Kelompok I
Anggota:
1. Mahenggiyang B. Basri
2. Hendra Devianto
3. Andi Pandangai Tenrigau
TEORI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
A. Akuntansi Sektor Publik
1) Kemampuan untuk menerangkan atau menjelaskan fenomena yang ada (the ability to explain).
2) Kemampuan untuk memprediksi (the ability to predict).
3) Kemampuan mengendalikan fenomena (the ability to control given phenomena)
Tujuan mempelajari teori akuntansi, antara lain:
a. Untuk memahami praktik akuntansi yang saat ini ada.
b. Mempelajari kelemahan dan kekurangan dari praktik akuntansi yang saat ini dilakukan.
1
c. Memperbaiki praktik akuntansi di masa datang. Untuk menghasilkan laporan keuangan sektor publik
yang relevan dan dapat diandalkan, terdapat beberapa kendala yang dihadapi akuntansi sektor publik.
Akuntansi komitmen adalah sistem akuntansi yang mengakui transaksi dan mencatatnya pada saat
order dikeluarkan. Sistem akuntansi akrual mengakui biaya pada saat faktur diterima dan mengakui
pendapatan ketika faktur dikeluarkan. Akuntansi komitmen dapat digunakan bersama-sama dengan akuntansi
kas atau akuntansi akrual. Tujuan utama akuntansi komitmen adalah untuk pengendalian anggaran.
Pada organisasi sektor publik masalah utama yang dihadapi adalah pencarian sumber dana dan alokasi
dana. Sumber daya keuangan berupa dana yang disediakan untuk digunakan oleh organisasi nirlaba atau
institusi pemerintah biasanya memiliki keterbatasan penggunaan dengan tujuan atau aktivitas tertentu yang
terkadang merupakan syarat dari pihak eksternal yang merupakan penyedia dana. Organisasi sektor publik
memiliki tujuan-tujuan yang spesifik. Terdapat dua jenis dana yang digunakan pada organisasi sektor publik,
yaitu :
d. Akuntansi Kas
Penerapan akuntansi kas, pendapatan dicatat pada saat kas diterima, dan pengeluaran dicatat ketika
kas dikeluarkan. Kelebihan cash basis adalah mencerminkan pengeluaran yang actual, riil dan obyektif.
Namun demikian GAAP tidak menganjurkan pencatatan dengan dasar kas karena tidak dapat mencerminkan
kinerja yang sesungguhnya. Dengan cash basis, tingkat efisiensi dan efektifitas suatu kegiatan, program atau
aktifitas tidak dapat diukur dengan baik. Sebagai contoh, penerimaan kas dari pinjaman akan dicatat sebagai
pendapatan (revenue) bukan sebagai utang. Untuk mengoreksi hal tersebut kebanyakan sistem akuntansi
kas tidak hanya mengakui kas saja, akan tetapi juga aktiva dan hutang yang timbul sebelum terjadi transaksi
kas. Namun demikian, koreksi semacam ini tidak dapat mengubah kenyataan bahwa pada setiap waktu,
obligasi yang beredar dalam bentuk kontrak atau order pembelian yang dikeluarkan tidak tampak dalam
catatan akuntansi. Konsekuensinya adalah saldo yang tercatat akan dicatat lebih (overstated). Hal ini dapat
menyebabkan pemborosan anggaran (unwise expenditure atau overspending).
e. Akuntansi Akrual
Akuntansi akrual dianggap lebih baik dibandingkan akuntansi kas. Teknik akuntansi berbasis akrual
diyakini dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih dipercaya, lebih akurat, komprehensif dan relevan
untuk pengambilan keputusan ekonomi, social dan politik. Basis akrual diterapkan agak berbeda antar
Proprietary fund (full accrual) dengan Governmental fund (modified accrual) karena biaya (expenses) diukur
dalam Proprietary fund, sedangkan expenditure difokuskan pada general fund. Expense adalah sumber daya
yang dikonsumsi selama periode akuntansi. Expenditure adalah jumlah kas yang dikeluarkan atau akan
dikeluarkan selama periode akuntansi.
Karena Governmental fund tidak memiliki catatan modal dan utang (dicatat/dikategorikan dalam aktiva
tetap dan utang jangka panjang), expenditure yang diukur bukan expense. Pada Governmental fund,
hendaknya digunakan modified accrual basis. Expenditure di accrued, tetapi revenue dicatat berdasarkan kas
basis, yaitu pada saat diterima bukan saat diperoleh. Pendapatan seperti PPN, PPh dan fee (retribusi) dihitung
pada saat diterima kasnya. Salah satu pengecualian adalah property tax (PBB) yang di accrued karena
jumlahnya dapat diestimasi secara lebih pasti. Pengaplikasian accrual basis dalam akuntansi sektor publik pada
dasarnya adalah untuk menentukan cost of services dan charging for services, yaitu untuk mengetahui
besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan pelayanan publik serta penentuan harga pelayanan yang
dibebankan kepada publik. Hal ini berbeda dengan tujuan pengaplikasian accrual basis dalam sektor swasta
yang digunakan untuk mengetahui dan membandingkan besarnya biaya terhadap pendapatan (proper
matching cost against revenue). Perbedaan ini disebabkan karena pada sector swasta orientasi lebih
difokuskan pada usaha untuk memaksimumkan laba (profit oriented), sedangkan dalam sektor publik orientasi
difokuskan pada optimalisasi pelayanan publik (public service oriented).
a) Tingkat tertinggi adalah teori atau doktrin umum yang memperbaiki sektor publik melalui menerapkan
konsep bisnis, teknik dan nilai;
b) Tingkat terendah adalah bagian dari konsep dan praktik spesifik yang mencakup :
Lebih fokus pada kineja, terutama melalui keluaran pengukuran
Preferensi untuk bentuk organisasi yang ramping, datar, kecil, dan tespesialisasi (berbeda) di
atas multi-fungsional besar
Pergantian kontrak yang luas untuk hubungan hirarki sebagai alat pengkoordinasian utama
Sebuah suntikan yang luas dari mekanisme tipe pasar termasuk tender yang kompetitif, tabel
kumpulan sektor publik dan upah terkait kinerja; dan
Penekanan pada memperlakukan pengguna layanan sebagai pelanggan dan pada penerapan
teknik peningkatan kulaitas generik seperti jumlah manajemen kualitas
Perubahan NPM telah menarik banyak pemerintahan karena itu mereka mengklaim manfaat
meningkatkan efisiensi, efektifitas dan akuntabilitas di sektor public (Awio et. Al.2007). Holmes (1992)
menyatakan bahwa motifnya untuk perubahan di sektor publik mesin administrasi bersifat modernisasi dan
ekonomi yang berkaitan dengan desentralisasi, rasionalisasi, profesionalisme dan standarisasi. Para kritikus,
termasuk Dunleavy dan Hood (1994), mempertahankan bahwa NPM dapat mendorong kepentingan pribadi
dan korupsi karena para pembuat kebijkan dan birokrat senior memilih untuk melakukan privatisasi dan
mengkontrak keluar karena meningkatkan peluang untuk mencari pinjaman dan bentuk perilaku buruk lainnya.
Para kritikus juga berpendapat bahwa NPM telah menyebabkan runtuhnya standar etika dalam kehiduan publik
dengan meningkatnya kasus keserakahan, perilaku istimewa dan kepentingan yang saling bertentangan.
Penerapan NPM dapat mengarah pada penyalahgunaan dan penggunaan kebijaksanaan secara sewenang—
wenang di negara-negara yang kurang maju (misalnya dalam perjanjian) di mana sistem perlindungan lebih
lazim dan mekanisme akuntabilitas lemah. Contoh studi yang menggunakan teori NPM adalah Abu Hasan dkk.
(2013) yang memeriksa pengaruh audit intensif pada pemerintah daerah.
Hood at al. (1999) menawarkan tiga dimensi dasar peraturan dalam permintahan:
i) Satu birokrasi bertujuan untuk membentuk kegiatan lain
ii) Pemisahan organisasi antara pengaturan birokasi dan “regulator”
iii) Beberapa mandat resmi untuk organisasi regulator untuk meneliti perilaku regulator tersebut dan
beberapa dasar otoritatif untuk mengubahnya.
Hood at al. (1999) berkonsentrasi pada empat jenis kontrol yaitu: Kepengawasan, Kebersamaan,
Kompetisi, dan keacakan yang dirancang. Abu Hasan dkk. (2013) juga menggunakan teori ini bersama NPM
untuk mendukung penelitian mereka.
Namun, ada kritik seperti (Sternberg 1999) yang menyatakan bahwa teori pemangku kepentingan
mungkin menyulitkan para prinsip untuk mengevaluasi tindakan para agen (manajer) kkarena adanya
kekosongan dalam tujuan-tujuan di antara pemangku kepentingan yang berbeda. Jansen (2001) menyatakan
bahwa ini dapat diselesaikan dengan menjelaskan teori pemangku kepentingan yang tercerahkan atau
(Enlightened stakeholder theory). Menurut enlightened stakeholder theory, tujuan utama organisasi akan
memaksimalkan nilai pasar total organisasi. Hal ini terkait dengan konsep “pencerahan nilai maksimalilasi”
yang menyatakan bahwa nilai pasar jangka paanjang dapat dimaksimalkan kepentingan penting organisasi
(pemangku kepentingan utama) tidak diabaikan. Teori ini dilaskan dan diterpkan dalam Herawati dan Hoque
(2007) studi sektor publik.
4. Teori pemerintahan (Governance Theory)
Hodges et al (1996) menjelaskan bahwa definisi yang otoriter tentang perusahan pemerintah dalam
konteks pelayanan publik tidak tersedia, meskipun banyak setuju bahwa ini adalah tentang prosedur yang
berhubungan dengann pengambilan keputusan.
Konsisten dengan paradigma ini, laporan tahunan berfungsi sebagai komponen penting dalam
keseluruhan kerangka akuntabilitas publik karena merupakan satu- satunya pernyataan komprehensif yang
tersedia bagi semua pemangku kepentingan secara rutin.
Dalam hal variabel-variabel yang tercakup dalam model tersebut, lingkungan politik administratif dapat
didokumentasikan (Luder 1989). Model tersebut dapat mencakup kondisi latar belakang kelembagaan dan
perilaku kolektif sebagai penentu proses inovasi. Luder (1992), variabel kontekstual yang menggambarkan
kondisi kelembagaan dikelompokkan menjadi tiga kategori menurut fungsinya dalam proses inovasi:
(i) Peristiwa stimulus yang terjadi pada tahap awal proses inovasi yang menciptakan kebutuhan
untuk informasi yang lebih baik pada pihak pengguna informasi akuntansi dan meningkatkan
kesiapan produsen untuk memasok informasi tersebut.
(ii) Variabel Struktural : karakteristik sistem administrasi social dan politik yang mempengaruhi
sikap dasar pengguna dan produsen infomasi terhadap gagasan bentuk akuntansi sektor
publik yang lebih informatif; dan
(iii) Hambatan implementasi: kondisi lingkungan yang menghambat, dan dalam kasus-kasus
ekstrim mencegah pembentukan sistem akuntansi lebih informatif yang pada dasarnya
diinginkan.
~~~