Anda di halaman 1dari 54

KEWIRAUSAHAAN

MAKALAH

Mata Kuliah Kewirausahaan

Dosen: Husen Saeful Anwar, S.E., MSi.

ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan serta karunia-Nya kepada penyusun sehingga penyusun berhasil
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan tentang
“Kewirausahaan” diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi dan
pengetahuan kepada kita semua.

Penyusun menyadari bahwa makalh ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, penyusun sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai kita. Amin.

Bandung, Januari 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Kewirausahaan dan Mengidentifikasi Karakteristik
Wirausaha........................................................................................3
B. Konsep SWOT diri sendiri untuk berwirausaha............................12
C. Memahami Desain Berpikir Wirausaha.........................................31
D. Menggunakan Desain Berpikir Wirausaha ...................................43

BAB III PENUTUP


Kesimpulan.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kewirausahaan (Entrepreneurship) adalah proses mengidentifikasi,
mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa
berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu.
Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada
kondisi risiko atau ketidakpastian.
Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard
Castillon pada tahun 1755. Beberapa istilah wirausaha seperti di Belanda
dikenadengan ondernemer,di Jerman dikenal dengan unternehmer. Pendidikan
kewirausahaan mulai dirintis sejak 1950-an di beberapa negara seperti Eropa,
Amerika, dan Kanada. Bahkan sejak 1970-an banyak universitas yang
mengajarkan kewirausahaan atau manajemen usaha kecil. Pada tahun 1980-an,
hampir 500 sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan kewirausahaan.
DI Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau
perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan
seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui
pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat
kewirausahaan menjadi berkembang.
Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan.
Muncul pertanyaan mengapa seorang wirausahawan (entrepreneur) mempunyai
cara berpikir yang berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka mempunyai
motivasi, panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang sangat terkait dengan nilai
nilai, sikap dan perilaku sebagai manusia unggul.
Indonesia entrepreneurial skill untuk bisa menekan sekecil mungkin tingkat
kemiskinan yang tinggi. Menngandalkan investor asing untuk membuka lapangan
kerja tidaklah cukup, menghimbau kepada perusahaan untuk tidak mem-PHK
karyawan atau buruhnya juga sulit diwujudkan. Salah satu cara atau jalan
terbaiknya adalah mengandalkan sector pendidikan utnuk mengubah pola piker
lulusannya dari berorientasi mencari kerja menjadi mencetak lapangan kerja
sendiri alias menjadi wirausahawan mandiri.
Melalui makalah ini akan dibahas secara lebih detail dan jelas tentang semua
hal-hal yang berkaitan dengan kewirausahaan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, kami merumuskan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep kewirausahaan dan mengidentifikasi karakteristik
wirausaha?
2. Bagaimana konsep SWOT diri sendiri untuk berwirausaha?
3. Bagaimana memahami desain berpikir wirausaha?
4. Bagaimana menggunakan desain berpikir wirausaha?

C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dalam pembahasan makalah ini antara lain:
1. Dapat mengetahui dan memahami konsep kewirausahaan dan
mengidentifikasi karakteristik wirausaha.
2. Dapat mengetahui dan memahami konsep SWOT diri sendiri untuk
berwirausaha.
3. Dapat mengetahui dan memahami desain berpikir wirausaha?
4. Dapat mengetahui, memahami serta menggunakan desain berpikir
wirausaha?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Kewirausahaan dan Mengidentifikasi Karakteristik Wirausaha


1. Pengantar Kewirausahaan
Kewirausahaan merupakan sikap mental dan sifat jwa yang selalu aktif
dalam usaha untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya
meningkatkan pendapatan di dalam kegiatan usahanya. Selain itu
kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar,
kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Sedangkan
menurut Menurut Peggy A. Lambing & Charles R. Kuehl dalam buku
Entrepreneurship (1999), kewirausahaan adalah suatu usaha yang kreatif yang
membangun suatu value dari yang belum ada menjadi ada dan bisa dinikmati
oleh orang banyak.
Dari beberapa konsep yang ada di atas, ada enam hakekat penting
kewirausahaan sebagai berikut ( Suryana, 2003 : 13) :
a. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku
yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat,
kiat, proses, dan hasil bisnis (Acad Sanusi,1994).
b. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru dan berbeda ( Drucker,1959)
c. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi
dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk
memperbaiki kehidupan (Zimmerer,1996)
d. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai
suatu usaha dan perkembangan usaha ( Soeharto Prawiro,1997)
e. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang
baru dan sesuatu yang berbeda yang bermanfaat member nilai lebih
f. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan
berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat

3
diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan
pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang
dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa
yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan
kepuasan baru kepada konsumen.
2. Karakteristik Kewirausahaan dan Karakteristik Wirausaha
a. Karakteristik Kewirausahaan
1) Motif Berprestasi Tinggi
Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat
berwirausaha karena adanya motif tertentu,yaitu motif berprestasi.
Menurut Gede Anggan Suhada (dalam Suryana, 2003 : 32) motif
berprestasi adalah suatu nilai social yang menekankan pada hasrat
utuk mencapai yan terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi.
Faktor dasarnya adalah kebutuhan yang harus dipenuhi. Seprti yang
dikemukakan oleh Maslow (1943) tentang teori motivasi yang
dipengaruhi oleh tingkatan kebutuhan-kebutuhan sesuai dengan
tingkatan pemuasannya. Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat
dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan
lebih efisien dibandingkan sebelumnya.
Wirausaha yang memiliki motif berprestasi pada umumnya
memiliki cirri-ciri sebagai berikut (Suryana, 2003 : 33-34):
a) Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan
yang timbul pada dirinya.
b) Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat
keberhasilan dan kegagalan.
c) Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi
d) Berani menghadapi resiko dengan penuh perhitungan
e) Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang.
Jika tugas yang diembannya sangat ringan.maka wirausaha
merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari

4
tantangan yang paling sulit yang memungkinkan pecapaian
keberhasilan sangat rendah.
2) Selalu Perspektif
Seorang wirausaha hendaknya seorang yang mampu menatap
depan dengan lebih optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan
berusaha. Usaha memanfaatkan peluang dengan penuh perhitungan.
Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki
perspektif dan pandangan ke masa depan. Karena memiliki
pandangan jauh ke masa depan maka ia akan selalu berusaha untuk
berkarsa dan berkarya ( Suryana,2003 : 23). Kuncinya pada
kemampuan utnuk menciptakan sesuatu yang baru serta berbeda
dengan yang sudah ada. Walaupun dengan resiko yang mungkin
dapat terjadi, seorang yang perspektif harus tetap tabah dalam
mencari peluang tantangan demi pembaharuan masa
depan.Pandangan yang jauh ke depan membuat wirausaha tidak
cepat puas dengan karya yang sudah ad. Karena itu ia harus
mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang.
3) Memiliki Kreatifitas Tinggi
Menurut Teodore Levit, kreativitas adalah kemampuan untuk
berfikir yang baru dan berbeda. Oleh karena itu menurutnya
kewirausahaan adalah berfikir dan bertindak sesuatu yang baru atau
berfikir sesuatu yang lama dengan cara-cara baru. Menurut
Zimmerer dalam buku yang ditulis Suryana (2003 : 24),
mengungkapkan bahwa ide kreativitas sering muncul ketika
wirausaha melihat sesuatu yang lama dan berfikir sesuatu yang baru
dan berbeda. Oleh karena itu kreativitas adalah menciptakan sesuatu
dari asalnya tidak ada. Dari definisi di atas, kreativitas mengandung
pengertian yaitu :
a) Kreativitas adalah menciptakan sesuatu yang asalnya tidak
ada.

5
b) Hasil kerjasama masa kini untuk memperbaiki masa lalu
dengan cara baru
c) Menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana
dan lebih baik
4) Memiliki Perilaku Inovatif Tinggi
Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi tidaklah
sesulit yang dibayangkan banyak orang. Fakta sejarah menunjukkan
kepada kita bahwa para wirausaha yang paling berhasil sekalipun
pada dasarnya adalah manusia biasa. Sebeer Bathia, seorang digital
entrepreneur yang meluncurkan hotmail.com pada tanggal 1996,
baru menyadari hal ini ketika ia berguru kepada orang-orang seperti
Steve Jobs, penemu computer pribadi (Apple). Dan kesadaran itu
membuatnya cukup percaya diri ketika menetapkan harga
penemuannya senilai 400 juta dollar AS kepada Bill Gates, pemilik
mocrosoft yang juga manusia biasa.
5) Selalu Komitmen dalam Pekerjaan
Memiliki Etos Kerja dan Tanggung Jawab Seorang wirausaha
harus memiliki jiwa komitmen dalam usahanya dan tekad yang bulat
didalam mencurahkan semua perhatiannya pada usaha yang akan
digelutinya, di dalam menjalankan usaha tersebut wirausaha yang
sukses terus memiliki tekad yang menggebu-gebu dan menyala-
nyala dalam mengembangkan usahanya, ia tidak setengahsetengah
dalam berusaha, berani menanggung resiko, bekerja keras dan tidak
takut menghadapi peluang-peluang yang ada di pasar. Tanpa usaha
yang sungguh-sungguh terhadap pekerjaan yang digeluti maka
wirausaha sehebat apapun pasti menemui jalan kegagalan dalam
usahanya. Oleh karena itu pentng sekali bagi seorang wirausaha
untuk komit terhadap usaha dan pekerjaannya, serta memiliki etos
keja dan tanggung jawab yang baik.
6) Mandiri atau Tidak Ketergantungan

6
Sesuai dengan inti dari jiwa kewirausahaan yaitu kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berfikir kreatif
dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam
menghadapi tantangan hidup, maka seorang wirausaha harus
mempuyai kemampuan kreatif dalam mengembangkan ide dan
pikirannya terutama dalam menciptakan peluang usaha dalam
pikrannya, dia dapat mandiri dalam usaha yang digelutinya tanpa
harus bergantung pada orang lain. Seorang wirausaha harus dituntut
untuk selalu menciptakan hal yang baru dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber yang ada di sekitarnya,
mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru,
menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang
sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberkan kepuasan
kepada konsumen.
7) Berani Mengambil Resiko
Richard Cantillon, orang pertama yang menggunakan istilah
entrepreneur di awal abad ke 18, mengatakan bahwa wirausaha
adalah seseorang yang menanggung resiko. Wirausaha dalam
mengambil tindakan hendaknya tidak didasari oleh spekulasi,
melainkan perhitugan yang matang. Ia berani mengambil resiko
terhadap pekerjaannya karena sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu
wirasaha selalu berani engambil resiko yang moderat, artinya resiko
yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian
resiko yang didukung komitmen yang kuat, mendorong wirausaha
untuk terus berjuang mencari peluang sampai memperoleh hasil.
Hasil-hasil itu harus nyata atau jelas dan obyektif, dan merupakan
umpan balik bagi kelancaran kegiatannya ( Suyana, 2003 : 14-15 ).
8) Selalu Mencari Peluang
Esensi kewirausahaan yaitu tanggapan yang positif terhadap
peluang untuk memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau
pelayanan yang lebih baik pada pelanggan dan masyarakat, cara

7
yang etis dan produktif untuk mencapai tujuan serta sikap mental
untuk merealisasikan tanggapan yang positif tersebut.
9) Memiliki Jiwa Kepemimpinan
Wirausahawan yang berhasil juga merupakan pemimpin yang
berhasil. Dikatakan sebagai pemimpin karena mereka harus mencari
peluangpeluang, mengumpulkan sumber daya ( bahan, manusia,
teknologi, dan modal ) yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan, menentukan tujuan, baik untuk mereka sendiri maupun
untuk orang lain, dan memimpin serta membimbing orang lain untuk
mencapai tujuan.
10) Memiliki Kemampuan Manajerial
Salah satu jiwa kewirausahaan yang harus dimiliki seorang
wirausaha adalah kemampuan untuk managerial usaha yang sedang
digelutinya, seorang wirausaha harus memiliki kemampuan
perencanaan usaha, mengkoordinasikan usaha, mengelola usaha dan
sumer daya manusia, mengontrol usaha, maupun kemampuan
mengintegrasikan operasi perusahaannya yang kesemuannya itu
adalah merupakan kemampuan managerial yang wajib dimiliki dari
seorang wirausaha, tanpa itu semua maka bukan eberhasilan yang
diperoleh tetapi kegagalan usaha yang diperoleh.
b. Karakteristik Wirausaha
Menurut McGraith & Mac Milan (2000), ada tujuh karakter dasar
yang perlu dimiliki setiap calon wirausaha. Ketujuh karakter tersebut
adalah sebagai berikut.
1) Action oriented.
Seorang entrepreneur selalu ingin segera bertindak, sekalipun
situasinya tidak pasti (uncertain). Prinsip yang mereka anut adalah
see and do. Bagi mereka, resiko bukanlah untuk dihindari, melainkan
untuk dihadapi dan ditaklukkan dengan tindakan dan kelihaian.
2) Berpikir simpel.

8
Sekalipun dunia telah berubah menjadi sangat kompleks,
mereka selalu belajar menyederhanakannya. Dan sekalipun berilmu
tinggi, mereka bukanlah manusia teknis yang ribet dan menghendaki
pekerjaan yang kompleks. Mereka melihat persoalan dengan jernih
dan menyelesaikan masalah satu demi satu secara bertahap.
3) Mereka selalu mencari peluang-peluang baru.
Apakah itu peluang usaha yang benar-benar baru, atau peluang
dari usaha yang sama. Untuk usaha-usaha yang baru, mereka selalu
mau belajar yang baru, membentuk jaringan dari bawah dan
menambah landscape atau scope usahanya. Sedangkan dalam usaha
yang sama, mereka selalu tekun mencari alternatif-alternatif baru,
seperti model, desain, platform, bahan baku, energi, kemasan, dan
struktur biaya produksi. Mereka meraih keuntungan bukan hanya
dari bisnis atau produk baru, melainkan juga dengan cara-cara baru.
4) Mengejar peluang dengan disiplin tinggi.
Seorang wirausahabukan hanya awas, memiliki mata yang tajam
dalam melihat peluang, atau memiliki penciuman yang kuat terhadap
keberadaan peluang itu, tetapi mereka bergerak ke arah itu. Peluang
bukan hanya dicari, diciptakan, dibuka, dan diperjelas. Karena
wirausaha melakukan investasi dsn menanggung resiko, maka
seorang wirausaha harus memiliki disiplin yang tinggi. Wirausah-
wirausaha yang sukses bukanlah pemalas atau penunda pekerjaan.
Mereka ingin pekerjaannya beres, dan apa ya g dipikirkan dapat
dikerjakan segera. Mereka bertarung dengan waktu karena peluang
selslu berhubungan dengan waktu. Apa yang menjadi peluang pada
suatu waktu, belum tentu masih menjadi peluang di lain waktu.
Sekali kesempatan itu hilang, belum tentu akan kembali lagi. Setiap
gagasan brilliant dan inovasi biasanya harus dibangun dari bawah
dan disusun seluruh mata rantai nilainya (value chain).
5) Hanya mengambil peluang yang terbaik.

9
Cara penilaian peluang tersebut ada pada nilai-nilai ekonomis
yang terkandung didalamnya, masa depan yang lebih cerah,
kemampuan menunjukkan prestasi, dan perubahan yang dihasilkan.
Semua itu biasanya dikaitkan dengan "rasa suka" terhadap objek
usaha atau kepercayaan bahwa dia "mampu" merealisasikannya.
Pada akhirnya, sukses yang diraih setiap orang ditentukan oleh
keberhasilan orang itu dalam memilih.
6) Fokus pada eksekusi.
Wirausaha bukanlah orang yang bergulat dengan pikiran,
merenung atau menguji hipotesis, melainkan orang yang fokus pada
eksekusi. Mereka tidak mau berhenti pada eksploitasi pikiran atau
berputar-putar dalam pikiran penuh keraguan. "Manusia dengan
entrepreneur mindset mengeksekusi, yaitu melakukan tindakan dan
merealisasikan yang dipikirkan daripada menganalisa ide-ide baru
sampai mati" (McGraith dan Mac Millan,2000,hlm.3). Mereka juga
adaptif terhadap situadi, yaitu mudah menyesuaikan diri dengan
fakta-fakta baru atau kesulitan di lapangan.
7) Memfokuskan energi setiap orang pada bisnis yang digeluti.
Seorang wirausaha tidak bekerja sendirian. Dia menggunakan
tangan dan pikiran setiap orang, baik dari dalam maupun luar
perusahaannya. Mereka membangun jaringan daripada melakukan
impiannya sendiri. Ibarat seorang orkestraktor atu dirigen musik, dia
mengumpulkan pemusik-pemusik yang ahli dalam memainkan
instrumeninstrumen yang berbeda-beda untuk menghasilkan nada-
nada musik yang disukai penonton. Untuk itu, dia harus memiliki
kemampuan mengumpulkan orang, membangun jaringan,
memimpin, menyatukan gerak, memotivasi, dan berkomunikasi.
3. Pengembangan Indeks Kewirausahaan
a. Pengembangan Indeks Perilaku Kewirausahaan
Daftar watak-watak yang sebaiknya dimiliki dan dikembangkan oleh
wirausaha, yaitu sebagai berikut:

10
Percaya diri : keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas
optimism

Berorientasi : Kebutuhan akan prestasi, beorientasi laba, ketekunan


tugas dan hasil dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai
dorongan kuat, energitic, dan inisiatif.

Pengambil
risiko : Kemampuan mengambil risiko, suka pada tantangan

Kepemimpinan : Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul


dengan orang lain. Menanggapi saran-saran dan
kritik

Keorisinilan :  inovatif dan kreatif, fleksibel, punya banyak


sumber, serba bisa, mengetahui banyak

Berorientasi ke :  pandangan ke depan perspektif


masa depan

b. Pengembangan Indeks Jiwa Kewirausahaan


Entrepreneurship adalah sebuah pilihan yang dianggap potesial untuk
dikembangkan. banyak fakta di sekitar kita tokoh-tokoh entrepreneur yang telah
banyak memberikan kontribusi pada perkembangan ekonomi dan sosial.ini dapat
menjadi dorongan yang luar biasa. Entreprenur mempunyai spirit dan jiwa yang
teras ingin tetap maju, berkembang, dan mandiri. Mereka telah memberikan
banyak kontribusi pada kemajuan ekonomi bangsa dan memberikan lapangan
kerja kalau kita dapat membentuk mindset seperti ini dalam generasi muda,
diharapkan mereka sedikit demi sedikit akan berpikir untuk mandiri dalam bidang
ekonomi juga. Banyak hal lain yang menarik dan dapat dipelajari dari karakter
dan skills seorang entrepreneur seperti keberanian mengambil resiko, strategi
mengatasi masalah, kemampuan berkomunikasi, cara mengubah ide menjadi
sebuah rencana, cara menangkap dan mengeleloa peluang. Karakter dan skills

11
seperti itu sangat penting untuk dipelajari dan diaplikasikan di semua
bidang di era sekarang.
Pendidikan entrepreneur sudah banyak diterapkan di banyak negara
seperti negara-negara eropa dan Amerika sehingga paling tidak kita tidak
berangkat dari nol dalam mengembangkan sistem ini. Sudah ada contoh-
contoh yang dapat dijadikan inspirasi pengembangan. Dari sisi
metodologi dan kurikulum yang ada, seperti pendekatan belajar inquiry
dan problem based, kita dapat mengembangkan sistem penyelenggaraan
sekolah dan pembelajaran yang dapat mendukung pendidikan dengan
wawasan entrepreneur (Kumorohadi dan Nurhayati, 2010).
Untuk pengembangan jiwa kewirausahaan sebenarnya pemerintah
sudah memberikan kesempatan pada berbagai pihak baik melalui
pendidikan formal maupun non formal. Melalui pendidikan formal
dengan memasukkan mata kuliah kewirausahaan, berbagai program yang
ditawarkan oleh DIKTI untuk pengembangan kewirausahaan bagi
mahasiswa. Melalui pendidikan non formal yaitu dengan mengadakan
berbagai kursus pelatihan untuk membentuk jiwa kewirausahaan.
B. Konsep SWOT Untuk Berwirausaha
1. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah instrument perencanaaan strategis yang
klasik. Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan
dan kesempatan ekternal dan ancaman, instrument ini memberikan cara
sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah
strategi. Instrumen ini menolong para perencana apa yang bisa dicapai,
dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka
(www.elearning.gunadarma.ac.id, diakses 02 April 2016).
Analisis SWOT menurut Rangkuti (2009:18) adalah identifikasi
berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan.
Analisis SWOT mempunyai peranan penting dalam memajukan usaha
yang akhir-akhir ini semakin kompetitif pesaingnya dalam mencapai

12
tujuan, arti dari SWOT adalah Strengths, Weakness, Opportunities and
Threat. Yang artinya kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman”.

Berikut ilustrasi gambar analisis SWOT menurut Rangkuti


(2009:18):

Definisi analisis SWOT menurut Amin Tunggal Wijaya (2001:74-


75) dalam buku “Management Audit (Suatu Pengantar)” adalah sebagai
berikut:
a. Kekuatan (Strenghts)
Kekuatan adalah sumber daya, ketrampilan atau keunggulan lain
yang relatif terhadap pesaing dan kebutuhan dari pasar suatu
perusahaan layani atau hendak layani. Kekuatan merupakan suatu
kompetensi yang berbeda (destintive competence) yang memberi
perusahaan suatu keunggulan komparatif (comparative advantage)
dalam pasar. Kekuatan berkaitan dengan sumber daya, keuangan,
citra, kepemimpinan pasar, hubungan pembeli/pemasok, dan faktor-
faktor lain.
b. Kelemahan (Weaknesses)
Kelemahan merupakan keterbatasan/kekurangan dalam sumber
daya, ketrampilan, dan kemampuan yang secara serius menghalangi
kinerja efektif suatu perusahaan.
c. Peluang (Opportunities)

13
Suatu peluang merupakan situasi utama yang mengguntungkan
dalam lingkungan perusahaan. Kecenderungan-kecenderungan
utama adalah salah satu dari peluang identifikasi dari segmen pasar
yang sebelumnya terlewatkan, perubahan-perubahan dalam keadaan
bersaing, atau peraturan, perubahan teknologi, dan hubungan
pembeli dan pemasok yang diperbaiki dapat menunjukan peluang
bagi perusahaan.
d. Ancaman (Threaths)
Ancaman adalah rintangan-rintangan utama bagi posisi sekarang
atau yang diinginkan dari perusahaan. Masuknya pesaing baru,
pertumbuhan pasar yang lambat, daya tawar pembeli dan pemasok
utama yang meningkat, perubahan teknologi, dan peraturan yang
baru atau yang direvisi dapat merupakan ancaman bagi keberhasilan
suatu perusahaan.
Dari pembahasan diatas analisis SWOT merupakan instrumen yang
ampuh dalam melakukan analisis strategi. Keampuhan tersebut terletak
pada kemampuan para penentu strategi perusahaan untuk
memaksimalkan peranan faktor kekuatan dan pemanfaatan peluang
sehingga sekaligus berperan sebagai alat untuk meminimalisasi
kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi dan menekan dampak
ancaman yang timbul dan harus dihadapi.
2. Analisis dengan Matriks SWOT
Analisis SWOT menggunakan teknik atau alat yang disebut Matriks
SWOT untuk mengaudit atau menilai sebuah organisasi beserta
lingkungannya. Dalam kerangka analitis perumusan strategi pemasaran,
Analisis SWOT merupakan langkah pertama dalam Tahap Pencocokan.
Dalam menyusun Matriks SWOT, para pengambil keputusan meletakkan
fokus pada masalah-masalah utama, yang kemudian membantu mereka
untuk merumuskan perencanaan strategi pemasaran. Matrik ini tergambar
sebagai berikut :
Tabel 2.1 Matrik SWOT

14
  Internal
Strengths Weekness
(W/Kelemahan)
(S/kekuatan)

Eksternal Tentukan faktor Tentukan faktor


kekuatan internal kelemahan eksternal
Opportunities  Strategi SO  Strategi WO
(O/Peluang)
Tentukan faktor Ciptakan strategi Ciptakan strategi
peluang yang menggunakan yang meminimalkan
Eksternal kekuatan untuk kelemahan untuk
memanfaatkan memanfaatkan
peluang peluang

 Treat (T/Ancaman)  Strategi ST  Strategi WT


1.
Tentukan faktor Ciptakan strategi
ancaman yang menggunakan Ciptakan strategi
Eksternal kekuatan untuk yang meminimalkan
mengatasi kelemahan untuk
ancaman menghindari
ancaman

Sumber : Adaptasi dari Fred David (2011:180)


Matriks SWOT merupakan sebuah alat pencocokan yang penting
untuk membantu para pengambil keputusan dalam mengembangkan

15
empat jenis strategi yaitu Strategi SO (kekuatan-peluang), Strategi
WO (kelemahan-peluang), Strategi ST (kekuatan-ancaman) dan Strategi
WT (kelemahan-ancaman). Mencocokkan faktor-faktor eksternal dan
internal utama merupakan bagian tersulit dalam mengembangkan Matriks
SWOT dan membutuhkan penilaian yang baik dan tidak ada satu pun
paduan yang paling benar (Fred David 2011:178-179).
1) Strategi SO (kekuatan-peluang)
Strategi SO yaitu memanfaatkan kekuatan internal perusahaan
untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Semua manajer
tentunya menginginkan organisasi mereka berada dalam posisi di
mana kekuatan internal dapat digunakan untuk mengambil
keuntungan dari berbagai tren dan kejadian eksternal. Secara umum,
organisasi akan menjalankan Strategi WO, Strategi ST, atau Strategi
WT untuk mencapai situasi di mana mereka dapat melaksanakan
Strategi SO. Jika sebuah perusahaan memiliki kelemahan yang
besar, maka perusahaan akan berjuang untuk mengatasinya dan
mengubahnya menjadi kekuatan. Ketika sebuah organisasi
dihadapkan pada ancaman yang besar, maka perusahaan akan
berusaha untuk menghindarinya untuk berkonsentrasi pada peluang.
2) Strategi WO 
Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal
dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Kadang,
peluang-peluang besar muncul, tetapi perusahaan memiliki
kelemahan internal yang menghalanginya memanfaatkan peluang
tersebut. Sebagai contoh, mungkin ada permintaan yang tinggi akan
peralatan elektronik untuk mengendalikan jumlah dan waktu injeksi
bahan bakar ke mesin mobil (peluang), namun suatu produsen
onderdil mobil bisa jadi tidak memiliki teknologi yang dibutuhkan
untuk menghasilkan peralatan tersebut (kelemahan). Salah satu
Strategi WO yang bisa ditempuh adalah dengan mengakuisisi
teknologi ini melalui usaha patungan (joint venture) dengan sebuah

16
perusahaan lain yang mempunyai kompetensi di bidang ini.
Alternatif lainnya dari Strategi WO adalah dengan merekrut dan
melatih orang agar memiliki kapabilitas teknis yang diperlukan.
3) Strategi ST 
Strategi ST menggunakan kekuatan untuk menghindari atau
mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini bukan berarti bahwa
suatu organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman secara
langsung di dalam lingkungan eksternal
4) Strategi WT 
Strategi WT merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk
mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman
eksternal. Sebuah organisasi yang menghadapi berbagai ancaman
eksternal dan kelemahan internal benar-benar dalam posisi yang
membahayakan. Dalam kenyataannya, perusahaan semacam itu
mungkin harus berjuang untuk bertahan hidup, melakukan merger,
penciutan, menyatakan diri bangkrut, atau memilih likuidasi.
3. Teori Motivasi Maslow

Teori Maslow Maslow dalam Reksohadiprojo dan Handoko (1996),


membagi kebutuhan manusia sebagai berikut: 

a. Kebutuhan Fisiologis,
Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia
yang paling dasar yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup
seperti makan,minum, perumahan, oksigen, tidur dan
sebagainya.
b. Kebutuhan Rasa Aman 
Apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan, maka
muncul kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman.
Kebutuhan akan rasa aman ini meliputi keamanan akan
perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan akan

17
kelangsungan pekerjaannya dan jaminan akan hari tuanya pada
saat mereka tidak lagi bekerja. 
c. Kebutuhan Sosial 
Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan secara
minimal, maka akan muncul kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan
untuk persahabatan, afiliasi dana interaksi yang lebih erat
dengan orang lain. Dalam organisasi akan berkaitan dengan
kebutuhan akan adanya kelompok kerja yang kompak, supervisi
yang baik, rekreasi bersama dan sebagainya.
d. Kebutuhan Penghargaan 
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati,
dihargai atas prestasi seseorang, pengakuan atas kemampuan
dan keahlian seseorang serta efektifitas kerja seseorang. 
e. Kebutuhan Aktualisasi diri 
Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang
paling tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses
pengembangan potensi yang sesungguhnya dari seseorang.
Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan, keahlian dan
potensi yang dimiliki seseorang. Malahan kebutuhan akan
aktualisasi diri ada kecenderungan potensinya yang meningkat
karena orang mengaktualisasikan perilakunya. Seseorang yang
didominasi oleh kebutuhan akan aktualisasi diri senang akan
tugas-tugas yang menantang kemampuan dan keahliannya. 
Teori Maslow mengasumsikan bahwa orang berkuasa
memenuhi kebutuhan yang lebih pokok (fisiologis) sebelum
mengarahkan perilaku memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi
(perwujudan diri). Kebutuhan yang lebih rendah harus dipenuhi
terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi seperti
perwujudan diri mulai mengembalikan perilaku seseorang. Hal yang
penting dalam pemikiran Maslow ini bahwa kebutuhan yang telah
dipenuhi memberi motivasi. Apabila seseorang memutuskan bahwa

18
ia menerima uang yang cukup untuk pekerjaan dari organisasi
tempat ia bekerja, maka uang tidak mempunyai daya intensitasnya
lagi. Jadi bila suatu kebutuhan mencapai puncaknya, kebutuhan itu
akan berhenti menjadi motivasi utama dari perilaku. Kemudian
kebutuhan kedua mendominasi, tetapi walaupun kebutuhan telah
terpuaskan, kebutuhan itu masih mempengaruhi perilaku hanya
intensitasnya yang lebih kecil. 
4. Teori Kepemimpinan
a. Pengertian Kepemimpinan
Pengertian kepemimpinan menurut para ahli:
1) Hemhill dan Coons
Adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin
aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang
ingin dicapai bersama (shared goals).
2) Tannenbaum, Weschler dan Masarik
Menyatakan bahwa kepemimpinan adalah Pengaruh antar
pribadi yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu, serta
diarahkan melalui proses komunikasi, ke arah pencapaian
satu atau beberapa tujuan tertentu”.
3) Stogdill 
Menyatakan bahwa kepemimpinan adalah pembentukan
awal serta pemeliharaan struktur dalam harapan dan
interaksi.
4) Rauch dan Behling 
Menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses
mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang
diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.
5) Jacobs dan Jacques 
Menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses
memberi arti atau pengarahan yang berarti terhadap usaha
kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk

19
melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran.
Pengertian kepemimpinan menurut Hosking adalh mereka
yang secara konsisten memberi kontribusi yang efektif
terhadap orde sosial yang diharapkan dan dipersepsikan
melakukannya.
6) S.P. Siagian 
Menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu
keterampilan dan kemampuan dari seseorang yang telah
menduduki jabatan menjadi pimpinan dalam sebuah
pekerjaan dalam mempengaruhi tindakan orang lain,
terutama kepada bawahannya agar berfikir dan bertingkah
laku sedemikian rupa sehingga melalui tingkah laku positif
ini dapat memberikan sumbangan yang nyata didalam
pencapaian tujuan organisasi.
b. Teori kepemimpinan
Teori Kepemimpinan yaitu teori genetis dimana menjelaskan
bahwa seseorang akan dapat menjadi pemimpin karena ia telah
dilahirkan untuk bisa menjadi pemimpin; dia telah memiliki bakat
dan mempunyai pembawaan untuk bisa menjadi pemimpin. Menurut
teori kepemimpinan seperti teori genetis ini mengasumsikan bahwa
tidak setiap orang dapat menjadi pemimpin, hanya beberapa orang
yang memiliki pembawaan dan bakat saja yang dapat menjadi
pemimpin. Hal tersebut memunculkan “Pemimpin tidak hanya
sekedar dibentuk tapi dilahirkan”.
Teori kepemimpinan yang kedua yaitu teori sosial yang
menyatakan bahwa seseorang akan dapat menjadi pemimpin karena
lingkungannya yang mendukung, keadaan dan waktu memungkinkan
ia bisa menjadi pemimpin. Setiap orang dapat memimpin asal
diberikan kesempatan dan diberikan pembinaan untuk  dapat
menjadi pemimpin meskipun ia tidak memiliki pembawaan atau

20
bakat. Adapun istilah dari teori kepemimpinan sosial ini yaitu
Pemimpin itu dibentuk bukan dilahirkan.
Teori kepemimpinan yang ketiga yaitu teori ekologis, dalam
teori kepemimpinan ekologis ini menyatakan bahwa gabungan dari
teori genetis dan sosial, dimana seseorang akan menjadi pemimpin
membutuhkan bakat dan bakat tersebut mesti selalu dibina agar
berkembang. Kemungkinan untuk bisa mengembangkan bakat
tersebut itu tergantung dari lingkungannya.
Teori kepemimpinan yang keempat yaitu teori situasi, dalam
teori kepemimpinan situasi ini menyatkaan bahwa seseorang dapat
menjadi pemimpin ketika berada dalam situasi tertentu karena dia
memiliki kelebihan-kelebihan yang dibutuhkan dalam situasi
tersebut. Akan tetapi pada situasi yang lainnya, kelebihannya
tersebut tidak dibutuhkan, akhirnya ia tidak akan menjadi pemimpin
lagi, bahkan bisa jadi menjadi pengikut saja.
Oleh karena itu, jika seorang ingin menjadi pemimpin dan ingin
meningkatkan kecakapannya dan kemampuannya dalam memimpin
maka dibutuhkan untuk bisa mengetahui segala ruang lingkup gaya
kepemimpinan yang efektif. Adapun para ahli dalam bidang
kepemimpinan sudah meneliti dan mengembangkan beberapa gaya
kepemimpinan yang berbeda dimana sesuai dengan adanya evolusi
dari teori kepemimpinan. Untuk ruang lingkupnya, gaya
kepemimpinan terbagi atas tiga pendekatan yaitu pendekatan sifat
kepribadian pemimpin, dan pendekatan perilaku pemimpin dan
pendekatan situasional atau kontingensi.
c. Tipe dan Gaya kepemimpinan
Pemimpin itu memiliki sifat, kebiasaan dan watak serta
kepribadian yang khas. Dari tingkah laku dan gayanya lah yang
dapat membedakan dirinya dibanding orang lain. Gaya tentunya
akan selalu dapat mewarnai perilaku dan tipe seseorang dalam
pemimpin atau gaya kepemimpinan.

21
Adapun gaya-gaya kepemimpinan yaitu sebagai berikut:
1) Gaya kepemimpinan otokratis
Gaya ini terkadang disebut sebagai kepemimpinan yang
terpusat pada diri pemimpin atau gaya direktif. Gaya otokratis
ini ditandai dengan adanya petunjuk yang sangat banyak sekali
yang berasal dari pemimpin dan tidak ada satupun peran para
anak buah dalam merencanakan dan sekaligus mengambil suatu
keputusan. Gaya kepemimpinan otokratis ini akan menentukan
sendiri keputusan, peran, bagaimana, kapan dan bilamana secara
sepihak. Yang pasti tugas yang diperintahkan mesti
dilaksanakan. Paling sangat menonjol dalam gaya
kepemimpinan otokratis ini adalah seseorang akan memberikan
perintah dan mesti dipatuhi. Ia akan memerintah berdasarkan
dari kemampuannya untuk menjatuhkan hukuman serta
memberikan hadiah. Gaya kepemimpinan otokratis adalah suatu
kemampuan dalam mempengaruhi orang lain yang ada disekitar
agar mau bersedia berkerjasama dalam mencapai tujuan yang
sudah ditentukan dengan ditempuh atas segala cara kegiatan
yang akan dijalankan atas dasar putusan dari pemimpin.Adapun
ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratis ini yaitu wewenang
mutlak itu terpusat dari pemimpin, keputusan akan selalu dibuat
oleh pemimpin, kebijakan akan selalu dibuat oleh pemimpin,
komunikasi hanya berlangsung dalam satu arah dimana dari
pimpinan ke bawahan bukan sebaliknya, pengawsan terhadap
(sikap, perbuatan, tingkah laku atau kegiatan) dari para
bawahannya dilakukan dengan ketat, tak ada kesempatan untuk
para bawahan dalam memberikan (pendapat, saran atau
pertimbangan), lebih banyak mendapatkan kritikan dibanding
pujian, menuntut adanya kesetiaan dan prestasi yang sempurna
dari para bawahan tanpa adanya syarat, dan cenderung
memberikan paksaan, hukuman dan anacaman.

22
2) Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis adalah suatu kemampuan
dalam mempengaruh orang lain agar dapat bersedia untuk
bekerja sama dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan
dengan berbagai cara atau kegiatan yang dapat dilakukan
dimana ditentukan bersama antara bawahan dan pimpinan.
Gaya tersebut terkadang disebut sebagai gaya
kepemimpinan yang terpusat pada anak buah, kepemimpinan
dengan adanya kesederajatan, kepemimpinan partisipatif atau
konsultatif. Pemimpin yang berkonsultasi kepada anak buahnya
dalam merumuskan suatu tindakan putusan bersama. Adapun
ciri-ciri dari gaya kepemimpinan demokratis ini yaitu memiliki
wewenang pemimpin yang tidak mutlah, pimpinan bersedia
dalam melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan,
kebijakan dan keputusan itu dibuat bersama antara bawahan dan
pimpinan, komunikasi dapat berlangsung dua arah dimana
pimpinan ke bawahan dan begitupun sebaliknya, pengawasan
terhadap (sikap, perbuatan, tingkah laku atau kegiatan) kepada
bawahan dilakukan dengan wajar, prakarsa bisa datang dari
bawahan atau pimpinan, bawahan memiliki banyak kesempatan
dalam menyampaikan saran atau pendapat dan tugas-tugas yang
diberikan kepada bawahan bersifat permintaan dengan
mengenyampingkan sifat instruksi, dan pimpinan akan
memperhatikan dalam bertindak dan bersikap untuk
memunculkan saling percaya dan saling menghormati.
3) Gaya kepemimpinan delegatif
Gaya kepemimpinan delegatif memiliki ciri-ciri yaitu
pemimpin akan jarang dalam memberikan arahan, pembuat
keputusan diserahkan kepada bawahan, dan anggota organisasi
tersebut diharapkan bisa menyelesaikan segala permasalahannya
sendiri. Gaya kepemimpinan delegatif ini memiliki ciri khas dari

23
perilaku pemimpin didalam melakukan tugasnya sebagai
pemimpin. Dengan demikian, maka gaya kepemimpinan
seorang pemimpin akan sangat dipengaruhi adanya karakter
pribadinya. Kepemimpinan delegatif merupakan sebuah gaya
kepemimpinan yang dijalankan oleh pimpinan untuk
bawahannya yang mempunyai kemampuan, agar bisa
menjalankan aktivitasnnya yang untuk sementara waktu tak bisa
dilakukan oleh pimpinan dengan berbagai macam sebab. Gaya
kepemimpinan delegatif ini sangat cocok dilakukan kalau staff
yang dimiliki ternyata mempunyai motivasi dan kemampuan
yang tinggi. Dengan demikian pimpinan tak terlalu banyak
dalam memberikan perintah kepada bawahannya, bahkan
pemimpin akan lebih banyak dalam memberikan dukungan
untuk bawahannya.
4) Gaya kepemimpinan birokratis.
Gaya kepemimpinan birokratis ini dilukiskan dengan
pernyataan “Memimpin berdasarkan adanya peraturan”.
Perilaku memimpin yang ditandai dengan adanya keketatan
pelaksanaan suatu prosedur yang telah berlaku untuk pemimpin
dan anak buahnya. Pemimpin yang birokratis, secara umum
akan membuat segala keputusan itu berdasarkan dari aturan
yang telah berlaku dan tidak ada lagi fleksibilitas. Segala
kegiatan mesti terpusat pada pemimpin dan sedikit saja
diberikan kebebasan kepada orang lain dalam berkreasi dan
bertindak, itupun tak boleh melepaskan diri dari ketentuan yang
sudah berlaku. Adapun beberapa ciri gaya kepemimpinan
birokratis ialah Pimpinan akan menentukan segala keputusan
yang berhubungan dengan seluruh pekerjaan dan akan
memerintahkan semua bawahan untuk bisa melaksanakannya;
Pemimpin akan menentukan semua standar tentang bagaimana
bawahan akan melakukan tugas; Adanya sanksi yang sangat

24
jelas kalau seorang bawahan tidak bisa menjalankan tugas sesuai
dengan standar kinerja yang sudah ditentukan.
5) Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Gaya ini akan mendorong kemampuan anggota dalam
mengambil inisiatif. Kurang interaksi dan kontrol yang telah
dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya tersebut hanya dapat
berjalan jika bawahan mampu memperlihatkan tingkat
kompetensi dan keyakinan dalam mengejar tujuan dan sasaran
yangcukup tinggi.
Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin sedikit sekali
dalam menggunakan kekuasaannya atau sama sekali telah
membiarkan anak buahnya untuk berbuat dalam sesuka hatinya.
Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan Laissez Faire adalah
Bawahan akan diberikan kelonggaran atau fleksibelitas dalam
menjalankan tugas-tugasnya, tetapi dengan hati-hati diberikan
batasan serta berbagai macam prosedur; Bawahan yang sudah
berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugasnya akan diberikan
hadiah atau penghargaan, di samping adanya suatu sanksi-sanksi
bagi mereka yang kurang berhasil, sebagai dorongan; Hubungan
antara pimpinan dan bawahan dalam suasana yang sangat baik
secara umum manajer akan bertindak cukup baik; Manajer akan
menyampaikan berbagai macam peraturan yang berhubungan
dengan tugas-tugas atau perintah, dan sebaliknya para bawahan
akan diberikan kebebasan dalam memberikan pendapatannya.
6) Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian
Adalah gaya pemimpin yang telah memusatkan segala
keputusan dan kebijakan yang ingin diambil dari dirinya sendiri
dengan secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung
jawab akan dipegang oleh si pemimpin yang bergaya otoriter
tersebut, sedangkan para bawahan hanya sekedar melaksanakan
tugas yang sudah diberikan.

25
Tipe kepemimpinan yang otoriter biasanya mengarah
kepada tugas. Artinya dengan adanya tugas yang telah diberikan
oleh suatu lembaga atau suatu organisasi, maka kebijaksanaan
dari lembaganya ini mesti diproyeksikan dalam bagaimana ia
dalam memerintah kepada bawahannya agar mendapatkan
kebijaksanaan tersebut dapat tercapai dengan baik. Di sini
bawahan hanyalah menjadi suatu mesin yang hanya sekedar
digerakkan sesuai dengan kehendaknya sendiri, inisiatif yang
datang dari bawahan sama sekali tidak pernah sekalipun
diperhatikan.
7) Gaya Kepemimpinan Karismatis
Kelebihan dari gaya kepemimpinan karismatis ini ialah
mampu menarik orang. Mereka akan terpesona dengan cara
berbicaranya yang akan membangkitkan semangat. Biasanya
pemimpin dengan memiliki gaya kepribadian ini akan
visionaris. Mereka sangat menyenangi akan perubahan dan
adanya tantangan. Mungkin, kelemahan terbesar dari tipe
kepemimpinan model ini dapat di analogikan dengan peribahasa
Tong Kosong yang Nyaring Bunyinya. Mereka hanya mampu
menarik orang untuk bisa datang kepada mereka. Setelah
beberapa lama kemudian, orang – orang yang datang tersebut
akan kecewa karena adanya ketidak-konsisten-an. Apa yang
telah diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta dalam
pertanggungjawabannya, si pemimpin akan senantiasa
memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji.
8) Gaya Kepemimpinan Diplomatis
Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini terdapat di
penempatan perspektifnya. Banyak orang seringkali selalu
melihat dari satu sisi, yaitu pada sisi keuntungan dirinya.
Sisanya, melihat dari sisi keuntungan pada lawannya. Hanya
pemimpin dengan mengguanakan kepribadian putih ini yang

26
hanya bisa melihat kedua sisi, dengan jelas! Apa yang dapat
menguntungkan dirinya, dan juga dapat menguntungkan
lawannya.
Kesabaran dan kepasifan merupakan kelemahan pemimpin
dengan menggunakan gaya diplomatis ini. Umumnya, mereka
sangat begitu sabar dan sanggup dalam menerima tekanan.
Namun kesabarannya ini dapat sangat keterlaluan. Mereka dapat
menerima perlakuan yang takmenyengangkan tersebut, tetapi
pengikut-pengikutnya tidak menerimanya. Dan seringkali hal
inilah yang membuat para pengikutnya akan meninggalkan si
pemimpin.
9) Gaya Kepemiminan Moralis
Kelebihan dari gaya kepemimpinan moralis seperti ini ialah
pada umumnya Mereka hangat dan sopan untuk semua orang.
Mereka mempunayi empati yang tinggi terhadap segala
permasalahan dari para bawahannya, juga sabar, murah hati
Segala bentuk kebajikan-kebajikan ada dalam diri pemimpin
tersebut. Orang – orang akan datang karena kehangatannya
terlepas dari semua kekurangannya. Kelemahan dari
pemimpinan seperti ini ialah emosinya. Rata-rata orang seperti
ini sangatlah tidak stabil, terkadang dapat tampak sedih dan
sangat mengerikan, kadang pula bisa saja sangat begitu
menyenangkan dan bersahabat.
10) Gaya Kepemimpinan Administratif
Gaya kepemimpinan tipe ini akan terkesan kurang inovatif
dan telalu kaku dalam memandang aturan. Sikapnya sangat
konservatif serta kelihatan sekali takut di dalam mengambil
resiko dan mereka cenderung akan mencari aman.
11) Gaya kepemimpinan analitis (Analytical).
Dalam gaya kepemimpinan tipe ini,  biasanya untuk
pembuatan keputusan didasarkan pada suatu proses analisis, 

27
terutama analisis logika dari setiap informasi yang didapatkan.
Gaya ini akan berorientasi pada hasil dan akan lebih
menekankan pada rencana-rencana rinci serta berdimensi jangka
panjang. Kepemimpinan model ini sangatlah mengutamakan
logika dengan menggunakan beberap pendekatan-pendekatan
yang masuk akal serta kuantitatif.
12) Gaya kemimpinan asertif (Assertive).
Gaya kepemimpinan ini bersifat lebih agresif dan memiliki
perhatian yang sangat begitu besar pada suatu pengendalian
personal dibandingkan dengan gaya kepemimpinan yang
lainnya. Pemimpin tipe asertif lebih terbuka didalam konflik dan
kritik. Setiap Pengambilan keputusan muncul dari suatu proses
argumentasi dengan adanya beberapa sudut pandang sehingga
muncullah kesimpulan yang memuaskan.
13) Gaya kepemimpinan entrepreneur.
Gaya kepemimpinan ini sangatlah menaruh perhatian pada
kekuasaan dan hasil akhir serta  kurang mengutamakan  untuk
kebutuhan akan kerjasama. Gaya kepemimpinan model ini
biasanya akan selalu mencari pesaing dan akan menargetkan
standar yang tinggi.
14) Gaya Kepemimpinan Visioner
Kepemimpinan visioner, merupakan pola kepemimpinan
yang ditujukan untuk bisa memberi arti pada kerja dan usaha
yang perlu dijalankan secara bersama-sama oleh para anggota
perusahaan dengan cara memberikan arahan dan makna pada
suatu kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkandengan visi
yang jelas. Kepemimpinan Visioner akan memerlukan
kompetensi tertentu.
Pemimipin visioner setidaknya mesti mempunya empat
kompetensi kunci sebagaimana dikemukakan oleh Burt Nanus
(1992), yaitu

28
a) Seorang pemimpin visionermesti mempunayi
kemampuan untuk bisa berkomunikasi secara efektif
dengan manajer dan karyawan lainnya dalam
organisasi. Hal ini membutuhkan pemimpin untuk
menghasilkan “guidance, encouragement, and
motivation.” 
b) Seorang pemimpin visioner mesti dapat memahami
lingkungan luar dan dapat memiliki kemampuan dalam
bereaksi secara tepat atas segala ancaman dan peluang
yang datang. Ini termasuk, yang paling penting, dapat
“relate skillfully” dengan orang-orang kunci yang ada
di luar organisasi, namun memainkan peran yang
sangat penting terhadap organisasi (investor, dan
pelanggan).
c) Seorang pemimpin mesti bisa memegang peran penting
didalam membentuk dan dapat mempengaruhi segala
praktek organisasi, prosedur, produk dan jasa. Seorang
pemimpin dalam hal ini mesti dapat terlibat di dalam
organisasi untuk bisa menghasilkan dan dapat
mempertahankan kesempurnaan pelayanan, sejalan
dengan mempersiapkan dan memandu jalan organisasi
ke masa depan (successfully achieved vision).
d) Seorang pemimpin visioner mesti bisa mempunyai atau
mengembangkan “ceruk” untuk bisa mengantisipasi
apa yang terjadi di masa depan. Ceruk ini merupakan
ssebuah suatu bentuk imajinatif, yang mengacu atas
kemampuan data untuk dapat mengakses segala
kebutuhan masa depan konsumen, teknologi, dan lain
sebagainya. Ini termasuk kemampuan dalam mengatur
sumber daya organisasi guna dapat memperiapkan diri

29
menghadapi adanya kemunculan kebutuhan dan
perubahan ini.
Dalam era turbulensi lingkungan seperti saat ini, setiap
pemimpin mesti siap dan dituntut mampu dalam melakukan
suatu transformasi terlepas dari gaya kepemimpinan apa
yang mereka anut.  Pemimpin mesti mampu dalam
mengelola perubahan, termasuk di dalamnya dapat
mengubah budaya organisasi yang tak lagi kondusif dan
produktif. Pemimpin mesti memiliki visi yang tajam, pandai
mengelola keragaman  dan dapat mendorong  terus suatu
proses pembelajaran   karena adanya dinamika suatu
perubahan lingkungan serta adanya persaingan yang
semakin ketat.
15) Gaya Kepemimpinan Situasional
Kepemimpinan situasional ialah “a leadership contingency
theory that focuses on followers readiness/maturity”. Inti dari
teori kepemimpinan situational ialah bahwa suatu gaya
kepemimpinan seorang pemimpin akan dapat berbeda-beda,
tergantung dari seperti apa tingkat kesiapan para
pengikutnya.Pemahaman fundamen dari teori kepemimpinan
situasional ialah mengenai tidak adanya gaya kepemimpinan
yang paling terbaik. Kepemimpinan yang efektif ialah
bergantung dari relevansi tugas, dan hampir semua pemimpin
yang sukses selalu dapat mengadaptasi gaya kepemimpinan
yang sangat tepat. Efektivitas kepemimpinan bukan hanya pada
soal pengaruh terhadap individu dan kelompok akan tetapi
bergantung juga terhadap tugas, pekerjaan atau fungsi yang
dibutuhkan secara keseluruhan.   Jadi pendekatan pada
kepemimpinan situasional itu mesti fokus pada fenomena
kepemimpinan di dalam suatu situasi yang unik.

30
Dari cara pandang ini, seorang pemimpin agar efektif ia
mesti  mampu dalam menyesuaikan gayanya terhadap tuntutan
situasi yang selalu berubah-ubah. Teori kepemimpinan
situasional akan bertumpu pada dua konsep yang fundamental
yaitu: tingkat kesiapan/kematangan individu atau kelompok
sebagai pengikut dan gaya kepemimpinan.
16) Kepemimpinan Militeristik
Tipe pemimpin seperti ini sangatlah mirip dengan tipe
pemimpin yang otoriter yang merupakan tipe pemimpin yang
senantiasa bertindak sebagai diktator terhadap para anggota
kelompoknya. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan
militeristik yaitu: (1) lebih banyak dalam menggunakan sistem
perintah atau komando, keras dan sangat begitu otoriter, kaku
dan seringkali untuk kurang bijaksana, (2) menghendaki adanya
kepatuhan yang mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi
suatu formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda
kebesaran yang terlalu berlebihan, (4) menuntut adanya sebuah
disiplin yang keras dan kaku dari para bawahannya, (5) tidak
menghendaki adanya saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan
dari bawahannya, (6) komunikasi hanya dapat berlangsung
searah.
C. Memahami Desain Berpikir Wirausaha
1. Enam Topi Pikiran
Enam topi berpikir/ Six Thinking Hats diciptakan oleh Dr. Edward de
Bono, seorang penulis, penemu, dokter, pemikir, sekaligus konsultan asal
Republik Malta pada tahun 1985. Menurutnya, manusia memiliki berbagai
macam perspektif (sudut pandang) ketika melihat sebuah masalah atau
mengambil keputusan bisnis. Sehingga Enam topi berpikir merupakan teknik
ampuh yang diciptakan oleh Edward de Bono. Teknik ini digunakan untuk
melihat keputusan dari berbagai perspektif, yang membantu Anda berpikir

31
dengan cara yang berbeda dan memperoleh pandangan menyeluruh mengenai
sebuah situasi.
Banyak orang sukses berpikir dari sudut pandang yang rasional dan
positif. Namun demikian, jika tidak melihat sebuah masalah dari sudut
pandang emosional, kreatif, atau negatif, mereka dapat meremehkan
penolakan terhadap rencana, gagal membuat langkah kreatif, dan
mengabaikan pentingnya rencana cadangan. Sebaliknya, orang yang pesimis
dapat menjadi sangat defensif, sementara orang yang emosional bisa jadi
tidak dapat melihat keputusan dengan tenang dan rasional.
Setiap topi berpikir akan membantu Anda menilai masalah dari berbagai
sudut pandang, yang memungkinkan keputusan untuk menggabungkan
ambisi, efektivitas, sensitivitas, dan kreativitas.
Jadi, macam-macam perspektif tersebut, diumpamakan sebagai enam
macam topi dengan warna yang berbeda. Menurut De Bono (2005: 128)
metafora topi dipakai untuk menggambarkan keenam aspek berpikir tersebut,
karena topi merupakan suatu yang dapat dipakai dan dilepaskan dengan
mudah, sebagaimana sebuah pendapat yang dapat dipakai atau dilupakan
begitu saja tanpa harus menimbulkan konflik sosial. Dalam metode Thinking
Hats merupakan penerapan dari Lateral Thinking STH, seseorang tidak hanya
dilatih untuk berkonsentrasi menyelesaikan suatu masalah dalam sekuens
waktu tertentu, tetapi juga dipersiapkan utuk dapat menerima dan menghargai
pendapat orang lain.
a. Topi putih berarti fasilitator bersikap netral dan objektif. Fasilitator
bersikap terbuka untuk menerima pengetahuan dan pengalaman
orang lain. Fasilitator mendorong peserta untuk memahami fakta dan
kebenaran secara bijaksana. Fasilitator mendorong para peserta
untuk saling belajar dan menyumbangkan pengetahuan dan
pengalamannya kedalam  Saat pemimpin rapat atau diskusi
mengatakan untuk memakai topi putih, maka setiap peserta diskusi
atau rapat akan memfokuskan pikiran pada informasi yang berkaitan
dengan permasalahan yang didapatkan.Informasi yang dimaksud

32
bisa berkisar dari berbagai fakta yang dapat dipastikan kebenarannya
sampai informasi ringan, seperti rumor dan pengalaman pribadi.
b. Topi merah berarti fasilitator menggunakan pendekatan emosi untuk
menggugah perasaan dan semangat peserta. Fasilitator menggunakan
intuisi dan prasangka untuk memahami kesulitan atau hambatan
yang dirasakan peserta dalam belajar,  Setelah secara paralel tujuan
meningkatkan keterlibatan peserta. (bersama-sama) mendiskusikan
aspek informatif dari suatu permasalahan, kemudian setiap peserta
diskusi secara bersama-sama mengemukakan aspek intuitif dan
emosional dari pendapatnya. Setiap perasaan yang berkaitan dengan
satu gagasan atau ide diijinkan untuk dikeluarkan secara bebas dalam
sesi ini, misalkan “saya sama sekali tidakmenyukai gagasan ini”,
“saya merasa gagasan ini tidak akan berhasil”, “naluri saya
mengatakan bahwa rencana ini sangat berbahaya” dan aspek
emosional lainnya. Setelah setiap orang mengeluarkan aspek intuitif
dan emosionalnya terkait satu pendapat, dia tidak perlu memberikan
alasan apapun, sebab menurut De Bono (2005: 131) “bahwa dalam
banyak kasus alasan-alasan dibalik suatu perasaan tidak diketahui
dengan jelas (seperti halnya intuisi). Oleh karena itu, orang-orang
akan merasa enggan mengemukakan perasaannya jika tidak dapat
memberikan alasan. Jadi, alasan tidak perlu diberikan, bahkan meski
pun alasan itu diketahui”. Dan De Bono mengakui bahwa intuisi
sering kali benar, namun tidak selalu.
c. Topi hitam berarti fasilitator bersikap serius. Fasilitator tidak serta
merta menerima pendapat atau masukan dari orang lain melainkan
bersikap menolak terlebih dahulu, bersikap ragu-ragu atau hati-hati,
kemudian mencari tahu (eksplorasi) lebih jauh.Dalam mensikapi
suatu persoalan, fasilitator menggunakan topi hitam bukan untuk
mencari argumentasi melainkan untuk memperhatikan atau waspada
terhadap sesuatu hal yang dianggap negatif. Topi hitam merupakan
metafora untuk atau terlalu sering digunakan. menggambarkan aspek

33
kritis dari pemikiran yang hendak kita sampaikan. Berbagai aspek
dipertimbangkan secara kritis saat peserta diskusi secara bersama-
sama memakai topi hitam secara imajiner. Namun, De Bono
mengingatkan, bahwa meski pun aspek berpikir ini merupakan yang
paling penting, kita harus waspada, sebab penilaian kritis yang
objektif bisa memicu perdebatan yang malah akan merusak harmoni
sosial. Dalam sesi ini, setiap anggota diskusi mempertimbangkan
kesalahan, aspek negatif, potensi dan kekurangan-kekurangan dari
suatu ide atau pendapat.
d. Topi kuning berarti fasilitator menggunakan cara berfikir positif
dalam mengelola proses pembelajaran agar atmosfir dalam kegiatan
pembelajaran juga berkembang positif. Fasilitator juga bersikap
optimis dalam menghadapi sesuatu persoalan. Kalau topi hitam
mengajak melihat sisi negatif, maka topi kuning mengajak melihat
sisi positif. Fasilitator menggunakan cara rasional (intelektual)
dan  membangun kerangka pikir untuk mengembangkan suatu
analisa kritis. Topi kuning yang konstruktif cenderung membuat
gagasan kongkrit agar bisa dilakukan sesuatu yang bermanfaat. Tapi,
topi kuning yang kurang konstruktif cenderung mencari-cari
peluang  yang ada, bukan mengembangkan gagasan (seperti topi
hijau).Juga cenderung mengarah pada gagasan besar  Setelah
mempertimbangkan aspek kritis dari suatu gagasan atau mimpi. Atau
ide, kemudian secara bersama-sama peserta diskusi atau rapat
mempertimbangkan nilai, manfaat dan alasan suatu pendapat. Jika
saat memakai topi hitam semua peserta mencari aspek negative dari
suatu gagasan, maka saat memakai topi kuning setiap peserta diskusi
mencari nilai positif dan manfaat sebuah gagasan.
e. Topi hijau berarti fasilitator menggunakan kreativitasnya untuk
membangun suasana belajar (misal membuat trik-triks tertentu,
permainan, humor, dan sebagainya). Fasilitator menghindari cara
penilaian (judgement) dan lebih mendorong suatu usaha bertindak

34
maju. Fasilitator suka mengembangkan alternatif pilihan. Fasilitator
juga menggunakan cara-cara yang "provokatif" untuk mendorong
orang lain berfikir dengan cara baru. Topi hijau
juga  Setelah menjadi    simbol untuk orang yang mampu
mendengarkan dengan baik. mengumpulkan informasi, penilaian
baik dan buruk, aspek emosional dan kritis, maka kemudian setiap
peserta diskusi berusaha secara bersama-sama menemukan alternatif,
gagasan, kemungkinan dan rancangan. Apa yangdapat dilakukan,
apa alternatif yang ada, dan pembahasan sejenis dibahas dalam sesi
ini.
f. Topi biru berarti fasilitator mengendalikan proses pembelajaran agar
tetap pada relnya. Fasilitator juga selalu menjaga agar pembelajaran
tetap fokus atau dikelola batas-batasnya. Fasilitator selalu mengacu
pada rencana dan rancangan pembelajaran sebagai alat
kontrol.Fasilitator mengembangkan proses perumusan pokok-pokok
pembelajaran dan kesimpulan untuk menjaga fokus dan
menarik  Topi biru diasosiasikan sebagai pengambilanbenang merah
pembelajaran. Kesimpulan dalam sesi ini pemimpin diskusi akan
merangkum setiap pertimbangan kemudian mengambil kesimpulan.
Teknik Berpikir Paralel ini menjadi efektif karena setiap anggota
diskusi diijinkan untuk mengemukakan setiap aspek dari pemikiran
dan perasaaannya terkait suatu permasalahan dengan bebas, dan
kemudian secara bersama-sama dibahas segala kekurangan dan
kelebihannya. Karena semua pemikiran dan isi hati dikeluarkan,
maka saat keputusan diambil tidak perlu lagi ada beban dan ganjalan
dalam hati peserta diskusi. Dengan demikian, meski dalam
perbedaan pendapat tidak perlu terjadi perdebatan yang mengarah
pada rusaknya harmoni sosial. Waktu dalam pelaksanaan diskusi
untuk membahas suatu subjek juga akan jauh berkurang, sebab
sistematika berpikir telah diatur sedemikian rupa untu mengarah
pada solusi.

35
Terdapat dua tujuan utama terhadap keenam konsep topi berpikir
tersebut:

a. menyederhanakan berpikir dengan mengizinkan seorang pemikir


menyelesaikan suatu hal pada suatu saat. Meskipun harus
menyimpan emosi, logika, informasi, harapan dan kreativitas semua
pada saat yang sama, namun pemikir tersebut mampu memisahkan
hal-hal tersebut tadi. Walaupun menggunakan logika untuk
mendukung emosi yang setengah tersembunyi pemikir dapat
mengemukakan emosi tersebut di bawah topi berpikir merah tanpa
perlu melakukan pembenaran. Topi berpikir hitam kemudian dapat
mengurusi aspek logika tersebut.
b.  mengizinkan suatu peralihan dalam berpikir. Jika seseorang pada
suatu pertemuan telah bersikap negatif, orang itu dapat diminta
menggunakan ‘topi berpikir hitam’. Hal ini memberikan tanda
kepada orang tersebut bahwa ia sedang bersikap negatif. Orang itu
dapat juga diminta mengenakan ‘topi berpikir kuning’. Hal ini
merupakan permintaan langsung menjadi bersikap positif. Dengan
cara demikian keenam topi memberikan suatu idiom yang tertentu
tanpa perlu melakukan penyerangan. Apa yang paling penting adalah
bahwa idiom itu tidak mengancam ego atau kepribadian orang.
Dengan kembali kedalam pemeranan atau bahkan suatu permainan,
konsep topi-topi tersebut memungkinkan kita memilih tipe-tipe
berpikir tertentu. Topi itu menjadi sejenis alat bantu untuk
memberikan instruksi. Penulis tidak menganjurkan bahwa pada
setiap saat dalam berpikir kita bahwa kita harus sadar menggunakan
suatu topi atau topi lainnya. Hal ini tidak perlu. Biasanya jika ingin
mengenakan topi-topi dalam urutan yang telah disusun resmi dan
dalam kasus-kasus demikian kita telah mengatur struktur tersebut
sebelumnya. Lebih sering lagi kita ingin mengenakan salah satu topi
dengan formalitasnya dalam suatu kesempatan diskusi. Atau kita
mungkin meminta orang lain pada diskusi tersebut mengenakan

36
suatu topi tertentu. Pertama-tama hal ini kelihatan aneh dan janggal,
tetapi pada saatnya akan kelihatan sangat biasa untuk melontarkan
permintaan yang demikian.
2. Desain Berpikir Wirausaha
Wirausaha/entrepreneur bukanlah sebuah profesi, melainkan sebuah pola
pikir atau paradigma seseorang. Wirausaha itu suatu cara pandang, yaitu
bagaimana kita melakukan suatu usaha secara mandiri sesuai dengan potensi
yang kita miliki, yaitu bagai mana kita dapat menciptakan nilai bukan sekedar
uang, kemudian bagaimana kita bisa berkontribusi lebih dimana pun kita
bekerja. Wirausahawan adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif
dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya
untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup
(Prawirokusumo, 1997). Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila
seseorang individu berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya.
Proses kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas dan tindakan yang
berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha
(Suryana, 2001).
Pola pikir wirausaha adalah bagaimana kita menciptakan sesuatu yang
mempunyai value untuk diri kita maupun orang lain. Seorang wirausaha akan
selau berfikir kreatif dan inovatif untuk mewujudkan apa yang menjadi
imajinasinya. Seorang wirausaha juga akan memikirkan bagaimana
mempunyai produk yang mempunyai nilai tambah di pasaran sehingga
produknya tidak akan tergerus oleh persaingan. Misal, pada awalnya Mc
Donalds sering membuat produk yang kurang disukai masyarakat, tetapi
dengan semangat pantang menyerah dan mau belajar dari kesalahan, akhirnya
sekarang menjadi sebuah brand makanan yang cukup terkenal di dunia.
Contoh lain, Starbucks. Bagaimana mereka mampu menciptakan minuman
kopi yang sangat digemari para kaum berduit. Penyebabnya adalah mereka
mempunyai kreatifitas untuk mengembangkan produk dan menciptakan
suasana nyaman dalam warung kopi mereka, serta mereka betul-betul
menjadika usahanya itu sebagai main product, bukan hanya sambilan. .

37
Rasa ingin tau serta mau berinovasi dan berkreasi adalah senjata yang
ampuh bagi seorang wirausaha untuk terus eksis dalam dunia usaha.
a. Kreatif dan Inovatif
Kreatif dan Inovatif adalah karakteristik personal yang harus terpatri
kuat dalam diri seorang wirausaha sejati. Bisnis yang tidak dilandasi
dengan upaya kreatif dan inovatif dari sang wirausaha biasanya tidak
dapat berkembang abadi. Untuk mencari terobosan terbaru di lingkungan
bisnis yang dinamis agar lebih menuntut wirausaha.
Kreatifitas dan Inovasi merupakan dua hal yang berbeda tetapi saling
membutuhkan satu sama lain. Karena sebuah Kreatifitas tidak akan ada
gunanya manakala tidak ada Inovasi yang berhasil mewujudkan. Inovasi
dan Kreatifitas memiliki dominan yang sama, yaitu sama-sama baru,
akan tetapi memiliki batasan yang tegas. Kreatifitas merupakan langkah
pertama menuju Inovasi. Kreatifitas berkaitan dengan produksi kebaruan
dan ide yang bermanfaat dan implementasinya.
Inovasi adalah Proses menemukan atau mengimplementasikan
sesuatu yang baru ke dalam situasi yang baru. Konsep kebaruan ini
berbeda bagi kebanyakan orang karena sifatnya relative, Maksudnya
adalah apa yang dianggap baru merupakan lama bagi orang lain dalam
konteks lain. Inovasi merupakan memikirkan dan melakukan sesuatu
yang baru untuk menambahkan nilai-nilai manfaat dari suatu barang atau
produk.
Pengertian Kreativitas dan Inovasi menurut Zimmber dkk (2009),
Kreatvitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan
untuk menemukan cara-cara baru dalam melihat masalah dan peluang.
Sedangkan Inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan solusi kreatif
terhadap masalah dan peluang untuk meningkatkan atau memperkaya
kehidupan orang-orang.
Pengertian Kreatifitas dan Inovasi menurut Ted Levitt, Kreatif
adalah sifat yang selalu mencari hal-hal yang baru. Sedangkan Inovatif

38
adalah sifat yang selalu menerapkap solusi kreatif. Kreatif tapi tidak
inovatif karena ide hanyalah sebatas pemikiran tanpa ada realisasi.
Kreatif dan inovatif dalam menjalankan sebuah bisnis, menjadi salah
satu kunci sukses sebuah bisnis untuk memenangkan persaingan pasar.
Dengan menciptakan produk baru yang beda dengan produk lainnya dan
bisnis kita bias lebih memiliki nilai lebih dibandingkan dengan poduk
lainnya. Karena dengan adanya kreatif dan inovatif sangatlah penting
untuk mendorong kita untuk lebih kreativitas dan menjadi benar-benar
inovatif.
Ciri-Ciri orang kreatif :
a. Memiliki banyak ide dan kemauan
b. Memiliki jiwa yang suka dengan tatangan
c. Selalu mencoba dengan sesuatu yang baru
d. Memiliki jiwa yang professional

Ciri-Ciri orang inovatif :


a. Giat belajar dan bekerja
b. Selalu berorientasi kedepan
c. Kaya ide-ide yang cemerlang
d. Berfikir rasional dan berprasangka baik
e. Menghargai waktu dan menggunakannya dengan sebaik-baiknya
f. Suka melakukan eksperimen-eksperimen dan penelitian

Kreatif dan Inovatif dapat di implementasikan secara sederhana.


Kuncinya adalah kepekaan dalam mengidentifikasi peluang dan
kemampuan membaca pasar. Bahkan sering kita tidak sadari bahwa ide-
ide cerdas memberikan terobosan-terobosan baru. Kreatif adalah
bagaimana cara kita menemukan ide-ide serta hal baru yang dapat kita
kembangkan menjadi sebuah produk yang nantinya dapat menghasilkan
uang. Sedangkan inovatif adalah bagaimana cara kita mendayagunakan
pemikiran, kemampuan imajinasi, berbagai stimulan, dan individu yang

39
mengelilingi kita dalam menghasilkan produk baru, baik bagi dirinya
sendiri ataupun lingkungannya.

Cara meningkatkan kreativitas seorang wirausaha yaitu :

a. Mengamati sesuatu yang dikenal


Amati sesuatu kurang lebih 10 menit, dan gambarkan kembali
apa yang kita ingat. Tujuannya adalah untuk melatih dan
mempertajam ingatan kita. Jangan berhenti pada visualisasi saja,
semua indera juga dapat membantu kita dalam membangun
kreatifitas karena smua indera yang ada pada diri kita memperoleh
masukan sepanjang hari. Ingat, membangun kreatifitas berarti
mempertajam pikiran, dan itu berarti juga meningkatkan kepekaan
pengindraan pada diri kita.
b. Jangan menunda pekerjaan
Jika kita memberi otak gagasan-gagasan dasar dan rangsangan
yang cocok, akhirnya otak akan memunculkan gagasan-gagasan
yang dapat diteruskan. Namun ada kecendrungan apabila dihadapkan
pada persoalan, maka kita akan menunda sampai menit terakhir,
dengan dalih bahwa otak akan berkerja secara optimal kalau dalam
keaadaan terdesak. Dan itu memang ada benarnya, karena
ketegangan batas waktu mempersatukan pikiran dengan baik sekali.
Tetapi kita tidak memberikan kesempatan yang cukup kepada otak
untuk menghasilkan pekerjaan yang optimal. Jika kita mengerjakan
jauh hari sebelum batas waktu, tidak berarti kita harus
merampungkan, tetapi hanya memberi masukan yang lebih baik
kepada diri sendiri untuk menyadari dimensi-dimensi lain dari
keadaan yang kita hadapi.
c. Pejamkan mata dan biarkan pikiran mengembara
Berkhayal juga bisa menghasilkan ide, dengan cara membiarkan
alam tak sadar anda mengerjakan sesuatu dan biarkan pikiran anda
mengembara akan dapat menjadi sangat efektif.

40
d. Ambillah sudut pandang orang lain
Kita harus mencoba untuk menempatkan diri pada posisi orang
lain untuk mengetahui reaksi seseorang atas tindakan yang kita
ambil.
e. Melakukan curah-gagasan
Dengan melakukan curah-gagasan atau bahasa kerenya
brainstorming dapat memudahkan kita untuk mendapatkan banyak
gagasan dengan cepat. Proses ini berlandaskan anggapan bahwa
sekelompok orang yang bekerja bersama dibawah pimpinan yang
baik dapat memunculkan jauh lebih banyak ide dan kemungkinan
daripada bekerja masing-masing.
f. Belajar menjadi seorang inovator yang baik
Kita harus selalu mencari, menyesuaikan dan
mengimplementasikan ide-ide, baik yang baru maupun yang lama.
Kita dapat melakukannya dengan membaca, survei, penelitian
ataupun diskusi.
g. Ubahlah kebiasaan dan citra diri
Untuk bisa seperti itu, jadilah orang yang progresif,
kembangkanlah atribut-atribut dan motivasi yang di butuhkan.
Tuangkanlah ide dalam bentuk tulisan dan terimalah perubahan dan
tantangan suatu masalah dengan tangan terbuka, dengan begitu
biasakanlah berpikir terbuka dan fleksibel.
Desain Berpikir Wirausaha yang lain:
a. Jangan takut gagal. Banyak yang berpendapat bahwa untuk
berwirausaha dianalogkan dengan impian seseorang untuk dapat
berenang. Walaupun teori mengenai berbagai gaya berenang
sudah bertumpuk,sudah dikuasai dengan baik dan literatur-
literatur sudah lengkap, tidak ada gunanya kalau tidak di ikuti
menyebur ke dalam air (praktek berenanga) demikian halnya
untuk berusaha, tidak ada gunanaya berteori kalau tidak terjun
langsung, sehingga mengalami (berpengalaman), dan sekalilagi

41
jangan takut gagal sebab kegagalan adalah kesuksesan yang
tertunda.
b. Penuh semangat. Hal yang menjadi penghargaan terbesar bagi
pembisnis atau perwirausahaan bukanlah tujuannya melainkan
lebih kepada proses dan perjalanannya.
c. Bertindak dengan penuh perhitungan dalam mengambil resiko.
Resiko selalu ada dimanapun kita berada. Seringkali kita
menghindra dari resiko yang satu, tetapi menemui bentuk resiko
lainnya. Namun yang harus diperhitungkan adalah perhitugkan
deangan baik-baik sebelum memutuskan sesuatu, terutama yang
tingkat resikonya tinggi.
d. Sabar, ulet dan tekun. Prinsip lain yang tidak kalah penting
dalam berusa adalah kesabaran dan keytekunan. Saban dan
tekun meskipun harus menghadapi berbagai bentuk
permasalahan, percobaan, dan kendala bahkan diremehkan oleh
orang lain.
e.  Harus optimis. Optimis adalah modal usaha yang cukup penting
bagi usahawan, sebab kata optimis nerupakan sebuah prinsip
yang dapat memotivasi kesadaran kita sehingga apapun usaha
yang kita lakukan harus penuh optimis bahwa usaha yang kita
laksanakan akan sukses.
f. Abisius. Demikian juga prinsip ambisius seorang wirausahawan 
harus berambisi, apapun jenis usaha yang akan dilakukannya.
g. Pantang menyerah atau jangan putus asa. Prinsip pantang
menyerah adalah bagian yang harus dilakukan kapanpun
waktunya.
h. Peka terhadap pasar atau dapat baca peluang pasar. Prinsip peka
terhadap pasar atau dapat baca peluang pasa radalah  prinsip
mutlak yang harus dilakukan oleh wirausahawan, baik pasar
ditingkat lokal, regional, maupun internasional. Peluang pasar

42
sekecil apapun harus di identifikasi dengan baik, sehingga dapat
mengambil peluang pasar tersebut dengan baik.
i. Berbisnis dengan standar etika. Prinsip bahwa setiap pebisnis
harus senantiasa memegang secara baik tentang standar etika
yang berlaku secara universal.
j.  Mandiri. Prinsip kemandirian harus menjadi panduan dalam
berwirausaha. Mandiri dalam banyak hal adalah kunci penting
agar kita dapat menghindarkan ketergantungan dari pikak-pikak
atau para pemangku kepentingan atas usaha kita.
k.  Jujur. Menurut Pytagoras, kejujuran adalah mata uang yang
akan laku dimana-mana. Jadi, jujur kepada pemasok dan
pelanggan atau kepada seluh pemangku kepentingan perusahaan
adalah prinsip dasar yang harus dinomorsatukan dalam
berusaha.
l. Peduli lingkungan. Seorang pengusaha harus memiliki
kepedulian terhadap lingkungan sehingga harus turut serta
menjaga kelestarian lingkungan tempat usahanya.
m. Membangun Relasi dan network dengan sesama wirausahawan
karena dengan begitu proses pembelajaran dan pengetahuan
akan kewirausahawan kita akan berkembang. 

Jadi, keberhasilan suatu usaha, ada syarat utama yang harus


dimiliki yaitu memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan
watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh keterampilan,
kemampuan, atau kompetensi. Ia adalah seseorang yang memiliki
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
(ability to create the new and different) atau kemampuan kreatif dan
inovatif.

D. Menggunakan Desain Berpikir Wirausaha dengan Prinsip dan Langkah-


Langkah Berpikir Wirausaha
Ada sebelas prinsip berwirausaha, yaitu sebagai berikut:

43
1. Memiliki Tujuan Yang Jelas
Sebelum kita memulai sebuah usaha ,kita harus menetapkan apa yang
harus menjadi tujuan usaha yang akan kita akan kerjakan tersebut, agar kita
dapat meminimalisasi resiko dan menggunakan sumber daya yang lebih
efektif. Untuk menemukan tujuan bisnis , akan lebih mudah ketika kita lebih
dahulu menemukan tujuan hidup kita, dan peran kehadiran kita di dunia.
Mulailah mengenali keberadaan diri kita, baik itu kelemahan, maupun
kelebihan kita.Dan upayakan agar kita terfokus pada kelebihan-kelebihan
yang kita miliki dan bukan pada kelemahan kita. Pahamilah bahwa dalam diri
kita terdapat sebuah potensi luar biasa yang dapat kita berdayakan untuk
dijadikan sebuah usaha ,biasanya itu berupa hobby dan hal-hal yang
nampaknnya mudah untuk kita lakukan ,tapi sulit untuk dilakukan orang lain.
Ketika kita telah menemukan tujuan hidup kita ,maka saat itu kita akan lebih
mudah menentukan tujuan dari bisnus kita.Dan ,usahakan agar penetapan
tujuan tersebut kita tetapkan dengan spesifik dan tidak terlalu meluas. Tidak
ada hal yang membahagikan dari hidup kita kecuali mengenal hidup kita dan
menyadari bahwa saat ini kita sedang bertumbuh mencapai penggenapan
tujuan tersebut.
2. Tidak Tergantung Pada Modal Yang Besar
Untuk memulai sebuah usaha ,ada empat bentuk modal yang harus di
miliki yaitu;motivasi diri,keterampilan,relasi,dan dana. Namun banyak orang
yang ketika berbicara tentang modal sebuah usaha ,pandangannya selalu
terfokus pada permodalan dalam bentuk dana.Padahal itu masih salah satu
daru empat bentuk modal yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha .
Sehingga ,ketika dia takut memiliki modal dana yang banyak , seakan- akan
niatnya untuk berwirausaha tidak patut diteruskan. Ada orang yang banyak
uang tapi sedikit motivasi, relasi dan skill, sehingga dia tidak mampu
memulai dan mengembangkan sebuah usaha. Tetapi, mereka yang kaya
motivasi diri , relasi dan skill dan sedikit modal uang dapatr lebih berhasil
dalam memulai dan Membangun kepercayaan dan hubungan baik dengan
orang itu akan jauh menunjang keberhasilan kita untuk menjadi seoran

44
wirausahawan yang sukses. Asalkan kita terus mengasah diri dengan terus
belajar dari pengalaman orang lain dean diri sendiri .Ditambah dengan sikap
jujur dan mengembangkan sebuah usaha tanggung jawab, amaka
keperecayaan itu akan datang dengan sendiri
3. Terlambat Bukan Berarti Terbelakang
Keberhasilan sebuah usaha itu tidaklah terletak pada siapa yang lebih
dahulu memulai. Karena belum tentu pencetus ide mampu menyajikan sesua
yang sempurna sekaligus .Dan banyak usaha yang mampu memberikan
sesuatu yang lebih baik daripada pendahulunya atau pencetus idenya .Jika
sang pencetus ide tidak mampu menciptakan inovasi-inovasi baru yang
melebihi para pandatang barunya, maka suda dapat di pastikan mereka lebih
akan ketinggalan oleh para pendatang-pendatangbarunya. Jangan berkecil hati
jika kta ingin melihat ada yang sudah mendahului kita dalam menjalankan
bidang usaha yang hendak kita kerjakan.Karena belum tentu mereka bisa
sebaik kita. lihat apa kekurangan dari pendahulu kita ,dan usahakan kita dapat
memberikan apa yang tidak dapat mereka lakuka,Sehigga pasar kita dapat
diperhitungkan kita, sekalipun kita tergolong pendatang baru. Buat daftar
perbandingan dari setiap pesain kita ,dan mulai tentukan posisi kita di pasa
yang hendak kita raih. Menjadi terdahulu itu masalah waktu ,tetapi menjadi
terdepan itu masalah proses dan progress
4. Peka Terhadap Cela Pasar
Saat kita berbicara tentang peluang (cela pasar), mungkin kebanyakan
orang berpikir tentang suatu hal yang terlalu jauh dan rumit ,padahal
seringkali peluang itu terdapat dari hal-hal yang sederhana yang ada di sekitar
kita.Hanya saja karena kita terlalu perpikir jauh, maka peluang yang
sebenarnya ada disekitar kitatidak dapat kita lihat.Peluang merupakan sesuatu
yang dekat dengan kita, namun untuk menemukannya diperlukan sebuah
kejelian dari kita sendiri. Apabila kita memiliki sikap yang positif dan mampu
berpikir jernih terhadap suatu kaeadaan atau masalah, maka kemungkinan
besar kita akan mampu melihat peluang besar. Cobalah mulai perhatikan
keadaan di sekeliling kita kemudian ambil waktu untuk merenungkan tentang

45
sebuah keadaan dan kondisi yang umumnya atau sering kali di alami orang-
orang disekitar kita.biasanya dusitulah kita akan menemukan sesuatu yang
memiliki potensi untuk di jadikan sebuah lahan usaha.
5. Mengukur Saat Yang Tepat
Menjadi seorang pengusaha tidak hanya dituntut untuk bisa menawarkan
barang tepat,tetapi juga dituntut untuk bertindak di waktu yang tepat. Sesuatu
yang tepat jika dilakuakan disaat yang tepat, maka tidak akan memberikan
sebuah hasil yang maksimal. Mempelajari situasi dan kecendrungan-
kecendrungan yang terjadi merupakan suatu hal yang perlu dilakukan untuk
dapat mengetahui waktu yang tepat untuk bertimdak .Namun akan lebih
mudah lagi jika kita langsung berkonsultasi dengan seorang yang lebih senior
aatu mentor yang sudah lebih berpengalaman di bidang usaha yang hendak
kita lakukan . Belajar untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya
menyangkut bidang uasha yang hendak kita lakukan , akan banyak menolong
kita dalammemutuskan kapan waktu yang tapat untuk bergarak . Semantara
waktu itu belum kita temukan maka hal yang kita llakukan adalah dengan
mempersiapkan diri sebaik-baiknya ,sehingga saat ini waktunya tiba sudah
dapat langsung melangakah dan bahkan berlari kencang. Kesuksesan harus di
bayar dengan harga yang mahal,dan harganya itu adalah ketekunan. Belajar
dan pantang menyerah.Jika kita ingin menjadi wirauasaha yang sukses
bayarlah harganya.
6. Menguasai Bidang Usaha Yang Hendak Dikerjakan
Melangkah untuk menjadi seorang wirausahawan merupakan hal yang
mengandung resiko. Namun bukan berarti kita harus menanggung resiko
yang sebenarnya masih dapat kita hindari sebelumnya. Tidak jarang para
pelaku usaha yang mengalami kegagalan saat menjalankan usaha yang baru
dirintisnya karenakan mereka tidak siap mengalami resiko atau perintisan.
Sehingga dangan berat hati akhirnya mereka terpaksa harus mengakhiri
usahanya yang sebenarnya masih baru disirami. Sebernarnya, jika kita
mempersiapkan dahulu langkah-langkah kita sebelum memulai usaha dangan
mempelajari seluk-beluk usaha kita ,maka kita tidak perlu mengalami resiko

46
yang tidak perlu. Karna dengan kita mempalajari bahkan menguasai terlebih
dahulu bidang uasanya, maka kita dapat melakukan antisipasi atau
mendeteksi resiko yang kemungkinan akan terjadi, kita memiliki kemampuan
untruk mengatasinya. Lain hal dengan resiko yang sifatnya diluar
kemempuan manusia , itu hanya akan kekuasaan tuhan lah yang berparan.
Jadi sebelum kita memulai usaha.Ambilah beberapa waktu untuk belajar dan
memahami cara kerja usaha kita.
7. Berani Melangkah
Apa keberanian untuk mengambil langkah awal, maka kita tidak akan
pernah menjadi seorang penggusaha.Kita boleh bermimpi menjadi seorang
wirausawan yang sukses, tetapi apabila kita tidak pernah berani mngambil
langkah awal, maka semua itu hanya akan tinggal sebuah angan-angan.
Memang setiap langkah yanh handak kita ambil itu memiliki resiko, namun
janganlah kita terlalu memusatkan perhatian dan pikiran kita pada resiko
tersebut, karena kehidupan adalah sebuah perjalan yang berisiko, dimana kita
tidak pernah terhindar dari resiko.Yang terpenting adalah bagaimana kita
memiliki kesiapan untuk menghadapi resiko dan mulai mengambil langkah
untuk mengahadapi resiko tersebut. Mulailah memupuk keberanian unttuk
mengambil langkah,jangan takut resiki,terkadang hal yang tersulit yang kita
hadapi hanya akan ditemui jlan keluarnta setelah kita menghadapi masalah
tersebut.Jadi jangan takut melangkah apabila segala sesutu telah dipersiapkan.
8. Berpikir Kreatif
Dalam dunia usaha kemampuan dalam berpikir kreatif adalah sesuatu
yang mutlak yang diperlukan. Karena pemikiran yang kreatif tersebut akan
memberikan pengaruh dalam memula usaha, mempertahankan dan
mengembangkan usaha. Kemampuan berpikir kreatif, selalu diawali oleh
penerimaan terhadap duri sendiri terlebih dahulu. Dengan nilai melihat
kelebihan-kelebihan yang kita miliki ,Itu akan berpengaruh pada pola
pemikiran yang kreatif.
9. Berani Berbalik Arah

47
Prinsip berani berbalik arah ini,sangatlah di perlukan jika kita sudah
mengalami kebuntuan dalam menjalankan usaha yang kita kerjakan. Jika
usaha itu memang sudah memberikan prospek lagi dan sulit untuk
dipertahanmkan , maka jangan takut untuk memulai sesuatu yang baru.
10. Mempertajam Instusi
Gerak instusi sering kali memberikan rasa khawatir tersendiri pada
kita.Karena jalannya tidak tergambarkan secara rasional.Tetapi justru itula
yang membedakan antara orang yang sukses dan yang tidak. Ketajama sebuah
instusi bisa dilatih,dengan cara banyak mencoba dan mengalami trial dan eror
terlebih dahul, dan bisa muncul melalui media yang namanya tantangan dan
kesulitan
11. Tekun Dan Sabar
Untuk memperolehkuatan proses ketekunan dan kesabaran,diperlukan
terlebih dahulu agar memperkut visi dan misi kita di bidang usaha
tersebut.Karena tanpa mimpi dan visi yang kuat sering kali orang gugur
ditengah jalan dalam menjalankan usahanya.

BAB III
PENUTUP

Keimpulan
1. Konsep Kewirausahaan dan Mengidentifikasi Karakteristik Wirausaha
a. Pengantar Kewirausahaan, Kewirausahaan adalah suatu nilai yang
diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya,
tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Acad
Sanusi,1994).

48
b. Karakteristik Kewirausahaan: Motif Berprestasi Tinggi, Memiliki
Kreatifitas Tinggi, Memiliki Perilaku Inovatif Tinggi, Selalu
Komitmen dalam Pekerjaan, Mandiri atau Tidak Ketergantungan,
Berani Mengambil Resiko, Selalu Mencari Peluang, Memiliki Jiwa
Kepemimpinan, dan Memiliki Kemampuan Manajerial.
c. Menurut McGraith & Mac Milan Karakteristik Wirausaha (2000):
action oriented, berpikir simpel, mereka selalu mencari peluang-
peluang baru, mengejar peluang dengan disiplin tinggi, hanya
mengambil, fokus pada eksekusi dan memfokuskan energi setiap
orang pada bisnis yang digeluti.
d. Pengembangan Indeks Perilaku Kewirausahaan: percaya diri,
berorientasi tugas dan hasil, pengambil risiko, kepemimpinan,
keorisinilan dan berorientasi ke masa depan.
2. Konsep SWOT diri sendiri untuk berwirausaha
a. Analisis SWOT menurut Rangkuti (2009:18) adalah identifikasi
berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan. SWOT adalah Strengths, Weakness, Opportunities and
Threat. Yang artinya kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman”
b. Teori Motivasi Maslow: Kebutuhan Fisiologis, Kebutuhan Rasa
Aman, Kebutuhan Sosial, dan Kebutuhan Penghargaan.
c. Teori Kepemimpinan, pengertian kepemimpinan menutur salahsatu
ahli Hemhill dan Coons adalah perilaku dari seorang individu yang
memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang
ingin dicapai bersama (shared goals).
3. Memahami Desain Berpikir Wirausaha
a. Enam Topi Pikiran diciptakan oleh Dr. Edward de Bono, seorang
penulis, penemu, dokter, pemikir, sekaligus konsultan asal Republik
Malta pada tahun 1985. . Menurutnya, manusia memiliki berbagai
macam perspektif (sudut pandang) ketika melihat sebuah masalah
atau mengambil keputusan bisnis. Enam Topi Pikiran Topi putih
berarti fasilitator bersikap netral dan objektif, Topi merah berarti

49
fasilitator menggunakan pendekatan emosi untuk menggugah
perasaan dan semangat peserta, Topi hitam berarti fasilitator
bersikap serius, Topi kuning berarti fasilitator menggunakan cara
berfikir positif dalam mengelola proses pembelajaran agar atmosfir
dalam kegiatan pembelajaran juga berkembang positif, Topi hijau
berarti fasilitator menggunakan kreativitasnya untuk membangun
suasana belajar dan Topi biru berarti fasilitator mengendalikan
proses pembelajaran agar tetap pada relnya
b. Desain Berpikir Wirausaha: Kreatif dan Inovatif; Jangan takut gagal.
Penuh semangat, Bertindak dengan penuh perhitungan dalam
mengambil resiko, Sabar, ulet dan tekun, Harus optimis; Pantang
menyerah atau jangan putus asa; Peka terhadap pasar atau dapat baca
peluang pasar; Berbisnis dengan standar etika; Mandiri. Prinsip
kemandirian harus menjadi panduan dalam berwirausaha; Jujur.;
Peduli lingkungan dan Membangun Relasi dan network dengan
sesama wirausahawan
4. Menggunakan Desain Berpikir Wirausaha
Ada sebelas prinsip berwirausaha, yaitu sebagai berikut: Memiliki
Tujuan Yang Jelas; Tidak Tergantung Pada Modal Yang Besar;
Terlambat Bukan Berarti Terbelakang; Peka Terhadap Cela Pasar;
Mengukur Saat Yang Tepat; Menguasai Bidang Usaha Yang Hendak
Dikerjakan; Berani Melangkah; Berpikir Kreatif; Berani Berbalik Arah;
Mempertajam Instusi; Tekun Dan Sabar.

DAFTAR PUSTAKA

50
David, Fred R. 2006. Manajemen Strategi. Buku 1, Edisi kesepuluh. Jakarta :
Salemba Empat.

Freddy Rangkuti. Judul : Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis.


Penerbit : Gramedia Pustaka Utama.

Suryana. 2009. Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju.


Sukses, Edisi Ketiga, Penerbit Salemba.

http://fatimahpunya.blogspot.co.id/2014/11/desain-berpikir-wirausaha.html
diunduh pada 19 Januari 2017 Pukul 22:06 WIB

http://learnmine.blogspot.co.id/2013/05/makalah-kewirausahaan.html
diunduh pada 19 Januari 2017 Pukul 20:34 WIB

https://shelmi.wordpress.com/2009/04/02/sebelas-prinsip-berwirausaha/. diunduh
pada 19 Januari 2017 Pukul 22:24 WIB

http://ymayowan.lecture.ub.ac.id/files/2012/09/konsep-dasar-kewirausahaan.pdf
diunduh pada 19 Januari 2017 Pukul 20:56 WIB

51

Anda mungkin juga menyukai