Berbicara merupakan salah satu kegiatan sehari-hari. Manusia berbicara tidak hanya
mengucapkan bunyi-bunyi bahasa. Sejalan dengan hal tersebut, bahasa yang telah sejak dulu
dijadikan sebagai alat komunikasi berimplikasi bahwa suatu kemahiran berbicara menjadi tolak
ukur seseorang dalam berkomunikasi. Kerangka berpikir ditunjukkan melalui keruntutan bunyi-
bunyi tuturan artikulasi ketika berbicara maupun memberikan respon atas pembicaraan orang
lain.
Berbicara merupakan suatu kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui media
bahas.a bahasa merupakan bentuk tindak tutur berupa bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
dengan disertai gerakgerik tubuh dan ekspresi raut wajah. Berbagai definisi telah dikemukakan
untuk memberikan makna mengenai berbicara. Dalam fungsinya, berbicara merupakan media
yang dimanfaatkan manusia untuk berkomunikasi.
Berbagai kegiatan berbicara komunikasi melibatkan sebuah proses berbicara silih berganti
antara pembicara dan lawan yang ditujukannya untuk bicara. Hal ini berarti bahwa adanya
terjalin saling berbalas ganti bebricara. Pada saat pembicara mengeluarkan tuturan, pendengar
berperan sebagau pendengar, begitupun sbealiknya pada saat pendengar mengambil alih kegiatan
berbicara, maka pembicara sebelumnya berubah fungsi menjadi penyimak.
Bentuk respirokal ini membentuk kegiatan percakapan yang saling memberi dan menerima
respon pembicaraan. Pembicara memberikan informasi dan lawan bicara menerima informasi.
Kejadian ini secara sistematis berlangsung dalam percakapan yang membentuk sebuah keinginan
mneyamakan persepsi dari tuturan yang silih berganti. Inilah yang disebut proses komunikasi.
Berbicara dapat disebut juga sebagai tindak tutur dalam berkomunikasi. Hal ini apabila
ditinjau dari proses komunikasi, berbicara menjadi alat untuk saling menyampaikan pesan dan
menangkap pesan. Kegiatan menangkap atau menerima pesan berbicara dilakukan secara
bergantian dan dapat berlangsung secara terus menerus. Pesan yang disampaikan dalam tindak
tutur berbicara ini disertai tingkah laku dengan berbagai ekspresi.
Dalam teori komunikasi, tujuan berbicara yakni tidak hanya sekedar merespon peristiwa
tindak tutur yang diperoleh akan tetapi mempunyai tujuan yang lebih luas. Dengan adanya suatu
kegiatan berbicara, manusia dapat memengaruhi, membujuk, memberikan informasi,
mengungkapkan pikiran dan masih banyak lagi tujuan yang ditunjukkan dari berbagai peristiwa
tindak tutur berbicara. Apabila diperhatikan dengan cermat, berbicara yang ditampilkan
seseorang memiliki tujuan yang sangat luas.
Begitu halnya dengan seorang pebisnis perlu berbicara guna mempengaruhi klien atau
sasarna yang ingin ditujunya. Dengan adanya komunikasi dalam hal ini bicara, dapat dengan
mudah meraih tujuan yang ingin dicapai.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Berbicara
Berbicara merupakan suatu kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui
media bahas.a bahasa merupakan bentuk tindak tutur berupa bunyi-bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap dengan disertai gerakgerik tubuh dan ekspresi raut wajah. Berbagai definisi
telah dikemukakan untuk memberikan makna mengenai berbicara. Dalam fungsinya,
berbicara merupakan media yang dimanfaatkan manusia untuk berkomunikasi. Suatu
implikasi berbicara dalam konteks komunikasi pada dasarnya merupakan hakikat
berbicara yang terdiri atas:
1. Berbicara adalah ekspresi kreatif dan tingkah laku;
2. Berbicara dan menyimak adalah komunikasi ayng seiring;
3. Dalam konteks komunikasi dengan lawan bicara, berbicara yakni komunikasi
resiprokal;
4. Berbicara merupakan pancaran kepribadian dan tingkah laku intelektual;
5. Berbicara merupakan keterampilan yang diddapatkan melalui usaha belajar; dan
6. Bebricara menjadi media untuk memperluas ilmu pengetahuan.
Berbicara dikatakan sebagai kegiatan ekspresi kreatif dengan melibatkan berbagai
anggota tubuh. Dalam berbicara, anggota tubuh secara spontan ikut serta dalam
mengekspresikan dan menegaskan makna dari sebuah percakapan. Gerakan tubuh dan
raut wajah secara serentak akan membangun satu kesatuan ekspresi mengikuti tuturan
yang keluar dari pembicara.
Raut wajah dan gerak tubuh mempunyai fugnsi dan ekspresi yang berbeda.
Hidung, mata,bibir dan lain-lain akan membangun makna tersendiri. Mata yang melotot
dapat diartikan bahwa marah, mata sayu diartikan sedih. Bibir, muka, dan hidung dapat
memberikan makna bahwa seseorang sedang dalam keadaan serius, kecewa, maupun
gembira. Dalam kegiatan berbicara manusia juga memfungsikan organ lain dalam tubuh
untuk mengekspresikan makna pembicaraan. Terkait fungsi ekspresi dan bahasa tubuh
akan dibicarakan lebih lanjut sebagai berikut.
Berbagai kegiatan berbicara lomunikasi melibatkan sebuah proses berbicara silih
berganti antara pembicara dan lawan yang ditujukannya untuk bicara. Hal ini berarti
bahwa adanya terjalin saling berbalas ganti bebricara. Pada saat pembicara mengeluarkan
tuturan, pendengar berperan sebagau pendengar, begitupun sbealiknya pada saat
pendengar mengambil alih kegiatan berbicara, maka pembicara sebelumnya berubah
fungsi menjadi penyimak.
Bentuk respirokal ini membentuk kegiatan percakapan yang saling memberi dan
menerima respon pembicaraan. Pembicara memberikan informasi dan lawan bicara
menerima informasi. Kejadian ini secara sistematis berlangsung dalam percakapan yang
membentuk sebuah keinginan mneyamakan persepsi dari tuturan yang silih berganti.
Inilah yang disebut proses komunikasi.
Berbicara dapat disebut juga sebagai tindak tutur dalam berkomunikasi. Hal ini
apabila ditinjau dari proses komunikasi, berbicara menjadi alat untuk saling
menyampaikan pesan dan menangkap pesan. Kegiatan menangkap atau menerima pesan
berbicara dilakukan secara bergantian dan dapat berlangsung secara terus menerus. Pesan
yang disampaikan dalam tindak tutur berbicara ini disertai tingkah laku dengan berbagai
ekspresi.
Tingkah laku dan ekspresi dalam berbicara berlangsung sejalan. Kegiatan yang
berlangsung secara respirokal dalam berkomunikasi mendorong terjadinya ekspresi dan
tingkah laku yang bervariatif. Tingkah laku dan ekspresif ini berlangsung sangat cepat
dan spontan. Hal yang sama juga berlangsung pada bagaimana pembicara mendapatkan
ide, gagasan, kosa kata yang dipilih dalam menyampaikan pembicaraannya, semua
berlangsung tanpa disadari. Akan tetapi, hal berbeda dapat terjadi pada orang-orang yang
telah terlatih berbicara,akan memapu mengendalikan tindak tuturnya melalui kontrol
yang lebih temporal. Apa yang akan dituturkan dipikirkan secara matang. Inilah yang
membedakan seseorang yang memiliki intelektualitas yang tinggi dalam berbicara.
Berbicara bukan dilakukan tanpa alasan, terdapat alasan manusia berbicara.
Begitu bayi manusia dilahirkan dari rahim ibunyam yang dilakukan pertama kali yakni
menangis. Menangis merupakan eksresi yang menandakan dirinya telah hadir sebagai
manusia yang dikehendaki oleh orng-orang yang menantinya. Suara yang dikeluarkan
dalam lengkingan tangis menjadi pertanda bahwa bayi tersebut memiliki potensi
kemampuan berbicara.
Suara tangisan bayi adalah pertanda bahwa dikemudian hari sesuai perkembangan
umur dan fisik, akan berubah menjadi suara-suara yang bermakna. Dengan dibantu
orang-orang yang disekitarnya, kemampuan berbicara dilatih dari hanya bentuk rengekan
secara perlahan menjadi bunyi vokal-vokal yang bermakna. Secara bertahap sang bayi
akan mengauasi bunyi-bunyi vokal yang tidak jelas menjadi jelas, meningkat dalam
penguasaan kata demi kata dsan kalimat demi kalimat serta tuturan demi tuturan yang
lebih luas. Tuturan tersebut makin hari menunjukkan kejelasan makna. Saat itulah orang-
orang di sekelilingnya mengatakan bahwa sang bayi mulai bisa berbicara. Dengan
kemampuan berbicara ini akan teus tumbuh dan berkembang seiring dengan waktu dan
lingkungan.
2.2 Tujuan Berbicara
Dari ilustrasi peristiwa berbicara yang telah dikemukakan, diketahui terdapat
beberapa alasan mengapa manusia berbicara. Pertanyaan mengapa manusia berbicara
dapat dilihat dari tujuan berbicara. Terdapat beberapa tujuan manusia berbicara yakni:
1. Mengekspresikan pikiran, ide, imajinasi, dan pendapat;
2. Memberikan respon atas makna pembicaraan dari orang lain;
3. Ingin menghibur orang lain;
4. Menyampaikan informasi; dan
5. Membujuk atau mempengaruhi orang lain.
Berbicara dengan tujuan mengekspresikan pikira,ide, imajinasi, dan pendapat
merupakan bentuk berbicara yang disebabkan dorongan dari internal individu. Berbicara
seperti ini sifatnya personal, artinya manusia memiliki berbagai alasan yang
melatarbelakangi timbulnya ide maupun gagasan yang muncul. Sedangkan bebricara
dengan tujuan memberikan respon atas pembicaraan orang lain merupakan kegiatan
berbicara ayng disebabkan oleh rangsangan dari luar. Respon tersebut berwujud
persetujuan atas makna pembicaraan orang lain, akan tetapi dapat juga berupa
penolakasn. Berbicara mengenai respon dalam bentuk persetujuan dapat dilakukan
dengan mengungkapkan pendapat yang sama. Menghibur orang lain diartikan keinginan
untuk merubah isi ahti dan pikiran orang agar terhibur. Orang sedang seih gembira, atau
kecwwa adalah ekspresi yang dilihat dari ciri-cirinya.
2.3 Jenis Bicara
Berdasarkan pengamatan penulis, paling sedikit ada lima landasan yang digunakan dalam
mengklasifikasikan percakapan. Kelima landasan tersebut adalah:
(1)Situasi, (2) tujuan, (3) metode penyampaian, (4) jumlah penyimak, dan (5) peristiwa khusus
Sekarang kita perbincangkan setiap landasan tersebut di atas kemudian setiap landasan disertai
pula dengan penjelasan butir-butir hasil pengklasifikasiannya.
1. Situasi
Aktivitas berbicara selalu terjadi atau berlangsung dalam suasana, situasi, dan lingkungan
tertentu. Situasi dan lingkungan itu dapat bersifat formal atau resmi. Situasi dan lingkungan
itu mungkin bersifat informal atau tak resmi. Setiap situasi itu menuntut keterampilan
berbicara tertentu. Dalam situasi permbicaraan formal berbicara secara formal
pula. Sebaliknya dalam situasi tak formal, pembicara harus berbicara secara tak formal pula.
Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Kegiatan ini dianggap perlu bagi manusia dan perlu dipelajari.
Jenis-jenis (kegiatan) berbicara informal meliputi:
a) Tukar pengalaman
b) Percakapan
c) Menyampaikan berita
d) Mengumumkan
e) Bertelpon
f) Memberi petunjuk
Selain kegiatan berbicara informal, kita temui pula kegiatan berbicara yang bersifat
formal. Jenis-jenis kegiatan berbicara formal tersebut meliputi:
a) ceramah
b) perencanaan dan penilaian
c) wawancara
d) ceramah
e) bercerita.
2. Tujuan
Di bagian akhir pembicaraan, pembicara menginginkan tanggapan dari
pendengarnya. Responsi pendengar yang bagaimana yang diharapkan oleh
pembicara? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut mengarahkan perhatian kita kepada tujuan
berbicara. Tujuan berbicara sudah menjadi bahan pembicaraan di kalangan ahli dari terlebih
dahulu sampai sekarang.
Pada umumnya tujuan orang yang berbicara adalah untuk menghibur, memberitahu,
mendorong, atau menggerakkan pendengarnya. Dengan tujuan pembicara tersebut di atas
dapat pula kita mengklasifikasikan menjadi lima jenis, yakni:
a) berbicara menghibur
b) berbicara menyampaikan
c) bersemangat berbicara
d) berbicara menggerakkan.
Berbicara menggerakkan pun menuntut keseriusan baik dari segi pembicara maupun
dari segi pendengarnya. Berbicara atau menggerakkan merupakan gagasan pembangkit
semangat. Bila dalam berbicara ingin dan membangkitkan semangat perbaikan mengarah
kepada kepentingan pribadi, maka bicara menggerakkan bertujuan mencapai tujuan
bersama. Pembicara dalam berbicara menggerakkan harusalah orang yang berwibawa, tokoh
idola, panutan masyarakat. Melalui kepintaran berbicara, semangatnya membangkitkan
semangat dan semangat, kebolehannya memanfaatkan situasi, ditambah penguasaan ilmu
jiwa massa, berbicara dapat menggerakkan massa ke arah yang diingininya. Misalnya, Bung
Tomo dapat membangkitkan semangat juang para pemuda pada acara 10 November 1945 di
Surabaya.
3. Metode Penyampaian
Apa yang anda perhatikan dengan cermat bagaimana membicarakan pembicaraan? Bila
belum, coba anda perhatikan beberapa pembicara yang sedang berbicara atau
berpidato. Anda akan melihat ada empat cara yang biasa digunakan orang dalam
pembicaraannya. Empat cara yang dimaksud adalah
a) menyampaikan secara tertulis
b) menyampaikan catatan kecil
c) menyampaikan berdasarkan hafalan
d) menyampaikan berdasarkan naskah
Berbicara antar pribadi, atau bicara mata, terjadi apabila dua percakapan berbicara,
mempercakapkan, merundingkan, atau membicarakan sesuatu. Suasana mungkin serius dan
mungkin pula santai, akrab, dan bebas. Suasana pembicaraan sangat tergantung pada masalah
yang dipercakapkan, hubungan antar dua pribadi yang terlibat. Dalam berbicara antar pribadi,
pembicara dan pendengar bergantian secara otomatis sesuai dengan situasi situasi.
Bagaimana perbandingan kualitas antara pembicara dan pendengar dalam ketiga jenis
berbicara di atas? Pembicara dan pendengar dalam berbicara secara pribadi mungkin sama
dan mungkin berbeda kualitas. Percakapan antara guru dengan siswanya merupakan contoh
kualitas pembicara (guru) lebih tinggi dari siswa. Percakapan yang terjadi antara dua sahabat,
teman sekelas mengukur kualitas pembicara dan pendengar yang kurang lebih
sama. Pembicara dalam berbicara dalam kelompok kecil itu berasal dari satu kelas suatu
jenjang sekolah, maka kualitas anggota relatif sama. Kualitas pembicara dalam berbicara
dalam kelompok besar pada umumnya dapat dikatakan melebihi kualitas
pendengar. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti tingkat pendidikan,
jabatan, integritas pribadi dan sebagainya.
5. Peristiwa Khusus
Berdasarkan peristiwa khusus itu, berbicara atau bicara dapat digolongkan dalam enam jenis,
yakni:
(a) bicara presentasi, (b) bicara penyambutan, (c) bicara bicara, (d) bicara jamuan (makan
malam), (e) bicara perkenalan, (f) lambaian (mengunggulkan)
Sesuai dengan peristiwanya, maka bicaralah pun harus pula mengenai peristiwa
yang berlangsung. Pidato menyajikan presentasi yang dilakukan dalam suasana
pembagian hadiah. Pidato sambutan atau penyambutan berisi ucapan selamat datang pada
tamu. Pidato berisi kata-kata perpisahan. Pidato jamuan makan malam berupa ucapan
selamat, mendoakan kesahatan buat tamu dan sebagainya. Pidato memperkenalkan berisi
penjelasan pihak yang memperkenalkan tentang nama, jabatan, pendidikan, pengalaman
kerja, keahlian yang diperkenalkan kepada tuan rumah. Pidato mengunggulkan berisi
pujian, alasan mengapa sesuatu itu diunggulkan.
2.4 Faktor-Faktor Penunjang Bicara
Berbicara atau kegiatan komunikasi lisan merupakan kegiatan individu dalam
usaha menyampaikan pesan secara lisan kepada sekelompok orang, yang disebut juga
audience atau majelis. Supaya tujuan pembicaraan atau pesan dapat sampai kepada
audience dengan baik, perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat menunjang
keefektifan berbicara. Kegiatan berbicara juga memerlukan hal-hal di luar kemampuan
berbahasa dan ilmu pengetahuan. Pada saat berbicara diperlukan a) penguasaan bahasa,
b) bahasa, c) keberanian dan ketenangan, d) kesanggupan menyampaikan ide dengan
lancar dan teratur. Faktor penunjang pada kegiatan berbicara sebagai berikut. Faktor
kebahasaan, meliputi :
a. ketepatan ucapan,
b. penempatan tekanan nada, sendi atau durasi yang sesuai,
c. pilihan kata,
d. ketepatan penggunaan kalimat serta tata bahasanya,
e. ketepatan sasaran pembicaraan. Sedangkan faktor nonkebahasaan, meliputi
f. sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku,
g. pendangan harus diarahkan ke lawan bicara,
h. kesediaan menghargai orang lain,
i. gerak-gerik dan mimik yang tepat,
j. kenyaringan suara,
k. kelancaran,
l. relevansi, penalaran,
m. penguasaan topik.
2. Mempercepat Komunikasi
Jika dahulu dengan berkirim surat anda akan bisa mendapatkan balasannya paling
cepat 2 minggu. Kini ceritanya akan jauh berbeda, sebab dalam hitungan detik anda
sudah bisa mendapatkan balasan pesan jika berkirim pesan lewat sms. Tentu saja hal ini
tidak akan terjadi tanpa adanya pengaruh teknologi yang diaplikasikan dalam bidang
komunikasi. Sebab kini anda bisa dengan mudah dan cepat mendapatkan segala
informasi, sehingga ketika ada hal yang urgent dapat segera mengetahui dan
mengatasinya dalam peranan komunikasi dalam media sosial.
8. Mendekatkan Jarak
Perkembangan teknologi dalam komunikasi mampu mengikis jarak antar belahan
dunia. Anda bahkan bisa sangat dekat dengan saudara atau kerabat yang letaknya bisa
jadi berada pada zona waktu yang berbeda. Sehingga tentunyanya tidak akan ada
hambatan yang bisa dirasakan. Hanya saja memang masih terbatas pada tidak adanya
kemampuan untuk bersentuhan secara fisik, sebab hingga kini masih belum ditemukan
teknologi yang demikian.
2.11 Faktor penghambat dalam telepon
Telepon sebagai alat kominikasi yang canggihyang efektif saat ini, bukan berati
tidak mempunyai hambatan. Ada beberapa hambatan yang sering dijumapai saat
melakukan hubungan, telepon yaitu sebagai berikut:
1. Faktor kondisi fisik peralatan telepon
Faktor kondisi fisik peralatan telepon yang menjadi hambatan dalam bertelepon yaitu
sebagai berikut:
a. Suara berisik tidak jelas
b. Suara hilang timbul
c. Suara tiba - tiba mengecil
d. Saat menekan atau memutar nomor telepon tidak terdengar nada kontak
e. Tidak Terdengar nada sambung
f. Tiba-tiba sambungan terputus disaat percakapan berlangsung
https://prokomsetda.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/cara-menerima-telepon-dan-
menelpon-yang-baik-83
http://furotul29.blogspot.com/2016/02/makalah-etika-bertelepon.html?m=1
http://odazzander.blogspot.com/
https://www.silabus.web.id/pengertian-mendengarkan-menyimak/