran belanja hibah.
d. Beban bantuan sosial adalah beban pemerintah yang siffatnya tidak terus-
menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi risiko sosial.
Pengakuan beban ini dilakukan bersamaan dengan penyaluran belanja
bantuan sosial.
e. Beban penyisihan piutang adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar
persentase tertentu dari akun piutang terkait ketertagihan piutang. Beban ini
diakui pada saat akhir tahun
f. Beban transfer adalah beban berupa pengeluaran uang atau kewajiban untuk
mengeluarkan uang dari pemerintah daerah kepada entitas pelapor lain.
Beban transer diakui saat diterbitkan SP2D atau pada saat timbulnya
kewajiban pemerintah daerah.

4. Pengakuan Beban pada SKPD


a. Beban pegawai adalah konpensasi terhadap pegawai atas pekerjaan yang
telah dilaksanakan. Beban pegawai diakui pada saat diterbitkan SP2D atau
pada saat timbulnya kewajiban pemerintah daerah. Beban pegawai yang
pembayarannya melalui UP/GU/TU, beban pegawai diakui ketika bukti
pembayaran beban telah disahkan pengguna anggaran.
b. Beban barang adalah penurunan manfaat ekonomis dalam periode pelaporan.
Beban ini diakui ketika bukti penerimaan barang atau berita acra serah terima
ditandatangani. Dalam hal ini pada akhir tahun masih terdapat barang
persediaan yang belum terpakai, maka dicatat sebagai pengurang beban.

II.5 Pengukuran Belanja dan Beban


Menurut Deddi Noordiawan dkk, pengukuran belanja dan beban yang
menggunakan basis kas ataupun akrual diakui dalam laporan keuangan sebesar nilai
wajar yang akan dibayarkan atau yang akan dibayarkan. Akuntansi belanja dilaksanakan
berdasarkan asas bruto dan diukur berdasarkan nilai nominal yang dikeluarkan dan
tercantum dalam dokumen pengeluaran yang sah. Sedangkan, beban menurut PSAP No.
12 Paragraf 32 diakui pada saat :
a. Timbulnya kewajiban,
b. Terjadinya konsumsi aset,
c. Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
Pengukuran beban dan transaksi nonpertukaran diukur sebesar aset yang digunakan
atau dikeluarkan yang pada saat perolehan dengan nilai wajar. Sedangkan, pengukuran
beban dari transaksi pertukaran diukur dengan menggunakan harga sebenarnya yang

xii
dibayarkan atau yang menjadi tagihan sesuai dengan perjanjian yang telah membentuk
harga

II.6 Pengungkapan Belanja dan Beban


1. Pengungkapan belanja
Hal-hal yang perlu diungkapkan sehubungan dengan belanja, antara lain:
1) Pengeluaran belanja tahun berkenaan setelah tanggal berakhirnya tahun
anggaran
2) Penjelasan sebab-sebab tidak terserapnya target relisasi belanja daerah
3) Konversi yang dilakukan akibat perbedaan klasifikasi belanja yang
didasarkan pada Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah dengan yang didasarkan pada PP No. 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
4) Informasi lainnya yang dianggap perlu

Belanja disajikan berdasarkan jenis belanja dalam laporan realisasi anggaran dan
laporan dan rincian lebih lanjut jenis belanja akan disajikan dalam catatan atas laporan
keuangan. Belanja disajikan dalam laporan realisasi anggaran sesuai dengan klasifikasi
dalam anggaran.Penjelasan sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara
anggaran dan realisasinya, diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Jumlah Tahun Realisasi Tahun


Belanja 2011 (Rp) 2011 (Rp) Selisih (Rp)

Belanja Pegawai      
Belanja Barang      
Belanja Modal 350.000.000 250.000.000 10.000.000

Catatan atas Laporan Keuangan

Terdapat selisih lebih sebesar Rp 100.00.000 untuk realisasi belanja modal


dibandingkan anggarannya. Selisih ini ddisebabkan terjadinya efisiensi dalam pengadaan
barang, khususnya dalam harga barang. Realisasi harga barang lebih rendah bila
dibandingkan dengan asumsi pada saat penyusunan anggaran, yaitu sebesar Rp
100.000.000. Hal ini disebabkan adanya negosiasi/kesepakatan dengan pihak ketiga
melalui proses lelang

2. Pengungkapan Beban
Beban disajikan berdasarkan jenis beban dalam laporan operasional dan
rincian lebih lanjut jenis belanja dalam catatan atas laporan keuangan.

Jumlah Tahun Realisasi Tahun


Belanja 2011 (Rp) 2011 (Rp)

xiii
Belanja Pegawai 500.000.000 450.000.000
Belanja Persediaan 40.000.000 30.000.000
Belanja Pemeliharaan 300.000.000 300.000.000
dst.    

Catatan atas Laporan Keuangan

1) Terjadinya kenaikan beban pegawai


2) Beban persediaan merupakan beban persediaan ATK yang terjadinya di tahun
2011
3) Beban pemeliharaan sebesar Rp 300.000.000 sesuai dengan tahun sebelumnya,
merupakan beban pemeliharaan jalan.

II.7 Prosedur Akuntansi Belanja dan Beban PPKD


Fungsi-fungsi yang terkait dengan prosedur akuntansi belanja dan beban PPKD
No. 64 tahun 2013.
a. Fungsi Akuntansi PPKD
b. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
c. Kasus BUD

berikut pencatatan transaksi belanja dan beban PPKD berdasarkan Permendagri


No. 64 tahun 2013.

a. Beban Bunga
Berdasarkan dokumen perjanjian utang, fungsi akuntansi PPKD membuat bukti
memorial terkait pengakuan beban bunga untuk diotorisasi oleh PPKD.
Berdasarkan bukti memorial untuk pengakuan beban tersebut, fungsi akuntansi
PPKD melakukan pencatatan atau transaksi tersebut dengan jurnal:

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Bunga xxx
Utang Bunga Xxx

Selanjutnya dilaksanaakn proses penatausahaan untuk pembayaran beban bunga


tersebut. Berdasarkan SP2D pengeluaran kas untuk pelunasan utang bunga tersebuat,
fungksi akuntansi PPKD mencatat dengan jurnal:

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Utang Bunga xxx
Kas di Kas daerah Xxx

xiv
Laporan Realisasi Angaran
Tanggal Uraian Debit Kredit
Belanja Bunga xxx
Estimas Perubahan SAL Xxx

b. beban Subsidi berdasarkan tagihan dari penerima subsidi yang telah


melaksanakan prestasi sesuai persyaratan pemberain subsidi, fungsi akuntansi
PPKD menyiapkan bukti memorial terkait pengakuan beban subsidi, setelah
diotorisasi oleh PPKD, bukti memorial tersebut menjadi dasar bagi fungsi
akuntansi PPKD mencatat dengan jurnal:

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Subsidi xxx
Utang Belanja Subsidi Xxx

Selanjutnya dilaksanakan proses penatausahaan untuk pembayaran beban subsidi


tersebut mulai dari pengajuan SPP, pembutan SPM hingga penerbitan SP2D, berdasarkan
SP2D pengeluaran kas untuk pelunasan utang subsidi tersebut, fungsi akuntansi PPKD
mencatat dengan jurnal:

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Utang Belanja Subsidi xxx
Kas di Kas Daerah Xxx

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Belanja Subsidi xxx
Estimasi perubahan SAL Xxx

c. Beban Hibah
PPKD dan Pemerintah/Pemerintah di Daerah Lain/Perusahaan
Daerah/Masyarakat/Ormas bersama-sama melakukan penandatanganan Naskah
Perjanjian Hibah Daerah (NPHD).Pengakuan bebah hibah sesuai NPHD karena
mengingat masih perlu ditindaklanjuti dengan penerbitan dokumen pencairan.
Untuk itu atas pengakuan beban hibah, fungsi akuntansi PPKD mencatat dengan
jurnal:

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit

xv
Beban Hibah xxx
Kas d kas Daerah Xxx

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Belanja Hibah xxx
Estiamasi Perubahan SAL Xxx

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
28 Mei 2013 Beban Bantuan Sosial xxx
Kas di Kas daerah Xxx

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
28 Mei 2013 Belanja Bantuan Sosial xxx
Estimasi Perubahan SAL Xxx

II.8 Prosedur Akuntansi Belanja dan Beban SKPD


Berikut fungsi_fungsi yang terkait dengan prosedur akuntansi belanja dan beban
SKPD menurut permendagri No. 64 Tahun 2013.

a. Kuasa Bendahara Umum Daerah (BUD)


b. Pejabat Penatausaha Keuangan (PPKD-SKPD)
c. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
Dalam prosedur pembayaran belanja dikelompokkan menjadi dua, yaitu
 Belanja uang persediaan(UP)/Pergantian Uang (GU)/Tambahan Uang
(TU)
 Belanja langsung (belanja LS). Belanja langsung dikelompokkan menjadi
langsung gaji dan belanja langsung nongaji.

Fungsi akuntansi PPKD mencatat denga jurnal:

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
R/K SKPD xxx
Kas di Kas Daerah Xxx

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Tidak Ada Jurnal

xvi
Fungsi akuntansi SKPD mencatat dengan jurnal:

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
R/K PPKD Xxx

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Tidak Ada Jurnal

Contoh:

Tanggal 10 Maret 2013, kuasa BUD menerima nota kredit sebesar Rp 2.500.000 dari
Bank Daerah atas setoran yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran atau sisa kas
tambahan UP bulan Februari yang tidak habis digunakan dalam satu bulan. Fungsi
akuntansi PPKD mencatat dengan jurnal:

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
10 Maret 2013 Kas di Kas Daerah Rp. 2.500.000
R/K SKPD Rp.
2.500.000

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Tidak Ada Jurnal

Fungsi akuntansi SKPD mencatat dengan jurnal:

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
10 Maret R/K PPKD Rp. 2.500.000
2013
Kas di Bendahara Pengeluaran Rp. 2.500.000

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Tidak Ada Jurnal

xvii
Dokumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas untuk
penggantian UP sedikt berbeda dengan dokumen untuk prosedur akuntansi pengeluaran
kan untuk UP dan TU. Berikut merupakan dokumen pergantian UP.

1. Surat Penyediaan Dana(SPD) merupakan dokumen yang dibuat PPKD sebagai


media atau surat yang menunjukkan tersedianya dana untuk diserap.
2. Surat Permintaan Pembayaran Ganti Uang Persediaan (SPP-GU) merupakan
dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan uang
persediaan yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.
3. Surat Pengesahan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeuaran (SPI-Belanja)
merupakan dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna
angaran sebagai pengesah atas pertangungjawaban penggunaan dana oleh
bendahara pngeluaran.
4. Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan (SPM-GU) merupakan dokumen
yang dibuat oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan
Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang akan diterbitkan oleh BUD/kuasa BUD
atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang dipergunakan untuk mengganti uang
persediaan yang telah dibelanjakan.
5. Sura Perintah Pencairan Dana (SP2D) merupakan dokumen yang diterbitkan oleh
Bud/kuasa BUD untuk mencairkan uang pada bank yang ditunjuk berdasarkan
SPM-GU.
6. Bukti transfer merupakan dokumen atau bukti atau transfer pengeluaran daerah.
7. Nota debit bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang menunjukkan
adanya transfer uang dari rekening kas umum daerah.
8. Buku jurnal merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk
mencatat dan menggolongkan semuatransaksi atau kejadian yang berhubungan
dengan pengelaran kas.

9. Buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk
mencatat peringkasan (posting) semua transaksi atau kejadian selain kas dari jurnal
penerimaan kas ke dalam buku besar untu k setiap aset, kewajiban, ekuitas dana,
belanja, pendapatan, dan pembiayaan
10. Buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi utuk mencatat transaksi-transaksi dan kejadian yang berisi rincian akun
buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.

Atas dasar pengesahan penggunaan uang Persediaan (UP) oleh pengguna


anggaran/kuasa pengguna anggaran, BUD/Kuasa BUD menerbitkan SP2D atas SPM-Gu
yang diajukan oleh bendehara pengeluaran. Berdasarkan transaksi tersebut jurnal yang
dibuat oleh sistem akuntansi PPKD dan sistem akuntansi SPKD telah membebani belanja
daerah. Berikut jurnal atas transaksi yang dimaksud berdasarkan Permendagri No. 64
tahun 2013:

a. Belanja dan Beban Pegawai

xviii
Bendahara Pengeluaran SKPD menyerahkan bukti transaksi pegawai yang
menggunakan uang persediaan. Fungsi akuntansi SKPD mencatat dengan jurnal:

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Pegawai-LO xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran Xxx

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Belanja Pegawai xxx
Estimasi Perubahan SAL Xxx

b. Belanja dan Beban Barang dan Jasa

Berikut adalah akuntansi belanja barang yang pembayarannya menggunakan


UP/GU/TU.Terdapat dua pencatan atas belanja dan beban barang dan jasa, yakni
untuk keperluan penyusunan LO dan penyusunan LRA.Pencatatn dilakukan pada
saat bendahara pengeluaran melakukan pembelian (1) barang dan atas (2) jasa.

Berdasarkan Permendagri No. 64 tahun 2013, bendahara pengeluaran SKPD


menyerahkan bukti transfer beban barang dengan mengggunakan uang
persediaan.Pengakuan beban barang yayng menggunakan uang persediaan dilakukan
berdasarka bukti transaksi beban barang. Fungsi akuntansi SKPD mencatat dengan
jurnal:

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Barang dan Jasa Xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran Xxx

Khusus untuk pengadaan barang dan jasa berupa belanja bahan habis pakai, belanja
bahan/material, fungsi akuntansi SKPD mencatat dengan jurnal:

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Persediaan xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran Xxx

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Belanja Barang dan Jasa xxx
Estimasi Perubahan SAL Xxx

xix
c. Belanja Modal dan Pembelian Aset Tetap

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Aset Tetap xxx
Belanja Modal Xxx

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Belanja Modal xxx
Estimasi perubahan SAL Xxx

II.9 Penerimaan SP2D GU


Pengajuan ganti uang persediaan dilakukan berdasarkan SP2D-GU, fungsi
akuntansi PPKD mencatat dengan jurnal:

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
R/K SKPD xxx
Kas di Kas Daerah Xxx

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Tidak Ada Jurnal

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
R/K PPKD Xxx

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Tidak Ada Jurnal

II.10 Belanja Langsung


Berikut fungsi yang terkait dengan prosedur akuntansi pengeluaran kas untuk
pembayaran langsung kepada pihak ketiga

a. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.

xx
b. Bendahara Pengeluaran/Pembantu Bendahara Pengeluaran.
c. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD.
d. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
e. Bendahara Umum Daerah/Kuasa Bendahara Umum Daerah.

Berikut dokumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi belanja langsung.

1. Surat Penyediaan Dana (SPD) merupakan dokumen yang dibuat PPKD


sebagai media atau surat yang menunjukkan tersedianya dana untuk diserap.
2. Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) merupakan dokumen yang
diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan pembayaran langsung
kepada pihak ketiga atas dasar perjanjian kontrak kerja sama atau surat
perintah kerja lainnya dan pembayaran gaji dengan jumlah, penerima.
peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu yang dokumennya disiapkan oleh
pejabat pelaksana teknis kegiatan.
3. Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS) merupakan dokumen yang
diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk
penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) atas beban pengeluaran
DPA SKPD.
4. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) merupakan dokumen yang diterbitkan
oleh BUD/kuasa BUD untuk mencairkan uang pada bank yang ditunjuk
berdasarkan SPM-LS.
5. Bukti transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer pengeluaran
daerah.
6. Nota debit bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang menunjukkan
adanya transfer uang dari rekening kas umum daerah.
7. Buku jurnal pengeluaran kas merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau
kejadian yang berhubungan dengan pengeluaran kas.
8. Buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi
untuk mencatat peringkasan (posting) semua transaksi atau kejadian selain kas
dari jurnal penerimaan kas ke dalam buku besar untuk setiap aset, kewajiban,
ekuitas dana, belanja, pendapatan, dan pembiayaan.
9. Buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi untuk mencatat transaksi-transaksi dan kejadian yang berisi rincian
akun buica besar. Jurnal atas transaksi pembayaran langsung kepada pihak
ketiga dicatat berdasarkan kontrak atau surat perintah kerja setelah
memperhitungkan dengan kewajiban pihak ketiga atau pembayaran lain yang
bukan penyediaan UP. Pengeluaran kas yang dilakukan dengan pembayaran
langsung meliputi belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah.

Belanja daerah yang dapat dibiayai dengan pembayaran langsung dapat berupa
belanja pegawai, belanja modal, dan belanja barang.Namun, berdasarkan kebijakan dari
sejumlah pemerintah daerah, ketiga jenis belanja tersebut dapat menggunakan

xxi
UP/GU/TU, jika nilai pembayarannya di bawah batas nilai tertentu yang telah dituangkan
dalam kebijakan akuntansi pemerintah daerah yang bersangkutan.

a. Belanja dan Beban Pegawai

Berdasarkan Permendagri No. 64 Tahun 2013, pengakuan beban pegawai yang


menggunakan mekanisme LS dilakukan berdasarkan SP2D-LS. SP2D-LS ini
menjadi dasar bagi SKPD untuk mencatat dengan jurnal :

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Pegawai-LO xxx
R/K PPKD xxx

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Belanja Pegawai xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

Belanja pegawai tersebut dicatat jumlah brutonya, yaitu nilai sebelum potongan-
potongan. Berbagai potongan atas belanja pegawai tidak dicatat oleh PPK-SKPD,
karena akan dicatat oleh fungsi akuntansi PPKD.
b. Belanja dan Beban Barang dan Jasa

Menurut Permendagri No. 64 Tahun 2013, pengakuan beban barang yang


menggunakan mekanisme LS dilakukan berdasarkan berita acara serah terima barang.
Berita acara serah terima barang tersebut menjadi dasar bagi PPK-SKPD untuk
mencatat dengan jurnal :

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Barang dan Jasa xxx
Utang Belanja Barang dan Jasa xxx

Selanjutnya dilaksanakan proses penatausahaan untuk pembayaran beban barang


tersebut. Berdasarkan SP2D pelanasan utang beban tersebut. PPK SKPD mencatat
dengan jurnal :

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Utang Belanja Barang dan Jasa xxx
R/K PPKD xxx

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit

xxii
Belanja Barang dan Jasa xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

II.11 Koreksi Belanja dan Beban


Ada kemungkinan terjadi koreksi terhadap belanja/beban di tahun anggaran
berjalan. Koreksi beban dapat disebabkan atas beberapa lienungkinan, yaitu:

a. Kesalahan klasifikasi belanja/beban.


b. Kesalahan pencatatan nilai belanja beban.
c. Pengembalian belanja/beban.

Koreksi atas kesalahan/pengembalian belanja/beban dilakukan pada saat


ditemukannya kesalahan/diterimanya pengembalian beban tersebut. Perlakuan
akuntansi yang diterapkan sangat terkait dengan transaksi yang terjadi sebelumnya,
apakah di tahun yang sama atau di tahun yang berbeda.
Berdasarkan PSAP No. 10 Paragraf 8-10, kesalahan bila ditinjau dari sifat
kejadian dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis:

a. Kesalahan tidak berulang.


Kesalahan tidak berulang adalah kesalahan yang diharapkan tidak terjadi kembali,
dikelompokkan menjadi:
1. Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan.
2. Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode sebelumnya.
b. Kesalahan berulang dan sistemik.
Kesalahan berulang dan sistemik adalah kesalahan yang disebabkan sifat alamiah
(normal) dari jenis-jenis transaksi tertentu yang diperkirakan akan terjadi secara
berulang Contohnya adalah penerimaan pajak dari wajib pajak yang memerlukan
korekst, sehingga perlu dilakukan restitusi atau tambahan pembayaran dari wajib
pajak.

Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode periode
sebelumnya dan memengaruhi posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut
belum diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun yang bersangkutan, baik
pada akun belanja maupun akun beban.
Koreksi kesalahan atas pengeluaran belanja (sehingga mengakibatkan penerimaan
kembali belanja) yang tidak berulang yang terjadi pada periode periode sebelumnya dan
menambah posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan,
dilakukan dengan pembetulan pada akun pendapatan lain-lain-LRA.Dalam hal
mengakibatkan pengurangan kas dilakukan dengan pembetulan pada akun saldo
anggaran lebih.
Paragraf 18 PSAP No 10 menambahkan bahwa koreksi kesalahan atas beban
yang tidak berulang sehingga mengakibatkan pengurangan beban, yang terjadi pada
periode periode sebelumnya dan memengaruhi posisi kas dan tidaic memengaruhi

xxiii
secara material posisi aset selain kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah
diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun pendapatan lain lain-LO/ekuitas.
Dalam hal mengakibatkan penambahan beban dilakukan dengan pembetulan pada akun
ekuitas.
Berdasarkan PP No 71 Tahun 2010, maka koreksi tersebut diperlakukan sebagai:

Koreksi atas Belanja


Jenis Terjadi di Tahun Terjadi di Tahun
Sebelumnya yang Sama
Kesalahan klasifikasi. Tidak dilakukan jurnal Dilakukan koreksi ke
koreksi. belanja yang sesuai.
Kesalahan pencatatan Dilaukan koreksi ke Saldo Dilakukan koreksi atas
nilai belanja. Anggaran Lebih. kekurangan/kelebihan
jumlah ke kode rekening
yang terkait.
Pengembalian belanja. Dicatat sebagai lain-lain Dicatat sebagai pengurang
PAD yang sah. belanja.

Koreksi atas Beban (Basis Akrual)


Jenis Terjadi di Tahun Terjadi di Tahun
Sebelumnya yang Sama
Kesalahan klasifikasi. Tidak dilakukan jurnal Dilakukan koreksi ke kode
koreksi. beban yang sesuai.
Kesalahan pencatatan Dilaukan koreksi ke Dilakukan koreksi atas
nilai beban. ekuitas. kekurangan/kelebihan
jumlah ke kode rekening
yang terkait.
Pengembalian beban. Dicatat koreksi ke ekuitas. Dicatat sebagai pengurang
beban.

II.12 Penyesuaian pada Akhir Tahun


Pada akhir periode akuntansi ada beberapa perkiraan yang harus dilakukan
penyesuaian di antaranya pada saat kewajiban timbul karena adanya beban yang masih
harus dibayar atau terjadinya konsumsi aset atau terjadinya penurunan manfaat
ekonomi atau potensi jasa, walaupun tidak terjadi pengeluaran kas.
Jurnal atas transaksi konsumsi aset diakui dengan bertambahnya beban aset yang
dicatat di sisi debit dan berkurangnya aset yang dicatat di sisi kredit dengan nilai
nominal aset yang sudah digunakan/terpakai.

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Aset xxx
Aset xxx

xxiv
Jurnal atas beban yang masih harus dibayar diakui dengan mencatat beban di sisi
debit dan mencatat utang di sisi kredit dengan nilai nominal beban yang masih harus
dibayar tersebut.

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban yang Masih Harus Dibayar xxx
Utang xxx

Jurnal untuk mengakui adanya beban akibat penurunan manfaat ekonomi atau
potensi jasa dibuat dengan mencatat beban depresiasi di sisi debit dan mencatat
akumulasi depresiasi di sisi kredit dengan nilai nominal manfaat ekonomi atau potensi
jasa yang sudah didapatkan/dipergunakan.

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Depresiasi xxx
Akumulasi Depresiasi xxx

Jurnal atas beban yang terutang dan beban dibayar di muka untuk penyusunan
LO.

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban xxx
Beban Dibayar di Muka xxx
Akumulasi Depresiasi xxx

Jurnal pengeluaran kas atas belanja untuk penyusunan LRA.

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Belanja xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

xxv
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum negara/daerah yang
mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggara bersangkutan yang tidak
ada diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Sedangkan beban adalah
penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam arus kas keluar atau
berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas
yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Beban dapat diakui
walaupun tidak terjadi arus kas keluar. Beban dapat terjadi karena penggunaan aset untuk
kegiatan operasional.
Menurut PSAP No. 2 Paragraf 44-45 bahwa realisasi anggaran belanja dilaporkan
sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan dalam dokumen anggaran, sedangkan beban
berdasarkan PSAP No. 12 Paragraf 37-38, beban dapat diklasifikasikan menurut
klasifikasi ekonomi yang mana pada prinsipnya mengelompokkan berdasarkan jenis
beban. Pengukuran belanja dan beban yang menggunakan basis kas ataupun akrual
diakui dalam laporan keuangan sebesar nilai wajar yang akan dibayarkan atau yang akan
dibayarkan.
Belanja disajikan berdasarkan jenis belanja dalam laporan realisasi anggaran dan
laporan dan rincian lebih lanjut jenis belanja akan disajikan dalam catatan atas laporan
keuangan. Belanja disajikan dalam laporan realisasi anggaran sesuai dengan klasifikasi
dalam anggaran. Penjelasan sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara
anggaran dan realisasinya, diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

xxvi
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Erlina, S. M., Omar Sakti Rambe, S. A., & Drs. Rasdianto, M. A. (2015). Akuntansi
Keuangan Daerah Berbasis Akrual. Jakarta Selatan: Salemba Empat .

xxvii

Anda mungkin juga menyukai