MANAJEMEN STRATEGIK
“INOVASI SEBAGAI SEBUAH STARTEGI”
Dosen Pengampu
Nuraisyiah, S.Pd., M.Pd
Disusun oleh :
Kelompok 4
Akhmad Ridha (200901502076)
Muh. Ainur Lutfi (200901502078)
Faradila (200901502079)
Dian Yunita Rahman (200901502080)
Jumriani (200901502081)
Andi Nurfadhilah (200901502082)
Sri Indah Sari (200901502077)
PRODI AKUNTANSI S1
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Merumuskan Inovasi..............................................................................................3
B. Pengembangan Konsep Inovasi?............................................................................5
C. Keinovasian dan Kinerja Organisasi?.....................................................................7
D. Value Innovation, Ala Chang W. Kim...................................................................8
E. Mengembangkan Pengukuran Keinovasian............................................................9
F. Menggalakkan Budaya yang Lebih Toleran dengan Risiko.................................11
G. Pembelajaran dan Keinovasian.............................................................................13
H. Organisasi Inovatif Lewat Corporate Entrepreneurship (CE)...............................18
BAB III PENUTUP........................................................................................................25
A. Kesimpulan..........................................................................................................25
B. Saran....................................................................................................................25
REFERENSI...................................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
i
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
A. Merumuskan Inovasi
Jadi boleh juga dikatakan, kita menyebut itu inovasi, hanya jika
ketika ia dapat diandalkan untuk sesuatu yang nilainya bermakna dan pada
biaya yang memadai. Dalam kasus Kitty Hawk, para peneliti dan
wirausahawan harus melakukan pengembangan pada baling-baling, roda
untuk pendaratan, konstruksi tubuh pesawat, mesin dengan air pendingin
untuk menciptakan inovasi yang namanya DC-3.
B. Pengembangan Konsep Inovasi?
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan yang diperoleh dalam proses inovasi, bukan tidak
mungkin dapat diterapkan pada berbagai aplikasi yang lain untuk
produk atau jasa yang lain. Jadi, meskipun menuntut biaya yang sering
kali tidak kecil, hal ini bisa memberikan kontribusi yang dapat
bermanfaat di masa datang
2. Merek
Yang menghindarinya akan gagal dalam usaha inovasi mereka.
Padahal, kata orang, gagal adalah syarat untuk sebuah keberhasilan
inovasi. kepemimpinan di perusahaan yang inovatif adalah
kemampuan mendorong , memperkuat dan meningkatkan hubungan
yang lebih kuat dengan para mitra, pemasok.dan membuat pelanggan
lebih menerima produk baru dari perusahaan dan bahkan sering kali
bersedia membayar dengan harga yang premium. Jadi bisa dikatakan,
inovasi mendukung perusahaan meningkatkan pendapatan.
3. Ekosistem
Bila perusahaan mengadopsi cara berpikir dan bekerja inovatif,
maka biasanya hal tersebut akan menciptakan hubungan yang istimewa
dengan para anggota ekosistemnya; pelanggan, pemasok, saluran,
investor dan para pemegang saham, analis, dan lain-lain. Hubungan ini
bisa membawa sejumlah manfaat yang pada akhirnya dapat
menghasilkan pemasukan finansial. Perusahaan bisa menjadi punya
posisi daya tawar menarik saat harus berurusan dengan para pemasok,
dan juga dengan pengecer-pengecernya.
Bila kita berbicara inovasi, dan itu terkait dengan hal-hal yang baru
(termasuk yang sebelumnya belum pernah kita alami), maka mau tidak
mau kita harus membicarakanbaspek pembelajaran. Pembelajaran
organisasi yang terintegrasi harus terjadi pada level individu, tim, dan
sistem organisasi. Efektivitasnya kerap dilihat sebagai kemampuan untuk
mengelola perubahan dan terus-menerus memperbarui dirinya dengan
melakukan perubahan yang diperlukan. Tidak diragukan lagi, proses
seperti ini diperlukan organisasi bila ingin berhasil dengan progres
inovasinya. Apalagi, pada dasarnya inovasi juga menyiratkan sebuah
tantangan. Faktanya, tidak semua upaya inovasi berhasil dengan baik.
Malah, menurut laporan Nussbaum, Berner, &Braddy, (2005, dalam Tran,
2006) tingkat kegagalan sebuah proyek inovasi, terutama yang berupaya
mengubah bisnis model, mencapai atau melebihi target atau melampui
tingkat pengembalian investasi mencapai 96 persen.
1. Pembelajaran untuk Inovasi yang Sederhana
Untuk inovasi yang sederhana dan umum sifatnya, lima
dimensi organisasi belajar dari Peter Senge (1990) seperti bahasan Ng
(2004), sering dikutip para peneliti. Lima dimensi itu adalah
kepiawaian pribadi, model mental, visi bersama, pembelajaran tim, dan
pemikiran sistem. Dua yang pertama dapat kita katakan terjadi pada
level individu, sementara tiga yang terakhir berkaitan dengan level tim,
dan sistem di dalam organisasi.
Kepiawaian pribadi, kata Senge adalah bagaimana seseorang
selalu mengklarifikasi dan memperdalam visinya, memfokuskan ulang
energinya, mengembangkan kesabaran dan melihat realitas secara
objektif. Mereka yang dimensi kepiawaian pribadinyatinggi, biasanya
termotivasi sendiri dan tahu ke mana ia akan pergi dan di mana ia
harus mulai. Organisasi baru bisa inovatif kalau karyawannya
mempraktikkan prinsip kepiawaian pribadi ini.Karyawan yang
memiliki visi pribadi mau melangkah ke luar zona kenyamanannya.Ia
menyadari harus melewati jalur-jalur yang tidak biasa, yang
inkonvensional, tapi sekaligus ia cukup sabar kalau memang ia harus
menanti. la menyadari, kadang-kadang proses inovasi tidak berjalan
baik dan harus melakukan percobaan berulang-ulang. Terus mencoba
dan mencoba hingga berhasil.Hanya orang yang seperti inilah, yang
memiliki passion, hasrat, dan berkeinginan kuat yang bisa membuat
upaya inovasi berhasil.
Untuk dimensi model mental, kita juga bisa melihat kaitannya
dengan keino vasian seseorang yang akhirnya berujung pada
keinovasian organisasi.Model mental adalah asumsi yang melekat
secara dalamn, sebuah penggeneralisasian, dan citra yang
memengaruhi seseorang memahami lingkungan sekitarnya.Ia juga
menentukan bagai mana seseorang akan mengambil tindakan.
Umumnya orang akan mengikuti model mentalnya karena dianggap
valid. Individu yang inovatif perlu mempertanyakan secara aktif
asumsi yang ia buat atau yang ada di sekitarnya tentang bisnisnya.
Keinginan untuk menantang asumsi yang sudah berakar dan mapan ini
penting bagi upaya inovasi Orang yang menantang asumsinya sendiri,
kerap juga disebut transformational learning, melakukan proses
refleksi yang dalam dan mencoba pandangan baru sehingga
menghasilkan perubahan arah, perilaku, nilai-nilai dan keyakinan, serta
asumsi yang berlaku. Kalau perlu mereka ini menantang asumsi tidak
hanya pada level produk atau versi produk baru dari sebuah produk.
Namun, pada tahap berikutnya di inovasi yang lebih kompleks,
individu harus memikirkan inovasi di level konsep bisnis,
mengembangkan konsep bisnis, mengembangkan kerangka kerja baru.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
A.
REFERENSI
Amir. M. Taufiq Harahap, Insan, (2008). CSK Manajemen Strategik, Konsep dan
Aplikasi
Kaplan, R., Norton, D, (2004), Strategy Map Converting Intangible Assets Into
TangibleOutcome, Boston: Harvard Business School Press