Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 1

“ SIKLUS AKUNTANSI & MENGANALISIS LAPORAN KEUANGAN”

Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

Dosen Pengampu : Drs. H. Abdul Rijal, M.Si.

Oleh :

KELOMPOK 2 :

Putri Anggi (200901501031)


Maulida Nurul Syahrani (200901502075)
Dian Yunia Rahman (200901502080)
Rizka Septianty (200901502093)
Eka Pone (200901502095)

KELAS D
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
SIKLUS AKUNTANSI
Siklus akuntansi secara khusus diartikan sebagai proses berulang untuk melakukan identifikasi,
analisis, dan merekam setiap kegiatan akuntansi dalam sebuah perusahaan. Siklus dalam
kegiatan ini terjadi dalam kurun waktu satu tahun. Dalam kurun waktu tersebut, semua prinsip,
kaidah, metode, hingga teknik-teknik dalam akuntansi digunakan untuk mencatat segala kegiatan
akuntansi perusahaan. Umumnya, siklus ini dimulai pada awal tahun dengan pembukaan
pembukuan dan ditutup jurnal penutup. Proses akuntansi dilakukan berkesinambungan dan
berulang selama perusahaan masih aktif. Hal ini kemudian menjadikan proses-proses tersebut
sebuah siklus. Adanya siklus ini dapat membantu pemilik perusahaan dalam melakukan analisis
terkait kondisi keuangan perusahaan yang dimilikinya. Siklus akuntansi adalah merupakan
proses dimana aktivitas yang dimulai dari analisis dan pencatatan transaksi bisnis, serta berakhir
dengan persiapan untuk aktivitas periode akuntansi selanjutnya melalui pembuatan jurnal
penutup. Siklus pada alur akuntansi ini bukan hanya proses untuk pembuatan laporan keuangan.

Tahapan Siklus Akuntansi

Sebagai sebuah siklus, proses akuntansi juga memiliki berbagai tahapan yang harus dilalui secara
berurutan. Tujuan dalam siklus ini adalah untuk memberikan suatu informasi akuntansi yang
tepat sehingga dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan. Untuk mencapai tujuan
tersebut, tahapam-tahapan dalam siklus akuntansi sebagai berikut:
1. Identifikasi Transaksi
Identifikasi setiap tramsalsi menjadi tahapan pertama dalam siklus ini. Kegiatan
idintifikasi ini harus dilakukan secara tepat oleh akuntan yang bisa dilakukan dengan cara
melakukan pencatatan setiap transaksi yang terjadi. Transaksi akuntansi yang dicatat
merupakan setiap transaksi yang memiliki dampal secara langsung pada perubahan
kondisi keuangan perusahaan dan dinilai secara objektif. Transaksi yang terjadi juga
harus memiliki bukti-bukti transaksi agar bisa dilakukan identifikasi. Bukti transaksi ini
bisa berupa kwitansi, faktur, nota, atau bukti lainnya yang diangap sah dalm dunia
akuntansi. Oleh sebab itu, setiap transaksi akuntansi sebaiknya ,menggunakan bukti
transaksi yang sehingga bisa dicatat dan diidentifikasi oleh akuntan, terutama transaksi
yang berkaitan dengan perubaha kondisi keuangan perusahaan.
2. Analisis Transaksi
Setelah tahapan identifikasi, akuntan kemudian harus melakukan analisis terhadap
transaksi tersebut tentang pengaruhnya terhadap kondisi keuangan perusahaan. Sistem
pencatatan akuntansi dalam perusahaan selalu menggunakan double-entry system.
Artinya, setiap transaksi akuntansi yang terjadi akan memberikan pengaruh pada posisi
keuangan di debet dan kredit dan harus dalam jumlah yang sama besarnya. Secara
matematis, umumnya akuntansi menggunakan persamaan: Aktiva = Kewajiban + Ekuitas
dalam melakukan analisis dan perhitungan transaksi yang terjadi. Sebagai ilustrasi,
sebuah perusahaan mendapatkan investasi uang tunai sebesar Rp 1.000.000,-, peralatan
dan perlengkapan sebesar Rp 500.000,-. Transaksi tersebut bisa dianalisis bahwa terjadi
penambahan kas, perlengkapan, dan peralatan sebesar Rp 1.500.000,-. Penambahan
tersebut berarti menambah modal perusahaan sebesar Rp 1.500.000,- karena semua
transaksi tersebut merupakan bagian dari modal perusahaan.
3. Pencatatan Transaksi Pada Jurnal
Setelah akuntansi melakukan analisis transaksi, maka tahapan selanjutnya adalah dengan
mencatat semua transaksi ke dalam sebuah jurnal keuangan. Dalam ilmu akuntansi, jurnal
diartikan sebagai sebuah catatan kronologis selama satu periode tentang transaksi-
transaksi yang terjadi. Proses memasukkan informasi tersebut disebut penjurnalan. Dalam
proses penjurnalan, setiap transaksi dibagi ke dalam dua bagian: Debit dan Kredit.
Pencatatan ini bisa dilakukan dalam sebuah Jurnal Umum. Pencatatan harus dilakukan
dengan berurutan dan teliti, tanpa ada transaksi yang terlewatkan. Sehingga pada masa
akhir akan didapatkan jumlah debet dan kredit yang sama besarnya.
4. Posting Buku Besar
Setelah di catatan ke dalam sebuh jurnal, akuntansi kemudian memindahkan semua
transaksi ke dalam buku besar. Secara umum, buku besarbdapat diartikan sebagai
kumpulan rekening pembukuan yang berisikan informasi aktiva tertentu yang dicatat
dalam satu periode. Dalam sebuah perusahaan dipastikan memiliki berbagai daftar
rekening buku besar. Masing-masing rekening yang ada dalam buku besar tersebut diberi
nomor-nomor kode tertentu. Tujuannya adalah memudahkan ketika proses identufikasi
dalam jurnal tersebut. Selain itu, akuntan juga akan lebih mudah dalam melakukan
pengecekan ulang atau melihat referensi terkait dengan transaksi yang terjadi jika sudah
tercatat dalam buku besar.
5. Penyusunan Neraca Saldo
Tahapan selanjutnya dalam siklus akuntansi yang dilakukan oleh seorang akuntan adalah
menyusun neraca saldo. Neraca saldo berisikan daftar saldo dari masing-masing rekening
pada buku besar pada periode tertentu. Dalam menuliskan neraca saldo, saldo yang
terdapat dalam buku besar disatukan dan harus dalam kondisi sama jumlahnya. Bila
dalam suatu kondisi ternyata terdapat transaksi yang belum tercatat transaksi yang belum
tercatat atau ditemukan ada kesalahan dalam nerca saldo, maka akuntan wajib untuk
melakukan pencatatan dalam jurnal penyesuaian.
6. Penyusunan Jurnal Penyesuaian
Tahapan selanjutnya dalam `siklus akuntansi yang dilakukan oleh seorang akuntan adalah
jurnal penyesuaian. Penyusunan Jurnal penyesuaian ini bersifat periodik dan prosesnya
juga sama dengan penjurnalan pada umumnya. Setelah dicatat dalam Jurnal Penyesuaian,
maka hasil laporan keuangannya menjadi aktual.
7. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
Pada tahapan siklus akuntansi ini, Anda hanya perlu menyusun neraca saldo kedua
dengan cara memindahkan saldo yang telah disesuaikan pada buku besar ke dalam neraca
saldo yang baru. Saldo dari akun-akun pada buku besar dikelompokan ke dalam
kelompok aktiva atau passiva. Saldo antara kelompok aktiva dan pasiva pada neraca
saldo ini juga harus seimbang. Namun, ingat saldo yang seimbang belum tentu benar
tetapi saldo yang benar pasti seimbang.
8. Penyusunan Laporan Keuangan
Berdasarkan informasi pada neraca saldo setelah penyesuaian, urutan siklus akuntansi
selanjutnya yaitu menyusun laporan keuangan.
Laporan Keuangan yang disusun seperti:
 Laporan laba rugi, untuk menggambarkan kinerja keuangan perusahaan
 Laporan perubahan modal, untuk melihat perubahan modal yang telah terjadi
 Neraca perusahaan, dapat digunakan memprediksi likuiditas, solvensi,
fleksibilitas
 Laporan aruskas, memberikan informasi yang relevan mengenai kas keluar dan
kas masuk pada periode berjalan
9. Tahap Terakhir Siklus Akuntansi Adalah Membuat Peyusunan
Setelah membuat laporan keuangan, akuntan harus membuat jurnal penutup. Jurnal
penutup hanya dibuat pada akhir periode akuntansi saja. Fungsi jurnal penutup sendiri
yakni melakukan penutupan rekening pada rekening laba rugi pada periode tertentu.
Caranya adalah dengan me-nol kan atau membuat nihil rekening terkait. Rekening-
rekening nominal harus ditutup karena rekening tersebut digunakan untuk mengukur
aktivitas atau aliran sumber-sumber yang terjadi pada periode berjalan. Pada akhir
periode akuntansi, rekening nominal sudah selesai menjalankan fungsinya sehingga harus
ditutup. Selanjutnya, pada periode berikutnya dapat digunakan kembali untuk mengukur
aktivitas yang baru dan mulai terjadi. Tipsnya, gunakan program akuntansi yang
memiliki fitur aplikasi pembukuan keuangan usaha supaya laporan menjadi lebih mudah.
Tahap Terakhir Siklus Akuntansi Adalah Membuat Penyusunan Jurnal Penutup.
10. Tahap Opsional Siklus Akuntansi Adalah Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penutupan
Pada langkah ini, akuntan menyusun neraca saldo setelah penutupan. Neraca saldo ini
adalah daftar saldo rekening-rekening buku besar setelah dibuatnya jurnal penutup. Oleh
karena itu, neraca saldo imi hanya memuat saldo rekening-rekening permanen saja.
Tujuan pembuatan neraca saldo setelah penutupan adalah untuk memperoleh keyakinan
bahwa saldo yang seimbang sudah benar. Sehingga penyusunan neraca saldo ini tidak
wajib hanya bersifat opsional. Nah, lalu tahap terakhir proses pencatatam dalam siklus
akuntansi adalah pemyusunan jurnal pembalik.
11. Tahap Opsional Siklus Akuntansi Lainnya: Penyusunan Jurnal Pembalik
Tujuan jurnal pembalik adalah menyederhanakan prosedur pencatatan transaksi-transaksi
tertentu yang terjadi secara repetitif pada periode berikutnya. Karena tujuannya untuk
menyederhanakan, maka tahapan siklus akuntansi terakhir ini juga bersifat opsional.
Jurnal pembalik biasanya dibuat pada awal periode berikutnya. Caranya de`n`gan
membuat jurnal pembalik dari jurnal penyesuaian yang telah dibuat. Dengan kata lain
mebalikkan akum yang telah dibuat pada jurnal penyesuaian dari yang awalnya debit
menjadi kredit dan dari yang awalnya kredit menjadi debit.
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA
PERUSAHAAN
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Leopold A.Bernstein, Bahwa analisis laporan keuangan
merupakan suat proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi
keuangan danhasil operasi pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk
menentukan esimas dan prediksiyang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan
pada masa mendatang. Dimana analisis laporan keuangan ini mempunyai dua landasan
pengetahuan yaitu :

- Landasan Pengetahuan yaitu pemahaman terhadap model-model akuntansi seperti yang


tercermin pada lapora keuangan yang dipublikasikan.
- Landasan Penguasaan yaitu penguasaan terhadap alat-alat analisis keuangan yang
mencakuppengaplikasian berbagai alat dan tehnik analisis pada laporan dan data keuangan
dalam rangka memperoleh ukuran-ukuran dan hubungan-hubungan yang berarti dan berguna
untuk pengambilan keputusan.

Jadi fungsi analisis laporan keuangan adalah mengkonversi dan menjadi informasi

Tabel 1

PT. RIMBA KARYA RAYATAMA


LAPORAN POSISI KEUANGAN
Per Desember 2015 Per Desember 2016
AKTIVA
Total Aktiva Lancar Rp 1,218,852,380 Rp 1,309,836,381
Total Aktiva Tetap Rp 6,011,443,542 Rp 7,786,060,329
Total Aktiva Rp 7,230,295,922 Rp 9,095,896,710
Passiva
Total Hutang Lancar Rp 1,867,035,020 Rp 3,129,760,964
Total Hutang Jangka Panjang Rp 1,075,000,000 Rp 769,900,000
Total Equitas Rp 4,288,260,902 Rp 5,196,235,746
Total Passiva Rp 7,230,295,922 Rp 9,095,896,710
Tabel 2

PT. RIMBA KARYA RAYATAMA


LAPORAN LABA RUGI
Per Desember 2015 Per Desember 2016
Pendapatan Usaha
Penjualan Rp 7,182,607,900 Rp 8,580,212,745
Harga Pokok Penjualan Rp 5,403,031,550 Rp 6,184,839,930
Laba Kotor Rp 1,779,576,350 Rp 2,395,372,815
Laba Operasional Rp 842,846,885 Rp 1,255,964,602
Pendapatan Non Operasional Rp 14,832,185 Rp 16,142,318
Laba Sebelum Pajak Rp 857,679,070 Rp 1,272,106,920
Estimasi PPh ps. 21 Rp 239,803,721 Rp 364,132,076
Total Aktiva Rp 617,875,349 Rp 907,974,844

Analisis Laporan Keuangan :

Tabel 1
PT. RIMBA KARYA RAYATAMA
NERACA PERBANDINGAN HORIZONTAL
Per Desember 2015 Per Desember 2016 Selisih Prosentase
Aktiva
Total Aktiva Lancar Rp 1.218.852.380 Rp 1.309.836.381 Rp 90.984.001 7%
Total Aktiva Tetap Rp 6.011.443.542 Rp 7.786.060.329 Rp 1.774.616.787 30%
Total Aktiva Rp 7.230.295.922 Rp 9.095.896.710 Rp 1.865.600.788 26%
Passiva
Total Hutang Lancar Rp 1.867.035.020 Rp 3.129.760.964 Rp 1.262.725.944 68%
Total Hutang Jangka Panjang Rp 1.075.000.000 Rp 769.900.000 Rp (305.100.000) 33%
Total Equitas Rp 4.288.260.902 Rp 5.196.235.746 Rp 907.974.844 21%
Total Passiva Rp 7.230.295.922 Rp 9.095.896.710 Rp 1.865.600.788 26%

Tabel 2
PT. RIMBA KARYA RAYATAMA
LAPORAN LABA RUGI PERBANDINGAN HORIZONTAL
Per Desember 2015 Per Desember 2016 Selisih Prosentase
Pendapatan Usaha
Penjualan Rp 7.182.607.900 Rp 8.580.212.745 Rp 1.397.604.845 19%
Harga Pokok Penjualan Rp 5.403.031.550 Rp 6.184.839.930 Rp 781.808.380 14%
Laba Kotor Rp 1.779.576.350 Rp 2.395.372.815 Rp 615.796.465 35%
Laba Operasional Rp 842.846.885 Rp 1.255.964.602 Rp 413.117.717 49%
Pendapatan Non Operasional Rp 14.832.185 Rp 16.142.318 Rp 1.310.133 9%
Laba Sebelum Pajak Rp 857.679.070 Rp 1.272.106.920 Rp 414.427.850 48%
Laba Bersih Rp 617.875.349 Rp 907.974.844 Rp 290.099.495 47%
Tabel 3
ANALISIS RATIO LAPORAN KEUANGAN
Ratio 2015 2016 2015 2016 Naik/Turun
Jumlah Jumlah
Likuiditas Ratio : Rp 1.218.852.380 Rp 1.309.836.381 65% 42% -23%
Current Ratio Rp 1.867.035.020 Rp 3.129.760.964
Quik Ratio Rp 859.074.965 Rp 1.050.870.964 46% 34% -12%
Rp 1.867.035.020 Rp 3.129.760.964
Solvabilitas :
Debt To Equity Rp 2.942.035.020 Rp 3.395.660.964 69% 75% 6%
Rp 4.288.260.902 Rp 5.196.235.746
Operating Performance Rp 1.779.576.350 Rp 2.395.372.815
Ratio : Rp 7.182.607.900 Rp 8.580.212.745 25% 28% 3%
Gross Profit Margin Rp 842.846.885 Rp 1.255.964.602
Operating Income Margin Rp 7.182.607.900 Rp 8.580.212.745 12% 15% 3%
Rp 617.875.349 Rp 907.974.844
Net Operating Rp 7.182.607.900 Rp 8.580.212.745 9% 11% 2%

Pembahasan

Analisis perbandingan secara horizontal menunjukkan bahwa:

a. Aktiva lancar naik sebesar 7% sedangkan hutangnya naik sebesar 68% dan jika dibandingkan
merupakan suatu kenaikan angka yang signifikan dan perlu dianalisis lebih lanjut mengenai
apa yang menjadi penyebab peningkatan hutang ini, yang ternyata disebabkan oleh adanya
penambahan aktiva tetap berupa alat berat yang akan digunakan untuk meningkatkan
produktifitas perusahaan. Sehingga aktiva tetapnya naik sebesar 26%. Dan yang perlu
diperhatikan lagi bahwa hutang ini termasuk dalam kategori hutang bank jangka pendek yang
pelunasannya harus dilakukan dalam jangka kurang dari satu tahun.
b. Hutang jangka panjang berkurang sebesar 7%, hal ini menunjukkan adanya kemampuan
perusahaan untuk membayar hutang jangka panjangnya sehingga mampu menunjukkan
reputasi perusahaan khususnya respon dari para kreditor.
c. Di dalam analisis laporan laba rugi dapat dilihat adanya peningkatan efesiensi biaya sebesar
3%. Perbaikan kondisi ini juga diikuti oleh kenaikan tingkat penjualan sebesar 19% sehingga
mampu mendongkrak nilai laba kotor sebesar 35% yang disebabkan oleh menurunya harga
pokok penjualan sebesar 3%.
d. Dari segi likuiditas mengalami penurunan pada tingkat current ratio sebesar 65% yang
berarti setiap Rp. 1 hutang lancar perusahaan hanya mampu menjamin sebesar Rp.0,65 Dan
juga pada kondisi quick ratio juga mengalami penurunan sebesar 10% yang berarti
perusahaan hanya mampu menjamin hutang jangka pendek sebesar Rp. 0,10 saja.
e. Solvabilitas perusahaan mengalami peningkatan sebesar 6% yang berarti perusahaan mampu
meningkatkan peranan modal sebesar Rp.0,6 Rupiah di dalam setiap Rp.1 nya
f. Dari segi rentabilitas Gross profit Margin meningkat sebesar 3%, Operating Income Margin
sebesar 3% dan Net Operating Margin sebesar 2 % yang berarti perusahaan mampu
meningkatkan kinerja perusahaan menjadi lebih efesien.
Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

1. Hipotesis dapat diterima dengan asumsi bahwa adanya peningkatan di berbagai rasio dalam
analisis laporan keuangan , sehingga kinerja perusahaan pada PT. Rimba Karya Rayatama
secara keseluruhan adalah baik.
2. Hasil analisis laporan keuangan dari segi likuiditas menunjukkan bahwa perusahaan
mengalami kondisi inlikuid yaitu ketidakmampuan perusahaan dalam menjamin hutang
jangka pendek.
3. Analisis solvabilitas menunjukkan bahwa adanya kenaikan aktiva perusahaan untuk
menjamin hutangnya.

Saran
1. Perusahaan harus melakukan kajian yang lebih cermat lagi dalam mengambil keputusan
untuk meminjam dana dari kreditur dengan memperhatikan kemampuan untuk melunasinya.
Karena hal ini untuk menghindari agar tidak terjadi bahwa seluruh pendapatan atau sebagian
besar pendapatan hanya di gunakan untuk membayar pinjaman dana dari kreditor.
2. Berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai laba maksimum dengan meminimalkan
biaya±biaya yang selama ini dinilai tidak efisien maupun dengan meningkatkan penjualan
yang disertai dengan peningkatan kualitas produksi yang lebih baik.
3. Walaupun kondisi perusahaan inlikuid tetapi masih cukup solvabel untuk mengendalikan
perusahaan dengan baik dan perlu kebijakan yang lebih baik didalam meningkatkan
pergerakan modalnya.

Anda mungkin juga menyukai