Anda di halaman 1dari 8

Nama : Muradha Tri Dewi Makmur

NIM : A031201118
Kelas : Akuntansi Sektor Publik Kelas B
TUGAS RMK
TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
Terdapat beberapa teknik akuntansi keuangan yang dapat diadopsi sektor publik, yaitu :
1) Akuntansi Anggaran ( budgetary accounting )
2) Akuntansi Komitmen ( commitment accounting )
3) Akuntansi Dana ( fund accounting )
4) Akuntansi Kas ( cash accounting )
5) Akuntansi Akrual ( accrual accounting )
Pada dasarnya kelima teknik akuntansi tersebut tidak bersifat mutually
exclusive. Artinya, penggunaan salah satu teknik akuntansi tsb tidak menolak penggunaan
teknik yang lain. Dengan demikian, suatu organisasi dapat menggunakan teknik
akuntansi yang berbeda – beda, bahkan dapat menggunakannya kelima teknik dalam
waktu yang bersamaan.
Akuntansi kas, akuntansi akrual, dan akuntansi komitmen berbeda satu
dengan lainnya karena adanya perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan biaya. Dalam
hal pengakuan pendapatan, pada dasarnya terdapat dua langkah yang mempengaruhi
pencatatan, yaitu pada saat barang dikirim dan faktur dikeluarkan, dan pada saat
barang dikirim dan faktur dibayar.
1. Akuntansi Anggaran (Budgetary Accounting)
Akuntansi Anggaran adalah teknik akuntansi yang digunakan untuk mencatat setiap
transaksi-transaksi yang terjadi dan tedapat pada setiap anggaran mulai dari anggaran
yang disahkan, dialokasikan, ataupun yang dilaksanakan sampai pada penutupan buku
anggaran akhir tahun. Tujuan praktik ini adalah untuk menekankan peranan anggaran
dalam siklus perencanaan-pengendalian-pertanggungjawaban.
2. Akuntansi Komitmen ( Commitment Accounting )
Akuntansi komitmen (commitment accounting) adalah sistem akuntansi
yang mengakui transaksi dan mencatatnya pada saat order dikeluarkan. Akuntansi
komitmen dapat digunakan bersama-sama dengan akuntansi kas atau akuntansi akrual.
Tujuan utama akuntansi komitmen adalah untuk pengendalian anggaran.
Akuntansi Komitmen dapat digunakan bersama, baik dengan basis akuntansi kas
maupun akrual. Karena tidak masuk akal untuk menggunakan akuntansi
komitmen tersebut untuk beban karyawan, maka akuntansi komitmen hanya mencakup
salah satu bagian kecil dalam anggaran organsisasi. Sebagai konsekuensinya, akuntansi
komitmen ini hanya merupakan subsistem dalam sistem akuntansi utama
organisasi. Meskipun demikian, akuntansi komitmen ini dapat menjadi sangat penting,
terutama bagi pemegang anggaran.
Akuntansi komitmen mengakui transaksi ketika organisasi telah memiliki
komitmen untuk melaksanakan transaksi tersebut. Ini berarti bahwa transaksi tidak
diakui ketika ada penerimaan atau pengeluaran kas, juga bukan pada saat faktur
diterima atau dikirimkan, namun pada saat yang lebih awal, yaitu pada saat pesanan
dibuat atau diterima.
3. Akuntansi Dana ( Fund Accounting )
Akuntansi Dana adalah sistem akuntansi yang sering digunakan oleh
organisasi- organisasi nirlaba dan institusi sektor publik. Sistem tersebut
merupakan metode pencatatan dan penampilan entitas dalam akuntansi seperti aset,
dan kewajiban yang dikelompokkan menurut kegunaannya masing-masing. Sumber
daya keuangan berupa dana yang disediakan untuk digunakan oleh organisasi nirlaba
atau institusi pemerintah biasanya mempunyai keterbatasan penggunaan dalam arti
dana-dana tersebut dibatasi penggunaannya untuk tujuan atau aktivitas tertentu yang
terkadang merupakan syarat dari pihak eksternal yang merupakan penyedia dana.
Tidak seperti perusahaan swasta yang mencari laba, organisasi sektor publik
mempunyai tujuan-tujuan yang spesifik. Dengan latar belakang seperti itu perusahaan
swasta dapat menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk keperluan apapaun yang
penting bagi meraka adalah adanya laba yang berbeda dengan organisasi sektor publik
dimana sumber daya yang ada harus digunakan dengan tujuan tertentu.
 Basis Akuntansi dan Fokus Pengukuran
Dalam akuntansi dana dikenal istilah basis akuntansi dan fokus pengukuran. basis
akuntansi menentukan kapan transaksi dan peristiwa yang terjadi diakui. Contoh, bila
organisasi mengadopsi basis akrual penuh, transaksi diakui ketika transaksi tersebut
memiliki dampak ekonomi yang subtantif. Kalau yang diadopsi adalah basis kas,
transaksi diakui kalau kas yang berhubungan dengan transaksi tersebut diterima atau
dibayarkan.
Konsep basis akuntansi dan fokus pengukuran ini berhubungan erat dan pemilihan
salah satu akan mengimplikasikan pemilihan yang lain. Contoh kalau basis kas
yang dipilih, maka fokus pengukurannya juga atas kas saja, sehingga implikasinya
hanya aktiva lancar kas yang di laporkan dalam neraca. Perubahan dalam aktiva tetap
dan kewajiban jangka panjang tidak diakui.
Jika suatu entitas mengadopsi basis akrual penuh seperti diharuskan
untuk perusahaan, maka fokus pengukurannya biasanya meliputi semua sumber daya
ekonomi dan neracanya akan melaporkan semua aktiva dan kewajiban, baik lancar
maupun tidak lancar.
Di banyak lingkungan pemerintahan, basis akuntansi dan fokus pengukuran
menjadi permasalahan tersendiri yang sering kali menjadi perdebatan. Hal tersebut
muncul karena banyak entitas pemerintahan yang menggunakan anggaran dengan
berbasis kas sehingga dibutuhkan data realisasi anggaran yang berbasis kas pula. Dalam
konteks tersebut, dikembangkanlah basis akuntansi berupa basis kas yang
akan menghasilkan informasi yang bersifat jangka pendek. Permasalahan muncul
karena entitas tersebut juga dituntut untuk menyusun neraca yang juga menyajikan
informsi yang bersifat jangka panjang (aktiva tetap dan utang jangka panjang).
Dengan kata lain. Dalam lingkungan pemerintahan seperti itu, ada tuntutan untuk
menggunakan basis kas dengan fokus pengukuran jangka panjang. Dari sinilah
berkembang basis akuntansi yang disebut dengan basis kas yang dimodifikasi (cash
modified basis).
4. Akuntansi Kas ( Cash Accounting )
Penerapan akuntansi kas, pendapatan dicatat pada saat kas diterima dan
pengeluaran dicatat pada saat kas dikeluarkan. Kelebihan cash basis adalah
mencerminkan pengeluaran yang riil, actual, dan objektif. Namun, GAAP tidak
membenarkan pencatatan dengan dasar kas karena tidak dapat mencerminkan
kinerja yang sesungguhnya. Dengan cash basis tingkat efisiensi dan efektifitas suatu
kegiatan, program, aktivitas tidak dapat diukur dengan baik.
Sebagai contoh, penerimaan kas dari pinjaman akan dicatat sebagai pendapatan
(revenue) bukan utang. Untuk mengoreksi hal tersebut kebanyakan sistem akuntansi kas
tidak hanya mengakui kas saja tapi juga mengakui aktiva dan utang yang timbul
sebelum terjadi transaksi kas. Namun, koreksi semacam ini tidak dapat mengubah
kenyataan setiap waktu,obligasi yang beredar dalam bentuk kontrak atau order
pembelian yang dikeluarkan tidak tampak pada catatan akuntansi. Konsekuensinya
adalah saldo yang tercatat akan dicatat overstated. Hal tersebut dapat mengakibtkan
pemborosan anggaran.
5. Akuntansi Akrual ( Accrual Accounting )
Akuntansi akrual dianggap lebih baik daripada akuntansi kas. Teknik akuntansi akrual
diyakini dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih dapat dipercaya, akurat,
komprehensif, dan relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi, social, politik. Basis
akrual diterapkan agak berbeda antara properiority fund (full accrual) dan governments
fund (modified accrual) karena biaya (expense) diukur dalam properiority fund,
sedangkan expenditure difokuskan pada general fund. Expense adalah jumlah sumber
daya yang dikonsumsi selama periode akuntansi. Expenditure adalah jumlah kas
yang dikeluarkan dan atau dialokasikan selama periode akuntansi. Karena governments
fund tidak memiliki catatan modal dan utang (dicatat dan dikategorikan dalam aktiva
tetap dan utang jangka panjang), expenditure yang diukur, bukan expense.
Berbeda dengan governments fund, yang menjadi kepenting-an properiority fund dan
juga organisasi bisnis adalah net income. Full accrual accounting digunakan untuk
mencatat revenue ketika diperoleh (earned) dan biaya (expense) pada saat terjadi
(incurred). Dengan kata lain, biaya dicatat ketika utang terjadi tanpa memandang kapan
pembayaran dilakukan.
Pada governmental fund, hendaknya digunakan modified accrual
basis. Expenditure di – accrued tetapi revenue dicatat berdasarkan cash basis yaitu pada
saat diterima bukan pada saat diperoleh. Pendapatan seperti PPN, PPh, dan fee retribusi
dihitung pada saat kasnya. Salah satu pengecualian adalah property tax (PBB) yang
diaccrued karena jumlahnya dapat diestimasi secara lebih pasti.
Pengaplikasian accrual basis dalam akuntansi sektor publik pada dasarnya adalah
untuk menentukan cost of service dan charging of service yaitu untuk mengetahui
besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan pelayanan public serta penentuan
harga pelayanan yang dibebankan ke publik. Hal ini berbeda dengan
tujuan pengaplikasian accrual basis dalam sektor swasta yang dapat digunakan untuk
mengetahui dan membandingkan besarnya biaya terhadap pendapatan (proper matching
cost against revenue). Perbedaan ini disebabkan karenan pada sektor swasta orientasi lebih
difokuskan pada usaha untuk memaksimumkan laba (profit oriented) sedangkan pada
sektor publik orientasi difokuskan pada optimalisasi pelayanan publik (public service
oriented).
BEST PRACITCE TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
A. Tren Penggunaan Basis Akrual
Basis kas dan akrual merupakan dua titik ujung dari sebuah spektrum basis
akuntansi dan anggaran yang mungkin untuk diterapkan. Basis kas pada awalnya
telah diterapkan secara tradisional di berbagai negara untuk aktivitas sektor
publik. Namun, pada awal tahun 1990-an telah muncul laporan keuangan dan
anggaran berbasis akrual yang pertama kalinya di dunia yaitu di New Zealand.
Kemudian dalam perkembangan satu dekade berikutnya, telah terjadi perubahan besar
dalam penggunaan basis akuntansi dari basis kas menuju/menjadi basis akrual di
negara-negara anggota OECD (Organisation for Economic Co-operation and
Development) meskipun masih terdapat perbedaan derajat akrual-nya diantara negara-
negara tersebut. Penggunaan basis akrual telah menjadi salah satu ciri dari praktik
manajemen keuangan modern.
Penggunaan basis akrual tidak hanya untuk penyusunan laporan keuangan,
di beberapa negara telah menggunakan basis akrual baik untuk penyusunan
laporan keuangan maupun untuk penganggaran (misalnya, Selandia Baru,
Australia, Inggris). basis akrual sejauh ini lebih banyak diterima untuk pelaporan keuangan
dari pada untuk tujuan penganggaran. Dua alasan yang sering dikemukakan atas hal ini
adalah pertama, penganggaran secara akrual dipercaya akan menimbulkan risiko disiplin
anggaran. Keputusan politik untuk mengeluarkan uang harus dikaitkan dengan kapan
pengeluaran itu dilaporkan dalam anggaran. Hanya basis kas yang dapat memenuhi hal
tersebut. Alasan kedua, yaitu bahwa legislator cenderung resisten untuk mengadopsi
anggaran akrual karena kompleksitas dari konsep akrual itu sendiri.
Namun demikian, apabila penerapan akrual hanya digunakan untuk
pelaporan keuangan dan tidak untuk anggaran, kelemahannya adalah tidak akan
menyelesaikan masalah secara serius/komprehensif. Anggaran adalah dokumen
kunci dari manajemen sektor publik (pemerintah) dan akuntabilitas didasarkan
pada anggaran yang telah disetujui legislator (DPR/DPRD). Apabila anggaran
didasarkan pada basis kas, fokus perhatian dari pemerintah dan legislator hanya pada
sumber daya berbasis kas. Dengan demikian, apabila laporan keuangan
dihasilkan dari basis yang berbeda (pelaporan keuangan berbasis akrual sementara

anggaran berbasis kas), risikonya adalah seakan-akan hanya latihan


akuntansi saja.
Penggunaan basis akrual untuk pelaporan keuangan bisa saja
diimplementasikan dalam hubungannya dengan anggaran berbasis kas atau
sistem lainnya. Namun sejumlah pemerintah (jurisdiksi) yang menggunakan
sistem ganda (dual system) tersebut menemukan rintangan berupa resistensi
penerimaan akuntansi berbasis akrual. Di samping itu, dengan sistem ganda
diperlukan rekonsiliasi yang ekstensif diantara dua sistem tersebut.
Keberhasilan akuntansi akrual, sebagian tergantung dari insentif yang
diberikan pada para manajer. Apabila para manajer tetap diminta bertanggung jawab
atas pengelolaan anggaran secara basis kas, maka fokus mereka (dan fokus para
politisi) akan terus tertuju pada sumber daya kas, misalnya, pada biaya dari
informasi akrual yang baru. Apabila basis akrual mau diterapkan juga untuk
penganggaran, biasanya butuh waktu satu atau dua periode setelah
pelaporan keuangan berbasis akrual diterapkan. Hal ini untuk meyakinkan bahwa
informasi keuangan yang dihasilkan dari akuntansi akrual adalah akurat dan andal.
B. Tujuan dan Manfaat Akuntansi Akrual
Penggunaan basis akuntansi akrual yang menjadi tren di berbagai negara
saat ini tentu sangat terkait dengan tujuan dan manfaat dari penggunaanya itu
sendiri. Penggunaan basis akrual merupakan salah satu ciri dari praktik
manajemen keuangan modern (sektor publik) yang bertujuan untuk memberikan
informasi yang lebih transparan mengenai biaya (kos) pemerintah dan
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan di dalam pemerintah dengan
menggunakan informasi yang diperluas, tidak sekedar basis kas.
Secara umum, basis akrual telah diterapkan di negara-negara yang lebih
dahulu melakukan reformasi manajemen publik. Tujuan kuncinya adalah untuk meminta
pertanggungjawaban para manajer dari sisi keluaran (output) dan/atau hasil
(outcome) dan pada saat yang sama melonggarkan kontrol atas masukan (input).
Dalam konteks ini, para manajemer diminta agar bertanggung jawab untuk
seluruh biaya yang berhubungan dengan output/outcome yang dihasilkannya,
tidak sekedar dari sisi pengeluaran kas. Karena itu, hanya basis akrual yang
memungkinkan untuk mengakui semua biaya, dengan demikian dapat
mendukung pengambilan keputusan oleh para manajer secara efisien dan efektif.
A. Penerapan di Indonesia
1. Penerapan Akuntansi Basis Kas Menuju Akrual
Selama beberapa dekade pemerintah Indonesia sudah melakukan berbagai
upaya untuk memperbaiki kualitas kinerja, tranparansi, dan akuntabilitas pemerintahan
di Indonesia. Upaya ini mendapat momentum dengan reformasi keuangan negara di
penghujung tahun 1990an berupa diterbitkannya tiga paket UU di bidang
keuangan negara yaitu UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1
tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan Keuangan Negara. UU No. 17 Tahun
2003 mengamanatkan bahwa pendapatan dan belanja baik dalam penganggaran
maupun laporan pertanggungjawabannya diakui dan diukur dengan basis akrual.
Hal tersebut dapat dilihat dari Pasal 1 UU No.17 tahun 2003 yang
mendefinisikan Pendapatan negara/daerah adalah hak pemerintah pusat/daerah yang
diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dan Belanja negara/daerah adalah
kewajiban pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
bersih. Selanjutnya pasal 36 ayat (1) menyatakan bahwa pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5
(lima) tahun.
Perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia sebelum reformasi belum
menggembirakan. Saat itu, akuntansi pemerintahan di Indonesia belum berperan sebagai
alat untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja birokrasi pemerintah dalam memberikan
pelayanan publik kepada masyarakat. Pada periode tersebut, output yang dihasilkan
oleh akuntansi pemerintahan di Indonesia sering tidak akurat, terlambat, dan tidak
informatif, sehingga tidak dapat diandalkan dalam pengambilan keputusan.
Perubahan dari basis kas menjadi basis akrual dalam akuntansi pemerintahan
merupakan bagian dari bangunan yang ingin dibentuk dalam reformasi di bidang
keuangan negara seperti yang diamanatkan dalam UU No. 17 tahun 2003. Oleh
karena itu, perubahan basis akuntansi pemerintahan di Indonesia dari basis kas menuju
basis akrual dilakukan secara bertahap. Berdasarkan Pasal 32 UU 17 Tahun 2003 dan
Pasal 57 UU 1 Tahun 2004, penyusunan standar akuntansi pemerintahan ditugaskan
pada suatu komite standar yang independen yang ditetapkan dengan suatu
keputusan presiden, komite tersebut adalah Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
(KSAP). Organisasi KSAP terdiri dari Komite Konsultatif dan Komite Kerja yang
dibantu oleh Kelompok Kerja. Komite Konsultatif bertugas memberi konsultasi
dan/atau pendapat dalam rangka perumusan konsep Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Untuk menjaga kualitas
Standar Akuntansi Pemerintahan, maka proses penyusunannya melalui mekanisme
prosedural yang meliputi tahap-tahap kegiatan dalam setiap penyusunan Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) oleh Komite. Proses penyiapan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang digunakan ini adalah proses yang berlaku umum
secara internasional dengan penyesuaian terhadap kondisi yang ada di Indonesia.
Penyesuaian dilakukan antara lain karena pertimbangan kebutuhan yang mendesak dan
kemampuan pengguna untuk memahami dan melaksanakan standar yang ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai