Anda di halaman 1dari 9

Nama : Linda Febian

NPM : 2036021045

Semester/Kelas: II/Sabtu

SIKLUS AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Perkembangan kegiatan pemerintahan atau dikenal akuntansi sektor publik dan organisasi non-laba
terus meningkat sejalan dengan perkembangan kegiatan pembangunan, globalisasi dan era
informasi. Dalam melaksanakan kegiatan yang semakin rumit, informasi memegang peranan
semakin penting. Salah satu informasi yang dibutuhkan adalah informasi akuntansi sektor publik,
baik untuk tujuan pertanggung jawaban maupun manajerial.

Akuntansi, pada dasarnya, merupakan suatu proses pengolahan informasi yang


menghasilkan keluaran berupa informasi akuntansi, yang salah satu bentuknya adalah laporan
keuangan.

Laporan keuangan, adalah hasil akhir dari suatu proses akuntansi, yaitu aktivitas
pengumpulan dan pengolahan data keuangan untuk disajikan dalam bentuk laporan keuangan atau
ikhtisar-ikhtisar lainnya yang dapat digunakan untuk membantu para pemakainya dalam mengambil
keputusan. Penyusunan suatu laporan keuangan yang dapat dipertanggung jawabkan dan
dipertanggung-jelaskan serta dapat diterima secara umum, didasari pada prinsip akuntansi,
prosedur-prosedur, metode-metode, serta teknik-teknik yang tercakup dalam ruang lingkup
akuntansi. Aturan penyusunan suatu laporan keuangan dapat disebut sebagai siklus akuntansi.

Siklus akuntansi merupakan suatu proses penyediaan laporan keuangan organisasi suatu
periode akuntansi tertentu. Siklus akuntansi terbagi menjadi pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan
selama periode tersebut, bersumber dari transaksi atau kejadian selanjutnya dimulailah siklus
akuntansi mulai dari penjurnalan transaksi atau kejadian, pemindah bukuan ke dalam buku besar,
dan penyiapan laporan keuangan pada akhir periode. Pekerjaan yang dilakukan pada akhir periode
termasuk mempersiapkan akun untuk mencatat transaksi-transaksi pada periode selanjutnya..

1. Proses Pencatatan Siklus Akuntansi

Siklus akuntansi merupakan serangkaian prosedur kegiatan akuntansi dalam suatu periode, mulai
dari pencatatan transaksi pertama sampai dengan penyusunan laporan keuangan dan penutupan
pembukuan secara keseluruhan, dan siap untuk pencatatan transaksi periode selanjutnya. Alur
proses siklus akuntansi dapat dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu:
Tahap-tahap dalam Siklus Akuntansi

Urutan perancangan komponen siklus akuntansi meliputi:

Urutan siklus akuntansi menunjukkan posisi strategis dari chart of account (bagan
perkiraan/daftar akun). Untuk dapat menyediakan data, setiap transaksi perlu diklasifikasikan,
diringkas, dan kemudian disajikan dalam bentuk laporan. Mulai dari kegiatan pencatatan sampai
dengan penyajian disebut proses akuntansi yang terdiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut:

● Pencatatan/Penggolongan, Bukti-bukti pembukuan dicatat dalam buku jurnal. Transaksi-transaksi


yang sama yang sering terjadi dicatat dalam buku jurnal khusus.

● Peringkasan/Pengikhtisaran, Transaksi-transaksi yang sudah dicatat dan digolongkan dalam buku


jurnal, setiap bulan atau periode tertentu diringkas dan dibukukan dalam rekening-rekening buku
besar.
● Penyajian/Pelaporan, Data akuntansi yang tercatat dalam rekening-rekening buku besar akan
disajikan dalam bentuk laporan keuangan yaitu neraca, laporan surplus defisit, laporan arus kas dan
laporan perubahan ekuitas. Penyerderhanaan pekerjaan penyusunan laporan keuangan biasanya
dilakukan melalui neraca lajur (kertas kerja).

Proses akuntansi ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Bukti-bukti pembukuan dicatat dalam buku jurnal setiap terjadi transaksi secara kronologis.
Tembusan bukti-bukti pembukuan dibukukan ke dalam buku pembantu setiap terjadi transaksi.
Setiap bulan atau periode tertentu, buku jurnal dijumlah dan dibukukan ke akun-akun dalam buku
besar. Setiap akhir periode dari buku besar disusun laporan-laporan keuangan. Sistem akuntansi
yang baik dapat memastikan berjalannya proses penyusunan laporan keuangan, seperti:

1. Bukti-bukti pembukuan, yang merupakan catatan pertama dari setiap transaksi dan
digunakan sebagai dasar pencatatan dalam buku jurnal.
2. Buku-buku jurnal, sering disebut dengan buku catatan pertama, merupakan buku yang
digunakan untuk mencatat transaksi-transaksi sesuai dengan tanggal terjadinya (kronologis),
dan sumber pencatatannya berasal dari bukti-bukti pembukuan. Apabila suatu transaksi
yang sama sering terjadi, biasanya dibuatkan buku jurnal khusus yang digunakan untuk
mencatat suatu jenis transaksi tertentu seperti jurnal pengeluaran kas, dan lain-lain.

Akun-akun, buku besar, dan catatan yang ada dalam buku jurnal akan dipindahkan ke dalam akun-
akun yang sesuai. Akun-akun ini disusun dalam format yang akan memudahkan penyusunan laporan
keuangan. Kumpulan dari akun-akun ini disebut sebagai buku besar. Akun-akun dalam buku besar ini
bisa diklasifikasikan menjadi kelompok akun riil, nominal, dan campuran.

Akun riil adalah akun-akun aktiva, kewajiban, dan ekuitas yang merupakan pos-pos neraca, sehingga
akun-akun riil itu merupakan akun-akun neraca. Akun nominal adalah akun-akun pendapatan, biaya,
dan surplus/defisit yang merupakan pos-pos dalam laporan surplus/defisit, sehingga akun-akun
nominal itu merupakan akun surplus/defisit.

Akun campuran adalah akun-akun yang saldonya mengandung unsur-unsur akun riil dan nominal.
Setiap akhir periode, akun-akun campuran ini perlu dianalisis dan dipisahkan menjadi akun riil dan
nominal. Contoh akun-akun campuran adalah akun pembantu kantor yang didalamnya terdiri dari
jumlah bahan pembantu yang digunakan dan persediaan bahan pembantu.

2. Proses Pencatatan Siklus Akuntansi Sektor Publik

Ketika melakukan pencatatan akuntansi, basis akuntansi dan fokus pengukuran merupakan
dua hal yang penting. Basis akuntansi menentukan kapan transaksi dan peristiwa yang terjadi diakui
atau dicatat, sedangkan fokus pengukuran menentukan aset atau kewajiban apa saja yang akan
diakui dalam neraca. Kedua hal ini juga saling berkaitan. Ketika basis kas dipilih, maka transaksi
dicatat pada saat kas diterima dan dibayarkan sehingga hanya akun kas dan ekuitas yang dilaporkan
dalam Neraca. Lain halnya ketika basis akrual yang digunakan, transaksi akan dicatat jika secara
ekonomi telah terjadi, tanpa harus menunggu kas diterima atau dibayarkan. Akibatnya, dengan basis
akrual ini, akun-akun yang dilaporkan dalam Neraca tidak sebatas akunkas saja, namun semua
sumber daya yang dimiliki, utang, dan ekuitas. Keunggulan penggunaan basis akrual ini adalah
informasi yang disajikan dalam Neraca akan lebih komprehensif karena mempresentasikan seluruh
sumber daya yang dimiliki entitas.

Sayangnya, basis akrual sepenuhnya ini belum bisa diterapkan oleh semua entitas
akuntansi.Entitas pemerintah merupakan entitas yang memiliki karakteristik unik dalam basis
akuntansinya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 yang mengatur
StandarAkuntansi Pemerintahan (SAP), basis akuntansi yang digunakan entitas pemerintah adalah
basis kas menuju akrual (cash toward accrual ). Dengan basis ini, aset, kewajiban, dan ekuitas dana
dicatat dengan berbasis akrual sedangkan komponen Laporan Realisasi Anggaran seperti
pendapatan, belanja, dan pembiayaan dicatat dengan basis kas. Konsekuensi dari penggunaan basis
kas menuju akrual ini adalah dibutuhkannya penggunaan jurnal korolari. Untuk
memudahkan pemahaman, penulis akan memberikan bagai- mana jurnal korolari ini digunakan.

Contoh pertama, misalnya terjadi transaksi pembelian kendaraan senilai 100.000.000 secara
tunai. Karena segala pengeluaran yang melibatkan kas harus disajikan dalam Laporan Realisasi
Anggaran dengan basis kas, maka transaksi ini akan dicatat dengan cara:

Dr. Belanja Kendaraan Rp 100.000.000

Cr. Kas Rp 100.000.000

Belanja kendaraan merupakan akun nominal yang akan disajikan dalam Laporan Realisasi
Anggaran, sedangkan kas merupakan akun riil yang akan disajikan dalam Neraca. Akibatnya,apabila
hanya jurnal tersebut yang dibuat, maka hanya akun kas yang disajikan sebagai bagianaktiva Neraca.
Padahal, menurut SAP, Neraca pemerintah harus disajikan dengan basis akrualatau
memperesentasikan semua sumber daya yang dimiliki dan tidak terbatas kas saja. Karena itulah,
dibutuhkan jurnal tambahan yaitu jurnal korolari sebagai solusi penerapan basis kasmenuju akrual
ini. Masih mengacu pada transaksi di atas, maka pencatatan yang sebaiknya adalah:

Dr. Belanja Kendaraan

Rp. 100.000.000

Cr. Kas

Rp. 100.000.000

Jurnal Korolari:

Dr. Kendaraan

Rp. 100.000.000

Cr. Ekuitas dana yang diinvestasikan dalam aset tetap


Rp. 100.000.000

Dengan adanya jurnal korolari, belanja kendaraan telah sesuai dicatat dengan basis kas dan
disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran. Disisi lain, Neraca telah disajikan dengan basis akrual
karena mempresentasikan semua sumber daya yang dimiliki dimana akun yang disajikandalam
Neraca tidak hanya kas dan ekuitas dana, tetapi juga aset tetap seperti kendaraan.

Contoh lain, misalnya Pemerintah Daerah melakukan pinjaman kepada Pemerintah Pusat
sebesar Rp 50.000.000 yang akan jatuh tempo dalam lima tahun mendatang dengan bunga pinjaman
10% per tahun. Pembayaran bunga dilakukan setiap tahun pada tanggal 15 januari. Jurnal yang
akandibuat pada akhir tahun berdasarkan basis akrual adalah pengakuan utang bunga yaitu sebesar
Rp5.000.000 (10%*Rp50.000.000). Jurnalnya sebagai berikut:

Jurnal Korolari:

Dr. Ekuitas dana yang harus disediakan untuk pembayaranbunga Rp 5.000.000

Cr. Utang bunga

Rp 5.000.000

Sedangkan jurnal yang dibuat ketika pembayaran bunga (15 Januari) adalah:

Dr. Belanja bunga

Rp 5.000.000

Cr. Kas

Rp 5.000.000

Dr. Utang bunga

Rp 5.000.000

Cr. Ekuitas dana yang harus disediakan untuk pembayaran bunga

Rp 5.000.000

Pencatatan transaksi tersebut telah sesuai dengan SAP karena telah menyajikan akun Neraca dengan
basis akrual dan menyajikan akun Laporan Reliasasi Anggaran dengan basis kas.Maka dapat
disimpulkan, jurnal korolari ini penting supaya transaksi yang melibatkan akun riilselain kas bisa
tetap disajikan dalam Neraca dan disisi lain komponen Laporan RealisasiAnggaran seperti
pendapatan, belanja, dan pembiayaan tetap dapat pula disajikan.

Dalam kaitannya dengan anggaran APBN maupun APBD, perencanaan manajerial, serta proses
pengawasan dalam entitas pemerintah dengan sistem akuntansi dapat digambarkan dalam bagan
alir dibawah ini. Bagan alir itu merupakan perpaduan antara sistem pengendalian manajemen
entitas pemerintah dengan sistem akuntansinya.

3. Analisis Keuangan Laporan Keuangan Sektor Publik


Laporan keuangan sektor publik merupakan representasi posisi keuangan dari transaksi-transaksi
yang dilakukan oleh suatu entitas sektor publik. Tujuan umum pelaporan keuangan adalah untuk
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan arus kas dari suatu entitas yang
berguna bagi sejumlah besar pemakai (wide range users) dalam membuat dan mengevaluasi
keputusan mengenai alokasi sumber daya yang dibutuhkan oleh suatu entitas dalam aktivitasnya
untuk mencapai tujuan.

4. Komponen – Komponen Laporan Keuangan Sektor Publik

Laporan keuangan terdiri dari:

(a) Laporan Realisasi Anggaran (LRA);

(b) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL);

(c) Neraca;

(d) Laporan Operasional (LO);

(e) Laporan Arus Kas (LAK);

(f) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);

(g) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Tujuan Dan Fungsi Laporan Keuangan Sektor Publik

Secara umum, tujuan dan fungsi laporan keuangan sektor publik adalah :

1. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan ekonomi,sosial,


dan politik serta sebagai bukti pertanggungjawaban (accontability) dan
pengelolaan (stewardship).
2. Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan
organisasional. Laporan keuangan untuk mendukung pembuatan keputusan ekonomi, sosial,
dan politik tersebut meliputi informasi yang digunakan untuk :

a. membandingkan kinerja keuangan aktual dengan yang dianggarkan

b. menilai kondisi keuangan dan hasil-hasil operasi

c. membantu menentukan tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang terkait dengan
masalah keuangan lainnya

d. membantu dalam mengevaluasi efisiensi dan efektivitas.

Govermental Accounting Standards Board (GASB), dalam Concepts Statement No.


1 tentang Objectives of Finacial Reporting menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan dasar dari
pelaporan keuangan di pemerintah. Akuntabilitas merupakan tujuan tertinggi pelaporan keuangan
pemerintah.

GASB menjelaskan keterkaitan akuntabilitas dan pelaporan keuangan sebagai berikut :


Laporan keuangan sebagai sumber informasi financial memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap kualitas keputusan yang dihasilkan. Laporan keuangan merupakan tindakan pragmatis,
oleh karena itu laporan keuangan pemerintah harus dievaluasi dalam hal manfaat laporan tersebut
terhadap kualitas keputusan yang dihasilkan serta mudah tidaknya laporankeuangan tersebut oleh
pemakai. Dalam konteks akuntansi sector public, jenis informasi yang diberikan untuk pengambilan
keputusan adalah terbatas pada informasi yang bersifat financial saja, sedangkan informasi financial
itu sendiri adalah informasi yang diukur dengan satuan moneter. Secara rinci tujuan akuntansi dan
laporan keuangan organisasi pemerintah adalah :

1. Memberikan informasi keuangan untuk menemukan dan memprediksi aliran kas,


saldoneraca, dan kebutuhan sumber daya financial jangka pendek unit pemerintah.
2. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi kondisi
ekonomisuatu unit pemerintahan dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya.
3. Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja, kesesuiannya
denganperaturan perundang-undangan, kontrak yang telah di sepakati, dan ketentuan
lain yangdi syaratkan.
4. Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran, serta untuk
memprediksipengaruh akuisisi dan alokasi sumber daya terhadap pencapaian tujuan
operasional.
5. Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan operasional.
Perencanaan dan Penganggaran

Anggaran merupakan alat perencanaan sekaligus alat pengendalian pemerintah. Anggaran


sebagai alat perencanaan mengindikasikan target yang harus dicapai oleh pemerintah, sedangkan
anggaran sebagai alat pengendalian mengindikasikan alokasi sumber dana yang di setujui legislatif
untuk dibelanjakan. Proses penganggaran sector public melibatkan partisipasi banyak pihak,
sehingga informasi financial sangat diperlukan agar public dapat mengevaluasi anggaran yang
diajukan pemerintah. Membuat anggaran membutuhkan pertimbangan-pertimbangan teknis
akuntansi yang matang. Dalam membuat anggaran, akuntansi dibutuhkan terutama untuk
mengestimasi biaya program dan memprediksi kondisi ekonomi pemerintah dan perubahan-
perubahan yang akan terjadi. Informasi akuntansi sangat membantu dalam pemilihan program yang
efektif sesuai dengan kemampuan ekonomi pemerintah.

Kinerja Manajerial dan Organisasional

Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai berdasarkan laba yang diperoleh, karena organisasi
pemerintah bukan entitas bisnis yang mencari laba. Mungkin saja pemerintah memiliki program atau
aktivitas yang dari program tersebut dihasilkan pendapatan yang lebih besar dari biayanya, sehingga
pemerintah mengalami surplus atas program tersebut. Akan tetapi, surplus yang diperoleh tidak
berarrti menunjukkan kinerja unit pemerintah yang bagus sebab harus dilihat juga apakah surplus
tersebut karena tariff yang terlalu tinggi yang dibebankan kepada public, termasuk tingkat kualitas
pelayanan yang diberikan apakah sudah memadai. Laba bukan merupakan ukuran yang relevan bagi
unit pemerintah. Akuntansi sector public berfungsi untuk memfasilitasi terciptanya alat ukur kinerja
sector public yang memadai. Ukuran kinerja sector public dapat berupa biaya program, efisiensi, dan
efektivitas program. Akuntan sector public bertanggung jawab untuk menetapkan biaya program
dan menghitung tingkatefisiensi dan efektivitas program. Pengukuran efisiensi memerlukan
informasi biaya, sehingga biaya pelayanan dapat dijadikan sebagai salah satu ukuran kinerja. Selain
informasi biaya, pengukuran efisiensi memerlukan penghitungan output atau hasil. Akan tetapi,
output pada sector public lebih banyak berupa intangible output , sehingga pengukuran efisiensi
sering mengalami kesulitan. Ukuran kinerja yang kemudian dikembangkan adalah pengukurane
fektivitas. Karena sulitanya mengukur secara tepat kinerja di sector public, maka analisis terakhir
adalah dengan mempertimbangkan seberapa jauh suatu program dan pelayanan memenuhi
kebutuhan masyarakat relative terhadap biaya yang dikeluarkan.

Pemakai Laporan Keuangan Sektor Publik Dan Kepentingannya

Pada bahasan ini akan dilakukan pengklasifikasian pengguna laporan keuangan dan kebutuhan
masing-masing kelompok pengguna laporan keuangan sector public tersebut. Drebin et al. (1981)
mengidentifikasikan terdapat sepuluh kelompok pemakai laporan keuangan. Lebih lanjut Drebin
menjelaskan keterkaitan antar kelompok pemakai laporan keuangan tersebut dan menjelaskan
kebutuhannya. Kesepuluh kelompok pamakai laporan keuangan tersebut adalah:

1. Pembayar pajak (taxpayers)

2. Pemberi dana bantuan (grantors)

3. Investor

4. Pengguna jasa (fee-paying service recipients)

5. Karyawan/pegawai6. Pemasok (vendor)

7. Dewan legislatif

8. Manajemen

9. Pemilih (voters)

10. Badan pengawas (oversight bodies)

Pengklasifikasian tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa pembayar pajak, pemberi


dana bantuan, investor, dan pembayar jasa pelayanan merupakan sumber penyedia keuangan
organisasi; karyawan dan pemasok merupakan penyedia tenaga kerja dan sumber daya material;
dewan legislative dan manajemen membuat keputusan alokasi sumber daya; dan aktivitas mereka
semua diawasi oleh pemilih dan badan pengawas, termasuk level pemerintahan yanglebih tinggi.

Hak Dan Kebutuhan Pemakai Laporan Keuangan

Pada dasarnya masyarakat (publik) memiliki hak dasar terhadap pemerintah, yaitu :

a. Hak untuk mengetahui (right to know), yaitu : suatu kebijakan dan keputusan tertentu

b. Hak untuk diberi informasi (right to be informed) yang meliputi hak untuk diberi penjelasansecara
terbuka atas permasalahan-permasalahan tertentu yang menjadi perdebatan publik.

c. Hak untuk didengar aspirasinya (right to be heard and to be listen to).


Laporan keuangan pemerintah merupakan hak publik yang harus diberikan oleh pemerintah,
baik pusat maupun daerah. Hak publik atas informasi keuangan muncul sebagai konsekuensi konsep
pertanggungjawaban publik. Pertanggungjawaban publik mensyaratkan organisasi publik untuk
memberikan laporan keuangan sebagai bukti pertanggungjawaban dan pengelolaan
(accountability & stewardship). Setiap pemakai laporan memiliki kebutuhan dan kepentingan yang
berbeda – beda terrhadap informasi keuangan yang diberikan oleh pemerintah. Bahkan di antara
kelompok pemakai laporan keuangan tersebut dapat timbul konflik kepentingan. Laporan keuangan
pemerintah disediakan untuk memberi informasi kepada berbagai kelompok pemakai, meskipun
setiap kelompok pemakai memiliki kebutuhan informasi yang berbeda – beda. Kebutuhan informasi
pemakai laporan keuangan pemerintah tersebut dapat diringkas sebagai berikut :

1. Masyarakat pengguna pelayanan public, membutuhkan informasi atas biaya, harga, dankualitas
pelayanan yang diberikan.

2. Masyarakat pembayar pajak dan pemberi bantuan, ingin mengetahui keberadaan


danpenggunaan dana yang telah diberikan. Publik ingin mengetahui apakah pemerintah melakukan
ketaatan fiskal dan ketaatan pada peraturan perundangan atas pengeluaran – pengeluaran yang
dilakukan.

3. Kreditor dan investor, membutuhkan informasi untuk menghiitung tingkat risiko, likuiditas, dan
solvabilitas.

4. Parlemen dan kelompok politik, memerlukan informasi keuangan untuk melakukan


fungsipengawasan, mencegah terjadinya laporan yang bias atas kondisi keuangan pemerintah, dan
penyelewengan keuangan negara.

5. Manajer publik, membutuhkan informasi akuntansi sebagai komponen sistem informasi


manajemen untuk membantu perencanaan dan pengendalian organisasi, pengukuran kinerja, dan
membandingkan kinerja organisasi antar kurun waktu dan dengan organisasi lain yang sejenis.

6. Pegawai, membutuhkan informasi atas gaji dan manajemen kompensasi.

Anda mungkin juga menyukai