Anda di halaman 1dari 6

NAMA : SENSI TRESNA ADILAH

NIM : P20624520035

PRODI : SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

FUNGSI BAHASA DALAM MEMBANGUN KARAKTER

Bahasa adalah sistem lambang atau simbol bunyi yang berkembang berdasarkan suatu
aturan yang disepakati oleh pemakainya. Setiap lambang bahasa memiliki makna atau konsep.
Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat
disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna.

Dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari interaksi intrapersonal, interpersonal, maupun


yang meluas pada kehidupan berbangsa dan bertanah air, bahasa memegang peran utama. Peran
tersebut meliputi bagaimana proses mulai dari tingkat individu hingga suatu masyarakat yang luas
memahami diri dan lingkungannya. Sehingga pada saat inilah fungsi bahasa secara umum, yaitu
sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi
sosial, memberikan perannya. Berbicara tidak bisa dilepaskan dari faktor-faktor yang
mengharuskan kita memilih kata-kata, frasa-frasa, dan kalimat-kalimat yang digunakan dalam
berkomunikasi tentu didasarkan pada fungsi bahasa tersebut. Akan berbedalah kata-kata, frasa-
frasa ataupun kalimat-kalimat yang kita pakai bila fungsi bahasa tersebut berbeda. Fungsi-fungsi
bahasa yang digunakan tentunya didasarkan atas tujuan kite berkomunikasi. Berbeda tujuan akan
berbeda pula alat komunikasi itu. baik dari segi bentuk maupun isinya (sifatnya). Hal ini
menyebabkan banyak perbedaan pendapat dari para ahli mengenai fungsi bahasa. Ada 7 fungsi
bahasa yaitu :

a. Fungsi instrumental: fungsi bahasa yang digunakan untuk memenuhi dan mengungkapkan
keinginan atau kebutuhan. Ini merupakan fungsi "saya ingin" dari suatu bahasa. Misalnya, saya
ingin pergi, saya butuh buku, atau saya mau menulis.

b. Fungsi regulator (pengaturan): fungsi bahasa yang digunakan untuk mengontrol sikap, perilaku,
pikiran, atau pendapat orang lain. Ini merupakan fungsi "lakukan hal tersebut" dari suatu bahasa.
Misalnya, bujukan, rayuan, permohonan, atau perintah.
c. Fungsi interaksional: fungsi bahasa yang digunakan untuk berinteraksi atau menjalin hubungan
sosial dengan orang lain. Ini merupakan fungsi "saya dan anda" dari suatu bahasa. Misalnya,
sapaan, basa-basi, simpati, atau penghiburan.

d. Fungsi personal: fungsi bahasa untuk mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan, dan sikap
melalui bahasa. Fungsi ini adalah fungsi menciptakan jati diri melalui bahasa. Misalnya, menulis
dan berbicara.

e. Fungsi heuristik: kegunaan bahasa untuk memperoleh pengetahuan, mengeksplorasi, dan


memahami lingkungan dengan cara belajar. Ini merupakan fungsi menanyakan pertanyaan, atau
fungsi "ceritakan pada saya". Misalnya, pertanyaan atau permintaan penjelasan akan suatu hal.

f. Fungsi imajinatif: fungsi bahasa yang digunakan untuk memenuhi atau menyalurkan keindahan
untuk melarikan diri/keluar dari kenyataan menuju semesta/lingkungan yang diciptakan
sendiri. Ini merupakan fungsi "mari berpura-pura" atau fungsi puitis dari suatu bahasa. Misalnya,
karya sastra berupa puisi, cerpen, novel dan lainnya.

g. Fungsi informatif: fungsi bahasa yang digunakan untuk menyampaikan informasi baru,
pengetahuan, atau budaya dengan menggunakan bahasa. Ini merupakan fungsi "saya ingin
memberitahukan anda sesuatu" dari suatu bahasa. Misalnya, tulisan, ceramah, pengumuman, atau
pemberitahuan.

Adapun fungsi bahasa menurut Alexander, 1967 menyatakan “ Tidak ada yang harus
diucapkan sebelum didengar. Tidak ada yang harus dibaca sebelum diucapkan. Tidak ada yang
harus ditulis sebelum dibaca”.

Dari sudut pandang menurut Alexander juga dibentuk 4 bagian yaitu partisipan,
komunikasi, transaksi dan pesan. Partisipan adalah partisipan adalah orng yg ikut serta /berperan
dalam suatu kegiatan. Partisipan di bagi menjadi dua yaitu audio bunyi-bunyian dan lambang
sebagai tulisan. Perilaku dari partispan ada penyimak, pembicara, permirsa, pembaca dan penulis.
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak
kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat
dimengerti oleh kedua belah pihak. Komunikasi harus ada maksud, pesan da Komunikasi dapat
berbentuk verbal dan nonverbal. Verbal merupakan komunikasi yang dilakukan dengan bahasa
lisan berupa kata-kata, sedangkan komunikasi nonverbal merupakan komunikasi menggunakan
gerak-gerik tubuh atau menunjukkan sikap tertentu. Adapun pelaku dari komunikasi yaitu orang
pertama, orang kedua dan orang ketiga. Pada awalnya, komunikasi digunakan untuk
mengungkapkan kebutuhan organis. Sinyal-sinyal kimiawi pada organisme awal digunakan
untuk reproduksi..

Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Bentuk umum


komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan penyiaran. Komunikasi
dapat berupa interaktif, komunikasi transaktif transaktif, komunikasi bertujuan bertujuan, atau
komunikasi tak bertujuan tak bertujuan. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling
berhubungan satu sama lain, baik dalam kehiduapan sehari-hari di rumah tangga, di tempat
pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat, atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang
tidak akan terlibat dalam komunikasi. Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal,
bicara, tulisan, gerakan, dan penyiaran. Komunikasi dapat berupa interaktif, komunikasi transaktif
transaktif, komunikasi bertujuan|bertujuan, atau komunikasi tak bertujuan|tak bertujuan. Melalui
komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain.
Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan
sama oleh penerima pesan tersebut. Pengertian komunikasi lisan adalah komunikasi yang terjalin
secara langsung tanpa adanya jarak yang berarti. Contoh komunikasi lisan misalnya meeting
dengan klien, wawancara kerja, atau dua orang yang sedang berbicara. Komunikasi tertulis adalah
komunikasi dengan media yang ditulis, biasanya dilakukan melalui aplikasi atau media teknologi.
Komunikasi dapat juga dibedakan berdasarkan maksud dan tujuan dari komunikator. Kemauan
dari komunikator merupakan faktor utama dalam proses penyampaian pesan. Tujuan dari
dilakukannya komunikasi yaitu untuk memberikan pengetahuan ataupun informasi kepada orang
lain sehingga dapat memengaruhi pemikiran, mengubah sikap, dan mendorong orang lain untuk
melakukan hal tertentu. Transaksi bersifat dinamis berada satu titik. Adapun maksud dan tujuan
dari makhluk tersebut adalah fenomena yang artinya aktivitas ruang dan waktu. Fenomena terdiri
dari saat ini,masa lalu dan masa datang. Kemudian ada pesan atau ide atau gagasan pengetahuan
kali pertama, keinginan, kemauan, perasaan dan informasi. Perasaan yaitu pesan tanpa dibatasi
oleh aktivitas ruang dan waktu parameter sedangkan informasi adalah perusahaan sudah tidak
dibatasi oleh aktivitas ruang dan waktu standar yang pasti adapun tujuan. Tujuan itu
mendeskripsikan, menanamkan keyakinan, mengubah cara pandang, menjelaskan prosedur,
mengapresiasi dan menghibur. Dalam bernalar ada 5 yaitu metakognisi, kreatif, kritis, evaluatif
dan deskriptif metakognisi yaitu masa lalu masa depan dan masa sekarang yang menghubungkan
dari masa lalu masa depan dan masa sekarang. Evaluatif membuat keputisan dalam sebuah
fenomena.

Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami
oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat
ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.

Menurut keterampilan bahasa dapat dilihat ada empat aspek, yaitu keterampilan
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak dan membaca merupakan aspek reseptif,
sementara berbicara dan menulis merupakan aspek produktif. Dalam aktivitas berbicara, si
pengirim pesan mengirimkan pesan dengan menggunakan bahasa lisan. Sementara, dalam
menyimak si penerima pesan berupaya memberi makna terhadap bahasa lisan yang disampaikan
si penyampainya. Dalam kegiatan menulis, si pengirim pesan mengirimkan pesan dengan
menggunakan bahasa tulis. Di pihak lain, dalam membaca si penerima pesan berupaya memberi
makna terhadap bahasa tulis yang disampaikan penulisnya.

Keterampilan berbahasa yang pertama adalah menyimak. Menyimak atau mendengarkan


adalah keterampilan atau kecakapan dalam memahami bahasa lisan dari sumber simakan atau
pembicara. Penyimak menggunakan inderapendengar dalam melakukan kegiatan menyimak ini.
Menyimak berarti menerima informasi dari sumber pesan (sumber informasi). Menyimak tidak
berarti selalu diam dan mengabaikan apa yang didengarkan atau disimak. Menyimak sebagai
proses mendengarkan, mengenal, serta menginterpretasi lambang-lambang lisan. kegiatan
menyimak dilakukan dengan sengaja dan penuh perhatian. Penyimak benar-benar memiliki tujuan
terhadap kegiatan menyimak yang dilakukan. Penyimak juga memahami seluruh proses simakan
yang sedang terjadi. Kegiatan menyimak mengisyaratkan pengetahuan dan pemahaman yang harus
diperoleh, yaitu; mengenal dan mampu memaknai setiap bahasa lisan yang didengarkannya.
Keterampilan menyimak dimaknai juga sebagai suatu proses kegiatan mendengarkan yang
dilakukan oleh alat dengar dengan menangkap dengar informasi lambang-lambang lisan atau
bunyi-bunyian lain dengan pemusatan energi psikis (fokus), mengandung nilai pemahaman, dapat
mengapresiasi serta daya ingat untuk menginterpretasi atau memaknai pesan yang disimak.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kerja alat dengar manusia dapat bekerja pada dua
aspek yang berbeda dari segi kualitas dengarnya, yaitu mendengar dan mendengarkan. Pada
tataran keterampilan berbahasa dengar, kegiatan mendengar berbeda dengan mendengarkan.
Mendengar adalah kegiatan yang dilakukan oleh fungsi pancaindera dengar tanpa sengaja atau
tidak memahami apa yang didengar. Mendengarkan atau menyimak adalah kegiatan pancaindera
dengar yang disengaja dan memahami maksud dari pesan-pesan yang didengar dari sumber pesan.
Seringkali kita menyamakan maksud antara mendengarkan dan menyimak.

Keterampilan berbahasa selanjutnya adalah berbicara. Berbicara pada umumnya diartikan


sebagai ungkapan ujaran melalui alat ujar manusia. Berbicara dalam keterampilan berbahasa
Indonesia tidak sama dengan mengobrol. Mengobrol adalah ujaran yang tidak disiapkan
sedemikian rupa dan tanpa konsep gagasan yang jelas. Sedangkan berbicara adalah kecakapan
seseorang dalam menyampaikan gagasan. Terutama gagasan tersebut disampaikan pada keadaan
yang resmi atau formal. Seseorang dapat dikatakan memiliki keterampilan berbicara apabila orang
tersebut memiliki kemampuan mengujarkan gagasan atau konsep yang dapat diambil manfaatnya
oleh orang lain atau audiens. Oleh karena itu, dalam kegiatan berbicara, ia memerlukan konsep
yang harus disiapkan dengan baik. Gagasan atau konsep yang disampaikan harus memperhatikan
aspek tujuan berbicara, referensi yang memperkuat gagasan dalam berbicara, sistematika
pembicaraan dalam bentuk kerangka pendek atau singkat dan mencatat dengan baik poin-poin
sebagai bahan berbicara. Agar dapat berbicara dengan baik dan meminimalisasi kesalahan, maka
seseorang yang ingin berbicara perlu melakukan latihan. Bukan saja kesalahan bunyi, tetapi
kesalahan konsep dan gagasan haruslah dihindarkan. Tetapi, sebagai pembicara, perlu menguasai
keterampilan dalam berbicara. Mulyati (2018) memaparkan dengan rinci tentang keterampilan
yang harus dikuasai ooleh seorang pembicara, yaitu: pertama, pembicara seharusnya dapat
mengucapkan bunyi-bunyi dari alat artikulasi dengan jelas, tidak kabur, nggremeng, suara kecil
sehingga orang yang menyimak dapat mendengar dengan jelas pula. Kedua, pembicara mampu
melafalkan ujaran dengan tekanan, nada, serta intonasi yang jelas. Nadanya tidak monoton,
intonasinya tidak selalu datar, dan tekanannya juga tepat dan dapat dipahami dan didengar jelas
oleh audiens. Ketiga, pembicara dapat menyampaikan bahan bicara dengan kata, kalimat dan
ungkapan yang diujarkan dengan tepat. Tidak salah mengucapkan diksi, menyalahartikan sebuah
kata serta struktur kalimatnya runtut dan sistematis. Keempat, pembicara mampu berbicara dengan
ragam bahasa yang relevan dengan situasi yang sedang terjadi. Baik bentuk komunikasi, hubungan
dengan komunikan maupun saluran yang digunakan. Kelima, dalam berbicara, seseorang harus
mampu menyampaikan pokok pembicaraan. Sehingga dapat berbicara sesuai dengan topik.
Kalimat penting dalam kegiatan berbicara dapat dikemukakan dengan jelas. Keenam, pembicara
harus kaya ide. Banyak ide tambahan untuk memperkuat gagasan pokok sesuai dengan topik
pembicaraan. Ide-ide yang baru dapat memperkaya topik pembicaraan. Ketujuh, pembicara harus
mampu menciptkan pembicaran yang saling berhubungan, sistematis, runtut dan berpautan
sehingga orang yang mendengarkan semakin jelas arah pembicaraannya. Oleh karena itu,
pembicara harus memahami dirinya sebagai pembicara yang disimak oleh banyak orang. Mulyati
(2018) mengelompokkan aspek yang harus dikuasai oleh seorang pembicara, yaitu 1) aspek isi
pembicaraan. Terkati dengan apa topik yang akan dibicarakan, pembicara haruslah menguasai
materinya. Sehingga tidak terjadi mispersepsi terhadap materi pembicaraan yang disampaikan, 2)
aspek kebahasaan. Pembicara harus memahami tata bahasa lisan yang baik dan benar. Walapun
tidak seperti tata bahasa tulis, tetapi bahasa yang disampaikan harus memenuhi kaidah bahasa
Indonesia yang baik dan benar, dan 3) aspek penampilan pembicara. Pada aspek ini, kualitas
seseorang yang berbicara juga ditentukan oleh fisik dan gerak-geriknya selama berbicara. Jadi,
gestur tubuh, mimik, dan ekspresi dalam berbicara menjadi pusat perhatian audiens. Maka,
menjadi penting untuk mengusai aspek performance ini.

Keterampilan membaca adalah keterampilan atau kecakapan seseorang dalam proses


memahami dan melihat pikiran dalam kata-kata secara tekstual. Membaca membutuhkan pikiran
yang tersirat untuk menerjemahkan yang tersurat dalam bentuk teks atau tulisan.

keterampilan menulis sangat perlu untuk dikuasai. Sebab, keterampilan menulis


merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat aktifproduktif. Keterampilan berbahasa yang
menunjukkan aktifnya seseorang dan menghasilkan tulisan. Oleh karena itu Mulyati (2018)
memaparkan bahwa keterampilan ini dipandang sebagai keterampilan berbahasa yang paling rumit
dan kompleks. Dibandingkan dengan keterampilan berbahasa lainnya, keterampilan menulis
menempati hirarki keterampilan berbahasa yang paling sulit. Seseorang yang bisa menulis, belum
tentu memiliki keterampilan menulis yang memadai.

Berdasarkan pandangan masa yang akan datang dalam menyikapi keterampilan berbahasa
ini mampu membangunan sebuah pondasi, keterampilan berbahasa sudah dipersiapkan dengan
baik dan kuat. Tujuan ini menjelaskan fenomena masa yang akan datang dengan menanamkan
keyakianan dalam berbahasa dengan tujuan untuk membangun karakter generasi muda yang akan
mendatang.

Anda mungkin juga menyukai