Anda di halaman 1dari 8

Ringkasan Materi Kuliah

Akuntansi Sektor Publik Lanjutan

Kelompok I
Anggota:
1. Mahenggiyang B. Basri
2. Hendra Devianto
3. Andi Pandangai Tenrigau
TEORI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
A. Akuntansi Sektor Publik

1. Pengertian Sektor Publik


Sektor Publik berkaitan dengan pelayanan bagi masyarakat. Sejarah munculnya sektor publik ini
berawal dari timbulnya kebutuhan masyarakat secara bersama-sama terhadap barang atau layanan
tertentu. Untuk menghindari terjadinya alokasi dan distribusi barang atau layanan umum yang tidak adil
maka pengaturan pengalokasian dan pendistribusiannya diserahkan kepada pengurus tertentu, dimana
warga masyarakat pada akhirnya menanggung biaya untuk mendukung pengaturan tersebut. Sektor
publik ada karena dibutuhkan. Jadi keberadaan sektor publik ditengah masyarakat tidak bisa dihindari
karena masyarakat membutuhkan barang atau layanan publik. Dalam perkembangannya sektor publik
sangat berperan dalam pengaturan barang atau layanan publik untuk didistribusikan kepada masyarakat
secara adil dan merata.

2. Teori Akuntansi Sektor Publik


Teori akuntansi memiliki kaitan yang erat dengan akuntansi keuangan, terutama pelaporan
keuangan kepada pihak eksternal. Suatu teori perlu didukung oleh beberapa riset yang didalamnya
terdapat hipotesa-hipotesa yang diuji kebenarannya, termasuk dalam teori akuntansi sektor publik
maupun sektor swasta. Teori memiliki tiga karakteristik dasar, yaitu:

1) Kemampuan untuk menerangkan atau menjelaskan fenomena yang ada (the ability to explain).
2) Kemampuan untuk memprediksi (the ability to predict).
3) Kemampuan mengendalikan fenomena (the ability to control given phenomena)
Tujuan mempelajari teori akuntansi, antara lain:
a. Untuk memahami praktik akuntansi yang saat ini ada.
b. Mempelajari kelemahan dan kekurangan dari praktik akuntansi yang saat ini dilakukan.
1
c. Memperbaiki praktik akuntansi di masa datang. Untuk menghasilkan laporan keuangan sektor publik
yang relevan dan dapat diandalkan, terdapat beberapa kendala yang dihadapi akuntansi sektor publik.

3. Teknik Akuntansi Sektor Publik


Terdapat beberapa teknik dalam akuntansi sektor publik yaitu:
a) Akuntansi Anggaran (Budgetary Accounting)
Teknik akuntansi anggaran merupakan teknik akuntansi yang menyajikan jumlah yang dianggarkan
dengan jumlah aktual dan dicatat serta berpasangan. Anggaran banyak digunakan oleh organisasi sektor
publik, khususnya pemerintahan, yang mencatat dan menyajikan akun operasi dalam format yang sama dan
sejajar dengan anggarannya.

b) Akuntansi Komitmen (Commitment Accounting)

Akuntansi komitmen adalah sistem akuntansi yang mengakui transaksi dan mencatatnya pada saat
order dikeluarkan. Sistem akuntansi akrual mengakui biaya pada saat faktur diterima dan mengakui
pendapatan ketika faktur dikeluarkan. Akuntansi komitmen dapat digunakan bersama-sama dengan akuntansi
kas atau akuntansi akrual. Tujuan utama akuntansi komitmen adalah untuk pengendalian anggaran.

c) Akuntansi Dana (Fund Accounting)

Pada organisasi sektor publik masalah utama yang dihadapi adalah pencarian sumber dana dan alokasi
dana. Sumber daya keuangan berupa dana yang disediakan untuk digunakan oleh organisasi nirlaba atau
institusi pemerintah biasanya memiliki keterbatasan penggunaan dengan tujuan atau aktivitas tertentu yang
terkadang merupakan syarat dari pihak eksternal yang merupakan penyedia dana. Organisasi sektor publik
memiliki tujuan-tujuan yang spesifik. Terdapat dua jenis dana yang digunakan pada organisasi sektor publik,
yaitu :

 Dana yang dapat dibelanjakan (expendable fund)


Menurut (Mardiasmo: 2004), dana yang dapat dibelanjakan digunakan untuk mencatat nilai aktiva,
utang, perubahan aktiva bersih, dan saldo dana yang dapat dibelanjakan untuk kegiatan yang tidak
bertujuan mencari laba. Jenis akuntansi dana ini digunakan pada organisasi pemerintahan. Menurut
(Deddi Nordiawan: 2009), dana yang dapat dibelanjakan adalah dana yang disediakan untuk
membiayai aktivitas-aktivitas yang bersifat non-business yang menjadi bagian dari tujuan organisasi
sektor publik.

 Dana yang tidak dapat dibelanjakan (non-expendable fund)


Menurut (Mardiasmo: 2004), dana yang tidak dapat dibelanjakan digunakan untuk mencatat
pendapatan, biaya, aktiva, utang, dan modal untuk kegiatan yang sifatnya mencari laba. Jenis dana ini
digunakan pada organisasi bisnis. Menurut (Deddi Nordiawan: 2009), dana yang tidak dapat
dibelanjakan adalah dana yang dipisahkan untuk aktivitas-aktivitas yang bersifat bisnis. Digunakan
sebagai pendukung dari expendable fund.

 Persamaan Akuntansi Dana


Dalam akuntansi dana dikenal persamaan akuntansi:
AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS DANA
Sedangkan persamaan akuntansi dalam akuntansi keuangan:
AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS
Ekuitas dana berbeda dengan ekuitas. Di perusahaan, ekuitas adalah selisih antara aktiva dan
utang yang menunjukkan adanya kepemilikan pada perusahaan tersebut oleh pemegang
sahamnya. Sedangkan, di organisasi sektor publik, ekuitas dana tidak menunjukkan adanya
kepemilikan siapa pun karena memang tidak ada kepemilikan individu dalam suatu organisasi
sektor publik.

 Basis Akuntansi dan Fokus Pengukuran


Dalam akuntansi dana, dikenal istilah basis akuntansi dan fokus pengukuran (measurement focus).
Basis akuntansi menentukan transaksi dan peristiwa yang terjadi diakui. Fokus pengukuran dari
entitas akuntansi menentukan apa yang akan dilaporkan, dengan kata lain jenis aktiva dan
kewajiban apa saja yang diakui secara akuntansi dan dilaporkan dalam neraca. Konsep basis
akuntansi dan fokus pengukuran berhubungan erat dan pemilihan salah satu akan
mengimplikasikan pemilihan yang lain.

d. Akuntansi Kas
Penerapan akuntansi kas, pendapatan dicatat pada saat kas diterima, dan pengeluaran dicatat ketika
kas dikeluarkan. Kelebihan cash basis adalah mencerminkan pengeluaran yang actual, riil dan obyektif.
Namun demikian GAAP tidak menganjurkan pencatatan dengan dasar kas karena tidak dapat mencerminkan
kinerja yang sesungguhnya. Dengan cash basis, tingkat efisiensi dan efektifitas suatu kegiatan, program atau
aktifitas tidak dapat diukur dengan baik. Sebagai contoh, penerimaan kas dari pinjaman akan dicatat sebagai
pendapatan (revenue) bukan sebagai utang. Untuk mengoreksi hal tersebut kebanyakan sistem akuntansi
kas tidak hanya mengakui kas saja, akan tetapi juga aktiva dan hutang yang timbul sebelum terjadi transaksi
kas. Namun demikian, koreksi semacam ini tidak dapat mengubah kenyataan bahwa pada setiap waktu,
obligasi yang beredar dalam bentuk kontrak atau order pembelian yang dikeluarkan tidak tampak dalam
catatan akuntansi. Konsekuensinya adalah saldo yang tercatat akan dicatat lebih (overstated). Hal ini dapat
menyebabkan pemborosan anggaran (unwise expenditure atau overspending).
e. Akuntansi Akrual
Akuntansi akrual dianggap lebih baik dibandingkan akuntansi kas. Teknik akuntansi berbasis akrual
diyakini dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih dipercaya, lebih akurat, komprehensif dan relevan
untuk pengambilan keputusan ekonomi, social dan politik. Basis akrual diterapkan agak berbeda antar
Proprietary fund (full accrual) dengan Governmental fund (modified accrual) karena biaya (expenses) diukur
dalam Proprietary fund, sedangkan expenditure difokuskan pada general fund. Expense adalah sumber daya
yang dikonsumsi selama periode akuntansi. Expenditure adalah jumlah kas yang dikeluarkan atau akan
dikeluarkan selama periode akuntansi.
Karena Governmental fund tidak memiliki catatan modal dan utang (dicatat/dikategorikan dalam aktiva
tetap dan utang jangka panjang), expenditure yang diukur bukan expense. Pada Governmental fund,
hendaknya digunakan modified accrual basis. Expenditure di accrued, tetapi revenue dicatat berdasarkan kas
basis, yaitu pada saat diterima bukan saat diperoleh. Pendapatan seperti PPN, PPh dan fee (retribusi) dihitung
pada saat diterima kasnya. Salah satu pengecualian adalah property tax (PBB) yang di accrued karena
jumlahnya dapat diestimasi secara lebih pasti. Pengaplikasian accrual basis dalam akuntansi sektor publik pada
dasarnya adalah untuk menentukan cost of services dan charging for services, yaitu untuk mengetahui
besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan pelayanan publik serta penentuan harga pelayanan yang
dibebankan kepada publik. Hal ini berbeda dengan tujuan pengaplikasian accrual basis dalam sektor swasta
yang digunakan untuk mengetahui dan membandingkan besarnya biaya terhadap pendapatan (proper
matching cost against revenue). Perbedaan ini disebabkan karena pada sector swasta orientasi lebih
difokuskan pada usaha untuk memaksimumkan laba (profit oriented), sedangkan dalam sektor publik orientasi
difokuskan pada optimalisasi pelayanan publik (public service oriented).

Perbedaan antara akuntansi berbasis kas dengan akuntansi berbasis akrual:


 Basis kas: Penerimaan kas Pengeluaran kas = Perubahan kas.
 Basis akrual: Pendapatan Biaya = Rugi/ Laba.
 Pendapatan: Penerimaan kas selama satu periode akuntansi Saldo awal piutang
+ Saldo akhir piutang.
 Biaya: Kas yang dibayarkan selama satu periode akuntansi Saldo awal utang +
Saldo akhir utang.
1. Teori Manajemen Publik Baru (New Public Management theory)
Teori Manajemen Publik Baru (NPM) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan serangkaian
doktrin administratif yang telah berkembang dari perubahan akuntansi sektor publik di banyak negara di akhir
tahun 1970 dan telah mendominasi agenda reformasi administrasi publik (Hood 1995 Pollitt 1993; Ridley 1996).
NPM juga dianggap sebagai kumpulan kegiatan dan langkah-langkah yang dirancang untuk memperkenalkan
kerja manajemen bisnis dan kewirausahaan kedalam manajemen dan pengiriman layanan publik (Hall et
al.2003). NPM menjadi kekuatan penggerak berbagai akuntansi sektor publik juga memengaruhi praktik
akuntansi dan audit di sektor publik. Pollit (2007) mengatakan bahwa NPM adalah fenomena tingkat ke dua:

a) Tingkat tertinggi adalah teori atau doktrin umum yang memperbaiki sektor publik melalui menerapkan
konsep bisnis, teknik dan nilai;
b) Tingkat terendah adalah bagian dari konsep dan praktik spesifik yang mencakup :
 Lebih fokus pada kineja, terutama melalui keluaran pengukuran
 Preferensi untuk bentuk organisasi yang ramping, datar, kecil, dan tespesialisasi (berbeda) di
atas multi-fungsional besar
 Pergantian kontrak yang luas untuk hubungan hirarki sebagai alat pengkoordinasian utama
 Sebuah suntikan yang luas dari mekanisme tipe pasar termasuk tender yang kompetitif, tabel
kumpulan sektor publik dan upah terkait kinerja; dan
 Penekanan pada memperlakukan pengguna layanan sebagai pelanggan dan pada penerapan
teknik peningkatan kulaitas generik seperti jumlah manajemen kualitas

Perubahan NPM telah menarik banyak pemerintahan karena itu mereka mengklaim manfaat
meningkatkan efisiensi, efektifitas dan akuntabilitas di sektor public (Awio et. Al.2007). Holmes (1992)
menyatakan bahwa motifnya untuk perubahan di sektor publik mesin administrasi bersifat modernisasi dan
ekonomi yang berkaitan dengan desentralisasi, rasionalisasi, profesionalisme dan standarisasi. Para kritikus,
termasuk Dunleavy dan Hood (1994), mempertahankan bahwa NPM dapat mendorong kepentingan pribadi
dan korupsi karena para pembuat kebijkan dan birokrat senior memilih untuk melakukan privatisasi dan
mengkontrak keluar karena meningkatkan peluang untuk mencari pinjaman dan bentuk perilaku buruk lainnya.
Para kritikus juga berpendapat bahwa NPM telah menyebabkan runtuhnya standar etika dalam kehiduan publik
dengan meningkatnya kasus keserakahan, perilaku istimewa dan kepentingan yang saling bertentangan.
Penerapan NPM dapat mengarah pada penyalahgunaan dan penggunaan kebijaksanaan secara sewenang—
wenang di negara-negara yang kurang maju (misalnya dalam perjanjian) di mana sistem perlindungan lebih
lazim dan mekanisme akuntabilitas lemah. Contoh studi yang menggunakan teori NPM adalah Abu Hasan dkk.
(2013) yang memeriksa pengaruh audit intensif pada pemerintah daerah.

2. Peraturan Di Dalam Teori Pemerintah (Rogulations Inside Government)


Peraturan disini berarti mencapai tujuan-tujuan publik menggunakan aturan atau standar perilaku yang
didukung oleh sanksi atau penghargaan dari negara (James 2003). Hood at al. (1998) menulis bahwa
peraturan di dalam pemerintahan sulit untuk didefenisikan dengan tepat dan menyarankan untuk menjadi
konsep di mana organissi publik rentan terhadap pengaruh dan otoritas lembaga publik lainnya yang
beroperasi di antara rantai komando langsung mereka.

Hood at al. (1999) menawarkan tiga dimensi dasar peraturan dalam permintahan:
i) Satu birokrasi bertujuan untuk membentuk kegiatan lain
ii) Pemisahan organisasi antara pengaturan birokasi dan “regulator”
iii) Beberapa mandat resmi untuk organisasi regulator untuk meneliti perilaku regulator tersebut dan
beberapa dasar otoritatif untuk mengubahnya.
Hood at al. (1999) berkonsentrasi pada empat jenis kontrol yaitu: Kepengawasan, Kebersamaan,
Kompetisi, dan keacakan yang dirancang. Abu Hasan dkk. (2013) juga menggunakan teori ini bersama NPM
untuk mendukung penelitian mereka.

3. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholder Theory)


Di seluruh dunia banyak pemerintah menekankan pentingnya analisis pemangku kepentingan (Barzela
2001). Liberalisasi pasar terkait dengan penekanan pada berbaagai kebutuhan pemangku kepentingan (Peters
1996). Teori ini memperluas akuntabilitas para manajer di mana peran pengawasan meluas lebih jauh dari
pemerintah (Boyne et al,2002) yang mungkin mencakup membayar pajak, memilih, penerima layanan
investor, pemasok, pemeberi keuangan, peengaturan tingkat atas, analis, lembaga peringkat dan peneliti,
anggota bewan yang terpilih dan pejabat, manajer, kayawan,dan serikat dagang (Lapsle, 1992; stecollin 2004).
Namun mereka akan berbeda tegantung pada jenis dan bentuk sektor publik. Akan tetapi, menurut beberapa
penulis , tindakan realistis untuk memuaskan semua pemangku kepentingan yang mungkin berhubungan
dengan politik (Ston 1997), Hukuman moral (Coope 1998) dan hukuman organisasi (Vicker 1995).

Namun, ada kritik seperti (Sternberg 1999) yang menyatakan bahwa teori pemangku kepentingan
mungkin menyulitkan para prinsip untuk mengevaluasi tindakan para agen (manajer) kkarena adanya
kekosongan dalam tujuan-tujuan di antara pemangku kepentingan yang berbeda. Jansen (2001) menyatakan
bahwa ini dapat diselesaikan dengan menjelaskan teori pemangku kepentingan yang tercerahkan atau
(Enlightened stakeholder theory). Menurut enlightened stakeholder theory, tujuan utama organisasi akan
memaksimalkan nilai pasar total organisasi. Hal ini terkait dengan konsep “pencerahan nilai maksimalilasi”
yang menyatakan bahwa nilai pasar jangka paanjang dapat dimaksimalkan kepentingan penting organisasi
(pemangku kepentingan utama) tidak diabaikan. Teori ini dilaskan dan diterpkan dalam Herawati dan Hoque
(2007) studi sektor publik.
4. Teori pemerintahan (Governance Theory)
Hodges et al (1996) menjelaskan bahwa definisi yang otoriter tentang perusahan pemerintah dalam
konteks pelayanan publik tidak tersedia, meskipun banyak setuju bahwa ini adalah tentang prosedur yang
berhubungan dengann pengambilan keputusan.

i) Kinerja dan kontrol organisasi


ii) Menyediakan stuktur untuk memberikan arahan keseluruhan organisasi dan untuk memenuhi harapan
yang masuk akal dari akuntabilitas kepada publik. Perusahaan pemerintah didefinisikan oleh Cadbury
(1992) sebagai sistem dimana organisasi-organisasi diatur dan dikendalikan. Semua oganisasi perlu
diatur, diatur dan dikendalikan, sehingga tata kelola perusahaan sangat penting. Pemisahan
kepemilikan dari kendali organisasi adalah asal mula keprihatinan tantang tata kelola perusahaan dan
masalah akuntabilitas (Hodges et al.1996) Keasey dan Wright (1993) menyerankan bahwa tata kelola
perusahaan menyangkut struktur dan proses yang terkait dalam suatu organisasi sementara
akuntabilitas melibatkan pemantauan, evaluasi dan kontrol agen-agen organisasi untuk memastikan
bahwa mereka berperilaku demi kepentingan pemangku kepentingan. Oleh karena itu, akuntabilitas
merupakan suatu bagian dari tata kelola pemerintahan.
5. Paradigma Akuntabilitas Publik / reformasi sektor publik (Public Accountability Paradigm / public
sector reform)
Akuntabilitas publik adalah sebuah konsep yang telah dibahas terutama dalam konteks entitas
pemerintah. Pernyataan ini menyiratkan jawaban dari pejabat publik atas tindakan mereka terhadap sanksi
eksternal dan internal (Romzek 2000). Hal ini didasarkan pada premis hak untuk diketahui oleh masyarakat
dan dengan demikan informasi yang relevan berutang pada publik (Coy et al 2001), dibandingkan dengan
bentuk-bentuk akuntabilitas publik adalah versi yang lebih informal tetapi langsung dari akuntabilitas kepada
publik termasuk kelompok masyarakat dan invidu yang tertarik (Tyhnne dan Goldring 1987).

Konsisten dengan paradigma ini, laporan tahunan berfungsi sebagai komponen penting dalam
keseluruhan kerangka akuntabilitas publik karena merupakan satu- satunya pernyataan komprehensif yang
tersedia bagi semua pemangku kepentingan secara rutin.

6. Audit Explosion Theory


Ketergantungan pada audit untuk memberikan jaminan dan pemeriksaan pada peraturan kerangka kerja
untuk petanggungjawaban telah bekontribusi pada peran yang berkembang untuk audit. Power (1994) menulis
bahwa audit telah menjadi pusat dalam cara membicarakan kontrol administratif dimana audit diperluas ke
dalam pengaturan yang berbeda untuk bekerja sebagai respon teknis terhadap masalah tata kelola dan
akuntabilitas.
7. Contigency Theory
Teori ini biasanya digunakan ketika meneliti transisi dari akuntansi pemerintah tradisional ke sistem
yang lebih informatif. Sebuah sistem yang lebih informatif mempunyai dua fungsi:

i) Sistem ini menyediakan informasi yang komprehensif; dan


ii) Dapat diandalkan tentang keuangan publik dan sistem ini menyediakan dasar untuk meningkatkan
kontrol keuangan dan aktivitas pemerintah. Transisi ini mengasumsikan titik awal yang spesifik dan
keadaan akhir untuk akuntansi sektor publik.
Tugas model kontigensi adalah menjelaskan proses inovasi yang menghubungkan titik keduanya.
Tinjauan konseptual mungkin disediakan untuk membantu menjelaskan proses inovasi (atau
ketidakhadirannya) selengkapnya. Model kontigensi berusaha mengintegrasikan gagasan dan literatur,
bersama dengan pengamatan yang dilakukan tentang sistem akuntansi pemerintah di negara-negara lain.
Wawancara dapat diadakan dengan orang-orang yang berpengetahuan untuk memastikan praktek serta
inovasi yang sedang dipertimbangkan atau sedang berlangsung, jika ada.

Dalam hal variabel-variabel yang tercakup dalam model tersebut, lingkungan politik administratif dapat
didokumentasikan (Luder 1989). Model tersebut dapat mencakup kondisi latar belakang kelembagaan dan
perilaku kolektif sebagai penentu proses inovasi. Luder (1992), variabel kontekstual yang menggambarkan
kondisi kelembagaan dikelompokkan menjadi tiga kategori menurut fungsinya dalam proses inovasi:

(i) Peristiwa stimulus yang terjadi pada tahap awal proses inovasi yang menciptakan kebutuhan
untuk informasi yang lebih baik pada pihak pengguna informasi akuntansi dan meningkatkan
kesiapan produsen untuk memasok informasi tersebut.

(ii) Variabel Struktural : karakteristik sistem administrasi social dan politik yang mempengaruhi
sikap dasar pengguna dan produsen infomasi terhadap gagasan bentuk akuntansi sektor
publik yang lebih informatif; dan

(iii) Hambatan implementasi: kondisi lingkungan yang menghambat, dan dalam kasus-kasus
ekstrim mencegah pembentukan sistem akuntansi lebih informatif yang pada dasarnya
diinginkan.

~~~

Anda mungkin juga menyukai