Anda di halaman 1dari 8

REVIEW JURNAL

Jurnal 1

Latar belakang :

Kesejahteraan spiritual memberikan manfaat positif terhadap kondisi psikologis pasien karena
penyakit yang dialaminya. Kesejahteraan spiritual tidak hanya mendekatkan diri dengan sang
pencipta tetapi mencakup diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitarnya. Metode yang
digunakan dalam penulisan menggunakan action reserch yang di lakukan di ruang onkologi
melalui workshop asuhan keperawatan spiritual sehingga dapat melakukan tindakan edukasi pada
sepuluh orang pasien kanker cervik yang didampingi oleh keluarga melalui media leaflet yang
berisi tata cara sholat dan doa-doa untuk kesembuhan penyakitnya. Hasil dari kegiatan tersebut
didapatkan bahwa kesejahteraan spiritual pasien meningkat sehingga diperlukan tindak lanjut dari
kegiatan yang sudah dilakukan dengan partisipasi aktif dari perawat ruangan untuk terus
melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif biopsikososiospiritual sehingga kebutuhan
spiritual pasien terpenuhi.

Tinjauan literatur :

Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Penelitian & Pengabdian Masyarakat (PINLITAMAS 1)


Dies Natalis ke-16 STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 |
Oktober 2018 | ISSN 2654-5411

Teknik pengumpulan data, alat pengumpulan data, analisis :

Metode yang digunakan dalam penulisan menggunakan action reserch yang di lakukan di ruang
onkologi melalui workshop asuhan keperawatan spiritual sehingga dapat melakukan tindakan
edukasi pada sepuluh orang pasien kanker cervik yang didampingi oleh keluarga melalui media
leaflet yang berisi tata cara sholat dan doa-doa untuk kesembuhan penyakitnya. Metodologi
evidencebased nursing practice digunakan dengan mengikuti tahapan identifikasi masalah,
intervensi, implementasi dan evaluasi.

Pembahasan penelitian :

Penderita kanker yang sejahtera secara spiritual dan memiliki harapan dapat membantu mereka
untuk berperilaku yang mengarah pada kesehatan seperti berdoa untuk meningkatkan kesempatan
hidup dan kualitas hidup serta kepuasan hidup pada penderita kanker. Hasil implementasi yang
telah dilakukan menunjukkan bahwa kesejahteraan spiritual sangat dibutuhkan oleh pasien kanker
ginekologi berkaitan dengan penerimaan terhadap penyakitnya. Kegiatan spiritual kepada sepuluh
pasien kanker ginekologi yang berada di ruang onkologi gedung A lantai 2 RS Cipto
Mangunkusumo yang diberikan intervensi berupa membagikan leaflet doa-doa kesembuhan dan
membaca doa bersama pasien dan keluarga menunjukkan hasil yaitu peningkatan tingkat
kesejahteraan spiritual pada pasien kanker ginekologi. Keluarga pasien juga sering membacakan
doa-doa kesembuhan yang terdapat pada leaflet yang dibagikan setiap selesai sholat lima waktu.

Kesimpulan :

Asuhan keperawatan spiritual dapat diberikan kepada semua pasien. Pengkajian kesejahteraan
spiritual dilakukan untuk mendapatkan data aktual tentang pentingnya memenuhi kebutuhan
spiritual pasien. Salah satu intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan spiritual
pasien adalah dengan memberikan leaflet doa yang berisi tentang tata cara sholat selama sakit dan
doa-doa untuk kesembuhan pasien. Hasil dari implementasi tersebut didapatkan bahwa
kesejahteraan spiritual pasien meningkat.

Daftar Pustaka

Awaliyah, Siti Nurbayanti Setyowati dan Tri Budiati.(2018). Peningkatan Pemenuhan Kebutuhan
Spiritual dalam Pelayanan Keperawatan Maternitas pada Pasien Kanker Ginekologi di
Ruang Onkologi : Evidence Based Nursing Practic.
Jurnal 2

Latar belakang :

Mual dan muntah merupakan dua efek samping pasca operasi yang paling sering ditemui. Mual
muntah pasca operasi atau Post Operative Nausea and Vomiting (PONV) juga erat kaitannya
dengan lama rawat pasien di ruang pemulihan, perawatan yang sebelumnya tidak direncanakan,
serta meningkatnya biaya perawatan. Tatalaksana PONV yang optimal merupakan serangkaian
proses yang kompleks. International Anesthesia Research Society (IARS) mengeluarkan pedoman
keempat untuk tatalaksana PONV pada Agustus 2020 lalu. Sebelumnya IARS telah
mempublikasikan tiga pedoman terdahulu yaitu pada tahun 2003, 2009, dan 2014. Pedoman
konsensus terbaru PONV memberikan lebih banyak evidence-based untuk tatalaksana PONV yang
komprehensif baik pada orang dewasa maupun anak. Profilaksis multimodal PONV meliputi
kombinasi antiemetik dari golongan yang berbeda, menggunakan dosis efektif minimum, minim
penggunaan opioid, dan anestesi inhalasi. Prinsip – prinsip tatalaksana PONV pada pedoman saat
ini juga diaplikasikan untuk tatalaksana PONV pada Enhanced Recovery Pathways.

Tinjauan literatur :

Perbedaan Tatalaksana Mual Muntah Pasca Operasi pada Konsensus Terbaru

Teknik pengumpulan data, alat pengumpulan data, analisis :

Metode yang dilakukan dalam studi kasus ini adalah metode kuantitatif, dengan desain studi
deskriptif dan pendekatan studi asuhan keperawatan.

Pembahasan penelitian :

Sama seperti pedoman sebelumnya, faktor risiko pada orang dewasa meliputi jenis kelamin
perempuan, riwayat PONV dan/atau motion sickness, tidak merokok, serta usia muda. Untuk jenis
operasi yang berkaitan dengan peningkatan risiko PONV yaitu laparoskopi, bariatrik, operasi
ginekologi, dan kolesistektomi.3,4,5 Faktor risiko anestesi meliputi anestesi inhalasi, nitrous
oxide, dan penggunaan opioid pasca operasi. Efek dari anestesi inhalasi pada PONV merupakan
dosedependent dan menonjol pada 2-6 jam pertama operasi. Insidensi PONV lebih rendah pada
total intravenous anesthesia (TIVA) tanpa opioid. Studi terbaru menunjukkan bahwa risiko PONV
karena penggunaan nitrous oxide merupakan duration-dependent. 4 Dalam pembiusan kurang dari
satu jam, NNT (number needed to treat) untuk mencegah PONV karena nitrous oxide adalah 128.
NNT menurun hingga 23 pada pembiusan lebih dari satu jam, dan menurun ke angka 9 pada
pembiusan lebih dari dua jam. Berikut ini adalah strategi yang direkomendasikan untuk
mengurangi PONV (Tabel 1). Yang pertama yaitu meminimalisir penggunaan opioid dengan
regimen analgesik multimodal. Profilaksis dengan asetaminofen IV dapat mengurangi mual hanya
jika diberikan sebelum onset nyeri timbul. Sebuah penelitian menunjukkan, pasien dengan
analgesik pasca operasi yang diberikan OAINS IV atau im dapat mengurangi risiko PONV secara
signifikan dan lebih efektif daripada asetaminofen IV. Selanjutnya penggunaan dexmedetomidine
perioperatif. Pemberian sistemik α2 agonis (klonidin atau dexmedetomidine) menurunkan

Sebuah penelitian meta-analisis menunjukkan bahwa anestesi epidural signifikan dalam


menurunkan risiko PONV, sedangkan intrathecal opioid menyebabkan PONV. Pada operasi
ginekologi, pemberian anestesi epidural dapat dilanjutkan setelah operasi pada konsentrasi yang
cukup (contoh lidokain 10mg/mL atau ekuivalen). Setelah operasi open colorectal cancer, thoracic
epidural anesthesia signifikan sebagai analgesik yang lebih baik daripada morfin IV dan
menimbulkan PONV yang lebih sedikit. Untuk operasi ginekologi/onkologi, profilaksis
multimodal PONV secara umum, kembali menjadi rekomendasi. Intervensi regional seperti
transversus abdominis plane block mungkin dapat mengurangi penggunaan opioid dan nyeri pasca
operasi.

Kesimpulan :

Pedoman konsensus PONV terbaru memberikan rekomendasi klinis yang komprehensif


berdasarkan pada bukti-bukti ilmiah (evidencebased) yang lebih banyak daripada sebelumnya
dalam tatalaksana PONV pada dewasa maupun anak. Perubahan yang terlihat di pedoman terbaru
yaitu pada dewasa, saat ini langsung menerapkan profilaksis multimodal PONV pada pasien
dengan 1 atau 2 faktor risiko. Kombinasi terapi mencakup obat-obatan dari golongan yang
berbeda, menggunakan dosis efektif minimum, selanjutnya pemilihan obat akan ditentukan oleh
faktor pasien, juga regulasi institusional, dan ketersediaan obat. Pada anak, masih tetap
direkomendasikan profilaksis multimodal PONV pada pasien dengan risiko sedang hingga tinggi,
dengan regimen yang disarankan untuk terapi lini pertama adalah antagonis reseptor 5-HT3 +
dexamethasone, dengan strategi minim penggunaan opioid dan anestesi inhalasi. Tatalaksana
PONV merupakan komponen penting dari ERPs. Profilaksis multimodal PONV terbaru
direkomendasikan untuk semua pasien bedah dengan berbagai macam faktor risiko. Prinsip –
prinsip tatalaksana PONV pada pedoman saat ini juga diaplikasikan untuk tatalaksana PONV pada
ERPs.

Daftar Pustaka

Firdaus, Riyadh dan Dea Britta Hilda Setiani.(2020). Perbedaan Tatalaksana Mual Muntah Pasca
Operasi pada Konsensus Terbaru MajAnestCriCare Vol. 40 No.1.
Jurnal 3

Latar belakang :

Mioma uterus adalah tumor miometrium jinak. Karakteristik mioma uterus yaitu bulat, keras, putih
ke merah muda pucat, dan sebagian besar terdiri dari otot polos dengan jaringan ikat di mana 95%
berasal dari korpus uterus dan 5% dari serviks. Kadang-kadang juga berasal dari tuba falopii atau
ligamentum rotundum. Penelitian ini menerapkan metode deskriptif untuk menggambarkan proses
asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosis mioma uteri. Data dikumpulkan melalui
wawancara, observasi, dan pemberian asuhan keperawatan. Kondisi klinis kedua pasien
mengalami nyeri akut. Intervensi dan implementasi disesuaikan dengan kondisi pasien dan
merujuk NOC dan NIC. Diagnosis keperawatan kedua kasus adalah nyeri akut. Teknik relaksasi
pernapasan dilakukan sebagai tehnik distraksi. Hasilnya menunjukkan dapat menyembuhkan rasa
sakit sebagian. Durasi perawatan yaitu 3 x 24 jam untuk kedua kasus.

Tinjauan literatur :

Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Mioma Uteri Menggunakan Teknik Relaksasi dan
Distraksi Program Studi Pendidikan Program Ners, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Semarang.

Teknik pengumpulan data, alat pengumpulan data, analisis :

Metode yang dilakukan dalam studi kasus ini adalah metode kuantitatif, dengan desain studi
deskriptif dan pendekatan studi asuhan keperawatan. Subjek dalam penelitian ini menggunakan 2
pasien dengan diagnosa medis mioma uteri. Teknik pengumpulan data menggunakan rekam
medik, wawancara, observasi dan pendekatan asuhan keperawatan dengan kriteri inklusi pasien
post operasi mioma uteri, pasien post operasi hari pertama, selanjutnya data yang terkumpul
dianalisis dalam bentuk asuhan keperawatan sehingga terdapat masalah keperawatan prioritas
yang akan diatasi dengan menggunakan teknik relaksasi distraksi dilakukan setelah pemberian
analgetik dengan durasi 15 menit setiap hari selama tiga hari, sebelum dan sesudah diberikan
teknik distraksi dilakukan pengukuran skala nyeri dengan menggunakan numeric rsting scale
(NRS). Studi kasus ini dilakukan pada tanggal 19 Juli 2019 diruang parikesit RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Semarang.
Pembahasan penelitian :

Pengkajian keperawatan pasien pada kasus 1 dilakukan pada tanggal 17 januari 2020 dan kasus 2
pada tanggal 17 januari 2020 di ruang Parikesit RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang, Kedua
pasien yang dirawat dengan mioma uteri berjenis kelamin perempuan. Kasus 1 dengan nama
pasien Ny.S berusia 37 tahun dan pasien kedua Ny.M berusia 35 tahun. Seperti diketahui penyebab
yang pasti dari mioma uteri sampai saat ini belum diketahui. Beberapa peneliti menduga mioma
tumbuh dari sel neoplastic tunggal (monoclonal) sel-sel otot yang normal, dari sel-sel otot imatur
dalam mioma uterum atau dari sel-sel embrional di dinding pembulu darah uterus. Hormon
esterogen juga berperan penting terjadinya mioma uteri. Walaupun tidak ada bukti bahwa
esterogen menyebabkan mioma., pertumbuhan mioma tergantung pada kadar esterogen. Tumor ini
tumbuh selama aktifitas paling tinggi, dan ovarium. Sekresi esterogen yang terus menerus,
terutama tidak diselingi oelh kehamilan dan laktasi diduga sebagai factor resiko utama yang
melatarbelakangi pertumbuhan mioma. Factor genetic mungkin turut mempredisposisi terjadinya
mioma uteri, karena sering dijumpai riwatat mioma pada keluarga penderita mioma uteri. Mioma
dijumpai 3-9 kali lebih sering pada ras negro dari pada kaukasia, dimana mioma banyak terjadi
diantara mereka yang sangat muda dan nulipara, sementra pada ras kaukasia dijumpai pada wanita-
wanita lebih tua dan multipara. Mioma uteri atau yang biasa disebut juga fibrimioma uterus,
leiomioma uterus atau uterin fibroid adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot polos dinding
uterus yang ditemukan pada 20 – 25 % wanita diatas umur 35 tahun (Sjamsuhidajat, 2010). Mioma
Uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat (Mansjoer, 2007 ).
Mioma adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel- sel otot polos, sedangkan untuk otot-otot rahim
disebut mioma uteri (Chrisdiono, 2010). Mioma uteri berasal dari otot polos lahir. Pertumbuhan
tumor ini disebabkan rangsangan hormon estrogen. Pada jaringan mioma jumlah reseptor estrogen
lebih tinggi dibandingkan jaringan otot kandungan (miometrium) sekitarnya sehingga mioma uteri
ini sering kali tumbuh lebih cepat pada kehamilan (membesar pada usia reproduksi) dan biasanya
berkurang ukurannya sesudah menopause (mengecil pada pascamenopause) (Wikipedia, 2013).
Kasus mioma uteri berdasarkan usia paling banyak menderita mioma uteri memiliki persentase
63.33% atau sebanyak 76 responden pada usia 40- 50 tahun, sedangkan usia paling sedikit
menderita mioma uteri memiliki persentase 0.88% atau sebanyak 1 responden pada usia >60 tahun.
Pada usia 30-39tahun dan 51-60 tahun memiliki persentase 17.54% atau rata rata sebanyak 20
responden. Pada usia 19-29 tahun memiliki persentase 2.63% atau sebanyak 2.63%. sedangkan
Kasus mioma uteri berdasarkan keluhan dapat diketahui bahwa keluhan utama penderita mioma
uteri adalah berupa pendarahan dengan persentase terbanyak 50.03% atau sebanyak 57 kasus.
Kemudian keluhan berupa gangguan miksi dengan persentase 16.67% atau sebanyak 19 kasus,
dilanjutkan dengan keluhan berupa benjolan perut bagian bawah dengan persentase 12.28% atau
sebanyak 14 kasus, kemudian keluhan berupa gangguan defekasi dengan persentase 6.65% atau
sebanyak 11 kasus. Keluhan berupa nyeri perut dan pinggang memiliki persentase 6.14% atau
sebanyak 7 kasus. dengan keluhan disminore memiliki persentase 3.51% atau sebanyak 4 kasus.
dan keluhan terendah hanya memiliki persentase 1.75% atau sebanyak 2 kasus berupa keluhan
infertilitas.

Kesimpulan :

Pasien dengan diagnosa medis Mioma Uteri memiliki keluhan nyeri. Diagnosa keperawatan utama
yang diangkat pada kedua kasus ini adalah nyeri akut. Nyeri akut pada kasus mioma uteri ini
disebabkan adanya agen pencedera fisiologis. Implementasi keperawatan pada diagnosa nyeri akut
berfokus pada manajemen nyeri. Penalaksanaan nyeri bisa dilakukan secara kolaboratif
farmakologi dan nonfarmakalogi yaitu teknik relaksasi dan distraksi dan Peran perawat dalam
melakukan implementasi keperawatan tidak hanya berfokus pada implementasi fisik tapi juga
dukungan psikososial kepada pasien dengan tidak melupakan kewajiban pasien untuk tetap
menjalankan ibadah meskipun dalam keadaan sakit. Evaluasi yang diperoleh pada kedua pasien
selama perawatan akhirnya masalah keperawatan nyeri akut berhasil teratasi.

Daftar Pustaka

Fitriyanti, Machmudah Machmudah. (2020). Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Mioma Uteri
Menggunakan Teknik Relaksasi dan Distraksi

Anda mungkin juga menyukai