Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN

Berbicara merupakan salah satu kegiatan sehari-hari. Manusia berbicara tidak hanya
mengucapkan bunyi-bunyi bahasa. Sejalan dengan hal tersebut, bahasa yang telah sejak dulu
dijadikan sebagai alat komunikasi berimplikasi bahwa suatu kemahiran berbicara menjadi tolak
ukur seseorang dalam berkomunikasi. Kerangka berpikir ditunjukkan melalui keruntutan bunyi-
bunyi tuturan artikulasi ketika berbicara maupun memberikan respon atas pembicaraan orang
lain.
Berbicara merupakan suatu kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui media
bahas.a bahasa merupakan bentuk tindak tutur berupa bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
dengan disertai gerakgerik tubuh dan ekspresi raut wajah. Berbagai definisi telah dikemukakan
untuk memberikan makna mengenai berbicara. Dalam fungsinya, berbicara merupakan media
yang dimanfaatkan manusia untuk berkomunikasi.
Berbagai kegiatan berbicara komunikasi melibatkan sebuah proses berbicara silih berganti
antara pembicara dan lawan yang ditujukannya untuk bicara. Hal ini berarti bahwa adanya
terjalin saling berbalas ganti bebricara. Pada saat pembicara mengeluarkan tuturan, pendengar
berperan sebagau pendengar, begitupun sbealiknya pada saat pendengar mengambil alih kegiatan
berbicara, maka pembicara sebelumnya berubah fungsi menjadi penyimak.
Bentuk respirokal ini membentuk kegiatan percakapan yang saling memberi dan menerima
respon pembicaraan. Pembicara memberikan informasi dan lawan bicara menerima informasi.
Kejadian ini secara sistematis berlangsung dalam percakapan yang membentuk sebuah keinginan
mneyamakan persepsi dari tuturan yang silih berganti. Inilah yang disebut proses komunikasi.
Berbicara dapat disebut juga sebagai tindak tutur dalam berkomunikasi. Hal ini apabila
ditinjau dari proses komunikasi, berbicara menjadi alat untuk saling menyampaikan pesan dan
menangkap pesan. Kegiatan menangkap atau menerima pesan berbicara dilakukan secara
bergantian dan dapat berlangsung secara terus menerus. Pesan yang disampaikan dalam tindak
tutur berbicara ini disertai tingkah laku dengan berbagai ekspresi.
Dalam teori komunikasi, tujuan berbicara yakni tidak hanya sekedar merespon peristiwa
tindak tutur yang diperoleh akan tetapi mempunyai tujuan yang lebih luas. Dengan adanya suatu
kegiatan berbicara, manusia dapat memengaruhi, membujuk, memberikan informasi,
mengungkapkan pikiran dan masih banyak lagi tujuan yang ditunjukkan dari berbagai peristiwa
tindak tutur berbicara. Apabila diperhatikan dengan cermat, berbicara yang ditampilkan
seseorang memiliki tujuan yang sangat luas.
Begitu halnya dengan seorang pebisnis perlu berbicara guna mempengaruhi klien atau
sasarna yang ingin ditujunya. Dengan adanya komunikasi dalam hal ini bicara, dapat dengan
mudah meraih tujuan yang ingin dicapai.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Berbicara
Berbicara merupakan suatu kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui
media bahas.a bahasa merupakan bentuk tindak tutur berupa bunyi-bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap dengan disertai gerakgerik tubuh dan ekspresi raut wajah. Berbagai definisi
telah dikemukakan untuk memberikan makna mengenai berbicara. Dalam fungsinya,
berbicara merupakan media yang dimanfaatkan manusia untuk berkomunikasi. Suatu
implikasi berbicara dalam konteks komunikasi pada dasarnya merupakan hakikat
berbicara yang terdiri atas:
1. Berbicara adalah ekspresi kreatif dan tingkah laku;
2. Berbicara dan menyimak adalah komunikasi ayng seiring;
3. Dalam konteks komunikasi dengan lawan bicara, berbicara yakni komunikasi
resiprokal;
4. Berbicara merupakan pancaran kepribadian dan tingkah laku intelektual;
5. Berbicara merupakan keterampilan yang diddapatkan melalui usaha belajar; dan
6. Bebricara menjadi media untuk memperluas ilmu pengetahuan.
Berbicara dikatakan sebagai kegiatan ekspresi kreatif dengan melibatkan berbagai
anggota tubuh. Dalam berbicara, anggota tubuh secara spontan ikut serta dalam
mengekspresikan dan menegaskan makna dari sebuah percakapan. Gerakan tubuh dan
raut wajah secara serentak akan membangun satu kesatuan ekspresi mengikuti tuturan
yang keluar dari pembicara.
Raut wajah dan gerak tubuh mempunyai fugnsi dan ekspresi yang berbeda.
Hidung, mata,bibir dan lain-lain akan membangun makna tersendiri. Mata yang melotot
dapat diartikan bahwa marah, mata sayu diartikan sedih. Bibir, muka, dan hidung dapat
memberikan makna bahwa seseorang sedang dalam keadaan serius, kecewa, maupun
gembira. Dalam kegiatan berbicara manusia juga memfungsikan organ lain dalam tubuh
untuk mengekspresikan makna pembicaraan. Terkait fungsi ekspresi dan bahasa tubuh
akan dibicarakan lebih lanjut sebagai berikut.
Berbagai kegiatan berbicara lomunikasi melibatkan sebuah proses berbicara silih
berganti antara pembicara dan lawan yang ditujukannya untuk bicara. Hal ini berarti
bahwa adanya terjalin saling berbalas ganti bebricara. Pada saat pembicara mengeluarkan
tuturan, pendengar berperan sebagau pendengar, begitupun sbealiknya pada saat
pendengar mengambil alih kegiatan berbicara, maka pembicara sebelumnya berubah
fungsi menjadi penyimak.
Bentuk respirokal ini membentuk kegiatan percakapan yang saling memberi dan
menerima respon pembicaraan. Pembicara memberikan informasi dan lawan bicara
menerima informasi. Kejadian ini secara sistematis berlangsung dalam percakapan yang
membentuk sebuah keinginan mneyamakan persepsi dari tuturan yang silih berganti.
Inilah yang disebut proses komunikasi.
Berbicara dapat disebut juga sebagai tindak tutur dalam berkomunikasi. Hal ini
apabila ditinjau dari proses komunikasi, berbicara menjadi alat untuk saling
menyampaikan pesan dan menangkap pesan. Kegiatan menangkap atau menerima pesan
berbicara dilakukan secara bergantian dan dapat berlangsung secara terus menerus. Pesan
yang disampaikan dalam tindak tutur berbicara ini disertai tingkah laku dengan berbagai
ekspresi.
Tingkah laku dan ekspresi dalam berbicara berlangsung sejalan. Kegiatan yang
berlangsung secara respirokal dalam berkomunikasi mendorong terjadinya ekspresi dan
tingkah laku yang bervariatif. Tingkah laku dan ekspresif ini berlangsung sangat cepat
dan spontan. Hal yang sama juga berlangsung pada bagaimana pembicara mendapatkan
ide, gagasan, kosa kata yang dipilih dalam menyampaikan pembicaraannya, semua
berlangsung tanpa disadari. Akan tetapi, hal berbeda dapat terjadi pada orang-orang yang
telah terlatih berbicara,akan memapu mengendalikan tindak tuturnya melalui kontrol
yang lebih temporal. Apa yang akan dituturkan dipikirkan secara matang. Inilah yang
membedakan seseorang yang memiliki intelektualitas yang tinggi dalam berbicara.
Berbicara bukan dilakukan tanpa alasan, terdapat alasan manusia berbicara.
Begitu bayi manusia dilahirkan dari rahim ibunyam yang dilakukan pertama kali yakni
menangis. Menangis merupakan eksresi yang menandakan dirinya telah hadir sebagai
manusia yang dikehendaki oleh orng-orang yang menantinya. Suara yang dikeluarkan
dalam lengkingan tangis menjadi pertanda bahwa bayi tersebut memiliki potensi
kemampuan berbicara.
Suara tangisan bayi adalah pertanda bahwa dikemudian hari sesuai perkembangan
umur dan fisik, akan berubah menjadi suara-suara yang bermakna. Dengan dibantu
orang-orang yang disekitarnya, kemampuan berbicara dilatih dari hanya bentuk rengekan
secara perlahan menjadi bunyi vokal-vokal yang bermakna. Secara bertahap sang bayi
akan mengauasi bunyi-bunyi vokal yang tidak jelas menjadi jelas, meningkat dalam
penguasaan kata demi kata dsan kalimat demi kalimat serta tuturan demi tuturan yang
lebih luas. Tuturan tersebut makin hari menunjukkan kejelasan makna. Saat itulah orang-
orang di sekelilingnya mengatakan bahwa sang bayi mulai bisa berbicara. Dengan
kemampuan berbicara ini akan teus tumbuh dan berkembang seiring dengan waktu dan
lingkungan.
2.2 Tujuan Berbicara
Dari ilustrasi peristiwa berbicara yang telah dikemukakan, diketahui terdapat
beberapa alasan mengapa manusia berbicara. Pertanyaan mengapa manusia berbicara
dapat dilihat dari tujuan berbicara. Terdapat beberapa tujuan manusia berbicara yakni:
1. Mengekspresikan pikiran, ide, imajinasi, dan pendapat;
2. Memberikan respon atas makna pembicaraan dari orang lain;
3. Ingin menghibur orang lain;
4. Menyampaikan informasi; dan
5. Membujuk atau mempengaruhi orang lain.
Berbicara dengan tujuan mengekspresikan pikira,ide, imajinasi, dan pendapat
merupakan bentuk berbicara yang disebabkan dorongan dari internal individu. Berbicara
seperti ini sifatnya personal, artinya manusia memiliki berbagai alasan yang
melatarbelakangi timbulnya ide maupun gagasan yang muncul. Sedangkan bebricara
dengan tujuan memberikan respon atas pembicaraan orang lain merupakan kegiatan
berbicara ayng disebabkan oleh rangsangan dari luar. Respon tersebut berwujud
persetujuan atas makna pembicaraan orang lain, akan tetapi dapat juga berupa
penolakasn. Berbicara mengenai respon dalam bentuk persetujuan dapat dilakukan
dengan mengungkapkan pendapat yang sama. Menghibur orang lain diartikan keinginan
untuk merubah isi ahti dan pikiran orang agar terhibur. Orang sedang seih gembira, atau
kecwwa adalah ekspresi yang dilihat dari ciri-cirinya.
2.3 Jenis Bicara
 Berdasarkan pengamatan penulis, paling sedikit ada lima landasan yang digunakan dalam
mengklasifikasikan percakapan. Kelima landasan tersebut adalah:

(1)Situasi, (2) tujuan, (3) metode penyampaian, (4) jumlah penyimak, dan (5) peristiwa khusus

Sekarang kita perbincangkan setiap landasan tersebut di atas kemudian setiap landasan disertai
pula dengan penjelasan butir-butir hasil pengklasifikasiannya.

1. Situasi
Aktivitas berbicara selalu terjadi atau berlangsung dalam suasana, situasi, dan lingkungan
tertentu. Situasi dan lingkungan itu dapat bersifat formal atau resmi. Situasi dan lingkungan
itu mungkin bersifat informal atau tak resmi. Setiap situasi itu menuntut keterampilan
berbicara tertentu. Dalam situasi permbicaraan formal berbicara secara formal
pula. Sebaliknya dalam situasi tak formal, pembicara harus berbicara secara tak formal pula.
Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Kegiatan ini dianggap perlu bagi manusia dan perlu dipelajari.
Jenis-jenis (kegiatan) berbicara informal meliputi:
a) Tukar pengalaman
b) Percakapan
c) Menyampaikan berita
d) Mengumumkan
e) Bertelpon
f) Memberi petunjuk
Selain kegiatan berbicara informal, kita temui pula kegiatan berbicara yang bersifat
formal. Jenis-jenis kegiatan berbicara formal tersebut meliputi:

a) ceramah
b) perencanaan dan penilaian
c) wawancara
d) ceramah
e) bercerita.
2. Tujuan
Di bagian akhir pembicaraan, pembicara menginginkan tanggapan dari
pendengarnya. Responsi pendengar yang bagaimana yang diharapkan oleh
pembicara? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut mengarahkan perhatian kita kepada tujuan
berbicara. Tujuan berbicara sudah menjadi bahan pembicaraan di kalangan ahli dari terlebih
dahulu sampai sekarang.
Pada umumnya tujuan orang yang berbicara adalah untuk menghibur, memberitahu,
mendorong, atau menggerakkan pendengarnya. Dengan tujuan pembicara tersebut di atas
dapat pula kita mengklasifikasikan menjadi lima jenis, yakni:

a) berbicara menghibur
b) berbicara menyampaikan
c) bersemangat berbicara
d) berbicara menggerakkan.

Berbicara menenangkan biasanya bersuasana santai, rileks, dan kocak. Soal pesan


tujuan utama. Namun tidak berarti bahwa berbicara menghibur tidak dapat membawakan
pesan. Dalam berbicara menghibur orang tersebut berusaha membuat pendengarnya senag
gembira, dan bersukaria. Contoh jenis berbicara menghibur ini, antara lain lawakan, guyonan
dalam ludruk, Srimulat, cerita Kabayan, cerita Abu Nawas.

Berbicara bersuasana serius, tertib, dan hening. Soal pesan merupakan pusat


perhatian, baik pembicara maupun pendengar. Dalam berbicara yang berbicara berusaha
berbicara dengan jelas, sistematis, dan tepat agar informasi benar-benar terjaga
keakuratannya. Pendengar pun biasanya berusaha menangkap informasi yang disampaikan
dengan segala kesungguahan

Berbicara juga bersuasana serius, kadang-kadang terasa kaku. Pembicara


berkedudukan lebih tinggi dari pendengarnya. Status tersebut dapat disebabkan oleh wibawa,
pengetahuan, pengalaman, jabatan, atau kemampuan melebihi pendengarnya. Dalam
berbicara merangsang, berbicara berusaha membangkitkan semangat pendengarnya sehingga
bekerja lebih tekun, berbuat baik, bertingkah laku lebih sopan, belajar lebih baik dari
sebelumnya. Pembicaraan biasanya dilandasi oleh rasa kasih sayang, kebutuhan, kemauan,
harapan, dan inspirasi pendengar.

Beberapa contoh berbicara merangsang tersebut antara lain:

a. nasehat guru terhadap siswa yang malas, melalaikan kunjungan, 


b. pepatah, petitih, pengajaran ayah kepada anaknya yang kurang senonoh

Berbicara, sesuai namanya, bertujuan mendengarkan pendengarnya. Jelas suasananya


pun bersaifat serius, mencekam, dan menegangkan. Melalui keterampilan berbicara,
berbicara berusaha mengubah sikap pendengarnya dari tidak setuju untuk setuju, dari tidak
mau membantu menjadi mau membantu. Dalam berbicara tentang itu, pembicara harus
dilandaskan pembicaraannya dengan argumentasi yang nalar, logis, akal, dan dapat
dipertanggung jawabkan dari segala segi.

Berbicara menggerakkan pun menuntut keseriusan baik dari segi pembicara maupun
dari segi pendengarnya. Berbicara atau menggerakkan merupakan gagasan pembangkit
semangat. Bila dalam berbicara ingin dan membangkitkan semangat perbaikan mengarah
kepada kepentingan pribadi, maka bicara menggerakkan bertujuan mencapai tujuan
bersama. Pembicara dalam berbicara menggerakkan harusalah orang yang berwibawa, tokoh
idola, panutan masyarakat. Melalui kepintaran berbicara, semangatnya membangkitkan
semangat dan semangat, kebolehannya memanfaatkan situasi, ditambah penguasaan ilmu
jiwa massa, berbicara dapat menggerakkan massa ke arah yang diingininya. Misalnya, Bung
Tomo dapat membangkitkan semangat juang para pemuda pada acara 10 November 1945 di
Surabaya.
3. Metode Penyampaian
Apa yang anda perhatikan dengan cermat bagaimana membicarakan pembicaraan? Bila
belum, coba anda perhatikan beberapa pembicara yang sedang berbicara atau
berpidato. Anda akan melihat ada empat cara yang biasa digunakan orang dalam
pembicaraannya. Empat cara yang dimaksud adalah
a) menyampaikan secara tertulis
b) menyampaikan catatan kecil
c) menyampaikan berdasarkan hafalan
d) menyampaikan berdasarkan naskah

Berbicara tidak terjadi karena seseorang tanpa direncanakan sebelumnya harus


berbicara di depan umum. Hal ini dapat terjadi karena adanya situasi. Misalnya karena
memikirkan hal yang telah direncanakan untuk tampil, maka direncanakan akan dicarikan
penggantinya atau seperti yang diminta oleh pertemuan sebelumnya, ucapan, pidato, dan lain-
lain. Dalam situasi seperti ini pembicara harus menggunakan pengalamannya dalam
penyusunan organisasi pembicaraannya. Sejumlah pembicaraan menggunakan catatan kecil
dalam kartu, biasanya berupa butir-butir penting sebagai pedoman berbicara. Berlandaskan
catatan itu berbicara panjang lebar mengenai sesuatu ha. Cara seperti inilah yang dimaksud
dengan berbicara berlandaskan catatan kecil. Cara berbicara itu dapat berhasil jika
membicarakan sudah mempersiapkan dan menguasai pembicaraan secara mendalam sebelum
tampil di depan umum. Pembicara yang dalam taraf belajar mempersiapkan bahan
pembicaraannya dengan cermat dan dituliskan dengan lengkap. Bahan yang ditulis itu
dihafalkan kata demi kata, lalu tampil berbicara berdasarkan hasil hafalannya. Cara berbicara
seperti itu memang banyak kelamahannya. Pembicara meungkin lupa akan beberapa bagian
dari isi perutnya, perhatiannya tidak bisa diberikan kepada pendengar, kaku, dan kurang
menyesuaikan pada situasi yang ada. Pembicara membacakan naskah yang disusun
rapi. Berbicara berlandaskan naskah yang dilaksanakan dalam situasi yang menuntut, berlaku
resmi, dan menyangkut kepentingan umum.

Kelemahan berbicara berdasarkan naskah, antara lain:


a. Perhatian lebih tertuju pada naskah,
b. Suasana terlalu resmi sehingga kaku,
c. Pembicaraan kurang kontak dengan pendengar
4. Jumlah Penyimak
Komunikasi lisan selalu melibatkan dua pihak, yakni pendengar dan pembicara. Jumlah
peserta yang bekerja sebagai penyimak dalam komunikasi lisan dapat bervariasi misalnya
satu orang, beberapa orang (kelompok kecil), dan banyak orang (kelompok besar).
Berdasarkan jumlah penyimak itu, berbicara dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu:
(a) berbicara antar pribadi, (b) berbicara dalam kelompok kecil, (c) berbicara dalam
kelompok besar

Berbicara antar pribadi, atau bicara mata, terjadi apabila dua percakapan berbicara,
mempercakapkan, merundingkan, atau membicarakan sesuatu. Suasana mungkin serius dan
mungkin pula santai, akrab, dan bebas. Suasana pembicaraan sangat tergantung pada masalah
yang dipercakapkan, hubungan antar dua pribadi yang terlibat. Dalam berbicara antar pribadi,
pembicara dan pendengar bergantian secara otomatis sesuai dengan situasi situasi.

Berbicara dalam kelompok kecil terjadi apabila seorang berbicara menghadapi


skelompok kecil pendengar, misalnya tiga sampai lima orang. Pembicara dan pendengar
dapat bertukar peran, misalnya, setelah pembicara selesai berbicara diadakan tanya jawab
atau diskusi. Mobilitas pertukaran peran pembicara menjadi penyimak atau penyimak
menjadi pembaca dalam berbicara dalam kelompk kecil terlihat sangat besar pertukaran
peran dalam berbicara antar pribadi.

Berbicara dalam kelompok besar terjadi ketika seorang berbicara menghadapi


pendengar berjumla besar atau massa. Para pendengar dalam berbicara jenis ketiga dapat
homogen dan mungkin pula heterogen. Dalam lingkungan pendidikan, misalnya, para
pendengar homogen baik dalam usia maupun dalam kemampuan. Dalam rapat besar di
terbuka, di gedung parlemen, atau kampanye pemilihan umum para pendengarnya sangat
heterogen.

Mobilitas perpindahan peran dari pembicara menjadi pendengar atau pendengar


menjadi pembicara dalam jenis berbicara ketiga ini relatif kecil bahkan kadang-kadang tidak
ada sam. Bila berbicara dalam kelompok besar itu di ruang kelas, maka ada kalanya bertanya,
mengomentari, membicarakan hal-hal yang telah disampaikan kepada pembicara. Ini berarti
bahwa pendengar dapat pula berperan sebagai pembicara. Bila bertanya dalam kelompok
besar itu terjadi di luar bidang pendidikan seperti rapat raksasa, kampanye pemilihan umum,
berbicara resmi, khotbah di masjid, dan sejenisnya, maka sudah dipastikan tidak ada
pertanyaan, berkomentar, atau menyangah. Dalam situasi seperti ini jelas ada perubahan atau
pertukaran peran dari pembicara menjadi pendengar atau dari pendengar menjadi pembicara.

Bagaimana perbandingan kualitas antara pembicara dan pendengar dalam ketiga jenis
berbicara di atas? Pembicara dan pendengar dalam berbicara secara pribadi mungkin sama
dan mungkin berbeda kualitas. Percakapan antara guru dengan siswanya merupakan contoh
kualitas pembicara (guru) lebih tinggi dari siswa. Percakapan yang terjadi antara dua sahabat,
teman sekelas mengukur kualitas pembicara dan pendengar yang kurang lebih
sama. Pembicara dalam berbicara dalam kelompok kecil itu berasal dari satu kelas suatu
jenjang sekolah, maka kualitas anggota relatif sama. Kualitas pembicara dalam berbicara
dalam kelompok besar pada umumnya dapat dikatakan melebihi kualitas
pendengar. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti tingkat pendidikan,
jabatan, integritas pribadi dan sebagainya.

5. Peristiwa Khusus

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering manghadapi berbagai


kegiatan. sebagian dari kegiatan itu dikategorikan sebagai peristiwa khusus, istimewa, atau
spesifik. Contoh kegiatan khusus itu ulang tahun, perpisahan, perkenalan, pemberian
hadiah. Peristiwa itu dapat berlangsung di semua tempat seperti di rumah, di kantor, di
gedung pertemuan dan sebagainya. Dalam setiap peristiwa khusus tersebut di atas dilakukan
upacara tertentu berupa ucapan atau ucapan singkat seperti ucapan selamat datang, selamat
atas kesuksesan, selamat jalan, selamat berkenalan dan sebagainya.

Berdasarkan peristiwa khusus itu, berbicara atau bicara dapat digolongkan dalam enam jenis,
yakni:
(a)   bicara presentasi, (b) bicara penyambutan, (c) bicara bicara, (d) bicara jamuan (makan
malam), (e) bicara perkenalan, (f) lambaian (mengunggulkan)
Sesuai dengan peristiwanya, maka bicaralah pun harus pula mengenai peristiwa
yang berlangsung. Pidato menyajikan presentasi yang dilakukan dalam suasana
pembagian hadiah. Pidato sambutan atau penyambutan berisi ucapan selamat datang pada
tamu. Pidato berisi kata-kata perpisahan. Pidato jamuan makan malam berupa ucapan
selamat, mendoakan kesahatan buat tamu dan sebagainya. Pidato memperkenalkan berisi
penjelasan pihak yang memperkenalkan tentang nama, jabatan, pendidikan, pengalaman
kerja, keahlian yang diperkenalkan kepada tuan rumah. Pidato mengunggulkan berisi
pujian, alasan mengapa sesuatu itu diunggulkan.
2.4 Faktor-Faktor Penunjang Bicara
Berbicara atau kegiatan komunikasi lisan merupakan kegiatan individu dalam
usaha menyampaikan pesan secara lisan kepada sekelompok orang, yang disebut juga
audience atau majelis. Supaya tujuan pembicaraan atau pesan dapat sampai kepada 
audience dengan baik, perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat menunjang
keefektifan berbicara.  Kegiatan berbicara juga memerlukan hal-hal di luar kemampuan
berbahasa dan ilmu pengetahuan. Pada saat berbicara diperlukan a) penguasaan bahasa,
b) bahasa, c) keberanian dan ketenangan, d) kesanggupan menyampaikan ide dengan
lancar dan teratur. Faktor  penunjang pada kegiatan berbicara sebagai berikut. Faktor
kebahasaan, meliputi :

a. ketepatan ucapan,
b. penempatan tekanan nada, sendi atau durasi yang sesuai,
c. pilihan kata,
d. ketepatan penggunaan kalimat serta  tata bahasanya,
e. ketepatan sasaran pembicaraan. Sedangkan  faktor nonkebahasaan, meliputi
f. sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku,
g. pendangan harus diarahkan ke lawan bicara,
h. kesediaan menghargai orang lain,
i. gerak-gerik dan mimik yang tepat,
j. kenyaringan suara,
k. kelancaran,
l. relevansi, penalaran,
m. penguasaan topik.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang


mempengaruhi kegiatan berbicara adalah faktor urutan kebahasaan  (linguitik)  dan non
kebahasaan (nonlinguistik).

2.5 Faktor penghambat bicara


Ada kalanya proses komunikasi mengalami gangguan yang mengakibatkan pesan
yang diterima oleh pendengar tidak sama dengan apa yang dimaksudkan oleh pembicara.
Tiga faktor penyebab gangguan  dalam kegiatan berbicara, yaitu:
1) Faktor fisik, yaitu faktor yang ada pada partisipan sendiri dan faktor yang berasal dari
luar partisipan.
2) Faktor media, yaitu faktor linguitisk dan faktor nonlinguistik, misalnya lagu, irama,
tekanan, ucapan, isyarat gerak bagian tubuh, dan
3) Faktor psikologis, kondisi kejiwaan partisipan komunikasi, misalnya dalam keadaan
marah, menangis, dan sakit.

2.6 Apa yang dimaksud mendengarkan?


Keterampilan mendengarkan merupakan salah satu keterampilan yang wajib
dimiliki oleh setiap orang untuk mencapai komunikasi yang efektif. Tapi
ternyata keterampilan mendengarkan ternyata bukan hal yang mudah di dunia yang
semakin maju saat ini. Perkembangan teknologi yang berkembang kian pesat semakin
meminimalisir interaksi sosial dalam lingkungan masyarakat yang sesungguhnya. Hal ini
pun menambah semaraknya berita hoax karena informasi yang diserap tidak secara
keseluruhan yang mengakibatkan timbulnya miss understanding, miss konsepsi, bahkan
miss komunikasi di lingkungan masyarakat, sebagai pertanda semakin menurunnya
efektfitas komunikasi di lingkungan masyarakat.
Kegiatan mendengarkan tidak bisa dilepaskan dengan kegiatan berbicara sebagai
suatu jalinan komunikasi. Pada dasarnya, komunikasi dapat berlangsung secara lisan dan
tulis. Komunikasi lisan mencakup aktivitas menyimak dan berbicara, sementara
komunikasi tulis mencakup kegiatan membaca dan menulis.
Oleh sebab itu, dapatlah dikatakan bahwa mendengar merupakan kegiatan pasif,
sedangkan mendengarkan dan menyimak merupakan kegiatan aktif yang melibatkan
unsur-unsur kejiwaan. Jika ditinjau dari segi tingkat pemaknaan, mendengarkan lebih
tinggi daripada mendengar, sedangkan menyimak lebih tinggi dari pada mendengarkan.

Lebih lanjut, Kamidjan dalam Ardiana (2001: 4) menjelaskan bahwa menyimak


ialah suatu proses mendengarkan lambang-lambang bahasa lisan dengan sungguh-
sungguh, penuh, perhatian, pemahaman, apresiasi yang dapat disertai dengan pemahaman
makna komunikasi yang disampaikan secara nonverbal. Akan tetapi, patut diperhatikan
pula bahwa kegiatan menyimak yang dimaksudkan di atas merupakan kegiatan
menyimak lisan, bukan tulis. Dalam kegiatan menyimak (lisan) ini, selain aspek-aspek
suprasegmental, seperti : (1) tekanan atau keras lembutnya suara, (2) jeda atau panjang
pendeknya suara, (3) nada atau tinggi rendahnya suara, (4) intonasi atau naik turunnya
suara, dan (5) ritme atau irama dalam suara (Sabarati, 1992: 147). Hal ini perlu
diperhatikan karena keterampilan menyimak merupakan keterampilan menangkap pesan
dan memahami pesan tersebut dengan sebaik-baiknya, baik pesan yang tersirat maupun
pesan yang tersurat yang terkandung dalam bunyi bahasa.

2.7 Mengenali Berbagai Tipe Mendengar


Mendengar merupakan proses intelektual dan emosional. Dengan proses itu orang
mengumpulkan dan mengintegrasi antara input, fisik, emosional dan intelektual dari
orang lain dan berusaha menangkap pesan serta maknanya. Menurut Courtland dan John
(2013:66) mendengarkan merupakan ketrampilan paling penting yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan di tempat kerja. Mendengarkan secara efektif memperkuat
hubungan organisasi, meningkatkan pengiriman produk, menyiapkan organisasi akan
peluang inovasi, dan memungkinkan organisasi tersebut mengelola pada era yang
ditandai dengan meningkatnya keragaman angkatan kerja dan pelanggan yang dilayani
perusahaan. Mendengarkan secara efektif sangat penting dalam proses membangun
kepercayaan bukan saja antar organisasi, tetapi juga antar individu. Memahami sifat
alami mendengarkan merupakan langkah pertama menuju perbaikan ketrampilan dalam
mendengarkan, yang memengaruhi apa yang mereka dengar dan arti yang mereka serap.
Pendengar yang berorientasi pada orang bisa saja melewatkan petunjuk penting mengenai
deadline yang akan segera datang, sedangkan pendengar yang berorientasi pada tindakan
bisa saja melewatkan petunjuk penting bahwa ada masalah pribadi yang sedang memanas
di antara dua anggota. Ketika anda membaca mengenai tipe-tipe umum mendengarkan,
renungkan kecenderungan anda sebagai pendengar, dan pertimbangkan bagaimana
belajar menggunakan metode tertentu bisa membuat kegiatan mendengarkan anda lebih
efektif.
Berikut ada 3 tipe mendengarkan:
1. Mendengarkan isi (content listening) adalah memahami dan menguasai pesan
pembicara. Mendengarkan isi pembicaraan, penekanannya adalah pada informasi dan
pemahaman anda dapat mengajukan beberapa pertanyaan untuk memperjelas materi.
Anda coba abaikan gaya pembicaraan dan keterbatasan apa pun dalam
menyampaikannya, fokuskan hanya pada informasinya.
2. Mendengarkan dengan kritis (critical listening) adalah memahami dan
mengevaluasi arti pesan pembicara pada beberapa tingkat: logika argument, bukti
yang kuat, kesimpulan yang valid, implikasi pesan untuk anda dan organisasi anda,
maksud dan motif pembicara, dan setiap informasi atau poin relevan yang
dihilangkan. Bila anda ragu, ajukan pertanyaan untuk menyelidiki sudut pandang dan
kredibilitas pembicara. Perhatikan pembicara yang mungkin mewarnai cara informasi
yang disampaikan, dan berhati-hatilah untuk selalu memisahkan antara opini dan
fakta.
3. Mendengarkan dengan empati (emphatic listening) adalah memahami perasaan,
kebutuhan, dan keinginan pembicara sehingga anda dapat menghargai sudut
pandangnya, terlepas dari apakah anda mempunyai perspektif yang sama dengannya.

Dengan mendengarkan dengan cara menunjukkan empati, anda membantu


individu tersebut melepaskan emosi yang mencegah pendekatan yang cerdas dan tenang
terhadap subjek pembicaraan.
2.8 Seni mendengar
Seorang sutradara film yang terkenal pernah mengatakan bahwa banyak aktor
yang gagal menjadi bintang film karena mereka tidak pernah belajar seni secara
kreatif. Untuk menjadi seorang aktor yang besar, seorang harus mampu, baik menjadi
seorang pendengar yang ulung maupun pembicara yang efektif. Kata-kata memuji dalam
wajah pendengarnya bahkan suatu cerminan. Ia dapat mengambil suatu adegan dari
pembicara kepasihannya dalam mendengarkan.
Sedangkan Frank Betgerr (1996) mengungkapkan bahwa dalam pembicaraan,
pengetahuan lebih banyak diperoleh melalui telinga daripada mulut, saya memberikan
tempat kedua untuk sikap diam diatara keutamaan yang ingin saya kembangkan”.
Hasil penelitian Bierker (1980) menunjukan bahwa mendengar merupakan sarana
komunikasi yang paling banyak digunakan:
 Mendengar 53%
 Berbicara 16%
 Membaca 16%
 Menulis 14%
Ketika berbicara, biasanya kita mendengarkan dalam salah satu dari lima tingkat :
Kita mungkin melihat orang itu dan benar-benar tidak mendengarkannya. mungkin
berharap-pura tidak mendengarkannya Mendengarkan tapi lebih selektif pada bagian-bagian
tertentu dari pembicaraan. Mendengarkan secara atentif dan memperhatikan perhatian dan fokus
pada kata-kata yang diucapkannya. mendengarkan secara empatik, mendengarkan untuk
mengerti tapi untuk menjawab masalah yang ada. Dalam arti mendengarnya bukan hanya dengan
telinga saja tetapi dengan mata dan hati.
Mendengarkan membutuhkan keterampilan khusus, sebagaimana berbicara. Karena
perhatian adalah cerminan pribadi seseorang, sebagaimana ditunjukkan oleh David J. Schwartz
(1996:154) mengungkapkan bahwa : “… semakin besar orang yang bersangkutan, cenderung ia
mendorong Anda untuk berbicara, semakin kecil yang cenderung cenderung ia mengkhotbahi
Anda”. Diantaranya mengetahui BS.Wibowo,dkk (2002:92) dari kupasan Geoff Nightingale
dalam Synergenic antara lain :
 Dengarkan gagasannya bukan fakta dan tanyalah diri sendiri apa yang dibicarakan.
 Nilailah isinya, bukan cara penyampaiannya.
 dengarkan dengan penuh harapam, jangan kehilangan minat
 Jangan cepat menarik kesimpulan
 Sesuaikan pencatatan dan pembicaraan
 Pusatkan perhatian, jangan mulai bermimpi dan jagalah mata Anda agar tetap tertuju
pada pembicaraan.
 Jangan memikirkan pikiran, anda akan kehilangan jejak.
 Dengarlah dengan sungguh-sungguh waspada dan bersemangat.
 Kendalikan emosi waktu mendengarnya
 Bacalah fikiran anda, berlatihlah untuk menerima informasi baru.
 Bernafaslah perlahan dan dalam-dalam
 Jangan tegang santai sajalah.
Sedangkan menurut James K. Van Fleet (1996:179) dalam bukunya : “Key to Success with
people” mengungkapkan seni mendengar yang efektif sebagai berikut :
 Berikan sepenuh hati pada orang lain
 Mendengarkan dengan serius
 Tunjuk minat pada topik orang
 Usahakan bebas gangguan
 Tunjukan kesabaran
 Bukalah pikiran anda
 dengarkan setiap gagasan
 Hargai isinya, bukan cara penyampaiannya.
 Turunkan senapan anda
 Belajarlah mendengarkan apa yang bintangi.
Sedangkan David J Swartz dalam bukunya “The Magic of Thinking Big” (1996:154)
mengungkapkan seni mendengar kedalam tiga tahapan dan untuk memperkuatnya dengan cara
bertanya dan mendengarkan :
 Dorong orang lain berbicara
 Uji pandangan anda dalam pertanyaan bentuk
 Berkonsentrasilah pada apa yang dikatakan orang lain.
 Proses Mendengarkan Efektif
Komunikasi yang berjalan sesuai dengan rencana, dipengaruhi oleh dua faktor yaitu pembicara
dan pendengar. Keduanya memiliki peran masing-masing sehingga terjadi komunikasi yang
efektif. Dapat dikatakan efektif apabila komunikasi yang dilakukan memiliki pengertian yang
sama. Maksudnya ketika seorang pembicara mengatakan ”A” demikian pula mengenai
pendengar yang menangkap informasi berupa ”A”. Sebaliknya, komunikasi dikatakan tidak
efektif jika pembicara mengatakan ”A”, tetapi yang didengarkan oleh pendengar yaitu ”B”. Oleh
karena itu, dalam mendengarkan merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya dengan
berbicara efektif dalam setiap presentasi.
Bukan hanya bagi pendengar untuk mengetahui pelajaran ini, seorang pembicara juga harus
mengetahui cara mendengarkan yang efektif ketika presentasi berlangsung. Misalnya ketika
seseorang bertanya kepada pembicara mengenai informasi yang disampaikan, kemudian
pembicara harus menjawabnya secara jelas. Tanpa menggunakan teknik pendengaran yang
efektif, seorang pembicara tidak akan mungkin menjawab dengan menjelaskan atau
menjawabnya tentang pertanyaan yang dilontarkan, atau bahkan meminta pendengar untuk
mengulang kembali pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan. Untuk itu, perlu memahami
bagaimana cara mendengarkan pembicaraan dengan.
Seseorang dalam mendengarkan secara efektif memiliki prosesnya, yaitu mendengarkan,
memahami, mengingat, menghitung, dan.
Mendengarkan melibatkan suara di dalam setiap otak manusia. Ada beberapa cara
mendengarkan, yaitu:
Mendengarkan
Menangkap, dapat mengenal dan mengetahui maksud yang terucapkan lewat nada, raut wajah,
gerak dan lain-lain.
Memperhatikan, perhatian penuh perhatian terhadap informasi yang disampaikan oleh pihak
pembicara.
pemahaman
Pemahaman merupakan proses penerimaan arti kata-kata yang disampaikan sehingga dapat
sesuai dengan kata-kaa yang keluar dari pihak pembicara. Dengan kata lain topik pembicaraan
yang disampaikan, disusun dan diulang kembali sehingga informasi yang disampaikan dapat
lebih memahaminya.
mengingat
Setelah memahami informasi yang telah disampaikan, kemudian melakukan pengujian seberapa
besar informasi tersebut dapat disimpan dan dicatat ke dalam suatu memori. Agar informasi
dapat disimpan dalam jangka waktu lama, pendengar perlu melakukan konsentrasi penuh
terhadap pesan yang ditulis. Hal ini bertujuan bahwa apabila sewaktu informasi dibutuhkan
kembali, dapat digunakan sesuai apa yang telah didengarkan dan meminimalisir penyakit.
Menafsirkan
Penafsiran merupakan proses memahami pesan yang disampaikan sesuai dengan ide, harapan
dan pengalaman pribadi. Maksud dari Informasi/pesan yang disampaikan dihubungankan dengan
informasi/pesan yang telah kita dengar, baca/lihat sebelumnya dari beberapa sumber. Sumbernya
misalkan dari televisi, pengalaman pribadi, perbincangan, radio dan lain-lain.
Mengevaluasi
Setelah melakukan, kemudian langkah selanjutnya mengenai pesan yang disampaikan. Dengan
pemikiran yang menilai yang oleh pembicara, membedakan fakta dan opini, serta bukti yang
dikemukakan oleh pembicara. Jika pembicaraan tidak sesuai dengan pendengar, hal ini akan
disampaikan kepada pembicara.
Penelitian menunjukkan bahwa setiap manusia setiap waktunya untuk bekerja dengan
mendengarkan sekitar 50%. Nilai ini sama besarnya dengan nilai gabungan waktu yang
dihabiskan untuk membaca, menulis dan berbicara. Dengan demikian agar proses mendengarkan
informasi dilakukan secara efektif, maka kita perlu menggunakan teknik sesuai dengan langkah-
langkahnya.
Mendengar yang dalam praktiknya membutuhkan adanya jiwa besar. Mendengar dan bertanya
bukan menunjukkan seseorang tetapi menunjukkan kualitas hidupnya, apalagi bagi seorang
pemimpin.
2.9 Pentingnya bertelepon *Dian*
Cara menerima telepon dan menelepon yang Baik
 Pengertian Etika Bertelepon
Etiket bertelepon adalah tata krama, sopan-santun,tata pergaulan dalam   bertelepon (menerima-
melakukan kontak telepon) yang meliputi berbicara dengan jelas, tegas, terkesan ramah, hangat
dan bersahabat.
 Hal-hal penting etika bertelepon adalah
 Jangan biarkan telepon  berdering 2-3 kali segeralah angkat.
 Dengarkan mitra bicara dan berkonsentrasi dengan pihak penelepon (tidak melamun).
 Berkatalah dengan sopan dan hangat, hindari kata-kata yang bisa meyinggungi perasaan
penelpon.
 Berikan respon secara tepat dan lugas.
 Berbicar sepelunya dengan volume suara cukup jelas, tegas, lancar serta hangat dan
bersahabat.
 Siapkan perlengkapan seperlunya ketika akan menelepon, seperti nomor telepon yang
dituju, buku catatan, dan pensil. Setelah itu tanyakan apakah penerima telepon punya
waktu untuk berbicara.
 Langkah-langkah dan teknik menerima telepon.
 Segeralah angkat jika telepon berdering.
 Ucapkanlah salam begitu anda mengangkat telepon.
 Bila penelepon menanyakan orang lain, tanyakan nama dan identitas orang yang dicari.
 Bila orang yang dituju tidak ada ditempat maka beritahukan dengan sopan dan tawarkan
pada penelepon untuk meninggalkan pesan.
 Setelah menyelesaikan pembicaraan dengan penelepon sebaiknya mengucapkan salam,
dan jangan meletakkan gagang telepon mendahului penelepon, tunggu sampai gagang
telepon diletakkan atau telepon ditutup selama dua atau tiga detik olah penelepon.
 Langkah-langkah dan teknik menelepon
 Siapkan nomor telepon yang akan dihubungi
 Tekan nomor telepon yang dituju dan bila sudah tersambung dan pihak yang dituju sudah
menggangkat, ucapkanlah salam.  Sebelum mengutarakan maksud dan tujuan pastikan
bahwa nomor yang dituju benar.
 Sebutkan identitas diri anda dengan jelas lalu kemukakan keinginan anda untuk berbicara
dengan orang yang dituju.
 Berikanlah selalu kesan ramah dan ucapkan salam penutup untuk mengakhiri
pembicaraan.
 Cara menggunakan telepon yang baik
 Pegang gagang telepon dengan baik menggunakan tangan kanan, tempelkan telepon
dekat telinga dengan benar, sebaiknya mikrophone jangan terlalu dekat dengan mulut.
 Usahakan nafas kita saat bicara ditelepon tidak terdengar seperti mendengus.
 Ucapkan salam.
 Tanyakan identitas penelepon.
 Gunakan “Smiling Voice” dan “Pitch Control” selama pembicaraan berlangsung.
 Simak baik-baik pesan dan kalimat penelepon.
 Apabila anda tidak mengerti, tidak ada salahnya anda mengulangi pertanyaan.
 Akhiri pembicaraan dengan salam.
 Letakkan gagang telepon dengan benar dan pas pada posisinya.
 Hal-hal yang tidak boleh dilakukan pada saat komunikasi menggunakan    telepon
 Suara terlalu keras.
 Bicara ditelepon sambil makan atau berdecak.
 Berbicara dengan orang lain selagi berbicara ditelepon.
 Berbicara dengan nada kasar atau membentak.
 Berbicara dengan nada memerintah.
 Membirkan penelepon menunggu terlalu lama tanpa penjelasan.
 Nada dan intonasi terkesan malas atau tak ramah.
Langkah-langkah dan Teknik Menelepon
1. Siapkan nomor telepon. Sebelum kita menelepon sebaiknya kita siapkan dulu nomor
yang akan kita tuju, supaya saat kita menelepon tidak terjadi kesalahan atau yang sering
disebut salah sambung.
2. Tekan nomor telepon yang dituju. Setelah nomor telepon yang ingin kita tuju dirasa
sudah benar, barulah kita tekan nomor yang ingin kita hubunggi tersebut.
3. Ucapkan salam, sebutkan identitas diri Anda. Setelah telepon tersambung segera ucapkan
salam dan identitas diri Anda.
4. Mengutarakan maksud dan tujuan bertelepon. Setelah pihak penerima telepon menjawab
salam kita, langsung kita ucapkan maksud dan tujuan kita menelepon, tentu harus dengan
bahasa yang baik dan benar.
5. Ucapkan salam penutup untuk mengakhiri pembicaraan. Setelah selesai berbicara dan
tidak ada lagi yang ingin dikatakan serta tidak ada pertanyaan dari pihak penerima segera
ucapkan salam penutup untuk mengakhiri pembicaraan. 
Hal-hal yang Tidak Boleh Dilakukan pada Saat Komunikasi Menggunakan Telepon
1. Suara terlalu keras. Saat berbicara di telepon, kita tidak boleh berbicara terlalu keras.
2. Bicara ditelepon sambil makan atau berdecak. Saat berbicara di telepon kita tidak boleh
sambil makan atau berdecak.
3. Berbicara dengan orang lain selagi berbicara ditelepon. Kita tidak boleh berbicara
dengan orang lain saat bertelepon, supaya tidak terjadi kesalah-pahaman.
4. Berbicara dengan nada kasar atau membentak. Saat berbicara kita tidak boleh
menggunakan nada yang kasar, bahkan sampai membentak pihak lawan bicara.
5. Berbicara dengan nada memerintah. Jangan pernah saat menelepon kita menggunakan
nada yang memerintah.
6. Membirkan penelepon menunggu terlalu lama tanpa penjelasan. Saat bertelepon jangan
membuat lawan bicara kita menunggu terlalu lama.
2.10 Faktor penunjang bertelepon
Bertelepon adalah sebuah bentuk kegiatan atau aktivitas komunikasi yang
dilakukan antarindividu melalui media elektronik bernama telepon. Faktor penunjang
dalam bertelepon sebagai berikut:
1. Memudahkan Komunikasi
Suka tidak suka kehaditsn teknologi sangat memudahkan dalam komunikasi. Kini
setiap orang dengan bantuan teknologi dapat berkomunikasi dalam waktu yang cepat dan
juga tanpa ada batasan jarak. Tentu saja hal ini memberikan pengaruh positif pada
perkembangan dunia komunikasi. Terlebih lagi jika dibandingkan dengan jaman 10-20
tahun yang lalu, maka akan terlihat bagaimana teknologi memberikan sentuhan
terbaiknya dalam bidang komunikasi seperti penerapan komunikasi dalam jaringan.

2. Mempercepat Komunikasi
Jika dahulu dengan berkirim surat anda akan bisa mendapatkan balasannya paling
cepat 2 minggu. Kini ceritanya akan jauh berbeda, sebab dalam hitungan detik anda
sudah bisa mendapatkan balasan pesan jika berkirim pesan lewat sms. Tentu saja hal ini
tidak akan terjadi tanpa adanya pengaruh teknologi yang diaplikasikan dalam bidang
komunikasi. Sebab kini anda bisa dengan mudah dan cepat mendapatkan segala
informasi, sehingga ketika ada hal yang urgent dapat segera mengetahui dan
mengatasinya dalam peranan komunikasi dalam media sosial.

3. Komunikasi Lebih Efisien


Jika dahulu komunikasi berjalan dengan sangat lambat dan hanya bisa dilakukan
face to face. Kini berkat teknologi semuanya jadi lebih mudah, anda bahkan bisa melihat
satu sama lain tanpa harus berdekatan. Jarak bukan laginmenjadi penghalang selama anda
menggunakan gawai yang canggih. Bahkan kini hampir semua alat komunikasi
dipadukan dengan teknologi ini. So, saat ini jika bicara soal komunikasi maka rasanya
sudah tidak ada batasan dan kekurangannya lagi, sebab perkembangan teknologi akan
langsung berimbas pada teknologi komunikasi dlaam media komunikasi modern.
4. Akses Informasi Lebih Cepat
Dengan adanya perkembangan teknologi terutama penggunaan internet dalam
komunikasi. Kini anda bisa dengan mudah mendapatkan informasi dengan cepat.
Terlebih lagi saat ini banyak sekali provider komunikasi yang sudah meningkatkan
kecepatan aksesnya. Tentu saja hal ini semakin mempengaruhi proses informasi dalam
komunikasi dapat diperoleh dengan lebih cepat, dahulu berkembag teknologi 3G kini
anda bisa mengakses segala informasi dengan lebih cepat dengan bantuan jaringan 4G
yang pastinya akan membuat anda semakin puas dan menyenangkan dalam
berkomunikasi.

5. Menghubungkan Banyak Orang


Ada banyak sekali kisah orang orang yang terputus kontak atau bahkan hilang
kembali dapat bertemu lewat jaringan komunikasi. Tentu saja hal ini merupakan sebuah
keajaiban yang hanya bisa diberikan oleh sentuhan teknologi dalam komunikasi.
Kehadiran teknologi dalam komunikasi memungkinkan banyak orang untuk dapat saling
terhubung melalui media sosial, bahkan kita dapat mengenal banyak orang dari berbagai
belahan dunia. Tentu saja hal ini serupa dengan dunia berada dalam gengaman anda
sebagai pengaruh media baru dalam komunikasi.
6. Akses Tak Terbatas
Kini dimanapun anda tetap dapat berkomunikasi dengan keluarga tanpa ada
hambatan. Tentunya hal ini semakin mengikis jarak yang jauh jadi dekat dan yang dekat
bisa menjadi jauh. Pastinya teknologi memberikan pengaruh terhadap kemudahan dalam
akses yang tak terbatas bukan hanya mengenai informasi. Namun juga menghapus jarak
yang jauh sehingga kini dimanapun anda berada selama masih terjangkau sinyal provider
maka jangan takut akan kehilangan informasi.

7. Kemudahan Bertukar Informasi


Perkembangan teknologi komunikasi menyebabkan banyak sekali kemudahan
dapat dirasakan oleh manusia. Salah satunya adalah kemudahan untuk saling bertukar
informasi. Anda dapat dengan mudah mendapatkan informasi dari berbagai sumber dan
dari belahan dunia manapun. Anda juga bisa memantau setiap informasi terbaik di semua
bidang baik politik, sosial, hingga ekonomi.

8. Mendekatkan Jarak
Perkembangan teknologi dalam komunikasi mampu mengikis jarak antar belahan
dunia. Anda bahkan bisa sangat dekat dengan saudara atau kerabat yang letaknya bisa
jadi berada pada zona waktu yang berbeda. Sehingga tentunyanya tidak akan ada
hambatan yang bisa dirasakan. Hanya saja memang masih terbatas pada tidak adanya
kemampuan untuk bersentuhan secara fisik, sebab hingga kini masih belum ditemukan
teknologi yang demikian.
2.11 Faktor penghambat dalam telepon
Telepon sebagai alat kominikasi yang canggihyang efektif saat ini, bukan berati
tidak mempunyai hambatan. Ada beberapa hambatan yang sering dijumapai saat
melakukan hubungan, telepon yaitu sebagai berikut:
1. Faktor kondisi fisik peralatan telepon
Faktor kondisi fisik peralatan telepon yang menjadi hambatan dalam bertelepon yaitu
sebagai berikut:
a. Suara berisik tidak jelas
b. Suara hilang timbul
c. Suara tiba - tiba mengecil
d. Saat menekan atau memutar nomor telepon tidak terdengar nada kontak
e. Tidak Terdengar nada sambung
f. Tiba-tiba sambungan terputus disaat percakapan berlangsung

2. Faktor pemakai (komunikator dan komunikan)


Faktor pemakai yang menjadi hambatan dalam bertelepon, yaitu sebagai berikut:
a. Berbicara berdecak atau berbicara di telepon sambil makan
b. Berbicara monoton dan tidak jelas pengucapannya.
c. Berbicara terlalu cepat.
d. Meninggalkan telepon sambil berbicara kepada orang lain
e. Berbicara sambil bersenda gurau
f. Berbicara sambil kepala bergerak kekanan dan kekiri
g. Berbicara dengan desah nafas terdengar
h. Letak gagang pesawat telepon terlalu keatas dan kebawah
2.12 Menciptakan Komunikasi yang Efektif
Berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama
memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan. Oleh karena itu, dalam bahasa asing
orang menyebutnya “the communication is in tune”, yaitu kedua belah pihak yang
berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan yang disampaikan. Komunikasi efektif
adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude cange) pada
orang yang terlibat dalam komunikasi. Komunikasi efektif memungkinkan seseorang
dapat saling bertukar informasi, ide, kepercayaan, perasaan dan sikap antara dua orang
atau kelompok yang hasilnya sesuai dengan harapan. Komunikasi kita anggap sebagai hal
yang otomatis terjadi begitu saja, sehingga kita tidak memiliki kesadaran untuk
melakukannya dengan efektif. Kita tidak pernah dengan secara khusus mempelajari
bagaimana menulis dengan efektif, bagaimana membaca dengan cepat dan efektif,
bagaimana berbicara secara efektif, apalagi bagaimana menjadi pendengar yang baik.
Bahkan untuk yang terakhir, yaitu ketrampilan untuk mendengar tidak pernah diajarkan
atau kita pelajari dalam proses pembelajaran yang kita lakukan baik di sekolah formal
maupun pendidikan informal lainnya.
Komunikasi efektif memberikan kemudahan dalam memahami pesan yang
disampaikan antara pemberi dan penerima pesan. Sehingga tercipta feedback yang baik
antara pemberi dan penerima pesan. Untuk membangun komunikasi yang efektif,
setidaknya kita harus menguasai empat keterampilan dasar dalam komunikasi, yaitu
membaca-menulis (bahasa tulisan) dan mendengar-berbicara (bahasa lisan). Begitu
pentingmya, banyak orang menghabiskan waktunya untuk melakukan, paling tidak salah
satu keempat keterampilan itu. Komunikasi efektif tejadi apabila sesuatu (pesan) yang
diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan,
sehingga tidak terjadi salah persepsi. Komunikasi adalah sebuah kegiatan mentransfer
sebuah informasi baik secara lisan maupun tulisan. Namun, tidak semua orang mampu
melakukan komunikasi dengan baik.
BAB III PENUTUP
2.13 3.1 Kesimpulan
Berbicara merupakan suatu kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui media
bahas.a bahasa merupakan bentuk tindak tutur berupa bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucap dengan disertai gerakgerik tubuh dan ekspresi raut wajah. Berbagai definisi telah
dikemukakan untuk memberikan makna mengenai berbicara. Dalam fungsinya, berbicara
merupakan media yang dimanfaatkan manusia untuk berkomunikasi. Berbagai kegiatan
berbicara komunikasi melibatkan sebuah proses berbicara silih berganti antara pembicara dan
lawan yang ditujukannya untuk bicara. Hal ini berarti bahwa adanya terjalin saling berbalas
ganti bebricara. Pada saat pembicara mengeluarkan tuturan, pendengar berperan sebagau
pendengar, begitupun sbealiknya pada saat pendengar mengambil alih kegiatan berbicara,
maka pembicara sebelumnya berubah fungsi menjadi penyimak.
2.14 3.2 Saran
Begitu pentingnya komunikasi dilakukan pada era globalisasi sekarang ini, terkhusus
dalam dunia bisnis. Tanpa adanya komunikasi yang dibangun dengan efektif, atau adanya
isolasi dalam komunikasi, akan menghambat suatu proses yang telah dibangun. Oleh karena
itu, saran penulis yakni bangunlah komunikasi yang efektif dan efisien hingga maksud dan
tujuan pembicara dapat ditangkap oleh tujuan sasaran.
DAFTAR PUSTAKA

Setyonegoro, A. (2013). Hakikat, Alasan, dan Tujuan Berbicara. Pena, 67-80.


https://shafa-alanshor.com/tips-sarapan-sehat-dari-dr-zaidul-akbar/

https://prokomsetda.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/cara-menerima-telepon-dan-
menelpon-yang-baik-83

http://furotul29.blogspot.com/2016/02/makalah-etika-bertelepon.html?m=1

http://odazzander.blogspot.com/
https://www.silabus.web.id/pengertian-mendengarkan-menyimak/

Anda mungkin juga menyukai