Anda di halaman 1dari 15

Teknik Akuntansi Keuangan Sektor Publik

1.

Pendahuluan

Sistem Akuntansi yang dirancang dan dijalankan secara baik akan menjamin dilakukannya
prinsip stewardship dan accountability dengan baik pula. Pemerintah atau unit kerja
pemerintah perlu memiliki sistem akuntansi yang tidak saja berfungsi sebagai alat
pengendalian transaksi keuangan, akan tetapi sistem akuntansi tersebut hendaknya
mendukung pencapaian tujuan organisasi.
2.

Teori Akuntansi Keuangan Sektor Publik

Teori Akuntansi memiliki kaitan yang erat dengan akuntansi keuangan, terutama pelaporan
keuangan kepada pihak eksternal.. Suatu teori perlu didukung oleh berbagai riset yang
didalamnya terdapat hipotesa-hipotesa yang diuji kebenarannya. Teori memiliki 3
karakteristik dasar, yaitu ; 1. Kemampuan untuk menerangkan atau menjelaskan fenomena
yang ada (the ability to explain), 2. Kemampuan untuk memprediksi (the ability to predict), 3.
Kemampuan mengendalikan fenomena (the ability to control given phenomena). Pada
dasarnya mempelajari teori akuntansi yaitu ; 1. Untuk memahami praktik akuntansi yang saat
ini ada, 2. Mempelajari kelemahan dan kekurangan dari praktik akuntansi yang saat ini
dilakukan, 3. Memperbaiki praktik akuntansi di masa datang.
3.

Teknik Akuntansi Keuangan Sektor Publik

Fokus akuntansi keuangan sektor publik adalah pemberian laporan keuangan kepada pihak
ekternal organisasi. Dimensi kualitas laporan keuangan sektor publik menjadi sangat penting
bagi pihak pihak yang menjadikan laporan keuangan sebagai dasar untuk pembuatan
keputusan ekonomi, sosial, dan politik. Pada dasarnya terdapat beberapa teknik akuntansi
keuangan yang dapat diadopsi oleh organisasi sektor publik untuk memfasilitasi
dihasilkannya laporan keuangan. Teknik akuntansi keuangan tersebut yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
3.1

Teknik Akuntansi Anggaran


Teknik Akuntansi Kas
Teknik Akuntansi Akrual
Teknik Akuntansi Komitmen
Teknik Akuntansi Dana
Teknik Akuntansi Modifikasi
Akuntansi Anggaran (Budgetary Accounting)

Akuntansi anggaran menyangkut pada praktik yang dilakukan oleh banyak organisasi sektor
publik, khususnya pemerintah dalam upaya menyajikan akun-akun operasinya dengan
menggunakan format yang sama dengan anggarannya. Tujuan praktik ini adalah melihat cara
pelaksanaan anggaran yang sudah dibuat dapat dikendalikan dan dipertanggungjawabkan
kepatuhannya.
Organisasi sektor publik menyajikan informasi tentang anggaran dan realisasinya dalam dua
kolom secara bersama-sama. Untuk mendapatkan penyajian tersebut dikembangkan beberapa
alternatif metode dan teknik pencatatan, antara lain ;
1. Mencatat anggaran sebagai sebuah transaksi dan memperlakukan setiap akun anggaran
sebagai akun buku besar tersendiri yang setara dengan akun lainnya;
2. Mencatat anggaran sebagai sebuah transaksi tersendiri dan menempatkannya sebagai
akun dibuku besar pembantu disetiap akun riilnya.
3. Menjadikan anggaran sebagai informasi yang melekat disetiap buku besar.
Teknik akuntansi anggaran merupakan teknik akuntansi yang menyajikan jumlah
yang dianggarkan dengan jumlah actual dan dicatat secara berpasangan (double entry).
Jumlah belanja yang dianggarkan dikreditkan terhadap akun yang sesuai kemudian apabila
belanja tersebut direalisasikan, maka akun tersebut didebit kembali. Saldo yang ada dengan
demikian menunjukkan jumlah anggaran yang belum dibelanjakan. Teknik akuntansi
anggaran dapat membandingkan secara sistematik dan kontinu jumlah anggaran dan realisasi
anggaran. Tujuan utama teknik ini adalah untuk menekankan peran anggaran dalam siklus
Alasan yang melatarbelakangi teknik akuntansi anggaran adalah bahwa anggaran dan
realisasi harus selalu dibandingkan sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi apabila
terdapat varians (selisih). Namun akuntansi anggaran lebih menekankan pada bemtuk dari
akun-akun keuangan bukan isi (content) dari akun itu sendiri.
Analisis terhadap laporan yang dihasilkan oleh akuntansi anggaran ini juga harus
dilakukan secara cermat untuk tidak menghasilkan kesimpulan yang salah. Hal ini terkait
dengan hal yang sering disebut agregasi. Sebagai contoh, kita dapat melihat sebuah unit
peerintahan yang menetapkan struktur anggaran belanja dalam empat level, yaitu akun, jenis,
objek, dan perincian objek. Misalnya ;
Belanja

Belanja pegawai
Belanja barang dan jasa
- Belanja Material
- Belanja Sewa
- Belanja dalam perjalanan : Perjalanan dalam daerah, Perjalanan luar
daerah, Perjalanan luar negeri.

- Belanja Pakaian
Penyusunan anggaran biasanya dilakukan sampai pada level terendah, yaitu perincian objek.
Perlakuan akuntansi anggaran juga dilakukan sampai pada level terendah untuk mendapatkan
informasi sampai pada level paling detail. Meskipun demikian, proses pelaporannya tidak
selalu harus menyajikan informasi sampai level terendah.
Salah satu kelemahan teknik akuntansi anggaran adalah bahwa teknik ini sangat kompleks.
Akan lebih mudah dan lebih komprhensif apabila akun akun yang ada menunjukkan
pendapatan dan biaya dianggarkan.
Contoh :
jurnal teknik akuntansi anggaran untuk jumlah belanja pada akuntansi sector public
Saat Pencatatan / Pengesahan anggaran :
Dalam APBD anggaran belanja pegawai sebesar xxx maka jurnal yang dibuat adalah sebagai
berikut:
Dr. Surplus/ Defisit

xxx

Cr. Apropriasi Belanja Pegawai

xxx

Saat Realisasi Anggaran


Belanja Pegawai
Kas Di Kas Daerah

xxx
xxx

3.2
Akuntansi Berbasis Kas
Sistem akuntansi ini hanya mengakui arus kas masuk dan kas keluar. Rekening keuangan
akhir akan dirangkum dalam buku kas. Dalam kasus ini, laporan keuangan tidak bisa
dihasilkan karena ketiadaan data tentang aktiva dan kewajiban. Data yang ada hanyalah
perimbangan kas.
Akuntansi arus kas bukanlah pengganti akuntansi akrual. Akuntansi arus kas dipraktikkan di
berbagai perusahaan sektor publik dan organisasi nonprofit, misalnya rekening penerimaan
dan pembayaran yang sederhana dari suatu kegiatan derma kecil; dan yang terpenting,
terutama dalam jumlah uang yang digunakan adalah rekening pemerintah yang paling
berdaulat. Sebagai contoh riil adalah rekening pengeluaran untuk (kementrian) pertahanan
Inggris pada Tabel 4.2, dimana pengeluaran pertahanan dibagi dalam empat pos (vote) yang
lebih kecil. Terlihat pengeluaran bersih sebesar Rp. 24 miliar: tanpa aktiva;tidak ada
kewajiban, hanya kelebihan pembayaran atas penerimaan sebesar Rp. 24,3 miliar yang
diimbangi kelebihan anggaran sebesar Rp. 24,6 miliar.

Jenis informasi yang tidak diberikan dalam laporan arus kas adalah modal dan pendapatan.
Tidak terdapatnya aktiva dan kewajiban di dalam catatan perusahaan itu mengakibatkan
tidak adanya catatan modal. Apabila pendapatan adalah peningkatan modal, maka
pendapatan tidak dapat diperhitungkan. Kelebihan penerimaan atas pembayaran tak dapat
disebut pendapatan, karena modal termasuk penerimaan. Kelebihan pembayaran atas
penerimaan juga tak dapat dinyatakan sebagai rugi karena terpisah dari pembayaran yang
mungkin memasukkan akusisi aktiva.

3.3 Akuntansi Berbasis Akrual


Definisi konsep akuntansi akrual sebagaimana tercantum pada SSAP 2 adalah sebagai
berikut:
Penerimaan dan biaya bertambah (diakui karena diperoleh atau dimasukkan tidak sebagai
uang yang diterima atau dibayarkan) sesuai satu sama lain dapat dipertahankan atau dianggap
benar, dan berkaitan dengan rekening laba dan rugi selama periode bersangkutan;
Kepastian penerimaan secara hukum sangat ditentukan dengan faktur yang telah diterbitkan,
demikian juga kepastian munculnya biaya ditentukan dengan penerimaan barang/jasa.
Menurut metode biaya historis, modal diperhitungkan sebagai modal awal yang
diinvestasikan. Oleh sebab itu, tanah tidak terdepresiasi dan dapat diungkapkan pada laporan
posisi keuangan. Asset yang didepresiasi akan diungkapkan sebesar nilai asset dikurangi
biaya depresiasi. Menurut metode biay sekarang, nilai tanah yang diungkap dalam laporan
posisi keuangan sebesar nilai pasar. Sedangkan nilai asset terdepresiasi akan diungkapkan
sebagai nilai pasar asset dikurangi biaya depresiasi saat itu.
Penerapan basis akrual akan mempengaruhi sistem akuntansi yang digunakan seperti
penambahan pos-pos akrual dan berbagai formulir pembukuan. Terkait dengan itu, penerapan
berbasis akrual mengutamakan laporan yang dihasilkan untuk kepentingan kreditor dan

debitur. Pengetahuan yang lengkap tentang siapa saja yang dipinjami dan berapa banyak.
Oleh sebab itu, organisasi sektor publik akan mempertahankan catatan yang sangat teliti dari
para debitur dan kreditor. Sehingga sistem akuntansi yang dibangun dapat dipilih yang
berorientasi hutang atau yang berorientasi piutang.
Tabel 4.3 berikut ini menyajikan rekening Kantor Pos untuk periode akuntansi yang berakhir
27 Maret 1994:

Laporan posisi keuangan sangat berbeda dengan laporan arus kas pembelanjaan pertahanan.
Perbedaan mendasarnya adalah pos modal yang ditempatkan tersendiri dalam laporan posisi
keuangan, sedangkan pos operasional dalam rekening untung rugi. Dikantor Pos, yang
ditunjukkan adalah saldo awal dan saldo akhir kas.
Laporan laba rugi tidak menunjukkan penerimaan dan pengeluaran secara terpisah, laporan
pendukungnya dapat merinci gambaran umum. Dlam basis akrual penerimaan dan
pengeluaran lebih diganti dengan notasi pendapatan danbiaya selama suatu periode
akuntansi. Dengan kata lain, penerimaan tidak dapat dianggap sebagai imbangan pengeluaran
di masa depan. Pendapatan dan biaya dianggap lebih tepat dipertemukan, karena selisih yang
terjadi disebut keuntungan atau kerugian yang terjadi.

Penerapan basis akrual dalam manajemen pemerintahan daerah bisa dilakukan secara berbeda
dibandingkan lembaga publik lainnya. Di berbagai Negara pemerintahan daerah sudah
menerapkan akuntansi perusahaan yang berbasis akrual secara penuh karena pendapatannya
dirasa mudah dan sederhana. Namun di Indonesia, tarik menarik perundang-undangan dan
kepentingan telah menyebabkan pergeseran akuntansi anggaran dan akuntansi cadangan ke
akuntansi berbasis akrual menjadi lamban.
Kekuatan dan Kelemahan Basis Akrual
Keuntungan basis akrual dapat diperinci sebagai berikut: Pertama, bahwa penerimaan dan
pengeluaran dalam laporan operasional berhubungan dengan penerimaan dan pemasukannya,
yang berarti bahwa basis akrual memberikan alat ukur untuk mengukur barang dan jasa yang
dikonsumsi, diubah, dan diperoleh; sementara basis kas menyediakan alat ukur untuk arus kas
masuk dan arus kas keluar.
Kedua, basis akrual menunjukkan gambaran pendapatan. Perubahan harga, pendapatan yang
diperoleh dalam basis akrual, dan besarnya biaya historis adalah alat ukur kinerja yang dapat
diterima. Makin besar keuntungan, makin besar pula suksesnya. Dalam konteks publik,
gambaran pendapatan sebagai alat ukur kinerja dalam menghadapi persaingan pasar,
ditentukan oleh nilai perolehannya. Kemampuan kekuatan monopoli untuk meraih
keuntungan, atau sebuah organisasi dengan tanggung jawab sosial untuk merugi, sulit
dijadikan sebagai indikator efisiensi kegiatan ekonomi.
Keuntungan ketiga, basis akrual dapat dijadikan sebagai alat ukur modal. Secara historis,
nilai modal yang diinvestasikan dalam organisasi sektor publik berusaha dipertahankan.
3.4 Akuntansi Komitmen
Akuntansi komitmen adalah sistem akuntansi yang mengakui transaksi dan mencatatnya
pada saat order dikeluarkan. Sistem akuntansi akrual mengakui biaya pada saat faktur
diterima dan mengakui pendapatan ketika faktur dikeluarkan. Akuntansi komitmen dapat
digunakan bersama-sama dengan menggunakan akuntansi kas dan akuntansi akrual.
Akuntansi komitmen tersebut hanya menjadi subsistem dari sistem akuntansi utama yang
dipakai organisasi. Akuntansi komitmen mengakui transaksi ketika organisasi melakukan
transaksi tersebut. Hal ini berarti bahwa transaksi tidak diakui ketika kas telah dibayarkan
atau diterima, tidak juga ketika faktur diterima atau dikeluarkan, akan tetapi pada waktu yang
lebih awal yaitu ketika order diterima atau dikeluarkan.
Tujuan utama akuntansi komitmen adalah untuk pengendalian anggaran. Agar manajer dapat
mengendalikan anggaran, ia perlu mengetahui berapa besar anggaran yang telah dilaksanakan
atau digunakan jika dihitung berdasarkan order yang telah dikeluarkan. Dengan menerima
akun atas faktur yan diterima dan dibayarkan ia dapat dengan mudah menghabiskan anggaran

(over commit). Tentu saja manajer yang teliti akan tahun bahwa akun akun tidak
memasukkan order yang dikeluarkan yang mana faktur belum diterima dan dengan itu
membuat catatan sendiri agar ia tidak melakukan pemborosan (over commit the budget).
Akuntansi komitmen berfokus pada order yang dikeluarkan. Order yang diterima terkait
dengan pendapatan tidak akan dicatat sebelum faktur dikirimkan. Meskipun akuntansi
komitmen dapat memperbaiki pengendalian terhadap anggaran namun banyak masalah dalam
pengadopsian akun tersebut ke dalam akun akun keuangan. Akun yang dicatat hanya
didukung oleh order yang dikeluarkan. Umumnya, tidak ada kewajiban hokum untuk patuh
pada order yang terjadi dan order tersebut dapat dengan mudah dibatalkan. Hal ini menjadi
sulit dalam mengakui biaya biaya untuk periode akuntansi yang bersangkutan yang
mendasarkan pada order yang dikerluarkan.
Contoh kasus transaksi

Manajer memesan 100 rim kertas dengan asumsi harga Rp 25.000/rim pada suatu
supplier.
Pada saat Manajer mengirimkan pesanan pada supplier yang sudah ditentukan tersebut,
maka akan ada jurnal:
Kertas

Rp 2.500.000
Pesanan kepada supplier

Ketika organisasi menerima faktur dari supplier, maka akan ada jurnal:
Pesanan kepada supplier

Rp 2.500.000

Hutang kepada supplier

Rp 2.500.000

Rp 2.500.000

Faktur yang diterima organisasi bisa saja berbeda jumlahnya dengan pesanan karena
beberapa faktor.
Jika ada perbedaan tersebut, misal disebabkan harganya menjadi Rp 26.000/rim maka
jurnal yang dibuat pada saat faktur diterima:
Pesanan kepada supplier

Rp 2.500.000

Kertas

Rp
Hutang kepada supplier

3.5

100.000
Rp 2.600.000

Akuntansi Dana

Masalah utama yang dihadapi organsisi sektor publik adalah pencarian sumber dana dan
alokasi dana. Penggunaan dana dan peran anggaran sangat penting dalam akuntansi sektor
publik.

Dana adalah entitas anggaran dan entitas akuntansi yang terpisah berdasarkan tujuan tertentu,
termasuk sumber daya nonkas (aset/aktiva), modal, dan utang yang diperhitungkan di
dalamnya.
Teori akuntansi dana pada awalnya dikembangkan oleh Vatter (1947), untuk tujuan organisasi
bisnis. Saat itu ia melihat perusahaan pribadi dengan perusahaan badan memiliki beberapa
kelemahan. Kelemahan tersebut adalah :
1. Perusahaan perorangan/pribadi kurang menguntungkan disbanding perusahaan yang
dimiliki publik/perseroan terbatas
2. Adanya kesalahan dalam memaknai entitas
Berdasarkan hal ini Vatter berpendapat bahwa reporting unit harus diperlakukan sebagai dana
(fund) dan organisasi tersebut harus dilihat sebagai satu dana atau rangkaian dana. Artinya
jika organisasi dilihat sebagai suatu dana atau rangkaian dana (series of fund) maka laporan
keuangan organisasi tersebut merupakan penggabungan atau konsolidasi dari laporan
keuangan dana menjadi bagian organisasi.
Penggunaan istilah dana bagi organisasi nirlaba dan istitusi pemerintah berbeda dengan istilah
dana yang sering digunakan oleh entitas swasta. Bagi perusahaan komersial, dana adlah
bagian dari aktivanya yang dicadangkan karena akan digunakan atau dialokasikna untuk
tujuan tertentu. Namun bagi organisasi nirlaba dan kalangna instansii pemerintah, dana adlah
satu entitas akuntansi tersendiri seperti yang dinyatakan oleh Freeman (2003): ... a fund in
the Government and non-profit accounting sense is a self-contained accounting entity with its
own asset, liability, revenue, expenditure/expense, adn fund balance or other equity
accounts
Dana yang dimiliki organisasi sektor publik digolongkan menjadi 2, yaitu :
1. Dana yang bisa dibelanjakan (expendable fund)
Dana yang disediakan untuk membiayai aktivitas-aktivitas yang bersifat non-business
yang menjadi bagian dari tujuan organisasi sektor publik.
2. Dana yang tidak bisa dibelanjakan (non expendable fund)
Dana yang dipisahkan untuk aktivitas-aktivitas yang bersifat bisnis. Dana ini digunakan
sebagai pendukung dari expendable fund.
Perbandingan antara akuntansi dana pada organisasi bisnis dengan organisasi sektor publik
digambarkan sbb:

Ekuitas (kekayaan bersih) pada organisasi bisnis menunjukkan adanya kepemilikan pada
perusahaan bisnis tersebut oleh pemegang saham, sementara itu di organisasi sektor publik,
ekuitas (saldo dana) tidak menujukkan adanya kepemilikan siapa pun, karena memang tidak
ada kepemilikan individu dalam organisasi sektor publik.
3.6

Akuntansi Modifikasi

Basis kas modifikasi


Basis kas modifikasi adalah sebuah pendekatan yang mencoba menampilkan informasi yang
dihasilkan basis kas, sekaligus juga menyajikan informasi yang hanya bisa dimunculkan oleh
basis akrual. Dengan basis kas modifikasi, transaksi-transaksi dicatat berdasarkan kas yang
diterima atau yang dibayarkan sehingga neraca yang dihasilkan akan seperti neraca berbasis
kas.
Perbedaannya adalah basis kas modifikasi menggunakan focus pengukuran atas semua
sumber daya (all resource). Jadi, dalam basis kas modifikasi, dilakukan jurnal tambahan
untuk mengakui transaksi-transaksi yang memengaruhi penyajian unsur-unsur non-current
resources.
Berikut merupakan contoh jurnal dengan menggunakan basis kas modifikasi :
Belanja modal pembelian kendaraan

Rp 200 juta

Kas

Rp 200 juta

(Jurnal untuk mengakui pembelian basis kas dengan


Focus pengukuran kas)
Kendaraan

Rp 200 juta

Ekuitas Dana yang diinvestasikan dalam asset tetap


(Jurnal tambahan untuk mengakui akun kendaraan)

Rp 200 juta

Negara-negara yang menggunakan basis kas modifikasi dalam praktik akuntansi mereka,
merasa bahwa informasi yang dihasilkan oleh basis ini lebih informative daripada yang
dihasilkan oleh basis kas maupun basis akrual. Selain menunjukkan informasi tentang ekuitas
dana lancar yang memungkinkan kontrol atas kas, bagian ekuitas dana juga memberikan
informasi tentang kondisi kekayaan berupa asset tetap.
Basis Kas Modifikasi (Ilustrasi kasus)
Neraca awal :

Selama tahun 2011, terdapat beberapa transaksi berikut yang memengaruhi keempat dana
tersebut.
1) Pada tanggal 10 Januari, diterima subsidi dari pemerintah sebesar Rp 250 juta dengan
syarat penggunaan 40% untuk pengembangan bangunan kampus dan sisanya untuk
biaya operasional. Karena ada ketentuan penggunaan yang dipersyaratkan,
penerimaan ini dicatat sebagai pendapatan pada jenis dana-dana yang bersangkutan.

Dalam hal ini, pendapatan dicatat di dua dana, yaitu dana operasional dan dana
pembangunan.
Pencatatan di dana operasional :
Kas

Rp 150 juta
Pendapatan

Rp 150 juta

(60% x Rp250 juta = Rp150 juta)


Pencatatan di dana pembangunan :
Kas

Rp 100 juta
Pendapatan

Rp 100 juta

(40% x 250 juta = Rp 100 juta)


2) Pada tanggal 28 Januari, diterima sumbangan asosiasi pengusaha Bogor sebesar Rp
170 juta untuk keperluan beasiswa. Sumbangan ini dicatat sebagai pendapatan di
dana beasiswa berikut.
Kas
Pendapatan

Rp 170 juta
Rp 170 juta

3) Pada tanggal 10 Februari, dibayarkan gaji, staf, dan karyawan sebesar Rp 12 juta.
Karena pembayaran gaji, staf, dan karyawan berasal dari dana operasional , maka
transaksi tersebut dicatat sebagai belanja pada dana operasional berikut.
Belanja gaji
Kas

Rp 12 juta
Rp 12 juta

4) Pada tanggal 15 Februari, dilakukan pembelian 2 unit motor dengan dana operasional
Rp 30 juta. Peristiwa ini direkam sebagai 2 kejadian, yaitu kejadian pengeluaran ks
(belanja) dan kejadian penambahan aset. Pada dasarnya, transaksi ini berdasarkan
basis kas yang focus pengukurannya juga kas hanya merupakan transaksi belanja.
Namun, kebutuhan untuk menyajikan neraca yang akrual menuntut dilakukannya
pencatatan tambahan. Jadi, dengan basis kas modifikasi, pembelian aset dicatat
sebagai belanja kendaraan sekaligus penambahan aset. Karena pembelian motor ini
menggunakan dana operasional, jurrnal dibuat di pos dana operasional berikut.
Belanja kendaraan
Rp 30 juta
Kas
Rp 30 juta
Kendaraan
Rp 30 juta
ED Diinvestasikan dalam aset tetap
Rp 30 juta

5) Pada tanggal 30 Maret, dikeluarkan keputusan pimpinan untuk mengalokasikan 25%


saldo dana operasional sebagai dana abadi (endowment). Pengalokasian sebagian
dana operasional menjadi dana abadi ini dicatat sebagai transfer antar dana. Dana
operasional akan berkurang, dan sebaliknya, saldo dana abadi akan bertambah.
Pencatatan di dana operasional :
Transfer pada dana abadi
Rp 127 juta
Kas
Rp 127 juta
(25% x Rp 508 juta = Rp 127 juta)
Pencatatan di dana abadi:
Kas
Rp 127 juta
Transfer dari dana tidak terikat
Rp
127 juta
6) Pada tanggal 20 April, diterima pembayaran SPP sebesar Rp 115 juta, termasuk di
dalamnya Rp 45 juta untuk dana pembangunan gedung. Dari seluruh penerimaan SPP
pada tanggal tesebut sebanyak Rp 45 juta merupakan pendapatan dana pembangunan.
Sementara itu, sisanya sebesar Rp 70 juta adalah dana tidak terikat sehingga dicatat
sebagai pendapatan pada dana operasional.
Pencatatan di dana operasional:
Kas
Pendapatan
Pencatatan di dana pembangunan :
Kas
Pendapatan

Rp 70 juta
Rp 70 juta
Rp 45 juta
Rp 45 juta

7) Pada tanggal 22 Mei, dilakukan pembayaran atas pembelian gedung sebesar Rp 100
juta. Pada basis kas modifikasi, pembelian aset berupa gedung dicatat sebagai belanja
gedung sekaligus penambahan gedung. Pembelian gedung dilakukan dengan
menggunakan dana pembangunan. Oleh karena itu, pencatatan dilakukan pada dana
pembangunan berikut.
Belanja gedung
Kas
Gedung
ED Diinvestasikan dalam aset tetap

Rp 100 juta
Rp 100 juta
Rp 100 juta
Rp 100 juta

8) Pada tanggal 20 juni, universitas menerima sumbangan berupa mobil operasional dari
ikatan alumni. Mobil tersebut dibeli 2 tahun sebelumnya senilai Rp 150 juta dan
memiliki nilai pasar Rp 100 juta. Dengan basis kas, tidak ada pengakuan pendapatan
karena tidak ada penerimaan kas pada kasus ini, tetapi tetap dilakukan pengakuan atas
penambahan aset dalam dana pembangunan berikut.
Kendaraan
Rp 100 juta
ED Diinvestasikan dalam aset tetap

Rp 100 juta

9) Pada tnggal 25 Juli, universitas jaya menerim pendapatan SPP sebesar Rp 250 juta.
SPP itu adalah untuk periode tanggal 29 Agustus 2011 30 Januari 2012. Dalam
akuntansi berbasis kas modifikasi, penerimaan SPP untuk periode mendatang dicatat
sebagai pendapatan. Namun, selain pendapatan, universitas juga harus mencatat
adanya utang karena SPP tersebut adalah untuk periode mendatang.
Kas
Rp 250 juta
Pendapatan
Rp 250 juta
ED Cadangan utang
Rp 250 juta
Pendapatan diterima di muka
Rp 250 juta
10) Pada tanggal 10 Agustus, universitas mendapatkan pembiayaan utang jangka panjang
dari sebuah bank senilai 1,5 miliar. Utang jangka panjang ini tidak memiliki batasan
penggunaan yang dipersyaratkan sehingga dicatat dalam dana operasional. Seperti
halnya basis kas, utang ini dianggap sebagai bagian dari pendapatan sebagai
konsekuensi dari focus pengukuran yang dianut. Selanjutnya, dilakukan pengakuan
utang untuk mendapatkan neraca yang akrual. Berikut pencatatan dengan basis kas
modifikasi untuk transaksi tersebut.
Kas
Rp 1,5 miliar
Pendapatan utang
Rp 1,5 miliar
ED Cadangan utang
Rp 1,5 miliar
Utang jangka panjang
Rp 1,5 miliar
11) Pada 5 september 2011, universitas harus mengembalikan pendapatan SPP yang
diterimanya sebesar Rp 80 juta. Pendapatan tersebut telah dicatat pada periode
sebelumnya. Transaksi ini dicatat pada dana operasional berikut.
Belanja pengembalian pendapatan
Kas

Rp 80 juta
Rp 80 juta

Dengan posisi awal aset dan ekuitas seperti dalam neraca awal serta transaksitransaksi yang terjadi pada tahun 2011, Laporan Aktivitas dan Neraca per 31
Desembet 2011 berikut dapat disusun sebagai berikut.

Anda mungkin juga menyukai