Anda di halaman 1dari 403

BAB 1

KONSEP DASAR BERBICARA

Konsep dasar berbicara adalah prinsip-prinsip


atau ide-ide dasar yang terkait dengan kemampuan
berbicara seseorang. Berbicara adalah kemampuan
untuk menyampaikan pesan dengan menggunakan
bahasa lisan.

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang


berbicara dan berbicara merupakan kemampuan yang
sangat penting untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Oleh karena itu, memahami konsep dasar berbicara
sangat penting untuk meningkatkan kemampuan
berbicara seseorang.

Berbicara merupakan suatu konsep yang


mempunyai batasan sendiri. Banyak ahli telah
mengemukakan pendapatnya tentang batasan
berbicara. Pendapat-pendapat tersebut ditinjau dari
berbagai sudut sehingga tidak heran jika di antara
pendapat tersebut berbeda. Akan tetapi, ada satu hal
1
yang mendasari dari pendapat tersebut, yaitu berbicara
merupakan bentuk komunikasi dan bentuk
keterampilan berbahasa yang bersifat praktis.

Dalam bagian ini akan dibahas mengenai


pengertian, tujuan, jenis, peranan berbicara, dan kaitan
berbicara dengan keterampilan berbahasa lainnya..

PENGERTIAN BERBICARA
Berbicara adalah suatu aktivitas yang dilakukan
oleh manusia menggunakan bahasa untuk
menyampaikan atau mengkomunikasikan pikiran,
perasaan, ide, informasi, dan pesan kepada orang lain.
Berbicara melibatkan penggunaan suara dan kata-kata
untuk berinteraksi dengan orang lain. Aktivitas
berbicara ini bisa terjadi secara lisan, yaitu dengan
mengucapkan kata-kata, atau secara tulisan, yaitu
dengan menulis pesan atau dokumen yang dapat
dibaca oleh orang lain. Berbicara merupakan bentuk
komunikasi yang esensial dalam kehidupan sehari-hari
agar kita bisa berinteraksi dengan orang lain dan
menyampaikan pemikiran, kebutuhan, atau emosi kita.

2
Bicara bermakna mengacu pada kemampuan
seseorang dalam menggunakan kata-kata dengan
tepat dan jelas untuk menyampaikan pesan yang
memiliki relevansi dan makna yang konsisten. Dalam
bicara bermakna, setiap kata atau kalimat yang
digunakan memiliki tujuan dan kejelasan yang
mengarah pada pemahaman yang lebih baik oleh pihak
yang mendengarkan. Hal ini melibatkan pemilihan kata
yang tepat, tata bahasa yang benar, serta pemahaman
terhadap konteks dan audiens yang menjadi
pendengar. Bicara bermakna juga melibatkan
kemampuan untuk mengatur dan menyusun argumen
dengan logis, memperhatikan intonasi, penekanan, dan
ekspresi tubuh yang sesuai untuk memperkuat atau
menyampaikan pesan dengan jelas dan efektif. Bicara
bermakna dapat membantu dalam menyampaikan
informasi, persuasi, mempengaruhi, dan
mempengaruhi pemikiran dan tindakan pihak lain.

Berbicara adalah kemampuan seseorang dalam


mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
untuk mengekspresikan, menyatakan, serta
menyampaikan ide, pikiran, gagasan, dan perasaan
3
secara lisan. Berbicara juga merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang cukup penting untuk
dikuasai. Tujuan dari berbicara adalah untuk
menghasilkan makna yang jelas dan bermanfaat bagi
pendengar. Keterampilan berbicara juga meliputi
kemampuan untuk mengungkapkan ide, pikiran, dan
perasaan yang melibatkan orang lain dalam
menyampaikan. Kegiatan berbicara dapat berupa
diskusi, bercerita, bermain peran, dan lain-lain.

Banyak ahli komunikasi telah mengungkapkan


pendapatnya tentang batasan berbicara. Muljana
mengatakan bahwa batasan berbicara harus dilihat
kemanfaatannya untuk menjelaskan fenomena yang
dibatasi (200: 42). Sesuai dengan kebutuhannya,
berbicara didefinisikan, misalnya berbicara adalah
bentuk komunikasi dengan menggunakan media
bahasa.

Berbicara adalah kemampuan seseorang dalam


mengungkapkan atau mengekspresikan ide, pikiran,
gagasan, dan perasaan yang ada dalam diri melalui
media bahasa lisan.

4
Berbicara juga dapat diartikan sebagai
kemampuan mengucapkan kata-kata dalam rangka
menyampaikan atau menyatakan maksud, ide,
gagasan, pikiran, serta perasaan.

. Berbicara bukan hanya sekedar mengucapkan


kata-kata, tetapi menekankan pada penyampaian
gagasan yang disusun dan dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan penyimak atau penerima informasi
atau gagasan.

Tujuan utama berbicara adalah untuk


menyampaikan pesan atau informasi kepada orang
lain.

Anda sering mendengar ungkapan, “Katakan


cintamu dengan bunga!” Ungkapan tersebut bukan
berarti berbicara, walaupun menggunakan kata
katakan, yang mengisyaratkan bahwa kata katakan
mengandung makna berbicara.

Secara umum, berbicara merupakan proses


penuangan gagasan dalam bentuk ujaran-ujaran.
Ujaran-ujaran yang muncul merupakan perwujudan
dari gagasan yang sebelum berada pada tataran ide.
5
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Suhendar, Berbicara adalah proses perubahan wujud
pikiran/perasaan menjadi wujud ujaran. (1992: 20).

Ujaran yang dimaksud adalah bunyi-bunyi bahasa


yang bermakna. Kebermaknaan menjadi suatu
keharusan jika bunyi bahasa tersebut ingin
dikategorikan sebagai kegiatan berbicara. Adakalanya
alat ucap manusia menghasilkan bunyi-bunyi yang
tidak mendukung sebuah makna, misalnya batuk.
Batuk tidak dapat dikategorikan sebagai bunyi bahasa,
karena tidak mendukung sebuah makna, walaupun
secara pragmatis, batuk dapat saja diberi makna.

Ada beberapa hal yang perlu diungkapkan


berkaitan dengan batasan berbicara. Uraian batasan di
bawah ini berdasarkan beberapa teori yang
dikemukakan para pakar komunikasi.

1. Berbicara Merupakan Ekspresi Diri

Kepribadian seseorang dapat dilihat dari


pembicaraannya. Ketika seseorang berbicara pada
saat itu dia sedang mengekspresikan dirinya. Dari
bahasa yang digunakan pembicara, dapat diketahui
6
kondisi mentalnya. Kemarahan, kesedihan,
kebahagiaan, bahkan ketidakjujuran seseorang tidak
dapat disembunyikan selama dia masih berbicara. Hal
ini sejalan dengan pendapat Ton Kartapati yang
mengatakan bahwa berbicara merupakan ekspresi diri.
Dengan berbicara seseorang dapat menyatakan
kepribadian dan pikirannya, berbicara dengan dunia
luar, atau hanya sekedar pelampiasan uneg-uneg.

Kenyataan ini sering digunakan oleh kalangan


kepolisian dalam rangka mengorek pengakuan seorang
tersangka kejahatan. Seorang tersangka kejahatan
biasanya tidak mau berterus terang mengungkapkan
sesuatu yang ada dalam hatinya, karena pertimbangan-
pertimbangan tertentu. Akan tetapi, di pihak lain polisi
sangat menginginkan keterangan yang lengkap dan
benar dari si tersangka untuk mengusut tuntas
kejahatan yang dilakukannya. Dengan menggunakan
teknik-teknik bertanya tertentu, sesuatu yang
disembunyikan tersangka dapat dikorek juga, karena
tanpa disadari si tersangka mengungkap kejadian yang
sesungguhnya. Polisi dapat memperoleh keterangan
tersebut bukan karena si tersangka
7
mengungkapkannya secara jujur, akan tetapi, melalui
proses analisis jawaban-jawaban yang diberikan
tersangka.

2. Berbicara Merupakan Kemampuan Mental Motorik

Berbicara tidak hanya melibatkan kerja sama alat-


alat ucap secara harmonis untuk menghasilkan bunyi
bahasa tetapi, berbicara juga melibatkan aspek mental.
Bagaimana bunyi bahasa dikaitkan dengan gagasan
yang dimaksud pembicara merupakan suatu
keterampilan tersendiri. Kemampuan mengaitkan
gagasan dengan bunyi bahasa (dalam hal ini kata) yang
tepat merupakan hal yang cukup mendukung
keberhasilan berbicara.

Dalam hal ini, diperlukan keseimbangan antara


tumpukan-tumpukan gagasan yang ada dalam pikiran
dengan kemampuan menentukan kata yang tepat.
Ibarat sebuah saluran, gagasan-gagasan yang ada
dalam pikiran pembicara memerlukan saluran yang
baik agar gagasan tersebut dapat keluar dengan
sempurna.

8
3. Berbicara Merupakan Proses Simbolik

Kata yang menjadi dasar dari sebuah ujaran


merupakan simbol bunyi. Sebagai simbol, pemaknaan
sebuah kata merupakan kesepakatan antarpemakai
bahasa. Antara kata dengan sesuatu yang dirujuknya
tidak mempunyai kaitan yang mengikat. Artinya,
penamaan sesuatu dengan sebuah kata merupakan
kesepakatan.

Ketika orang menamakan kursi untuk sebuah


benda yang berfungsi sebagai tempat duduk, bukan
berarti benda tersebut harus disebut kursi. Penamaan
benda tersebut karena faktor kebetulan dan
kesepakatan. Kebetulan benda tersebut dinamakan
kursi, dan pemakai bahasa sepakat untuk menamakan
benda itu kursi. Di sinilah proses simbolisasi terjadi.
Dalam hal ini Muljana mengatakan, “Lambang atau
simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk
sesuatu berdasarkan kesepakatan sekelompok orang.
Lambang meliputi kata-kata, perilaku nonverbal, dan
objek yang maknanya disepakati bersama.”

9
Jika penamaan suatu benda terikat oleh benda
yang dirujuknya, mungkin di dunia tidak akan ada
perbedaan bahasa. Semua orang di dunia akan
menamakan benda dengan bentuk segi empat atau
bundar, berwarna putih, dan biasa digunakan untuk
menulis dengan satu nama yang sama, misalnya meja.

Kenyataan ini menjadi hambatan tersendiri ketika


seseorang akan melakukan pembicaraan dengan
orang lain yang kebetulan mempunyai bahasa (sistem
simbol) yang berbeda. Kini orang ramai-ramai belajar
bahasa lain yang tidak dipahaminya agar komunikasi di
antara orang-orang yang mempunyai bahasa yang
berbeda dapat melakukan komunikasi.

Jadi, ketika seorang pembicara mengucapkan


kata-kata, pada saat itu dia sedang melakukan
simbolisasi terhadap gagasan-gagasan yang ada
dalam benaknya.

4. Berbicara Terjadi dalam Konteks Ruang dan Waktu

Berbicara harus memperhatikan ruang dan waktu.


Tempat dan waktu terjadinya pembicaraan mempunyai
efek makna pembicaraan. Muljana memberikan contoh,
10
betapa tempat pembicaraan dapat menentukan efek
makna. Topik-topik yang lazim dipercakapkan di rumah,
tempat kerja, atau tempat hiburan akan terasa kurang
sopan bila dikemukakan di masjid. Orang yang
mendengar percakapan tersebut akan
mempersepsikan kurang baik terhadap orang yang
terlibat dalam percakapan tersebut.

Begitu pun waktu akan mempengaruhi makna


ucapan seseorang. Anda akan dapat membedakan
makna Assalamu’alaikum yang diucapkan oleh orang
yang bertamu ke rumah Anda pada siang hari dan
malam hari. Pada siang hari, mungkin ucapan itu
dimaknai sebagai hal yang wajar. Akan tetapi, jika
ucapan itu terjadi pada tengah malam, mungkin Anda
akan memaknai ucapan tersebut dengan makna yang
kurang wajar. Muncul pikiran-pikiran yang bersifat
menduga-duga. Jangan-jangan orang yang sangat
memerlukan bantuan Anda, atau pencuri yang pura-
pura mempunyai urusan penting dengan Anda.

11
5. Berbicara Merupakan Keterampilan Berbahasa yang
Produktif

Produktif di sini bukan berarti menghasilkan suatu


produk. Produktivitas dalam hal ini diartikan sebagai
keterampilan berbahasa yang paling banyak digunakan
untuk berkomunikasi, seiring dengan kemampuan
berbahasa lainnya, yaitu menyimak. Kedua
kemampuan ini tidak dapat dipisahkan karena kedua
keterampilan tersebut mempunyai hubungan
resiprokal.

Rasanya jarang orang mengungkapkan


perasaannya secara spontan melalui kegiatan menulis.
Dibandingkan dengan menulis, memang berbicara
merupakan kegiatan berbahasa yang cukup efektif,
karena tidak memerlukan persiapan dan media yang
cukup rumit. Selain itu, berbicara mempunyai kelebihan
dari segi koreksi dan ralat. Jika ada ungkapan yang
salah, atau perlu diralat, hal itu memungkinkan untuk
dilakukan dengan cepat.

Selain itu, perlu juga dikemukakan beberapa


prinsip umum berbicara menurut Tarigan, yaitu:
12
a. Membutuhkan paling sedikit dua orang

Berbicara sebagai bentuk komunikasi tentu saja


memerlukan pihak yang berperan sebagai komunikator
dan pihak lainnya sebagai komunikan. Adanya dua
pihak ini merupakan faktor penting terjaminnya
keberlangsungan komunikasi. Keberlangsungan
tersebut ditandai oleh adanya pesan yang disampaikan
pembicara, lalu pesan tersebut direspons oleh
pendengar. Adakalanya kegiatan dilakukan oleh satu
pihak, tanpa menghadirkan pihak kedua sebagai
komunikan. Pembicaraan seperti ini dapat saja terjadi
tetapi harus dipahami bahwa ada beberapa
kemungkinan, yaitu:

1) Pembicaraan yang dilakukan tidak dalam


kerangka komunikasi; ucapan yang keluar hanya
berupa gerutuan-gerutuan yang tidak
mengharapkan respons dari pihak lain;

2) Berbicara monolog, misalnya membaca puisi atau


merekam pidato; walaupun tanpa ada pihak lain
sebagai pendengar, kegiatan berbicara ini pada
13
dasarnya ditujukan untuk orang lain, karena ada
pesan yang ingin disampaikan. Hanya saja
kehadiran pendengar tidak diperlukan. Walaupun
hadir, keberadaannya hanya berperan sebagai
pendengar.

b. Mempergunakan studi linguistik yang dipahami


bersama

Seperti disebutkan sebelumnya bahwa berbicara


merupakan proses simbolik, yaitu penuangan gagasan-
gagasan dalam bentuk simbol-simbol kebahasaan
yang dapat dimaknai bersama menurut kesepakatan
antarpemakai bahasa. Kesepakatan terhadap simbol-
simbol inilah yang merupakan kajian- kajian dalam
linguistik. Jadi, antara pembicara dan pendengar harus
mempunyai kesepakatan dalam memahami lambang
bunyi bahasa yang digunakan sebagai simbol untuk
mewujudkan gagasan-gagasan menjadi suatu ujaran.

c. Merupakan suatu pertukaran peran antara


pembicara dan pendengar

Ketika pembicara menyampaikan gagasan,


pendengar berperan sebagai penyimak. Ketika pesan
14
tersebut direspons oleh pendengar maka telah terjadi
pergantian peran. Ketika penyimak memberikan
respons, penyimak yang sebelumnya berperan sebagai
pendengar, sudah berubah perannya menjadi
pembicara, sedangkan pihak yang awal sebagai
pembicara, ketika menerima respons berubah peran
menjadi penyimak. Begitu seterusnya, pergantian
peran antara kedua pihak saling bergantian selama
kegiatan berbicara itu berlangsung.

d. Berhubungan dengan masa kini

Wacana pembicaraan hanya berlaku untuk masa


kini. Hal ini terjadi sebelum ditemukan pita kaset yang
sanggup mendokumentasikan wacana lisan manusia.
Berbeda dengan wacana-wacana tulis, peristiwa-
peristiwa yang terjadi ribuan tahun yang lalu, masih
sanggup terekam dengan baik, karena tulisan mampu
mendokumentasikannya. Dengan ditemukannya pita
kaset rekaman, kiranya wacana lisan pun dapat
didokumentasikan agar dapat didengar oleh generasi
ribuan tahun yang akan datang.

15
Berikut adalah beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berbicara:

1. Mendengarkan dengan baik dan memperhatikan


lawan bicara dengan baik.

2. Menerapkan keterbukaan dan kejujuran dalam


berbicara.

3. Meminta feedback dari orang lain untuk mengetahui


aspek-aspek yang perlu ditingkatkan dalam
komunikasi yang dilakukan.

4. Berbicara dengan kecepatan yang tepat agar pesan


dapat disampaikan dengan jelas.

5. Belajar berbicara di depan umum untuk


meningkatkan kemampuan komunikasi.

6. Melatih cara komunikasi nonverbal seperti


memperhatikan bahasa tubuh lawan bicara,
melakukan kontak mata ketika berbicara, fokus pada
nada bicara, dan menambahkan gerakan tubuh.

7. Mengetahui dengan siapa kamu berbicara dan


menyesuaikan cara berbicara dengan audiensmu.

16
8. Memperhatikan tata bahasa yang tepat dan memiliki
rasa percaya diri saat berbicara.

Dengan melakukan beberapa cara di atas secara


teratur dan konsisten, kemampuan berbicara
seseorang dapat meningkat dan menjadi lebih baik.

TUJUAN BERBICARA
Tujuan berbicara secara umum adalah karena
adanya dorongan keinginan untuk menyampaikan
pikiran atau gagasan kepada orang lain (yang diajak
berbicara). Sedangkan tujuan secara khusus ialah
mendorong orang untuk lebih bersemangat,
mempengaruhi orang lain agar mengikuti atau
menerima pendapat (gagasannya), menyampaikan
sesuatu informasi kepada lawan bicara,
menyenangkan hati orang lain, memberi kesempatan
lawan bicara untuk berpikir dan menilai gagasannya.
Pemahaman terhadap tujuan, hakikat, dan alasan
berbicara menjadi dasar mengembangkan
keterampilan berbicara pada tingkat kemahiran
berkomunikasi.

17
Menentukan tujuan berbicara yang tepat dapat
membantu dalam menyampaikan pesan secara efektif
dan efisien. Berikut adalah beberapa cara untuk
menentukan tujuan berbicara yang tepat:

1. Tentukan audiens atau pendengar yang akan


dihadapi. Sebelum berbicara, perlu diketahui siapa
yang akan menjadi pendengar atau audiens. Dengan
mengetahui audiens, maka pesan yang disampaikan
dapat disesuaikan dengan karakteristik dan
kebutuhan audiens.
2. Tentukan jenis pesan yang akan disampaikan.
Pesan yang akan disampaikan harus jelas dan
sesuai dengan tujuan berbicara. Pesan yang
disampaikan harus dapat dipahami oleh audiens dan
sesuai dengan konteks situasi.
3. Tentukan tujuan berbicara. Tujuan berbicara harus
jelas dan spesifik. Tujuan berbicara dapat berupa
menginformasikan, meyakinkan, menghibur, atau
memotivasi audiens.
4. Persiapkan materi yang akan disampaikan.
Persiapan materi yang baik dapat membantu dalam
menyampaikan pesan dengan lebih efektif. Materi
18
yang disiapkan harus sesuai dengan tujuan
berbicara dan audiens yang dituju.
5. Gunakan bahasa yang tepat dan mudah dipahami.
Bahasa yang digunakan harus sesuai dengan
audiens dan konteks situasi. Hindari penggunaan
bahasa yang sulit dipahami atau tidak sesuai dengan
konteks situasi

Dengan menentukan tujuan berbicara yang tepat,


maka pesan yang disampaikan dapat disesuaikan
dengan audiens dan situasi yang dihadapi. Hal ini dapat
membantu dalam menyampaikan pesan secara efektif
dan efisien.

Tujuan utama berbicara adalah untuk


menginformasikan gagasan- gagasan pembicara
kepada pendengar. Akan tetapi, tujuan berbicara
sebetulnya tidak hanya sebatas memberikan informasi
kepada orang lain. Menentukan tujuan berbicara berarti
kegiatan berbicara harus ditempatkan sebagai sarana
penyampaian sesuatu kepada orang lain sesuai
dengan tujuan yang diharapkan pembicara. Berbicara
sebagai salah satu bentuk komunikasi dapat digunakan

19
dalam berbagai tujuan. Dalam hal ini, Mulyana
mengelompokkan tujuan berbicara ke dalam empat
tujuan, yaitu tujuan sosial, ekspresif, ritual, dan
instrumental (2001: 5-30).

a. Tujuan sosial

Manusia sebagai makhluk sosial menjadikan


kegiatan berbicara sebagai sarana untuk membangun
konsep diri, eksistensi diri, kelangsungan hidup,
memperoleh kebahagiaan, dan menghindari tekanan
serta ketegangan.

Dengan bahasa, manusia dapat menunjukkan


siapa dirinya. Orang yang tidak berkomunikasi,
cenderung tidak memahami siapa dirinya
sesungguhnya dan bagaimana peran sebagai makhluk
sosial. Mungkin Anda dapat mengamati bagaimana,
seorang anak yang kehidupan sehari-harinya berada
dalam pingitan orang tua. Pada umumnya, ketika harus
terjun ke masyarakat dia mengalami proses adaptasi
yang cukup lama. Hal ini terjadi, karena baginya
kehidupan sosial yang sesungguhnya baru mereka
rasakan. G. Herbert Mead dalam Mulyana mengatakan,
20
setiap manusia mengembangkan konsep dirinya
melalui interaksi dengan orang lain dalam masyarakat,
dan itu dilakukan lewat komunikasi (2001: 10).

Selain itu, dengan bahasa pula seseorang dapat


mengetahui kepribadian orang lain. Seorang terpelajar
dapat dibedakan dengan orang awam dari bahasa yang
digunakannya. Semakin jelaslah bahwa berbicara
dapat dijadikan sarana untuk mengembangkan konsep
diri.

Berbicara dapat digunakan untuk


mengembangkan eksistensi diri. Dengan berbicara,
seseorang akan dipandang sebagai orang yang eksis.
Orang lain akan memandang dan menganggapnya
eksis, karena orang tersebut sering tampil sebagai
pembicara. Melalui berbicara, seseorang dapat
diketahui kualitasnya.

Dalam sebuah diskusi, misalnya, orang akan


menganggap bahwa setiap anggota diskusi
mempunyai eksistensi diri dari pembicaraannya.
Sebaliknya, jika di antara anggota diskusi ada yang
diam saja kurang aktif berbicara, orang tersebut
21
dianggap tidak ada. Tidak heran jika kehadirannya
dalam diskusi itu tidak diperhitungkan peserta diskusi
lainnya.

Berbicara juga dapat digunakan untuk


kelangsungan hidup. Sebagai makhluk sosial,
hubungan antara sesama merupakan salah satu
kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Dengan
berbicara, seseorang dapat mengungkapkan
keinginannya kepada orang lain. Begitu pun orang lain
mengungkapkan keinginannya dengan berbicara.
Terjadilah suatu kesepahaman bahwa di antara mereka
saling membutuhkan satu sama lainnya.

Manusia penuh dengan segala kebutuhan hidup,


baik kebutuhan jasmaniah maupun rohaniah. Semua
kebutuhan tersebut harus dipenuhi agar dapat
mempertahankan hidup. Untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan tersebut dapat dilakukan dengan cara
menginformasikan kebutuhan- kebutuhan tersebut
kepada orang lain. Atas dasar kesepakatan tertentu
orang lain dapat memenuhi kebutuhan kita.

22
Jika kesepakatan-kesepakatan dapat dipahami
sebagai sesuatu yang dapat menjamin terpenuhinya
segala kebutuhan manusia, kebahagiaan hidup dengan
sendirinya juga akan terpenuhi. Dengan adanya
kesepahaman itu pula, akan tercipta saling pengertian,
sehingga satu sama lain tidak saling memposisikan
dirinya sebagai ancaman bagi orang lain.

b. Tujuan Ekspresif

Bahasa dapat digunakan untuk mengekspresikan


perasaan pembicara kepada orang lain. Ekspresi dalam
bentuk bahasa juga dapat berwujud sebagai rasa
empati kepada objek yang ada di luar diri pembicara.
Dengan bahasa yang penuh kasih sayang, seorang
mengungkapkan perasaan kepada anaknya dengan di
dukung belaian halus di rambutnya. Seorang
mahasiswa dapat mengekspresikan rasa cinta kepada
seorang mahasiswi dengan bahasa, kadang-kadang
didukung oleh simbol-simbol di luar bahasa, misalnya
dengan bunga.

Rasa empati terhadap penderitaan orang lain pun


dapat diungkapkan dengan bahasa. Banyak puisi yang
23
disusun mengisahkan penderitaan seorang anak yatim
piatu atau seorang kakek tua renta dengan kehidupan
sehari- harinya yang penuh dengan perjuangan untuk
mempertahankan hidup.

Dalam tujuan ekspresif, berbicara digunakan


manusia sebagai alat untuk menyampaikan
perasaannya. Akan tetapi, berbicara ekspresif belum
tentu mempengaruhi orang lain, karena yang terpenting
dalam berbicara ekspresif adalah tersalurkannya
perasaan dirinya melalui bahasa. Apakah orang lain
terpengaruh dengan ekspresinya seorang pembicara,
bukan tujuan yang hendak dicapai oleh seorang
pembicara.

c. Tujuan Ritual

Kegiatan ritual sering menggunakan bahasa


sebagai media untuk menyampaikan pesan ritual
kepada penganutnya. Dalam perayaan hari besar
keagamaan tertentu, banyak simbol keagamaan yang
bersifat sakral dituangkan memalui bahasa. Dalam
agama Islam, doa merupakan salah satu bentuk
kegiatan yang menggunakan bahasa sebagai media
24
penyampaiannya. Ketika umat Islam, berdoa kepada
Allah dengan menggunakan bahasa, walaupun
mungkin ada di antara bahasa dalam doa tersebut tidak
dipahami secara harfiah oleh orang yang berdoa.
Mereka meyakini bahwa doa merupakan bentuk
komunikasi antara manusia dengan Tuhannya.

Bahasa yang digunakan untuk kepentingan ritual,


tentunya mempunyai perbedaan dengan bahasa yang
digunakan dalam kegiatan berbicara sehari- hari.
Bahasa dalam komunikasi ritual merupakan bahasa
yang sudah baku. Baku bukan dalam arti sebagaimana
yang sesuai dengan kaidah kebahasaan, melainkan
baku dalam arti sudah tetap, tidak bisa berubah.
Walaupun doa tersebut diucapkan untuk kepentingan
yang kurang selaras dengan isinya, tetap saja
diucapkan sebagaimana adanya. Tidak salah kalau ada
anggapan bahwa dalam doa yang terpenting bukan
bahasa, melainkan efek dari doa tersebut, karena
diyakini bahwa doa mempunyai efek religi tertentu.
Ketika seseorang diminta untuk memimpin sebuah
kegiatan doa, karena tanpa persiapan orang tersebut
langsung saja membacakan surat Alfatihah. Apakah
25
makna surat Alfatihah sejalan dengan permohonan
yang dimaksudkan dalam doa tersebut? Terlepas dari
itu semua, doa yang digunakan oleh umat beragama
dijadikan sarana untuk berkomunikasi dengan
Tuhannya. Hal ini menggambarkan bahwa bahasa
sebagai media berbicara digunakan juga untuk tujuan-
tujuan yang bersifat ritual.

d. Tujuan Instrumental

Dalam tujuan instrumen ini, kegiatan berbicara


digunakan sebagai alat untuk memperoleh sesuatu.
Sesuatu di sini dapat berupa pekerjaan, jabatan, atau
hal-hal lainnya. Memang kegiatan berbicara
merupakan salah satu bentuk komunikasi, tetapi dalam
tujuan instrumental kegiatan berbicara tidak tampak
kaitan khusus antara pesan yang ada di dalamnya
dengan tujuan yang diharapkan dari komunikasi
tersebut. Misalnya, seorang mahasiswa bertutur lembut
kepada seorang mahasiswi adik kelasnya dengan
harapan dapat memikat hati mahasiswi tersebut.
Kelembutan bahasa yang digunakan tidak secara
langsung menunjukkan tujuan yang ingin dicapai dari

26
pembicaraan yang dilakukannya. Misal: “Dik, maukah
Adik menjadi kekasih saya?” Justru kalau tujuannya
diucapkan secara langsung seperti itu, akan menjadi
buyar rencananya. Mungkin pembicaraannya berisi hal-
hal lain, misalnya,

Mahasiswa : Bagaimana kuliahnya? Tentu


lancar-lancar saja ‘kan.

Mahasiswi : Ya, begitulah.

Mahasiswa : Begitu, bagaimana?

Mahasiswi : Ya, begitu, sampai saat ini berjalan


normal-normal saja.

Mahasiswa : Eh, saya punya buku bagus


tentang kajian Ekonomi Makro dengan pendekatan
modern. Mau baca enggak?

Mahasiswi : Oh, ya? Mau dong.

Mahasiswa : Besok saya bawakan

Mahasiswi : Baiklah, terima kasih ya, Kak.

Coba Anda perhatikan, adakah ungkapan yang


mengarah pada tujuan sesungguhnya si mahasiswa
27
mengadakan pembicaraan itu. Tentunya tidak. Akan
tetapi, pembicaraan seperti ini sering dijadikan alat
untuk mencapai tujuan yang disembunyikannya.

Contoh lain dapat dilihat dari ucapan para juru


kampanye partai politik. Begitu banyak pembicaraan
yang diungkapkan untuk membujuk pendengar. Obral
janji dan bombastis kerap menandai pembicaraan
dalam sebuah kampanye, dengan tujuan untuk
membujuk pendengar agar mau memilih partainya.
Apakah akan ditepati atau tidak janjinya, masalah itu
urusan nanti.

Pengelompokan tujuan berbicara di atas


dilakukan dengan menempatkan kegiatan berbicara
sebagai salah satu bentuk komunikasi. Ada juga tujuan-
tujuan berbicara dengan menitikberatkan pada efek
pembacaan. Ada lima tujuan berbicara yang dapat
dimasukkan ke dalam pengelompokan ini, yaitu
meyakinkan, membujuk, menambah wawasan,
memberi gambaran tentang suatu objek, dan
menyampaikan amanat terselubung.

a. Berbicara dengan tujuan meyakinkan pendengar


28
Kegiatan berbicara dengan tujuan meyakinkan
dapat dilihat pada kegiatan berbicara yang terjadi di
pengadilan. Bagaimana seorang jaksa meyakinkan
hakim agar terdakwa dihukum sesuai dengan
tuntutannya. Begitu pun seorang pembela berbicara
untuk meyakinkan hakim bahwa kliennya tidak
bersalah, sehingga harus dibebaskan dari segala
ancaman hukuman yang didakwakan jaksa. Berbicara
dengan tujuan meyakinkan pendengar tentunya harus
didukung argumen yang logis. Argumen-argumen
dapat berupa fakta dan data yang objektif.

Di sini fakta dan data sangat penting dalam


mendukung apa yang diungkapkan pembicara. Fakta
yang relevan dan logis sangat mendukung bagi
keberhasilan kegiatan berbicara ini. Pembicaraan yang
didukung oleh fakta yang objektif dapat membantu
pembicara lebih meyakinkan pendengar akan gagasan
yang dikembangkan pembicara. Tujuan akhir dari jenis
berbicara ini bukan hanya pendengar yakin dengan
argumen yang diungkapkan pembicara, melainkan
lebih dari itu pendengar mau tidak mengubah

29
pendapatnya sesuai dengan yang diyakininya
berdasarkan uraian yang diungkapkan pembicara.

b. Berbicara dengan tujuan mempengaruhi pendengar

Berbicara dengan tujuan mempengaruhi


pendengar termasuk dalam komunikasi persuasif.
Dalam berbicara persuasif, pembicara berusaha
mengungkapkan gagasan-gagasan yang dapat
mempengaruhi sikap pembaca. Djamaludin Malik dan
Iriantara mengatakan bahwa, persuasi merupakan
upaya menyampaikan informasi lewat cara-cara
tertentu yang membuat orang menghapus gambaran
lama di benaknya dan menggantikan dengan gambaran
baru sehingga berubahlah perilakunya (1993: 99).

Ada tujuan akhir yang diharapkan oleh pembicara


persuasif, yaitu mengubah perilaku pendengar yang
berupa pembentukan, penguatan, dan perubahan
tanggapan pendengar. Lebih jauh Djamaludin Malik
dan Iriantara memberikan tiga cara untuk mengubah
perilaku pendengar melalui komunikasi persuasif, yaitu
pembentukan tanggapan, penguatan tanggapan, dan
pengubahan tanggapan.
30
1) Pembentukan tanggapan

Pembentukan tanggapan biasanya berupa


pembentukan cara khalayak memberi tanggapan
terhadap sebuah topik. Hal ini biasa terjadi ketika
muncul produk teknologi baru yang belum banyak
diketahui orang. Agar produk tersebut dapat diapresiasi
dengan baik oleh khalayak, perlu upaya pembentukan
tanggapan terhadap produk tersebut. Cara yang dapat
dilakukan adalah dengan cara mengadakan
pembicaraan atau pameran. Melalui media ini, seorang
pembicara persuasi berusaha memberi informasi
lengkap tentang produk, agar terbentuk suatu
tanggapan positif tentang produk tersebut. Dengan
demikian, diharapkan khalayak dapat terpengaruh dan
berusaha ingin memiliki produk tersebut.

2) Penguatan tanggapan

Penguatan tanggapan merupakan lanjutan dari


upaya pembentukan tanggapan. Tanggapan khalayak
yang mulai terbentuk tentang suatu produk harus tetap
dijaga. Jangan sampai tanggapan khalayak berubah.
Seorang pembicara persuasif harus berusaha menjaga
31
agar khalayak secara mapan terus melakukan apa
yang selama ini mereka lakukan.

3) Pengubahan tanggapan

Seorang pembicara persuasif berusaha


mengubah perilaku khalayak agar mereka mau
mengubah perilaku yang selama ini mereka lakukan.
Biasanya hal ini terjadi pada promosi produk tiruan.
Bagaimana seorang pembicara berusaha
mempengaruhi khalayak untuk mengubah
tanggapannya terhadap suatu produk yang selama ini
dikonsumsinya. Apresiasi khalayak yang selama ini
ditujukan kepada suatu produk, coba dialihkan kepada
produk sejenis oleh seorang pembicara persuasif.
Kiranya, pengubahan tanggapan seperti ini merupakan
upaya paling sulit daripada upaya-upaya sebelumnya,
karena harus mengalihkan tanggap khalayak yang
sebelumnya sudah terbentuk.

c. Berbicara dengan tujuan memperluas wawasan


pendengar

Berbicara dengan tujuan memperluas wawasan


pendengar biasanya dilakukan dalam pembicaraan
32
informatif, misalnya ceramah, seminar, dan
sebagainya. Karena tujuannya hanya memperluas
wawasan pendengar, seorang pembicara tidak
mempunyai kepentingan lain seperti dalam kedua jenis
pembicaraan sebelumnya. Apakah pembicara tertarik
dengan uraian pembicara, bukan masalah pembicara.
Seorang pembicara hanya berperan sebagai informan,
yaitu orang yang memberi informasi kepada
pendengar.

Walaupun seorang pembicara tidak mempunyai


kepentingan dengan pendengar, selayaknya
pembicaraan dilakukan sebaik mungkin. Walaupun
bersifat informatif, seorang pembicara harus
menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian pendengar.
Jangan sampai pendengar mengalihkan perhatiannya
kepada hal-hal lain karena pembicara menampilkan
gaya berbicara yang kurang menarik.

Sama halnya dengan kegiatan berbicara lainnya,


kegiatan berbicara ini harus menghadirkan gagasan
yang aktual agar mempunyai nilai kebaruan dan
kemenarikan. Oleh karena itu, dukungan data dan

33
referensi yang memperkuat gagasan yang pembicara
sangat diperlukan.

d. Berbicara dengan tujuan memberi


gambaran tentang suatu objek

Seorang pembicara dalam kegiatan berbicara ini


harus berusaha memaparkan objek sejelas mungkin.
Idealnya, seorang pembicara harus menggambarkan
sebuah objek dengan sejelas-jelasnya sehingga
pendengar secara emosi merasakan keterlibatan
dalam pembicaraannya. Jika yang dipaparkan itu
benda, pendengar harus sampai merasakan bahwa
benda itu ada di depannya.

Komunikasi seperti ini sering digunakan oleh


pihak kepolisian ketika seorang polisi mencari
keterangan pelaku kejahatan dari seorang saksi. Ketika
ditanya bagaimana ciri-ciri fisik pelaku kejahatan, saksi
berusaha memberi keterangan secara deskriptif. Tentu
saja paparan yang diberikan saksi tentang identifikasi
pelaku kejahatan dituntun dengan pertanyaan-
pertanyaan visual. Kelengkapan dan kejelasan data
yang diberikan saksi akan membatu polisi
34
menggambarkan sosok pelaku dengan mirip objek
sesungguhnya.

e. Berbicara dengan tujuan menyampaikan pesan


tersirat

Kegiatan berbicara merupakan proses


penyampaian pesan kepada pendengar. Pesan
tersebut dapat disampaikan secara langsung dan dapat
juga secara tersirat. Penyampaian pesan yang tersirat
biasa terjadi pada kegiatan berbicara berupa cerita.
Ketika seorang bercerita, pesan yang disampaikan
pencerita tidak secara gamblang terlihat dalam
ceritanya, tetapi diselipkan pada perilaku tokoh-tokoh di
dalamnya cerita tersebut.

Apakah objek dalam bercerita harus sesuai yang


bersifat fiktif? Tidak selalu harus fiktif. Ada juga objek
yang dikembangkan merupakan kejadian atau kisah
nyata. Walaupun kisah nyata, penyampaiannya tetap
menggunakan gaya-gaya penceritaan.

Berbicara memainkan peran yang sangat penting


dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa
peran berbicara dalam keseharian:
35
1. Komunikasi: Berbicara adalah cara utama untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Kita
menggunakan kata-kata dan suara untuk
menyampaikan pesan, ide, dan informasi kepada
orang lain. Berbicara memungkinkan kita untuk
berinteraksi, berbagi pemikiran, dan memahami
orang lain.
2. Ekspresi Diri: Berbicara memungkinkan kita untuk
mengungkapkan perasaan, emosi, dan pikiran kita
kepada orang lain. Dengan berbicara, kita dapat
mengomunikasikan kegembiraan, kekhawatiran,
ketakutan, atau kesedihan kita. Ekspresi diri verbal
melalui kata-kata dan intonasi dapat membantu
orang lain memahami dan merasakan apa yang kita
rasakan.
3. Pembentukan Hubungan: Berbicara memainkan
peran penting dalam membangun dan memelihara
hubungan sosial. Dengan berbicara, kita dapat
berinteraksi dengan orang lain, memperluas jaringan
sosial kita, dan membangun pemahaman yang lebih
baik satu sama lain. Berbicara juga membantu kita

36
menciptakan dan memelihara ikatan emosional
dengan orang-orang terdekat kita.
4. Pendidikan dan Pembelajaran: Berbicara adalah alat
utama dalam proses pendidikan dan pembelajaran.
Guru menggunakan berbicara untuk mengajar
pelajaran kepada siswa, dan siswa menggunakan
berbicara untuk berdiskusi, bertanya, dan
memahami materi pelajaran. Proses ini
memungkinkan transfer pengetahuan dan
pemahaman antara individu.
5. Pengaruh dan Persuasi: Berbicara adalah cara yang
efektif untuk mempengaruhi dan meyakinkan orang
lain. Dalam konteks profesional, politik, atau
pemasaran, kemampuan berbicara yang baik dapat
membantu kita meyakinkan orang lain,
mempengaruhi pikiran dan tindakan mereka, serta
membangun kredibilitas kita.
6. Instruksi dan Pengarahan: Berbicara adalah cara
yang efektif untuk memberikan instruksi, arahan, dan
bimbingan kepada orang lain. Pemimpin, guru,
pelatih, atau supervisor menggunakan kemampuan
berbicara untuk memberikan petunjuk dan petunjuk

37
kepada orang-orang dalam lingkup pekerjaan atau
aktivitas tertentu.
7. Hiburan: Berbicara juga dapat menjadi sumber
hiburan. Melalui cerita, lelucon, atau pengalaman
kocak, kita dapat menghibur orang lain dan
menciptakan suasana yang menyenangkan.
Peran berbicara ini menunjukkan betapa
pentingnya kemampuan berbicara dalam kehidupan
sehari-hari kita. Dengan menggunakan berbicara
dengan efektif, kita dapat membangun hubungan yang
lebih baik, mencapai tujuan kita, dan menjadi pribadi
yang berpengaruh.

Dilihat dari situasinya, berbicara dapat


digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu berbicara formal
dan nonformal. Berbicara formal adalah kegiatan
berbicara yang terikat secara ketat oleh aturan-aturan,
baik aturan yang berkaitan dengan kebahasaan
maupun nonkebahasaan. Sementara berbicara
nonformal adalah kegiatan berbicara yang tidak begitu
terikat dengan aturan. Dalam hal ini, yang diutamakan
adalah komunikatif, yaitu pendengar dapat memahami
pesan dengan jelas seperti yang dimaksud pembicara.
38
JENIS BERBICARA
Berbicara dapat diklasifikasikan berdasarkan
beberapa kriteria, seperti tujuan, situasi, penyampai
dan jumlah pendengar, serta peristiwa khusus. Berikut
adalah beberapa jenis berbicara yang dapat ditemukan:

1. Berbicara berdasarkan tujuannya:

 Berbicara memberitahukan, melaporkan, dan


menginformasikan.

 Berbicara menghibur, mengajak, dan


mempengaruhi.

 Berbicara mengajarkan, membimbing, dan


memotivasi.

2. Berbicara berdasarkan situasinya:

 Berbicara formal, seperti pidato, presentasi, dan


rapat resmi.

 Berbicara informal, seperti percakapan sehari-


hari, obrolan santai, dan diskusi.

3. Berbicara berdasarkan penyampai dan jumlah


pendengar:
39
 Berbicara antar pribadi, seperti percakapan antara
dua orang.

 Berbicara dalam kelompok kecil, seperti diskusi


dalam kelompok teman atau rekan kerja.

 Berbicara dalam kelompok besar, seperti pidato


atau presentasi di depan banyak orang.

4. Berbicara berdasarkan peristiwa khusus:

 Berbicara dalam acara formal, seperti pernikahan,


wisuda, atau acara kenegaraan.

 Berbicara dalam acara informal, seperti pesta


ulang tahun atau kumpul-kumpul keluarga.

5. Berbicara berdasarkan teknik dan penilaian:

 Berbicara dengan teknik-teknik tertentu, seperti


teknik presentasi, teknik diskusi, atau teknik
ceramah.

 Berbicara dengan penilaian tertentu, seperti


penilaian isi, penilaian bahasa, atau penilaian
sikap dan perilaku.

40
Setiap jenis berbicara memiliki ciri khas dan
keunikan masing-masing, serta memerlukan
keterampilan dan strategi yang berbeda-beda. Oleh
karena itu, penting bagi seseorang untuk
mengembangkan kemampuan berbicara yang baik dan
efektif, terutama dalam situasi-situasi yang memerlukan
kemampuan berbicara yang lebih formal dan terstruktur

Pengelompokan berbicara dapat dilakukan


dengan cara yang berbeda, tergantung dasar yang
digunakan. Pengelompokan berbicara sedikitnya dapat
dilakukan berdasarkan tiga hal, yaitu situasi,
keterlibatan pelaku, dan alur pembicaraan.

Berdasarkan situasi, berbicara dapat


dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu

a. Berbicara formal, yaitu kegiatan berbicara yang


terikat pada aturan- aturan, baik aturan yang
berkaitan dengan tatakrama maupun
kebahasaan.

b. Berbicara nonformal, yaitu kegiatan berbicara


yang tidak terlalu terikat pada aturan-aturan,

41
kadang-kadang berlangsung secara spontan dan
tanpa perencanaan.

Berbicara formal dan informal memiliki perbedaan


dalam beberapa aspek, seperti:

Perbedaan dalam situasi:

 Berbicara formal dilakukan dalam situasi resmi,


seperti di kantor, sekolah, atau acara resmi lainnya.
Sedangkan berbicara informal dilakukan dalam
situasi yang tidak resmi, seperti di rumah atau di
lingkungan yang lebih santai.

Perbedaan dalam aturan:

 Berbicara formal terikat oleh aturan dan norma yang


berlaku, seperti penggunaan bahasa yang baku,
pemilihan kata yang tepat, dan penggunaan kalimat
yang efektif. Sedangkan berbicara informal tidak
terikat oleh aturan yang ketat, sehingga lebih bebas
dalam penggunaan bahasa.

Perbedaan dalam audiens:

42
 Berbicara formal lebih diutamakan pada saat di
depan umum dengan memiliki karakteristik audiens
yang berbeda suku, sehingga audiens lebih mudah
memahami. Sedangkan berbicara informal lebih
ditujukan pada lingkungan yang lebih akrab dan
dekat, sehingga bahasa yang digunakan lebih santai
dan tidak terlalu formal.

Perbedaan dalam persiapan:

 Berbicara formal memerlukan persiapan pra-


berbicara yang matang, seperti memiliki
keberanian dan tekad yang kuat, menguasai
materi, memahami proses komunikasi massa,
menguasai bahasa yang baik dan benar, dan
melakukan pelatihan yang memadai.
Sedangkan berbicara informal tidak memerlukan
persiapan yang terlalu matang.

Perbedaan dalam karakteristik bahasa:

 Berbicara formal memiliki karakteristik bahasa


yang digunakan sebagai berikut: penggunaan
bahasa ragam baku, pemilihan kata (diksi) dan
penggunaan kata baku, penggunaan kalimat
43
efektif, penggunaan gaya bahasa retoris, dan
penalaran dalam berbahasa. Sedangkan
berbicara informal lebih santai dan tidak terlalu
memperhatikan karakteristik bahasa yang
digunakan.

Dalam berbicara formal dan informal, seorang


pembicara harus memperhatikan situasi dan audiens
yang ada, sehingga bahasa yang digunakan dapat
diterima dan dipahami oleh pendengar.

Berdasarkan keterlibatan pelakunya, berbicara


dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu
berbicara individual, yaitu kegiatan berbicara yang
dilakukan oleh seorang pelaku pembicara, misalnya
pidato.

Berbicara kelompok, yaitu kegiatan berbicara


yang melibatkan banyak pelaku pembicara, misalnya
diskusi dan debat.

Berdasarkan alur pembicaraannya, berbicara


dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu

44
Berbicara monologis, yaitu kegiatan berbicara yang
dilakukan searah. Pesan yang disampaikan pembicara
tidak memerlukan respons dari pendengar, misalnya
pidato dan membaca puisi.

Berbicara dialogis, yaitu kegiatan berbicara yang


dilakukan secara dua arah. Pesan yang disampaikan
pembicara memerlukan respons dari pendengar.

ALASAN MANUSIA BERBICARA


Manusia memiliki beberapa alasan mengapa
mereka berbicara.

1. Komunikasi: Berbicara memungkinkan manusia


untuk berkomunikasi dengan orang lain. Melalui
bahasa, manusia dapat berbagi ide, informasi,
emosi, dan tujuan mereka dengan orang lain.
2. Ekspresi diri: Berbicara adalah cara bagi manusia
untuk mengekspresikan diri mereka. Mereka dapat
menyampaikan pikiran, perasaan, dan pendapat
mereka kepada orang lain melalui kata-kata.
3. Penciptaan ikatan sosial: Berbicara memungkinkan
manusia untuk membentuk hubungan dan ikatan
sosial dengan orang lain. Melalui percakapan,
45
manusia dapat membentuk persahabatan, menjalin
hubungan romantis, dan membangun jaringan
sosial.
4. Pembelajaran dan pengajaran: Berbicara adalah
cara utama di mana manusia mentransfer
pengetahuan, keterampilan, dan budaya kepada
orang lain. Melalui percakapan, presentasi, dan
ceramah, manusia belajar dari satu sama lain dan
mengajar orang lain.
5. Koordinasi dan kerja sama: Berbicara
memungkinkan manusia untuk berkoordinasi dan
bekerja sama dalam upaya mencapai tujuan
bersama. Melalui komunikasi verbal, manusia dapat
mengatur tugas, merencanakan strategi, dan
memimpin kelompok.
6. Memecahkan masalah: Berbicara memungkinkan
manusia untuk berdiskusi dan berdebat tentang
masalah yang kompleks. Melalui percakapan dan
argumentasi, manusia dapat mencari solusi,
mengidentifikasi masalah, dan memecahkan konflik.
7. Hiburan: Berbicara juga dapat digunakan sebagai
sarana hiburan. Manusia dapat mendengarkan

46
cerita, lelucon, dan percakapan yang menarik untuk
mengisi waktu luang dan menikmati interaksi sosial.

Dalam rangkaian aktivitas sehari-hari, berbicara


merupakan cara utama manusia untuk berkomunikasi
dan berinteraksi dengan dunia di sekitarnya, memenuhi
kebutuhan sosial, dan menuangkan ide dan pemikiran
mereka.

Manusia berbicara karena bahasa merupakan alat


komunikasi yang memungkinkan manusia untuk
berinteraksi dengan orang lain.

. Berbicara juga merupakan suatu bentuk perilaku


manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik,
psikologis, semantik, dan lingkungan. Kemampuan
berbicara menjadi tolok ukur kemahiran berbahasa

. Berbicara adalah kemampuan yang hanya


dimiliki oleh Homo sapiens, spesies kita. Dalam setiap
budaya di mana orang bisa mendengar, kita berbicara
dengan bahasa lisan. Berbicara juga merupakan ciri
khas yang membedakan manusia dengan makhluk
hidup lainnya.

47
Menurut sebuah studi, ketika kita berbicara dalam
hati, area otak seperti frontal gyrus inferior kiri (area
Broca) yang berfungsi aktif saat kita berbicara keras,
juga aktif saat kita berbicara dalam hati (inner speech)

. Namun, para psikolog masih memperdebatkan


tentang apakah mendengar 'suara-suara' (seperti
halusinasi) juga bisa termasuk berbicara dalam hati

Begitu bayi manusia dilahirkan dari rahim ibunya,


yang dilakukan pertama kali adalah menangis.
Menangis sebagai ekspresi menandakan dirinya telah
hadir sebagai manusia yang dikehendaki oleh orang-
orang yang menantinya. Suara yang dikeluarkan dalam
lengkingan tangis menjadi pertanda bahwa bayi
tersebut memiliki potensi kemampuan berbicara.

Suara tangisan bayi adalah pertanda bahwa


dikemudian hari sesuai perkembangan umur dan fisik,
akan berubah menjadi suara-suara yang bermakna.
Dengan dibantu orang-orang di sekelilingnya,
kemampuan bersuara dilatih dari hanya bentuk
rengekan secara perlahan menjadi bunyi vokal-vokal
yang bermakna. Secara bertahap sang bayi akan
48
menguasai bunyi-bunyi vokal yang tidak jelas menjadi
jelas, meningkat dalam penguasaan kata demi kata
kata, dan kalimat demi kalimat, serta tuturan yang lebih
luas. Tuturan tersebut makin hari menunjukkan
kejelasan makna. Saat itulah orang-orang di
sekelilingnya mengatakan bahwa sang bayi telah mulai
bisa berbicara. Dengan kata lain sang bayi yang
tumbuh dan berkembang telah bisa menguasai bahasa.
Kemampuan berbicara akan terus tumbuh dan
berkembang seiring dengan waktu dan lingkungan.

Penguasaan kosa kata menjadi cepat meningkat


ketika usia anak-anak, remaja, dan dewasa. Prof.
Mujiyono Wiryoyotinoyo (2010:151) melakukan
penelitian dalam disertasinya terhadap kemampuan
pragmatik anak usia sekolah dasar menyimpulkan
bahwa bentuk lingual interaksi personal anak usia
sekolah dasar ternyata sudah cukup kompleks. Hasil
penelitian tersebut dimaknai bahwa kemampuan
berbicara seseorang mengalami perkembangan yang
luar biasa.

49
Bagaimana manusia memperoleh bahasa
dikemukakan Krashen (Nurhadi dan Roekhan, 1990:6)
yang membuat hipotesis teori pemerolehan bahasa dan
belajar. Menurut hipotesis ini dalam proses
penguasaan suatu bahasa ada perbedaan antara
belajar bahasa (learning linguistic) dan pemerolehan
bahasa (acquisition linguistic). Dalam hipotesis belajar
linguistik usaha memperoleh bahasa dijelaskan
sebagai usaha sadar untuk secara formal dan eksplisif
menguasai bahasa yang dipelajari terutama yang
berkenaan dengan pengetahuan tentang kaidah.
Sedangkan yang dimaksud pemerolehan bahasa
adalah penguasaan atas suatu bahasa melalui bawah
sadar atau alamiah dan terjadi tanpa kehendak secara
terencana. Proses ini tidak melalui usaha belajar yang
formal maupun eksplisif.

Dalam teori interyeksi, yang meneliti munculnya


bahasa, bahwa manusia berbicara karena adanya
perasaan sakit yang luar biasa yang dialami dirinya.
Rasa sakit inilah yang mendorong manusia
mengekspresikannya melalui teriakan-teriakan.
Teriakan-teriakan ini sebagai ekspresi yang spontan
50
keluar dari mulutnya. Sementara itu manusia yang
mendengarkan teriakan tersebut berusaha memahami
apa yang dirasakan oleh orang lain. Bagian ini tidak
membahas tentang teori ini, namun melihat dari sisi
peristiwa berbicara yang menandakan bahwa ketika
ada dorongan dalam diri manusia akan berbicara
kepada orang lain dengan tujuan agar orang lain
memahami dan merasakan apa yang dirasakannya.

Selanjutnya dijelaskan dalam teori interaksionis


yang menjelaskan bagaimana manusia memperoleh
bahasa karena menggabungkan pentingnya faktor
bawaan, dan faktor lingkungan. Dalam teori ini
penguasaan bahasa terjadi karena adanya kebutuhan
seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Teori itu memberikan peran lebih banyak pada latihan
yang bersifat interaktif seperti bertanya dan menjawab
(Wiryotinoyo, 2010:42)

Berbicara juga terjadi ketika manusia berimajinasi


tentang sesuatu hal. Bentuk imajinasi sebagai hasil
kerja berpikir kemudian disampaikan kepada orang lain
melalui berbicara. Dorongan untuk mengucapkan hasil

51
imajinasi inilah sebagai salah satu kenapa manusia
ingin berbicara.

Manusia dalam kehidupan sehari-hari


memerlukan bahasa sebagai media untuk berbicara.
Berbicara menjadi bagian dalam keseharian manusia
yang hidup sebagai makhluk sosial, makhuk
berbudaya, dan berpengetahuan. Sebagai makhluk
sosial, manusia berinteraksi dengan lingkungan.
Interaksi tersebut dapat berlangsung apabila
komunikasi yang dilakukan dapat berlangsung dalam
pemahaman yang sama terhadap bahasa. Perbedaan
pemahaman akan menimbulkan persepsi yang
berbeda, sehingga komunikasi menjadi tidak berjalan.
Manusia menyatakan ide, gagasan, pendapat, dan
sebagainya dalam berbagai eskspresi dengan tujuan
agar makna pembicaraan dapat dipahami lawan bicara.
Ngurah Oka (1990) menggunakan istilah berbicara
dengan bertutur dengan menyatakan bahwa dalam
hidupnya manusia memang tidak ada henti-hentinya
bertutur. Bermacam-macam hal yang dituturkannya.
Demikian pula corak serta ragam yang digunakannya.
Meskipun demikian jika dibanding-bandingkan kegiatan
52
tutur yang mereka gunakan, maka akan tampak adanya
seperangkat kesamaan dasar dalam hal-hal tertentu.
Kesamaan tersebut meliputi kesamaan bahasa yang
digunakan.

Berbagai peristiwa berbicara telah dilakukan


manusia. Bahkan, jika misalnya diminta kembali untuk
mengulangi pembicaraan yang telah dilakukan pada
waktu lima hari sebelumnya, manusia tidak akan
mampu mengingat kembali. Hal ini disebabkan
kegiatan berbicara merupakan ekspresi yang bebas
dan terkadang tidak terencana. Manusia memiliki
keterbatasan mengingat kembali tuturan apa yang telah
dilakukan. Kalaulah dapat mengingat apa yang telah
dibicarakan sebelumnya, tentu tidak akan sama pada
saat mengulangi. Hal ini disebabkan situasi, kondisi,
dan ekspresi serta lawan berbicara sudah berbeda.

Dengan kemampuan berbahasa yang dimiliki


manusia melakukan kegiatan berbicara karena dua hal.
Pertama, adanya dorongan dalam dirinya. Dorongan ini
muncul dari hasil proses berpikir Kedua, disebabkan
respon atas hal-hal yang diperoleh dari panca indera.

53
Respon tersebut diolah dalam otak dan diekspresikan
kembali dalam tuturan yang disebut dengan berbicara.
Didorong oleh pikiran, perasaan, dan imajinasi dalam
dalam dirinya dikeluarkan dalam tindak tutur berbicara.
Misalnya, didorong oleh rasa haus, seseorang
mengekspresikan rasa hausnya dengan tuturan “Minta
minum, Bu!, dan ketika air yang diminumnya terasa
kurang manis sesuai selera yang dikehendaki,
munculah tuturan berikutnya, “Minumannya kurang
manis, Bu!”. Contoh lain, seseorang akan memberikan
respon ketika mendengarkan tuturan “Kamu bodoh!”.
Respon atas tuturan yang diterima dapat dilakukan
dalam berbagai gaya, intonasi, ritme yang beragam,
misalnya: “Ya, memang saya bodoh!”, “Enak saja,
ngomongin saya bodoh, emang kamu saja yang
pinter?”, dan sebagainya.

Ada pepatah diam itu emas. Teori berbicara tidak


membahas pepatah itu dari sisi makna, namun
menyoroti sisi pentingnya manusia berbicara.
Perhatikan contoh peristiwa berbicara ini: dosen
mengajar di depan mahasiwa, orang tua menasihati
anaknya, guru memarahi siswa, dan lain sebagainya.
54
Semua peristiwa tadi mengharuskan seseorang harus
bicara. Lalu perhatikan lawan bicara sebagai penyimak
dari peristiwa itu: kenapa mahasiswa diam ketika dosen
mengajar, sang anak diam ketika dinasihati orang tua,
dan siwa diam ketika dimarahi guru.

Peristiwa tadi menggambarkan bahwa telah


terjadi peristiwa pasif dalam berbicara. Pasif dalam
peristiwa ini tidak berarti diam, namun dapat saja
diartikan bagi penyimak untuk menghargai pembicara,
dapat juga dimaknai sebuah ketakutan atau kecemasan
untuk berbicara.dan sebagainya.

Persoalan mendasar dalam peristiwa berbicara


adalah kenapa seseorang diam saja ketika situasi
mengharuskan berbicara. Diam bukan berarti emas.
Contoh fakta ini banyak dialami oleh seseorang, tidak
berani berbicara ketika diminta untuk berbicara.
Misalnya, ketika mahasiswa diminta bertanya kepada
dosen sewaktu perkuliahan, menyampaikan usul dalam
rapat, gelagapan dan menolak ketika diminta untuk
memberikan sambutan pada suatu acara. Peristiwa
yang dicontohkan itu menunjukkan bahwa penolakan

55
atau ketidakmauan berbicara dilakukan dengan
memilih diam, tidak dapat dikatakan emas, namun
sebagai bentuk ketidakmampuan seseorang berbicara.

Sebuah ilustrasi contoh peristiwa berbicara, ketika


mahasiswa sedang mengikuti perkuliahan, ternyata
terdapat bagian yang tidak dimengerti apa yang
disampaikan dosen. Mahasiswa akan “menyimpan”
ketidakmengertiannya itu berlarut-larut, padahal dosen
telah memberikan kesempatan untuk “bertanya”..
Akibat dari ketidakberanian bertanya tersebut
mahasiswa menjadi tidak memahami pembicaraan
dosen. Ilustrasi tadi menggambarkan bahwa kenapa
mahasiswa tidak berani berbicara.

Berikut ini juga memberikan sebuah contoh cerita


ilustrasi mengapa seseorang memilih diam dari pada
harus berbicara.Perhatikan ilustrasi dari cerita berikut:

“Ada seorang mahasiswa semester satu memiliki


perasaan cinta kepada lawan jenisnya seorang gadis
cantik, mahasiswi teman kuliahnya. Rasa cintanya
sangat besar, sehingga dirinya mempertimbangkan
apakah akan mengatakan perasaan tersebut kepada
56
sang pujaan hati, atau tidak. Sudah lebih dari lima
bulan, Sang laki-laki ini memilih menahan perasaan
karena takut cintanya ditolak. Akhir cerita, mahasiswa
tersebut hanya berharap sang gadis akan tahu sendiri,
atau tahu dari orang lain bahwa dirinya memiliki
perasaan cinta kepadanya. Nasib malang menimpa
sang laki-laki ini, ternyata pada bulan ke enam, sang
gadis pujaannya baru saja menerima pernyataan cinta
dari teman sekelasnya juga”.

Ilustrasi cerita itu menunjukkan bahwa


ketidakmampuan berbicara dipengaruhi oleh
kecemasan yang tidak disadari secara akal sehat.
Ketidakberanian berbicara dengan alasan takut ditolak
adalah sebuah alasan yang belum tentu terjadi. Sebuah
pertanyaan yang dapat diajukan dari peristiwa ini
adalah, kenapa tidak berani berbicara? Dalam teori
logika berpikir, dikenal bahwa terdapat hukum sebab
akibat. Logika pada konteks ilustrasi cerita tadi adalah
sang mahasiswa tidak pernah berani berbicara dengan
mengatakan perasaan cinta, sehingga jawaban
diterima atau ditolak terhadap cintanya tidak akan
pernah terjadi. Dilihat dari logika berpikir, penolakan
57
cinta tidak akan terjadi selagi belum pernah ada
pernyataan cinta dari laki-laki itu kepada sang gadis.
Kekhawatiran akan ditolak cintanya adalah kecemasan
yang tidak berdasar.

Perasaan cemas, tidak memahami apa yang akan


dikatakan, dan tidak tahu bagaimana mengatakannya
menjadi salah satu alasan manusia takut berbicara.
Namun demikian, bagi seseorang yang memahami dan
telah terbiasa untuk berbicara, dia akan memilih untuk
berbicara. Berbicara menjadi sesuatu yang gampang
dan tidak menjadi persoalan ketika diminta untuk
berbicara. Dengan berbicara dirinya dapat
mengekspresikan apa yang harus dikatakannya.

Seseorang yang telah memiliki keterampilan


berbicara, setelah mengakhiri pembicaraan justru
merasa tidak puas ketika dirasakan ada yang
terlupakan. Seseorang yang berpengalaman dalam
berbicara akan merefleksi kembali pembicaraannya
dari sisi kelengkapan materi, intonasi, dan gaya
sewaktu berbicara. Refleksi pembicaraan dilakukannya
dengan pertanyaan retoris:

58
“Seharusnya tadi saya mengatakan ini!”, “Mahasiswa
tadi sudah paham, nggak ya?”, “Suara saya tadi
seharusnya lebih tegas!”.

Manusia sering dihinggapi perasaan takut dan


cemas ketika diminta berbicara dalam situasi tertentu.
Mereka menjadi pasif dan diam. Memilih diam dianggap
aman dari sebagaian orang. Akan tetapi, akan menjadi
berbeda ketika mereka melakukan kegiatan berbicara
yang tidak dalam situasi resmi, perasaan cemas dan
takut itu tidak pernah muncul. Berbicaranya mengalir
dalam berbagai gaya ekspresi, meski tuturannya tidak
sesuai dengan kaidah bahasa. Mengapa demikian?
Persoalan inilah yang harus diatasi dalam melatih
keterampilan berbicara. Mampukah saya bicara?
Jawabnya pasti: Anda akan mampu berbicara! Lupakan
pepatah “diam itu emas” dengan berlatih berbicara.

BERBICARA DENGAN MAKNA


Bicara bermakna adalah kegiatan berbicara yang
memiliki arti dan makna yang jelas dan dapat dipahami
oleh lawan bicara. Berbicara bermakna melibatkan
proses komunikasi antara pembicara dan lawan bicara,

59
di mana pesan yang disampaikan oleh pembicara harus
merupakan lambang yang bermakna dan dapat
membawa pikiran atau perasaan komunikator. Untuk
mengembangkan keterampilan berbicara yang
bermakna, siswa memerlukan konteks yang bermakna,
seperti berbicara dengan guru dan kelompok, bermain
peran, bercerita, membawa topik yang menarik, dan
sebagainya. Kegiatan berbicara dapat dikatakan
bermakna jika salah satu atau kedua belah pihak dapat
memahami pesan yang disampaikan dan dapat
merespon dengan tepat. Selain itu, berbicara bermakna
juga harus terarah, aktif, efektif, dan menyenangkan.

Apa perbedaan antara bicara yang bermakna dan


bicara yang tidak bermakna?

Berikut adalah perbedaan antara bicara yang bermakna


dan bicara yang tidak bermakna:

Bicara bermakna:

- Memiliki arti dan makna yang jelas dan dapat


dipahami oleh lawan bicara.
- Melibatkan proses komunikasi antara pembicara dan
lawan bicara.
60
- Pesan yang disampaikan oleh pembicara
merupakan lambang yang bermakna dan dapat
membawa pikiran atau perasaan komunikator.
- Dapat dikatakan bermakna jika salah satu atau
kedua belah pihak dapat memahami pesan yang
disampaikan dan dapat merespon dengan tepat.
- Terarah, aktif, efektif, dan menyenangkan.

Bicara yang tidak bermakna:

- Tidak memiliki arti atau makna yang jelas dan sulit


dipahami oleh lawan bicara.
- Tidak melibatkan proses komunikasi yang efektif
antara pembicara dan lawan bicara.
- Pesan yang disampaikan tidak memiliki lambang
yang bermakna dan tidak dapat membawa pikiran
atau perasaan komunikator.
- Tidak dapat dikatakan bermakna karena salah satu
atau kedua belah pihak tidak dapat memahami
pesan yang disampaikan atau tidak dapat merespon
dengan tepat.
- Tidak terarah, tidak aktif, tidak efektif, dan tidak
menyenangkan.

61
Dalam berbicara, penting untuk memastikan
bahwa pesan yang disampaikan memiliki arti dan
makna yang jelas dan dapat dipahami oleh lawan
bicara. Hal ini akan membantu membangun proses
komunikasi yang efektif dan memastikan bahwa pesan
yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh
lawan bicara.

Contoh bicara yang tidak bermakna dalam


kehidupan sehari-hari

Berikut adalah beberapa contoh bicara yang tidak


bermakna dalam kehidupan sehari-hari:

- Berbicara tanpa tujuan atau topik yang jelas, seperti


hanya mengoceh atau mengulang-ulang hal yang
sama tanpa memberikan informasi baru atau
berguna.
- Berbicara dengan nada yang tidak sopan atau kasar,
seperti mengucapkan kata-kata kasar atau
mengkritik orang lain tanpa alasan yang jelas.
- Berbicara dengan tidak memperhatikan lawan
bicara, seperti tidak mendengarkan atau memotong
pembicaraan orang lain.
62
- Berbicara dengan menggunakan bahasa yang tidak
dimengerti oleh lawan bicara, seperti menggunakan
bahasa asing atau istilah teknis yang tidak dikenal
oleh lawan bicara.
- Berbicara dengan tujuan memprovokasi atau
memancing emosi orang lain, seperti menghina atau
mengolok-olok orang lain tanpa alasan yang jelas.

Dalam berbicara, penting untuk memastikan


bahwa pesan yang disampaikan memiliki arti dan
makna yang jelas dan dapat dipahami oleh lawan
bicara. Hal ini akan membantu membangun proses
komunikasi yang efektif dan memastikan bahwa pesan
yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh
lawan bicara.

Bagaimana cara menghindari bicara yang tidak


bermakna dalam sebuah diskusi

Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan


untuk menghindari bicara yang tidak bermakna dalam
sebuah diskusi:

63
1. Mengamati gaya komunikasi yang digunakan lawan
bicara untuk mengetahui cara lawan bicara
berkomunikasi.

2. Sampaikan pesan secara rinci dan tidak berbelit-belit


agar lawan bicara tidak bingung.

3. Gunakan artikulasi dan intonasi yang jelas dalam


berkomunikasi.

4. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh lawan


bicara.

5. Hindari penggunaan kata-kata pengisi seperti


"ummm" atau "ehh" yang tidak bermakna.

6. Berikan jeda bermakna dalam kalimat untuk


memberi waktu bagi diri sendiri untuk memproses
informasi dan memikirkan kata-kata yang tepat.

7. Perhatikan intonasi, volume, dan kecepatan bicara


agar pesan dapat diterima dengan baik oleh lawan
bicara.

64
8. Gunakan kata-kata sopan dalam interaksi online
untuk mencegah konflik dan perdebatan yang tidak
produktif.

9. Memperhatikan dan mendengarkan lawan bicara


dengan baik.

10. Berbekal niat tulus dan benar dalam berdiskusi.

Dalam sebuah diskusi, penting untuk memastikan


bahwa pesan yang disampaikan memiliki arti dan
makna yang jelas dan dapat dipahami oleh lawan
bicara. Hal ini akan membantu membangun proses
komunikasi yang efektif dan memastikan bahwa pesan
yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh
lawan bicara.

Apa saja kata-kata yang sering digunakan dalam


bicara yang tidak bermakna

Berikut adalah beberapa kata-kata yang sering


digunakan dalam bicara yang tidak bermakna:

"Umm" atau "ehh"

"Pokoknya gitu deh"

65
"Begitulah"

"Ya gitu deh"

"Nggak tahu deh"

"Sekedar ngobrol-ngobrol"

"Biasa aja"

"Gak penting sih"

"Nggak ada yang spesial"

"Santai aja"

Dalam berbicara, penting untuk memastikan


bahwa pesan yang disampaikan memiliki arti dan
makna yang jelas dan dapat dipahami oleh lawan
bicara. Hindari penggunaan kata-kata yang tidak
bermakna dan gunakan bahasa yang mudah dipahami
oleh lawan bicara. Hal ini akan membantu membangun
proses komunikasi yang efektif dan memastikan bahwa
pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik
oleh lawan bicara.

66
BAB 2

BERBICARA YANG EFEKTIF

PENGERTIAN BERBICARA EFEKTIF


Berbicara efektif adalah kemampuan untuk
menyampaikan informasi secara lisan melalui kata-kata
atau kalimat dengan cara yang jelas, tepat, dan mudah
dimengerti oleh lawan bicara. Berbicara efektif juga
dapat membuat lawan bicara fokus pada setiap hal
yang disampaikan dan dapat mempengaruhi langsung
ke dalam pikirannya.

Beberapa prinsip teknik berbicara yang baik dan efektif


adalah:

• Berbicara efektif, yaitu tidak bertele-tele, tidak


berputar-putar untuk menyampaikan suatu poin
pembicaraan. Cepat, tepat, lugas dan dapat
dimengerti oleh lawan bicara kita

• Berbicara penuh motivasi, yaitu berkomunikasi


dengan baik untuk saling memahami satu sama

67
lainnya, menghindari kesalahpahaman dan tentunya
akan saling memberikan rasa nyaman

• Berpikir dengan jernih sebelum bicara

• Mengenali lawan bicara

• Membuat pembicaraan yang ringkas namun efektif

• Memberi gambaran yang jelas dan terperinci

Dalam berbicara efektif, kata-kata yang keluar dan


diucapkan melalui suara menjadi alat utama untuk
berbicara secara efektif. Meskipun memiliki suara yang
bagus, seseorang tidak selalu bisa berbicara efektif,
tetapi ada juga orang yang tidak memiliki suara bagus,
namun dapat melakukan pembicaraan yang efektif
dengan orang lain ataupun kelompok orang.

Berbicara bermakna adalah kemampuan untuk


berkomunikasi dengan orang lain melalui media bahasa
dengan tujuan untuk menghasilkan makna yang jelas
dan bermanfaat. Berbicara merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang cukup penting untuk
dikuasai. Berbicara adalah kemampuan seseorang
dalam mengungkapkan atau mengekspresikan ide,
68
pikiran, dan perasaan yang melibatkan orang lain
dalam menyampaikan. Kegiatan berbicara pun dapat
berupa diskusi, bercerita, bermain peran, dan lain-lain.
Keterampilan berbicara juga meliputi kemampuan
untuk mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-
kata dengan jelas dan tepat guna. Untuk berbicara
bermakna, penting untuk memperhatikan konten yang
akan disampaikan dan memastikan bahwa konten
tersebut membantu dan bermanfaat bagi pendengar.

Apa Saja Prinsip-Prinsip Berbicara Efektif

Berikut adalah beberapa prinsip-prinsip berbicara


efektif yang dapat ditemukan dari hasil pencarian:

1. Berbicara efektif, yaitu tidak bertele-tele, tidak


berputar-putar untuk menyampaikan suatu poin
pembicaraan. Cepat, tepat, lugas dan dapat
dimengerti oleh lawan bicara kita.

2. Berbicara penuh motivasi, yaitu berkomunikasi


dengan baik untuk saling memahami satu sama
lainnya, menghindari kesalahpahaman dan tentunya
akan saling memberikan rasa nyaman

69
3. Berpikir dengan jernih sebelum bicara

4. Mengenali lawan bicara

5. Membuat pembicaraan yang ringkas namun efektif

6. Memberi gambaran yang jelas dan terperinci

7. Memberikan kesempatan pada lawan bicara saat


mereka menyampaikan pesan

8. Menatap lawan bicara dengan sopan

9. Berbicara secara audibel atau dapat didengar

10. Berbicara dengan jelas

11. Menghormati lawan bicara

12. Menunjukkan empati

13. Bersikap rendah hati

Dalam berbicara efektif, selain prinsip-prinsip di


atas, gestur tubuh juga menjadi bagian penting dalam
komunikasi. Hal ini penting karena sebagian besar
komunikasi kita menggunakan bentuk nonverbal.

70
Bagaimana Cara Menerapkan Prinsip-Prinsip
Berbicara Efektif Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Berikut adalah beberapa cara menerapkan


prinsip-prinsip berbicara efektif dalam kehidupan
sehari-hari:

1. Mendengarkan lawan bicara dengan penuh


perhatian dan memberikan kesempatan pada lawan
bicara saat mereka menyampaikan pesan

2. Mengajukan pertanyaan untuk memperjelas pesan


yang disampaikan

3. Memberikan informasi dengan jelas dan terperinci

4. Menunjukkan empati dan menghormati lawan bicara

5. Bersikap rendah hati dan antusias saat berbicara


dengan lawan bicara

6. Menghindari memotong pembicaraan lawan bicara

7. Mengenali lawan bicara dan menyesuaikan gaya


berbicara dengan mereka

8. Berbicara dengan bahasa yang mudah dimengerti


oleh lawan bicara
71
9. Menggunakan gestur tubuh yang tepat untuk
mendukung pesan yang disampaikan

10. Berpikir dengan jernih sebelum berbicara

Dalam kehidupan sehari-hari, prinsip-prinsip


berbicara efektif dapat diterapkan dalam berbagai
situasi, seperti saat berbicara dengan keluarga, teman,
rekan kerja, atau bahkan orang yang baru dikenal.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut, kita dapat
membangun komunikasi yang lebih efektif dan
menghindari kesalahpahaman yang dapat
menimbulkan konflik.

Apa Saja Contoh Situasi Di Kehidupan Sehari-Hari


Yang Dapat Diatasi Dengan Berbicara Efektif

Berbicara efektif dapat membantu mengatasi


berbagai situasi dalam kehidupan sehari-hari, antara
lain:

1. Mengatasi konflik dengan pasangan, keluarga, atau


teman dengan cara berbicara dengan jelas dan
terperinci, serta mendengarkan lawan bicara dengan
penuh perhatian

72
2. Meningkatkan kemampuan presentasi di tempat
kerja dengan cara berbicara dengan bahasa yang
mudah dimengerti oleh audiens, menggunakan
gestur tubuh yang tepat, dan mempersiapkan materi
presentasi dengan baik

3. Meningkatkan kemampuan negosiasi dengan cara


mengenali lawan bicara, memberikan kesempatan
pada lawan bicara untuk menyampaikan pendapat,
dan mencari solusi yang menguntungkan bagi kedua
belah pihak

4. Meningkatkan kemampuan persuasi dengan cara


bersikap antusias dan menggunakan bahasa yang
persuasif, serta menunjukkan empati pada lawan
bicara

5. Meningkatkan kemampuan komunikasi intrapersonal


dengan cara berdialog dengan diri sendiri, mengarah
kepada menciptakan fikiran positif dalam diri
terhadap permasalahan yang dihadapi

Dalam situasi-situasi tersebut, menerapkan


prinsip-prinsip berbicara efektif dapat membantu kita
untuk mencapai tujuan komunikasi dengan lebih baik
73
dan menghindari kesalahpahaman yang dapat
menimbulkan konflik.

BERBICARA SECARA SINGKAT NAMUN PADAT


Tips untuk berbicara secara singkat namun padat
adalah:

1. Tetap fokus pada inti pesan: Identifikasi pesan utama


yang ingin Anda sampaikan dan berusaha untuk
menyampaikannya dengan jelas dan terperinci.
Hindari memasukkan detail yang tidak perlu atau
bercerita berlebihan.
2. Gunakan kata-kata yang sederhana: Pilih kata-kata
yang mudah dipahami oleh semua orang. Hindari
penggunaan jargon atau istilah teknis jika tidak
diperlukan. Komunikasikan ide Anda dengan gaya
yang sederhana dan jelas.
3. Buat struktur yang teratur: Susunlah informasi Anda
dengan rapi dan logis. Mulailah dengan pernyataan
pendahuluan yang menggambarkan topik utama,
diikuti dengan poin-poin penting dan akhiri dengan
ringkasan singkat. Ini akan membantu pendengar

74
atau pembaca untuk mengikuti dan memahami
pesan Anda.
4. Gunakan ilustrasi atau contoh: Kadang-kadang, satu
contoh yang baik lebih baik daripada banyak
penjelasan. Menggunakan ilustrasi atau contoh
konkret dapat membantu memperjelas dan
memperkuat pesan Anda tanpa perlu banyak
berbicara.
5. Dengarkan secara aktif: Saat berbicara secara
singkat, penting juga untuk mendengarkan dengan
aktif respon atau pertanyaan dari audiens. Ini
membantu Anda untuk menyesuaikan atau
memberikan klarifikasi jika ada keperluan.
6. Gunakan teknik bahasa tubuh yang tepat: Bahasa
tubuh dapat digunakan untuk menyampaikan pesan
dengan cara yang efektif. Pastikan ekspresi wajah,
gerakan tangan, dan postur tubuh mendukung pesan
yang Anda sampaikan.
7. Latihlah: Berbicara secara padat namun berisi
adalah keterampilan yang bisa diasah. Latihanlah
berbicara di depan cermin atau berpartisipasi dalam

75
situasi komunikasi yang memerlukan ringkasan atau
penjelasan cepat.

Dengan mengikuti tips ini, Anda dapat berbicara


secara singkat namun memberikan informasi yang
berarti dan efektif kepada orang lain. Jangan lupa untuk
terus berlatih dan mengasah keterampilan berbicara
Anda seiring waktu.

Buku ini bukanlah buku tentang cara membangun


kosakata Anda, atau bagaimana berbicara seperti Raja
Inggris. Seperti telah saya katakan, saya lebih
menekankan pentingnya komunikasi daripada memikat
orang dengan kata-kata. Jauh lebih penting
mengajukan pertanyaan yang baik daripada menyusun
jawaban semanis madu. Tetapi, ada beberapa unsur
artikulasi dan kosakata yang ingin saya bicarakan,
karena unsur-unsur itu dapat memengaruhi bagus-
tidaknya komunikasi Anda.

KATA-KATA MULUK

Mark Twain tahu banyak tentang bicara, dan dia


sendiri juga merupakan pernbicara yang baik. la pernah
menulis, "Perbedaan antara kata yang tepat dan kata
76
yang hampir tepat sungguh sangat besar—seperti
perbedaan antara kilat (lightning) dan kunang-kunang
(lightning bug)'.'

Ingatlah bahwa kata yang tepat—yang dengan


segera dipahami dan dimengerti Oleh pendengar
Anda—biasanya adalah kata yang sederhana. Karena
alasan tertentu, orang cenderung menggunakan kata
yang rumit atau yang sedang populer untuk membuat
omongannya terdengar lebih up-to-date, lebih trendi,
tidak ketinggalan zaman. Dengan kecepatan dan
jangkauan komunikasi modern, kata-kata baru dengan
cepat menyebar ke seluruh pelosok dunia. Sayangnya,
beberapa dari kata-kata ini tidak memberi arti apa pun
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi kita.

Impact dan access dulu hanya merupakan kata


benda, tapi sekarang juga menjadi kata kerja, seperti
dalam to impact the situation. Kata sederhana affect
tidak hanya sama, tetapi bahkan lebih baik. Kita
melakukan proses sebaliknya, dengan mengubah kata
kerja menjadi kata benda, seperti dalam commute. Kita
biasanya berkata, ”l commute to work by cať'.

77
Sekarang kita berkata, ”My commute is by ca/'.

Kita telah bertahun-tahun menggunakan jargon


komputer, seperti minta input mereka. Kemudian orang
mulai berinterfasi, yang merupakan hasil jargonisasi
untuk kata ”berdiskusi” atau ”berbicara". Dan setiap kali
terjadi gempa bumi atau badai dahsyat, kita mendengar
tentang ”kerusakan infrastruktuť', sekalipun pejabat
yang menggunakan istilah itu akan dapat
menyampaikan point-nya dengan jauh lebih baikjika ia
sedikit bersusah payah mengatakan sesuatu yang
dipahami Oleh setiap orang, seperti ”fasilitas air bersih,
saluran limbah pembuangan, dan jalan raya".

Kata-kata komputer semacam itu merefleksikan


kehidupan kita dalam dasawarsa 1990-an, tetapi
bukanlah satu-satunya rintangan yang menghalangi
kemampuan kita berbicara dengan jelas dan efektif.
Ego manusia juga ikut berpengaruh. Beberapa orang
rupanya beranggapan bahwa semakin tinggi kata-kata
yang digunakan dapat membuat topik bahasan dan diri
mereka sendiri semakin penting. Orang-orang
sekarang memakai "perceive", bukannya "vieW' atau

78
"see". Beberapa orang tidak puas hanya dengan
mengatakan orang atau benda itu "equal"; mereka
menggunakan "coequal" untuk orang. Jika sesuatu itu
"equal", lalu apa yang "coequal"?

Yang lain menggunakan "utilize" dan bukan "use".


Komentar paling ringkas yang saya rasa dapat
meyakinkan penggunaan kata-kata yang lugas datang
dari seorang eksekutif yang berkata kepada stafnya,
"Don't utilize utilize. Use use".

Saya berusaha menghindari bahasa yang muluk.


Beberapa orang menggunakannya sebagai simbol
status oral, agar mengesankan orang Iain. Yang Iain
menggunakannya hanya karena mereka lupa
bagaimana bicara dengan istilah sederhana, jelas, dan
sehari-hari.

Akan jauh lebih baikjika Anda menghindari "kata-


kata muluk" agar Anda lebih mudah dipahami dan
diterima. Mengatakan bahwa Anda mencari input dari
orang Iain yang akan meng-enable Anda untuk meng-
impact situasi barangkali membuat Anda terdengar
"mengikuti zaman", tetapi Anda akan jauh lebih berhasil
79
jika mengatakannya dalam bahasa yang mudah
dipahami oleh para pendengar Anda, yang tidak
semuanya ingin tampil sok hebat.

KATA-KATA TRENDI

Selain kata-kata muluk, saat ini komunikasi massa


juga dibanjiri oleh kata-kata mutakhir atau
catchphrases, atau ungkapan-ungkapan khas yang
trendi. Kata-kata dan frasa ini terbukti segera menjadi
klise. Kadang, menggunakan catchphrases ini dapat
membantu Anda membangun hubungan dengan orang
yang Anda ajak bicara, tapi terlalu sering
mengatakannya akan membuat Anda tampak tidak
orisinal, seolah-olah Anda tak mampu membuat
ungkapan Anda sendiri.

Johnny Carson memberi kita "No Way',' dan


pendahulunya, Jack Paar, memperkenalkan "l kidyou
not',' dan jutaan orang Amerika memakai kedua
ungkapan itu. Selama bertahun-tahun

Howard Cosell memperkenalkan bentuk tata


bahasa yang salah, "telling itlike it is" (seharusnya as),
di setiap Senin malam selama musim sepak bola, dan
80
menjadi klise nasional di tahun 1970-an. Yang lebih
baru Iagi, kita mendengar teguran dalam "Isn't that
special?" dari Saturday Night Live dan "Read rny lips"
oleh George Bush.

Tentu saja tidak ada yang lebih buruk daripada


menggunakan catchphrases yang kuno. "Where it's at"
adalah ungkapan yang populer di akhir tahun 1960-an
dan awal 1 970-an. Bayangkan bagaimana buruknya
ketika kepala pelaksana sebuah organisasi regional di
Washington berkata kepada dewan pimpinannya
bahwa dewan kota itu "is where it's at'.' la menjadi
korban lain kata-kata trendi, karena ia begitu ingin
terdengar seperti sekelompok masyarakat yang
populer. Konyolnya, ia malah membuat direktur-
direkturnya heran mengapa orang dengan tiga gelar
perguruan tinggi ini mengakhiri kalimatnya dengan
sebuah kata depan.

Entah Anda di pesta koktail, di kebun, atau di


televisi nasional, percakapan Anda akan lebih segar
dan lebih efektif jika Anda meminimalkan penggunaan
kata-kata klise dan trendi itu dalam percakapan Anda.

81
KATA-KATA TANPA ARTI

Beberapa kata, dan suara, yang tidak memberi


tambahan apa pun pada apa yang kita coba
sampaikan, menyusup ke dalam percakapan kita. Kata-
kata ini hanya mengacaukan perkataan kita, berarti
juga mengacaukan apa yang didengar oleh pendengar
kita. "Kata-kata tanpa arti" ini sama membosankannya
dengan sumpalan pada bungkusan kacang, yang cuma
memberi kesan gembung, banyak isi, tapi nyatanya
terlalu banyak sumpalnya; padahal kita mengharapkan
kacangnya, dan bukan sumpalannya.

Lalu, mengapa orang menggunakan kata-kata ini?


Karena kata-kata ini merupakan pertolongan—ya,
suatu bantuan oral. Kata-kata itu berguna sebagai
sandaran saat sedang raguragu. Konyolnya, bila Anda
jadi tergantung pada kata-kata itu, percakapan Anda
akan selalu berjalan dengan susah payah.

Kata yang tak tertandingi dalam kategori ini


adalah "you knoW'. Seorang teman saya dari
Washington pernah bekerja bersama seorang
konsultan profesional yang tampaknya senang sekali
82
menggunakan kata "you know'.' Keingintahuan teman
saya tadi muncul dalam sebuah pertemuan dengan
konsultan itu. Mengetahui kebiasaan itu, dan hampir
pasti begitu, ternan saya memutuskan untuk
menghitung jumlah "you know" yang diucapkan oleh
temannya itu selama pertemuan.

Pertemuan berakhir dalam dua puluh menit, dan


konsultan itu mengatakan "you know" sebanyak
sembilan puluh satu kali! Jadi, dalam satu menit, kata-
kata itu muncul empat setengah kali. Saya tidak tahu
mana yang lebih hebat—mengatakan "you know"
sembilan puluh satu kali dalam waktu sesingkat itu atau
menyelenggarakan pertemuan di Washington yang
berakhir hanya dalam dua puluh menit.

Lucu memang jika Anda memikirkannya demikian,


tetapi pertimbangkanlah Sisi seriusnya. Kehidupan
konsultan itu tergantung pada efektivitas
komunikasinya dengan orang lain, tapi ia malah
mengucapkan kata-kata tak berguna yang jadi begitu
menonjol, sehingga orang akan lebih memperhatikan

83
"you knoW'-nya itu daripada apa yang dikatakan di
antaranya. Berapa lama lagi sampai ia kehilangan
pekerjaannya karena masalah ini?

Popularitas "you know/' sekarang tersaingi oleh


"basically', seperti dalam "Well, basically.. ."Jika Anda
menyaksikan berita sore di televisi beberapa hari
mendatang, perhatikan berapa kali Anda mendengar
jawaban yang dimulai dengan katakata itu. Bila Anda
mengerti arti kata-kata itu dalam jawaban pembicara
tersebut, hubungilah Guinness Book of World

Records.

"Basically/' sering muncul juga dalam percakapan,


biasanya sebagai kata yang meluncur begitu saja
hanya karena kebiasaan. Kadang berguna untuk
memancing pertanyaan menarik, seperti suatu kali
dalam berita, ketika saya mendengar seorang petugas
polisi menjelaskan bahwa pelaku kejahatan masuk ke
rumah karena pintu dibiarkan "basically open".
Tidakkah itu seperti "basically pregnant"? Entah pintu
terbuka atau tidak, tidak ada yang "basically/' tentang
hal itu.
84
"Hopefully" jadi begitu terkenal pada 1970-an.
Tiba-tiba tak seorang pun dapat membicarakan masa
depan tanpa mengatakan "hopefully". Tetapi, dalam
hampir setiap kasus, orang-orang menyalahgunakan
kata itu. Yang sebenarnya mereka maksudkan adalah
"l hope", tetapi itu tidak berarti "hopefully'.

Kalau Anda berkata, "Hopefully the meeting will be


held on Thursday", Anda sebenarnya mengatakan
bahwa pertemuan akan diselenggarakan pada hari
Kamis dalam suasana penuh harapan; padahal yang
Anda maksudkan adalah, "Saya berharap pertemuan
itu akan diselenggarakan pada hari Kamis".

"Whatever' adalah kata kosong lainnya yang


biasanya tidak mempunyai arti pada ucapan Anda,
seperti dalam "When you called me, I was out shopping
or whatever", "l thought it would be nice this weekend
ifwe went to the beach or whatever", dan "l have to finish
these letters or whatever".

Kata tanpa arti lain yang menyebar bagaikan


jamur pada 1960-an dan sampai sekarang adalah
"like". Orang-orang akan menertawakan anak-anak
85
kecil karena memulai setiap ucapan dengan "Like, you
knoW', tetapi sekarang Anda bisa mendengar semua
orang mengucapkan: "l saw him, like, last Tuesday'.

ltu bukan like (sepertinya) Selasa kemarin; itu


benar-benar Selasa kemarin. Kalau Anda tidak ingin
kedengaran seperti pertunjukan ekstra dari Woodstock,
bagaimanapun hindarilah penggunaan kata-kata
seperti itu.

Apa pun yang Anda bicarakan, cobalah


menghindari katakata tanpa arti seperti itü dalam
percakapan Anda.

Masih ada lagi bunyi-bunyi lain yang menyusup ke


dalam pembicaraan kita kalau kita tidak hati-hati—
khususnya dua macam. Anda segera mengetahuinya:
"ee” dan 'kem”. Cobalah mengucapkannya sesering
mungkin dalam percakapan Anda, dan orang-orang
akan menganggap Anda tidak mampu bicara seperti
umumnya.

86
KETERAMPILAN BERBICARA
a. Pengertian Keterampilan Berbicara

Berbicara merupakan salah satu aspek dari


keterampilan berbahasa yang dimiliki seseorang untuk
menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaan
sehingga gagasan-gagasan yang ada dalam pikiran
pembicara dapat dipahami orang lain. Iskandarwassid
& Sunendar menyatakan bahwa keterampilan
berbicara merupakan keterampilan mereproduksi arus
sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak,
kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain.

Senada dengan pendapat Iskandarwassid


&Sunendar, Solchan, dkk. menyatakan bahwa
berbicara merupakan kemampuan menyampaikan
pesan secara lisan kepada orang lain. Pesan dapat
berupa pikiran, perasaan, sikap, tanggapan, penilaian,
dan sebagainya.

Inti berbicara adalah seseorang menyampaikan


pesan kepada orang lain. Pesan ini bisa berupa pikiran,
gagasan, perasaan, sikap, tanggapan, penilaian, dan
lain sebagainya sesuai kebutuhan pembicara.
87
Berbicara harus runtut dan disampaikan dengan benar,
oleh karena itu keterampilan berbicara harus dilatih
secara baik agar dalam menyampaikan informasi,
gagasan, pikiran, perasaan, dan keinginannya mudah
diterima dan dipahami oleh pendengarnya. Selain itu
seorang pembicara juga dituntut untuk dapat
mengkomunikasikan gagasan- gagasannya sesuai
dengan kebutuhan penyimaknya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Tarigan (2008: 16) yang menyatakan bahwa
berbicara merupakan suatu alat untuk
mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun
serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sang
pendengar dan penyimak.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat


disimpulkan bahwa keterampilan berbicara merupakan
keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk
menyampaikan pesan, kehendak, perasaan, gagasan,
dan pikiran kepada orang lain secara lisan. Setiap
orang memerlukan keterampilan berbicara yang baik
agar orang lain dapat dengan mudah memahami
pesan, kehendak, perasaan, gagasan, dan pikirannya.
Diperlukan pembelajaran dan pembiasaan sejak dini
88
pada anak sehingga keterampilan berbicaranya
menjadi lebih baik.

b. Tujuan Berbicara

Orang berbicara pasti mempunyai tujuan. Tarigan


(2008: 16-17) menyatakan bahwa tujuan utama dari
berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, seharusnya
pembicara memahami makna segala sesuatu yang
ingin dikomunikasikannya. Ada tiga tujuan umum dalam
berbicara, yaitu: memberitahu dan melaporkan (to
inform), menjamu dan menghibur (to entertain), dan
membujuk, mengajak, mendesak, serta meyakinkan (to
persuade).

Manusia adalah makhluk sosial sehingga manusia


harus berinteraksi antara satu dengan lainnya.
Manifestasi dari interaksi antar manusia adalah
komunikasi. Manusia perlu berbicara untuk dapat
berkomunikasi dengan baik sehingga seseorang dapat
menginformasikan apa yang ingin disampaikan,
menghibur orang lain serta mengajak atau meyakinkan
orang lain.
89
Menurut Vygotsky (dalam Santrock, 2012:252)
tujuan percakapan yang dilakukan anak sebetulnya
tidak hanya untuk melakukan komunikasi sosial tetapi
juga untuk membantu mereka dalam menyelesaikan
tugas. Vygotsky berkeyakinan bahwa anak-anak kecil
mengunakan bahasa untuk merencanakan,
membimbing, dan memonitor perilaku mereka.
Melengkapi pendapat Vygotsky di atas, Tomkins &
Hoskisson (1995:125) menyatakan bahwa berbicara
adalah alat pembelajaran yang berguna dan penting.

Melengkapai pendapat di atas, Iskandarwassid &


Sunendar (2011: 242-243) berpendapat bahwa tujuan
keterampilan berbicara mencakup pencapaian
kemudahan berbicara, kejelasan, bertanggung jawab,
membentuk pendengaran yang kritis, dan membentuk
kebiasaan. Kemudahan berbicara mengandung makna
bahwa siswa diberi kesempatan yang lebih banyak
untuk berlatih berbicara sampai mereka mampu
mengembangkan keterampilan berbicara secara wajar,
lancar, dan menyenangkan baik di dalam kelompoknya
maupun di dalam kelas karena dapat mengembangkan
kepercayaan diri siswa pada saat berbicara.
90
Solchan (2014:11.20 – 11.22) menyatakan bahwa
tujuan berbicara di sekolah dasar kelas rendah adalah
melatih keberanian siswa, melatih siswa menceritakan
pengetahuan dan pengalamannya, melatih
menyampaikan pendapat,dan melatih siswa untuk
bertanya. Sedangkan tujuan berbicara di sekolah dasar
kelas tinggi adalah memupuk keberanian siswa,
menceritakan pengetahuan dan wawasan siswa,
melatih siswa menyanggah/ menolak pendapat orang
lain, melatih berpikir kritis dan logis, serta melatih siswa
menghargai pendapat orang lain.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat


disimpulkan bahwa tujuan berbicara adalah untuk
memberitahu, menghibur, mengajak, dan meyakinkan.
Dalam pembelajaran di sekolah dasar, tujuan berbicara
untuk melatih keberanian siswa, menyampaikan
pendapat, bercerita, bertanya, serta berfikir kritis dan
logis. Tujuan berbicara dapat dicapai jika proses
pembelajaran yang dilakukan guru memberikan banyak
kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilan
berbicara antara lain melalui kegiatan diskusi,
wawancara, bercerita, bermain peran, dan lain-lain.
91
c. Manfaat Keterampilan Berbicara

Banyak manfaat yang dapat dirasakan langsung


oleh seseorang yang terampil berbicara. Beberapa
manfaat tersebut yaitu : (1) memperlancar komunikasi
antar sesama, (2) mempermudah pemberian berbagai
informasi, (3) meningkatkan kepercayaan diri, (4)
meningkatkan kewibawaan diri, (5) mempertinggi
dukungan publik atau masyarakat, (6) menjadi
penunjang meraih profesi dan pekerjaan, dan (7)
meningkatkan mutu profesi dan pekerjaan(Mahardika,
2015: 93).

Melihat banyaknya manfaat yang dapat diperoleh


seseorang yang terampil berbicara, sangatlah penting
seseorang mempunyai keterampilan berbicara yang
baik demi kesuksesan kehidupannya.Keterampilan
berbicara akan menjadi baik jika sering dilatih. Oleh
karena itu diperlukan suatu kesempatan untuk melatih
keterampilan berbicara yang salah satunya adalah
melalui proses pembelajaran di sekolah.

92
d. Langkah- Langkah Berbicara

Apapun tujuan yang hendak dicapai dalam suatu


pembicaraan, perlu adanya perencanaan yang baik.
Berbicara merupakan sebuah rangkaian proses. Dalam
berbicara terdapat langkah-langkah yang harus
dikuasai dengan baik oleh seorang pembicara. Menurut
Tarigan (2008: 32) langkah- langkah yang harus
dikuasai oleh seorang pembicara yang baik yaitu:

1) Memilih pokok pembicaraan yang menarik bagi


pembicara. Kebanyakan orang cenderung manyukai
suatu pembicaraan yang baik mengenai suatu pokok
atau judul yang disenangi oleh sang pembicara
daripada yang sedikit diketahui oleh sang
pembicara.

2) Membatasi pokok pembicaraan. Pembatasan pokok


pembicaraan memungkinkan pembicaraan
mencakup suatu bidang tertentu secara baik dan
menarik. Jika tidak dibatasi maka pembicaraan
menjadi terlalu umum dan akan meninggalkan kesan
yang samar-samar pada pendengar

93
3) Mengumpulkan bahan. Apabila pembicara telah
biasa dengan pokok masalah yang hendak
disampaikan maka hendaklah mencari bahan
tambahan dari berbagai sumber. Berbagai sumber
tersebut antara lain: buku, ensiklopedia, majalah,
masalah, dan wawancara dengan para ahli.

4) Menyusun bahan, yang terdiri atas: (a) pendahuluan,


(b) isi, serta (c) simpulan

Rancangan program untuk mengembangkan


keterampilan berbicara siswa SD menurut
Iskandarwassid & Sunendar (2011: 241) adalah dengan
memberikan pemenuhan kebutuhan yang berbeda . Hal
tersebut dilakukan dengan melakukan kegiatan-
kegiatan seperti berikut ini: aktivitas mengembangkan
keterampilan berbicara secara umum, aktivitas
mengembangkan keterampilan berbicara secara
khusus untuk membentuk model diksi dan ucapan, dan
mengurangi penggunaan bahan non standard, serta
aktivitas mengatasi masalah yang meminta perhatian
khusus (misalnya siswa yang mengalami problema
kejiwaan, siswa yang penggunaan bahasa ibunya

94
sangat dominan, siswa yang mengalami hambatan
jasmani terkait alat bicaranya).

Berdasarkan uraian di atas, langkah-langkah


pembelajaran berbicara yaitu memilih topik/ tema
pembicaraan, membatasi pokok pembicaraan,
mengumpulkan informasi, menyusun bahan, dan
menyusun rencana. Jika langkah-langkah berbicara
dilakukan dengan baik maka keberhasilan dalam
pembelaajran berbicara dapat dicapai.

e. Jenis Berbicara

Berbicara mempunyai jenis-jenis yang berbeda.


Tarigan dkk. (1997: 46-56) mengungkapkan bahwa
paling sedikit ada lima landasan yang digunakan dalam
mengklasifikasikan berbicara. Kelima landasan
tersebut adalah situasi, tujuan, metode penyampaian,
jumlah penyimak, dan peristiwa khusus.

Berdasarkan metode penyampaian, ada empat


jenis berbicara yaitu berbicara mendadak, berbicara
berdasarkan catatan kecil, berbicara berdasarkan
hafalan, dan berbicara berdasarkan masalah.Sejalan
dengan tujuan pembicara, berbicara
95
dapatdiklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu berbicara
menghibur, berbicara menginformasikan, berbicara
menstimulasi, berbicara meyakinkan, dan berbicara
menggerakkan.Berdasarkan jumlah penyimaknya,
berbicara dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
berbicara antarpribadi, berbicara dalam kelompok kecil,
dan berbicara dalam kelompok besar.Berdasarkan
peristiwa khusus, berbicara atau pidato dapat
digolongkan atas enam jenis, yaitu pidato presentasi,
pidato penyambutan, pidato perpisahan, pidato jamuan
( makan malam), pidato perkenalan, dan pidato
nominasi/ mengunggulkan (Logan dkk dalam Tarigan
dkk, 1997:56).

Jenis berbicara berdasarkan situasi pembicaraan


terbagi menjadi dua yaitu berbicara formal dan informal.
Berbicara formal meliputiceramah,perencanaan dan
penilaian, interview, prosedur parlementer, dan
bercerita dalam situasi formal. Sedangkan jenis
berbicara informal meliputi: tukar pengalaman,
percakapan, penyampaian berita, menyampaikan
pengumuman, bertelepon, dan memberi petunjuk
(Logan dkk dalam Tarigan dkk, 1997:48).
96
Selanjutnya Tarigan (2008: 24-25) secara garis
besar membagi berbicara (speaking) menjadi:

1) Berbicara di muka umum pada masyarakat (public


speaking) yang mencakup empat jenis, yaitu:

a) Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat


memberitahukan atau melaporkan; yang bersifat
informative (informative speaking),

b) Berbicara dalam situasi-situasi yang


bersifat kekeluargaan, persahabatan
(fellowship speaking),

c) Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat


membujuk, mengajak, mendesak, dan
meyakinkan (persuasive speaking), serta

d) Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat


merundingkan dengan tenang dan hati-hati
(deliberative speaking).

2) Berbicara pada konferensi (conference speaking)


yang meliputi:

97
a) Diskusi kelompok (group discussion), yang dapat
dibedakan atas:

(1) Tidak resmi (informal)

(2) Resmi (formal),

Melengkapi pendapat di atas, Tomkins dan


Hoskisson (1995:120- 157) menyatakan bahwa
berbicara dapat berjenispercakapan, berbicara estetik,
berbicara untuk menyampaikan informasi atau untuk
mempengaruhi, dan kegiatan dramatik.

Pembelajaran berbicara di sekolah dasar antara


lain berbicara dalam diskusi kelompok, presentasi di
depan kelas, bermain peran, bercerita, tanya jawab
dengan guru, wawancara, dan kegiatan-kegiatan
belajar yang lainyang menuntut siswa untuk
mengembangkan keterampilan berbicara. Jenis
keterampilan berbicara yang akan ditingkatkan dalam
penelitian ini adalah bercerita.

f. Faktor Berbicara

Kelangsungan kegiatan berbicara dipengaruhi


oleh si pembicara itu sendiri. Pembicara harus
98
memperhatikan beberapa hal agar kegiatan berbicara
berjalan dengan baik. Menurut Nurgiyantoro (2016 :
441) untuk dapat berbicara secara baik, pembicara
harus meguasai beberapa hal yaitu : lafal, struktur,
kosakata, dan gagasan masalah atau gagasan yang
akan disampaiakan serta memahami bahasa lawan
bicara.

Nurgiyantoro (2016 : 442) juga menyatakan


bahwa selain ditentukan oleh faktor ketepatan bahasa
seperti tersebut di atas, kejelasan penuturan juga
dipengaruhi oleh unsur-unsur paralinguistik seperti
gerakan-gerakan tertentu, ekspresi wajah, nada suara
dan situasi pembicaraan (serius, santai, wajar,
tertekan).

Melengkapi pendapat di atas, Maidar G. Arsjad &


Mukti(1993: 17-22) menyebutkan ada beberapa faktor
yang perlu diperhatikan untuk menjadi pembicara yang
baik. Faktor-faktor tersebut adalah faktor
verbal/kebahasaan dan faktor non-verbal/
nonkebahasaan. Faktor kebahasaan meliputi : (a)
ketepatan ucapan, (b) penekanan tekanan, nada, sendi

99
dan durasi, (c) pilihan kata (diksi), (d) ketepatan
penggunaan kalimat, dan (e) ketepatan sasaran
pembicaraan. Jadi faktor kebahasaan berhubungan
dengan pengetahuan bahasa, yakni tentang sistem
bahasa, srukturnya, kosakatanya dan aspek
kebahasaan lainnya.

Faktor nonkebahasaan meliputi (1) Sikap yang


wajar, tenang, dan tidak kaku, (2) Pandangan harus
diarahkan kepada lawan berbicara, (3) kesediaan
menghargai pendapat orang lain, (4) gerak-gerik dan
mimik yang tepat, (5) kenyaringan suara, (6)
kelancaran, dan (7) relevansi atau penalaran (Arsjad &
Mukti,1993: 17-22).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat


disimpulkan bahwa agar memiliki keterampilan
berbicara yang baik seseorang harus memperhatihan
banyak faktor. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
tersebut yaitu: faktor verbal/kebahasaan dan faktor
nonverbal/ nonkebahasaan. Faktor kebahasaan
meliputi : (a) ketepatan ucapan, (b) penekanan
tekanan, nada, sendi dan durasi, (c) pilihan kata (diksi),

100
(d) ketepatan penggunaan kalimat, dan (e) ketepatan
sasaran pembicaraan. Faktor nonkebahasaan meliputi:
(1) sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku, (2)
pandangan harus diarahkan kepada lawan berbicara,
(3) kesediaan menghargai pendapat orang lain, (4)
gerak-gerik dan mimik yang tepat, (5) kenyaringan
suara, (6) kelancaran, dan (7) relevansi atau penalaran,
(8) ekspresi wajah, (9) situasi pembicaraan, dan (10)
kecepatan dan kejelasan pengucapan).

g. Prinsip Pembelajaran Berbicara

Pembelajaran berbicara memerlukan proses-


proses yang harus dilalui oleh siswa dalm
pembelajarannya. Proses yang dilalui akan
mempengaruhi hasil pembelajaran. Keberhasilan
pembelajaran berbicara akan baik jika proses yang
dilakukan baik. Brooks 1964, dalam Tarigan (2008:17-
18) menyatakan bahwa prinsip umum yang mendasari
kegiatan berbicara antara lain: membutuhkan paling
sedikit dua orang, mempergunakan suatu sandi
linguistik, menerima atau mengakui suatu daerah
referensi umum, merupakan suatu pertukaran antara

101
partisipan, menghubungkan setiap pembicara dengan
yang lainnya dan kepada lingkungannya, berhubungan
dengan masa kini, hanya melibatkan aparat atau
perlengkapan yang berhubungan dengan suara atau
bunyi bahasa dan pendengaran (vocal and auditory
apparatus), dan secara tidak pandang bulu
menghadapi serta memperlakukan apa yang nyata dan
apa yang diterima seagai dalil. Prinsip-prinsip yang
mendasari kegiatan berbicara tersebut dapat dijadikan
acuan bagaimana proses pembelajaran berbicara yang
seharusnya dilakukan.

Sedangkan Brown (2001: 275-276) menyebutkan


ada tujuh prinsip yang harus diperhatikan dalam
pembelajaran berbicara, yaitu:

1) Use techniques that cover the spectrum of learner


needs, fromlanguage-based focus on accuracy to
message-based focus on interaction, menaning, and
fluency.

2) Provide instrinsically motivating techniques.

3) Encourage the use of authentic language in


meaningful contexts.
102
4) Provide appropriate feedback and correction.

5) Capitalize on the natural link between speaking and


listening.

6) Give students apportunities to initiate oral


communication.

7) Encourage the development of speaking strategies.

Keterampilan berbicara merupakan suatu proses


yang memerlukan latihan secara terus menerus.
Saddhono & Slamet (2012: 36) menyatakan bahwa
dalam belajar dan berlatih berbicara, seseorang perlu
dilatih pelafalan, pengucapan, pengontrolan suara,
pengendalian diri, pengontrolan gerak-gerik tubuh,
pemilihan kata, kalimat dan intonasinya, penggunaan
bahasa yang baik dan benar, serta pengaturan atau
pengorganisasian ide.

Dalam pembelajaran keterampilan berbicara guru


sebaiknya memperhatikan prinsip-prinsip berbicara dan
menggunakan teknik yang sesuai dengan kebutuhan
siswa. Kegiatan pembelajaran harus mampu
memberikan motivasi yang dapat mendorong siswa

103
menggunakan bahasa secara kontekstual dan
memberikan umpan balik yang tepat. Prinsip
pembelajaran berbicara di sekolah dasar harus
dilakukan sesuai karakter siswa dan menggunakan
metode atau teknik yang tepat.

h. Teknik Pembelajaran Berbicara

Berbicara adalah keterampilan menyampaikan


pesan melalui bahasa lisan. Diperlukan teknik
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan
keterampilan berbicara siswa. Pembelajaran berbicara
memiliki banyak teknik pembelajaran.Solchan dkk.
(2014: 11.18-11.19) menyatakan bahwa terdapat tiga
teknik pembelajaran berbicara yaitu teknik terpimpin,
teknik semi terpimpin, dan teknik bebas. Teknik
terpimpin merupakan teknik pembelajaran berbicara
yang dilakukan dengan cara meminta siswa
memaparkan sesuatu sama dengan contoh yang telah
ada. Teknik semi terpimpin adalah teknik pembelajaran
berbicara yang dilakukan dengan cara meminta siswa
untuk mengujarkan/ memaparkan sesuatu yang secara
material sudah ada dan siswa diberi kebebasan untuk

104
mengembangkan paparan bahasa sesuai dengan
tingkat kemampuan mereka. Sedangkan teknik bebas
dilakukan dengan cara meminta siswa memaparkan
sesuatu secara bebas tanpa bahan yang ditentukan
atau tanpa bimbingan/pancingan tertentu.

Mendukung penjelasan tersebut di atas,


Iskandarwassid & Sunendar (2015: 244-245)
menjelaskan teknik berbicara terpimpin terdiri atas
frase dan kalimat, satuan paragraf, dialog, dan
pembacaan puisi. Berbicara semi-terpimpin terdiri atas
: reproduksi cerita, cerita berantai, menyusun kalimat
dalam pembicaraan dan melaporkan isi bacaan secara
lisan. Berbicara bebas meliputi diskusi, drama,
wawancara, berpidato dan bermain peran.

Tarigan dan Tarigan (1990) dalam Sufanti (2010 :


53-54) mengungkapkan bahwa terdapat 23 teknik
penembelajaran berbicara yaitu : ulang ucap, lihat dan
ucapkan, mendeskripsikan, subtitusi, transformasi,
melengkapi kalimat, menjawab pertanyaan, bertanya,
pertanyaan menggali, melanjutkan cerita, cerita
berantai, menceritakan kembali, percakapan,

105
parafrase, reka cerita gambar, memberi petunjuk,
bercerita, dramatisasi, laporan pandangan, bermain
peran, bertelepon, wawancara, dan diskusi.

Dalam penelitian ini teknik pembelajaran


berbicara yang digunakan adalah teknik semi terpimpin
yaitu siswa diminta untuk bercerita yang secara
material sudah ada dan siswa diberi kebebasan untuk
mengembangkan paparan bahasanya sesuai dengan
tingkat kemampuan mereka.

i. Penilaian Keterampilan Berbicara

Aspek-aspek yang dinilai dalam penilaian


keterampilan berbicara secara umum dibedakan
menjadi dua, yaitu: kebahasaan dan
nonkebahasaan.Menurut Saddhono & Slamet (2012:
2), aspek kebahasaan meliputi: ucapan atau lafal,
tekanan kata, nada dan irama, persendian, kosakata
atau ungkapan, dan variasi kalimat atau struktur
kalimat. Aspek nonkebahasaan meliputi: kelancaran,
penguasaan materi, keberanian, keramahan,
ketertiban, semangat, dan sikap.

106
Sedangkan Brown (2001: 142-143) membagi
penilaian keterampilan berbicara menjadi dua bagian
yaitu mikroskill dan makroskill. Penilaian mikroskill
berhubungan dengan bagian- bagian kecil dari bahasa
seperti fonem, morfem, kata-kata, dan unit-unit frase.
Sedangkan penilaian makroskill berhubungan dengan
unsur-unsur yang lebih besar seperti kelancaran,
wacana, fungsi, gaya, kohesi, komunikasi nonverbal
dan pilihan strategi.

Brooks dalam Tarigan (2008: 28) menyatakan


bahwa dalam mengevaluasi keterampilan berbicara
seseorang, pada prinsipnya seorang guru harus
memperhatikan lima faktor, yaitu: 1) ketepatan
pengucapan bunyi-bunyi tersendiri (vokal dan
konsonan), 2) Pola-pola intonasi, naik turunnya suara,
serta tekanan suku kata memuaskan, 3) Ketetapan dan
ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang
pembicara tanpa referensi internal memahami bahasa
yang digunakan, 4) Ketepatan bentuk dan urutan kata-
kata yang diucapkan, 5) Sejauh mana “kewajaran” atau
“kelancaran” ataupun “ke-native-speaker-an” yang
tercermin bila seseorang berbicara.
107
Dalam penelitian ini penilaian keterampilan
berbicara dilakukan melalui penilaian keterampilan
bercerita dengan media gambar berseri atau penilain
keterampilan berbicara berdasarkan rangsang gambar.
Menurut Nurgiyantoro (2016: 448), komponen penilaian
keterampilan berbicara berdasarkan rangsang gambar
harus melibatkan unsur bahasa dan kandungan makna.
Penilain keterampilan berbicara berdasarkan rangsang
gambar meliputi aspek: 1) Kesesuaian dengan gambar,
2) Ketepatan logika urutan cerita, 3) Ketepatan makna
keseluruhan cerita, 4) Ketepatan kata, 5) Ketepatan
kalimat, dan 6) Kelancaran.

Ucapan Logis Merupakan Dasar

"Saya tidak percaya diri saat berbicara. Bagaimana


caranya agar saya pandai berbicara?"

Seorang mahasiswi yang bermimpi ikut kontes


kecantikan mendatangi saya. la memiliki tubuh dan
wajah yang menarik. Terlebih, tidak tampak ada
masalah berarti pada cara bicaranya. Suaranya halus
dan stabil. Masalahnya terletak pada alur bica— ranya
yang berantakan. Sepertinya ia tidak terbiasa berpikir
108
secara logis sehingga ucapannya terdengar tidak
berkesinam— bungan.

Hal seperti ini akan memberi nilai yang buruk


dalam kontes kecantikan. Para juri mempelajari dan
menilai kontestan dari cara bicaranya. Ucapan logis
dan cerdas akan mendapat nilai yang tinggi.

Ucapan mencerminkan keadaan seseorang apa


adanya. Kita dapat langsung mengetahui apakah
seseorang itu logis atau tidak hanya dengan berbincang
sebentar dengannya. Oleh karena itu, berbicara yang
menunjukkan pola pikir logis harus dilatih. Mari kita lihat
sebuah paragraf dari buku Logical Thinking Know-How
Do-How dari HR Institute.

"Orang yang logis dalam hal apa pun akan selalu logis.
Kita tidak akan menemukan ketidaklogisan dalam
pemikirannya ataupun kalimat dan ucapannya dalam
mengungkapkan pemikirannya tersebut. Sebaliknya,
kita tidak akan dapat menemukan bagian yang logis
dari orang yang tidak logis dalam hal apa pun."

Berbicara soal ucapan logis, kita tidak bisa


melupakan jurnalis Son Suk Hee. Melalui program 100
109
Minutes Discussion dan Son Suk Hee's Spotlight, kita
bisa melihat kemampuan berbicaranya yang logis dan
spontan. Ucapannya yang tajam juga tampak dalam
wawancara via telepon dengan aktris Brigitte Bardot
mengenai daging anjing. Berikut contohnya.

"Meskipun orang India tidak makan sapi, tetapi mereka


tidak melarang negara lain untuk makan sapi.
Bukankah Anda akan mengakui adanya perbedaan
budaya seperti ini?"

"MenurutAnda, berapa banyak orang di Korea yang


makan daging

Dalam kalimat pertama, kita mendengar soal


budaya India yang sudah terkenal. Alasan ini menjadi
dasar yang kuat untuk membujuk seseorang mengakui
perbedaan budaya. Seperti ini lah Son Suk Hee mampu
memaparkan alasan di balik pendapatnya dengan jelas.
Kemudian dalam kalimat selanjutnya, ia meminta fakta
yang mendukung bahwa seluruh orang Korea itu kejam.
la menekankan untuk tidak melebih-lebihkan tentang
sebagian orang Korea yang makan daging anjing.
Ketika ia menjawab dengan sistematis, logis, dan
110
tenang seperti ini, Brigitte BardotIah yang kesal dan
menutup telepon secara sepihak. Dari sini, kita bisa
melihat bagaimana kemampuan berbicara logis yang
hebat dari seorang Son Suk Hee.

Melatih Logika Berbicara

Pada zaman persaingan seperti ini, berbicara


logis bisa menjadi keunggulan tersendiri. Akan tetapi
hal itu tidak akan terbentuk dalam waktu satu malam.
Perlu latihan rutin dan membiasakan diri untuk
memerhatikan ucapan diri sendiri. Ada lima hal untuk
berbicara logis. Dengan melakukan lima hal berikut,
Anda dapat merasakan bahwa ucapan Anda dipenuhi
oleh logika yang kokoh:

1. Berikan Alasan yang Tepat Untuk Argumen Anda

Kita selalu diajarkan untuk mengutarakan alasan


di balik pen— dapat kita saat menulis esai. Begitu pula
dengan ucapan. Dalam percakapan sehari-hari, kita
mungkin sering melupakannya. Hal ini karena kita tidak
terbiasa menerapkan pola pikir logis dalam kegiatan
sehari-hari.

111
Perbedaan antara pendapat yang beralasan dan
yang tidak beralasan bagaikan bumi dan langit. Kita
ambil contoh seorang mahasiswa yang ingin jalan-jalan
ke Eropa dan meminta izin kepada orangtuanya. Jika ia
hanya mengulangulang pendapatnya, maka akan sulit
untuk menggerakkan hati orangtuanya. Lain halnya
ketika ia bisa menyampaikan alasannya.

"Izinkan aku untuk pergi backpacking ke Eropa


satu bulan saja (pendapat). Apalagi di era global seperti
ini, penting untuk memperluas pengetahuan dan nanti
pun saat melamar kerja bisa dimasukkan sebagai salah
satu pengalaman (alasan).”

Jika sudah begini, orangtua mana yang akan


melarang anaknya jalan-jalan ke Eropa?Terutama di
dunia kerja, karyawan yang mampu menyampaikan
alasannya dengan baik pasti akan disukai oleh atasan.

2. Hindari Lompatan Logika dan Melebih-lebihkan

Hanya karena sebagian orang Korea suka makan


daging anjing, kita tidak bisa menyimpulkan bahwa
seluruh orang Korea itu kejam. Kita harus ingat untuk
tidak menggeneralisasi sesuatu hanya dari contoh yang
112
kecil. Kita juga harus berhati-hati terhadap lompatan
logika. Dalam pepatah Jepang ada ungkapan "jika
angin berembus, maka toko bak akan laris". Saat angin
berembus, banyak debu beterbangan sehingga orang-
orang akan pergi ke pemandian umum, tetapi karena
kolam di pemandian umum sedikit, maka pesanan atas
bak mandi akan menjadi banyak. Meskipun terdengar
masuk akal, tetapi kita tahu bahwa hubungan antara
angin bertiup dan toko bak laris ini sangatlah jauh.

3. Konsisten dalam Bersikap

Saat kondisi argumen kita lemah, kita akan jatuh


ke dalam kontradiksi dan posisi yang membingungkan,
sebab kita akan mengeluarkan argumen baru yang
berbeda dengan apa yang sebelumnya kita ungkapkan.
Oleh karena itu, kita harus memiliki sikap konsisten
dengan pendapat kita dari awal hingga akhir.

4. Gunakan Kata-Kata Sederhana

Ada orang yang suka menggunakan bahasa


Inggris, karakter Mandarin, atau istilah-istilah tinggi
yang hanya diketahui dirinya sendiri seolah-olah ia
yang paling tahu segalanya. Alih-alih membantu dalam
113
menyampaikan pendapatnya, hal ini justru akan
membuatnya menerima penolakan dari lawan bicara.
Ingatlah bahwa ucapan yang sulit dimengerti adalah
penghalang komunikasi.

5. Tetap Tenang

Kita dapat menemukan orang-orang yang


sentimental saat berbicara dalam acara debat di
televisi. Mereka sering kali melontarkan perkataan-
perkataan yang tidak berhubungan dengan topik
pembicaraan. Contohnya mencari kesalahan untuk
menyerang secara personal. Hal ini muncul karena
situasinya menjengkelkan. Ingatlah, kekesalan
merupakan hal yang dilarang karena akan menciptakan
pembicaraan yang tidak logis dan bersikap tenang
sangat dibutuhkan dalam situasi seperti ini.

Kualitas Sebelum Kuantitas

Pasangan yang Tidak Mengobrol 30 Menit dalam


Sehari

"Saya jarang mengobrol dengan suami. Dia seperti


mengabaikan saya."

114
"Kalau kami bicara, pasti bertengkar, sehingga lebih
baik kami tidak berbicara."

Ucapan tersebut sering saya dengar dari ibu


rumah tangga berusia 40-an. Saya memahami
kesulitan tersebut karena usia saya pun sebaya
dengannya. Menurut laporan Kementerian Wanita dan
Keluarga, waktu dialog antara pasangan usia paruh
baya 40 hingga 50-an adalah yang terendah. Sebanyak
34,4% pasangan berusia 40-an mengobrol kurang dari
30 menit dalam sehari, sedikit lebih banyak daripada
pasangan berusia 50-an yang sebesar 34,1%.
Kurangnya waktu mengobrol seperti ini menandakan
komunikasi di antara pasangan tersebut tidak berjalan
dengan baik.

Dalam keluarga saya pun, waktu untuk mengobrol


sangat sedikit. Saya mengajar di kampus, perusahaan
dan lembaga pendidikan, serta aktif di panggung-
panggung seantero negeri menjadi moderator dan
penyiar dalam berbagai kegiatan. Setiap hari saya
begitu sibuk sampai harus menyewa road manager.

115
Oleh karena itu, sesampainya di rumah, saya pasti
langsung tertidur.

Suami saya pun selalu bekerja di Iuar, sehingga


mudah saja untuk muncul konflik di antara kami karena
kurangnya dialog. Namun, kami mengatasinya dengan
bijak. Suami saya mampu menjadi teladan—rela
mengurus masalah di rumah. la tidak pernah sekali pun
mengeluh. Selain itu, kami juga secara efisien
menerapkan rumus komunikasi "C = Q x P x R".

Saat saya bertanya sesuatu seperti, "Menurutmu


bagaimana hasil promosi jabatan kali ini?" la yang
tadinya menatap televisi langsung menoleh ke arah
saya. Lalu dengan wajah tidak enak hati ia menjawab,
"Aku tidak terlalu berharap". Kemudian saya berkata,
"Ya, kesempatan bukan kali ini saja. Kalau bukan kali
ini, mungkin Iain kali. Semoga yang terbaik". la pun
tersenyum hangat. Tidak berhenti sampai di sini. la
mungkin tidak tertarik lagi kepada televisi, dan langsung
bangkit serta duduk di dekat saya dan bercerita. la yang
biasanya pendiam dan tidak banyak bicara
mengemukakan kontribusi, prestasi, dan kehebatannya

116
selama di perusahaan. Saya akan mendengarkan
sambil menunggu waktu yang tepat untuk mengatakan
"Oh, ya?" atau "Oh, begitu." Dengan demikian, suami
saya pun dapat mengungkapkan seluruh isi pikirannya.

Mungkin karena hal ini, suami saya seperti tidak


terlalu stres tentang pekerjaan di kantor dan urusan di
rumah. Bagian yang berat berkurang saat berdialog
dengan saya. Kami mengatasi dengan baik situasi sulit
yang biasa dihadapi pasangan yang sama-sama
bekerja dengan rumus terapi komunikasi.

Menurut hasil kuesioner yang disebar Asosiasi


Populasi, Kesehatan, dan Kesejahteraan Korea,
penyebab utama kurangnya komunikasi di antara
pasangan usia paruh baya adalah pekerjaan.
Selanjutnya diikuti dengan pemakaian televisi,
kompüter, smartphone, terkurasnya waktu karena
mengurus anak, serta kurangnya teknik dan
pengalaman berdialog. Apabila dilihat sekilas,
kurangnya dialog di antara pasangan paruh baya
sepertinya disebabkan oleh kurangnya waktu.
Sementara menurut pandangan saya, belum tentü

117
demikian. Şebab dari apa yang saya dan suami alami,
kami tetap bisa menjalin dialog yang cukup meskipun
waktu luang kami sangat sedikit. Kami mengetahui
teknik dalam berdialog, yaitu rumus komunikasi. Yang
terpenting bukanlah waktu, melainkan kemampuan
berdialog. Kemampuan yang berperan sebagai
pelumas dalam hubungan suami istri yang bahagia
sangatlah penting.

Banyak pasangan yang mengalami kurang


berdialog lupa akan pentingnya teknik berbicara.
Berpikir bahwa masalah tersebut akan teratasi dalam
seketika dengan meluangkan cukup waktu dan situasi
tertentu adalah anggapan yang salah. Şebab dialog
tidak akan mengalir dengan semudah itu.

Faktor Positif dan Negatif dalam Dialog

Pada 2014, National Institute of the Korean


Language mengeluarkan bahan riset yang menarik,
bahwa semakin banyak waktu berdialog, maka semakin
tinggi indeks kebahagiaan, dan sebaliknya semakin
sedikit dialog maka semakin rendah indeks
kebahagiaan. Di dalamnya terungkap pula faktor positif
118
dan negatif dalam sebuah percakapan, yaitu sebagai
berikut:

1. Faktor Positif Dialog

Menggunakan panggilan yang diinginkan satu


sama Iain, saling menyapa saat pulang ke rumah,
menggunakan bahasa yang sopan, saling memuji dan
mensyukuri, berusaha mencapai kesepakatan,
mendengarkan lawan bicara hingga selesai
menunjukkan reaksi mengerti saat lawan sedang
bicara.

2. Faktor Negatif Dialog

Menggunakan umpatan atau kata-kata kasar saat


marah, membanding-bandingkan dengan orang Iain,
berbohong di situasi mendesak, meluapkan perasaan
yang terpendam saat marah, tidak nyaman berbicara
sambil menatap wajah lawan, tidak menggunakan
humor, saling mengkritik dan menuding, mengungkit-
ungkit kebaikan diri sendiri, mengakhiri obrolan dengan
pertengkaran.

119
Kita harus mengetahui hal-hal seperti ini dengan
lebih banyak berdialog. Di dalam "faktor positif dialog”,
kita dapat melihat rumus komunikasi. Tertarik terhadap
lawan bicara, memberi pujian, dan bereaksi. Sementara
untuk "faktor negatif dialog” perlu diingat dan dihindari.
Alih-alih memberikan pujian, berbicara menggunakan
kata-kata kasar atau umpatan dan membandingkan
dengan orang lain akan membuat komunikasi tidak
terbentuk sama sekali.

"Lelaki sebelah rumah katanya naik pangkat.”


(Membandingkan dengan orang lain)

"Bisa apa kita dengan gaji sekecil itu?” (Mengkritik dan


menuding)

"Penghargaan ini kita dapat berkat kemampuanku yang


hebat.”

(Menyebut-nyebut kebaikan diri sendiri)

"Aku capek. Berhentilah.

(Mengakhiri obrolan dengan pertengkaran)

120
Perlunya dialog bukan hanya untuk pasangan
suami istri. Dalam hubungan dengan orang yang sering
dijumpai seperti keluaga, teman, atau rekan kerja, kita
dapat menemukan kesulitan akibat komunikasi. Karena
kita mengira orang lain dapat mengerti perasaan kita
hanya dengan berbicara secukupnya. Mari kita eratkan
hubungan dengan orang terdekat dengan "faktor positif
dialog." Dengan berbicara seperti contoh di bawah ini,
waktu dialog pasti akan menjadi lebih banyak.

"Semua baik-baik saja di kantor?"

(Saling menyapa saat pulang ke rumah)

"Terima kasih, Sayang."

(Saling memuji dan mensyukuri)

"Benarkah?"

(Menggunakan bahasa yang sopan)

"Capek, ya? Aku mengerti."

(Menunjukkan reaksi mengerti dan mendengar)

Chocopie Untuk Perasaan, Pemanas Untuk Kebaktian

121
Saat menjual produk, lebih baik menyebutkan
satu per satu keunggulannya, atau memaparkan satu
hal dengan sederhana dan jelas. Jawabannya adalah
pernyataan yang kedua. Berfokus pada keunggulan
dan Ciri khas produk yang sesuai dengan tren secara
singkat dan lugas sehingga membangkitkan minat
belanja pembeli. Ringkasan ini yang disebut kata kunci.
Satu kata kunci yang tepat dapat meningkatkan
penjualan secara luar biasa. Contohnya Chocopie,
Kyungdong Boiler, dan Bacchus.

Pertama, kita lihat iklan Chocopie. Chocopie telah


lama menjadi camilan rakyat Korea, tetapi mengalami
krisis pada era 70-an akhir. Penjualannya menurun
secara drastis. Bahkan, sempat tercetus saran bagi
produsennya untuk mengeluarkan produk baru saja.

Pada saat itu, mereka membuat iklan baru dengan


kata kunci "perasaan". Dengan konsep "perasaan"
yang familier dengan bangsa Korea, mereka membuat
iklan berseri seperti guru, satpam, dan paman. Tak
lama, penjualannya menunjukkan kurva naik.
Konsumen mencari produk ini untuk menyampaikan

122
perasaan mereka pada orang-orang di sekitarnya. Oleh
karena itu, seri iklan dengan konsep "perasaan" ini
terus dipakai sampai sekarang. Narasi iklan berikut ini
belakangan telah menyentuh hati konsumen.

Hari ini pun seseorang kembali tersenyum dan


beberapa merasa bersyukur.

Aku telah menghiburnya.

Hari ini pun Anda bisa membuat seseorang kembali


tersenyum dan bersemangat.

Semua orang di bumi ini dan aku menyayangi Anda.

Kyungdong Boiler menggunakan kata kunci


"berbakti". "Saya ingin memasangkan pemanas untuk
Ayah saya." Kalimat ini menunjukkan adanya
permintaan di kalangan lanjut usia yang tinggal di
perumahan tua. Rumah-rumah modern yang ditempati
kaum muda sudah dilengkapi dengan pemanas air
terbaru sehingga mereka tidak perlu membelinya lagi.
Sementara kalangan lansia membutuhkannya, tetapi
biaya yang tidak sedikit membuat mereka tidak berani

123
membayangkan untuk membelinya. Kyungdong Boiler
menangkap poin ini.

Oleh karena itu, mereka mengajak kaum muda


yang memiliki kemampuan finansial baik untuk
membelikan boiler untuk orangtua mereka sebagai
wujud rasa berbakti. Hasilnya sukses besar. Penjualan
mereka meningkat tajam. Iklan "berbakti" ini tidak
berhenti hanya sebagai strategi untuk menjual produk.
Iklan ini berperan besar dalam mengkampanyekan rasa
berbakti kepada seluruh masyarakat. Dengan ini,
Kyungdong Boiler berhasil menggapai dua pulau
bernama peningkatan penjualan dan kampanye.

Bacchus menggunakan kata kunci "pemulih


energi" untuk menekankan karakter produknya. Setiap
orang yang mendengar kata Bacchus, pasti langsung
terbayang pemulih energi. Meskipun sempat
terguncang oleh minuman vitamin yang didukung oleh
seorang penyanyi wanita, mereka mampu
mempertahankannya. Mereka terus konsisten
mengiklankan produk sesuai dengan karakteristiknya
sehingga kata pemulih energi menjadi begitu lekat

124
dengannya. Hal itu dapat kita lihat pada narasi berikut
ini.

Sekarang pun di suatu tempat, kelelahan menumpuk


tanpa suara.

Seperti sinar hangat mentari yang mencairkan


salju. Bacchus ada di sini untuk mencairkan kelelahan
kita. Lepaskanlah, hanya dengan 4.800! Lepaskanlah
lelah!

Menembus Keseluruhan dengan Sebuah Cerita

"Pandangan konsumen merupakan hal penting.


Perusahaan yang mampu melihat lebih dalam tentang
keinginan, persepsi, pilihan, dan tindakan konsumen
akan mempertahankan posisi dalam persaingan. Apa
yang perusahaan Anda amati untuk mendapatkan
pandangan konsumen?"

Philip Kotler dalam bukunya 'Ten Deadly


Marketing Sins' menekankan pentingnya kata kunci dan
melakukan riset tentang konsumen. Jika ingin sukses,
perusahaan harus bisa menembus kepala konsumen
dan menemukan kata kuncinya. Ketika kata kunci

125
disandingkan dengan produk yang tepat, maka akan
memberikan hasil yang luar biasa. Perusahaan fashion
mencari warna tren yang akan disukai oleh konsumen
di setiap musim untuk diterapkan dalam produknya.
Perusahaan health care tentunya menggunakan kata
kunci "penyembuhan" untuk pemasarannya.

Bagaimana dengan home shopping? Seorang


home shop— ping host terkemuka menaklukkan
konsentrasi penonton de— ngan kata kunci yang
sesuai dengan tren. Misalnya, untuk brand merek
fashion mahal dengan target usia 20 hingga 30-an
seperti berikut.

"Anda tahu film 'The Devil Wears Prada' kan?


Seperti tokoh utamanya, Andrea Sachs, Anda harus
berani berinvestasi pada fashion untuk membuat diri
Anda menonjol. Bagaimana de— ngan Prada?
Mungkinkah hanya sebuah judul film? Cobalah dan
Anda pasti akan puas."

Konten bagus yang dikemas dengan


pengetahuan marketing seperti ini dapat menempatkan
suatu produk di level tertinggi. Menerapkan trik
126
marketing dalam ucapan akan membantu dalam
kehidupan sehari-hari dan tentunya dalam kehidupan
sosial. Marketing dibutuhkan dalam segala hal, baik
saat menulis di blog pribadi ataupun saat merancang
kegiatan kesenian yang berhubungan dengan dunia
bisnis. Begitu pula halnya dalam berbicara.

Kita ambil contoh kejadian saat wawancara kerja.


Saya sering mengadakan kelas khusus untuk
mahasiswa. Lewat berbagai metode simulasi
wawancara dengan mahasiswa, kini saya bisa
langsung mengetahui mana yang akan lolos dan tidak.
Kebanyakan mahasiswa berusaha menjelaskan terlalu
banyak hal saat wawancara. Namun, harus diketahui
bahwa mengungkapkan banyak hal dalam waktu
singkat seperti nilai kuliah, nilai kemampuan bahasa
Inggris, pengalaman bakti sosial, penghargaan yang
pernah diperoleh, hingga bakat yang dimiliki justru akan
menimbulkan efek yang berkebalikan.

Tim pewawancara yang menghadapi banyak


orang tidak akan berkonsentrasi terhadap satu per satu
pelamar. Mereka membuat keputusan secara instingtif

127
dalam waktu yang telah ditentukan, sekitar 3-5 menit.
Oleh karena itu, seorang pelamar harus menarik hati
tim pewawancara dalam waktu singkat dengan kata
kunci yang membedakannya dengan pelamar Iain dan
sesuai dengan yang dicari perusahaan. Dengan
demikian, ia akan memberikan kesan yang kuat kepada
tim pewawancara. Contohnya sebagai berikut.

"Saya sudah disiapkan menjadi manusia global.


Sejak kecil, saya tinggal di luar negeri sehingga bisa
berbahasa Inggris. Jika diterima di perusahaan ini, saya
ingin bergabung dengan divisi overseas marketing dan
memperkenalkan produk ke seluruh dunia. Saya pasti
akan berkontribusi dalam melambungkan perusahaan
ini menjadi perusahaan global.

Kalau sudah seperti ini, tidak perlu lagi


mengetahui berapa nilai TOElC-nya. la sudah
menyampaikan bahwa ia adalah orang yang tepat
untuk membuat perusahaan menjadi global. la
menembak dengan tepat dengan satu kata kunci,
"global".

128
Manusia global, tinggal di luar negeri, bahasa
Inggris, divisi penjualan luar negeri, seluruh dunia,
perusahaan global, semua terikat dengan satu kata
kunci. Jelas tim pewawancara akan menganggukkan
kepala mereka.

BERBICARA DENGAN BAHASA TUBUH


Bahasa tubuh adalah komunikasi yang
mengandung suatu pesan dan disampaikan secara
non-verbal atau tanpa menggunakan kata-kata.
Bahasa tubuh dapat membantu dalam keberhasilan
komunikasi hingga 93 persen. Berikut adalah beberapa
cara untuk berkomunikasi dengan bahasa tubuh:

1. Pertahankan kontak mata yang baik, karena kontak


mata yang baik menunjukkan bahwa Anda tertarik,
terhubung, dan nyaman

2. Senyum, karena senyum dapat menunjukkan bahwa


Anda ramah dan terbuka

3. Gunakan bahasa tubuh terbuka, seperti berjabat


tangan dengan mantap, duduk dengan tenang,
namun tetap memancarkan energi, dan terlihat
mengendalikan semua isyarat.
129
4. Perhatikan postur tubuh, karena postur tubuh yang
santai dan tegak menunjukkan bahwa Anda nyaman
dan percaya diri

5. Identifikasi pola bahasa tubuh, karena pola bahasa


tubuh dapat memberikan informasi tentang apa yang
ada di pikiran seseorang

Perhatikan gerakan tangan, karena gerakan


tangan dapat menunjukkan bahwa Anda sedang
berbicara dengan antusias atau sedang merasa tidak
nyaman. Membaca bahasa tubuh seseorang dapat
membantu dalam memahami pikiran lawan bicara dan
meningkatkan kemampuan komunikasi. Namun, perlu
diingat bahwa bahasa tubuh dapat dimanipulasi,
sehingga pesan yang diberikan seringkali tidak dapat
diproses dengan benar.

Pidato yang Mengguncang Amerika

"Amerika tidak akan bisa sukses tanpa


kesuksesan Anda. Itulah alasan saya maju dalam
pemilihan ini. Jika kita bekerja keras maka kita akan
sukses, itu adalah kesepakatan dasar Amerika. Karena
itu, saya akan berjuang demi rakyat Amerika yang
130
tersingkir dalam proses pemulihan ekonomi.
Kesejahteraan bukan hanya untuk para CEO dan
manajer pengelola investasi global. Demokrasi bukan
hanya untuk miliarder dan perusahaan."

Pidato di atas diucapkan oleh mantan Sekretaris


Negara, Hillary Rodham Clinton pada 2015 silam
setelah ia terpilih sebagai kandidat dalam pernilihan
presiden Amerika Serikat. la menyebut dirinya sebagai
"pelindung rakyat Amerika biasa" dan menunjukkan
dukungannya. Dengan pidatonya yang penuh
semangat meski usianya hampir 70 tahun, ia disambut
oleh banyak pendukungnya.

Konon, ia menggunakan buku agendanya saat


berbicara secara mendadak. Di situ banyak terdapat
catatan peribahasa, kata mutiara, kutipan ayat Injil,
serta isu-isu seputar sosial, budaya, dan ekonomi.
Segala persiapan yang dilakukan, membuat pidatonya
mengandung emosi yang lebih kuat daripada orang
lain. Ditambah Iagi dengan artikulasi dan nada
bicaranya yang baik.

131
Hillary memimpin dengan pasti di antara kandidat
presiden lainnya jika dilihat dari pidato publik. Pidatonya
menunjukkan karisma yang kuat. Sorot matanya yang
penuh percaya diri dan gesturnya menempati porsi
besar dalam menyukseskan pidatonya. Hal ini dapat
dilihat jika kita membandingkannya dengan kandidat
partai Demokrat lainnya, Bernie Sanders. Ucapannya
jujur dan tegas. Namun, gerakan tubuhnya kurang
halus. Kepalanya yang terlalu menjulur ke depan
membuatnya tampak bungkuk. la menjadi terlihat
begitu tua dan renta. Hal inilah yang membuat daya
saingnya turun saat berbicara. 90% Ucapan Dibentuk
Oleh Suara dan Gerak Tubuh

Albert Mehrabian, psikolog sekaligus pakar


komunikasi Amerika menyebutkan bahwa suara dan
gerak tubuh merupakan unsur yang sangat penting
dalam berbicara. Menurutnya, ucapan dipengaruhi 7%
oleh isi, 38% oleh suara, dan 55% oleh gerak tubuh.
Suara dan gerak tubuh dapat membuat perbedaan
besar terhadap isi ucapan yang sama.

132
Untuk bisa berbicara dengan baik, unsur
nonverbal seperti gerak tubuh harus diterapkan dengan
baik. Mari kita Iihat lima unsur nonverbal untuk memikat
hati para pendengar. Cara-cara ini sangat berguna
tidak hanya saat bicara, tetapi juga dalam kehidupan
sehari-hari:

1. Penampilan yang Baik

Obrolan dimulai dari pertemuan antara seseorang


dengan orang lainnya sehingga kesan pertama amatlah
penting. Seseorang menilai lawan bicaranya dalam
waktu yang sangat singkat sehingga kita harus memiliki
penampilan yang berkesan. Perhatikan mulai dari gaya
rambut. Para artis mengubah bentuk rambutnya untuk
menyesuaikan diri dengan berbagai karakter drama
yang dibintanginya, karena rambut memegang peran
yang sangat penting dalam menunjukkan karakter.
Oleh karena itu, rapikan rambut yang dapat
menunjukkan nilai dan pekerjaan Anda.

Begitu juga dengan pakaian. Gunakan pakaian


dengan gaya yang baik dalam setiap pertemuan,

133
wawancara, dan presentasi. Pilihlah dress atau kemeja
formal yang dapat menunjukkan gaya Anda.

2. Selalu Tersenyum

Kita mudah tertarik dengan orang yang berwajah


cerah dan tenang. Sebaliknya, orang-orang akan
menjauh dari orang yang berwajah gelap dan gelisah.
Senyum memiliki daya untuk membuat hati yang
melihatnya menjadi gembira dan akan merambat
kepada banyak orang dalam waktu singkat. Oleh
karena itu, biasakanlah diri untuk sering tersenyum.

Jika Anda pernah naik pesawat, Anda pasti


pernah mera— sakan perasaan senang saat melihat
senyum cerah para pra— mugari. Senyum tersebut
tidak hanya untuk hari itu, tapi mereka berulang kali
berlatih menaikkan sudut bibir dengan cara menggigit
pulpen.

Ada tiga hal yang harus diingat untuk membentuk


sebuah senyuman. Pertama, selalu lemaskan otot
wajah. Anda dapat berlatih dengan mengernyit dan
melemaskan wajah, atau mengucapkan huruf vokal
dengan membuka mulut lebarlebar. Kedua, tariklah
134
sudut bibir sesering mungkin. Anda dapat mengetahui
sudut mana yang tidak naik saat berkaca sambil
tersenyum. Maka perbanyaklah menggunakan sudut
tersebut. Ketiga, lafalkan kata-kata yang serupa
dengan cookie, Waikiki, dan whiskey. Praktik ini akan
membentuk senyum Anda dengan sendirinya.
Tersenyumlah dengan selalu mengucapkan lafal ini.

3. Pupil Mata yang Membesar dan Tatapan yang Stabil

Mata adalah jendela hati. Lewat mata kita bisa


menyampaikan isi hati dan membaca hati orang lain
meskipun tanpa katakata. Biasanya pupil mata akan
membesar saat kita merasa— kan kebaikan lawan
bicara dan mengecil jika tidak. EBS Documentary
pernah melakukan percobaan mengenai ini. Dari dua
buah foto orang yang sama, salah satunya diubah
besar pupil matanya. Lalu foto mana yang berkesan
bagi orang-orang yang melihatnya? Menurut
percobaan, 78 dari 1 12 orang responden merasa foto
dengan pupil mata yang lebih besar lebih menarik.
Sebuah hasil yang menunjukkan pentingnya sorot
mata.

135
Tatapan yang stabil saat mengobrol juga sama
pentingnya. Siapa yang mau mendengarkan orang
yang berbicara dengan mata tidak fokus atau menatap
ke luar pintu dan atap? Pendengar juga perlu merasa
bahwa orang yang sedang berbicara dengannya
tertarik kepadanya. Dengan demikian, ia akan
menyimak ucapan orang tersebut.

4. Sikap Percaya Diri

Mari kita ingat Bernie Sanders yang kalah dengan


Hillary. Satusatunya kelemahan Bernie Sanders dalam
berbicara adalah sikap tubuhnya yang bungkuk. Saat
berbicara, tubuh harus tegak dan penuh percaya diri.
Jika Anda sudah lama terbiasa memiliki sikap tubuh
yang kurang baik, maka hal ini harus segera diperbaiki.

5. Gestur yang Tepat

Gestur tangan memberikan banyak makna bagi


lawan bicara. Misalnya, tangan yang mengepal untuk
menunjukkan maksud yang kuat atau tangan yang
bergerak ke segala arah untuk mengarahkan
pandangan. Ada orang yang mahir menggunakan
gestur seperti ini, yakni para home shopping host.
136
Mereka memakai gestur untuk memperkenalkan
produk secara lebih jelas dan meningkatkan daya
konsentrasi penonton.

Gestur tangan yang baik biasanya


memperlihatkan telapak tangan dan bergerak dari
dalam ke luar. Rajin berlatih di depan kaca akan
membuat Anda menemukan gestur yang tepat dan
terbiasa menggunakannya.

MELATIH VOCAL DAN VERBAL


Melatih vocal dan verbal dapat dilakukan dengan
berbagai teknik. Berikut adalah beberapa cara untuk
melatih vokal dan verbal:

1. Teknik Pernapasan: Melatih pernapasan adalah cara


yang efektif untuk meningkatkan kualitas suara.
Latihan pernapasan dapat membantu mengontrol
suara dan meningkatkan volume dan power suara

2. Teknik Vokalisasi: Vokalisasi adalah teknik untuk


mempersiapkan pita suara. Cara melakukannya
cukup mudah, yaitu dengan mengucapkan huruf
hidup

137
3. Bernyanyi: Bernyanyi dapat membantu melatih vokal
dan pernapasan. Lakukan bernyanyi sesuai tangga
nada dan buat program Latihan

4. Teknik Infleksi: Infleksi atau vocal inflection adalah


naik-turunnya nada suara saat mengucapkan kata
atau kalimat. Hal ini juga disebut sebagai "lagu
kalimat"

5. Teknik Speed/Tempo: Kecepatan bicara juga


mempengaruhi kualitas suara. Oleh karena itu,
latihan untuk mengatur kecepatan bicara dapat
membantu meningkatkan kualitas suara

6. Teknik Intonasi: Intonasi adalah naik-turunnya nada


suara saat berbicara. Intonasi yang tepat dapat
membantu meningkatkan daya tarik suara

7. Teknik Artikulasi: Artikulasi adalah cara


mengucapkan kata dengan jelas dan tepat. Latihan
artikulasi dapat membantu meningkatkan kejelasan
suara

138
8. Teknik Volume: Volume suara juga mempengaruhi
kualitas suara. Latihan untuk mengatur volume suara
dapat membantu meningkatkan daya tarik suara

9. Teknik Rhythm: Rhythm adalah pola irama dalam


bicara. Latihan untuk mengatur rhythm dapat
membantu meningkatkan kualitas suara

10. Teknik Intonation: Intonation adalah penggunaan


nada suara untuk mengekspresikan makna. Latihan
untuk mengatur intonasi dapat membantu
meningkatkan daya tarik suara

Dalam public speaking, vokal merupakan salah


satu unsur penting yang terlibat, selain verbal dan
visual. . Oleh karena itu, melatih vokal dan verbal dapat
membantu meningkatkan kemampuan public speaking.

MENGUNGKAPKAN DIRI LEWAT STORYTELLING

Saat Diminta Berbicara, Berceritalah

"Kalimat pertama yang menarik untuk didengar."

"Beri tahu kelebihanmu."

"Gunakan angka."
139
"Setelah diterima bekerja, selesaikan sesuai target
waktu." "Menggunakan suara yang jelas dan lantang."

Hal-hal di atas merupakan cara memperkenalkan


diri saat wawancara. Sebuah pengetahuan penting
yang tidak boleh dilupakan. Sebagai seseorang yang
sering mengajar kelas ber— bicara bagi mahasiswa
yang akan memasuki dunia kerja, saya sangat
mengetahuinya. Saya berulang kali menekankan
kelima hal di atas kepada para siswa. Namun, ada satu
hal lagi yang ingin saya tambahkan, yaitu storytelling.

Storytelling memiliki daya yang lebih kuat


daripada gabungan kelima hal di atas. Jika Anda tidak
menguasai kelima hal di atas, storytelling dapat
membantu Anda untuk memikat tim pewawancara saat
memperkenalkan diri.

Ada satu kesalahan yang biasanya dilakukan saat


wawancara, yaitu sibuk menyebutkan spesifikasi diri.
Bisa dipahami bahwa Anda ingin memberitahukan
kelebihan Anda sebanyak mungkin dalam waktu
singkat. Namun, jika tidak terlalu Iuar biasa, akan sulit
menemukan perbedaan Anda dengan kandidat lainnya.
140
Oleh sebab itu, diperlukan storytelling. Cerita yang
menem— bus hingga ke dasar hati tidak hanya akan
menutupi kekurangan yang dimiliki, tetapi juga
menciptakan nilai lebih tersendiri. Storytelling
merupakan cara untuk memperkenalkan diri yang
sangat efektif, tidak hanya untuk wawancara, tetapi
juga dalam pertemuan bisnis ataupun pribadi.

Cerita tentang roti bagel pun menggunakan


kekuatan storytelling. Bagel adalah roti keras yang
berbentuk mirip donat. Ada kisah di balik Iahirnya roti
ini. Konon, ada seorang tukang roti berkebangsaan
Jerman yang memiliki istri seorang Yahudi. Suatu hari,
sang istri ditangkap oleh tentara Nazi dan dimasukkan
ke penjara. Lelaki tadi menyusup bekerja ke dapur
pembuatan roti di dalam penjara untuk menyelamatkan
istrinya. Kepala penjara pun mengakui bakatnya yang
luar biasa dan mengizinkannya menghabiskan satu
malam bersama istrinya.

Menjelang pertemuan, ia membuatkan roti


kesukaan istrinya. la hanya memberi sedikit ragi, agar
roti itu keras dan tidak terlalu mengembang sehingga

141
saat memakan satu roti sudah kenyang. Lalu ia
membuat lubang besar pada roti itu agar bisa dijalin tali
dan mengikatnya pada pantalon istrinya. Hal itu
dilakukan agar roti-roti tersebut tidak dicuri oleh orang
lain. Keduanya berjanji untuk bertemu lagi sebelum roti
terakhir habis. Namun, mereka tidak dapat bertemu lagi
untuk selamanya. Lelaki tadi kemudian pulang ke
kampung halaman dan membuat roti bagel setiap kali
merindukan istrinya. Setelah itu, roti bagel menjadi
terkenal ke seluruh dunia karena cerita ini.

Sayangnya kisah roti bagel ini adalah rekaan.


Namun karena storytelling-nya begitu kuat, publik
sudah tidak peduli lagi tentang keasliannya. Sehingga
setiap kali memakan roti bagel di toko roti atau kafe,
pasti akan terngiang kisah sedih si tukang roti Jerman
dan istri Yahudi-nya.

Selain itu, ada lagi cerita serupa yang


meninggalkan kesan mendalam. Kisah Paul Robert
Potts. Kehidupan penyanyi pop opera ini menyajikan
kisah yang begitu mengharukan. Suatu hari, seorang
pria dengan tampang pas-pasan dan bekerja sebagai

142
salesman mengikuti audisi Britain's Got Talent dan
berkata ingin menyanyikan opera. Tak ada satu pun
yang tertarik terhadapnya. la lalu menyanyikan aria
"Nessun Dorma dari opera Turandot dengan suara
merdu. Ini adalah lagu yang dinyanyikannya untuk
bangkit dari masa lalu saat berjuang melawan kanker,
kecelakaan lalu lintas, pengucilan, dan kemiskinan.
Hasilnya sungguh mengejutkan. Para penonton
tenggelam dalam perasaan masing-masing.

Bagaimana jika ia seorang penyanyi yang


bertampang rupawan dan berasal dari golongan elit?
Mungkin ia tidak akan mendapatkan respons sebaik itu.
Audiens seakan melihat tokoh dalam dongeng saat
menyaksikannya bernyanyi. Melalui kisahnya yang
berhasil melewati kesengsaraan hidup, ia men— jadi
penyanyi pop opera yang mendunia. Setiap orang yang
mendengar nama Paul Robert Potts pasti akan
langsung teringat kisahnya dan hanyut dalam
keharuan.

Katarsis dalam Cerita yang Bagus

143
"Latihan storytelling atau menyampaikan cerita
sama saja seperti mengasah kemampuan komunikasi.
Jika Anda berencana ingin menjadi pembicara, berlatih
storytelling akan sangat membantu. Kalaupun tidak
ingin menjadi pembicara, Iatihan ini akan menjadi
senjata besar dalam kehidupan sosial Anda"

Kata-kata di atas diucapkan oleh Doug


Stevenson, konsultan ahli presentasi dan pelatih teknik
mengajar terbaik di Amerika. Menurutnya, storytelling
adalah keterampilan berbicara yang sangat bermanfaat
baik saat mengajar, pertemuan bisnis, wawancara,
ataupun kehidupan sehari-hari. Lalu bagaimana
caranya berbicara dengan metode storytelling?
Storytelling yang baik membutuhkan empat hal (tema,
konflik, simpati, dan solusi) dan dua faktor tambahan
(pembalikan dan alasan). Pertama, kita lihat keempat
unsur yang diperlukan, yaitu:

1. Tema

Harus memiliki tema yang menonjol. Cerita yang


bertema menonjol disukai oleh orang-orang. Legenda
atau dongengdongeng klasik bertahan lama karena
144
mengandung sebuah tema, bahwa yang baik akan
menang dan yang jahat akan dihukum. Cerita yang
ingin disampaikan harus konsisten dengan satu tema.

2. Konflik

Konflik dan klimaks merupakan unsur yang tidak


dapat dipisahkan dari kisah yang menarik. Semakin
dalam konflik, semakin berlipat emosi dalam cerita.
Jangan lupa bahwa konfliklah yang membuat orang-
orang tenggelam dalam cerita. Konflik dalam kisah roti
bagel terdapat pada perpisahan antara si tukang roti
dengan istrinya serta cinta mereka yang harus terputus
di tengah jalan. Dalam kisah Paul Potts, konfliknya
adalah kehidupan masa remajanya yang kurang
beruntung dan tidak bisa belajar musik dengan benar.
la memperdengarkan kisah suksesnya dalam
mengatasi konfliknya.

3. Simpati

Tema dan konflik saja tidak cukup untuk


menghidupkan cerita jika pendengarnya tidak dapat
merasakan simpati terhadap cerita tersebut. Kita ambil
contoh cerita penderitaan tidak bisa makan saat sedang
145
berwisata ke luar negeri (konflik). Jika makanan itu
adalah makanan khayalan bernama bontaville, apa
yang akan terjadi? Tidak ada yang akan merasa simpati
terhadap cerita yang asing. Sebuah cerita harus familier
dan mudah dipahami untuk bisa menarik simpati.

4. Solusi

Cerita yang dramatis harus menyajikan katarsis


solusi terhadap konflik. Cerita yang dinilai bagus adalah
bisa mengatasi konfliknya.

Di samping keempat faktor tersebut, ada faktor


tambahan yang saya pikirkan. Faktor ini tidak masalah
jika tidak ada, tetapi akan lebih efektif jika ada.
"Pembalikan" berfungsi memberikan kejutan pada jalan
cerita yang membosankan. Alur cerita yang sama sekali
tidak bisa ditebak akan memancing rasa penasaran dan
konsentrasi. Faktor ini dapat digunakan seperlunya
sesuai kondisi. "Alasan" membuat cerita dapat
dipercayai. Mengapa drama sejarah begitu menarik?
Sebab dilandasi dengan kenyataan sejarah. Agar kisah
Anda tidak terkesan penuh kebohongan dan menguap

146
begitu saja, Anda harus menunjukkan alasan-
alasannya.

Storytelling adalah teknik berbicara yang


diperlukan oleh pekerja profesional seperti dokter,
pengacara, dan akuntan publik. Semakin lama pasokan
tenaga profesi semakin meningkat, sedangkan
permintaan semakin berkurang. Dengan storytelling,
klien pasti akan menganggukkan kepalanya untuk
Anda.

"Jika masih ada yang ragu bahwa Amerika adalah


negara dengan kemungkinan tak terbatas, jika masih
ada yang bertanya apakah impian para leluhur masih
hidup di zaman kita, jika masih ada yang
mempertanyakan kekuatan demokrasi, maka malam ini
adalah jawaban atas pertanyaan Anda semua."

Pidato Barack Obama di hadapan para


pendukungnya setelah ia memenangkan pernilu
presiden pada 2008. Menurut Jason Tomaszewski dari
Education World, pidato ini dapat dimasukkan ke dalam
tiga pidato presiden yang bersejarah bagi Amerika.
Pertama, pidato perpisahan George Washington dan
147
kedua, pidato Gettysburg Abraham Lincoln. Obama
memiliki kemampuan orasi yang ulung. la
memperlihatkan hampir seluruh aspek seorang orator
hebat.

Pidatonya tidak pernah dibawakan dengan


intonasi yang sama. Bagaikan pertunjukan musikal, ia
memulai dengan penuh irama hingga klimaks, lalu
menuju kesimpulan dengan tenang. Sama sekali tidak
terasa membosankan meskipun mendengarkannya
sambil menutup mata. Dari suaranya saja, ia seperti
artis musikal yang sedang mengguncang panggung.

Dengan suara baritonnya, ia berbicara dengan


nada lemah kadang nada kuat, kadang lambat dan
kadang cepat. Ia juga menyesuaikan emosinya saat
berbicara dengan isi perkataannya. Gesture dan
tatapannya yang luas cukup membawa audiens ke
dalam lautan perasaan.

Ada dua contoh yang menunjukkan bahwa


ucapan tidak sekadar di mulut saja. Ia menunjukkan
bahwa ucapan bisa menjadi musikal yang meleburkan
akting dengan lagu. Pertama, pidatonya menanggapi
148
peristiwa penembakan di Tucson, Arizona pada 201 1 .
Pidato ini dikenal sebagai '51 Seconds of Silence'.

"Saya ingin demokrasi kita sebaik yang


dibayangkan oleh Christina. Kita semua, harus
mengupayakan yang terbaik untuk membuat negeri ini
seperti yang diharapkan anak-anak kita."

Setelah mengatakan ini, ia diam selama 51 detik.


Ia melihat ke arah kanannya, lalu ia menarik napas
panjang dan mulai mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia
berusaha membendung perasaannya yang meluap. Ia
lebih memilih diam daripada mengungkapkan
perasaannya dengan sebuah kalimat. Yang
mengejutkan, kehangatan pun menjalar dari kursi
penonton pada saat ia diam. Setelah 51 detik yang
mengharukan itu, ia meneruskan kembali ucapannya.

Pandangan Amerika tentang pidatonya tersebut


seperti berikut, "Pidato emosional presiden Obama
telah meredakan Iuka rakyat Amerika."

Kedua, pidatonya di Universitas Charleston,


South Carolina pada 201 5. Dalam pidato
penghormatan selama 35 menit di pemakaman
149
seorang pendeta korban penembakan, ia menekankan
tentang pengampunan dan hak asasi manusia. Di
puncak pidato, ia menunjukkan sesuatu yang
mengejutkan. la menyanyikan lagu pujian 'Amazing
Grace'.

"Amazing grace, how sweet the sound. That saved a


wretch like me. I once was lost but now I'm found. Was
blind, but now I see."

Seketika para pendeta yang hadir berdiri bersama


6.000 hadirin lainnya ikut menyanyikan lagu pujian
tersebut. Air mata menetes di pipi para hadirin.

Sebuah Ucapan Terdengar Berbeda dari Iramanya

Apa perbedaan drama biasa dan drama musikal?


Keduanya sama-sama pertunjukan akting di atas
panggung, tapi drama musikal memiliki sesuatu yang
tidak ada dalam drama biasa, yakni lagu (irama). Lagu
yang hidup lebih menarik untuk didengar daripada
sekadar dialog yang panjang dan datar. Karena itu,
banyak penonton yang berbondong-bondong me—
nyaksikan drama musikal. Jadi bukankah seharusnya
unsur sepenting irama yang begitu kuat bisa menarik
150
penonton dapat diterapkan dalam pidato, seperti
Barack Obama?

Apa yang harus dilakukan untuk menghadirkan


irama dalam berbicara? Ada empat unsur yang
diperlukan: volume, kecepatan, intonasi, dan jeda. Jika
keempat hal ini diterapkan dengan tepat di saat yang
tepat maka Anda bisa berbicara layaknya seorang artis
musikal. Mari kita lihat lebih jelas keempat unsur
tersebut.

Volume

Suara yang terlalu kecil tidak akan berdampak


apa-apa. Mes— kipun demikian, suara keras juga
bukan solusinya. Besarnya suara harus dijaga agar
pesan sampai dengan baik kepada audiens.
Menyesuaikan volume suara dengan suasana dan
kon— ten omongan adalah kunci pertama untuk
menciptakan irama.

Kecepatan

Urnumnya kecepatan bicara yang pas ketika


berhadapan dengan audiens adalah 200-300 kata per

151
menit. Namun, seorang pemula akan lebih mudah
gugup sehingga memuntahkan segalanya dalam satu
waktu. Kalau sudah begini, jumlah dan tingkat
pemahaman audiens pun akan menurun. Untuk
memperlambat kecepatan bicara, bibir harus
digerakkan ke atas dan ke bawah. Anda bisa
menggunakan lagu 'Wi Arae' dari EXID yang
disebutkan di depan.

Biasanya Anda akan berbicara lebih cepat saat


mengung— kapkan semangat, kegembiraan, atau
kemarahan, dan lebih lambat saat menunjukkan
ketenangan, kesedihan, atau mera— sa kehilangan.
Untuk mengontrol kecepatan bicara, Anda dapat
mendengarkan rekaman suara Anda sendiri dan
mem— perbaikinya. Di bawah ini adalah contoh bahan
yang dapat dipakai untuk latihan.

Bapak-lbu sekalian, gunakanlah hak pilih Anda yang


berharga. [cepat]

Ubahlah hidup Anda dengan ucapan yang bermanfaat.


[cepat]

152
Saya merasa sedih jika mengingat peristiwa kapal
Sewol. [Iambat] Musim gugur, musimnya buku dan
refleksi diri, telah tiba. [Iambat]

Intonasi

Mengubah intonasi suara setiap saat dapat


meningkatkan konsentrasi audiens. Ucapan yang tidak
berintonasi hanya akan terdengar seperti lagu
pengantar tidur karena begitu monoton. Saat
menekankan sesuatu, intonasi suara harus tinggi.
Perhatikan contoh kalimat berikut.

"Saya tidak pernah berkata bahwa kebijakan Walikota


itu tidak berguna."

Jika penekanan di kata 'saya', artinya orang


Iainlah yang mengatakan hal tersebut. Bila yang
ditekankan kata 'tidak' itu berarti bukan yang saya
ucapkan dan bila kata 'kebijakan' yang ditekankan
maka artinya yang dimaksud tidak berguna adalah hal
Iain. Dengan kata Iain, makna ucapan bisa berbeda
tergantung letak penekanannya.

Jeda (Pause)

153
Kita dapat lebih menekankan makna ucapan lewat
jeda di depan kata atau kalimat. Sebagai contoh, "Untuk
rakyat, (jeda) dari rakyat, (jeda) pemerintahan rakyat
tidak akan pernah hilang dari muka bumi ini". Begitu
pula dengan 'keheningan 51 detik' yang dilakukan
Obama. Jeda membuat makna ucapannya
tersampaikan lebih kuat.

BERBICARA SEBAGAI PROSES


Berbicara merupakan sebuah proses komunikasi
yang melibatkan pembicara dan lawan bicara

. Berbicara sebagai proses meliputi beberapa


tahapan, seperti:

1. Perencanaan: Tahap ini meliputi pemilihan topik,


pengorganisasian ide, dan penentuan tujuan
berbicara.

2. Pengkodean: Tahap ini melibatkan pengubahan ide


dan informasi ke dalam bentuk bahasa yang dapat
dipahami oleh lawan bicara.

3. Pengiriman: Tahap ini meliputi pengucapan kata-


kata dan pengiriman pesan ke lawan bicara.

154
4. Penerimaan: Tahap ini melibatkan penerimaan
pesan oleh lawan bicara dan pemahaman terhadap
pesan tersebut.

5. Evaluasi: Tahap ini meliputi penilaian terhadap


pesan yang telah disampaikan dan diterima.

Dalam proses berbicara, terdapat beberapa


keterampilan yang harus dikuasai, seperti kelancaran,
relevansi, dan penalaran. Keterampilan berbicara juga
dapat dibagi menjadi beberapa jenis, seperti bercerita,
berpidato, dan berdiskusi

Sebagai bentuk komunikasi, berbicara tentunya


memerlukan tahapan-tahapan tertentu agar sampai
pada sasaran yang dimaksud. Selain itu, banyak hal
yang mendukung proses berbicara, yang tentunya tidak
boleh terabaikan salah satunya.

Untuk lebih jelasnya, bagian ini akan membahas


pengertian berbicara sebagai proses dan tahapan-
tahapan dalam berbicara.

A. Pengertian Berbicara Sebagai Proses

155
Proses mengandung pengertian bahwa ada
beberapa hal yang bergerak secara dinamis. Dimulai
dari satu titik dan berakhir pada titik lainnya. Berkaitan
dengan berbicara sebagai proses, Berlo dalam
Cangara mengatakan bahwa unsur-unsur yang terlibat
dalam kegiatan berbicara bergerak aktif dan dinamis.

Dalam konteks komunikasi antarpribadi, proses


menunjukkan adanya kegiatan pengiriman pesan dari
seseorang kepada orang lain. Diterimanya pesan
tersebut orang pendengar tentunya melibat banyak hal
yang mendukung.

Proses berbicara dimulai dari pembicara


menyampaikan pesan. Melalui media, pesan tersebut
diterima oleh pendengar. Dalam berbicara monologis,
proses berbicara berakhir pada pendengar. Pembicara
menyampaikan pesan dan berakhir ketika pendengar
dapat menerima dan memaknai pesan tersebut.

Lain hal dengan berbicara dialogis. Dalam


berbicara dialogis, pendengar memberikan respons
kepada pembicara sebagai reaksi dari pesan yang
disampaikan pembicara. Dalam hal ini, antara
156
pembicara dan pendengar mempunyai hubungan
resiprokal. Artinya, antara pembicara dan pendengar
mempunyai peran silih berganti. Pembicara mempunyai
peran ganda. Satu saat berperan sebagai pembicara,
saat lain harus berperan sebagai pendengar. Begitu
pun yang terjadi dengan pendengar.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan


bahwa berbicara adalah kegiatan komunikasi verbal
yang dimulai dari pembicara menyampaikan pesan
melalui media, dan diterima oleh pendengar

Muncul pertanyaan, apakah betul berbicara


sebagai proses memiliki pengertian seperti di atas?
Pengertian di atas sering dijumpai pada buku-buku
yang membahas tentang komunikasi. Artinya,
pengertian seperti itu lebih tepat untuk membatasi
konsep proses komunikasi. Sementara pengertian
komunikasi tidak dapat disejajarkan dengan berbicara.
Dalam komunikasi, berbicara ditempatkan sebagai
media komunikasi.

Jika merujuk kembali batasan berbicara seperti


yang diuraikan dalam Kegiatan Belajar 1 dalam modul
157
ini, salah satunya dikemukakan bahwa berbicara
merupakan proses simbolik. Hal ini membuktikan
bahwa proses berbicara tidak dimulai dari pembicara
menyampaikan pesan, tetapi lebih jauh sebelumnya
dimulai dari bagaimana pembicara melakukan
simbolisasi pesan dengan menggunakan perangkat-
perangkat bahasa.

Ketika akan menyampaikan pesan, terlebih


dahulu pembicara harus menentukan kata-kata yang
dapat digunakan sebagi simbol dari pesan tersebut.
Kata-kata yang digunakan harus dipertimbangkan
berdasarkan aspek ketepatan dan kesesuaian
sehingga menghasilkan pesan yang komunikatif.
Proses ini terjadi secara internal, yaitu proses yang
terjadi dalam diri pembicara.

Proses internal ternyata tidak hanya terjadi pada


diri pembicara, tetapi juga terjadi pada diri pendengar.
Pesan pembicara diterima pendengar melalui proses
pemaknaan. Jika antara pembicara dan pendengar
memiliki kesepakatan tentang simbol yang digunakan,
akan terjadi pembicaraan yang komunikatif yang

158
ditandai dengan pendengar memberikan respons
sesuai dengan yang diharapkan pembicara.
Sebaliknya, jika antara pembicara dan pendengar
memiliki bahasa yang berbeda, pembicaraan akan
berlangsung kurang komunikatif. Kekomunikatifan
pembicaraan hanya ditentukan oleh aspek-aspek
nonkebahasaan yang keberadaannya sangat terbatas.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan


bahwa berbicara sebagai proses adalah kegiatan
berbicara yang dimulai dengan proses simbolisasi
pesan dalam diri pembicara untuk disampaikan kepada
pendengar melalui sebuah media. Pesan pembicara
juga diterima melalui proses simbolisasi dalam diri
pendengar untuk menentukan respons yang sesuai
dengan yang diharapkan pembicara.

B. Tahap-Tahap Dalam Berbicara

Secara formal, kegiatan berbicara mempunyai


tahapan-tahapan tertentu. Dari mulai persiapan sampai
pada pelaksanaan, bahkan kalau memungkinkan
sampai pada tahap evaluasi. Tahap-tahap tersebut
bukan merupakan sesuatu yang harus dilalui dengan
159
utuh, karena tahapan-tahapan ini bukan merupakan
suatu rukun dari sebuah perbuatan.

1. Persiapan

Pada tahap persiapan ini ada beberapa hal yang


dapat dilakukan oleh seorang pembicara, yaitu
penentuan topik, penentuan tujuan, pengumpulan
referensi, penyusunan kerangka, dan berlatih.

a. Penentuan topik

Penentuan topik merupakan hal yang pertama kali


dilakukan sebelum kegiatan berbicara berlangsung.
Biasanya ada dua jenis penentuan topik, yaitu topik
tersebut telah ditentukan oleh yang mengundang
pembicara dan topik yang ditentukan sendiri oleh
pembicara. Jika topik itu telah ditentukan oleh panitia
yang mengundang, segala hal pertimbangan yang
berkaitan dengan penentuan topik tidak perlu dilakukan
pembicara. Di sini mungkin pembicara hanya tinggal
mendiskusikan kemungkinan topik tersebut dapat
direspons oleh calon pendengar. Diskusikanlah segala
kemungkinan yang dapat diprediksi dengan topik
tersebut. Tidak salah jika pembicara memberi
160
masukan-masukan kepada panitia berdasarkan
pengalaman selama dia menjadi pembicara. Dengan
cara ini, topik yang akan dibicarakan akan lebih
sempurna. Akan tetapi, jika penentuan topik tersebut
diserahkan sepenuhnya kepada pembicara, Maidar
dan Mukti U.S. (1986: 3.9) mengungkapkan beberapa
hal yang dapat menjadi bahan pertimbangan, yaitu:

1) Topik harus menarik; kemenarikan sebuah topik


harus diukur dari sudut pembicara dan pendengar.
Hal-hal yang harus dipertimbangkan selanjutnya
agar topik yang telah ditentukan itu menarik, adalah

a) merupakan masalah yang menyangkut persoalan


bersama.

b) merupakan jalan keluar dari persoalan yang


sedang dihadapi mengandung konflik pendapat.

c) tidak melampaui dan terlalu mudah untuk daya


tangkap pendengar.

d) masalah yang disampaikan sesuai dengan waktu


yang disediakan.

161
e) bersifat aktual, sedang menjadi pembicaraan
dalam waktu yang relevan.

f) mengandung nilai manfaat.

2) Topik tidak terlalu luas dan juga tidak terlalu sempit.

3) Topik yang dipilih hendaklah belum banyak diketahui


pendengar.

4) Topik yang dipilih juga hendaklah jangan yang tidak


Anda ketahui dan kurang didukung bahan dan
sumber-sumber bahan yang cukup.

b. Penentuan tujuan

Sebelum kegiatan berbicara dilakukan, harus


diperjelas dulu tujuan Anda berbicara. Jangan sampai
kegiatan berbicara dilakukan tanpa tujuan yang jelas.
Banyak tujuan yang dapat dicapai melalui kegiatan
berbicara, seperti yang telah diuraikan dalam Modul 1
Kegiatan Belajar 1.

Dalam hal ini, Anda harus pandai menentukan


tujuan yang tepat. Dalam makalah seminar, misalnya,
pembicara menentukan tujuan, “Tujuan penulisan

162
makalah seminar ini untuk meningkatkan kemampuan
menulis siswa melalui latihan membuat resensi buku”.
Tepatkah tujuan seperti itu? Mungkinkah melalui
seminar kemampuan menulis siswa dapat
ditingkatkan? Peningkatan kemampuan menulis tidak
secara langsung dapat ditingkatkan melalui
kegiatan seminar, tetapi lebih dapat dilakukan melalui
kegiatan yang bersifat praktis, misalnya pelatihan atau
lokakarya. Berkaitan dengan peningkatan kemampuan
menulis, kegiatan seminar hanya dapat menjelaskan
bagaimana membuat model pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan menulis, dan hubungan
antara latihan membuat resensi buku dengan
peningkatan kemampuan menulis. Jadi, tujuan seminar
di atas harus diubah menjadi, “Tujuan penulisan
makalah seminar ini adalah untuk menjelaskan
peningkatan kemampuan menulis melalui latihan
membuat resensi buku.”

c. Pengumpulan referensi

Banyak sumber informasi yang dapat dijadikan


referensi atau pendukung kegiatan berbicara, misalnya

163
media cetak, media elektronik, buku, dan internet. Ini
dapat diperoleh di banyak tempat dengan mudah. Satu
hal yang harus menjadi pegangan seorang pembicara
dalam mencari referensi adalah keautentikan referensi
yang dijadikan pendukung dalam berbicara.
Keautentikan referensi menjadi bahan pertimbangan
agar uraian pembicaraan dapat
dipertanggungjawabkan. Jika ada tanggapan dari
pendengar, walaupun tanggapan tersebut
menyalahkan uraian pembicara, pembicara dapat
menunjukkan bahwa referensi yang digunakan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Dalam berbicara, referensi dapat berfungsi untuk


memperkuat gagasan atau dapat juga dijadikan untuk
mementahkan opini-opini yang berkembang di
masyarakat. Hal tergantung dari tujuan berbicara yang
dilakukannya. Jika berbicara ditujukan untuk
memperluas wawasan pendengar, tentunya referensi
yang digunakan adalah referensi yang bersifat
informatif. Jika berbicara untuk tujuan meyakinkan,
tentunya harus didukung oleh banyak referensi yang
bersifat argumentatif.
164
Ucapan yang membuat il-feel

"Saya bingung. Rasanya saya tidak kurang suatu


apa pun, tapi selalu saja ditolak wanita saat kencan.
Pekerjaan saya bagus, hubungan dengan ternan pun
tidak ada masalah. Namun, mengapa saya tidak bisa
memikat hati lawan jenis?"

Adalah K, seorang pegawai perusahaan IT


berusia 30-an awal. Perusahaan tempatnya bekerja
merupakan perusahaan terkemuka dan terbaik di
bidangnya. Namun, ia gelisah. la bekerja di tempat
yang berfokus pada penelitian dan pengembangan
sehingga tidak punya banyak waktu untuk bergaul
dengan lawan jenis. la ingin menikah dan belakangan
sering mengikuti kencan buta, tapi sering pula ia ditolak
para wanita.

Sambil mendengarkan ceritanya, saya terus


mengamatinya. Tidak tampak ada masalah khusus
pada karakternya. Pemilik

Sifat biasa yang dapat ditemukan di mana pun.


Namun, kebanggaan terhadap dirinya sendiri sangat
luar biasa. Dari segi akademis, pekerjaan, keluarga,
165
dan kondisi fisik, ia merasa tidak kalah dari orang lain.
la juga sering menyebut hal yang sebenarnya tidak
perlu dijelaskan. Selang beberapa saat, saya bisa
mengetahui apa masalahnya.

"Bagaimana Anda berbicara dengan wanita saat


kencan?”

"Hmm... biasa saja.”

"Menurut saya tidak. Karena itu, para wanita tidak


tertarik kepada Anda. Bagi wanita, kesan saat pertama
kali bertemu sangatlah penting. Penampilan yang rapi
memberikan kesan yang bagus. Begitu pula dengan
gaya bicara. Şuara yang bagus saja tidak cukup.
Bagaimana berbicara agar memberi kesan yang baik
kepada Iawan bicara juga penting. Dari yang saya lihat,
Anda lebih sering membanggakan diri sendiri dalam
percakapan. Kalau saat ini kita sedang berkencan, saya
pasti sudah merasa jengkel kepada Anda.”

la merupakan salah satu contoh orang yang


merugi karena ucapan meskipun sudah memiliki
semuanya untuk memberikan kesan pertama yang
baik. Suaranya jernih dan enak didengar, tapi isi
166
ucapan yang terkandung di dalamnya yang
bermasalah. Dengan hanya membicarakan diri sendiri
dan tidak memikirkan lawan bicara, ia jadi dicap tidak
berperasaan oleh Iawan bicaranya. Terlepas dari
seringnya saya bergaul dengan wanita, rasanya tidak
ada yang tidak tahu bahwa wanita tidak menyukai pria
yang suka membanggakan diri sendiri. Hal itü sudah
menjadi rahasia umum. Mungkin karena K tidak
menyadari hal tersebut, kesan pertama yang dibuatnya
setiap kali berkencan selalu saja tidak baik.

Banyak kasus seperti ini ketika nilai kesan


pertama seseorang menjadi turun karena ucapannya.
Misalnya, politikus A yang memiliki kesan pertama
negatif karena berbicara gagap di masa lalu. Dibanding
politikus lainnya, ia sebenarnya lebih santun dan
tenang. Namun, karena cara bicaranya yang terbata-
bata dan samar-samar, ia dinilai tidak tegas dan kurang
cakap dalam membuat keputusan. Padahal, seorang
pemimpin dinilai dari cara bicaranya, dan hal tersebut
merupakan kelemahan yang fatal.

167
Publik tidak mungkin mengetahui orang seperti
apa ia sebe— narnya. Mereka hanya bisa menilai dari
kesan yang dipancar— kan saat berbicara. Apa yang
diutarakannya saat di parlemen, kuliah umum, atau
saat wawancara dengan jurnalis menjadi bahan
penilaian yang penting. Jika ditilik dari pandangan
bahwa "ucapan menentukan kesan pertama”, sangat
disayangkan bagi— nya yang beralih dari pengusaha
menjadi politikus.

Tidak Ada Kesempatan Kedua dalam Percakapan

Siapakah contoh orang yang memberi kesan


positif bagi publik dengan ucapannya? Mungkin
politikus N. la berhasil menunjukkan kepribadian dan
keunggulannya kepada publik dengan kefasihan
lidahnya. la mampu menciptakan brand dirinya melalui
ucapan. Dengan gaya berpidato yang jenaka dan ceria,
ia memberikan kesan yang hangat. la keluar dari citra
politikus yang kaku dengan humor-humornya dan
menjadi lebih dekat dengan rakyat. Gaya tersebut juga
membuat pandangan politiknya yang kuat terasa lebih
akrab. Lihatlah salah satu perkataannya.

168
"Sekarang ini, bila menjelang waktu pemilu,
banyak ikan yang bermunculan tiba-tiba. Semua
mengaku bersih. Namun dari pengalaman selama ini,
setelah dipilih dan dimasukkan ke dalam kolam politik
yang keruh, ikan-ikan itu mati, atau mereka bermutasi
agar bisa bertahan hidup.”

"Selama 50 tahun, kita terus-menerus makan


samgyeopsal (babi panggang) dari satu alat
pemanggang yang kini telah menghitam. Kini saatnya
kita mengganti pemanggang itu.”

Bagi seorang politikus, senda gurau bisa menjadi


faktor yang merugikan. Namun, ia merangkulnya
dengan baik, sehingga ia yang tadinya bukan siapa-
siapa dalam sekejap berdiri tegak menjadi politikus
idola.

Jika berbicara soal "ucapan yang menarik”, kita


tidak bisa melupakan penyiar Lee Geum Hee. Dengan
teknik narasi "spons”-nya, ia memberikan kesan
seorang bibi yang hangat. Seorang penyiar umumnya
harus bisa berbicara dengan lugas dan logis. Namun,
perlu sesuatu yang lebih dari itu untuk bisa
169
membedakan seorang penyiar dengan penyiar lainnya.
Lee Geum Hee memiliki pesona untuk membuat Iawan
bicaranya merasa nyaman. la hanya berbicara
seperlunya dan lebih banyak mendengar penuturan
lawan bicaranya. la seakan marnpu mendekap
seluruhnya, baik ucapan maupun emosi lawan
bicaranya.

la memberitahukan trik berbicaranya seperti


berikut.

"Pertama, tatap mata lawan bicara. Bintang tamu


akan meng— ungkap apa pun yang ia sembunyikan
bila merasa 'penyiar ini berusaha untuk mendengarkan
dan memahami ceritaku”'

Jika sudah demikian, dialog dengan bintang tamu


akan berjalan dengan lancar. Dari sini kita tahu bahwa
bukan tanpa alasan Lee Geum Hee disebut sebagai
Oprah Winfrey-nya Korea Selatan.

Menurut sebuah statistik, persentase sebuah


perusahaan memilih pegawai baru karena kesan
pertama mencapai 66%. Adapun waktu yang
dibutuhkan untuk menentukan kesan pertama
170
seseorang berturut-turut adalah 1 menit, 5 menit, begitu
melihat, 3 menit, dan 10 menit. Dapat diketahui bahwa
ucapan singkat merupakan faktor yang sangat penting
dalam menentukan kesan pertama.

Dengan demikian, kesan pertama sangatlah


penting dalam sebuah pertemuan. "Tidak apa-apa kali
ini tidak memberikan kesan yang baik, pertemuan
berikutnya kan bisa" adalah anggapan yang salah.
Sebab janji untuk bertemu berikutnya hanya bisa terjadi
jika Anda telah memberi kesan yang baik sebelumnya
dan telah membentuk sebuah "hubungan". Oleh karena
itu, persiapkan sebaik-baiknya untuk memberi kesan
pertama yang positif.

Paras, dandanan, pakaian, dan gaya rambut yang


baik me— mang tidak bisa diabaikan. Namun, tidakkah
Anda melupakan ucapan yang sebenarnya begitu
penting? Ucapan adalah sarana penting untuk menilai
seseorang secara keseluruhan. Melalui ucapan, kita
memperoleh kesan baik dari lawan bicara dan dapat
menunjukkan Sisi menarik diri kita kepada lawan
bicara.

171
Berbicara memainkan peran yang sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa
peran berbicara dalam keseharian:

1. Komunikasi: Berbicara adalah cara utama untuk


berkomunikasi dengan orang lain. Kita
menggunakan kata-kata dan suara untuk
menyampaikan pesan, ide, dan informasi kepada
orang lain. Berbicara memungkinkan kita untuk
berinteraksi, berbagi pemikiran, dan memahami
orang lain.
2. Ekspresi Diri: Berbicara memungkinkan kita untuk
mengungkapkan perasaan, emosi, dan pikiran kita
kepada orang lain. Dengan berbicara, kita dapat
mengomunikasikan kegembiraan, kekhawatiran,
ketakutan, atau kesedihan kita. Ekspresi diri verbal
melalui kata-kata dan intonasi dapat membantu
orang lain memahami dan merasakan apa yang kita
rasakan.
3. Pembentukan Hubungan: Berbicara memainkan
peran penting dalam membangun dan memelihara
hubungan sosial. Dengan berbicara, kita dapat
berinteraksi dengan orang lain, memperluas jaringan
172
sosial kita, dan membangun pemahaman yang lebih
baik satu sama lain. Berbicara juga membantu kita
menciptakan dan memelihara ikatan emosional
dengan orang-orang terdekat kita.
4. Pendidikan dan Pembelajaran: Berbicara adalah alat
utama dalam proses pendidikan dan pembelajaran.
Guru menggunakan berbicara untuk mengajar
pelajaran kepada siswa, dan siswa menggunakan
berbicara untuk berdiskusi, bertanya, dan
memahami materi pelajaran. Proses ini
memungkinkan transfer pengetahuan dan
pemahaman antara individu.
5. Pengaruh dan Persuasi: Berbicara adalah cara yang
efektif untuk mempengaruhi dan meyakinkan orang
lain. Dalam konteks profesional, politik, atau
pemasaran, kemampuan berbicara yang baik dapat
membantu kita meyakinkan orang lain,
mempengaruhi pikiran dan tindakan mereka, serta
membangun kredibilitas kita.
6. Instruksi dan Pengarahan: Berbicara adalah cara
yang efektif untuk memberikan instruksi, arahan, dan
bimbingan kepada orang lain. Pemimpin, guru,

173
pelatih, atau supervisor menggunakan kemampuan
berbicara untuk memberikan petunjuk dan petunjuk
kepada orang-orang dalam lingkup pekerjaan atau
aktivitas tertentu.
7. Hiburan: Berbicara juga dapat menjadi sumber
hiburan. Melalui cerita, lelucon, atau pengalaman
kocak, kita dapat menghibur orang lain dan
menciptakan suasana yang menyenangkan.
Peran berbicara ini menunjukkan betapa
pentingnya kemampuan berbicara dalam kehidupan
sehari-hari kita. Dengan menggunakan berbicara
dengan efektif, kita dapat membangun hubungan yang
lebih baik, mencapai tujuan kita, dan menjadi pribadi
yang berpengaruh.

Dilihat dari situasinya, berbicara dapat


digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu berbicara formal
dan nonformal. Berbicara formal adalah kegiatan
berbicara yang terikat secara ketat oleh aturan-aturan,
baik aturan yang berkaitan dengan kebahasaan
maupun nonkebahasaan. Sementara berbicara
nonformal adalah kegiatan berbicara yang tidak begitu
terikat dengan aturan. Dalam hal ini, yang diutamakan
174
adalah komunikatif, yaitu pendengar dapat memahami
pesan dengan jelas seperti yang dimaksud pembicara.

Dalam kehidupan sehari-hari, tampaknya


kegiatan berbicara yang digunakan adalah berbicara
nonformal. Situasi berbicara nonformal tidak seketat
berbicara formal. Jika berbicara formal dibatasi ruang
dan waktu, situasi dalam berbicara nonformal tidak
terbatas ruang dan waktu. Di mana pun kegiatan
berbicara dapat dilangsungkan tanpa harus ada
persiapan sebelumnya. Misalnya, seseorang bertemu
dengan temannya di sebuah pasar swalayan.
Pertemuan tersebut boleh jadi tidak direncanakan
sebelumnya. Walaupun tidak direncanakan
sebelumnya, pertemuan tersebut telah memunculkan
kegiatan berbicara. Begitu pun waktunya, juga tidak
direncanakan sebelumnya. Selain itu, jangka waktu
yang digunakan untuk mengadakan pembicaraan
tersebut juga tidak ditentukan. Mungkin bisa sebentar,
lama, bahkan dapat saja melebihi waktu yang
digunakan untuk melakukan kegiatan berbicara formal.

175
KAITAN BERBICARA DENGAN KETERAMPILAN
BERBAHASA LAINNYA

Selain penggunaan aspek-aspek kebahasaan


dalam berbicara dapat menunjukkan relevansinya
keterampilan berbahasa lainnya, berbicara sebagai
suatu keterampilan berbahasa dapat juga dikaitkan
dengan kemampuan berbahasa lainnya, yaitu
menyimak, membaca, dan menulis. Keterampilan
berbicara bukan keterampilan yang berdiri sendiri,
melainkan suatu keterampilan yang berkaitan dengan
komponen bahasa lainnya.

1. Hubungan Berbicara dengan Menyimak

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa


kemampuan berbahasa seseorang diperoleh dengan
pola yang teratur dan tetap. Kemampuan berbicara
anak dimulai dengan proses menyimak. Kemudian
dalam perkembangan selanjutnya, seorang anak akan
mulai belajar menulis dan berbicara. Pada umumnya,
kemampuan berbahasa seseorang dimulai dengan
pola yang teratur seperti itu. Ada beberapa hal yang

176
perlu diungkapkan di sini berkaitan dengan hubungan
antara kemampuan berbicara dengan menyimak.

a. Serang anak belajar berbicara dimulai dengan


menyimak

Kemampuan berbicara seseorang dimulai dengan


proses menyimak, terutama pada anak-anak yang baru
belajar berbicara. Seorang anak akan mendengar kata-
kata yang diucapkan oleh orang-orang di sekitarnya.
Kecenderungan ini menimbulkan pemahaman baru
bahwa untuk mengajar anak berbicara, ajarkanlah kata-
kata dengan pelafalan fonem yang tepat. Penyesuaian
pelafalan kata dengan kondisi alat ucap anak, seperti
yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu, dianggap
sebagai pengajaran berbicara yang keliru.

b. Terjadinya pergantian peran antara penyimak dan


pembicara

Berlangsungnya sebuah komunikasi salah


satunya ditentukan karena adanya pembicara dan
penyimak. Dalam komunikasi, peran keduanya dapat
saling mengganti. Ketika pihak I berbicara, pihak II
berperan sebagai penyimak. Ketika penyimak
177
memberikan respons terhadap gagasan yang
disampaikan pembicara, pada saat itu ada perubahan
peran, yaitu pihak II yang semula berperan sebagai
penyimak berganti menjadi pembicara. Begitu pun
dengan pihak I yang semula berperan sebagai
pembicara, berganti perannya menjadi penyimak.
Keadaan ini oleh Tarigan disebut sebagai komunikasi
yang bersifat resiprokal.

c. Kemampuan berbicara dijadikan tolok ukur


kemampuan menyimak

Dalam melatih keterampilan menyimak, dapat


dipadukan dengan kemampuan berbicara. Simakan
diungkapkan kembali dalam bentuk keterampilan
berbicara oleh penyimak. Dalam hal ini, kualitas
berbicara dapat dijadikan tolok ukur kemampuan
menyimak seseorang. Oleh karena itu, meningkatnya
kemampuan menyimak berarti membantu
meningkatkan kualitas berbicara (Tarigan 1981: 4)

d. Berbicara dapat dijadikan bentuk reproduksi dari


proses menyimak
178
Kegiatan berbicara tentunya memerlukan
persiapan. Persiapan ini dapat dilakukan dengan cara
menyimak. Menyimak menjadi suatu kegiatan awal.
Hasil simakan ini dapat diwujudkan dalam bentuk
keterampilan lainnya, di antaranya berbicara. Sebelum
ditemukan huruf braile (huruf yang digunakan khusus
untuk penderita tunanetra), para penderita tunanetra
mengandalkan keterampilan menyimak sebagai upaya
memahami fenomena-fenomena yang terjadi di
lingkungan sekitarnya. Segala sesuatu yang diucapkan
oleh penderita tunanetra, baik dalam pembicaraan
formal maupun nonformal, merupakan hasil dari proses
menyimak.

2. Hubungan Berbicara dengan Membaca

Kemampuan berbahasa lainnya yang erat


kaitannya dengan berbicara adalah membaca.
Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang
bersifat pemahaman. Untuk memahami sesuatu dapat
dilakukan dengan proses membaca. Bahkan, dalam
ilmu penafsiran ayat-ayat keagamaan tertentu,
berkembang suatu perluasan makna membaca, yaitu

179
membaca tidak hanya dibatasi oleh pengertian yang
berkaitan dengan huruf sebagai objeknya, tetapi juga
dapat diartikan sebagai proses memahami gejala-
gejala yang terjadi di alam sekitar. Akan tetapi,
pengertian membaca dalam pembahasan di sini
menggunakan pemahaman yang pertama, yaitu
membaca dengan objek huruf.

Ada beberapa hal yang perlu diungkapkan di sini


berkaitan dengan hubungan antara keterampilan
berbicara dengan membaca.

a. Berbicara dapat dijadikan bentuk reproduksi dari


proses membaca

Seperti halnya dengan menyimak, membaca pun


dapat dijadikan cara untuk mendapatkan bahan-bahan
pembicaraan. Pada tahap persiapan, bahan- bahan
dikumpulkan dan dipilah-pilah berdasarkan
kebutuhannya melalui proses membaca. Hal ini dapat
dilakukan dengan studi pustaka untuk mencari
referensi-referensi yang berkaitan. Bahan-bahan yang
telah dipilih kemudian dikemas menjadi bahan
pembicaraan.
180
b. Pada orang dewasa peningkatan kemampuan
berbicara dapat dilakukan melalui proses membaca

Ada pendapat yang mengatakan bahwa untuk


meningkatkan kemampuan berbicara, dapat dilakukan
dengan cara melihat langsung kegiatan berbicara
sebagai model pembicaraan. Cara ini merupakan cara
yang efektif, karena manusia cenderung bersifat imitatif
(meniru), sehingga sebuah objek akan lebih membekas
dalam benaknya melalui proses melihatnya langsung
daripada melalui membaca. Walaupun demikian, bukan
berarti membaca tidak dapat digunakan untuk
memahami objek. Adakalanya, kecenderungan seperti
itu tidak berlaku untuk sebagian orang. Tidak dapat
dipungkiri bahwa ada orang yang mempunyai kelebihan
dalam membaca. Tipe orang semacam ini lebih
mengandalkan kegiatan membaca dalam mencari
referensi untuk mengembangkan materi berbicara.

c. Membaca dapat menjadi sarana efektif dalam


memandu kegiatan berbicara

181
Kegiatan berbicara berkaitan dengan kesiapan
mental pembicara. Ketidaksiapan mental dapat menjadi
kendala yang cukup berarti dalam berbicara. Kendala
tersebut dapat berupa lupa mendadak, gugup, dan
sebagainya. Hanya sebagian kecil pembicara yang
dapat melakukan pembicaraan secara lepas tanpa
bantuan teks. Hal ini dapat terjadi pada pembicara yang
sudah biasa dan profesional. Untuk mengantisipasi
kendala tersebut, dapat dibantu dengan membuat
catatan dalam kertas kecil tentang pokok-pokok yang
akan diuraikan. Catatan tersebut berperan dalam
membantu kelancaran berbicara tentunya melalui
proses membaca. Sampai saat ini, catatan tersebut
menjadi sarana yang cukup efektif, karena murah
biayanya dan mudah membuatnya.

3. Hubungan Berbicara dengan Menulis

Berbicara bukan merupakan keterampilan


berbahasa yang berdiri sendiri, melainkan keterampilan
yang didukung kemampuan lainnya, termasuk menulis.
Ada beberapa hal yang perlu diungkapkan di sini

182
berkaitan dengan hubungan antara berbicara dengan
menulis.

a. Kemampuan menulis dapat dijadikan sarana


pendukung bagi kemampuan berbicara

Ketika kemampuan berbicara memerlukan


naskah atau makalah, kemampuan menulis sangat
diperlukan oleh seorang pembicara. Banyak jenis
kegiatan berbicara yang memerlukan naskah-naskah
tertulis. Sudah menjadi kelaziman, apabila seorang
pembicara dalam sebuah seminar selalu diminta untuk
menulis makalah. Begitu pun untuk pembicara dalam
kegiatan berpidato atau ceramah ilmiah, selalu diminta
terdahulu naskah pidato atau ceramahnya. Penulisan
makalah atau naskah lainnya sebagai kelengkapan
berbicara harus ditulis sesuai dengan kaidah-kaidah
penulisan ilmiah. Di sinilah penulis dituntut untuk
memahami pula kaidah-kaidah penulisan. Sering terjadi
ketimpangan tentang orang profesional di bidang
kegiatan ini. Adakalanya orang mahir dalam menulis,
tetapi dalam berbicara kurang mempunyai
keterampilan. Begitu pun sebaliknya, ada orang yang

183
mahir berbicara, tetapi kurang mahir dalam menulis.
Walaupun hal itu sering terjadi, tetap saja bentuk tulisan
sebagai kelengkapan berbicara, menjadi suatu
keharusan, terlepas siapa yang membuat tulisan
tersebut, apakah si pembicaranya langsung atau di
bantu oleh orang yang mempunyai kemampuan dalam
menulis.

b. Menulis sangat diperlukan dalam kegiatan berbicara


dialog

Kegiatan berbicara yang bersifat dialog, misalnya


wawancara, sarat dengan kesinambungan pesan dan
respons. Seorang pewawancara memberikan pesan
kepada pihak yang diwawancarai. Sebaliknya orang
yang diwawancarai memberikan respons kepada
pewawancara. Satu hal yang harus menjadi pegangan
bagi kedua pihak bahan respons yang diberikan harus
sesuai dengan pesan yang disampaikan. Pertanyaan
yang disampaikan pewawancara harus dijawab dengan
jelas dan lengkap sesuai dengan yang diharapkan
dalam pertanyaan tersebut. Untuk menjaga kesesuaian
antara pesan dan respons secara utuh, tidak dapat

184
hanya mengandalkan daya simak kedua pihak. Dalam
hal ini, harus dibantu oleh kemampuan menulis. Oleh
karena itu, kemampuan menulis menjadi penting jika
kegiatan berbicara yang bersifat dialogis ingin berjalan
dengan baik.

BERATNYA UCAPAN DITENTUKAN DALAMNYA ISI


Bicara bermakna adalah kegiatan berbicara yang
memiliki arti dan makna yang jelas dan dapat dipahami
oleh lawan bicara. Berbicara bermakna melibatkan
proses komunikasi antara pembicara dan lawan bicara,
di mana pesan yang disampaikan oleh pembicara harus
merupakan lambang yang bermakna dan dapat
membawa pikiran atau perasaan komunikator. Untuk
mengembangkan keterampilan berbicara yang
bermakna, siswa memerlukan konteks yang bermakna,
seperti berbicara dengan guru dan kelompok, bermain
peran, bercerita, membawa topik yang menarik, dan
sebagainya. Kegiatan berbicara dapat dikatakan
bermakna jika salah satu atau kedua belah pihak dapat
memahami pesan yang disampaikan dan dapat
merespon dengan tepat. Selain itu, berbicara bermakna
juga harus terarah, aktif, efektif, dan menyenangkan.
185
Apa perbedaan antara bicara yang bermakna dan
bicara yang tidak bermakna?

Berikut adalah perbedaan antara bicara yang bermakna


dan bicara yang tidak bermakna:

Bicara bermakna:

- Memiliki arti dan makna yang jelas dan dapat


dipahami oleh lawan bicara.
- Melibatkan proses komunikasi antara pembicara dan
lawan bicara.
- Pesan yang disampaikan oleh pembicara
merupakan lambang yang bermakna dan dapat
membawa pikiran atau perasaan komunikator.
- Dapat dikatakan bermakna jika salah satu atau
kedua belah pihak dapat memahami pesan yang
disampaikan dan dapat merespon dengan tepat.
- Terarah, aktif, efektif, dan menyenangkan.
Bicara yang tidak bermakna:

- Tidak memiliki arti atau makna yang jelas dan sulit


dipahami oleh lawan bicara.
- Tidak melibatkan proses komunikasi yang efektif
antara pembicara dan lawan bicara.
186
- Pesan yang disampaikan tidak memiliki lambang
yang bermakna dan tidak dapat membawa pikiran
atau perasaan komunikator.
- Tidak dapat dikatakan bermakna karena salah satu
atau kedua belah pihak tidak dapat memahami
pesan yang disampaikan atau tidak dapat merespon
dengan tepat.
- Tidak terarah, tidak aktif, tidak efektif, dan tidak
menyenangkan.
Dalam berbicara, penting untuk memastikan
bahwa pesan yang disampaikan memiliki arti dan
makna yang jelas dan dapat dipahami oleh lawan
bicara. Hal ini akan membantu membangun proses
komunikasi yang efektif dan memastikan bahwa pesan
yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh
lawan bicara.

Contoh bicara yang tidak bermakna dalam


kehidupan sehari-hari

Berikut adalah beberapa contoh bicara yang tidak


bermakna dalam kehidupan sehari-hari:

187
- Berbicara tanpa tujuan atau topik yang jelas, seperti
hanya mengoceh atau mengulang-ulang hal yang
sama tanpa memberikan informasi baru atau
berguna.
- Berbicara dengan nada yang tidak sopan atau kasar,
seperti mengucapkan kata-kata kasar atau
mengkritik orang lain tanpa alasan yang jelas.
- Berbicara dengan tidak memperhatikan lawan
bicara, seperti tidak mendengarkan atau memotong
pembicaraan orang lain.
- Berbicara dengan menggunakan bahasa yang tidak
dimengerti oleh lawan bicara, seperti menggunakan
bahasa asing atau istilah teknis yang tidak dikenal
oleh lawan bicara.
- Berbicara dengan tujuan memprovokasi atau
memancing emosi orang lain, seperti menghina atau
mengolok-olok orang lain tanpa alasan yang jelas.
Dalam berbicara, penting untuk memastikan
bahwa pesan yang disampaikan memiliki arti dan
makna yang jelas dan dapat dipahami oleh lawan
bicara. Hal ini akan membantu membangun proses
komunikasi yang efektif dan memastikan bahwa pesan

188
yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh
lawan bicara.

Bagaimana cara menghindari bicara yang tidak


bermakna dalam sebuah diskusi

Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan


untuk menghindari bicara yang tidak bermakna dalam
sebuah diskusi:

8. Mengamati gaya komunikasi yang digunakan lawan


bicara untuk mengetahui cara lawan bicara
berkomunikasi.
9. Sampaikan pesan secara rinci dan tidak berbelit-belit
agar lawan bicara tidak bingung
10. Gunakan artikulasi dan intonasi yang jelas dalam
berkomunikasi.
11. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh
lawan bicara.
12. Hindari penggunaan kata-kata pengisi seperti
"ummm" atau "ehh" yang tidak bermakna.
13. Berikan jeda bermakna dalam kalimat untuk
memberi waktu bagi diri sendiri untuk memproses
informasi dan memikirkan kata-kata yang tepat.
189
14. Perhatikan intonasi, volume, dan kecepatan
bicara agar pesan dapat diterima dengan baik oleh
lawan bicara.
15. Gunakan kata-kata sopan dalam interaksi online
untuk mencegah konflik dan perdebatan yang tidak
produktif.
16. Memperhatikan dan mendengarkan lawan
bicara dengan baik.
17. Berbekal niat tulus dan benar dalam berdiskusi.

Dalam sebuah diskusi, penting untuk memastikan


bahwa pesan yang disampaikan memiliki arti dan
makna yang jelas dan dapat dipahami oleh lawan
bicara. Hal ini akan membantu membangun proses
komunikasi yang efektif dan memastikan bahwa pesan
yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh
lawan bicara.

Apa saja kata-kata yang sering digunakan dalam


bicara yang tidak bermakna

Berikut adalah beberapa kata-kata yang sering


digunakan dalam bicara yang tidak bermakna:

"Umm" atau "ehh"


190
"Pokoknya gitu deh"

"Begitulah"

"Ya gitu deh"

"Nggak tahu deh"

"Sekedar ngobrol-ngobrol"

"Biasa aja"

"Gak penting sih"

"Nggak ada yang spesial"

"Santai aja"

Dalam berbicara, penting untuk memastikan bahwa


pesan yang disampaikan memiliki arti dan makna yang
jelas dan dapat dipahami oleh lawan bicara. Hindari
penggunaan kata-kata yang tidak bermakna dan
gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh lawan
bicara. Hal ini akan membantu membangun proses
komunikasi yang efektif dan memastikan bahwa pesan
yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh
lawan bicara.

191
Cara Bicara Pembawa Acara Level Nasional

Setiap orang Korea pasti akan teringat Yoo Jae


Suk jika mendengar kata MC atau pembawa acara. la
marnpu memukau mata banyak penonton dengan
kelihaian dalam membawakan beragam program
hiburan. Dari programnya saja, kita bisa tahu mengapa
ia bisa menjadi pembawa acara terbaik di Korea.
Berbeda dengan pembawa acara lainnya,
kelebihannya adalah bisa membuat bintang tarnu
merasa nyaman. la tidak pernah berdiri di depan lalu
banyak bicara. Kemampuannya sangat luar biasa
dalam berkata seperlunya di waktu dan tempat yang
tepat. Ditambah lagi, suaranya yang agak tinggi sangat
cocok dengan program hiburan. Suara tinggi lebih
cocok daripada suara rendah dalam siaran yang
dinamis dan penuh canda tawa. Oleh karena itu,
suaranya enak didengar. DJ radio sekaligus narator
Jepang, Aso Kentaro berkata, "Suaranya yang enak
didengar adalah memesona. Suara seperti ini tidak
berhubungan sama sekali dengan titian nada. Baik
parau ataupun bernada sangat tinggi, jika suara itu

192
memilil<i daya tarik khusus, orang-orang dengan
sendirinya mendengarkan ucapannya."

ltulah rahasia kehebatan pembawa acara Yoo Jae


Suk dalam berbicara, "komunikatif". la bisa menjadi
pembawa acara terbaik dengan komunikasi yang baik.
la memiliki sepuluh aturan komunikasi yang dibuatnya
berdasarkan pengalamanpengalamannya di dunia
siaran. Ini merupakan pengetahuan urnum bagi mereka
yang tertarik dengan speaking dan komunikasi.

Sepuluh Aturan Komunikasi

1 Kata-kata yang tidak bisa diucapkan di "depan",


jangan dikatakan di "belakang". Gunjingan sangatlah
buruk.

2. Memonopoli pembicaraan akan memperbanyak


musuh. Sedikit berbicara dan perbanyak
mendengar. Semakin banyak mendengar akan
semakin baik.

3. Semakin tinggi intonasi suara, makna dari ucapan


akan semakin terdistorsi. Jangan menggebu-gebu.
Suara yang rendah justru memiliki daya.

193
4. Berkata yang menenangkan hati, bukan sekadar
enak didengar.

5. Katakan yang ingin didengar lawan bicara, bukan


yang ingin diutarakan. Berbicara yang mudah
dimengerti, bukan yang mudah diucapkan.

6. Berbicara dengan menutupi aib dan sering memuji.

7. Berbicara hal-hal yang menyenangkan, bukan yang


menyebalkan.

8. Jangan hanya berkata dengan Iidah, tetapi juga


dengan mata dan ekspresi. Unsur non-verbal lebih
kuat daripada unsur verbal.

9. Tiga puluh detik di bibir sama dengan tiga puluh


tahun di hati. Sepatah kata yang kita ucapkan
mungkin saja akan mengubah kehidupan seseorang.

10. Kita mengendalikan Iidah, tapi ucapan yang keluar


akan mengendalikan kita. Jangan berbicara
sembarangan dan ber— tanggung jawablah
terhadap apa yang sudah Anda ucapkan.

194
Kita akan tersadar bahwa ia benar-benar pakar
komunikasi. Kita juga bisa mengetahui alasan
kesuksesannya dalam berbicara. Namun, apakah
kemahirannya ini merupakan bawaan lahir? Apakah
Yoo Jae Sook sejak awal sudah memiliki keterampilan
berbicara yang mumpuni?

Tidak. la yang sekarang sangat jauh berbeda


pada saat awal debutnya. Saat menjadi reporter untuk
acara Entertainment Weekly, ia masih berusia 20-an
berkali-kali gagap dalam berbicara. la tidak bisa siaran
dengan benar karena sangat gugup. Bahkan, ia sampai
mengucapkan minta maaf. Lalu, ia juga dikeluarkan dari
acara tersebut.

Sekarang siapa yang dapat mengingat dirinya


pada masa itu? Saya sangat tahu masa lalunya. Oleh
karena itu, saya selalu mengatakan kepada mereka
yang meminta saran.

"Pembawa acara sekelas Yoo Jae Suk pun


dulunya tidak jago berbicara sampai harus dikeluarkan
dari sebuah acara. Kemampuan bicaranya lebih rendah
daripada artis Iainnya.
195
Namun, ia mampu mengatasi masalah yang ada
pada dirinya dan berdiri di posisinya sekarang. Jadi,
jangan marah atau mengeluh karena kemampuan
bicara Anda rendah dan suara Anda tidak bagus. Anda
pun dapat mengubah diri Anda menjadi lebih baik selagi
Anda mau berusaha."

Kemampuan Bicara Bukanlah Bawaan Lahir

Kemampuan bicara seseorang sebagian besar


ditentukan saat masih kecil. Jadi bukan bawaan lahir
sejak dalam kandungan ibu. Sehingga, pengaruh apa
yang diperoleh dari orangtua saat masih kecil sangatlah
penting. Orang yang pandai berbicara bisa dibilang
mendapat pengaruh yang baik dari orangtuanya.
Orangtua yang memberi pengaruh baik pada anaknya
mem— biasakan diri berbicara yang baik untuk
diteladani. Mereka mengajarkan dengan telaten
berbagai bentuk ungkapan dan mendorong anaknya
agar bisa menyampaikan idenya dengan tepat.

"Saat berbicara, tatap mata lawan bicara."

"Saat berbicara, selalu pikirkan posisi lawan bicara."

196
"Lawan bicara tidak akan mengerti bila kita berbicara
terlalu cepat. Karena itu, pelan-pelan saja."

Sebaliknya, orangtua yang tidak bisa berbicara


dengan baik memberi pengaruh buruk pada anaknya.
Ia berbicara terbatabata, berbicara sekenanya kepada
lawan bicara, dan tidak bisa mengungkapkan sesuatu
dengan tepat. Biasanya mereka berkata seperti kepada
anak-anaknya.

"Kenapa kamu kalau bicara ujungnya selalu


menggantung?"

"Kami tidak perlu mendengarkan ucapanmu."

"Kamu benar-benar bodoh dalam berbicara."

Ketidakcakapan mereka dalam bicara yang


terbentuk sejak kecil dapat dikatakan menjadi batu
sandungan dalam kehidupan sosial mereka. Satu hal
yang selalu saya tekankan kepada mereka. Tidak ada
orang yang terlahir mahir berbicara. Saya juga
menjelaskan bahwa kemampuan berbicara ditentukan
oleh lingkungan keluarga saat ia tumbuh. Sehingga
penyebab seseorang tidak bisa berbicara dengan baik

197
adalah dari kebiasaan buruk, yang harus diatasi
dengan membuangnya.

Semua orang memiliki titik awal yang sama dalam


berbicara. Ada yang maju lebih dulu dan ada yang
tertinggal di belakang. Namun, jangan lupa bahwa
urutan bisa berubah dengan usaha dan membuang
kebiasaan, sebagaimana Yoo Jae Suk.

KESALAHAN DALAM BERBICARA


Kesalahan dalam berbicara dapat terjadi dalam
berbagai situasi, termasuk saat berbicara di depan
umum atau dalam kehidupan sehari-hari. Berikut
adalah beberapa kesalahan dalam berbicara yang
sebaiknya dihindari:

1. Tidak mempersiapkan diri dengan baik sebelum


berbicara, seperti tidak memahami topik yang akan
dibicarakan atau tidak mempersiapkan materi
dengan baik

2. Berbicara terlalu cepat atau terlalu lambat, sehingga


sulit dipahami oleh pendengar

198
3. Tidak memperhatikan bahasa tubuh dan intonasi
suara saat berbicara, sehingga pesan yang
disampaikan tidak sesuai dengan maksud yang
sebenarnya

4. Tidak memberikan kesempatan pada pendengar


untuk berbicara atau mengajukan pertanyaan

5. Menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan


situasi atau pendengar, seperti menggunakan
bahasa yang terlalu formal atau terlalu santai

Untuk menghindari kesalahan dalam berbicara,


sebaiknya mempersiapkan diri dengan baik sebelum
berbicara, memperhatikan bahasa tubuh dan intonasi
suara, memberikan kesempatan pada pendengar untuk
berbicara, dan menggunakan bahasa yang sesuai
dengan situasi atau pendengar. Selain itu, berlatih
berbicara di depan umum dan mempelajari teori dan
tips melakukannya dengan baik juga dapat membantu
meningkatkan kemampuan berbicara.

Sejak belajar berkomunikasi, manusia telah


membuat blooper. Dalam era komunikasi massal kita
ini, blooper jadi semakin banyak saja. Bloopertelah
199
menjadi bagian yang kaya dalam sejarah penyiaran
sejak Harry Von Zeli berada di deparı mikrofon primitif
di masa-masa awal radio dan memperkenalkan
seorang pembicara untuk audiens "dari pantai ke
pantai” dengan mengatakan: "Ladies and gemlemen,
the president ofthe United States—Hoobert Heever. ”

Tentü saja blooper tidak terbatas dalam dunia


penyiaran saja. Jadi, jika Anda melakukannya juga,
jangan biarkan hal itü mengganggu Anda. Lupakan dan
teruslah berjalan. Bukan cuma Anda yang pernah
mengalami.

Harry Von Zeli melupakannya. Setelah blooper


Hoover yang menjadi nenek moyang semua blooper itu,
ia akhirnya meraih sukses beşar di radio, dan kemudian
beralih ke televisi tanpa melakukannya lagi. la paling
dikenang sebagai pembawa acara dan aktor dalam
acara televisi terkenal George Burns and Gracie Allen
Show pada 1 950-an.

Meski saya menulis buku tentang teknik bicara,


tidak berarti bahwa saya tak pernah melakukan blooper
yang lebih parah. Jika mengingat lagi karier saya, di
200
antara kejadiankejadian yang saya banggakan ada juga
yang ingin saya lupakan—tapi tak bisa.

BAGAIMANA "MENANAM" BLUNDER

Salah satu peristiwa paling memalukan terjadi


ketika saya membawakan acara komersial di Miami
untuk Plager Brothers Bread. Slogannya berbunyi
"Plager Brothers—For the Best in Bread" (Plager
Brothers—Untuk Roti Terbaik).

Untuk memulai kampanye iklan yang baru,


sponsor dan agen iklannya menunjuk saya untuk
membawakan acara komersial secara langsung selama
berita sore di tiga stasiun televisi. Pada stasiun
pertama, saya membacakan iklan, kemudian
menyampaikan kalimat singkat: "Plager Brothers— For
the Breat in Bed" (Plager Brothers—Untuk Payudara di
Ranjang).

Anda pasti menganggapnya sangat buruk, dan


memang. Tapi, di stasiun kedua, saya melakukannya
juga. Dan stasiun ketiga.

201
Saya melipatgandakan kesalahan saya itu justru
karena saya menjadi begitu khawatir akan
melakukannya lagi, dan memang itulah yang terjadi:
saya melakukannya lagi! ltulah sebabnya Anda harus
melupakannya dan tetap berjalan terus, tanpa perlu
mengkhawatirkan apa yang baru saja Anda katakan
atau lakukan, atau khawatir akan melakukannya lagi.
Kalau Anda khawatir, Anda akan melakukannya. Hal
semacam itu saya sebut menanam sesuatu untuk
terjadi.

George Burns mempunyai kebiasaan seperti itu


dengan beberapa orang, khususnya dengan sasaran
nomor satunya, Jack Benny, teman lama George sejak
masa kecil mereka di Sisi barat New York. George
dapat berjalan memasuki ruangan tanpa berkata
sepatah kata pun atau melakukan apa pun, dan Jack
akan tertawa terbahak-bahak. George, tentu saja, tahu
dan senang dengan hal ini. Dan ia ingin menanam
kesalahan besar ke dalam diri Jack: karenanya, ia
selalu melarang Jack tertawa.

202
George menceritakan kepada saya ketika suatu
kali ia dan Jack diundang makan malam di hari Minggu
di rumah Jeanette MacDonald. Penyanyi terkenal yang
bersama Nelson Eddy menjadi penyanyi duet paling
populer di Amerika pada 1930an dan 1940-an. George
"menyetel" Jack dengan percakapan yang khas George
dengan seseorang yang dianggap gampang sebagai
sasaran leluconnya, dan Jack biasanya yang paling
gampang di antara semuanya:

"Jack, kau datang ke makan malam Jeanette


MacDonald

Minggu malam nanti?"

"Oh, jelas. Aku selalu mendapat undangan!'

"Kalau begitu, kau tahu, biasanya sehabis makan


malam

Jeanette menyanyikan beberapa lagu kan?"

”Tahu. Aku sudah tiga kali ke sana.”

Kemudian George memperingatkannya, ”Jangan


tertawa.”

203
”Buat apa tertawa?”

”Jangan tertawa.”

Hari Minggu tiba, dan George menelepon Jack


untuk memberitahu bahwa ia akan menjemputnya.
Kemudian, ia menambahkan, ”lngat, jangan tertawa.”

Begitu Jeanette berdiri untuk menyanyikan lagu


pertamanya, Jack meledak tertawa, sedangkan George
duduk saja sambil menyeringai nakal. George duduk di
barisan depan sambil membaca koran saat Jack
sedang melakukan aksi komedinya.

Saya ceritakan kisah ini untuk menunjukkan apa


yang terjadi jika Anda biarkan kekhawatiran Anda
tertanam dalam benak Anda. Jika Anda mulai
beranggapan bahwa sesuatu bisa terjadi, justru Anda
membuatnya benar-benar terjadi. Anda harus sungguh-
sungguh menyingkirkan kemungkinan itu dari benak
Anda. Ini butuh konsentrasi, usaha, dan tekad, tetapi
Anda dapat melakukannya.

Tidak semua kesalahan adalah blooper dalam


artian urnum, dan tidak semuanya di bawah kontrol

204
Anda. Sebagai contoh, kami akan mengajak Anda ke
pertandingan sepakbola Miami Dolphins.

Kami di Buffalo. Saat itu akhir tahun 1960-an.


Saya menjadi komentator pertandingan untukjaringan
radio Miami Dolphins, bergantian dengan Joe Croghan.
Sebelum pertandingan dimulai, angin kencang dan
badai salju menerpa. Ya, benar-benar menerpa dan
membawa pergi semua kertas kami—iklan, diagram
lapangan, statistik, semuanya. Lenyap. Semuanya
terbang ke luar stadion.

Pertandingan pun dimulai. Joe dan saya tahu


Dolphins yang akan menendang bola, karena kami
dapat mengenali kicker mereka di sela-sela salju.
Tetapi, kami tidak dapat mengenali pemain-pemain
Bills; kami tidak dapat melihat nomor-nomor punggung
atau dada mereka di dalam badai salju itu. Garis-garis
lapangan pun dengan segera tertutup salju. Kami tak
mampu melihat apa-apa dengan jelas, apalagi
menggambarkan apa yang terjadi di lapangan. Apa
yang harus dilakukan? Kami memutuskan untuk
memberitahukan setepatnya kepada para pendengar

205
kami di Miami yang bercuaca cerah tentang apa yang
sedang terjadi di tempat kami, dan memang itulah yang
harus dilakukan oleh seorang komentator
pertandingan.

Setelah menggambarkan kondisi cuaca yang


suram di Pantai Danau Erie dan di seberang Rainbow
Bridge dari Jeram Niagara, kami memulai siaran kami.
Laporan kami, meski tidak klasik, paling tidak unik:

"Seseorang berlari membawa bola. .. Seseorang


mencoba menerobos... Seseorang menekelnya... Dia
jatuh. .. Tidak, dia bangkit!... Kami tidak tahu siapa dia

Sementara semuanya ini terus berlangsung, kami


tetap tidak mempunyai diagram lapangan yang bisa
membantu. Diagram itu berfungsi menunjukkan
pemain-pemain dan posisi masing-masing di lapangan,
nama dan nomornya, pemain penyerang dan bertahan
dari masing-masing tim. Para penyiar mengandalkan
diagram seperti itu pada kondisi cuaca terbaik. Dalam
keadaan ini, diagram seperti itu menjadi lebih penting
lagi, tapi semuanya sudah hilang tertiup angin.

206
Secara logis, mestinya Anda menyuruh kru Anda
mencari diagram lapangan lain, tetapi kami ada di atas;
sedangkan mereka di bawah. Dan saat itu elevator
macet.

Joe dan saya menyiarkan seperti itu sepanjang


seperempat jam pertandingan pertama. Cuaca tidak
bertambah baik, tetapi elevator membaik. Di awal
babak kedua, saat pertandingan dimulai lagi, kami
terbebas dari keadaan sulit dengan adanya diagram
lapangan yang baru. Penglihatan kami masih tidak lebih
baik, tapi paling tidak kami dapat memberikan perkiraan
yang lebih baik.

Badai bukanlah kesalahan kami. Ini di luar kontrol


kami. Tapi, daripada panik dan membuat blooper
sendiri, kami berterus terang kepada para pendengar
dan mengatakan kepada mereka bahwa blooper
terbesar hari itu—yaitu badai tersebut—adalah
kesalahan Dewa Musim Dingin, bukan kesalahan kami.

Dalam pertandingan Dolphins lainnya, sesaat


setelah Don Shula menjadi pelatih, pemain belakang
mereka, Larry Csonka, cedera. Setelah pertandingan,
207
saya masuk ke ruang locker seperti biasanya, untuk
wawancara setelah pertandingan. Saya menjumpai
Csonka di ruang medis, dan ia melambaikan
tangannya, menyuruh saya masuk.

Shula menerapkan peraturan keras: tidak boleh


ada wawancara di ruang medis. Tapi, saya tidak tahu
hal itu. Jadi, saya dan Csonka sedang disiarkan ketika
Shula melihat kami dan mikrofon saya, melalui pintu
keluar di ujung ruangan. la berteriak nyaring, "Setan!
Kalian berdua sedang apa?"

Csonka berkata, "Siapa yang diajaknya bicara—


Anda atau Shula melempar saya keluar dari ruangan
itu. Saya segera melancarkan taktik darurat, "Kita
kembali ke studio." Di pesta akhir pertandingan, Shula
bertanya pada saya, "Tadi disiarkan ya?"

Ketika saya bilang ya, ia menunjukkan


kekecewaan dan frustrasinya karena kekasarannya
telah didengar oleh fans Dolphins. Saya berkata,
"Jangan khawatir, Don, saya tidak bilang itu kau."Tapi
kami berdua tahu, itu tidak perlu. Suara Shula paling
mudah dikenali di Miami.
208
Sebuah kesalahan besar yang lebih jelas lagi
adalah ketika saya menjadi komentator pertandingan
Dolphins. Dipertengahan waktu, saya berkata kepada
para penonton bahwa mereka sedang menyaksikan
"the Baltimore Colts Drug dan Bugle Corps."

PERTUNJUKKAN JALAN TERUS

Saya pernah bertanya kepada seorang tamu


dalam show radio saya, apakah ia mempunyai anak.
Staf di ruang kontrol tertawa karena tamu itu adalah
seorang pastor Katolik. Saya tidak menduga akan
melakukan blooper sampai pastor itu mengingatkan
saya bahwa mereka hidup berselibat, tidak menikah.

Mengapa saya menanyakan pertanyaan bodoh


itu? Saya tidak tahu. Itu pertanyaan wajar dalam
kebanyakan kasus, ketika Anda memberitahu audiens
Anda riwayat singkat tamu Anda di awal show. Apa pun
alasannya, kedengarannya sungguh bodoh dan konyol.
Apa yang kemudian saya lakukan? Ya, apa yang
seharusnya kita lakukan—saya lanjutkan ke
pertanyaan berikutnya.

209
Saya menjadi pembawa acara dalam festival 4 Juli
di Miami, lengkap dengan berbagai macam bendera,
musik, dan pidato oleh anggota Kongres Claude
Pepper. Peristiwa itu begitu besar, sehingga produser
mendirikan dua panggung yang ditaruh berdampingan
dengan celah kecil di antara keduanya. Ketika saya
diperkenalkan kepada khalayak, saya berlari naik ke
panggung, dan salah satu kaki saya terperosok ke
dalam celah itu. Saya jatuh.

Saya masih memegang mikrofon tangan, lalu


saya bertindak sebaik-baiknya. Saya memutuskan
untuk mendeskripsikan sejujurnya, terutama karena
audiens tak dapat melihat saya dan berpikir-pikir di
mana saya menghilang dan mengapa. Secepat saya
menghilang, mereka mendengar saya melalui
pengeras suara berkata, "Saya terjatuh. Jangan panik,
saya tidak apa-apa."

Tak lama kemudian orang-orang tertawa.


Sungguh, itu cara yang hebat untuk membangkitkan
tawa mereka—tapi, saya tak ingin mengulanginya.

210
Saya pernah menghindari blooper—atau lebih
buruk lagi— ketika Jim Bishop, salah seorang teman
Miami saya, tampil dalam show saya. Sebelumnya, Jim
telah mendapat popularitas dan penghargaan besar
sebagai kolumnis serta pengarang yang sederhana dan
lugas dalam berbicara. la juga sembuh dari kecanduan
alkohol dan hidup sehat selama dua puluh lima tahun.

Tapi siapa sangka? Malam itu ia datang dalam


show saya dalam keadaan mabuk berat. Baru kali itu
saya melihatnya demikian. Mungkin ia gugup harus
tampil dalam pertunjukan itu dan berusaha mencari
kekuatan dari sebotol minuman.

Melihat kondisi Jim, saya menjadi gugup.


Kemampuan berbicara lugas dan sederhana plus
minuman keras sama dengan bencana dalam siaran.
Saya khawatir akan terjadi lebih banyak blooper. Bisa-
bisa FCC (Federal Communication Commission)
mencabut izin siaran, dan saya akan diberi tiket gratis
pulang ke Brooklyn, tanpa boleh kembali lagi.

Ini bukan saatnya bersikap lembut dan


membiarkan teman saya ikut siaran. Saya harus
211
melakukan sesuatu yang drastis dan cepat, untuk
melindungi kami semua. Saya memberi tanda tinggi-
tinggi kepada teknisi melalui jendela kaca di ruang
kontrol dan berkata melalui mikrofon di meja, "Ubah
tandanya." Dan tandanya pun berubah: ON THE AIR.

Jim melihatnya, dan segera saya ulurkan tangan


kanan saya seraya berkata, "Jim, terima kasih—satu
jam yang hebat! Kau benar-benar hebat, seperti
biasanya."

Dengan sedikit bingung, ia membalas, kemudian pergi.

Kami isi acara itu dengan menjawab telepon dari


pendengar.

Blooper saya yang paling mahal bukanlah karena kata-


kata saya, melainkan suara yang saya keluarkan—
mendengkur.

Mengapa saya mendengkur saat sedang siaran? Saya


mempunyai jawaban yang bagus untuk pertanyaan itu:
Saya tertidur.

Waktu itu pagi tahun baru, hari pertama tahun


1959. Saya di Miami. Saya telah bekerja di balapan
212
anjing semalam sebelumnya, sebagai pembawa acara.
Kemudian, saya pergi ke pesta malam tahun baru di
New York untuk melepas tahun 1958 dan memasuki
1959, tapi saya tidak minum alkohol. Kemudian, saya
melaksanakan tugas giliran saya di stasiun radio
WKAT, membawakan acara saya sendiri dari jam enam
sampai jam sembilan pagi. Setelah itu, jam sembilan
tiga puluh saya harus menyiarkan Don McNeill's
Breakfast Club dari Chicago.

Saya masih harus menunggu satu jam lagi, dari


jam sembilan sampai jam sepuluh, ketika pembawa
acara selanjutnya akan menggantikan saya. Selama
seluruh show saya, saya terus berkata pada diri sendiri,
"Bangun. Tetap bangun!" Saya seorang diri di stasiun,
tetapi saya berhasil dalam acara saya, sampai
memasuki Breakfast Club. Sampai saat itu, saya tidak
tidur selama dua puluh empat jam.

Pada jam sembilan dua puluh sembilan, Don


McNeill memulai acaranya dengan berkata, "This is the
ABC radio network!' ltu petunjuk bagi semua stasiun
ABC di seluruh negara untuk mengidentifikasikan diri.

213
Saya harus memutar saklar ABC ke off, menghidupkan
mikrofon saya, dan berkata, "Ini WKAT—Miami, Miami
Beach."

Setiap orang di jalanan dapat melihat saya,


karena bagian depan gedung kami semuanya dari
kaca. Orang dapat mengintip masuk dan melihat
penyiar dan teknisi bekerja.

Lalu saya memutar saklar ABC ke off dan


menghidupkan mikrofon saya—dan tertidur. Satu-
satunya suara yang didengar para pendengar WKAT
yang bangun di pagi tahun baru itu adalah sebuah
suara misterius yang tak seorang pun mengenalnya—
dengkuran saya. Breakfast Club tidak muncul lagi di
udara, karena saklar ABC tetap off. Suara misterius itu
terus berlangsung, tanpa suara Iain. Tanpa musik.
Tanpa iklan. Tanpa penyiar yang mengatakan sesuatu.
Hanya suara itu saja.

Para pendengar mulai menelepon ke stasiun, tapi


tak ada yang menjawab. Seorang pejalan kaki
melongok ke dalam jendela WKAT dan melihat
seseorang tertelungkup di dekat mikrofon.
214
Perkembangan selanjutnya dapat ditebak. Satuan
pemadam kebakaran dan regu penyelamat segera
muncul.

Sirine meraung-raung di jalan menuju studio.

Mereka menghancurkan kaca depan gedung


dengan kapak, sedangkan para pendengar kami, yang
sekarang mendengar orang-orang ribut dan suara
seperti kaca jendela hancur, mulai bingung. Kernudian
pernadam kebakaran dan ahli-ahli medis berteriak pada
saya. "Apa yang terjadi?! Kau tidak apa-apa?!"

Saya bangun, dan melihat suasana darurat itu,


serta semua kaca jendela di lantai dan tergagap, "Apa...
?"

Keesokan paginya, pemilik radio, Kolonel Frank

Katzentine, memanggil saya ke kantornya dan


memecat saya.

Kernudian, ia sedikit melunak dan berkata, "Aku suka


padamu.

215
Kau punya bakat besar. Apakah ada yang perlu
kaujelaskan?

Bisakah kau memberi alasan agar aku tidak


memecatmu?"

Saya berkata, "Anda tahu apa yang sedang saya


lakukan kemarin, Kolonel?"

"Tidak. Apa?”

"Saya sedang mengetes kecepatan Departemen


Pemadam Kebakaran dan Penyelamat Miami
merespons keadaan darurat."

Saya tidakjadi dipecat, tapi saya harus membayar


semua ongkos pengganti jendela itu.

Para pembicara terbaik, negosiator terbaik, dan


orang-orang terbaik di semua jalur pekerjaan pernah
membuat kesalahan. Dalam olahraga bisbol, mereka
bahkan mempunyai sejenis statistik untuk itu—eror.
Jadi, jika Anda melakukan kesalahan, jangan biarkan
hal itü membuat Anda kebingungan. Ingatlah pepatah
lama, "Orang yang tak pernah membuat kesalahan
jarang berbuat apa pun.”
216
PENYEBAB TAKUT BICARA
Takut bicara di depan umum bisa disebabkan oleh
beberapa faktor, termasuk:

 Glossophobia: Kondisi medis yang merujuk pada


rasa takut berbicara di depan umum. Gejala yang
muncul antara lain keringat dingin, jantung berdebar,
mual atau muntah, pusing, napas terasa berat atau
sesak, otot tegang, dan lebih sering buang air
kecil. Penderita glossophobia sering kali akan
menjadi sulit berbicara, bicara terbata-bata, atau
terkesan gagap saat berhadapan dengan publik,
padahal mereka bisa berbicara dengan lancar dan
normal dengan orang lain secara pribadi.

 Kecemasan: Saat dihadapkan pada keharusan


untuk berbicara di depan umum, banyak orang
mengalami respons kecemasan karena merasa
terancam. Hal ini adalah cara tubuh bersiap untuk
mempertahankan diri dari ancaman yang dirasakan.

 Trauma: Seseorang berpotensi lebih besar


mengalami glossophobia apabila pernah mengalami
kejadian buruk di masa lalu, seperti dipermalukan,
217
dicemooh, dihakimi, bahkan ditolak ketika berbicara
di depan umum

Untuk mengatasi rasa takut bicara di depan


umum, beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:

 Berlatih dengan tekun: Berbicara di depan umum


memang bukan hal yang mudah, karena itu, penting
untuk tekun berlatih. Latih presentasi lengkap
beberapa kali. Lakukan di depan beberapa orang
yang dianggap nyaman dan mintalah umpan balik
mereka.

 Bernapas dalam-dalam: Sebelum berbicara di depan


orang banyak, pastikan untuk bernapas secara
dalam. Sebab, hal ini bisa sangat menenangkan.
Tarik napas dalam-dalam sebanyak dua kali atau
lebih sebelum naik ke podium dan selama pidato.

 Mengelola pikiran negatif: Segala tindakan manusia


bermula dari pikiran. Untuk itu, perlu belajar
mengelola pikiran negatif menjadi positif. Hindari
pemikiran tentang tidak boleh membuat kesalahan
saat presentasi. Sebab, tidak ada manusia yang

218
sempurna. Sebaik apa pun Anda menyiapkan diri,
selalu ada celah untuk membuat kesalahan.

 Terapi perilaku kognitif: Banyak orang dapat


mengatasi glossophobia mereka dengan terapi
perilaku kognitif. Penting untuk melakukan sesi
konseling bersama terapis untuk membantu
mengidentifikasi akar penyebab kecemasan. Melalui
psikoterapi, seseorang juga akan dilatih untuk
menenangkan diri melalui teknik relaksasi sebelum
hendak berbicara di depan banyak orang, misalnya
dengan melatih pernapasan dan menenangkan
pikiran

Entah lingkupnya sosial atau profesional, hal yang


harus dilakukan dalam berbicara dengan orang-orang
adalah membuat mereka mudah melakukannya.
Kebanyakan dari kita biasanya malu; dan percayalah,
saya pun malu. Saya adalah bocah kecil dari Brooklyn
yang memakai kacamata dan terkenal pernalu. Bahkan
kita semua cenderung gugup atau paling tidak agak
gugup jika bicara dengan orang yang belum pernah kita

219
temui sebelumnya. Apalagi saat pertama kali bicara di
depan publik.

Cara terbaik untuk mengatasi rasa malu adalah


dengan mengingatkan diri Anda sendiri pada pepatah
lama, yaitu bahwa saat memakai celana, orang yang
Anda ajak bicara memasukkan kakinya ke celana satu
demi satu. Memang ini klise, tapi seperti kebanyakan
klise, biasanya ini benar. Iłu sebabnya ungkapan
seperti iłu menjadi klise.

Klise ini merupakan cara efektif untuk melukiskan


bahwa kita semua adalah manusia, dan karena iłu Anda
tidak perlu gugup meski harus bicara dengan seorang
profesor dengan empat gelar atau astronaut yang telah
terbang 18.000 mil ke luar angkasa, atau seseorang
yang terpilih menjadi gubernur provinsi Anda.

Ingatlah: Orang yang Anda ajak bicara akan


semakin menikmati percakapan jika mereka tahu
bahwa Anda menikmatinya juga, entah Anda merasa
sederajat dengan mereka atau tidak.

Ingatlah bahwa kebanyakan dari kita mulai


dengan cara yang sama. Sangat sedikit dari kita yang
220
lahir kaya dan berkuasa, jika Anda bukan seorang dari
keluarga

Kennedy atau Rockefeller, atau keturunan


keluarga pilihan. Kebanyakan dari kita mulai sebagai
anak-anak dari keluarga dengan pendapatan
menengah-atau-rendah. Kita bekerja sambilan untuk
membayar kuliah atau sambil memulai karier. Dan
orang-orang yang kita ajak bicara kemungkinan juga
demikian. Barangkali kita tidak sekaya atau setenar
mereka, atau sama berhasilnya di bidang kita, tapi
mungkin kita berasal dari latar belakang yang sama,
jadi ciapał dikatakan bahwa kita ini bersaudara. Anda
tidak perlu merasa rendah diri atau terintimidasi. Anda
berada di suatu tempat, dalam kondisi yang kurang
lebih sama seperti orang yang Anda ajak bicara.

Orang yang Anda ajak bicara akan semakin


menikmati percakapan jika mereka tahu bahwa Anda
menikmatinya juga

Untuk membantu Anda mengatasi rasa malu,


ingatlah bahwa orang yang Anda ajak bicara sama
malunya seperti Anda. Kebanyakan dari kita demikian.
221
Mengingatkan diri tentang hal ini akan sangat
menambah kemampuan Anda melepaskan rasa malu
itu.

Kadang Anda bertemu dengan orang yang jauh


lebih pemalu daripada Anda. Sangat gamblang dalam
ingatan saya wawancara dengan seorang pilot
angkatan udara yang terkenal sebagai "jagoan" karena
telah berhasil menembak jatuh lebih dari lima pesawat
musuh dalam Perang Dunia ll.

Ada organisasi sosial pilot-pilot seperti itu, yang


cabangcabangnya tidak hanya ada di Amerika Serikat,
tapi juga di Jerman, Jepang, Vietnam, dan negara
lainnya. Untuk mudahnya, kita sebut saja mereka para
jagoan.

Pada suatu hari, semua cabang bertemu di Miami


pada akhir 1960-an, ketika saya membawakan sebuah
talk show malam hari di stasiun WIOD, yang kemudian
bergabung dengan Mutual Broadcasting System. Miami
Herald mengenali satu-satunya pilot jagoan yang
tinggal di Miami, seorang analis saham yang pernah
menembakjatuh tujuh pesawat Jerman dalam Perang
222
Dunia Il. Surat kabar itu menelepon produser saya dan
menyarankan kepada kami untuk menyiarkannya.
Mereka mengatakan akan memuat isi pertunjukan
dalam artikel mereka tentang orang itu.

Kami menghubungi jagoan itu untuk


menjadwalkan siaran. la dijadwalkan selama satu jam,
dari jam sebelas sampai tengah malam. Surat kabar itu
mengatakan akan mengirim seorang reporter dan
fotografer.

Ketika tamu kami tiba di studio, saya menjabat


tangannya.

Anda tahu? Tangannya berkeringat! Saya hampir


tidak mendengar ketika ia berkata "Halo". Jelas ia
gugup. Gugup? Tidak heran! Orang ini kan tidak
sedang bersiap untuk menerbangkan pesawat terbang.
Menerbangkan pesawat adalah hal lumrah baginya.
Tapi, menghadapi corong radio adalah hal baru
baginya.

Setelah lima menit berita jaringan, saya


memulainya pada pukul 23.05 dengan latar belakang

223
singkat tentang perkumpulan Pilot. Kernudian saya
mengajukan pertanyaan pertama saya,

"Mengapa Anda mau menjadi Pilot?"

"Tidak tahu."

"Well, jelas Anda suka terbang."

"Yah."

"Tahukah Anda mengapa Anda suka terbang?"


"Tidak."

Beberapa pertanyaan yang saya ajukan dijawab


Oleh jagoan kita ini dengan dua kata atau kurang: Ya.
Tidak. Tidak tahu.

Saya menengokjam di studio. Saat itu pukul


23.07, dan saya sudah kehabisan bahan pembicaraan.
Saya kehabisan bahan untuk saya tanyakan kepada
orang ini. la takut setengah mati. Benar-benar
ketakutan. Herald jadi malu. Saya sendiri merasa tak
enak. Setiap orang di sana mempunyai pikiran sama:
Apa yang akan kami lakukan? Kami mempunyai sisa
waktu lima puluh menit. Dan para pendengar di seluruh

224
Miami dapat meraih tombol tuning radio mereka setiap
saat sekarang, untuk memindahkannya.

Lagi, saya teruskan dengan insting saya. Saya


tanya dia, "Jika ada lima pesawat musuh di udara dan
saya punya sebuah pesawat diparkir di belakang studio
ini, akankah Anda kejar?"

"Ya."

"Akankah Anda gugup?"

"Tidak."

"Mengapa sekarang gugup?" Jawabnya, "Karena


saya tidak kenal siapa yang mendengarkan obrolan kita
ini."

Kemudian saya tanya dia, "Jadi, Anda takut


karena tidak tahu."

Kami berhenti bicara tentang hari-harinya di


Angkatan Udara dan mulai bicara tentang ketakutan.
Kegugupannya lenyap. Sungguh, dalam sepuluh menit,
saya telah menciptakan monster. Bicara tentang
terbang? Tidak masalah.

225
la bercerita dengan antusiasme besar, "Saya
terobos awan dengan pesawat saya! Menukik tajam ke
kanan! Matahari berkilau di ujung sayap

Mereka harus membawanya keluar tengah


malam. la masih saja berbicara. Jagoan Perang Dunia
II itü menjadi pembicara yang baik karena ia mampu
mengatasi kekhawatirannya begitu ia maşuk dalam
momen itü dan menjadi terbiasa dengan suaranya
sendiri.

Pada mulanya kami bicara tentang masa lalunya,


dan ia tidak tahu apa yang akan terjadi dalam
wawancara, makanya ia takut setengah mati. Tapi,
begitu kami mulai membicarakan keadaan sekarang,
tak ada lagi yang ia takutkan. la menceritakan apa yang
terjadi di studio saat itu, dan mengungkapkan
perasaannya. Karenanya, kegugupannya lenyap dan
kepercayaan dirinya kembali pada tingkat normal.
Begitu melihat hal ini, saya dapat mengajaknya
membicarakan masa lalu

Trauma Salah Ucap

226
"Bulan ini saya ada presentasi, tapi saya bingung," ujar
seorang kepala tim dari sebuah perusahaan alat
kesehatan.

la ditarik oleh perusahaan tersebut karena


kemampuan niaga yang baik. Namun, ia takut tidak bisa
bicara. la sanggup mengeluarkan kemampuan yang
luar biasa dalam berbisnis saat duduk santai, tetapi
masalahnya adalah saat presentasi.

la berkata, "Kalau bicara biasa saja saya bisa,


seharusnya saat presentasi juga, kan? Saya bukannya
tidak bisa presentasi. Akhir tahun lalu, saya pernah
presentasi untuk pesanan yang bernilai miliaran. Waktu
itu karena sangat gugup, tidak seperti biasanya saya
melakukan banyak kesalahan sehingga pesanan pun
melayang begitu saja. Akibatnya, perusahaan
mengalami kerugian besar. Hal itu sangat mengganggu
mental saya." Akhirnya saya mengerti apa yang terjadi.
Sebuah kesalahan telah mengikat saya.

Saya berkata, "Jadi itu yang membuat Anda


trauma. Karena itu, Anda jadi takut presentasi?" Ia
mengangguk.
227
Di sekitar kita, tidak banyak orang yang bisa
presentasi atau menyajikan paparan penting karena
trauma seperti itu. Mereka mengalami hambatan besar
dalam dunia kerja. Berbicara merupakan daya saing
yang sangat penting dalam bisnis, sehingga jika tidak
bisa menguasainya maka mau tidak mau akan
tersingkir.

Banyak juga orang di luar sana yang tidak bisa


berbicara dengan normal akibat trauma. Ciri-ciri gejala
ini adalah:

Berbicara terbata-bata

Suara kecil dan bergetar

Gagap berlebihan

Tidak berani menatap mata orang lain

Mungkin saja Anda sedang mengalami masalah


dalam berbicara. Sebagian besar orang yang
menampakkan gejala seperti itu karena merasa tidak
percaya diri yang disebabkan oleh luka psikologis saat
tumbuh dewasa, trauma, atau merasa rendah diri. Ada
yang berpendapat bahwa trauma dan rasa rendah diri
228
sangat memengaruhi bagi seseorang sehingga
mengubah cara berbicara sangat tidak mungkin.

Namun, menurut psikolog sekaligus psikiater


Alfred Adler, itu sama sekali tidak benar. Dalam The
Courage to be Hated, seorang filsuf membantah teori
Freud yang mengatakan bahwa luka hati yakni trauma
adalah penyebab mutlak ketidakbahagiaan. la bahkan
berkata:

"Adler tidak setuju dengan teori trauma dan


berkata, 'Pengalaman bukanlah penyebab kegagalan
ataupun kesuksesan. Kita tidak menderita karena
kejutan—yakni trauma—yang kita dapatkan dari
pengalaman, tetapi kita sedang mencari cara yang
sesuai melalui pengalaman. Bukan pengalaman yang
menentukan diri kita, tapi makna yang diberikan
pengalaman yang menentukan."'

Jadi, cara mengatasi trauma dengan cara


memulihkan rasa percaya diri dan berubah menjadi
orang yang mampu berbicara dengan cerdas.

Membuang Rasa Takut

229
Sebagai contoh, kita bisa melihat Barack Obama.
Saat berusia 2 tahun, ayahnya yang berasal dari Kenya
dan berkulit hitam bercerai dari ibunya yang berkulit
putih. Lalu ibunya menikah untuk yang kedua kalinya
dengan orang Indonesia, sedangkan ia tumbuh dalam
asuhan kakek-neneknya di Hawaii. Meskipun
keturunan kulit hitam, ia adalah "anak blasteran" yang
tidak diakui oleh murid-murid kulit hitam apalagi kulit
putih. Trauma dan rasa rendah diri yang muncul dalam
dirinya membuatnya tersesat hingga menyentuh obat-
obatan terlarang. Namun, mes— kipun memiliki latar
belakang seperti ini, saat masih muda ia sudah memiliki
kemampuan berpidato yang mumpuni dan kini menjadi
presiden yang diakui sebagai orator ternama.

Obama tumbuh di lingkungan kurang bagus


dengan rasa trauma dan rasa rendah diri yang tinggi.
Hal ini dijadikan batu sandungan bagi kemampuan
bicara Obama. Namun, kenapa ia tidak terbata-bata
dan cara bicaranya tidak gagap? Sederhana. la
menjadikan trauma dan rasa rendah dirinya sebagai
energi untuk tumbuh dan menarik dirinya terus-

230
menerus. Oleh karena itu, ucapannya yang penuh rasa
percaya diri dapat menggerakkan hati banyak orang.

Begitu pula dengan jagoan presentasi Steve Jobs.


la merasa trauma dan rendah diri karena merupakan
anak adopsi. la pun pernah tersesat dan bersentuhan
dengan obat-obatan terlarang. la meninggalkan bangku
kuliah dan terjun ke dalam bisnis komputer yang tidak
terjamin masa depannya. Kehidupannya di bawah rata-
rata. Seharusnya keadaan ini sudah cukup untuk
membuatnya tidak percaya diri dan gagap dalam
berbicara. Namun kenyataannya, hal tersebut bukan
hambatan bagi Steve Jobs. Dan ia menjadi salah satu
orang yang paling pandai berbicara di seluruh dunia.

Penyebabnya jelas. la mengubah trauma dan rasa


rendah dirinya menjadi semangat menantang. la
mencintai apa yang dikerjakannya lebih dari siapa pun
dan rasa percaya terhadap dirinya sendiri sangat besar.
Dalam pidatonya di upacara kelulusan Universitas
Stanford, ia berpesan agar mencari pekerjaan yang
benar-benar disukai.

"Stay hungry! Stay foolish!"


231
Keyakinan diri yang kuat seperti inilah yang
membuatnya diakui sebagai ahli berbicara secara
tegas, lugas, dan jelas.

Barack Obama dan Steve Jobs memiliki rasa


percaya diri yang tinggi karena berhasil mengatasi
trauma dan rasa rendah diri yang disebabkan oleh
keadaan mereka yang malang. Inilah yang membuat
mereka mampu menjadi pernbicara ulung. Rasa
percaya diri yang kuat adalah hal utama untuk bisa
pandai berbicara. Kita harus terbebas dari luka atau
rasa rendah diri yang membuat kita tidak berani
berbicara kepada orang lain. Dengan demikian, kita
akan dapat berbicara dengan sorot mata tajam dan
menyentuh hati pendengar.

Mereka yang kurang percaya diri mudah merasa


berdebardebar saat berbicara di hadapan orang
banyak. Mari kita ketahui beberapa tip untuk
menghilangkan rasa gugup. Ada empat hal yang
menjadikan kita memiliki keberanian untuk berbicara
dengan mantap:

1. Membuat Karikatur Pendengar


232
Mari berpikir bahwa audiens bukanlah orang yang
akan me— nilai kita, melainkan orang yang akan
mendengarkan cerita kita dengan gembira. Masih
merasa takut menghadapi audi— ens? Kalau begitu,
bayangkan bahwa audiens yang sedang men—
dengarkan cerita kita sedang menyembunyikan kaus
kakinya yang berlubang di dalam sepatunya. Anda
akan merasa lebih nyaman dan menunjukkan
kemampuan Anda dengan baik.

2. Menghindari Merendahkan Kapasitas Diri Saat


Memperkenalkan Diri

"Saya tidak sempat mempersiapkannya dengan


baik... "Saya banyak kekurangan, tapi..

Kalimat-kalimat seperti ini tidak berfungsi untuk


mengungkapkan rasa rendah hati. Kalimat ini justru
membuat kepercayaan audiens turun dan membuat
mereka tidak bisa fokus. Hal ini membuat kita menjadi
lebih gelisah dan tidak bisa lolos dari rasa gugup.

3. Mempelajari Konten dengan Baik

233
Jika kita lebih banyak tahu daripada audiens,
mereka akan berhenti menilai dan mulai memasang
telinga. Saat kita menguasai apa yang akan
disampaikan, audiens akan melihat dengan sorot mata
lembut dan mendengarkan, bukan dengan tatapan
menghakimi. Mempelajari konten presentasi akan lebih
mudah dalam berbicara.

4. Mengucapkan "Mantra" dengan Penuh Keyakinan

"Aku yang terbaik.

"Hari ini aku akan menyajikan presentasi terbaik.

Selalu memantrai diri sendiri dengan ucapan yang


meyakinkan untuk meredakan rasa gugup. Ucapan
mantra itu bisa dilakukan dengan membayangkan diri
sendiri saat berada di atas panggung. Lama kelamaan
akan muncul keberanian dalam diri kita.

234
BAB 3

BERBICARA DAN KOMUNIKASI

PERBEDAAN BERBICARA DAN KOMUNIKASI


Berbicara dan komunikasi adalah dua hal yang
berbeda meskipun keduanya berkaitan erat. Berbicara
adalah mengeluarkan suara, baik sendiri maupun
dengan orang lain, sedangkan komunikasi adalah
pertukaran informasi, baik melalui petunjuk verbal
maupun non-verbal. Berikut adalah perbedaan antara
berbicara dan komunikasi:

Perbedaan antara berbicara dan komunikasi:

1. Berbicara adalah mengeluarkan suara, sedangkan


komunikasi adalah pertukaran informasi.

2. Berbicara dapat dilakukan sendiri atau dengan orang


lain, sedangkan komunikasi melibatkan minimal dua
orang

3. Berbicara hanya melibatkan penggunaan bahasa


lisan, sedangkan komunikasi dapat melibatkan

235
bahasa lisan, tulisan, gerakan tubuh, dan ekspresi
wajah

4. Berbicara dapat dilakukan tanpa memperhatikan


konteks dan tujuan, sedangkan komunikasi selalu
memperhatikan konteks dan tujuan

Dalam konteks public speaking, terdapat


perbedaan antara speaking dan talking. Speaking
mempunyai kecenderungan one way communication
atau berbicara satu arah kepada orang banyak,
sementara talking lebih ke berbicara secara personal.
Sedangkan dalam konteks gangguan bicara dan
bahasa, gangguan bicara terdiri dari masalah artikulasi,
masalah suara, masalah kelancaran berbicara (gagap),
afasia (kesulitan dalam menggunakan kata-kata,
biasanya akibat cedera otak), dan keterlambatan dalam
bicara atau Bahasa.

Berbicara dan berkomunikasi adalah dua hal yang


berbeda, meskipun keduanya berkaitan erat dalam
konteks penggunaan bahasa. Berikut adalah
perbedaan antara berbicara dan berkomunikasi
berdasarkan hasil pencarian:
236
Perbedaan antara berbicara dan berkomunikasi:

1. Berbicara adalah kemampuan seseorang dalam


mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
untuk mengekspresikan, menyatakan, serta
menyampaikan ide, pikiran, gagasan, dan perasaan
secara lisan. Sedangkan komunikasi adalah proses
penyampaian pesan atau informasi dari satu pihak
ke pihak lain dengan menggunakan media bahasa
atau tanda-tanda lainnya dengan tujuan untuk
mencapai pemahaman bersama

2. Berbicara lebih fokus pada kemampuan seseorang


dalam mengeluarkan suara dan mengucapkan kata-
kata dengan jelas dan tepat guna, sedangkan
komunikasi lebih fokus pada proses penyampaian
pesan atau informasi yang melibatkan interaksi
antara dua pihak atau lebih

3. Berbicara dapat dilakukan sendiri atau dengan orang


lain, sedangkan komunikasi selalu melibatkan
minimal dua pihak.

Meskipun berbicara dan berkomunikasi memiliki


perbedaan, keduanya tetap saling berkaitan dan
237
penting untuk dikuasai dalam berinteraksi dengan
orang lain.

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan


atau informasi dari satu pihak ke pihak lain dengan
menggunakan media bahasa atau tanda-tanda lainnya
dengan tujuan untuk mencapai pemahaman bersama.
Dalam komunikasi, terdapat komunikator yang
menyampaikan pesan dan komunikan yang menerima
pesan

. Tujuan dari dilakukannya komunikasi yaitu untuk


memberikan pengetahuan ataupun informasi kepada
orang lain sehingga dapat memengaruhi pemikiran,
mengubah sikap, dan mendorong orang lain untuk
melakukan hal tertentu. Komunikasi juga dapat
dilakukan secara langsung atau tidak langsung, melalui
berbagai media seperti surat, radio, film, dan
sebagainya. Dalam berkomunikasi, penting untuk
memperhatikan konteks, konten, dan saluran yang
digunakan agar pesan dapat disampaikan dengan jelas
dan efektif.

238
FUNGSI KOMUNIKASI
Komunikasi memiliki banyak fungsi dalam
kehidupan sehari-hari, baik antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok
dengan kelompok. Berikut adalah beberapa fungsi
komunikasi:

1. Sebagai alat kendali atau kontrol: Dalam hal ini, alat


kendali berarti dengan komunikasi maka perilaku
dapat dikendalikan atau diarahkan sesuai dengan
tujuan yang diinginkan

2. Untuk memahami diri sendiri dan orang lain: Dalam


suatu kelompok, kita memiliki kesempatan untuk
dapat mengungkap atau menemukan siapa diri kita
yang sebenarnya serta bagaimana orang lain
mempengaruhi kita melalui komunikasi dua arah

3. Untuk mewujudkan relasi yang penuh makna:


Komunikasi merupakan suatu modal dasar dalam
menjalin relasi karena di dalamnya kita dapat
memperhatikan diri sendiri serta mempertimbangkan
kebutuhan orang lain

239
4. Menginformasikan: Fungsi ini adalah untuk
memberikan informasi kepada masyarakat dan
memberitahukan kepada masyarakat mengenai
peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran

5. Mendidik: Fungsi ini adalah untuk memberikan


pengetahuan dan keterampilan kepada orang lain

6. Mempengaruhi: Fungsi ini adalah untuk


mempengaruhi pendapat, sikap, dan perilaku orang
lain.

7. Menghibur: Fungsi ini adalah untuk memberikan


hiburan kepada orang lain

Menurut William I. Gorden, ada empat fungsi


komunikasi, yaitu: komunikasi sosial, komunikasi
ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi
instrumental

Menurut William I. Gorden, terdapat empat fungsi


komunikasi, yaitu

• Komunikasi sosial: Fungsi ini adalah untuk


membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk
kelangsungan hidup, untuk memperoleh
240
kebahagiaan, dan terhindar dari kesepian. Fungsi ini
berperan penting dalam membentuk identitas diri
seseorang dan memperkuat hubungan sosial
dengan orang lain. Contohnya adalah ketika kita
berbicara dengan teman atau keluarga, kita dapat
membangun hubungan sosial yang lebih baik dan
memperoleh dukungan sosial dari mereka.
Komunikasi sosial juga dapat membantu kita
memperoleh informasi dan pengetahuan baru, serta
memperluas jaringan sosial kita

• Komunikasi ekspresif: Fungsi ini adalah untuk


mengekspresikan perasaan dan emosi. Contohnya
adalah ketika kita menangis atau tertawa.

• Komunikasi ritual: Fungsi ini adalah untuk


mempertahankan dan memperkuat norma dan nilai-
nilai sosial. Contohnya adalah ketika kita melakukan
upacara keagamaan atau perayaan hari besar.

• Komunikasi instrumental: Fungsi ini adalah untuk


mencapai tujuan-tujuan praktis atau tujuan-tujuan
yang spesifik. Fungsi ini lebih berfokus pada hasil
akhir dan mencakup komunikasi yang bersifat
241
transaksional. Contohnya adalah ketika kita
berkomunikasi untuk meminta bantuan atau
meminta informasi. Fungsi komunikasi instrumental
mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu:
menginformasikan, mengajar, mendorong,
mengubah sikap, menggerakkan tindakan, dan juga
menghibur. Sebagai instrumen, komunikasi tidak
saja kita gunakan untuk menciptakan dan
membangun hubungan, namun juga untuk
menghancurkan hubungan tersebut.

Beberapa contoh bagaimana fungsi komunikasi


instrumental dapat membantu dalam mengubah sikap
adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi yang akurat dan terpercaya


mengenai suatu masalah atau situasi.

2. Mengajak orang lain untuk mempertimbangkan


sudut pandang yang berbeda dan memperoleh
pemahaman yang lebih baik.

3. Mendorong orang lain untuk mengambil tindakan


yang lebih baik atau lebih sesuai dengan tujuan yang
diinginkan.
242
4. Mengubah keyakinan atau pandangan orang lain
mengenai suatu masalah atau situasi.

Dalam situasi komunikasi yang efektif, fungsi


komunikasi instrumental dapat membantu dalam
mengubah sikap orang lain dengan cara yang positif
dan membangun. Namun, perlu diingat bahwa
mengubah sikap orang lain tidak selalu mudah dan
memerlukan usaha yang terus-menerus serta
kesabaran.

Namun, terdapat juga pendapat lain dari para ahli


komunikasi mengenai fungsi komunikasi, seperti
Onong Effendy yang menyatakan bahwa fungsi
komunikasi adalah menyampaikan informasi, mendidik,
menghibur, dan mempengaruhi.

Fungsi komunikasi adalah tujuan dan manfaat


utama yang ingin dicapai melalui proses komunikasi.
Berikut ini beberapa fungsi penting komunikasi:

1. Informasi: Komunikasi digunakan untuk


menyampaikan dan memperoleh informasi. Fungsi
ini melibatkan pertukaran data, fakta, ide,

243
pengetahuan, dan berbagai informasi yang berguna
bagi individu atau kelompok.
2. Ekspresi: Komunikasi membantu individu untuk
mengungkapkan perasaan, emosi, pandangan, dan
pemikiran mereka. Fungsi ini memungkinkan
ekspresi diri, pemenuhan sosial, dan pemahaman
antarindividu.
3. Pengaruh: Komunikasi digunakan untuk
mempengaruhi individu atau kelompok lain. Fungsi
ini melibatkan persuasi, negosiasi, pengarahan, dan
pengaturan perilaku orang lain.
4. Hiburan: Komunikasi juga berfungsi sebagai sarana
hiburan dan rekreasi. Melalui komunikasi, individu
dapat berbagi cerita, lelucon, cerita pengalaman,
dan hiburan lainnya untuk menghibur dan
menggembirakan orang lain.
5. Relasi: Komunikasi berperan penting dalam
membangun dan memelihara hubungan
antarindividu. Fungsi ini melibatkan interaksi sosial,
pembentukan ikatan emosional, dan pembangunan
kerjasama dalam hubungan interpersonal.

244
6. Pengorganisasian: Komunikasi berfungsi sebagai
alat untuk mengorganisasi tindakan dan aktivitas
kelompok. Fungsi ini melibatkan koordinasi,
delegasi, pengaturan tugas, dan pengambilan
keputusan dalam lingkungan organisasi.
7. Pembentukan Identitas: Komunikasi membantu
individu membentuk dan memperkuat identitas
mereka. Fungsi ini melibatkan pembentukan nilai,
norma, dan keyakinan yang mendasari identitas
individu.
Setiap fungsi komunikasi memiliki peran yang
penting dalam memenuhi kebutuhan individu dan
kelompok dalam berbagai konteks kehidupan.

MODEL KOMUNIKASI
Model komunikasi adalah gambaran sederhana
dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan
antara satu komponen komunikasi dengan komponen
lainnya. Menurut Sereno dan Mortensen, suatu model
komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa
yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. John
Fiske (1990) menyebut ada dua mazhab utama yang
tercermin dalam model komunikasi:
245
1. Transmisi Pesan: Arus pesan digambarkan bersifat
langsung dari pengirim pesan ke penerima pesan,
komunikator ke komunikan. Dalam model
komunikasi linear, tidak terdapat konsep umpan balik
(feedback). Penerima pesan bersifat pasif dalam
menerima pesan. Model komunikasi linear di
antaranya:

 Model Komunikasi Aristoteles

 Model Komunikasi Lasswell

 Model Komunikasi SMCR Berlo

 Model Komunikasi Shannon dan Weaver.

2. Model Komunikasi Transaksional: Berdasarkan


model komunikasi ini, komunikasi terjadi ketika
seorang pembicara menyampaikan pembicaraannya
kepada khalayak dalam upaya mengubah sikap
mereka. Dalam model ini, pesan dikirimkan dari
kedua arah, dan terdapat konsep umpan balik
(feedback). Model komunikasi transaksional di
antaranya:

 Model Komunikasi Schramm


246
 Model Komunikasi Osgood dan Schramm.

Selain itu, terdapat juga model-model komunikasi


lainnya seperti model komunikasi sirkuler, model
komunikasi spiral, dan model komunikasi konvergensi

DIMENSI KOMUNIKASI
Dimensi komunikasi merujuk pada berbagai
aspek yang dapat dipertimbangkan saat memahami
dan menganalisis sebuah situasi komunikasi. Berikut ini
adalah beberapa dimensi komunikasi yang umumnya
dipertimbangkan:

1. Dimensi Verbal dan Nonverbal: Komunikasi dapat


dilakukan melalui kata-kata (verbal) dan
menggunakan ekspresi wajah, bahasa tubuh,
intonasi suara, dan isyarat (nonverbal). Kedua
dimensi ini saling berinteraksi dan dapat
memberikan makna tambahan dalam komunikasi.
2. Dimensi Komunikasi Antarbudaya: Komunikasi
antarbudaya melibatkan pertukaran pesan antara
individu yang berasal dari latar belakang budaya
yang berbeda. Dimensi ini mencakup perbedaan

247
bahasa, norma-norma sosial, nilai-nilai, dan praktik
komunikasi yang berbeda di berbagai budaya.
3. Dimensi Komunikasi Media dan Teknologi:
Kemajuan teknologi telah membawa perubahan
dalam cara kita berkomunikasi. Komunikasi dapat
dilakukan melalui berbagai media seperti telepon,
email, pesan teks, media sosial, dan video
conference. Dimensi ini melibatkan pemahaman
tentang kelebihan dan kelemahan media komunikasi
yang berbeda.
4. Dimensi Halusinasi: Komunikasi halusinasi merujuk
pada konstruksi dan interpretasi pesan melalui
bahasa metaforis, simbol, atau bahasa yang ambigu.
Dimensi ini banyak digunakan dalam seni, sastra,
dan bahasa figuratif.
5. Dimensi Jarak Komunikasi: Jarak komunikasi
merujuk pada keberadaan atau ketidakhadiran ruang
fisik antara pengirim dan penerima pesan. Jarak fisik
dapat mempengaruhi tingkat keintiman dan interaksi
dalam komunikasi.
6. Dimensi Kecepatan: Dimensi kecepatan komunikasi
mengacu pada seberapa cepat atau lambat pesan

248
disampaikan dan diterima. Ini dapat terjadi dalam
komunikasi tatap muka yang real-time atau melalui
komunikasi tertulis untuk ditanggapi di kemudian
hari.
7. Dimensi Daya: Dimensi ini berkaitan dengan
distribusi kekuasaan dan pengaruh dalam
komunikasi. Hal ini mencakup aspek-aspek seperti
kesenjangan kekuasaan dalam komunikasi antara
atasan dan bawahan, atau antara kelompok yang
berbeda dalam hierarki sosial.

Selain dimensi-dimensi ini, ada juga faktor-faktor


lain yang dapat mempengaruhi komunikasi, seperti
konteks, tujuan komunikasi, sikap, emosi, dan persepsi
individu. Memahami dan mengakui dimensi-dimensi ini
dapat membantu meningkatkan kesadaran dan
pemahaman kita tentang proses komunikasi yang
kompleks.

Komunikasi adalah proses sosial dimana individu-


individu menggunakan simbol-simbol untuk
menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam
lingkungan mereka. Komunikasi juga merupakan

249
penyampaian informasi, gagasan, emosi, ketrampilan,
dan sebagainya dengan menggunakan lambang-
lambang atau kata-kata, gambar, bilangan, grafik, dan
lain-lain. Dimensi komunikasi berarti suatu ukuran yang
berkaitan dengan komunikasi. Berikut adalah beberapa
dimensi komunikasi yang dijelaskan dalam beberapa
sumber:

 Isi: Isi adalah apa yang dibicarakan dalam


komunikasi antara satu orang dengan orang yang
lain atau bahkan lebih.

 Kebisingan: Kebisingan adalah tinggi rendahnya


suara yang terdengar dalam melakukan komunikasi

 Jaringan: Jaringan adalah media atau sarana yang


digunakan dalam melakukan komunikasi

 Muatan: Muatan atau isi dari komunikasi tersebut


adalah apa yang dikatakan dan disampaikan, atau
dengan kata lain dimensi isi

 Arah: Arah komunikasi dapat dibagi menjadi dua,


yaitu komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah.
Komunikasi satu arah adalah hanya ada satu orang
250
berbicara menyampaikan informasi, sedangkan
komunikasi dua arah adalah adanya interaksi antara
satu orang dengan orang lain.

Internal/eksternal: Komunikasi internal organisasi


adalah proses penyampaian pesan antara anggota-
anggota organisasi yang terjadi untuk kepentingan
organisasi, seperti komunikasi antara pimpinan dengan
bawahan, antara sesama bawahan, dan sebagainya.
Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi
antara organisasi dengan pihak luar organisasi, seperti
pelanggan, pemasok, dan sebagainya

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI


Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi
dapat bervariasi tergantung pada sumbernya, namun
beberapa faktor yang sering disebutkan antara lain:

 Kredibilitas: Setiap komunikator harus memiliki


hubungan saling percaya dengan komunikan,
sehingga apa yang disampaikan dapat
dipercaya secara langsung

251
 Konteks: Situasi dan kondisi komunikasi dapat
mempengaruhi jalannya komunikasi

 Konten: Isi pesan yang disampaikan harus dipilih


dengan baik agar komunikan tertarik terhadap
apa yang disampaikan

 Kejelasan: Komunikator harus memahami


komunikasi verbal dan nonverbal, tujuan yang
akan dicapai, serta kejelasan informasi,
sehingga mengurangi terjadinya
kesalahpahaman

 Kesinambungan dan konsistensi: Komunikasi


yang berkesinambungan dan konsisten dapat
membantu memperkuat pesan yang
disampaikan

 Kemampuan komunikan: Kemampuan


komunikan dalam memahami pesan yang
disampaikan juga dapat mempengaruhi jalannya
komunikasi

252
 Saluran distribusi: Saluran yang digunakan
untuk menyampaikan pesan juga dapat
mempengaruhi jalannya komunikasi

 Persepsi: Persepsi seseorang terhadap pesan


yang disampaikan dapat mempengaruhi
pemahaman dan tanggapannya terhadap pesan
tersebut

 Pengetahuan: Tingkat pengetahuan seseorang


juga dapat mempengaruhi jalannya komunikasi.

 Emosi: Emosi seseorang dapat mempengaruhi


cara seseorang menyampaikan pesan dan cara
seseorang memahami pesan

 Latar belakang: Latar belakang seseorang,


seperti budaya, agama, dan pendidikan, juga
dapat mempengaruhi jalannya komunikasi

 Peran dan hubungan: Peran dan hubungan


antara komunikator dan komunikan juga dapat
mempengaruhi jalannya komunikasi

253
Lingkungan: Lingkungan di sekitar komunikator
dan komunikan juga dapat mempengaruhi jalannya
komunikasi

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi


efektivitas suatu komunikasi:

1. Credibility: Kepercayaan atau kredibilitas dari


komunikator dapat mempengaruhi efektivitas suatu
komunikasi.

2. Context: Konteks atau situasi di mana komunikasi


dilakukan dapat mempengaruhi efektivitas suatu
komunikasi.

3. Content: Isi atau konten dari pesan atau informasi


yang disampaikan dapat mempengaruhi efektivitas
suatu komunikasi.

4. Clarity: Keterangannya yang jelas dan mudah


dipahami dapat mempengaruhi efektivitas suatu
komunikasi.

5. Continuity and Consistency: Kelangsungan dan


konsistensi dalam penyampaian pesan atau

254
informasi dapat mempengaruhi efektivitas suatu
komunikasi.

6. Capability of Audience: Kemampuan penerima atau


komunikan dalam memahami pesan atau informasi
dapat mempengaruhi efektivitas suatu komunikasi.

7. Channels of Distribution: Media atau saluran yang


digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi dapat mempengaruhi efektivitas suatu
komunikasi.

Selain faktor-faktor di atas, terdapat faktor-faktor


lain yang dapat mempengaruhi efektivitas suatu
komunikasi, seperti sinyal nonverbal, kemampuan
berkonsentrasi, perasaan dan emosi, lingkungan,
struktur wewenang, spesialisasi pekerjaan, bahasa,
dan wawasan

PROSES KOMUNIKASI
Proses komunikasi adalah suatu proses yang
melibatkan tahapan atau alur tertentu. Proses ini terdiri
dari beberapa komponen utama, yaitu pengirim
(sender), pesan (message), media (channel), penerima
(receiver), dan umpan balik (feedback). Proses
255
komunikasi dimulai dari adanya pesan, encoding pesan
dan penyampaiannya oleh pengirim, diterima oleh
penerima, lalu di-decoding, menimbulkan dampak dan
umpan balik. Individu yang mengikuti proses
komunikasi dengan baik akan memiliki kesempatan
untuk menjadi lebih produktif dalam setiap aspek
profesinya. Komunikasi yang efektif mengarah pada
pemahaman.

Proses ini terdiri dari beberapa komponen utama,


yaitu:

 Pengirim (Sender): Orang atau kelompok yang


membuat pesan atau informasi yang akan
disampaikan kepada penerima.

 Pesan (Message): Informasi atau pesan yang ingin


disampaikan oleh pengirim kepada penerima.

 Media (Channel): Wahana atau alat untuk


menyampaikan pesan dari pengirim kepada
penerima baik secara langsung (tatap muka),
maupun tidak langsung (melalui media
cetak/elektronik dll).

256
 Penerima (Receiver): Orang atau kelompok yang
menerima pesan dari pengirim.

 Umpan balik (Feedback): Respon atau tanggapan


dari penerima terhadap pesan yang diterimanya.

Proses komunikasi dapat dipahami dalam bagan


berikut ini:

Communication Process

Proses komunikasi dimulai dari adanya pesan,


encoding pesan dan penyampaiannya oleh pengirim,
diterima oleh penerima, lalu di-decoding, menimbulkan
dampak dan umpan balik. Individu yang mengikuti
proses komunikasi dengan baik akan memiliki
kesempatan untuk menjadi lebih produktif dalam setiap
aspek profesinya. Komunikasi yang efektif mengarah
pada pemahaman.

Proses komunikasi terdiri dari beberapa langkah


yang melibatkan pemancaran, pengkodean,
pengiriman, penerimaan, dekoding, dan pemahaman
pesan. Berikut adalah langkah-langkah dalam proses
komunikasi:

257
1. Pemancaran: Proses dimulai ketika pengirim ingin
menyampaikan pesan kepada penerima. Pengirim
menghasilkan pesan melalui kata-kata, ekspresi
wajah, bahasa tubuh, atau media lainnya.
2. Pengkodean: Pengirim mengubah pesan ke dalam
bentuk yang dapat dimengerti oleh penerima. Ini
melibatkan penggunaan bahasa atau simbol yang
dipahami oleh kedua belah pihak.
3. Pengiriman: Pengirim menyampaikan pesan dengan
menggunakan saluran komunikasi yang tersedia,
seperti lisan, tulisan, atau media elektronik. Pesan
bisa disampaikan secara langsung atau melalui
media komunikasi seperti telepon, surat, atau email.
4. Penerimaan: Penerima menerima pesan yang
dikirim oleh pengirim melalui saluran komunikasi
yang digunakan. Penerima harus terlibat secara aktif
dalam proses mendengarkan, membaca, atau
melihat pesan.
5. Dekoding: Penerima mencoba memahami pesan
yang diterima dengan menguraikan dan
menganalisis simbol atau bahasa yang digunakan
oleh pengirim.

258
6. Pemahaman: Penerima menginterpretasikan dan
memahami pesan yang diterima sesuai dengan
pengetahuan, pengalaman, dan persepsi mereka.
Penerima juga dapat memberikan umpan balik
sebagai tanggapan terhadap pesan yang diterima.
7. Umpan balik: Penerima memberikan umpan balik
kepada pengirim untuk memberi tahu pengirim
tentang pemahaman mereka terhadap pesan yang
diterima. Ini memungkinkan pengirim untuk
mengevaluasi keberhasilan komunikasi dan
melakukan koreksi jika diperlukan.

Proses komunikasi ini dapat terpengaruh oleh


berbagai faktor termasuk kejelasan pesan, keefektifan
saluran komunikasi, persepsi individu, dan kecakapan
komunikasi dari pengirim dan penerima. Dengan
memahami langkah-langkah proses komunikasi, kita
dapat meningkatkan kemampuan komunikasi kita dan
memastikan pesan yang kita sampaikan dipahami oleh
penerima.

Masalah dalam proses komunikasi dapat terjadi di


berbagai situasi, baik dalam hubungan pribadi maupun

259
di tempat kerja. Berikut adalah beberapa cara
mengatasi masalah dalam proses komunikasi:

 Mengakui bahwa ada masalah dalam komunikasi


dan membicarakannya dengan pasangan atau rekan
kerja.

 Meningkatkan frekuensi dan kualitas komunikasi


dengan cara membicarakan hambatan yang ada.

 Menggunakan pendekatan komunikasi yang


berpusat pada penerima pesan.

 Menggunakan teknologi yang ada secara bijaksana


dan bertanggung jawab agar dapat memperoleh dan
membagi informasi dengan baik dan efektif.

 Memproses pesan secara efektif dan efisien dengan


memahami penerima pesan, menyesuaikan pesan
dengan si penerima, mengurangi jumlah pesan,
memilih saluran atau media secara tepat, dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

 Mengatasi hambatan bahasa dengan menggunakan


satu bahasa yang sama.

260
 Mengatasi hambatan teknis dengan memastikan
media yang digunakan untuk menyampaikan
informasi dapat selalu digunakan dengan kondisi
maksimal dan memberikan informasi yang
disampaikan melalui media dan format yang lain.

Dalam mengatasi masalah dalam proses


komunikasi, penting untuk memahami jenis hambatan
yang terjadi dan mencari solusi yang tepat untuk
mengatasinya. Dengan cara ini, komunikasi dapat
menjadi lebih efektif dan memperkuat hubungan baik
dalam kehidupan pribadi maupun di tempat kerja.

UNSUR KOMUNIKASI
Dalam proses berkomunikasi, terdapat beberapa
unsur yang terlibat. Berikut adalah unsur-unsur yang
terlibat dalam proses berkomunikasi berdasarkan hasil
pencarian:

1. Sumber atau pengirim (source/sender): orang atau


pihak yang menyampaikan pesan atau informasi
kepada pihak lain

261
2. Pesan (message): isi atau konten dari informasi yang
disampaikan oleh sumber atau pengirim

3. Saluran atau media (channel): media atau sarana


yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi dari sumber atau pengirim ke penerima
atau komunikan.

4. Penerima atau komunikan (receiver): orang atau


pihak yang menerima pesan atau informasi dari
sumber atau pengirim

5. Umpan balik atau feedback: respon atau tanggapan


dari penerima atau komunikan terhadap pesan atau
informasi yang diterimanya

Kelima unsur tersebut saling terkait dan


mempengaruhi satu sama lain dalam proses
berkomunikasi. Penting untuk memperhatikan dan
memahami setiap unsur tersebut agar proses
berkomunikasi dapat berjalan dengan efektif dan
efisien.

Komunikator dan penerima (komunikan) adalah


unsur-unsur yang terlibat dalam proses komunikasi.

262
Berikut adalah perbedaan antara komunikator dan
penerima dalam unsur-unsur komunikasi berdasarkan
hasil pencarian:

Komunikator adalah orang atau pihak yang


menyampaikan pesan atau informasi kepada pihak lain,
sedangkan penerima atau komunikan adalah orang
atau pihak yang menerima pesan atau informasi dari
komunikator. Komunikator sering disebut sebagai
sumber, pengirim, atau encoder, sedangkan penerima
atau komunikan sering disebut sebagai penerima,
decoder, atau target. Komunikator bertanggung jawab
untuk mengirimkan pesan atau informasi dengan jelas
dan efektif, sedangkan penerima atau komunikan
bertanggung jawab untuk memahami dan merespons
pesan atau informasi yang diterimanya.

Keduanya sama-sama penting dalam proses


komunikasi, dan keberhasilan komunikasi tergantung
pada kemampuan keduanya untuk berinteraksi dengan
baik.

Untuk menciptakan sebuah komunikasi yang


efektif, terdapat beberapa unsur-unsur komunikasi
263
yang harus terpenuhi. Berikut adalah unsur-unsur
komunikasi yang harus terpenuhi untuk menjadi efektif
berdasarkan hasil pencarian:

1. Sumber atau pengirim (source): orang atau pihak


yang menyampaikan pesan atau informasi kepada
pihak lain.

2. Komunikator (encoder): orang atau pihak yang


mengubah pesan atau informasi menjadi bentuk
yang dapat dipahami oleh penerima atau komunikan.

3. Pesan (message): isi atau konten dari informasi yang


disampaikan oleh sumber atau pengirim.

4. Saluran atau media (channel): media atau sarana


yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi dari sumber atau pengirim ke penerima
atau komunikan.

5. Penerima atau komunikan (receiver): orang atau


pihak yang menerima pesan atau informasi dari
sumber atau pengirim.

264
6. Dekoder (decoder): orang atau pihak yang
mengubah pesan atau informasi yang diterima
menjadi bentuk yang dapat dipahami.

7. Umpan balik atau feedback: respon atau tanggapan


dari penerima atau komunikan terhadap pesan atau
informasi yang diterimanya.

Selain itu, terdapat faktor-faktor lain yang dapat


mempengaruhi keberhasilan suatu komunikasi, seperti
konteks, isi pesan, dan efek dari komunikasi tersebut.
Dalam konteks yang tepat, isi pesan yang berarti dan
penting, serta umpan balik yang baik, maka komunikasi
dapat menjadi efektif dan berhasil mencapai tujuannya.

KOMUNIKASI PERSUASIF
Komunikasi persuasif adalah jenis komunikasi
yang bertujuan untuk mengubah atau mempengaruhi
keyakinan, sikap, atau perilaku orang lain. Tujuan akhir
dari komunikasi persuasif adalah membuat orang lain
setuju dengan pandangan, pendapat, atau tindakan
yang ingin disampaikan oleh pembicara.

Komunikasi persuasif melibatkan penggunaan


logika, emosi, dan bukti yang relevan untuk merayu dan
265
meyakinkan pendengar. Penting untuk menciptakan
pesan yang menarik dan meyakinkan, serta
menyampaikannya dengan jelas dan efektif agar dapat
mempengaruhi dan memotivasi pendengar.

Untuk mencapai keberhasilan dalam komunikasi


persuasif, ada beberapa elemen penting yang perlu
diperhatikan, antara lain:

1. Tujuan yang jelas: Menentukan tujuan komunikasi


persuasif dengan jelas agar pesan dapat
disampaikan secara efektif dan fokus.
2. Pengenalan masalah: Mengidentifikasi masalah atau
kebutuhan yang ingin dipecahkan oleh pendengar
sehingga pesan persuasif dapat disesuaikan dengan
kebutuhan mereka.
3. Penggunaan bukti: Memperkuat pesan dengan
penggunaan bukti yang relevan, seperti fakta, data,
atau contoh konkret, untuk mendukung argumen
yang disampaikan.
4. Kepercayaan: Membangun kepercayaan dengan
pendengar melalui penggunaan logika yang kuat dan
transparansi dalam penyampaian pesan.

266
5. Penggunaan emosi: Menggunakan emosi secara
bijak untuk menyentuh perasaan pendengar dan
menciptakan ikatan atau simpati terhadap pesan
yang disampaikan.
6. Komunikasi nonverbal: Menggunakan bahasa tubuh,
intonasi suara, dan ekspresi wajah yang sesuai
untuk meningkatkan kesan persuasif pesan yang
disampaikan.
7. Adanya pertimbangan pendengar:
Mempertimbangkan karakteristik, nilai, dan
kepentingan pendengar dalam menyusun pesan
persuasif agar lebih relevan dan mudah diterima.

Komunikasi persuasif dapat digunakan dalam


berbagai konteks, seperti dalam presentasi publik,
iklan, pidato politik, atau bahkan dalam interaksi sehari-
hari dalam mencoba meyakinkan orang lain.

Komunikasi persuasif adalah suatu bentuk


komunikasi yang bertujuan untuk meyakinkan orang
lain agar menerima pandangan, pendapat, atau
tindakan yang kita ajukan. Berikut adalah beberapa

267
langkah yang bisa kamu ikuti dalam komunikasi
persuasif:

1. Mengetahui audiens: Lihatlah dari sudut pandang


audiensmu. Pahami kebutuhan, kepentingan, dan
nilai-nilai mereka agar bisa menyampaikan pesan
dengan efektif.

2. Kenali pesanmu: Jelaskan dengan jelas apa yang


ingin kamu sampaikan. Pesan haruslah relevan,
logis, dan kuat. Gunakan fakta, data, dan
argumentasi yang meyakinkan.

3. Kuasai bahasamu: Pilih kata-kata yang tepat dan


gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh
audiensmu. Hindari penggunaan bahasa yang terlalu
teknis atau kompleks, kecuali jika audiensmu
memahaminya.

4. Gunakan bukti dan jelas kan manfaat: Sertakan bukti


atau contoh yang mendukung argumenmu. Jelaskan
manfaat yang akan didapatkan oleh audiens jika
mereka menerima pandangan atau tindakan yang
kamu ajukan.

268
5. Gunakan elemen persuasif: Manfaatkan teknik
persuasi seperti kisah-kisah yang menginspirasi,
testimoni dari orang lain, logika, atau emosi yang
relevan untuk memengaruhi audiensmu.

6. Dengarkan juga pendapat mereka: Beri kesempatan


bagi audiensmu untuk menyampaikan pandangan
atau pendapat mereka. Dengarkan secara aktif dan
tanggapi dengan hormat. Hal ini akan membuat
mereka lebih terbuka untuk menerima ide-idemu.

7. Berikan opsi atau solusi: Jika memungkinkan,


berikan beberapa opsi atau solusi yang dapat dipilih
oleh audiens. Hal ini memungkinkan mereka memiliki
perasaan kontrol dan kebebasan dalam
pengambilan keputusan.

8. Berikan ajakan atau tindakan: Berikan ajakan konkrit


kepada audiensmu untuk melakukan tindakan yang
kamu harapkan. Pastikan ajakan tersebut jelas,
tanggap, dan mudah diikuti.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini, kamu


akan lebih mampu untuk berkomunikasi secara

269
persuasif dan mempengaruhi audiensmu dengan
efektif.

Untuk mengevaluasi efektivitas suatu komunikasi,


terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan, antara
lain:

1. Menilai tercapainya tujuan komunikasi: Tujuan dari


suatu komunikasi harus jelas dan spesifik, sehingga
dapat dinilai apakah tujuan tersebut tercapai atau
tidak. Jika tujuan tercapai, maka komunikasi dapat
dikatakan efektif.

2. Menilai pemahaman penerima: Pemahaman


penerima atau komunikan terhadap pesan atau
informasi yang disampaikan harus dinilai. Jika
penerima dapat memahami pesan dengan baik,
maka komunikasi dapat dikatakan efektif.

3. Menilai umpan balik atau feedback: Umpan balik


atau feedback dari penerima atau komunikan dapat
memberikan informasi mengenai keberhasilan suatu
komunikasi. Jika umpan balik positif, maka
komunikasi dapat dikatakan efektif.

270
4. Menilai media atau saluran yang digunakan: Media
atau saluran yang digunakan untuk menyampaikan
pesan atau informasi juga dapat mempengaruhi
efektivitas suatu komunikasi. Jika media atau
saluran yang digunakan tepat dan efektif, maka
komunikasi dapat dikatakan efektif.

5. Menilai konteks atau situasi: Konteks atau situasi di


mana komunikasi dilakukan juga dapat
mempengaruhi efektivitas suatu komunikasi. Jika
komunikasi dilakukan dalam konteks yang tepat,
maka komunikasi dapat dikatakan efektif.

6. Menilai efisiensi: Efisiensi dalam hal ini berarti


penggunaan sumber daya yang efektif dan efisien
dalam proses komunikasi. Jika penggunaan sumber
daya efektif dan efisien, maka komunikasi dapat
dikatakan efektif.

Dalam mengevaluasi efektivitas suatu


komunikasi, perlu dilakukan dengan cara yang
sistematis dan terukur agar dapat memberikan
informasi yang akurat dan bermanfaat bagi pengambil
keputusan.
271
“Hidup adalah Empat Bola Kaca dan Sebuah Bola
Karet. Jika ingin pandai berpidato, perbanyak riset dan
rangsang rasa penasaran.”

Begitulah ungkapan ahli pernasaran Coca Cola,


Steve Soltes dan Luke Boggs. Mereka mengatakan
agar selalu mendengarkan pidato yang bagus,
menganalisisnya, dan berpidato dengan imajinatif agar
selalu terkenang di kepala audiens. Mereka juga
mengatakan agar memberikan informasi yang belum
pernah didengar sama sekali Oleh audiens untuk
menarik perhatian mereka.

Namun, seperti apa pidato yang baik yang mereka


maksud? Mari kita lihat pidato mantan CEO Coca Cola,
Brian G. Dyson, dalam acara wisuda ke-1 72 di George
Institute of Technology.

"Hidup ini ibarat lima buah bola yang melayang di


udara. Kelima bola itu kita namakan pekerjaan,
keluarga, kesehatan, teman, dan nyawa yang
semuanya melayang di udara. Sebentar lagi kalian
akan mengenal bola karet bernama pekerjaan. Jika
jatuh, bola ini akan langsung melambung lagi ke atas.
272
Namun, keempat bola Iainnya, yaitu keluarga,
kesehatan, teman, dan nyawa terbuat dari kaca. Yang
jika salah satunya jatuh maka akan pecah, tergores,
meninggalkan parut, tidak bisa lagi dipakai, atau
bahkan hancur berkeping-keping. Tidak akan sama lagi
seperti sebelumnya. Maka sadarilah itu dan
berusahalah untuk menjaga keseimbangan dalam
hidup kalian.

Sungguh pidato segar yang memancing rasa


penasaran. la menganalogikan hidup ini seperti
pertunjukan sulap dengan lima buah bola yang
melayang di udara. Mendengar kalimat ini, audiens
langsung membayangkan lima buah bola yang tengah
melayang di udara. Mereka pun jadi penasaran dengan
kelanjutan kalimat tersebut, sementara orang yang
berpidato memperoleh kepercayaan diri dari sorot mata
penasaran audiens dan bisa melanjutkan pidatonya
dengan penuh semangat.

Lalu muncul lagi ucapan di luar dugaan. Kali ini


tentang pekerjaan. Banyak orang bekerja keras supaya
sukses. Bahkan mereka menganggap bahwa bekerja

273
menempati nilai tertinggi dalam hidup. Namun, ia justru
mengatakan bahwa pekerjaan adalah bola karet yang
dapat memantul kembali ke atas setelah jatuh,
sedangkan keluarga, kesehatan, teman, dan nyawa
merupakan bola kaca yang akan hancur berkeping-
keping dan musnah jika jatuh sekali saja. Sesudah
bercerita sebanyak tiga paragraf, barulah ia
menyampaikan pesan sebenarnya.

"Bagaimana? Jangan rusak nilai diri Anda sendiri


dengan membandingkan diri dengan orang lain. Sebab
kita semua berbeda dan memiliki keunikan masing-
masing. Bila Anda sudah mempunyai tujuan, jangan
ikuti apa yang menurut orang lain lebih penting. Hanya
Anda yang tahu apa yang terbaik untuk diri Anda."

Seperti yang Anda lihat, pesan ini sangat kaku dan


datar. Jika ia menyampaikan pesan ini di depan,
tidakkah pidatonya akan gagal?

Belakangan ini banyak program pidato di TV,


misalnya, 'Speech 1000C' di KBSI, 'Knowledge Sharing
Concert—I Love People' di SBS, 'Star Special Lecture
Show' di tvN, dan 'The Only One Lecture in The World'
274
di MBC every 1 . Apa yang membuat acara-acara ini
populer di kalangan pernirsa?

Sederhana, karena acara ini mengenalkan kisah


yang baru dan menarik, yang sama sekali berbeda
dengan kisah-kisah yang sudah urnum dan lama.
Penonton ingin memperoleh jawaban atas rasa
penasaran mereka terhadap penulis dan kisahnya yang
tidak dapat diperoleh lewat buku sekalipun. Sang
pembicara pun menyampaikan kisahnya dengan hidup
untuk menjawab rasa penasaran para penonton.

Kita ambil contoh para penampil di acara 'Speech


1000C' KBSI. Kehidupan mereka masing-masing
adalah kisah yang baru. Nenek yang mendaftar ujian
kemampuan akademik, ma— hasiswa Seoul University
yang mendonorkan hatinya untuk tran— splantasi
ayahnya saat kelas 3 SMA, Chef Choi Hyun Suk yang
menunjukkan kepeduliannya lewat masakan, drummer
Kim Tae Hyun yang baru berusia 14 tahun, dan masih
banyak lagi.

Di antara kisah-kisah tersebut, ada pula yang


berantakan dan tidak rapi. Sangat berbeda jauh dengan
275
yang tersusun. Meskipun demikian, para penonton
sama sekali tidak merasa keberatan atau terganggu
saat mendengarkan mereka. Mereka telah terbuai oleh
kisah yang disampaikan para pembicara. Mereka terus
menyaksikan dengan rasa penasaran tentang apa yang
akan terjadi selanjutnya. Dengan menceritakan
kehidupan mereka secara apa adanya, para pembicara
acara 'Speech 1000C' mampu memancing rasa
penasaran penonton secara alamiah.

Setiap Orang Akan Berkonsentrasi pada Cerita


Baru. Ada banyak pidato yang mengesankan, tetapi
rata-rata pesan di dalamnya hampir sama. Tentang
nilai-nilai universal seperti cinta, dedikasi,
nasionalisme, pengorbanan, dan kedamaian. Hal-hal
seperti ini akan menjadi sangat membosankan bila
hanya disebutkan begitu saja. Namun, jika
menggunakan bahasa Anda sendiri secara variatif, rasa
penasaran audiens akan selalu terpancing dengan
sendirinya.

Lalu bagaimana cara bicara yang membangkitkan


rasa penasaran? Dibutuhkan proses persiapan yang

276
detail. Proses mengumpulkan banyak bahan omongan
yang dapat memancing rasa penasaran. Ada dua hal
yang diperlukan.

Pertama, Anda harus memupuk kernampuan


observasi yang tajam terhadap dunia dan benda di
sekitar Anda. Hal-hal yang sebelumnya tidak terlihat
akan mulai tampak di mata bila Anda mulai
memerhatikan sekitar dengan cermat dan hati-hati. Arti
benda-benda tersebut pun akan mengena di hati.
Perasaan yang Anda peroleh melalui pengalaman
langsung adalah harta berharga yang tidak dapat
ditemukan di buku, televisi, atau koran. Mengambil
referensi dari kisah Anda sendiri akan cukup
memancing rasa penasaran audiens.

Lalu, biasakan untuk membaca koran setiap hari.


Saat membaca koran, Anda akan menemukan
informasi yang menurut Anda dapat dipakai sebagai
bahan saat berbicara. Masalahnya, dunia cepat sekali
berubah dan informasi pun secepat kilat tersampaikan
kepada publik. Berita yang kita ikuti dengan saksama
sering kali sudah dibicarakan di tempat Iain.

277
Contohnya, kalimat pembuka dalam program radio.
Jadi, membaca berbagai jenis koran setiap hari akan
membantu Anda menyiapkan materi omongan yang
selalu segar. Jika ada bahan yang sudah dipakai oleh
orang Iain maka singkirkan dan jangan dibahas lagi.
Audiens akan menegakkan telinga saat ada kisah yang
belum pernah didengar oleh siapa pun.

CARA MENGGIRING PERCAKAPAN

Ada beberapa teknik yang bisa membuat


percakapan lebih hidup dan bisa dinikmati oleh semua
yang terlibat.

 Pilihlah Topik yang Dapat Melibatkan Semua Orang

Saya akan membicarakan lebih jauh tentang


pertanyaan yang bisa memancing pendapat semua
tamu. Lebih baik memulainya dengan hal seperti itü
daripada dengan topiktopik berat seperti politik, bila
yang hadir di situ bukan orangorang yang suka politik.

Berusahalah menghindari topik-topik yang hanya


menjadi keahlian beberapa tamu. Kalau tidak, tamu-
tamu yang tidak ahli akan tułup mulut. Contoh yang

278
jelas adalah obrolan kantor. Jika ada empat pasang
suami istri dalam suatu pesta makan malam, dan
keempat suami bekerja di perusahaan yang sama,
begitu mereka mulai membicarakan urusan kantor,
para istri yang tidak paham atau tidak peduli dengan
masalah perusahaan iłu akan tersisih.

 Mintalah Pendapat

Jangan hanya memberikan pendapat Anda


sendiri. Anda akan dikenang sebagai pembicara yang
baikjika meminta pendapat orang lain di sekitar Anda.
Henry Kissinger, yang jago mengendalikan sesuatu
karena telah melakukannya seumur hidupnya, sangat
hebat dalam hal ini. Meskipun dia benarbenar ahli
dalam suatu topik pembicaraan—dan banyak sekali
topik yang dikuasainya—ia tetap sering bertanya,
"Bagaimana menurut Anda?”

Bantulah Orang yang Paling Pemalu dalam


Kelompok

Saya selalu sadar akan perlunya mengajak para


łamu di kanan kiri saya untuk ikut serta dalam

279
pembicaraan, khususnya mereka yang tampaknya
enggan bergabung. Jika orang di sebelah kiri saya
tampak malu, sedangkan łamu di sebelah kanan saya
tampak ramah dan antusias, saya akan berusaha
membuat orang di sebelah kiri saya terlibat. Saya
mengangguk ke arah mereka, seakan meminta
persetujuan pada apa yang sedang dikatakan. Saya
memakai metode Kissinger: "Bagaimana menurut
Anda?" Dengan cara itu, serta-merta si pemalu itu
terlibat dalam percakapan.

Cara Iain yang dapat kita lakukan adalah dengan


memancing orang yang kurang terlibat itu dengan topik
yang Anda tahu akan dia nikmati. Jika pembicaraannya
tentang pendidikan, Anda dapat berkata, "Oh ya, saya
ingat, putri Anda kan di Washington High. Bagaimana,
dia menyukainya?"

 Jangan Memonopoli Percakapan

Bahaya besar dalam percakapan dalam


pergaulan seharihari adalah terlalu asyik sendiri sampai
Anda memonopoli percakapan. Akibatnya justru fatal:
Anda tak akan dianggap sebagai seorang
280
konversasionalis berbakat, tapi orang yang
menyebalkan.

Berikan kesempatan kepada orang yang Anda


ajak bicara untuk menjawab—sama lamanya, seperti
yang kami lakukan dalam siaran. Dan jangan terlalu
bertele-tele menceritakan kisah Anda. Begitulah yang
biasanya terjadi bila orang memulai ceritanya dengan
kalimat, "Untuk mempersingkat kata Kalau Anda
mendengar itu, bersiaplah mendengar kata-kata
panjang.

Paparkan cerita Anda dengan singkat; semakin


banyak orang dalam kelompok Anda, hendaknya
semakin singkat pula cerita Anda.

"Bicara berlebihan"tidak akan memberikan kesan


menyenangkan bagi pendengar Anda. Bisa-bisa malah
menghancurkan kesan yang ingin Anda ciptakan.
Orang yang bagi orang lain dirasa terlalu banyak bicara
akan merusak citranya sendiri dan kehilangan
kredibilitas. Lebih baik Anda mengikuti nasihat lama
dalam bisnis pertunjukan: Anda harus tahu saatnya
turun panggung.
281
 Jangan Menginterogasi Teman Anda

Dalam resepsi, makan malam, atau situasi


sejenis, lakukan percakapan dengan selalu mengingat
bahwa Anda tidak sedang melakukan persiapan untuk
menulis buku. Anda tidak perlu mencaritahu segala hal
tentang orang yang Anda ajak bicara atau setiap detail
yang dibicarakan. Bagaimanapun, Anda hanya
bercakap-cakap sebentar dengannya, paling lama dua
jam dalam acara makan malam. Jangan bicara
terusmenerus. Jangan menjadi seorang monolog atau
interogator.

Tidak akan ada kuis setelah makan malam itu


berlalu. Kendati demikian, jangan pula terlalu sedikit
bicara. Bila Anda terlalu pelit bicara, orang-orang akan
menganggap Anda tidak cukup pandai atau tidak
ramah.

 Memancing Pendapat

Pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing


pendapat sangat efektif untuk memulai percakapan

282
dalam lingkungan sosial atau untuk memecahkan
keheningan:

"Bagaimana jika Korea Utara tetap menghalangi PBB


menginspeksi pembangkit nuklirnya?

Jumlah dan jenis pertanyaan seperti itu tidak


terbatas. Anda dapat menanyakan hal yang sedang
menjadi topik hangat dan yang ada di benak orang saat
itu.

Pertanyaan tentang moral dan pandangan hidup


sama efektifnya dengan topik-topik yang disebutkan
tadi. Pertanyaan yang baik adalah yang mempunyai
daya tarik bagi setiap orang, dan menembus batas-
batas generasi, pendidikan, maupun strata sosial.

Berikut ini sebuah pertanyaan yang sering saya


ajukan dalam pesta-pesta makan malam:

Anda berada di sebuah pulau bersama teman


baik Anda. la sekarat karena kanker. Di hari-hari akhir
hidupnya, ia memberitahu Anda, "Aku punya seratus
ribu dolar di bank. Kalau aku mati, pastikan anak laki-
lakiku masuk sekolah kedokteran dengan uang itu.”

283
Lalu ia mati. Tapi, anak laki-lakinya seorang playboy
yang tidak keruan, tidak sungguh-sungguh ingin
sekolah kedokteran, dan akan menghabiskan warisan
itu dalam beberapa bulan saja. Sebaliknya, putra Anda
mau masuk perguruan tinggi, dan ia mempunyai tekad
membara untuk menjadi dokter. Kepada siapa Anda
berikan uang itu untuk sekolah kedokteran?

Saya telah mengajukan pertanyaan ini kepada


seorang rektor di Yale sampai seorang prajurit berusia
dua puluh dua tahun, dan tidak pernah gagal untuk
memulai percakapan. Setiap orang punya pendapat;
biasanya berbeda-beda, dan semuanya sah-sah saja.
Terkadang pertanyaan ini menjadi satu-satunya topik
pembicaraan sepanjang malam.

Sebuah organisasi bernama Mensa, yang terdiri


atas para intelektual besar dunia—dua persen pria dan
wanita dengan inteligensi tertinggi—senang mengajak
anggotanya mernikirkan pertanyaan-pertanyaan
seperti ini secara mendalam, sebagai sarana untuk
mendorong pemikiran dan diskusi yang lebih dalam

284
tentang dimensi moral kehidupan kita sebagai manusia.
Berikut ini dua dari pertanyaan mereka:

Ada empat pria dalam sebuah tambang ketika


tambang itu runtuh. Mereka berusaha keluar melalui
satu-satunya lubang ke permukaan. Mereka memanjat
satu demi satu, tetapi orang yang berada di paling atas
gendut sekali.

Baru separuh jalan di lubang itu, ia terjepit. Ketiga


orang di bawahnya mulai kehabisan udara. Haruskah
mereka menembak dan menyingkirkan orang itu? Atau
haruskah mereka membiarkan orang itu meronta-ronta,
meski tahu mereka bisa mati di bawahnya? Siapa yang
harus hidup— orang itu atau mereka?

Haruskah orang yang diberi anugerah menjadi


tidak kasatmata tetap harus mematuhi kaidah moral
konvensional? Apakah orang yang bisa menghilang
dan tak bisa dilihat orang lain itu harus mematuhi
kaidah moral yang berlaku di antara orang-orang
biasa?

Saya berada di dalam sebuah pertemuan Mensa


ketika topik kedua itu didiskusikan. Banyak orang
285
mengatakan akan mematuhi kaidah moral yang sama,
dari Sepuluh Perintah Allah sampai pedoman moral
mereka sendiri, yang selama ini mereka anut.

Tapi, tidak semua orang berpandangan seperti itu.


Ada orang yang mengatakan akan memanfaatkan
kemampuannya untuk menghilang itü dan ikut duduk
dalam berbagai negosiasi bisnis, kemudian
menanamkan investasi yang akan menguntungkannya
di bursa saham. Satü orang lagi mengatakan akan
berkeliaran di pacuan kuda, mencari informasi
sebanyak-banyaknya dan memasang taruhan yang
banyak. Yang lain bilang akan menyusun rencana
seperti itu. Kemampuan untuk menghilang dan tak
kasatmata memberi anda kekuasaan yang luar biasa.
Anda dapat mengatur dunia. Seandainya Anda
dianugerahi kemampuan seperti itu, apa yang akan
Anda lakukan?

Barangkali contoh tadi akan memberi Anda


berbagai gagasan tentang pertanyaan filosofis yang
memancing pendapat. Tentü saja semuanya terserah
Anda. Jangan terpaku pada cerita tersebut.

286
Jika percakapan berjalan lancar, lupakanlah
pertanyaan semacam itu. Siapa yang butuh? Tetapi,
jika percakapan mulai lambat dan tersendat-sendat,
dan tampaknya akan macet sama sekali, Anda dapat
menggunakan pertanyaan seperti itü sebagai alat untuk
menghidupkannya lagi.

Bisa saja terjadi bahwa Anda sudah berkali-kali


mencoba pertanyaan demikian, tapi tidak menunjukkan
titik terang di dalam grup tempat Anda berbicara. Kalau
Anda memilih pertanyaan yang tepat, hal itü biasanya
tidak terjadi. Tetapi, misalkan saja grup itü baru saja
keluar dari pertapaan dan belum pernah mendengar
topik Anda, jangan memaksakannya. Atau, barangkali
topiknya kebetulan terlalu menyinggung perasaan
mereka (misalnya, ibu seseorang dalam grup itu benar-
benar terjebak di dalam lubang), percakapan seperti itu
malah membawa sial.

Karena itu, jika pertanyaan hipotetis Anda tidak


menimbulkan percakapan spontan, Anda tidak dapat
memaksakannya. Lebih baik mengalihkannya ke
pertanyaan yang benar-benar berbeda, atau memutar

287
percakapan dan beralih ke hal lain. Kalau tidak berhasil
juga, berarti grup itu yang salah, bukan pertanyaannya.
Pada titik ini, Anda boleh menyerah. Mulailah mencari
kelompok dan percakapan lain.

 Perhatikanlah Latar

Tuan rumah yang berpengalaman akan berusaha


keras menyenangkan para tamunya dengan memberi
sentuhan seni, nyaris ilmiah, dalam mempersiapkan
pesta, dan menyibukkan diri dengan segala hal, dari
warna bunga sampai susunan perabotan.

Saya tidak ahli soal bunga, dan bukan seorang


desainer interior, tetapi dapat saya ceritakan kepada
Anda tentang latar yang digunakan CNN dalam Larry
King Live dan mengapa show saya tampak seperti yang
Anda lihat.

Meja tempat saya dan tamu saya duduk di


Washington dirancang oleh profesional CNN di Atlanta.
Latarnya dimaksudkan untuk menciptakan perasaan
nyaman dan suasana akrab. Dan berhasil. Saya
merasakannya, begitu pula kebanyakan tamu saya.

288
Perhatikanlah, kami tidak memasang bunga di meja.
Kami tidak memajang gambar suasana Washington
yang megah. Kami cukup memakai meja dan
memasang peta di dinding latar belakang tamu. Latar
yang bersih memberikan keleluasaan jangkauan yang
luas.

Hanya itulah yang diberikan CNN dan


membuatnya terkenal. Latar seperti itu secara langsung
mewujudkan drama dan kegembiraan yang kami
inginkan untuk dirasakan Oleh para pemirsa kami.
Kalau mereka merasakannya, mereka akan terus
nonton, dan mereka akan nonton lagi esok malam,
pada jam yang sama.

Latar itu tetap sama sejak kami mengudara pada


1985. Kami hanya mengembangkan peta, agar
memberi kesan yang menjangkau seluruh dunia. Satu-
satunya perbedaan antara latar kami di Washington
dan di New York adalah latar belakang. Di New York,
pemirsa dapat melihat kaki langit Manhattan di waktu
malam di belakang tamu. Selain itu semuanya sama,
cuma agak lebih kecil.

289
Untuk kedua latar kami, baik di Washington
maupun di New York, para tamu kami mengomentari
keakraban suasananya. Mereka bilang, lingkungannya
serasa seperti biasa saja. Jika saya mempunyai lebih
dari satu tamu, mereka berkata tentang dekatnya
tempat duduk satu sama Iain. Kedekatan itu
bermanfaat, memberikan atmosfer yang intim,
membuat saya dan kedua tamu saya merasa sedang
bercakapcakap akrab di depan publik, dan pernirsa
duduk di dalamnya.

Sayangnya, Anda tidak dapat menyelenggarakan


jamuan makan malam Anda yang akrab dengan latar
seperti Larry King Live, tetapi Anda dapat mengambil
maknanya dari buku kami. Pertama, latar tidak harus
mewah atau dramatis, asal memberi para tamu Anda
perasaan nyaman. Kalau Anda mempunyai taman
indah, tetapi ramalan cuaca menyebutkan malam ini
akan hujan deras, jangan adakan makan malam di
sana. Kedua, meski kedengarannya aneh, buatlah
semua tamu duduk berdekatan satu sama Iain. Kalau
tamu makan malam Anda hanya empat orang, jangan
gunakan meja makan nenek yang mempunyai dua
290
belas kursi. Malahan kalau itu meja Anda satusatunya,
lebih baik gunakan saja sebagai bufet dan makanlah
langsung di ruang tamu. Orang-orang akan merasa
sangat janggal makan di meja yang kosong.

 Berbicara dengan Lawan Jenis

Berbicara dengan lawan jenis, khususnya dua


orang yang baru bertemu, barangkali merupakan jenis
percakapan yang paling sulit. Bagi saya ya.

Cara Anda memulai percakapan dengan lawan


jenis sangat berbeda dengan ketika saya remaja. Pada
masa itu, laki-laki bisa mendekati wanita dalam suatu
pesta koktail dan berkata, "Apa yang dilakukan gadis
cantik sepertimu di tempat seperti ini?" Atau, "Di mana
kau berada selama ini?" Atau, "Bukankah kita pernah
bertemu sebelumnya?"

Kalimat-kalimat seperti itu kini tidak dipakai lagi.


Memang, kalimat-kalimat itu terasa klise sekarang.
Kalau Anda memulai percakapan dengan salah satu
kalimat itu, Anda akan terdengar menggelikan. Tapi ini

291
terjadi di Amerika. Saya tidak tahu kebiasaan di tempat
Anda.

Jelas, ini bukan hanya masalah pria saja. Sulit


juga bagi wanita mengetahui cara memulai percakapan
dengan pria.

Sungguh sangat sulit bagi wanita, karena sejak


lama tabu bagi wanita untuk begitu saja mendekati pria.
Boleh saja memulai percakapan kecil di pesta minum
teh, tetapi wanita lajang yang menunjukkan
kekagumannya pada pria akan disebut "lancang", atau
tidak tahu malu.

Semasa saya masih SMA dan masuk usia dua


puluhan sampai tiga puluhan tahun, ada larangan
serius bagi wanita untuk menelepon pria. Itu tidak
boleh. Orangtua Anda akan memberitahu Anda, "Gadis
baik tidak menelepon anak lakilaki. Anak laki-laki yang
meneleponnya."Tapi sebenarnya mereka tidak perlu
memberitahukan itu. Gadis-gadis sudah pasti tidak
akan menelepon Anda. Itu adalah kewajaran yang
berlaku begitu saja waktu itu.

292
Pada masa itu ada hukum kaku tak tertulis yang
mengatur cara bersikap bagi laki-laki maupun wanita
muda. Lawan jenis tidak boleh memberi pakaian
sebagai hadiah, meski cuma sweter. Yah, mungkin dasi
atau sepasang sarung tangan boleh. Barang lain akan
dianggap terlalau pribadi. Sebuah buku yang baik,
dompet yang indah, tidak ada yang lebih intim dari itu.
Tentu saja pria maupun wanita muda tidak pernah pergi
berdua ke pantai atau tempat lainnya, meski mereka
sudah pacaran. Dan bagi wanita, ada aturan yang
mengatakan, jangan menelepon teman priamu. Dia-lah
yang harus meneleponmu.

Sekarang semua tabu itu tinggal sejarah. Jika


seorang pria sulit menghubungi wanita di telepon, ia
tidak perlu terus-menerus menelepon lagi. Jika si
wanita sedang keluar dan si pria tidak dapat
menemuinya, wanita itu dapat balik meneleponnya dari
ruang sidang atau dari kantor kliennya atau dari
pesawat yang membawanya ke San Fransisco. Jika
seorang wanita melihat pria dan ingin mengenalnya, ia
dapat melakukan pendekatan.

293
Sisi lain dari perubahan iłu adalah bahwa
sekarang wanita dapat sama menderitanya dengan pria
tentang betapa sulitnya membuka percakapan.

Nasihat Arthur Godfrey pada saya, "Jadilah dirimu


sendłrł, paling pas di sini, apa pun kategori
percakapannya. Saran saya bila ingin bicara untuk
pertama kalinya dengan lawan jenis— orang yang ingin
Anda temui lagi—adalah berterus terang.

Bagi saya, berterus terang berarti mengatakan


"Saya agak kikuk. Saya tidak begitu pandai bicara
dengan wanita yang baru saya temui, tapi saya ingin
bercakap-cakap dengan Anda sebentar. Nama saya
Larry King.”

Kalau ia menjawab, Anda sudah memulai


percakapan. Kalau tidak, berarti Anda harus mundur.
Percuma bercakapcakap dengannya.

Berikut ini pendekatan lain yang kadang saya


gunakan. Misalkan saya bertemu dengan seorang
wanita di sebuah acara makan malam kecil. Saya bisa
berkata, "Anda tahu kini tak ada lagi kiat yang pasti dan
jitu bagi pria untuk memulai percakapan dengan wanita.
294
Saya tahu semua kalimat yang biasa digunakan oleh
pria untuk memulai percakapan dengan wanita yang
baru ditemuinya, tapi kini semua itü sepertinya tidak
berlaku lagi. Jadi, bagaimana kita akan memulai
percakapan kita?"

Dari permulaan yang jujur, Anda dapat


melanjutkan ke langkah-langkah selanjutnya—
menebak minat orang lain, sehingga Anda dapat
memutuskan apakah Anda ingin meneruskan
percakapan. Anda dapat melakukannya dengan
menyebutkan topik pembicaraan yang menarik bagi
Anda:

"We//, semua orang punya pendapat tentang


putusan kasus Menendez. Bagaimana pendapat

"Saya baru saja mendengar dari radio bahwa


bursa saham anjlok lagi sampai lima puluh delapan poin
hari ini. Menurut Anda, apakah kita akan mengalami
lagi keadaan seperti tahun lalu?”

Pertanyaan-pertanyaan seperti itü mempunyai


dua tujuan. Pertama, memberi Anda topik lanjutan
untuk dibicarakan setelah Anda memperkenalkan diri
295
kepada orang lain. Kedua, menunjukkan inteligensi
maupun minat Anda, dan orang yang Anda ajak bicara.

Jika orang yang Anda ajak bicara menjawab


pertanyaan pertama dengan mengatakan, "Saya
terkejut dengan putusan itu," berarti setidaknya ia
mengikuti jalannya sidang, bisa diajak bercakap, dan
barangkali mempunyai persamaan dengan Anda.

Sebaliknya, jika ia menjawab, "Oh, saya tidak tahu


tentang itu," berarti Anda harus melihat ke sekeliling,
mencari orang yang lebih mempunyai persamaan
dengan Anda.

Atau, jika Anda seorang pria dan ingin mengajak


bicara seorang wanita dan ia menjawab pertanyaan
tentang bursa saham dengan mengatakan, "Oh tidak.
Ada artikel tentang itu di Wall StreetJourna/ hari ini,"
Anda tahu bahwa Anda bisa bercakap-cakap
dengannya.

Sebaliknya, jika ia berkata, "Saya tidak pernah


mengikuti masalah itu. Sangat membosankan,"
kemungkinan Anda akan mendapati bahwa ia pun
membosankan.
296
Nasihat saya dalam menemui orang, dan
khususnya dalam hal bicara dengan lawan jenis, adalah
mengenal sebanyak mungkin tentang orang tersebut di
awal-awal percakapan. Ajak mereka masuk ke bidang
yang Anda minati dan pertahankan gaya bicara Anda
yang sebenarnya. Kalau Anda pria yang suka
bercanda, lihatlah apakah wanita yang ada di hadapan
Anda itu juga begitu. Jika Anda wanita yang serius,
lihatlah apakah pria teman bicara Anda itu juga
demikian. Kalau Anda suka politik, olahraga, film, atau
apa saja, lihatlah apakah partner bicara Anda juga
begitu.

Jika ia tidak tertarik dengan hal-hal yang menjadi


minat Anda, permisilah dengan sopan, lalü pergi. Masih
banyak orang lain di situ yang lebih menyenangkan
untuk Anda ajak bicara.

Tips untuk berbicara secara singkat namun padat


adalah:

1. Tetap fokus pada inti pesan: Identifikasi pesan utama


yang ingin Anda sampaikan dan berusaha untuk
menyampaikannya dengan jelas dan terperinci.
297
Hindari memasukkan detail yang tidak perlu atau
bercerita berlebihan.

2. Gunakan kata-kata yang sederhana: Pilih kata-kata


yang mudah dipahami oleh semua orang. Hindari
penggunaan jargon atau istilah teknis jika tidak
diperlukan. Komunikasikan ide Anda dengan gaya
yang sederhana dan jelas.

3. Buat struktur yang teratur: Susunlah informasi Anda


dengan rapi dan logis. Mulailah dengan pernyataan
pendahuluan yang menggambarkan topik utama,
diikuti dengan poin-poin penting dan akhiri dengan
ringkasan singkat. Ini akan membantu pendengar
atau pembaca untuk mengikuti dan memahami
pesan Anda.

4. Gunakan ilustrasi atau contoh: Kadang-kadang, satu


contoh yang baik lebih baik daripada banyak
penjelasan. Menggunakan ilustrasi atau contoh
konkret dapat membantu memperjelas dan
memperkuat pesan Anda tanpa perlu banyak
berbicara.

298
5. Dengarkan secara aktif: Saat berbicara secara
singkat, penting juga untuk mendengarkan dengan
aktif respon atau pertanyaan dari audiens. Ini
membantu Anda untuk menyesuaikan atau
memberikan klarifikasi jika ada keperluan.

6. Gunakan teknik bahasa tubuh yang tepat: Bahasa


tubuh dapat digunakan untuk menyampaikan pesan
dengan cara yang efektif. Pastikan ekspresi wajah,
gerakan tangan, dan postur tubuh mendukung pesan
yang Anda sampaikan.

7. Latihlah: Berbicara secara padat namun berisi


adalah keterampilan yang bisa diasah. Latihanlah
berbicara di depan cermin atau berpartisipasi dalam
situasi komunikasi yang memerlukan ringkasan atau
penjelasan cepat.

299
BAB 4

BERBICARA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Berbicara dalam perspektif Islam mencakup


beberapa prinsip penting yang harus diperhatikan.
Berikut adalah beberapa pedoman yang berguna:

1. Kebaikan dan kebenaran: Berbicara dengan


kebaikan dan kebenaran adalah prinsip utama dalam
Islam. Al-Quran menekankan pentingnya berbicara
dengan cara yang lemah lembut, sopan, dan jujur.
Hindari berbicara dengan kata-kata yang kasar,
menghina, atau meremehkan orang lain.
2. Menjauhi ghibah (bergosip): Ghibah, atau bergosip
tentang orang lain dengan tujuan merugikan atau
mencemarkan reputasi mereka, sangat dilarang
dalam Islam. Sebaiknya kita berbicara secara positif
dan berusaha untuk menghargai dan melindungi
nama baik orang lain.
3. Menjaga janji: Islam mengajarkan pentingnya
menjaga janji. Ketika kita berjanji akan melakukan
sesuatu, penting untuk memenuhi janji tersebut. Ini
300
mencerminkan kepercayaan, kejujuran, dan
integritas dalam berbicara.
4. Menjaga privasi: Menghormati privasi orang lain juga
merupakan bagian dari etika berbicara dalam Islam.
Jangan mengungkapkan rahasia atau informasi
pribadi seseorang tanpa izin mereka.
5. Menyampaikan nasihat dengan lemah lembut: Jika
perlu memberikan nasihat atau kritik kepada
seseorang, lakukan dengan lemah lembut dan
dengan niat baik. Jangan mencemooh atau
menyalahkan orang lain. Tujuannya harus
membantu dan membangun, bukan merusak atau
melukai.
6. Meningkatkan pengetahuan dan kebenaran: Dalam
Islam, memperoleh pengetahuan yang benar sangat
ditekankan. Sebelum berbicara tentang suatu topik,
pastikan Anda memiliki pengetahuan yang cukup
dan benar tentangnya. Mengutip atau menyebarkan
informasi yang salah dapat berdampak negatif.
7. Memulai dan mengakhiri pembicaraan dengan doa:
Sebaiknya kita memulai dan mengakhiri setiap
pembicaraan dengan doa dan pencarian berkah

301
Allah. Ini adalah tindakan yang baik untuk meminta
perlindungan dan petunjuk-Nya dalam berbicara.

Seperti dengan semua aspek kehidupan,


berbicara dalam perspektif Islam adalah tentang
mengikuti ajaran moral, etika, dan nilai-nilai yang
diajarkan oleh agama ini. Ini melibatkan kesadaran
terhadap kata-kata dan tindakan kita, serta
kesanggupan untuk berupaya menjadi pribadi yang
lebih baik dan bermanfaat dalam interaksi kita dengan
orang lain.

Manusia, setiap hari, dan hampir setiap saat,


menggunakan dan membutuhkan komunikasi dalam
berintraksi dengan manusia di sekitarnya. Salah satu
alat komunikasi yang sering kita gunakan adalah
bahasa lisan. Dalam berkomunikasi dengan lawan
bicara tentu harus menggunakan bahasa yang baik,
sehingga mudah dipahami dan dimengerti oleh lawan
bicara.

Manusia diciptakan dengan berbagai macam


kelebihan dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Salah satu kelebihan manusia dapat berkomunikasi
302
dengan yang lainnya. Kemampuan tersebutlah yang
membuat manusia dapat membentuk peradaban dari
masa ke masa. Berkomunikasi lisan lebih mudah
dilakukan disbanding dengan komunikasi melalui
tulisan atau symbol lainnya. Karena itu, manusia sering
kelepasan saat berbicara atau berkomunikasi lisan
dengan lawan bicaranya, apalagi saat manusia tersebut
dalam kondisi emosi tidak stabil. Akibatnya, dalam
interaksi manusia sehari- hari sering terjadi perselisihan
dan kesalahpahaman di antara mereka. Cara
berkomunikasi lisan dapat dipengaruhi banyak hal
antara lain latar belakang pendidikan, lingkungan,
budaya, dan lain sebagainya. Faktor tersebutlah yang
menentukan adab dan etika seseorang ketika
berkomunikasi lisan. Oleh sebab itu kebiasaan
berkomunisi yang baik harus dibiasakan oleh
seseorang sejak dini, karena kebiasaan inilah yang
akan mempengaruhi kualitas seseorang nantinya
dalam berinteraksi dengan orang lain.

Rasulullah telah mencontohkan, Betapa lembut


dan santunnya Rasulullah Sehingga masing-masing
lawan komunikasi Rasul merasa dia yang paling
303
dimuliakan Rasulullah. Dalam berkomunikasi harus
menggunakan tata karma dan tutur kata yang baik.
Jangan sampai bahasa kita menyakiti orang lain, ketus,
nyelekik dan menimbulkan permusuhan. Akhlak yang
baik akan mengeluarkan bahasa yang baik. Dalam
istilah teko akan mengeluarkan apa yang ada di
dalamnya. Jika dalam teko air kopi maka akan keluar
air kopi, kalau dalam teko air teh maka yang akan keluar
juga air teh dan lain sebagainya. Begitu juga dengan
manusia, jika akhlaknya baik maka tutur katanya yang
keluar juga akan baik dan begitu pun sebaliknya.

Begitu pentingnya adab dalam berkomunikasi,


sehingga dalam tulisan ini akan mengupas bagaimana
konsep adab dalam Islam? Bagaimana adab
berkomunikasi dalam perspektif Islam? karena ketika
berkomunikasi tidak berhati- hati maka isi yang
disampaikan tidah terarah dan bahkan bisa
menjerumuskan ke jalan yang sesat. Tujuan dari kajian
tulisan ini adalah untuk mengetahui konsep adab dalam
Islam dan adab berkomunikasi dalam perspektif Islam.

304
ADAB BICARA DALAM PERPEKTIF ISLAM
Hubungan antara sesama manusia tentunya tidak
terlepas dari komunikasi verbal atau berbicara satu
sama lain. Dalam Islam, ketika berbicara pun kita harus
memegang teguh adab-adab yang telah diajarkan oleh
Rasulullah saw. Berikut ini adalah beberapa adab
dalam berbicara yang perlu diperhatikan antara lain:
Jujur dalam berbicara, berbicara dengan baik atau
diam, tidak Ghibah, melihat wajah lawan bicara,
antusias, tidam memotong pembicaraan, tidak
berdebat.

1. Jujur Dalam Berbicara

Teladan yang selalu dicontohkan oleh Rasul


semasa hidupnya adalah selalu berkata jujur. Jujur
dalam berbicara menunjukkan ke-Islaman seseorang,
maka hendaknya kita selalu jujur dalam setiap
perkataan bahkan dalam candaan sekalipun.

Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena


dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan
kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan
jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih
305
kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai
pendusta (pembohong

2. Berbicara yang baik atau diam

Adab Nabawi dalam berbicara adalah berhati-hati


dan memikirkan terlebih dahulu sebelum berkata-kata.
Setelah direnungkan bahwa kata-kata itu baik, maka
hendaknya ia mengatakannya. Sebaliknya, bila kata-
kata yang ingin diucapkannya jelek, maka hendaknya
ia menahan diri dan lebih baik diam. Ketika kita
diberikan nikmat berbicara, maka berbicaralah hanya
yang baik saja. Sebagaimana telah Allah perintahkan,
sebagaimana firman Allah SWT. QS. Al-Ahzab:70-71.

3. Tidak ghibah

Menghindari perbuatan menggunjing (ghibah) dan


mengadu domba. Allah berfirman yang artinya, “Dan
janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang
lain.” (QS. Al-Hujarat: 12).

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah


kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena
sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah

306
mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang
diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.

Dunia kata di tengah umat manusia adalah dunia


yang campur aduk. Seperti manusianya sendiri yang
beragam dan campur aduk; shalih, fasik, munafik,
musyrik dan kafir. Karena itu, kata-kata umat manusia
tentu ada yang benar, yang dusta; ada yang baik dan
ada yang buruk. Karena itu, ada kaidah dalam Islam
soal kata-kata, „Siapa yang membicarakan setiap apa
yang didengarnya, berarti ia adalah pembicara yang
dusta‟. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi Shallallaahu
alaihi wa Salam. Salah satu penyumbang dosa terbesar
manusia adalah lisannya. Banyaknya ghibah yang
dilakukan membuat seorang ahli agama pun dapat
masuk ke dalam neraka.

307
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah
Shallallahu „alaihi wa sallam pernah bertanya kepada
para sahabat, “Tahukah kalian apa itu ghibah?” Para
sahabat menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih
mengetahui. “Beliau berkata, “Ghibah ialah engkau
menceritakan hal-hal tentang saudaramu yang tidak dia
suka” Ada yang menyahut, “Bagaimana apabila yang
saya bicarakan itu benar-benar ada padanya?” Beliau
menjawab, “Bila demikian itu berarti kamu telah
melakukan ghibah terhadapnya, sedangkan bila apa
yang kamu katakan itu tidak ada padanya, berarti kamu
telah berdusta atas dirinya”.

4. Melihat wajah lawan bicara

Jika berbicara secara langsung, maka


pandanglah wajah orang yang berbicara tersebut. Hal
ini akan membuat mereka merasa lebih dihargai.

5. Antusias

Dengarkanlah orang lain yang berbicara dengan


sangat antusias. Bahkan meskipun kita pernah
mendengar hal tersebut sebelumnya, hendaklah kita
tetap mendengarkan dengan baik.
308
“Ada seseorang laki-laki menceritakan kepadaku suatu
cerita, maka aku diam untuk benar-benar
mendengarnya, seolah- olah aku tidak pernah
mendengar cerita itu, padahal sungguh aku pernah
mendengar cerita itu sebelum ia dilahirkan.” (Siyar
A‟laam An-Nubala 5/86)

6. Tidak memotong pembicaraan

Mendengarkan pembicaraan orang lain dengan


baik dan tidak memotongnya, juga tidak menampakkan
bahwa kamu mengetahui apa yang dibicarakannya,
tidak mengganggap rendah pendapatnya atau
mendustakannya. Adab selanjutnya ketika berbicara
adalah tidak memotong pembicaraan. Orang yang suka
memotong pembicaraan orang lain adalah orang yang
sangat tidak sopan dan egois.

“Apabila engkau sedang duduk berbicara dengan orang


lain, hendaknya engkau bersemangat mendengar
melebihi semangat engkau berbicara. Belajarlah
menjadi pendengar yang baik sebagaimana engkau
belajar menjadi pembicara yang baik. Janganlah

309
engkau memotong pembicaraan orang lain.” (Al
Muntaqa hal. 72).

7. Tidak berdebat

Saat ini, di alam yang demokrasi, perdebatan


menjadi hal yang lumrah bahkan malah digalakkan.
Ada debat calon presiden, debat calon gubernur dan
seterusnya. Pada kasus-kasus tertentu, menjelaskan
argumentasi untuk menerangkan kebenaran yang
berdasarkan ilmu dan keyakinan memang diperlukan
dan berguna.

Sekalipun benar, jangan pernah menceburkan diri


dalam perdebatan baik secara lisan maupun tulisan
(online). Karena yang namanya berdebat, kalah jadi
abu… menang jadi arang, tidaklah bermanfaat jika
perdebatan itu dimaksudkan untuk berdakwah. Justru
orang akan menjauh karena sifat ego kita yang tidak
mau kalah.

Tetapi, berdebat yang didasari ketidaktahuan,


ramalan, masalah ghaib atau dalam hal yang tidak
berguna hanya membuang-buang waktu dan
berpengaruh pada retaknya persaudaraan dan
310
menimbulkan permusuhan. Ada kalanya dalam sebuah
pembicaraan terjadi perdebatan. Dalam Islam,
perdebatan hal yang biasa terjadi namun hendaknya
dihindari. Bahkan meskipun kita benar, kita sebaiknya
mengalah agar tidak terjadi perdebatan yang panjang.

ETIKA KOMUNIKASI DALAM PERSFEKTIF ISLAM


Komunikasi adalah suatu aktivitas manusia yang
saling berinteraksi antara satu orang maupun lebih,
konsep tentang komunikasi tidak hanya berkaitan
dengan masalah cara berbicara efektif saja melainkan
juga etika bicara. Dalam pandangan agama islam
komunikasi memiliki etika, agar jika kita melakukan
komunikasi dengan seseorang maka orang itu dapat
memahami apa yang kita sampaikan.

Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan


bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia
karena segala gerak langkah kita selalu disertai dengan
komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah
komunikasi yang islami, yaitu komunikasi ber-akhlak al-
karimah atau beretika. Komunikasi yang berakhlak al-

311
karimah berarti komunikasi yang bersumber kepada Al-
Quran dan hadis (sunah Nabi).

Semenjak memasuki era reformasi, masyarakat


Indonesia berada dalam suasana merdeka, bebas
bicara tentang apa saja, terhadap siapapun, dengan
cara bagaimanapun. Hal ini terjadi, setelah mengalami
kehilangan kebebasan bicara selama 32 tahun di masa
Orde Baru. Memasuki era reformasi orang menemukan
suasana kebebasan komunikasi sehingga tidak jarang
cara maupun muatan pembicaraan bersebrangan
dengan etika ketimuran, bahkan etika Islam, sebagai
agama yang dianut mayoritas penduduk Indonesia.

Kemudian realitasnya, tidak sedikit perselisihan,


percekcokan, permusuhan, dan pertengkaran muncul
karena perkataan yang tidak terkontrol. Bahkan tidak
sedikit pertumpahan darah mengerikan yang berawal
dari pekerjaan lidah yang membabi buta. Perlu
diketahui Allah SWT tidaklah suka yang berlebih-
lebihan, maka jika berkomunikasi atau berbicara,
berbicaralah sewajar-wajarnya, yang mengandung
doro- ngan atau motivasi dan jangan berbicara bila

312
hanya untuk menyinggung perasaan sese- orang.
Karena apa yang kita bicarakan baik maupun buruk
semua itu akan kita pertanggung jawabkan di akhirat
nanti.Islam memberikan perhatian khusus terhadap
pembicaraan, bahkan dipandang salah satu perkara
yangakan menyelamat-kan manusia, baik didunia dan
diakhirat. Pembicaraan dimaksud adalah pembicaraan
yan beretika, sehingga proses komunikasi berjalan
dengan baikserta terjalin hubungan yang harmonis
antara komunikator dengan komunikan.

Etika komunikasi yang di maksud dalam kajian ini


adalah etika yang berdimensi moral dan bersumber dari
ajaran suci. Berkaitan dengan etika komunikasi
tersebut, bagaimanapun juga seorang muslim harus
berpedoman pada sumber utama Islam, yakni Al-
Qur’an dan Sunnah Nabi, sebab akhlak Nabi
sebagimana dinyatakan oleh Aisyah yang diriwayatkan
oleh Imam Ahmad Adalah Al-Qur’an (M. Quraish
Shihab, 1996:259).

Fakta di atas mendorong penulis untuk


memaparkan bagaimana pandangan islam yang

313
membicarakan masalah konsep komunikasi yang baik.
Melalui pengkajian inidiharapkan dapat diketahui
secara pasti:Adakah ayat Al-Qur’an yang menyinggung
persoalan komunikasi? Bagaimana sesungguhnya
konsep berkomunikasi dalam Al-Qur’an baik
yangmenyangkut cara ataupun etika?

Definisi Etika Komunikasi Persfektif Islam

Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa


Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat
(Achmad Charris Zubair, 1980:13). Dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia, etika diartikan sebagai ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral) (W.J.S
Poerwadarminta, 1991: 278).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “etika”


berarti ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk
dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak),
kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak, nilai mengenai benar dan salah yang dianut
suatu golongan atau masyarakat (Tim Penyusun
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990:237).

314
Dari pengertian pengetahuan kebahasaan ini
terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya
menentukan tingkah laku manusia.

Sementara itu, dalam Encyclopedia Britanica


(1982:976), etika didefinisikan sebagai berikut: “Ethics
is the branch of philosophy that is concerned with what
ismorally good on bad, right and wrong, a synonym for
it is moral philosophy.” Artinya, etika adalah cabang
filsafat mengenai kesusilaan baik dan buruk, benar dan
salah, etika merupakan sinonim dari filsafat moral.

Adapun arti etika dari segi terminologi (istilah)


yaitu sebagaimana yang telah dikemukakan oleh para
ahli dengan ungkapan yang berbeda-beda sesuai
dengan sudut pandangnya masing-masing. Ahmad
Amin (dalam Abudin Nata, 2010:90), misalnya
mengartikan etika adalah ilmu yang menjelaskan arti
baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dila- kukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang
harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka
dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
seharusnya diperbuat. Sedangkan Menurut Soegarda

315
Poerbakawatja (dalam Zaenal Muti’in Bahaf, 2009:219)
etika adalah filsafat nilai, pengetahuan tentang nilai-
nilai, ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan
keburukan di dalam hidup manusia semuanya,
terutama mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang
merupakan pertimbangan dan perasaan sampai
mengenai tujuannya bentuk perbuatan. Sementara itu,
penger-tian etika menurut Ki Hajar Dewantara adalah
ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan
dalam kehidupan manusia, terutama yang berkaitan
dengan gerak-gerik pikiran dan rasa yang merupakan
pertimbangan dan perasaan, sehingga dapat mencapai
tujuannya dalam bentuk perbuatan (Abudinn Nata,
1996:88).

Jadi yang dimaksud dengan Etika adalah Ilmu


yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk
manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran
manusia atau tidak lain adalah aturan prilaku, adat
kebiasaan manusia dalam pergaulan antara
sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan
mana yang buruk.

316
Selanjutnya komunikasi yaitu berasal dari bahasa
Inggris yaitu “communication” yang berarti :
perhubungan, kabar, perkabaran (S. Wojowarsito dan
W.J.S. Poerwadarminta, 1974:25). Istilah tersebut,
menurut Anwar Arifin, (1984:14) berasal dari bahasa
latin yaitu “communicatio” artinya pemberitahuan,
memberi bahagian, pertukaran dimana si pembicara
mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari
pendengarnya. Kata sifatnya yaitu communis yang
berarti “bersifat umum dan terbuka, bersama-sama”.
Sedangkan kata kerjanya adalah “communicara” yang
berarti “bermusya-warah”, berunding dan berdialog”.

Komunikasi pada hakekatnya adalah kesamaan


makna terhadap apa yang diperbincangkan. Dimana
kesamaan bahasa yang digunakan dalam sebuah
percakapan belum tentu menimbulkan kesamaan
makna. Dengan kata lain mengerti bahasanya saja
belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh
bahasa itu. Artinya komunikasi efektif itu minimal harus
mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang
terlibat, dan yang terpenting lagi adalah orang lain
bersedia menerima paham atau keyakinan, melakukan
317
sesuatu perbuatan atau kegiatan lain dari hasil
komunikasi tersebut.

Sedangkan pengertian komunikasi menurut


istilah, beberapa ahli memberikan batasan-batasan
sebagai berikut: Pertama, James A.F. Stones (dalam
H.A.W. Widjaja, 1997:8) menyebutkan bahwa
komunikasi adalah proses dimana seseorang berusaha
memberikan pengertian dengan cara pemindahan
pesan. Kedua, John R. Schemerhorn Cs, (dalam
H.A.W. Widjaja, 1997:9) mengatakan bahwa
komunikasi dapat diartikan sebagai proses antar pribadi
dalam mengirim dan menerima simbol- simbol yang
berarti bagi kepentingan mereka.

Menurut Onong Uchjana Effendi (1992:4- 5)


komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan
oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu
atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku,
baik langsung secaraq lisan, ataupun tidak langsung
secara media. Dari pengertian tersebut Onong Uchjana
(1992: 18) kemudian menyimpulkan tentang
komunikasi sebagai berikut :

318
1. Pesan (massage)

2. Pengiriman pesan

3. Penyampaian pesan

4. Pemilihan sarana atau media

5. Penerimaan pesan

6. Respons, efek atau pengaruh.

Dari beberapa pengertian terebut diatas, dapat


dipahami bahwa komunikasi merupakan suatu proses
sosial yang sanagt mendasar dan vital dalam
kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena
setiap manusia baik yang primitif maupun modern
berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan
mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi
karena setiap individu memiliki kemampuan untuk
berkomunikasi dengan individu-individu lainnya yang
dengan demikian dapat menetapkan kredibilitasnya
dalam melangsungkan kehidupannya.

Komunikasi Islam adalah proses penyampaian


pesan-pesan keislaman dengan menggunakan prinsip-

319
prinsip komunikasi dalam Islam. maka komunikasi
Islam menekankan pada unsur pesan (message), yakni
risalah atau nilai-nilai Islam, dan cara (how), dalam hal
ini tentang gaya bicara dan penggunaan bahasa
(retorika). Pesan-pesan keislaman yang disampaikan
dalam komunikasi Islam meliputi seluruh ajaran Islam,
meliputi akidah (iman), syariah (Islam), dan akhlak
(ihsan). Pesan-pesan keislaman keislaman yang
disampaikan tersebut disebut sebagai dakwah.
Dakwah adalah pekerjaan atau ucapan untuk
mempengaruhi manusia mengikuti Islam (Ahmad
Ghulusy, 1987:9).

Dalam konteks komunikasi di masyarakat, ada


dua kata yang dirasa perlu untuk dibicarakan disini yaitu
etika dan komunikasi. Kata etika diartikan sebagai; 1).
Himpunan asas-asas nilai atau moral (Onong Uchjana
Efendi, 2000:64). 2). Kumpulan asas: Nilai yang
berkenaan dengan akhlak, 3). Nilai mengenai benar
dan salah yang dianut golongan ataumasyarakat, 4).
Norma, nilai, kaidah atau ukuran tingkah laku yang baik
(Wursanto, 1991:27). Etika menyangkut persoalan
tatasusila, tetapi ia tidak membuat seseorang lebih
320
baik.etika hanya menunjukkan baik buruknya
perbuatan seseorang.

Ketika etika digabungkan dengan komunikasi,


maka etika itu menjadi dasar pondasi dalam
berkomunikasi, etika memberikan landasan moral
dalam membangun tata susila terhadap semua sikap
dan perilaku seseorang dalam komunikasi. Dengan
demikian, tanpa etika komunikasi itu tidak etis.

Abuddin Nata menilai etika komunikasi berusaha


membahasperbuatan yang dilakukanoleh manusia
yang bersumber pada akal pikiran danfilsafat,yang
berfungsi untuk menilai, menentukan, dan menetapkan
terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia
(apakah perbuatan manusia tersebut akan dinilai baik,
buruk, mulia, terhormat, dan sebagainya)
yangberkaitan dengan proses penyampaian dan
penerima pesan dari seseorangkepada orang lain (A.W
Widjaja, 1988:90).

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan


diatas, dapat disimpulkan bahwa etika komunikasi
islam adalah tata cara berkomunikasi yang sesuai
321
dengan nilai moral dalam menilai benar atau salah
perilaku seseorang disampaikan dengan mengandung
unsur islami mengarah- kan manusia kepada
kemaslahatan du- nia dan akhirat dalam bentuk
hubungan manusia dengan tuhan (iman), sesama
Manusia dan alam semesta.

Konsep Etika Komunikasi Perspektif Islam

Teori komunikasi menurut ajaran Islam selalu


terikat kepada perintah dan larangan Allah swt atau
Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad saw Pada
dasarnya agama sebagai kaidah dan sebagai perilaku
adalah pesan (informasi) kepada warga masyarakat
agar berperilaku sesuai dengan perintah dan larangan
Tuhan. Dengan kata lain komunikasi menurut ajaran
agama sangat memuliakan etika yang dibarengi sanksi
akhirat (Muis dan Abdul Andi, 2001:5-9).

Al-Qur’an juga menyebut komunikasi sebagai


salah satu fitrah manusia. Untuk mengetahui
bagaimana manusia seharusya berkomunikasi. Al-
Qur’an memberikan kata kunci (key concept) yag
berhubungan dengan hal itu. Al-Syaukani (dalam
322
Rahmat, 1999:71) misalnya mengartikan kata kunci al-
bayan sebagai kemampuan berkomuni-kasi. Selain itu,
kata kunci yang diperguna-kan Al- Qur’an untuk
komunikasi ialah al-qaul. Dari al-qaul ini, Jalaluddin
Rakhmat menguraikan prinsip, qaulan sadidan yakni
kemampuan berkata benar atau berkomuni-kasi
dengan baik (Rahmat, 1999:71).

Dengan komunikasi, manusia mengekspresikan


dirinya, membentuk jaringan interaksi sosial, dan
mengembang- kan kepribadiannya. Para pakar
komunikasi sepakat dengan para psikolog bahwa
kegagalan komunikasi berakibat fatal baik secara
individual maupun sosial. Secara sosial, kegagalan
komunikasi menghambat fitrah manusia. Dalam QS. Al-
Rahman : ayat 1 – 4.

“(Tuhan) yang Maha pemurah, Yang telah mengajarkan


Al-Qur'an. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya
pandai berbicara. (QS. Al-Rahman : 1 – 4)”

Al-Syaukani (t.th:251) dalam Tafsir Fath al-Qadir


mengartikan al-bayan sebagai kemampuan
berkomunikasi. Untuk mengetahui bagaimana orang-
323
orang seharusnya berkomunikasi secara benar (qaulan
sadidan), harus dilacak kata kunci (key- concept) yang
dipergunakan Al-Qur’an untuk komunikasi. Selain al-
bayan, kata kunci untuk komunikasi yang banyak
disebut dalam Al- Qur’an adalah “al-qaul” dalam
konteks perintah (amr), dapat disimpulkan bahwa ada
enam prinsip komunikasi dalam Al-Qur’an.

Wahbah al-Zuhaily (1991:260) mengartikan


qaulan sadidan pada ayat ini dengan ucapan yang tepat
dan bertanggung jawab, yakni ucapan yang tidak
bertentangan dengan ajaran agama. Selanjutnya ia
berkata bahwa surah al-Ahzab ayat 70 merupakan
perintah Allah terhadap dua hal: Pertama, perintah
untuk melaksana kan ketaatan dan ketaqwaan dan
menjauhi larangan-Nya. Kedua, Allah memerintahkan
kepada orang- orang yang beriman untuk berbicara
dengan qaulan sadidan, yaitu perkataan yang sopan
tidak kurang ajar, perkataan yang benar bukan yang
batil.

Jadi, Allah SWT memerintahkan manusia untuk


senantiasa bertakwa yang dibarengi dengan perkataan

324
yang benar. Nanti Allah akan membalikkan amal-amal
kamu, mengampuni dosa kamu, siapa yang taat
kepada Allah dan Rasul-Nya niscaya ia akan mencapai
keberuntungan yang besar. Jadi, perkataan yang benar
merupakan prinsip komunikasi yang terkandung dalam
Al- Qur'an dan mengandung beberapa makna dari
pengertian benar.

Jalaluddin Rahmat (1996:83) memerinci


pengertian qaulan baligha menjadi dua, qaulan baligha
terjadi bila da’i (komunikator) menyesuaian pembi-
caraannya dengan sifat- sifat khalayak yang
dihadapinya sesuai dengan frame of reference and field
of experience. Kedua, qaulan baligha terjadi bila
komunikator menyentuh khalayaknya pada hati dan
otaknya sekaligus. Jika dicermati pengertian qaulan
baligha yang diungkapkan oleh Jalaluddin Rahmat
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kata Qaulan
Baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif,
tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti,
langsung ke pokok masalah (straight to the point), dan
tidak berbelit-belit atau bertele-tele. Agar komunikasi
tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang
325
disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar
intelektualitas komunikan dan menggunakan bahasa
yang dimengerti oleh mereka.

Sebagai orang yang bijak bila berdakwah kita


harus melihat situasi dan kondisi yang tepat dan
menyampaikan dengan kata-kata yang tepat. Bila
bicara dengan anak-anak kita harus berkata sesuai
dengan pikiran mereka, bila dengan remaja kita harus
mengerti dunia mereka. Jangan sampai kita berdakwah
tentang teknologi nuklir dihadapan jamaah yang
berusia lanjut yang tentu sangat tidak tepat sasaran,
malah membuat mereka semakin bingung. Gaya bicara
dan pilihan kata dalam berkomunikasi dengan orang
awam tentu harus dibedakan dengan saat Kata “baligh”
dalam bahasa arab artinya sampai, mengenai sasaran
atau mencapai tujuan. Apabila dikaitkan dengan qaul
(ucapan atau komunikasi), “baligh” berarti fasih, jelas
maknanya, terang, tepat menggunakan apa yang
dikehendaki. Oleh karena itu prinsip qoulan balighan
dapat berkomunikasi dengan kalangan cendekiawan.
Berbicara di depan anak TK tentu harus tidak sama
dengan saat berbicara di depan mahasiswa.
326
Rasulullah sendiri memberi contoh dengan
khotbah-khotbahnya. Umumnya khotbah Rasulullah
pendek, tapi dengan kata-kata yang padat makna. Nabi
Muhammad menyebutnya “jawami al-qalam”. Ia
berbicara dengan wajah yang serius dan memilih kata-
kata yang sedapat mungkin menyentuh hati para
pendengarnya. Irbadh bin Sariyah, salah seorang
sahabatnya bercerita: “Suatu hari Nabi menyampaikan
nasihat kepada kami. Bergetarlah hati kami dan
berlinang air mata kami. Seorang diantara kami berkata
Ya Rasulullah, seakan- akan baru kami dengar khotbah
perpisahan. Tambahlah kami wasiat”. Tidak jarang
disela-sela khotbahnya, Nabi berhenti untuk bertanya
kepada yang hadir atau memberi kesempatan kepada
yang hadir untuk bertanya. Dengan segala otoritasnya,
Nabi adalah orang yang senang membuka dialog.

Berdasarkan bahasan di atas dapat diketahui


bahwa komunikasi mendapat perhatian sangat besar
dalam agama Islam dan mengarahkannya agar setiap
muslim memakai etika islami dalam berkomunikasi. Hal
itu dapat dibuktikan dengan banyaknya ayat-ayat yang

327
berkaitan dengan etika komunikasi, baik dalam Al-
Qur’an maupun hadits.

Islam sebagai wahyu yang diberikan oleh Allah


mengajarkan kepada umatnya agar mampu
berkomunikasi dengan baik sesuai dengan akidah yang
telah diajarkanya dengan pedoman Al Qur’an sebagai
sandaran. Sebab hanya manusialah satu- satunya
makhluk yang oleh Allah diberikan karunia untuk
mampu berbicara. Dengan kemampuan tersebut
manusia mampu dan memungkinkan untuk dapat
membangun suatu hubungan social dengan
berkomunikasi.

Dalam berkomunikasi Allah telah memberikan


petunjuk bagi hambanya, agar dalam berkomunikasi
mereka mampu menjalin komunikasi yang baik.
Komunikasi yang sesuai dengan ajaran Al Qur’an
dengan segenap prinsip-prinsip didalamnya dan
dengan etika-etika tertentu akan menjadikan
komunikasi dapat membuat komunikasi berjalan sesuai
dengan yang diharapkan, tujuan dalam berkomunkasi

328
dapat tercapai, sehingga komunikasi dapat dikatakan
baik.

Dalam menjalankan kehidupannya, manusia


memerlukan komunikasi agar proses kehidupan
mereka dapat berlangsung. Manusia tidak hanya bisa
berkomunikasi dengan sesamanya, namun manusia
juga perlu berkomunikasi dengan tuhannya dan
berkomunikasi dengan alam semesta.

BERKATA BAIK ATAU DIAM


Dunia saat ini tengah memasuki era baru yang
disebut Revolusi Industri 4.0. Sebuah era yang ditandai
perubahan digitalisasi di segala bidang kehidupan.
Inovasi dan persaingan global menjadi tuntutan dan
kebutuhan yang tak terelakkan lagi. Antusiasme
kalangan mileneal menghadapi era baru ini disisi lain
memunculkan kekhawatiran yang besar di kalangan
pendidik dan orangtua. Skills penguasaan teknologi
yang menjadi ciri dan kelebihan generasi milenial tanpa
diimbangi dasar moral etika yang kokoh dikhawatirkan
akan menjadi bumerang hancurnya karakter positif
dalam tumbuh kembang anak-anak.

329
Setiap anak terlahir fitrah dengan membawa
segenap potensi Ilahiah. Dalam rentang perjalanan dan
proses tumbuh- kembangnya anak mengalami banyak
penyimpangan tidak seperti yang diharapkan.
Penyimpangan ini tak jarang dipicu sendiri oleh sikap
dan pola asuh orangtua kepada anak.

Salah satu sikap dan bentuk pola asuh orangtua


terhadap anak yang memicu karakter apatis,
emosional, pemalu, sulit bergaul dan bahkan menaruh
dendam adalah pola asuh rejection (penolakan) atau
yang dikenal pula dengan authoritarian (otoriter).
Orangtua yang menerapkan pola asuh ini cenderung
bersikap keras, kata-katanya tajam dan menyakitkan
hati, terlalu disiplin dan mudah menghukum.

Kasus pembunuhan tiga orang balita di Bandung


yang sempat menggemparkan dunia pendidikan kita di
tahun 2006 lalu menjadi pelajaran dan bahan kajian
serius khususnya bagi guru dan orangtua di era milenia
ini. Bukan saja karena pembunuhan itu dilakukan
sendiri oleh Bu Anik, yang merupakan ibu kandung
korban yang terpelajar dan sangat menyayangi

330
anaknya, namun jauh dibalik kasus itu ternyata bu Anik
merasa menjadi korban kata-kata orangtuanya sejak
masa balita. Ironisnya kasus-kasus seperti ini tidaklah
berhenti pada satu kasus Ibu Anik saja, tapi telah
berulang-ulang terjadi di negeri ini dan berbagai
belahan dunia lainnya.

Terkait latar belakang tersebut, makalah ini


bermaksud mengkaji Ekspresi kalimat dalam kontek
pendidikan anak-anak dan pengaruhnya terhadap
pembentukan karakter mereka di era Revolusi Industri
4.0. Rujukan utama yang akan dikaji dalam makalah ini
adalah hadits Nabi tentang berbicara yang baik atau
diam. Dengan harapan akan ada perubahan dalam
tatanan masyarakat utamanya pola asuh dan sikap
mendidik yang lebih baik dari setiap orangtua dan guru
yang bersumber dari sunah Nabi. Sebab, tiada sunnah
tanpa pemahaman yang benar, sebagaimana tiada ilmu
dan peradaban Islami tanpa sunnah Nabi saw.

1. Dua Pilihan Utama, Berkata Yang Baik Atau Diam

Berkata baik menjadi penanda baiknya akhlaq


pemiliknya. Ada peribahasa jawa yang sangat
331
terkenal, Ajining diri gumantung saka lathi yang
bermakna kemuliaan seseorang ditentukan oleh kata-
kata yang terlahir dari lisannya. Orang-orang Melayu
pun memiliki kata peribahasa yang tak kalah hebat,
Mulutmu harimaumu yang memiliki makna serupa,
keselamatan seseorang tergantung mulut atau
lisannya. Di kalangan umat Islam, kita pun mengenal
ada Hadits Nabi yang sangat masyhur berkait hal ini.

“Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, sesungguhnya


Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir
hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia
menghormati tetangganya dan barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah
dia memuliakan tamunya.” (Riwayat Bukhori dan
Muslim)

Pesan di bagian awal hadits Nabi tersebut


bukanlah hal yang ringan dan main-main. Rasulullah
melalui hadits ini menunjukkan adanya korelasi yang
sangat kuat antara lurusnya aqidah seseorang dengan

332
kemampuan berbicara yang baik. Seolah hanya ada
dua pilihan bagi orang-orang yang beriman dalam hal
berbicara. Yakni bicara yang baik, atau diam. Benarkah
demikian? Apakah banyak bicara seperti yang
diisyaratkan dalam hadits Nabi tersebut masuk kategori
mutlak diharamkan? Lalu seperti apa kriteria berkata
yang baik sebagaimana yang diinginkan Nabi dalam
hadits tersebut? Sungguh ini adalah suatu hal yang
seakan menakutkan. Lebih-lebih dalam perbincangan
publik di era informasi digital yang sangat cepat ini.
Sebuah kata-kata bisa menyebar sangat cepat dalam
ruang dan waktu yang nyaris tak berbatas.

2. Perkataan Yang Baik Dalam Al Qur’an

a. Qoulan Sadida

Dalam konteks pendidikan anak, Al Quran


membahasakan perkataan yang baik ini dengan istilah
Qoulan sadida.

Muhammad Marmaduke Pickthall sebagaimana


dikutip Fauzil Adzim menyatakan bahwa qoulan
sadidan mempunyai pengertian apa adanya dan tidak
berbelit- belit. Secara sederhana qoulan sadidan berarti
333
perkataan yang benar sekaligus tidak menutupi
kebenaran. Muhammad Sayyid Thanthawi
berpendapat bahwa ayat di atas ditujukan kepada
semua pihak, siapapun, karena semua diperintahkan
untuk berlaku adil, berucap yang benar dan tepat, dan
semua khawatir akan mengalami apa yang
digambarkan di atas.

b. Qoulan Layyina

Selain kata Qoulan sadidan, dalam Al Quran juga


ditemukan kata qoulan layyina, qoulan kariima, qoulan
ma’rufa, dan qoulan tsaqila.

Menurut al-Maraghi ayat ini berbicara dalam


konteks pembicaraan nabi Musa As. ketika menghadap
Fir’aun. Allah mengajarkan kepadanya agar berkata
lemah lembut dengan harapan Firaun tertarik dan
tersentuh hatinya sehingga dia dapat menerima
dakwahnya dengan baik. Sementara Ibnu Katsir
menyebut qaulan layyina sebagai ucapan yang lemah
lembut. Senada dengan itu, Assiddiqi memaknai qaulan
layyina sebagai perkataan yang lemah lembut yang
didalamnya terdapat harapan agar orang yang diajak
334
bicara menjadi teringat pada kewajibannya atau takut
meninggalkan kewajibannya.

c. Qoulan Kariima

Dalam al-Quran ungkapan qaulan kariima disebut


sebanyak satu kali.

“Dan tuhanmu telah memerintahkan agar kamu tidak


menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik
kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara
keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “Ah”
dan janganlah engkau membentak keduanya, dan
ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.”
(QS al-Isra: 23)

Secara leksikal ungkapan tersebut bermakna


perkataan yang mulia. Al-Maraghi menafsirkan
ungkapan qaulan karima dengan makna yang merujuk
pada ucapan Ibn Musayyab, yaitu ucapan seorang
budak yang bersalah di hadapan majikannya yang
galak. Ibnu Katsir menjelaskan makna qaulan karima
dengan arti lembut, baik, dan sopan disertai tata krama,
335
penghormatan dan pengagungan. Dengan
memperhatikan penjelasan para mufassir di atas, dapat
disimpulkan bahwa ungkapan qaulan karima memiliki
pengertian mulia, penghormatan, pengagungan, dan
penghargaan. Ucapan yang bermakna qaulan karima
berarti ucapan yang lembut berisi pemuliaan,
penghargaan, pengagungan, dan penghormatan
kepada orang yang diajak bicara.

Sebaliknya ucapan yang menghinakan dan


merendahkan orang lain merupakan ucapan yang tidak
santun.

d. Qoulan Ma’ruufa

Kata ma’ruf bermakna diketahui, dikenal, baik,


ramah. Menurut Qurays Shihab secara leksikal kata
ma’ruf bermakna baik dan diterima oleh nilai-nilai yang
berlaku dalam masyarakat. Ucapan yang baik adalah
ucapan yang diterima sebagai sesuatu yang baik dalam
pandangan masyarakat lingkungan penutur.

Ungkapan Qoulan Ma’ruufa dalam al-Quran


terdapat pada lima tempat yaitu Al-Baqarah: 235 dan
263, an-Nisa : 5 dan 8 dan pada surat Al-Ahzab : 32.
336
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik
daripada sedekah yang diiringi tindakan yang
menyakiti. Allah Maha Kaya, Maha Penyantun.” (QS Al-
Baqarah: 263)

Menurut Qurays Shihab Perkataan yang


menentramkan hati dan menutup-nutupi aib si fakir
dengan tidak menceritakannya kepada orang lain, lebih
baik dari sedekah yang disertai perkataan dan
perbuatan yang menyakitkan. Allah tidak butuh kepada
pemberian yang disertai sikap menyakiti. Dia akan
memberikan rezeki yang baik kepada orang-orang fakir.
Dan Dia tidak akan menyegerakan hukuman-Nya
terhadap orang yang tidak bersedekah dengan
harapan orang itu akan berubah sikapnya kemudian.
Sementara Hamka memaknai qaulan ma’rufa sebagai
ucapan bahasa yang sopan santun, halus, dan penuh
penghargaan. Ketika memaknai ungkapan tersebut
yang terdapat pada surat al-Isra ayat

23 yang berkaitan dengan etika berkomunikasi dengan


orang tua beliau mengartikan sebagai ucapan yang
khidmat, dasar budi kepada orang tua. Assidiqi

337
menyebutnya sebagai perkataan yang baik, yaitu kata-
kata yang tidak membuat orang lain atau dirinya
merasa malu. Qaulan ma’rufa adalah perkataan yang
baik, benar, menyenangkan dan disampaikan dengan
tidak diikuti oleh celaan dan cacian.

Dengan memperhatikan pendapat para mufassir di atas


dapat ditarik kesimpulan bahwa qaulan ma’rufa
mengandung arti perkataan yang baik, yaitu perkataan
yang sopan, halus, indah, benar, penuh penghargaan,
dan menyenangkan, serta sesuai dengan hukum dan
logika. Dalam pengertian di atas tampak bahwa
perkataan yang baik adalah perkataan yang bahasanya
dapat difahami oleh orang yang diajak bicara dan
diucapkan dengan pengungkapan yang sesuai dengan
norma dan diarahkan kepada orang (objek) yang tepat.

e. Qoulan Baliigha

Secara literal makna baliigha berarti yang fasih


(lihat al-Munawwir 107). Ungkapan qaulan baligha
dalam Al-Quran disebut sebanyak satu kali yaitu pada
surat An- Nisa ayat 63.

338
“Mereka itu adalah orang-orang yang (sesumgguhmya)
allah mengetahui apa yang ada dalam hatinya. Karena
itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka
nasihat, dan katakanlah kepada mereka perkataan
yang membekas pada jiwanya.” (QS An-Nisa: 63)

Ungkapan tersebut diartikan sebagai


pembicaraan yang fasih, jelas maknanya, terang, serta
tepat dalam mengungkapkan apa yang
dikehendakinya.

Buya Hamka menyebutkan bahwa ungkapan


qaulan baligha bermakna ucapan yang sampai pada
lubuk hati orang yang diajak bicara, yaitu kata-kata
yang fashahat dan balaghah (fasih dan tepat); kata-kata
yang membekas pada hati sanubari. Kata-kata seperti
ini tentunya keluar dari lubuk hati sanubari orang yang
mengucapkannya. Sementara al-Buruswi memaknai
qaulan baligha dari segi cara mengungkapkannya.
Lebih lanjut al-Maraghi mengaitkan qaulan baligha
dengan arti tabligh sebagai salah satu sifat Rasul
(Tabligh dan baligh berasal dari akar kata yang sama
yaitu balagha), yaitu nabi Muhammad diberi tugas

339
untuk menyampaikan peringatan kepada umatnya
dengan perkataan yang menyentuh hati mereka.
Senada dengan itu, Katsir menyatakan makna kalimat
ini, yaitu menasihati dengan ungkapan yang menyentuh
sehingga mereka berhenti dari perbuatan salah yang
selama ini mereka lakukan. Dari segi lain Asidiqi
memaknai qaulan baligha dari segi gaya
pengungkapan, yaitu perkataan yang membuat orang
lain terkesan atau mengesankan orang yang diajak
bicara.

f. Qoulan Maysuura

Ungkapan kata qoulan maysuura terdapat dalam


surat Al-Isra’ ayat 28

“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk


memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu
harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan
yang pantas.”

Menurut Jalaludin Rakhmat, qoulan maysuura


lebih dekat dengan makna kalimat atau perkataan yang
menyenangkan, gampang, mudah dan ringan. Pada
saat berkomunikasi, seseorang tidak saja
340
menyampaikan konten kalimat namun juga
membangun hubungan sosial satu dengan lainnya.
Konten yang sama jika dikomunikasikan bisa
menimbulkan permusuhan namun bisa pula merajut
persaudaraan. Maka qoulan maysuura membawa
prinsip bahwa komunikasi dalam Islam haruslah
membawa spirit perdamaian dan persaudaraan.
Tujuannya adalah mendekatkan diri pada Tuhan dan
sesamanya.

3. Makna Qul Khairan Auliyashmut dalam Hadits Nabi

Hadits yang dimaksud dalam kajian makalah ini


adalah sebagai berikut,

“Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘anhu bahwa


Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”
Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir
maka hendaknya berbicara baik atau diam, barang
siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka
hendaknya ia menghormati tetangganya, dan barang
siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka
hendaknya ia menghormati tamunya.” (HR Bukhari
dan Muslim)
341
a. Bicara baik atau diam adalah ciri seorang muslim

Hal ini sebagaimana disampaikan Rasulullah


dalam hadits sebagai berikut, diriwayatkan dari
Abdullah bin Amr ra. Bahwa Nabi saw. Pernah
bersabda, “Seorang muslim adalah orang yang tidak
merugikan Muslim lainnya dengan lidah maupun kedua
tangannya. Dan seorang Muhajir adalah mereka yang
meninggalkan semua larangan Allah.”

Bahkan dalam hadits lainnya, Rasulullah


menggambarkan akhlaq bicara baik atau diam bukan
saja sebagai ciri seorang muslim biasa, namun
seorang Muslim yang terbaik. Diriwayatkan dari Abu
Musa r.a. ada beberapa orang yang bertanya kepada
Rasulullah saw, “Siapakah muslim yang terbaik itu?”
Rasulullah saw., “Muslim terbaik adalah Muslim yang
tidak merugikan Muslim lainnya dengan lidah maupun
kedua tangannya.”

b. Bicara baik adalah keberuntungan dan diam adalah


keselamatan

Kebiasaan berkata baik dan benar bukan saja


membawa kita kepada keberuntungan biasa, namun ia
342
akan membawa kita kepada keberuntungan terbesar
berupa surga.

“Dari ‘Abdullâh bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu, ia


berkata: “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur,
karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan
kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan
apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih
jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang
yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta,
karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan,
dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka.
Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih
kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai
pendusta (pembohong).”

Hadits di atas diperkuat oleh hadits lainnya,


sebagaimana diriwayatkan Ibnu Mubarak Rasulullah
saw. Menyatakan; “(Semoga) Allah SWT. Menyayangi
seseorang yang berkata baik, sehingga dia
mendapatkan keberuntungan atau diam sehingga dia

343
selamat.” (Hadits riwayat Ibnu Mubarak dalam az
Zuhdu, secara mursal dengan sanad Hasan)

Hadits tersebut diatas diriwayatkan dalam


berbagai sanad. Banyak bicara akan mendorong
seseorang berpotensi membuat banyak kesalahan.
Seperti diungkapkan AlGhazali, lidah memiliki
duapuluh penyakit, seperti; berdusta, ghibah, namimah,
kesaksian dan sumpah palsu, mencemooh, menghina,
bicara tanpa faedah, dan lain-lain. Bahkan syaikh Abdul
Ghani an Nabilisi menyatakan bahwa jumlah penyakit
lidah mencapai tujuh puluh dua macam, dan dia telah
membuat rinciannya secara lengkap.

Tentu saja hal yang demikian itu tidak


dimaksudkan agar kita mengunci kedua bibir kita dari
berbicara, namun sebaiknya kita membatasi diri dari
berbicara yang berlebihan dan mencukupkan dengan
pembicaraan yang bermanfaat saja. Cukuplah menjadi
pelajaran buat kita betapa banyak manusia yang celaka
hanya karena tergelincir dalam kata-kata dan
pembicaraan yang tiada berguna dan membahayakan
dirinya.

344
Diam yang lebih baik dari bicara adalah diamnya
seseorang karena hendak menjaga diri dari bahaya-
bahaya lisan. Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits
dalam kitab Shahihnya no. 6477 dan Muslim dalam
kitab Shahihnya no. 2988.

“Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan


suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa dampak-
dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam
neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur
dengan barat” (HR. Bukhari-Muslim)

c. Bicara baik senilai dengan sedekah

Hal ini sebagaimana hadits Nabi dari Adi bin Hatim


r.a. ia berkata, Rasulullah saw. Bersabda: “Takutlah
kalian terhadap api neraka, walaupun hanya dengan
bersedekah sebagian biji kurma. Apabila tidak
mendapatkannya cukup dengan berkata yang baik.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

d. Makna qul khairan auliyashmut menurut para ulama

Imam Nawawi berkomentar tentang hadits ini


ketika menjelaskan hadits-hadits Arba’in. Beliau

345
menjelaskan, “Imam Syafi’i menjelaskan bahwa
maksud hadits ini adalah apabila seseorang hendak
berkata hendaklah ia berpikir terlebih dahulu. Jika
diperkirakan perkataannya tidak akan membawa
mudharat, maka silahkan dia berbicara. Akan tetapi,
jika diperkirakan perkataannya itu akan membawa
mudharat atau ragu apakah membawa mudharat atau
tidak, maka hendaknya dia tidak usah berbicara”.
Sebagian ulama berkata, “Seandainya kalian yang
membelikan kertas untuk para malaikat yang mencatat
amal kalian, niscaya kalian akan lebih banyak diam
daripada berbicara”.

Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti berkata


dalam kitabnya Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-
Fudhala, “Orang yang berakal selayaknya lebih banyak
diam daripada bicara. Hal itu karena betapa banyak
orang yang menyesal karena bicara, dan sedikit yang
menyesal karena diam. Orang yang paling celaka dan
paling besar mendapat bagian musibah adalah orang
yang lisannya senantiasa berbicara, sedangkan
pikirannya tidak mau jalan”.

346
Beliau berkata pula, “Orang yang berakal
seharusnya lebih banyak mempergunakan kedua
telinganya daripada mulutnya. Dia perlu menyadari
bahwa dia diberi telinga dua buah, sedangkan diberi
mulut hanya satu adalah supaya dia lebih banyak
mendengar daripada berbicara. Seringkali orang
menyesal di kemudian hari karena perkataan yang
diucapkannya, sementara diamnya tidak akan pernah
membawa penyesalan. Dan menarik diri dari perkataan
yang belum diucapkan adalah lebih mudah dari pada
menarik perkataan yang telah terlanjur diucapkan. Hal
itu karena biasanya apabila seseorang tengah
berbicara maka perkataan-perkataannya akan
menguasai dirinya. Sebaliknya, bila tidak sedang
berbicara maka dia akan mampu mengontrol
perkataan-perkataannya.

Ditambahkannya, “Lisan seorang yang berakal


berada di bawah kendali hatinya. Ketika dia hendak
berbicara, maka dia akan bertanya terlebih dahulu
kepada hatinya. Apabila perkataan tersebut bermanfaat
bagi dirinya, maka dia akan bebicara, tetapi apabila
tidak bermanfaat, maka dia akan diam. Adapun orang
347
yang bodoh, hatinya berada di bawah kendali lisannya.
Dia akan berbicara apa saja yang ingin diucapkan oleh
lisannya. Seseorang yang tidak bisa menjaga lidahnya
berarti tidak paham terhadap agamanya”.

Hajar menjelaskan, “Ini adalah sebuah ucapan


ringkas yang padat makna; semua perkataan bisa
berupa kebaikan, keburukan, atau salah satu di antara
keduanya. Perkataan baik (boleh jadi) tergolong
perkataan yang wajib atau sunnah untuk diucapkan.
Karenanya, perkataan itu boleh diungkapkan sesuai
dengan isinya. Segala perkataan yang berorientasi
kepadanya (kepada hal wajib atau sunnah) termasuk
dalam kategori perkataan baik. (Perkataan) yang tidak
termasuk dalam kategori tersebut berarti tergolong
perkataan jelek atau yang mengarah kepada kejelekan.
Oleh karena itu, orang yang terseret masuk dalam
lubangnya (perkataan jelek atau yang mengarah
kepada kejelekan) hendaklah diam.” (lihat Al-Fath,
10:446)

e. Berkata yang baik lebih utama dari pada diam

348
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Imam Muslim tersebut diatas, Rasululah
menyebutkan berkata yang baik lebih dahulu dari pada
kata diam. Para ulama, diantaranya Syaikh Utsaimin,
dalam Kitab Syarah Arbain Nawawiyah mengatakan
bahwa berbicara yang baik lebih utama daripada diam.
Ketahuilah kalau yang dibicarakan itu baik maka ada
beberapa manfaat:

Pertama: Bagi yang berbicara mendapat manfaat


karena telah menyampaikan ucapan ucapan yang baik.
Kedua: Bagi yang mendengar, dia telah menerima
ucapan ucapan yang baik, bisa berupa nasehat,
tambahan ilmu dan yang lainnya. Ini juga bermanfaat.
Ketiga: Kalau diam hanya ada satu manfaat yaitu bagi
yang tidak berbicara, karena dengan diam bisa lebih
selamat.

Al Hafidz Ibnu Rajab Rahimahullah berkata:


Dalam hadits ini Rasulullah memerintahkan untuk
berkata yang baik dan tidak berbicara selainnya. Ini
menunjukan bahwa tidak ada disana suatu perkataan
yang seimbang dari segi perintah untuk

349
mengucapkannya atau diam darinya, bahkan ada
kalanya berupa kebaikan yang diperintahkan untuk
diucapkan, dan ada kalanya bukan suatu kebaikan
sehingga diperintahkan untuk diam darinya.

Maka tidaklah perkataan itu untuk selalu


diucapkan, dan tidak pula diperintahkan untuk selalu
diam. Tetapi wajib berkata yang baik dan diam dari
perkataan yang jelek. Ulama’ salaf banyak memuji
sikap diam dari ucapan yang jelek, dan dari perkataan
yang tidak perlu. Karena sikap diam itu sangat berat
bagi jiwa. Sehingga banyak manusia yang tak mampu
mengekang dirinya. Oleh karena itu ‘ulama salaf
berusaha mengekang diri-diri mereka, dan
bersungguh-sungguh untuk diam dari bicara yang tidak
perlu.

4. Makna Perkataan yang Baik dalam Perspektif Ilmu


Komunikasi

a. Komunikasi efektif perspektif barat

Hakekat komunikasi adalah proses penyampaian


pesan dalam bentuk ide, pikiran maupun perasaan dari
komunikator kepada komunikan. Komunikasi bisa
350
dilakukan dalam berbagai kondisi secara lisan, tertulis,
tatap muka, maupun melalui media tertentu. Aspek
terpenting dalam sebuah proses komunikasi bukan saja
tersampaikannya pesan dari komunikator kepada
komunikan, namun lebih pada sejauh mana komunikasi
berlangsung secara efektif.

Dalam pendekatan komunikasi, perkataan yang


baik yang dikategorikan dalam komunikasi efektif
mestilah ditinjau setidaknya dari empat unsur penting,
yakni ; komunikator, pesan, media penyampai pesan,
komunikan dan efek komunikasi. Hal penting yang
menentukan kualitas komunikator adalah expertise
(keahlian) dan trusworthiness (dapat dipercaya).
Kombinasi dari keduanya akan membangun karakter
seorang komunikator yang credible.

Selain unsur komunikator, Schram menyebut The


Condition of Success in Communication yakni unsur
pengelolaan pesan sebagai unsur penting sukses
komunikasi lainnya. Selanjutnya ia merumuskan
kondisi itu sebagai berikut:

351
1) Pesan harus dirancang dan dikomunikasikan
sedemikian rupa untuk menarik perhatian
komunikan.

2) Pesan harus dibuat menggunakan lambang/simbol


yang dipahami komunikator dan komunikan.

3) Pesan harus menyentuh minat dan kebutuhan


komunikan.

4) Pesan harus dibangun untuk memberi solusi atas


minat dan kebutuhan informasi komunikan.

Selain komunikator dan pesan, media menjadi


unsur penunjang tercapainya komunikasi efektif. Di era
teknologi informasi saat ini peran media dalam
komunikasi menjadi sangat vital, namun sebuah media
akan sia-sia keberadaannya bila tidak digunakan
komunikan dalam berkomunikasi. Oleh karenanya
efektivitas media sangat ditentukan salah satunya oleh
karekteristik komunikan. Para pakar menyampaikan
apa yang mereka sebut sebagai “know your audience”,
yakni pengetahuan terhadap khalayak berkaitan
dengan beberapa aspek seperti; waktu yang tepat,
bahasa yang dimengerti, sikap dan nilai yang sesuai
352
dengan komunikan, serta jenis kelompok dimana
komunikasi akan dilaksanakan.

Unsur lain yang menunjang sebuah komunikasi


efektif adalah efek atau dampak komunikasi itu sendiri.
Efek komunikasi dapat dilihat pada saat komunikasi
sedang berlangsung (dampak langsung), maupun
setelah komunikasi usai (dampak tertunda). Dampak
langsung komunikasi terlihat dari respon dan
antusiasme komunikan dalam proses komunikasi,
sementera untuk menilai dampak tertunda sebuah
komunikasi diperlukan sebuah instrumen data seperti
angket, ceklist, dan lembar pedoman wawancara. Hasil
respon komunikan yang terkumpul kenudian akan
digunakan sebagai bahan evaluasi menyusun desain
komunikasi selanjutnya.

b. Komunikasi efektif perspektif Islam

Mafri Amir dalam Etika Komunikasi Masa


menggambarkan komunikasi efektif dalam perspektif
Islam adalah komunikasi dan pembicaraan yang
bersumber dari Al Quran. Menurutnya prinsip
komunikasi dalam perspektif Islam itu adalah Qoulan
353
sadiida, Qoulan Layyina, Qoulan Ma’ruufa, Qoulan
Kariima, Qoulan Baliigha dan Qoulan Maisuura.

5. Makna Qul Khairan Auliyashmut dalam Konteks


Pendidikan Islam di Era Revolusi Industri

Kualitas sebuah proses pembelajaran dipengaruhi


oleh efektif tidaknya komunikasi yang terjadi di
dalamnya. Komunikasi efektif dalam pembelajaran
merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu
pengetahuan dan teknologi dari pendidik kepada
peserta didik, dimana peserta didik mampu memahami
maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan, sehingga menambah wawasan keilmuan
serta menimbulkan perubahan tingkah laku yang lebih
baik.

Dalam konteks Pendidikan islam, pembelajaran


haruslah dipandang secara utuh dan kompreshensif.
Bukan saja aktivitas tatap muka di dalam kelas,
namun juga seluruh interaksi dan komunikasi antara
pendidik dan peserta didik. Hal itu berarti setiap
interaksi-komunikasi pendidik dan peserta didik, di
dalam maupun di luar kelas, haruslah dilihat sebagai
354
sebuah proses pembelajaran yang diarahkan pada visi
membangun manusia cerdas berakhlaq mulia.

Hadits Qul khairan auliyashmut dalam kontek


Pendidikan islam bukan berarti Guru hanya boleh
bicara seperlunya yang berhubungan dengan tema dan
tujuan pembelajaran, selebihnya diam lebih baik. Tentu
saja bukan demikian adanya. Pada dasarnya hadits ini
memerintahkan kita untuk berbicara, bukan diam.
Sekali lagi lafadz “auliyashmut” dalam hadits tersebut
bukan bermakna perintah diam, namun diam adalah
pilihan akhir jika tak ada lagi perkataan baik yang bisa
diucapkan. Bobby Deporter dalam bukunya Quantum
Learning sebagaimana dikutip Irawati Istadi
memaparkan data penelitiannya, dimasa awal
pertumbuhannya anak-anak telah menerima 460 kata-
kata komentar negatif dan hanya 75 komentar positif
setiap harinya. Tentu saja pesannya bukan saja kita
harus menghentikan kata-kata negatif dalam
mendampingi anak- anak, tetapi yang lebih ditekankan
adalah kita harus memperbanyak kata-kata positifnya.

355
Arief Rachman pakar pendidikan menyampaikan
dalam beberapa kesempatan, “Wahai Guru ngobrollah
dengan murid-murid anda, wahai orangtua ngobrollah
dengan anak- anak anda!” Arif Rahman menekankan
pentingnya ngobrol (bicara santai tentang apa saja
yang mendukung visi pendidikan) untuk membangun
interaksi dan saling percaya antara pendidik dan
peserta didik, serta orangtua dan anak. Mengatakan
kebaikan (dimensi aktif) wajib dilakukan dalam konteks
Pendidikan Islam dalam membangun generasi,
sementara diam (dimensi pasif) akan tetap memberi
manfaat bila ia dimaksudkan menghindarkan diri dari
kesia-siaan.

Dalam kontek era Revolusi Industri 4.0 yang serba


digital, bahkan pembicaraan kini pun lebih banyak
dilakukan secara pesan digital daripada lisan, maka
makna komunikasi positif yang disebut ‘ngobrol’ oleh
Arief Rahman tentu mengalami pergeseran pula. Sifat
dan karakter manusia era revolusi industri yang
semakin individualis mendorong mereka lebih nyaman
berkomunikasi tertulis secara digital baik melalui
computer maupun gawai berbasis internet. Kecepatan
356
penyebaran pesan yang terjadi pun jauh lebih cepat
dan luas dibandingkan dengan dialog verbal sacara
lisan. Budaya copy paste di media social terkadang
tanpa menyeleksi kebenaran sumber informasi menjadi
kebiasaan yang semakin dilazimkan.

Bila dikonstruksikan dari pandangan Abdulllah


Nashih Ulwan maka ‘mengatakan kebaikan’ bisa
dimaknai segala upaya pendidikan seperti mendidik
dengan keteladanan, mendidik dengan pembiasaan,
mendidik dengan nasihat, mendidik dengan perhatian
dan mendidik dengan hukuman. Maka secara filosofis
qul khairan ‘mengatakan kebaikan’ tidak saja dimaknai
secara sempit mengucapkan kata-kata yang baik
secara lisan, tetapi ia bisa mencakup tiga dimensi
sekaligus:

a. Mengatakan dengan tindakan (teladan & kebiasaan)

b. Mengatakan dengan lisan (nasehat & pelajaran)

c. Mengatakan dengan sikap (pengawasan &


hukuman)

357
Dan ketiga dimensi bicara kebaikan (Qul Khairan)
tersebut diekspresikan dalam dua bentuk, yakni: pesan
lisan secara tatap muka langsung dan pesan tertulis
secara digital berbasis internet.

Dari pembahasan di atas, pemaknaan hadits Qul


khairan auliyashmut dalam konteks Pendidikan islam
haruslah dilihat secara utuh dan komprehensif,
sehingga implementasinya akan berdampak positif dan
signifikan dalam mewujudkan tujuan Pendidikan Islam.
Qul khairan dalam berbagai aspeknya perlu didesain
secara matang dan terencana baik dalam
pengembangan konten materi kurikulum, metode
pembelajaran yang efektif dan pemanfaatan media
yang tepat.

Implementasi pemaknaan lafadz Qul khairan


auliyashmut dalam konteks Pendidikan Islam di Era
Revolusi Industri 4.0 meliputi komunikasi formal di
ruang kelas atau jam pembelajaran, komunikasi non
formal (di luar jam pembelajaran, kegiatan ekstra), serta
komunikasi informal (bersifat kekeluargaan atau
bersama anggota keluarga/orangtua). Ketiga saluran

358
komunikasi pendidikan tersebut di Era Revolusi Industri
4.0 semakin beralih dari budaya lisan ke budaya tulis
dan digital. Oleh karenanya, tantangan pendidikan
Islam di era Revolusi Industri 4.0 ke depan harus
disikapi dengan menyiapkan konten pendidikan secara
digital tanpa mengabaikan etika moral dalam
pemanfaatan media digital tersebut. Perkataan terbaik
sebagaimana tersirat dalam hadits Nabi di atas tidak
saja menjadikan komunikasi berjalan efektif dan efisien,
namun juga benar dan kontruktif.

359
BAB 5

PENTINGNYA ILMU KOMUNIKASI DALAM


BERBICARA

Ilmu komunikasi memiliki peran penting dalam


berbicara, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun
dalam dunia kerja. . Berikut adalah beberapa manfaat
dan pentingnya ilmu komunikasi dalam berbicara:

1. Memberikan wawasan yang luas tentang bagaimana


cara berkomunikasi secara benar

2. Mempermudah dalam kehidupan sehari-hari,


terutama ketika berbicara lintas budaya agar tidak
terjadi kesalahpahaman

3. Meningkatkan kemampuan komunikasi dan


negosiasi, seperti berani tampil untuk berbicara di
depan umum

4. Membantu seseorang untuk cakap atau pandai


dalam berkomunikasi, seperti bagaimana cara
memulai pembicaraan yang baik

360
5. Melibatkan pemahaman tentang teori komunikasi,
pemilihan media yang tepat, dan lain-lain

6. Mempermudah pengambilan keputusan dalam


lingkungan kerja dan membantu menyampaikan
peraturan perusahaan kepada karyawan

Dengan memahami ilmu komunikasi, seseorang


dapat meningkatkan kemampuan berbicara dan
memperbaiki hubungan dengan orang lain. Selain itu,
ilmu komunikasi juga dapat membantu dalam mencapai
tujuan bersama dalam dunia kerja.

Ilmu komunikasi memiliki peran yang penting


dalam berbicara. Ilmu komunikasi melibatkan studi
tentang bagaimana pesan disampaikan, diterima, dan
dipahami oleh orang lain. Dengan pemahaman tentang
ilmu komunikasi, seseorang dapat meningkatkan
keterampilan berbicara mereka dengan cara yang lebih
efektif. Beberapa alasan mengapa ilmu komunikasi
penting dalam berbicara termasuk:

1. Efektivitas komunikasi: Ilmu komunikasi membantu


seseorang untuk belajar bagaimana menyampaikan
pesan secara jelas, terstruktur, dan mudah dipahami
361
oleh audiens. Ini melibatkan pilihan kata yang tepat,
intonasi yang benar, dan gaya bahasa yang sesuai
dengan situasi.
2. Memahami audiens: Ilmu komunikasi membantu
dalam mengenali dan memahami audiens dengan
lebih baik. Dengan memahami audiens, seseorang
dapat memilih konten dan gaya berbicara yang
relevan dan menarik bagi mereka.
3. Keterampilan pendengaran yang baik: Ilmu
komunikasi juga melibatkan keterampilan
pendengaran yang baik. Dengan mempelajari
keterampilan pendengaran yang efektif, seseorang
dapat mendengarkan dengan aktif, memahami apa
yang disampaikan oleh orang lain, dan memberikan
tanggapan yang tepat.
4. Menghindari konflik dan salah pengertian:
Pemahaman ilmu komunikasi juga dapat membantu
seseorang meminimalkan kesalahpahaman dan
konflik dalam komunikasi. Dengan memperhatikan
bahasa tubuh, intonasi, dan penggunaan kata,
seseorang dapat menghindari penafsiran yang salah
dan menyampaikan pesan dengan lebih akurat.

362
5. Hubungan interpersonal yang kuat: Dengan
memahami ilmu komunikasi, seseorang dapat
membangun hubungan interpersonal yang lebih
kuat. Kemampuan berbicara yang efektif dapat
membantu dalam menjalin ikatan dengan orang lain,
membangun kepercayaan, dan menjaga hubungan
yang harmonis.

Jadi, ilmu komunikasi memainkan peran penting


dalam memperbaiki keterampilan berbicara seseorang
dan meningkatkan hubungan komunikasi dengan orang
lain.

Jika di bidang musik ada orang yang "buta nada",


di dalam aktivitas bicara pun ada orang yang "buta
ucapan". Mereka adalah orang yang merusak suasana
dengan ucapan yang tidak sesuai dengan tempatnya.
Bahkan, kadangkala mereka hanya sekadar menghafal
istilah yang sedang tren atau humor terbaru. Kalau
mereka berhasil dalam sebuah percakapan, mungkin
mereka akan berkata bahwa mereka telah berusaha,
tetapi mereka hampir tidak pernah dibilang sebagai
pembicara yang baik oleh audiens atau lawan

363
bicaranya. Ibarat seseorang yang bernyanyi sumbang
tidak akan pernah disebut penyanyi top saat ia
meninggikan suara tenggorokannya.

Lalu bagaimana cara berbicara yang baik?


Apakah berbicara dengan artikulasi yang jelas? Atau
berbicara tanpa mengambil tarikan napas? Tldak.
Sebuah ucapan yang bisa disebut baik adalah yang
bisa menggetarkan hati. Ucapan seorang juara memiliki
daya tarik tersendiri. Ucapan pernandu acara nasional
Yoo Jae Suk memiliki kemampuan menghidupkan
suasana akhir pekan. Lain Iagi dengan pembawa acara
Kim Gura; kekuatan kalimatnya yang terus terang
adalah kejujuran. Sedangkan penyiar berita Son Suk
Hee kerap melontarkan pertanyaan yang tajam dan
dingin. Mereka bertiga mampu mengguncang hati
pendengar hanya dengan sebuah ucapan. Bisa
dibilang, mereka adalah juara dalam berbicara.

Sedemikian pentingnya ucapan. Kita harus pandai


berbicara untuk menunjukkan diri kita kepada lawan
bicara dalam kehidupan sosial. Orang yang berbicara
dengan mahir akan menjadi lebih maju daripada yang

364
lainnya. Untuk mencapai tujuan komunikasi, persuasi,
dan negosiasi, kita harus mengetahui metode
komunikasi yang efisien.

Masalahnya, hanya segelintir orang yang


mengetahuinya. Mayoritas orang tidak tahu bagaimana
cara berkomunikasi dengan baik. Mereka kadang salah
sangka bahwa orang lain pandai berbicara karena
bawaan lahir, lalu mereka akan berkata kepada dirinya
sendiri "jika sejak awal tidak mahir berbicara, maka hal
itu tidak akan bisa diperbaiki"

Sama sekali tidak demikian. Anda dapat


menonton film The King's Speech. Raja GeorgeVl naik
tahta di Kerajaan Inggris pada saat Perang Dunia Il
pecah. Namun, ia mengalami kesulitan dalam berbicara
dan selalu gagap. Oleh karena itu, publik tidak
menyambut pidatonya dengan gegap gempita. la
kemudian berlatih keras hingga bisa mengatasi
kegagapannya hingga ia berhasil melakukan siaran
pidato yang luar biasa seperti mendeklarasikan perang
dengan Jerman. Pidatonya mampu menyentuh seluruh
negeri dan berperan besar menyatukan rakyat Inggris.

365
Saya pun demikian. Walaupun telah dikenal luas
sebagai ahli seni berbicara, sejak lahir saya tidak
memiliki kemampuan berbicara seperti sekarang.
Justru saya mulai percaya diri untuk berbicara sejak
dipuji oleh guru bahasa SMA. Saat itu, saya disuruh
mendiktekan sebuah bacaan. Semenjak itu, saya giat
berlatih dan semakin lama mendapatkan hasil yang
lebih baik daripada sebelumnya.

Kemudian, saya terpilih menjadi reporter dan


berlanjut menapaki jalan sebagai pembawa acara,
pengajar, pengisi suara, dan penyanyi. Kemampuan
bicara saya semakin membaik dengan membawakan
berbagai acara dan konser. Melalui banyak trial and
error di hadapan orang banyak, kini saya boleh
berbangga diri dengan kemampuan berbicara saya
yang mumpuni. Seolah membuktikan hal ini, kelas
bicara saya tidak hanya mendapat "penilaian tinggi",
tetapi juga mendatangkan kesempatan berbondong-
bondong. Belakangan ini, saya begitu disibukkan
dengan tanggung jawab mengajar di kampus, lembaga
pendidikan, lembaga penelitian, dan perusahaan.

366
Menurut saya, siapa pun bisa meningkatkan
kemampuannya asalkan mau berusaha. Dengan
keyakinan inilah, saya menulis buku yang berisi
kumpulan metode berbicara ini. Banyak buku di
pasaran membahas tentang komunikasi dan cara
berbicara di pasaran, tetapi sebagian besar merupakan
buku teknis, bahan pengajaran, atau terjemahan yang
sulit dinikmati oleh awam.

Buku ini dijabarkan agar dapat dimengerti oleh


siapa saja. Terdapat banyak episode menarik dari
orang-orang terkenal dan juga rahasia inti dari
komunikasi. Jika Anda membacanya dengan runut,
saya yakin rasa percaya diri Anda untuk berbicara pun
akan tumbuh dengan sendirinya.

Buku ini bukanlah untuk kalangan khusus,


melainkan untuk orang-orang biasa yang tumbuh
sedikit demi sedikit, sebanyak buliran keringat
usahanya. Buku ini ditulis untuk mereka yang berupaya
untuk memperbaiki kemampuan bicaranya dan percaya
bahwa kehidupannya dapat berubah dengan
mengubah cara bicara. Saya mempersembahkan buku

367
ini untuk semua orang yang saat ini pun sedang
berjuang untuk masa depannya.

PERANAN BERBICARA DALAM KESEHARIAN


Berbicara memainkan peran yang sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa
peran berbicara dalam keseharian:

1. Komunikasi: Berbicara adalah cara utama untuk


berkomunikasi dengan orang lain. Kita
menggunakan kata-kata dan suara untuk
menyampaikan pesan, ide, dan informasi kepada
orang lain. Berbicara memungkinkan kita untuk
berinteraksi, berbagi pemikiran, dan memahami
orang lain.
2. Ekspresi Diri: Berbicara memungkinkan kita untuk
mengungkapkan perasaan, emosi, dan pikiran kita
kepada orang lain. Dengan berbicara, kita dapat
mengomunikasikan kegembiraan, kekhawatiran,
ketakutan, atau kesedihan kita. Ekspresi diri verbal
melalui kata-kata dan intonasi dapat membantu
orang lain memahami dan merasakan apa yang kita
rasakan.

368
3. Pembentukan Hubungan: Berbicara memainkan
peran penting dalam membangun dan memelihara
hubungan sosial. Dengan berbicara, kita dapat
berinteraksi dengan orang lain, memperluas jaringan
sosial kita, dan membangun pemahaman yang lebih
baik satu sama lain. Berbicara juga membantu kita
menciptakan dan memelihara ikatan emosional
dengan orang-orang terdekat kita.
4. Pendidikan dan Pembelajaran: Berbicara adalah alat
utama dalam proses pendidikan dan pembelajaran.
Guru menggunakan berbicara untuk mengajar
pelajaran kepada siswa, dan siswa menggunakan
berbicara untuk berdiskusi, bertanya, dan
memahami materi pelajaran. Proses ini
memungkinkan transfer pengetahuan dan
pemahaman antara individu.
5. Pengaruh dan Persuasi: Berbicara adalah cara yang
efektif untuk mempengaruhi dan meyakinkan orang
lain. Dalam konteks profesional, politik, atau
pemasaran, kemampuan berbicara yang baik dapat
membantu kita meyakinkan orang lain,

369
mempengaruhi pikiran dan tindakan mereka, serta
membangun kredibilitas kita.
6. Instruksi dan Pengarahan: Berbicara adalah cara
yang efektif untuk memberikan instruksi, arahan, dan
bimbingan kepada orang lain. Pemimpin, guru,
pelatih, atau supervisor menggunakan kemampuan
berbicara untuk memberikan petunjuk dan petunjuk
kepada orang-orang dalam lingkup pekerjaan atau
aktivitas tertentu.
7. Hiburan: Berbicara juga dapat menjadi sumber
hiburan. Melalui cerita, lelucon, atau pengalaman
kocak, kita dapat menghibur orang lain dan
menciptakan suasana yang menyenangkan.

Peran berbicara ini menunjukkan betapa


pentingnya kemampuan berbicara dalam kehidupan
sehari-hari kita. Dengan menggunakan berbicara
dengan efektif, kita dapat membangun hubungan yang
lebih baik, mencapai tujuan kita, dan menjadi pribadi
yang berpengaruh.

Dilihat dari situasinya, berbicara dapat


digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu berbicara formal

370
dan nonformal. Berbicara formal adalah kegiatan
berbicara yang terikat secara ketat oleh aturan-aturan,
baik aturan yang berkaitan dengan kebahasaan
maupun nonkebahasaan. Sementara berbicara
nonformal adalah kegiatan berbicara yang tidak begitu
terikat dengan aturan. Dalam hal ini, yang diutamakan
adalah komunikatif, yaitu pendengar dapat memahami
pesan dengan jelas seperti yang dimaksud pembicara.

Dalam kehidupan sehari-hari, tampaknya


kegiatan berbicara yang digunakan adalah berbicara
nonformal. Situasi berbicara nonformal tidak seketat
berbicara formal. Jika berbicara formal dibatasi ruang
dan waktu, situasi dalam berbicara nonformal tidak
terbatas ruang dan waktu. Di mana pun kegiatan
berbicara dapat dilangsungkan tanpa harus ada
persiapan sebelumnya. Misalnya, seseorang bertemu
dengan temannya di sebuah pasar swalayan.
Pertemuan tersebut boleh jadi tidak direncanakan
sebelumnya. Walaupun tidak direncanakan
sebelumnya, pertemuan tersebut telah memunculkan
kegiatan berbicara. Begitu pun waktunya, juga tidak
direncanakan sebelumnya. Selain itu, jangka waktu
371
yang digunakan untuk mengadakan pembicaraan
tersebut juga tidak ditentukan. Mungkin bisa sebentar,
lama, bahkan dapat saja melebihi waktu yang
digunakan untuk melakukan kegiatan berbicara formal.

KAITAN BERBICARA DENGAN KETERAMPILAN


BERBAHASA LAINNYA

Selain penggunaan aspek-aspek kebahasaan


dalam berbicara dapat menunjukkan relevansinya
keterampilan berbahasa lainnya, berbicara sebagai
suatu keterampilan berbahasa dapat juga dikaitkan
dengan kemampuan berbahasa lainnya, yaitu
menyimak, membaca, dan menulis. Keterampilan
berbicara bukan keterampilan yang berdiri sendiri,
melainkan suatu keterampilan yang berkaitan dengan
komponen bahasa lainnya.

1. Hubungan Berbicara dengan Menyimak

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa


kemampuan berbahasa seseorang diperoleh dengan
pola yang teratur dan tetap. Kemampuan berbicara
anak dimulai dengan proses menyimak. Kemudian
dalam perkembangan selanjutnya, seorang anak akan
372
mulai belajar menulis dan berbicara. Pada umumnya,
kemampuan berbahasa seseorang dimulai dengan
pola yang teratur seperti itu. Ada beberapa hal yang
perlu diungkapkan di sini berkaitan dengan hubungan
antara kemampuan berbicara dengan menyimak.

a. Serang anak belajar berbicara dimulai dengan


menyimak

Kemampuan berbicara seseorang dimulai dengan


proses menyimak, terutama pada anak-anak yang baru
belajar berbicara. Seorang anak akan mendengar kata-
kata yang diucapkan oleh orang-orang di sekitarnya.
Kecenderungan ini menimbulkan pemahaman baru
bahwa untuk mengajar anak berbicara, ajarkanlah kata-
kata dengan pelafalan fonem yang tepat. Penyesuaian
pelafalan kata dengan kondisi alat ucap anak, seperti
yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu, dianggap
sebagai pengajaran berbicara yang keliru.

b. Terjadinya pergantian peran antara penyimak dan


pembicara

Berlangsungnya sebuah komunikasi salah


satunya ditentukan karena adanya pembicara dan
373
penyimak. Dalam komunikasi, peran keduanya dapat
saling mengganti. Ketika pihak I berbicara, pihak II
berperan sebagai penyimak. Ketika penyimak
memberikan respons terhadap gagasan yang
disampaikan pembicara, pada saat itu ada perubahan
peran, yaitu pihak II yang semula berperan sebagai
penyimak berganti menjadi pembicara. Begitu pun
dengan pihak I yang semula berperan sebagai
pembicara, berganti perannya menjadi penyimak.
Keadaan ini oleh Tarigan disebut sebagai komunikasi
yang bersifat resiprokal.

c. Kemampuan berbicara dijadikan tolok ukur


kemampuan menyimak

Dalam melatih keterampilan menyimak, dapat


dipadukan dengan kemampuan berbicara. Simakan
diungkapkan kembali dalam bentuk keterampilan
berbicara oleh penyimak. Dalam hal ini, kualitas
berbicara dapat dijadikan tolok ukur kemampuan
menyimak seseorang. Oleh karena itu, meningkatnya

374
kemampuan menyimak berarti membantu
meningkatkan kualitas berbicara (Tarigan 1981: 4)

d. Berbicara dapat dijadikan bentuk reproduksi dari


proses menyimak

Kegiatan berbicara tentunya memerlukan


persiapan. Persiapan ini dapat dilakukan dengan cara
menyimak. Menyimak menjadi suatu kegiatan awal.
Hasil simakan ini dapat diwujudkan dalam bentuk
keterampilan lainnya, di antaranya berbicara. Sebelum
ditemukan huruf braile (huruf yang digunakan khusus
untuk penderita tunanetra), para penderita tunanetra
mengandalkan keterampilan menyimak sebagai upaya
memahami fenomena-fenomena yang terjadi di
lingkungan sekitarnya. Segala sesuatu yang diucapkan
oleh penderita tunanetra, baik dalam pembicaraan
formal maupun nonformal, merupakan hasil dari proses
menyimak.

2. Hubungan Berbicara dengan Membaca

Kemampuan berbahasa lainnya yang erat


kaitannya dengan berbicara adalah membaca.
Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang
375
bersifat pemahaman. Untuk memahami sesuatu dapat
dilakukan dengan proses membaca. Bahkan, dalam
ilmu penafsiran ayat-ayat keagamaan tertentu,
berkembang suatu perluasan makna membaca, yaitu
membaca tidak hanya dibatasi oleh pengertian yang
berkaitan dengan huruf sebagai objeknya, tetapi juga
dapat diartikan sebagai proses memahami gejala-
gejala yang terjadi di alam sekitar. Akan tetapi,
pengertian membaca dalam pembahasan di sini
menggunakan pemahaman yang pertama, yaitu
membaca dengan objek huruf.

Ada beberapa hal yang perlu diungkapkan di sini


berkaitan dengan hubungan antara keterampilan
berbicara dengan membaca.

a. Berbicara dapat dijadikan bentuk reproduksi dari


proses membaca

Seperti halnya dengan menyimak, membaca pun


dapat dijadikan cara untuk mendapatkan bahan-bahan
pembicaraan. Pada tahap persiapan, bahan- bahan
dikumpulkan dan dipilah-pilah berdasarkan
kebutuhannya melalui proses membaca. Hal ini dapat
376
dilakukan dengan studi pustaka untuk mencari
referensi-referensi yang berkaitan. Bahan-bahan yang
telah dipilih kemudian dikemas menjadi bahan
pembicaraan.

b. Pada orang dewasa peningkatan kemampuan


berbicara dapat dilakukan melalui proses membaca

Ada pendapat yang mengatakan bahwa untuk


meningkatkan kemampuan berbicara, dapat dilakukan
dengan cara melihat langsung kegiatan berbicara
sebagai model pembicaraan. Cara ini merupakan cara
yang efektif, karena manusia cenderung bersifat imitatif
(meniru), sehingga sebuah objek akan lebih membekas
dalam benaknya melalui proses melihatnya langsung
daripada melalui membaca. Walaupun demikian, bukan
berarti membaca tidak dapat digunakan untuk
memahami objek. Adakalanya, kecenderungan seperti
itu tidak berlaku untuk sebagian orang. Tidak dapat
dipungkiri bahwa ada orang yang mempunyai kelebihan
dalam membaca. Tipe orang semacam ini lebih
mengandalkan kegiatan membaca dalam mencari
referensi untuk mengembangkan materi berbicara.

377
c. Membaca dapat menjadi sarana efektif dalam
memandu kegiatan berbicara

Kegiatan berbicara berkaitan dengan kesiapan


mental pembicara. Ketidaksiapan mental dapat menjadi
kendala yang cukup berarti dalam berbicara. Kendala
tersebut dapat berupa lupa mendadak, gugup, dan
sebagainya. Hanya sebagian kecil pembicara yang
dapat melakukan pembicaraan secara lepas tanpa
bantuan teks. Hal ini dapat terjadi pada pembicara yang
sudah biasa dan profesional. Untuk mengantisipasi
kendala tersebut, dapat dibantu dengan membuat
catatan dalam kertas kecil tentang pokok-pokok yang
akan diuraikan. Catatan tersebut berperan dalam
membantu kelancaran berbicara tentunya melalui
proses membaca. Sampai saat ini, catatan tersebut
menjadi sarana yang cukup efektif, karena murah
biayanya dan mudah membuatnya.

3. Hubungan Berbicara dengan Menulis

Berbicara bukan merupakan keterampilan


berbahasa yang berdiri sendiri, melainkan keterampilan
yang didukung kemampuan lainnya, termasuk menulis.
378
Ada beberapa hal yang perlu diungkapkan di sini
berkaitan dengan hubungan antara berbicara dengan
menulis.

a. Kemampuan menulis dapat dijadikan sarana


pendukung bagi kemampuan berbicara

Ketika kemampuan berbicara memerlukan


naskah atau makalah, kemampuan menulis sangat
diperlukan oleh seorang pembicara. Banyak jenis
kegiatan berbicara yang memerlukan naskah-naskah
tertulis. Sudah menjadi kelaziman, apabila seorang
pembicara dalam sebuah seminar selalu diminta untuk
menulis makalah. Begitu pun untuk pembicara dalam
kegiatan berpidato atau ceramah ilmiah, selalu diminta
terdahulu naskah pidato atau ceramahnya. Penulisan
makalah atau naskah lainnya sebagai kelengkapan
berbicara harus ditulis sesuai dengan kaidah-kaidah
penulisan ilmiah. Di sinilah penulis dituntut untuk
memahami pula kaidah-kaidah penulisan. Sering terjadi
ketimpangan tentang orang profesional di bidang
kegiatan ini. Adakalanya orang mahir dalam menulis,
379
tetapi dalam berbicara kurang mempunyai
keterampilan. Begitu pun sebaliknya, ada orang yang
mahir berbicara, tetapi kurang mahir dalam menulis.
Walaupun hal itu sering terjadi, tetap saja bentuk tulisan
sebagai kelengkapan berbicara, menjadi suatu
keharusan, terlepas siapa yang membuat tulisan
tersebut, apakah si pembicaranya langsung atau di
bantu oleh orang yang mempunyai kemampuan dalam
menulis.

b. Menulis sangat diperlukan dalam kegiatan berbicara


dialog

Kegiatan berbicara yang bersifat dialog, misalnya


wawancara, sarat dengan kesinambungan pesan dan
respons. Seorang pewawancara memberikan pesan
kepada pihak yang diwawancarai. Sebaliknya orang
yang diwawancarai memberikan respons kepada
pewawancara. Satu hal yang harus menjadi pegangan
bagi kedua pihak bahan respons yang diberikan harus
sesuai dengan pesan yang disampaikan. Pertanyaan
yang disampaikan pewawancara harus dijawab dengan
jelas dan lengkap sesuai dengan yang diharapkan

380
dalam pertanyaan tersebut. Untuk menjaga kesesuaian
antara pesan dan respons secara utuh, tidak dapat
hanya mengandalkan daya simak kedua pihak. Dalam
hal ini, harus dibantu oleh kemampuan menulis. Oleh
karena itu, kemampuan menulis menjadi penting jika
kegiatan berbicara yang bersifat dialogis ingin berjalan
dengan baik.

Mengubah Cara Bicara, Mengubah Hidup

Ada seorang wanita yang mampu membangun


kerajaan media bernilai satu miliar dolar hanya dengan
"mulut"-nya. la adalah Oprah Winfrey. Acara yang
dibawakannya, Oprah Winfrey Show tidak hanya
mencapai 22 juta penonton di Amerika Serikat, tetapi
juga ditayangkan di 14 negara di dunia. Selama kurang
lebih 20 tahun, acara ini terus merajai peringkat
talkshow televisi siang hari.

Saat pertama kali ia membawakan acara ini,


peringkatnya sangat rendah dan hanya menjadi
program bincang-bincang kelas tiga di wilayah Chicago.
Namun, dalam waktu sebulan, ia berhasil
melambungkan peringkat acara ini dan mengubahnya
381
menjadi Oprah Winfrey Show yang tayang secara
nasional.

Oprah Winfrey berasal dari kawasan Harlem yang


kumuh, tidak memiliki prestasi akademis, dan sebagai
wanita pun ia tidak tergolong menarik. Bahkan, ia
pernah mengalami kekerasan seksual dan merasakan
getirnya menjadi ibu di luar nikah pada usia 14 tahun.
Bagaimana seorang wanita seperti beliau bisa menjadi
pembawa acara bincang-bincang ternama yang
memikat seluruh penduduk dunia? Semua itu berkat
kemampuan bicaranya yang mumpuni. Banyak orang
menyebut kelebihannya terletak pada rasa simpatinya.
la mengganti kekurangannya dengan ucapan hangat
yang mampu merangkul dan menghibur lawan bicara.

Pada September 1986, seorang wanita yang


dikucilkan akibat incest hadir menjadi bintang tamu dan
menceritakan masa lalunya. Karena merasa dilihat oleh
seluruh dunia, ia raguragu untuk mengungkapkan isi
hatinya. Obrolan terhenti dan suasana menjadi sunyi
sehingga siaran tidak berjalan mulus.

382
Saat itu, Oprah Winfrey membuka suara sambil
menatap wanita itu dan berkata, "Sebenarnya saya juga
pernah merasakan."

Suasana di studio langsung ramai bertanya-tanya


apakah ada kesalahan pada acara tersebut. Sulit
dipercaya bahwa seorang Oprah Winfrey adalah
korban incest. Namun, hal itu benar adanya. Oprah
dengan santai menceritakan masa lalunya. Sang
bintang tamu pun memperoleh keberanian dan
kemudian menuturkan kisahnya dengan lancar. Studio
banjir oleh air mata dan tayangan pada hari itu
menimbulkan reaksi hangat dari seluruh dunia. Sejak
saat itu, Oprah Winfrey Show bertransformasi menjadi
acara bincang-bincang terbaik di Amerika.

Bagaimana jadinya jika saat itu Oprah terus


menyembunyi— kan masa lalunya dan hanya
memandang bintang tamu? Program itu pasti akan
mencatat peringkat terburuk, meskipun Oprah memiliki
kemampuan bicara yang cerdas dan hebat. Orang-
orang pun akan meninggalkan acara tersebut. Namun,
berkat ucapannya yang hangat dan jujur

383
memperlihatkan Iukanya sendiri, Oprah mampu
mengangkat acaranya ke puncak keberhasilan.

la menjadi pemenang dalam kontes kecantikan


Miss Fire Protection saat berusia 1 7 tahun karena
kemampuan bicaranya. Apakah kemampuan seperti ini
bawaan lahir? Tidak. Sejak kecil, ia dilatih neneknya
membaca Injil. Inilah yang membuatnya mampu
bercakap-cakap hingga ia dijuluki pendeta kecil.
Kehidupan Oprah berubah karena berbicara. la menjadi
pernimpin wanita dunia dengan ucapannya yang
simpatik.

Latihan di Balik Panggung Gemerlap

Hal yang sama juga pernah terjadi pada Steve


Jobs. la merupakan raja IT sekaligus presenter dunia.
Kepopulerannya tidak diperoleh dalam waktu singkat.
la berlatih tanpa henti dan tidak ragu untuk membuat
presentasi dalam level terbaik. Dalam bukunya yang
berjudul The Presentation Secrets of Steve Jobs,
Carmine Gallo mengatakan bahwa,

"Steve Jobs merupakan aktor terbaik yang


menampilkan akting sempurna di atas panggung.
384
Seluruh gerak, persiapan, gambar, dan slide
presentasinya membentuk kombinasi yang sempurna.
Jobs terlihat sangat nyaman, penuh percaya diri, dan
natural di atas panggung. Penonton melihatnya tampak
begitu mudah melakukan presentasi. Sebenarnya ada
rahasia di balik itu. la latihan presentasi selama
beberapa jam, tidal< beberapa hari."'

Inilah yang membuatnya terlahir menjadi


presenter andal dan berhasil mengukir nama Apple di
hati seluruh penduduk dunia. Bersamaan dengan itu,
Apple dapat berdiri menjadi perusahaan IT terbaik di
dunia. Presentasi Jobs adalah faktor penting yang
menjadikan perusahaannya berjaya seperti se—
karang.

"Tidak ada Amerika maju ataupun Amerika


konservatif. Yang ada hanya 'Amerika Serikat'. Tldak
ada Amerika untuk kulit hitam, untuk kulit putih, untuk
kaum hispanik, atau untuk orang Asia. Yang ada hanya
'Amerika Serikat'. Kita adalah bangsa yang satu."

Seorang politikus yang sebelumnya tidak terkenal


mendadak menjadi bintang akibat pidatonya dalam
385
konvensi nasional Partai Demokrat di Amerika pada
2004. la adalah Barack Obama, yang berpidato dalam
kampanye kandidat presiden John Kerry. Suara
baritonnya yang menggema telah mencuri perhatian
seluruh masyarakat Amerika hingga akhirnya ia bisa
melompat menjadi kandidat presiden.

Sebenarnya berbicara tidak menempati porsi


yang besar dalam hidupnya. Suatu ketika, saat masih
kuliah di Occidental College, ia berkesempatan untuk
berpidato satu menit tentang "seseorang sedang
menderita." Pidatonya memberikan kesan mendalam
kepada teman-temannya dan menjadikan Obama
muda bintang di sekolahnya. Sejak saat itu, ia mulai
tertarik untuk berbicara di depan umum dan berlatih
hampir setiap hari. Usaha inilah yang membuatnya
bertransformasi menjadi pembicara terbaik dan dilantik
menjadi presiden Amerika Serikat pada 2008.

Hidup akan berubah jika pernikiran berubah.


Namun, ada juga yang mengatakan bahwa perilaku
penting dalam kehidupan. Hidup akan berubah jika
perilaku berubah. Keduanya benar. Jangan abaikan

386
bahwa ucapan pun memiliki porsi yang sama
pentingnya dengan pikiran dan perilaku.

Tokoh manajemen Peter Ferdinand Drucker


pernah berkata, "Kemampuan terpenting bagi manusia
adalah mengungkapkan dirinya. Manajemen dan
administrasi dikendalikan oleh komunikasi."

Apakah Anda berpikir bahwa pernikiran dan


perilaku adalah esensial, sedangkan ucapan adalah
konvensional? Kalau begitu, tidakkah Anda menjadi
malas untuk tertarik dan latihan berbicara?

Namun lihat. Bukankah berbicara secara mutlak


menempati porsi yang besar dalam kesuksesan hidup
Oprah Winfrey, Steve Jobs, dan Barack Obama? Ketiga
pemimpin ini mengubah hidup mereka dengan
kemampuan berbicara yang berbeda dengan orang
lain. Jika mereka tidak menumbuhkan ketertarikan yang
khusus terhadap berbicara dan tidak meningkatkan
kemampuan mereka, tentu tidak akan ada mereka yang
sekarang. Satu hal yang bisa dipastikan, hidup akan
berubah dengan mengubah cara bicara!

Mengubah Yang Tidak Mungkin Menjadi Mungkin


387
Pendapat dari Pelaku Terbaik di Bidang Speaking

"Saya bermimpi menjadi penyiar, dan bagaimana saya


harus berbicara?"

"Saya ingin menjadi dubber, dan bagaimana supaya


saya bisa berbicara dengan baik seperti dubber?"

Pertanyaan ini kerap kali muncul dalam kuliah


atau ceramah saya. Para mahasiswa yang mulai cemas
mencari pekerjaan meminta bantuan kepada saya
dengan mata berapi-api. Hati saya menjadi sedih
apabila melihat mereka. Menurut saya yang telah
menghadapi banyak mahasiswa, satu dari lima orang
tidak akan mendapat pekerjaan. Kita bisa tahu betapa
susahnya mencari pekerjaan.

Mungkin karena itu atmosfer di kelas saya selalu


panas. Mereka mendengarkan dengan saksama setiap
patah kata yang saya ucapkan, karena mereka ingin
bisa berbicara dengan baik demi lolos wawancara kerja
dan memperoleh pekerjaan yang mereka harapkan.
Saya selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk
bisa membantu mereka. Saya akan menjawab sebaik
mungkin pertanyaan-pertanyaan mereka.
388
Ada satu pertanyaan yang selalu mereka
tanyakan, yaitu bagaimana cara berbicara yang baik
untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang mereka
inginkan. Bagaimana mereka harus berbicara untuk
bisa menjadi penyiar, reporter, pengisi suara, ataupun
aktor?

Mereka bertanya bukan karena tidak tahu


jawaban apa yang diperlukan untuk mendapatkan
pekerjaan tersebut. Mereka sudah pernah mengikuti
kursus dan mendengarkan berbagai ceramah umum.
Lalu kenapa mereka menanyakan hal tersebut kepada
saya? Karena mereka ingin mendengar rahasia khusus
dan langsung dari salah satu tokoh di bidang speaking.
Mereka ingin tahu sesuatu yang tidak dapat dipelajari
dari buku ataupun tempat kursus urnum. Mereka
semua bertanya dengan menyimpan hasrat besar
mewujudkan impiannya. Saya pun menjawab mereka
dengan tatapan penuh kasih.

"Bila ingin sukses, berbicaralah seperti orang


sukses. Kalian pasti memiliki bidang yang ingin digeluti.
Pilihlah satu orang yang sukses di bidangnya sebagai

389
role model, entah itu siaran, hiburan, manajemen,
politik, atau diplomasi. Berlatihlah berbicara layaknya
orang sukses sambil mengingat orang tersebut. Baik
saat makan, saat mengobrol dengan teman, maupun
saat berbicara kepada diri sendiri. Dengan begitu,
kalian akan pandai berbicara seperti orang sukses dan
mewujudkan impian kalian."

Dari Orang Biasa Menjadi Pakar Speaking

Saya berasal dari Busan dan sejak kecil saya


tumbuh tanpa memiliki impian ataupun cita-cita.
Orangtua saya tidak berpendidikan tinggi dan hanya
bekerja di pabrik sepatu di dekat rumah. Ayah saya
pemabuk sehingga hidup kami tidak pernah damai.
Tidak pernah terlihat bahwa keadaan keluarga kami
akan membaik. Kami tinggal di rumah susun dengan
satu kamar mandi yang dipakai bersama-sama dengan
keluarga Iainnya. Di dekat rumah kami ada rel kereta
api. Siang malam kereta api melintas dengan suara
keras. Karena terbiasa mendengarnya sejak kecil, saya
bisa menebak apakah itu kereta ekspres, kereta pelan,

390
Mugunghwa-ho (kereta ekonomi), atau Saemaul-ho
(kereta bisnis).

Saya yang tumbuh di lingkungan yang begitu


miskin tidak memiliki bakat apa pun. Tidak ada satu pun
hal yang bisa diunggulkan, baik di pelajaran, olahraga,
maupun seni. Saya adalah anak yang biasa-biasa saja
dan tidak pula menonjol. Anak yang tidak punya impian
apa pun tentang masa depan. Lalu datanglah sebuah
perubahan, ketika saya mendapat pujian dari guru SMA
bahwa saya seperti pengisi suara saat membaca buku
pelajaran bahasa. Pertama kalinya dalam hidup, saya
mendapat penilaian yang baik dari guru saya. Betapa
bahagianya saya saat itu.

"Ternyata ada juga yang aku bisa. Baiklah, aku akan


memperbagus suaraku. Dengan begitu, teman-teman
dan guruguru akan memandangku."

Saya belajar untuk memiliki suara yang bagus.


Mempelajari sesuatu yang saya kuasai dan sukai
membuat waktu berlalu tanpa terasa. Dalam proses ini,
saya pun bermimpi menjadi pengisi suara berdasarkan
kelebihan yang saya miliki, yaitu suara. Untuk pertama
391
kalinya saya memiliki mimpi yang ingin saya gapai.
Saya begitu bersemangat melatih suara sehingga mulai
berbicara seperti seorang pengisi suara dalam
kehidupan sehari-hari. Saya berlatih di rumah maupun
di sekolah. Meskipun awalnya keluarga dan ternan-
teman yang mendengar merasa aneh, lama-lama
mereka menerima dengan biasa saja. Inilah reaksi
teman-teman saya,

"Suara Su Hyang mirip sekali dengan pengisi suara, ya.

Sepertinya ia memang dilahirkan untuk menjadi pengisi


suara."

Mereka yang tadinya hanya berkata bahwa suara


saya seka— dar bagus, kini menganggap bahwa saya
sudah seperti pengisi suara. Perubahan yang
mengejutkan. Saya bisa merasakan bahwa impian saya
perlahan-lahan menjadi kenyataan. Saya memperoleh
keyakinan bahwa menjadi pengisi suara bukanlah hal
yang tidak mungkin. Alam bawah sadar saya secara
otomatis terprogram dengan mantra ini, "Aku, Oh Su
Hyang, adalah pengisi suara."

392
Lalu impian saya begitu cepat menjelma mejadi
kenyataan. Saat kelas 2 SMA, saya terpilih menjadi
reporter siswa untuk acara The Starry Night di kanal
MBC. Seiring berjalannya waktu, saya benar-benar bisa
beraksi sebagai seorang pengisi suara. Saya bisa
membanggakan kemampuan saya di berbagai bidang,
seperti siaran radio dan iklan komersial.

Suatu hari, saya memiliki kesempatan untuk


membawakan sebuah acara bersama pengisi suara
pria yang kehebatannya sudah diakui, yaitu Bae Han
Seong. Kemampuan saya dipuji oleh beliau, padahal
beliau adalah seorang tokoh di dunia pengisi suara
Korea. Pada 2014, beliau juga bersedia menjadi rekan
duet saya dalam album Present. Setelah melewati
semua pengalaman ini, sekarang saya bisa menjadi
pembawa acara yang dikenal luas.

Berbicara Seakan Sudah Terwujud

Sejak kecil, Steven Spielberg sudah bercita-cita


menjadi seorang sutradara film. Saat berusia 17 tahun,
ia melakukan usaha baru untuk mewujudkan mimpinya,
dan bergaya seperti sutradara film. la berpakaian
393
layaknya seorang sutradara dan keluar masuk
perusahaan film. Gaya bicaranya pun mirip sekali
dengan sutradara film. Orang-orang pun mengenalnya
sebagai sutradara dan memintanya membuat film.
Akhirnya, ia menjadi sutradara seperti yang selama ini
dicita-citakannya.

Pakar pengembangan diri, Brian Tracy,


mengatakan bahwa bertingkah seperti orang sukses
adalah kunci menjadi sukses dan menyarankan untuk
segera melakukan tiga hal.

Pertama, putuskanlah sekarang bahwa Anda


akan terlihat seperti orang sukses sebagaimana yang
Anda inginkan dari segala sisi, mulai dari pakaian
hingga dandanan. Kedua, carilah orang paling sukses
di perusahaan Anda dan ikutilah ia sebagai panutan.
Ketiga, jangan pedulikan orang yang berpakaian cuek,
tetapi berpakaianlah seperti orang yang akan
menghadiri wawancara kerja."

Penulis buku Blessing of the Rainbow, Cha Dong


Yeob pun berpendapat demikian. Dengan berpikir
seperti orang sukses dan berperilaku seolah tujuan
394
sudah tercapai, maka akan datang hal yang
mengejutkan kepada kita. la menekankan seperti ini,
"Bertingkah seakan sudah terwujud."

Terjawab sudah pertanyaan di atas tentang


bagaimana cara berbicara untuk mewujudkan impian.
Berbicaralah seperti orang yang Anda impikan.
Berbicaralah dengan antusias dan bertingkah seolah
Anda telah sukses. Mulai sekarang, berbicara sambil
membayangkan bahwa Anda akan segera sukses,
maka tak lama Iagi impian Anda akan terwujud

HAKIKAT BERBICARA
Hakikat berbicara adalah kemampuan manusia
untuk menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.
Berbicara memungkinkan kita untuk menyampaikan
pemikiran, perasaan, ide, dan informasi kepada orang
lain. Hakikat berbicara tidak hanya melibatkan sekedar
mengucapkan kata-kata, tetapi juga melibatkan
pemahaman, penggunaan intonasi, ekspresi wajah,
dan gerakan tubuh lainnya yang membantu dalam
menyampaikan pesan secara efektif.

395
Berbicara memainkan peran penting dalam
interaksi sosial, memungkinkan kita untuk
berkomunikasi, menjalin hubungan, dan membagikan
pengetahuan dengan orang lain. Dalam komunikasi
sehari-hari, berbicara juga memungkinkan kita untuk
mempengaruhi orang lain melalui argumen, persuasi,
dan pengaruh emosional.

Hakikat berbicara juga melibatkan kemampuan


untuk mendengarkan dengan aktif dan memahami apa
yang disampaikan oleh orang lain. Dalam berbicara,
penting untuk memberikan perhatian pada audiens,
memahami latar belakang, kebutuhan, dan persepsi
mereka agar komunikasi menjadi efektif.

Dalam kesimpulannya, hakikat berbicara


melibatkan kemampuan manusia untuk menggunakan
bahasa sebagai alat pemahaman dan komunikasi, baik
dalam menyampaikan pesan kepada orang lain
maupun dalam mendengarkan dan memahami apa
yang disampaikan oleh orang lain.

Berbicara adalah salah satu kemampuan


berkomunikasi dengan orang lain melalui media
396
bahasa. Berbicara adalah bentuk tindak tutur yang
berupa bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
disertai dengan gerak-gerik tubuh dan ekspesi raut
muka. Berbagai definisi telah dikemukakan untuk
memberikan makna tentang berbicara. Sesuai
fungsinya, berbicara adalah media yang digunakan
manusia untuk berkomunikasi.

Implikasi berbicara dalam kontek komunikasi


pada dasarnya adalah hakikat berbicara yang meliputi:

a. Berbicara merupakan ekspresi kreatif dan tingkah


laku;

b. Berbicara dan menyimak merupakan komunikasi


yang seiring;

c. Dalam kontek komunikasi dengan lawan berbicara,


berbicara adalah komunikasi resiprokal;

d. Berbicara adalah wujud individu berkomunikasi;

e. Berbicara adalah pancaran kepribadian dan tingkah


laku intelektual;

397
f. Berbicara adalah keterampilan yang diperoleh
melalui usaha belajar;

g. Berbicara menjadi media untuk memperluas ilmu


pengetahuan.

Berbicara merupakan kegiatan ekspresi kreatif


dengan melibatkan berbagai anggota tubuh. Dalam
berbicara, anggota tubuh secara spontan ikut berperan
mengekspresikan dan menegaskan makna
pembicaraan. Gerakan tangan, tubuh, dan raut muka
secara serempak membangun satu kesatuan ekspresi
mengikuti tuturan yang keluar dari pembicara.

Raut muka dan gerak tubuh memiliki fungsi dan


ekspresi yang berbeda. Mata, hidung, bibir, alis, dan
sebagainya membangun makna tersendiri. Mata
melotot dapat diartikan marah, mata sayu dapat
diartikan sedih. Bibir, muka, dan hidung dapat
memberikan makna bahwa seseorang sedang serius,
sedih, maupun gembira. Dalam kegiatan berbicara
manusia juga memfungsikan organ lain dalam tubuh
untuk mengekspresikan makna pembicaraan. Tentang
fungsi ekspresi dan bahasa tubuh akan dibicarakan
398
lebih lanjut pada kegiatan belajar 4. Berbicara sebagai
kegiatan komunikasi melibatkan sebuah proses
berbicara silih berganti antara pembicara dan lawan
bicara. Artinya berbicara terjadi saling berbalas gantian
berbicara. Pada saat pembicara mengeluarkan tuturan,
pendengar berperan sebagai pendengar, dan
sebaliknya pada saat pendengar mengambil alih
kegiatan berbicara, pembicara sebelumnya berubah
fungsi menjadi penyimak.

Bentuk resiprokal ini membentuk kegiatan


percakapan yang saling memberi dan menerima respon
pembicaraan. Pembicara memberikan informasi dan
lawan bicara menerima informasi. Kejadian ini secara
sistematis berlangsung dalam percakapan yang
membentuk sebuah keinginan menyamakan persepsi
dari tuturan yang silih berganti. Inilah yang disebut
sebuah proses komunikasi.

Kegiatan resiprokal berbicara tentu mengarah


pada tema berbicara yang sama, yang membedakan
adalah materi tuturan dari setiap pembicara yang
berbeda. Pembicara dan lawan bicara memiliki

399
pemikiran tersendiri untuk menyampaikan informasi,
demikian pula lawan bicara akan bereaksi terhadap
informasi yang diterima. Pembicaraan akan berakhir
ketika keduanya memiliki pemahaman yang sama.

Pemahaman yang berbeda dapat menciptakan


perbedaan persepsi yang berbeda pula. Perbedaan ini
melahirkan miscommunication, di antara pembicara
dan lawan bicara. Keduanya saling berkeyakinan
terhadap persepsi yang dianggapnya benar. Bentuk
pembicaraan ini terlihat jelas ketika terjadi pada
peristiwa berbicara yang disebut berdebat.

Berbicara dapat disebut juga sebagai tindak tutur


dalam berkomunikasi. Ditinjau dari proses komunikasi
ini, berbicara menjadi sarana untuk saling
menyampaikan pesan dan menangkap pesan.
Kegiatan menangkap atau menerima pesan berbicara
dilakukan secara bergantian (resiprokal) dan dapat
berlangsung secara terus-menerus. Pesan yang
disampaikan dalam tindak tutur berbicara ini disertai
tingkah laku dengan berbagai ekspresi.

400
Tingkah laku dan ekspresi dalam berbicara
berlangsung sejalan. Kegiatan yang berlangsung
secara resiprokal dalam berkomunikasi mendorong
terjadinya ekspresi dan tingkah laku yang bervariatif.
Tingkah laku dan ekspresif ini berlangsung sangat
cepat dan spontan. Ekspersi wajah, mata melotot,
tangan mengepal, badan menunduk, dan lain
sebagainya dilakukan pembicara tanpa pernah
dipikirkan terlebih dahulu. Hal yang sama juga
berlangsung pada bagaimana pembicara mendapatkan
ide, gagasan, kosa kata yang dipilih dalam
menyampaikan pembicaraannya, semua berlangsung
tanpa disadari. Namun demikian, hal berbeda dapat
terjadi pada orang-orang yang telah terlatih berbicara,
akan mampu mengendalikan tindak tuturnya melalui
kontrol yang lebih temporal. Apa yang akan dituturkan
dipikirkan terlebih dahulu. Inilah yang membedakan
seseorang yang memiliki intelektualitas yang tinggi
dalam berbicara.

Melalui kegiatan komunikasi, manusia dapat


mengembangkan ilmu pengetahuan dan berimajinasi.
Berbagai informasi yang berkembang dan diterima dan
401
dikembangkan melaui proses berpikir inilah, manusia
dapat meningkatkan kualitas hidup. Dengan kata lain,
berbicara menjadi sarana untuk mengekspresikan ide,
gagasan, imajinasi yang dimiliki kepada orang lain. Di
sinilah terjadinya proses transfer dan produktif ilmu
pengetahuan terjadi. Artinya, secara personal kegiatan
berbicara seperti ini merupakan kegiatan individu dalam
berkomunikasi.

Berbicara juga dapat diartikan sebagai pancaran


kepribadian dan tingkah laku. Artinya, seseorang dalam
berbicara selalu diikuti oleh apa yang ada dalam diri
pembicara, dan hal ini ditunjukkan dalam perilaku.
Sebuah ilustrasi tuturan, “Ah, saya tertipu, omongannya
nggak ada yang benar!”. Tuturan pembicaraan ini
berimplikatur bahwa pancaran kejujuran yang selama
ini diharapkan dalam tindak berbicara, dinilai tidak ada
yang sesuai dengan perilaku yang ditunjukkan.
Kepribadian dan tingkah laku dapat dilihat dari tindak
tutur dalam berbiacara. Pembicaran yang handal akan
memahami apakah lawan bicara yang dihadapi jujur
atau seorang pembohong.

402
Kemampuan berbicara dapat dipelajari.
Mempelajari keterampilan berbicara merupakan
sebuah upaya untuk dapat bertutur dengan baik.
Dimulai dari pengucapan vokal-vokal, meningkat
sampai dalam bentuk tuturan bermakna dilakukan
dengan berlatih. Demikian juga, manusia dapat
berkomunikasi dengan orang lain dalam bentuk yang
lebih komplek dapat tingkatkan melalui usaha latihan.
Almarhum Zainuddin MZ sebagai mubalig sejuta umat,
tidak serta merta menjadi penceramah yang mahir
berakwah tanpa melalui proses latihan berbicara yang
panjang. Demikian juga, seorang guru yang terampil
mengajar tentu diawali dengan berlatih berkomunikasi
dengan orang lain.

403

Anda mungkin juga menyukai