Anda di halaman 1dari 73

LECTURE NOTES

Indonesian

Minggu ke-1

Fungsi Bahasa dan Bahasa Indonesia


LEARNING OUTCOMES

LO 1: Identify spelling errors in sentences and paragraphs

OUTLINE MATERI (Sub-Topic):

1. Arti Bahasa
2. Fungsi Bahasa
3. Ragam Bahasa
4. Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia
5. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
ISI MATERI

1. Arti Bahasa
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Dari definisi ini dapat
dijabarkan bahwa:
a. Bahasa adalah sistem. Maksudnya bahasa itu tunduk kepada kaidah-kaidah tertentu baik
fonetik, fonemik, dan gramatik. Dengan kata lain, bahasa itu tidak bebas tetapi terikat
kepada kaidah-kaidah tertentu.
b. Sistem bahasa itu sukarela (arbitrer). Sistem berlaku secara umum, dan bahasa merupakan
peraturan yang mendasar. Sebagai contoh: ada beberapa bahasa yang memulai kalimat
dengan kata benda seperti bahasa Inggris, dan ada bahasa yang mengawali kalimatnya
dengan kata kerja. Seseorang tidak dapat menolak aturan-aturan tersebut baik yang pertama
maupun yang kedua. Jadi, tidak tunduk kepada satu dialek tertentu.
c. Bahasa itu pada dasarnya adalah bunyi. Di dunia, banyak orang yang bisa berbahasa lisan,
tetapi tidak dapat menuliskannya. Jadi, bahasa itu pada dasarnya adalah bahasa lisan
(berbicara), adapun menulis adalah bentuk bahasa kedua. Dengan kata lain, bahasa itu
adalah ucapan dan tulisan merupakan lambang bahasa.
d. Bahasa itu simbol. Bahasa itu merupakan simbol-simbol tertentu. Misalnya, kata ”rumah”
menggambarkan hakikat sebuah rumah. Jadi, bahasa itu adalah lambang-lambang tertentu.
Pendengar atau pembaca meletakkan simbol-simbol atau lambang-lambang tersebut secara
proporsional.

2. Fungsi Bahasa
a. Bahasa sebagai sarana komunikasi
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat. Pada fungsi
ini, bahasa merupakan cara yang efektif untuk menyampaikan pikiran, maksud, dan tujuan
kepada lawan bicara. Fungsi tersebut digunakan dalam berbagai lingkungan, tingkatan, dan
kepentingan yang beraneka ragam, misalnya: komunikasi ilmiah, komunikasi bisnis, komunikasi
kerja, dan komunikasi sosial, dan komunikasi budaya.

Indonesian
b. Bahasa sebagai sarana integrasi dan adaptasi
Dengan bahasa, orang dapat menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan. Misalnya:
integritas kerja dalam sebuah institusi, integritas karyawan dalam sebuah departemen, integritas
keluarga, integritas kerja sama dalam bidang bisnis, integritas berbangsa dan bernegara.

c. Bahasa sebagai sarana kontrol sosial


Bahasa sebagai kontrol sosial berfungsi untuk mengendalikan komunikasi agar orang yang
terlibat dalam komunikasi dapat saling memahami. Setiap orang mengamati ucapan, perilaku,
dan simbol-simbol lain yang menunjukan arah komunikasi. Bahasa kontrol ini dapat diwujudkan
dalam bentuk aturan, anggaran dasar, undang-undang dan lain-lain.

d. Bahasa sebagai sarana memahami diri


Dalam membangun karakter, seseorang harus dapat memahami dan mengidentifikasi kondisi
dirinya terlebih dahulu. Ia harus dapat menyebutkan potensi dirinya, kelemahan dirinya,
kekuatan dirinya, bakat, kecerdasan, kemampuan intelektualnya, kemauannya, tempramennya,
dan sebagainya. Pemahaman ini mencakup kemampuan fisik, emosi, inteligensi, kecerdasan,
psikis, karakternya, psikososial, dan lain-lain. Dari pemahaman yang cermat atas dirinya,
seseorang akan mampu membangun karakternya dan mengorbitkan-nya ke arah pengembangan
potensi dan kemampuannya menciptakan suatu kreativitas baru.

e. Bahasa sebagai sarana ekspresi diri


Bahasa sebagai ekspresi diri dapat dilakukan dari tingkat yang paling sederhana sampai yang
paling kompleks atau tingkat kesulitan yang sangat tinggi. Pada fungsi ini, bahasa dapat
membantu kita untuk dapat menunjukkan sudut pandang, pemahaman mengenai suatu hal,
bahkan sifat kita. Ekspresi sederhana, misalnya, untuk menyatakan cinta (saya akan senatiasa
setia, bangga dan prihatin kepadamu), lapar (sudah saatnya kita makan siang).

Indonesian
f. Bahasa sebagai sarana memahami orang lain
Untuk menjamin efektifitas komunikasi, seseorang perlu memahami orang lain, seperti
dalam memahami dirinya. Dengan pemahaman terhadap seseorang, pemakaian bahasa dapat
mengenali berbagai hal mencakup kondisi pribadinya: potensi biologis, intelektual, emosional,
kecerdasan, karakter, paradigma, yang melandasi pemikirannya, tipologi dasar tempramennya
(sanguines, melankolis, kholeris, flagmatis), bakatnya, kemampuan kreativitasnya, kemampuan
inovasinya, motivasi pengembangan dirinya, dan lain – lain.

g. Bahasa sebagai sarana mengamati lingkungan sekitar


Bahasa sebagai alat untuk mengamati masalah tersebut harus diupayakan kepastian konsep,
kepastian makna, dan kepastian proses berpikir sehingga dapat mengekspresikan hasil
pengamatan tersebut secara pasti. Misalnya, apa yang melatarbelakangi pengamatan, bagaimana
pemecahan masalahnya, mengidentifikasi objek yang diamati, menjelaskan bagaimana cara
(metode) mengamati, apa tujuan mengamati, bagaimana hasil pengamatan, dan apa kesimpulan.

h. Bahasa sebagai sarana berpikir logis


Bahasa sebagai alat komunikasi verbal digunakan dalam proses berpikir ilmiah. Bahasa
merupakan alat berpikir untuk menyampaikan jalan pikiran kepada orang lain, baik itu pikiran
yang berlandaskan logika induktif maupun deduktif. Melalui proses berpikir logis, seseorang
dapat menentukan tindakan tepat yang harus dilakukan. Proses berpikir logis merupakan hal
yang abstrak. Untuk itu, diperlukan bahasa yang efektif, sistematis, dengan ketepatan makna
sehingga mampu melambangkan konsep yang abstrak tersebut menjadi konkret.

i. Bahasa membangun kecerdasan


Kecerdasan berbahasa terkait dengan kemampuan menggunakan sistem dan fungsi bahasa
dalam mengolah kata, kalimat, paragraf, wacana argumentasi, narasi, persuasi, deskripsi, analisis
atau pemaparan, dan kemampuan mengunakan ragam bahasa secara tepat sehingga
menghasilkan kreativitas yang baru dalam berbagai bentuk dan fungsi kebahasaan.

Indonesian
j. Bahasa mengembangkan kecerdasan ganda
Selain kecerdasan berbahasa, seseorang dimungkinkan memiliki beberapa kecerdasan
sekaligus. Kecerdasan-kecerdasan tersebut dapat berkembang secara bersamaan. Selain memiliki
kecerdasan berbahasa, orang yang tekun dan mendalami bidang studinya secara serius
dimungkinkan memiliki kecerdasan yang produktif. Misalnya, seorang ahli program yang
mendalami bahasa, ia dapat membuat kamus elektronik, atau membuat mesin penerjemah yang
lebih akurat dibandingkan yang sudah ada.

k. Bahasa membangun karakter


Kecerdasan berbahasa memungkinkan seseorang dapat mengembangkan karakternya lebih
baik. Dengan kecerdasan bahasanya, seseorang dapat mengidentifikasi kemampuan diri dan
potensi diri. Pada tingkat yang lebih kompleks, misalnya: membuat proposal yang menyatakan
dirinya akan menbuat suatu proyek serta kemampuan untuk menulis suatu laporan.

l. Bahasa mengembangkan profesi


Proses pengembangan profesi diawali dengan pembelajaran dilanjutkan dengan
pengembangan diri (kecerdasan) yang tidak diperoleh selama proses pembelajaran, tetapi
bertumpu pada pengalaman barunya. Proses berlanjut menuju pendakian puncak karier/profesi.
Puncak pendakian karier tidak akan tercapai tanpa komunikasi atau interaksi dengan mitra,
pesaing, dan sumber pegangan ilmunya. Untuk itu semua kaum profesional memerlukan
ketajaman, kecermatan, dan keefektifan dalam berbahasa sehingga mempu menciptakan
kreatifitas baru dalam profesinya.

m. Bahasa sarana menciptakan kreatifitas baru


Bahasa sebagai sarana berekspresi dan komunikasi berkembang menjadi suatu pemikiran
yang logis dimungkinkan untuk mengembangkan segala potensinya. Perkembangan itu sejalan
dengan potensi akademik yang dikembangkannya yang kemudian berkembang menjadi suatu
bakat intelektual melalui pendidikan. Bakat alam dan bakat intelektual ini dapat berkembang
spontan menghasilkan suatu kretivitas yang baru.

Indonesian
3. Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik
yang dibicarakan, serta menurut hubungan pembicara, lawan bicara, orang yang dibicarakan,
serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990).

a. Ragam baku lisan dan tulisan


Dilihat dari sarananya, ragam bahasa dibagi atas ragam lisan dan ragam tulis. Ragam lisan
menghendaki adanya orang kedua atau teman berbicara yang berada di depan pembicara,
sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman bicara. Di dalam ragam lisan, ada
unsur-unsur fungsi gramatikal seperti subjek dan objek tidak selalu ditanyakan karena bahasa
yang digunakan dapat melalui gerak, mimik, pandangan anggukan dan informasi.

Contoh :
“Mas, lato-latonya berapa?”
“Dua Puluh”
“bisa kurang?”
“lima belas saja dik”

Ragam tulis perlu lebih terang dan lebih lengkap dari ragam lisan. Kelengkapan ragam tulis
menghendaki orang yang diajak bicara mengerti isi tulisan itu.
Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu. Apa yang dibicarakan
secara lisan di dalam sebuah ruang kuliah hanya akan berarti pada saat itu saja. Di samping itu,
ragam tulis tidak terikat oleh situasi, kondisi, ruang, dan waktu. Suatu tulisan yang ditulis oleh
penulis di Amerika dapat dipahami oleh orang Inggris. Contoh lain, dalam suatu kondisi ada
bapak bertanya kepada anaknya “dia kenapa, Nak?” “tahu, Pak. Miring kali.” Tentu jika kita
tidak ada dalam kondisi tersebut kita tidak akan mengerti maksud ragam tersebut.
Dalam beberapa kesempatan, baik ragam lisan maupun ragam tulis perlu memerhatikan
aturan-aturan baku dalam berbahasa. Sebagai contoh, dalam kesempatan yang formal seperti
presentasi ilmiah, penutur perlu menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa

Indonesian
Indonesia. Inilah yang disebut dengan ragam bahasa baku. Adapun ragam bahasa yang tidak
baku sering kita jumpai pada bahasa sehari-hari.
Ragam bahasa tulis adalah wujud bahasa yang dituangkan dalam media tulis. Unsur utama
dari ragam tulis adalah huruf dan ejaan. Ragam ini tidak terikat ruang dan waktu sehingga
diperlukan gramatikal yang sempurna agar penuturan tidak terjadi kesalahpahaman.

b. Ragam Sosial dan Fungsional


Ragam sosial merupakan ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas
kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. Tidak jarang
pula dihubungkan dengan tinggi rendahnya status kemasyarakatan lingkungan sosial yang
bersangkutan.
Ragam profesional adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan lembaga atau profesi. Dalam
kenyataanya, ragam ini menjelma sebagai bahasa negara dan bahasa teknis keprofesionalan
seperti dalam ligkungan keilmuan, kedokteran dan kegaamaan.

c. Ragam Bahasa Berdasarkan Media


Berdasarkan media yang digunakan, ragam bahasa dibedakan atas ragam bahasa lisan dan
ragam bahasa tulis. Ragam bahasa lisan ditandai dengan penggunaan tata bahasa dalam
pembentukan kata dan penyusunan kalimat. Ragam bahasa lisan terdiri atas ragam bahasa lisan
baku dan ragam bahasa lisan tidak baku.
Ragam bahasa tulis ditandai dengan kercermatan menggunakan ejaan dan tanda baca,
kosakata, penggunaan tata bahasa dalam pembentukan kata, penyusunan kalimat, paragraf dan
wacana.

Contoh:
1) Ragam bahasa tulis
Ragam ini menekankan penggunaan ragam bahasa baku, ejaan yang baku, kosakata yang
baku, bentuk kata berimbuhan, dan kalimat yang lengkap secara gramatikal.
• Istri Pak Gubernur membina UMKM memproduksi masker yang terbuat dari kain.
• Lita sedang memberi makan kucing oranye

Indonesian
2) Ragam bahasa lisan
Kosakata lebih menekankan pilihan kata yang tidak baku dan bentuk kata bahasa lisan
cenderung tidak menggunakan imbuhan (awalan,akhiran).
• Bini Pak Gubernur bina UMKM bikin masker kain
• Lita beri makan kucing oren

d. Ragam Bahasa Berdasarkan Waktu


Berdasarkan waktu, terdapat ragam bahasa lama dan ragam bahasa baru (modern). Ragam
bahasa lama lazim digunakan dalam penulisan naskah-naskah lama (kuno). Ragam ini perlu
dipahami oleh setiap orang yang bermaksud mengkaji peristiwa-peristiwa masa lalu, misalnya
waktu sebelum kemerdekaan menggunakan bahasa melayu untuk sistem perdagangan. Ragam
bahasa baru (modern) ditandai dengan penggunaan kata-kata baru, Ejaan Yang Disempurnakan,
dan mengekspresikan ilmu pengetahuan dan teknologi modern misalnya, seperti internet,
jaringan dan satelit.

e. Ragam Bahasa Berdasarkan Pesan Komunikasi


Ragam bahasa berdasarkan pesan komunikasi dibagi ke dalam lima bagian, yaitu ragam
bahasa ilmiah, ragam bahasa pidato, ragam bahasa sastra, ragam bahasa tulis resmi, ragam
bahasa sastra dan ragam bahasa berita.

f. Ragam Bahasa Ilmiah


Ragam bahasa ilmiah adalah sarana verbal yang efektif, efisien, baik dan benar. Ragam ini
lazim digunakan untuk komunikasi antara proses kegiatan dan hasil penalaran ilmiah. Biasanya
digunakan dalam penulisan; proposal, laporan, kegiatan ilmiah dan sebagainya. Ciri ragam
bahasa ilmiah:
1) Struktur kalimat jelas dan lugas
2) Struktur wacana bersifat formal
3) Singkat
4) Cermat dan konsisten

Indonesian
5) Menggunakan istilah khusus
6) Objektif
7) Konsisten

Ragam bahasa ilmiah digunakan dalam kajian ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
yang terkait dengan penulisan upaya pencarian, penemuan, pengolahan, dokumentasi, analisis,
atau publikasi dalam bentuk yang berbeda-beda dapat disesuaikan sesuai kebutuhannya.

g. Ragam Bahasa Pidato


Ragam bahasa pidato dipengaruhi oleh tujuan, situasi dan pendekatan isi pidato. Pidato
resmi menyajikan materi yang bersifat mulia dan kebenaran yang bersifat universal. Ragam
bahasa pidato dibagi ke dalam dua jenis, yaitu ragam bahasa pidato ilmiah dan resmi.
Ragam pidato ilmiah terdiri dari beberapa jenis antara lain; presentasi makalah ilmiah,
skripsi. Penulisan makalah ilmiah dilanjutkan dengan presentasi, diskusi dan tanya jawab.
Sedangkan penulisan skripsi dilanjutkan dengan presentasi, pertanyaan dan penentuan kelulusan.
Untuk mendapatkan hasil optimal, presenter ilmiah harus memerhatikan etika ilmiah, ketentuan
lembaga, kemampuan personal kemampuan teknis dan keunggulan perilaku.
Ragam pidato resmi, dapat dikatakan resmi karena terdapat berbagai pengertian. Resmi
karena situasinya seperti pidato kenegaraan oleh pejabat negara. Resmi karena kemuliaan isi dan
situasinya seperti khotbah agama. Resmi karena informasi dan kekhidmatan situasi dalam suatu
upacara seperti upacara pernikahan. Resmi karena isi atau materi mengandung kebenaran
universal dan disampaikan oleh suatu negara.

h. Ragam Bahasa Tulis Resmi


Ragam bahasa tulis resmi ditandai oleh penyajian materi / pesan yang bersifat mulia dan
kebenarannya bersifat universal. Penggunaan fungsi-fungsi gramatikal secara ekspilisit dan
konsisten, penggunaan bentuk lengkap, penggunanan imbuhan secara ekspilisit dan konsisten,
penggunaan kata ganti resmi, penggunaan pola frase baku, penggunaan ejaan yang baku, tidak
menggunakan unsur tidak baku.

Indonesian
i. Ragam Bahasa Sastra
Ragam ini mengutamakan unsur-unsur keindahan seni, penulis cenderung menekankan gaya
pengungkapan simbolik dengan memadukan unsur instrinsik dan ekstrinsik. Namun, ragam ini
sering digunakan juga dalam iklan promosi produk komersial. Ragam sastra yang menyenangkan
bagi pembacanya tanpa mendorong pembaca untuk membeli suatu produk, sedang iklan bersifat
persuasif agar pembaca membeli produk.

j. Ragam Bahasa Berita


Ragam bahasa berita bersifat lazim digunakan dalam pemberitaan seperti media
elektronik, media cetak dan jurnal. Bahasa berita menyajikan fakta secara utuh dan obejektif.
Untuk itu harus memerhatikan beberapa hal; tidak menambah atau mengurangi fakta, tidak
mengubah fakta berdasarkan pendapat penyaji, tidak menambahkan tambahan pribadi, tidak
memihak siapa pun, tidak menggunakan perasaan suka/tidak suka.

Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar


Penentuan atau kriteria Bahasa Indonesia yang baik dan benar itu tidak jauh berbeda dari
apa yang kita katakan sebagai bahasa baku. Kebakuan suatu kata sudah menunjukkan masalah
“benar” suatu kata itu. Walaupun demikian, masalah “baik” tentu tidak sampai pada sifat
kebakuan suatu kalimat, tetapi sifat efektifnya suatu kalimat dalam penggunaannya sesuai
dengan ragam bahasa, laras bahasa, dan variasi bahasa.
Penentuan atau kriteria bahasa Indonesia yang baik dan benar itu tidak jauh berbeda dari
apa yang kita katakan sebagai bahasa baku. Kebakuan suatu kata sudah menunjukkan masalah
“benar” suatu kata itu. Walaupun demikian, masalah “baik” tentu tidak sampai pada sifat
kebakuan suatu kalimat, tetapi sifat efektifnya suatu kalimat dalam penggunaannya sesuai
dengan ragam bahasa, laras bahasa, dan variasi bahasa.

Indonesian
4. Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu yang dikukuhkan pada tanggal 28 Oktober
1928 (peristiwa Sumpah Pemuda). Jika dilihat berdasarkan rentang waktu, maka dapat dikatakan
bahwa bahasa Indonesia lebih dulu muncul (1928) dibandingkan Indonesia merdeka (1945).
Mengapa demikian? Silakan berikan pendapat Anda!
Kesepakatan pemuda Indonesia menjadikan bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia
disebabkan empat faktor:
a. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan, dan
bahasa perdagangan.
b. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa ini tidak dikenal
tingkatan bahasa seperti dalam bahasa Jawa (ngoko, kromo) atau perbedaan bahasa kasar
dan halus, seperti dalam bahasa Sunda (kasar, lemes).
c. Suku Jawa, suku Sunda, dan suku-suku yang lain dengan sukarela menerima bahasa Melayu
menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
d. Melayu dapat dijadikan salah satu kebudayaan di Indonesia (dalam arti luas)
Berikan pendapat Anda tentang keempat faktor tersebut!

Berdasarkan alasan ini, maka dikukuhkanlah bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia
yang dicantumkan dalam tiga sumpah yang disebut Sumpah Pemuda.

SUMPAH PEMUDA
Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Perjalanan bahasa Indonesia tidak sampai disitu saja. Bangsa Indonesia tentu ingin memiliki
bahasa sendiri yang menandai identitas nasional. Meskipun sama-sama berakar dari bahasa
Melayu, bahasa Indonesia tidak mau disamakan dengan bahasa Melayu lainnya (seperti bahasa
Melayu Malaysia, Brunai Darussalam, dan negara Asen lainnya). Dengan alasan ini, terjadilah
peristiwa-peristiwa penting yang menandai perkembangan bahasa Indonesia.

Indonesian
PERISTIWA PERISTIWA PENTING YANG MENANDAI
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

Tahun-tahun penting yang mengandung arti sangat menentukan dalam sejarah


perkembangan bahasa Indonesia dapat diperinci sebagai berikut.
a. Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan saat-saat yang paling menentukan dalam
perkembangan bahasa Indonesia karena pada hari itu diikrarkan Sumpah pemuda.
b. Pada tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres I Bahasa Indonesia di Solo.
Putusannya adalah bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan
oleh cendikiawan dan budayawan kita.
c. Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang salah
satu pasalnya (pasal 36) menerapkan bahwa bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa
negara.
d. Kongres II Bahasa Indonesia di Medan pada tanggal 28 Oktober-2 November 1954
memutuskan bahwa bangsa Indonesia bertekad untuk terus menerus menyempurnakan
bahasa Indonesia.
e. Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan penggunaan ejaan
bahasa Indonesia yang disempurnakan yang dikuatkan pula dengan putusan presiden No. 57,
tahun 1972. EYD tersebut merupakan pengganti Ejaan Soewandi (Ejaan Republik, 19 Maret
1947).
f. Kongres III Bahasa Indonesia yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober-2
November 1978 memutuskan untuk terus berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi
bahasa Indonesia. Sejak itu, secara konsisten setiap lima tahun sekali diadakan kongres
bahasa Indonesia, yaitu Kongres IV tahun 1993, Kongrees VII tahun 1998, Kongres VIII
tahun 2003, dan Kongres IX tahun 2008.
g. Kongres IX Bahasa Indonesia diadakan di Jakarta, tanggal 20 Oktober-1 November 2008.
Kongres-kongres tersebut bermuatan tekad yang makin menetapkan kemajuan dan posisi
bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi nasional dan bahasa ilmu.

Indonesian
5. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa
persatuan. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi:
a. Fungsi pertama dalam kedudukannya sebagai lambang kebanggaan nasional. Kebanggaan
nasional adalah “sikap kejiwaan yang terwujud, tampak pada sikap menghargai warisan,
hasil karya, dan semua hal lain yang menjadi milik bangsa sendiri”. Sebagai lambang
kebanggaan nasional, bahasa Indonesia tentulah akan mencerminkan nilai-nilai sosial
budaya yang dapat mendasari rasa kebanggaan warga Indonesia. Rasa kebanggaan tidak
mudah dibina dalam masyarakat yang sudah tercemar oleh pengaruh budaya asing.
Keinginan yang timbul dari lubuk hati yang dalam untuk melestarikan bahasa nasional
merupakan wujud kebanggaan bahasa nasional, dengan rasa kebanggaan yang tercermin
dalam diri menjadikan bahasa Indonesia akan tetap dipakai dalam semangat kebangsaan.

b. Fungsi kedua dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional bahwa bahasa Indonesia
menjadi lambang identitas nasional. Lambang identitas yang lainya adalah bendera merah
putih. Jika bendera kita dilecehkan dan diinjak-injak, tentu kita akan marah dan merasa
harga diri bangsa terkoyak-koyak. Begitupula dengan bahasa Indonesia sebagai lambang
identitas nasional. Rasa ketersinggungan tersebut menunjukkan bahwa telah memiliki sikap
positif terhadap bahasa nasional tersebut.

c. Fungsi bahasa yang ketiga dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional adalah menjadi
alat pemersatu berbagai masyarakat. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat yang
memungkinkan terwujudnya penyatuan berbagai suku bangsa yang memiliki latar belakang
sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat.
Bahwa bahasa Indonesia menjadi alat yang memungkinkan berbagai suku bangsa mencapai
keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu tanpa perlu meninggalkan identitas kesukuan
dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang
bersangkutan.

Indonesian
d. Fungsi keempat dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahwa bahasa Indonesia
berfungsi sebagai alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah. Bagaimana
seandainya berbagai suku bangsa yang ada di nusantara ini tidak mempunyai bahasa
Indonesia yang menjembatani keberagaman bahasa ibu. Dalam hal ini dapat kita katakan
bahwa bahasa Indonesia menjadi jembatan budaya di antara suku-suku bangsa dengan latar
belakang kebangsaan yang berbeda-beda.

Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi:


a. Bahasa Resmi Kenegaraan
Dalam fungsinya sebagai bahasa resmi kenegaraa.. Bahasa Indonesia yang berfungsi sebgai
bahasa resmi kenegaraan dipakai dalam berbagai upacara kenegaraan, peristiwa dan kegiatan
kenegaraan lainnya, baik secara tertulis maupun lisan.

b. Bahasa Pengantar di dalam dunia pendidikan


Fungsi bahasa Indonesia sebagai pengantar dalam dunia pendidikan, bahwa bahasa
Indonesia dipakai dalam lembaga-lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak hingga
perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia dipakai secara terus menerus
dalam proses pembelajaran.

c. Bahasa Perhubungan Tingkat Nasional untuk Perencanaan dan Pelaksanaan


Pembangunan Nasional dan Kepentingan Pemerintahan Pembangunan
Bahasa Indonesia yang salah satu fungsinya sebagai bahasa pengantar dalam dunia
pendidikan sangat berhubungan erat dengan fungsinya sebagai alat perhubungan pada tingkat
nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan program-program pemerintah dan
penyelenggaraan pemerintahan. Dalam fungsi tersebut, tidak hanya menyangkut kegiatan
komunikasi yang timbal balik antara pemerintah dan warga masyarakat, tetapi berhubungan
dengan kegiatan komunikasi antardaerah, antarsuku, dan antaretnik. Dengan demikian, bahasa
Indonesia yang dalam fungsinya sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional akan lebih
mudah mengatasi kesenjangan komunikasi. Dengan demikian, bahasa Indonesia akan semakin
meluas penyebaran dan pemakaiannya.

Indonesian
d. Bahasa Pengembang Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Modern
Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara salah satunya adalah sebagai alat
pengembang kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Dalam hal ini bahwa bahasa
Indonesia merupakan salah satu alat yang memungkinkan membina dan mengembangkan
kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga memiliki ciri dan jati diri yang dapat
membedakan dari kebudayaan daerah. Bahasa Indonesia menjadi tonggak utama kebudayaan
nasional, dengan menggunakan dan mengembangkan bahasa dapat mengembangkan nilai-nilai
sosial budaya Indonesia.

Indonesian
KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan beberap hal berikut:


1. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh suatu masyarakat
untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.
2. Bahasa memiliki beberapa fungsi, diantaranya:
a. Bahasa sebagai sarana komunikasi
b. Bahasa sebagai sarana integrasi dan adaptasi
c. Bahasa sebagai sarana kontrol sosial
d. Bahasa sebagai sarana memahami diri
e. Bahasa sebagai sarana ekspresi diri
f. Bahasa sebagai sarana memahami orang lain
g. Bahasa sebagai sarana mengamati lingkungan sekitar
h. Bahasa sebagai sarana berpikir logis
i. Bahasa membangun kecerdasan
j. Bahasa mengembangkan kecerdasan ganda
k. Bahasa membangun karakter
l. Bahasa Mengembangkan profesi
m. Bahasa sarana menciptakan kreatifitas baru
3. Ragam Bahasa adalah variasi menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang
dibicarakan, serta menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan,
serta menurut medium pembicara.
4. Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada didepan
pembicara, sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman bicara.
5. Ragam sosial yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas
kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat.
6. Ragam profesional adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan lembaga atau profesi.
7. Berdasarkan waktu terdapat ragam bahasa lama dan ragam bahasa baru (modern). Ragam
bahasa lama lazim digunakan dalam penulisan naskah-naskah lama (kuno). Sementara

Indonesian
ragam bahasa baru (modern) ditandai dengan penggunaan kata-kata baru, Ejaan Yang
Disempurnakan, dan mengekspresikan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
8. Ragam bahasa ilmiah digunakan untuk komunikasi antara proses kegiatan dan hasil
penalaran ilmiah.
9. Ragam bahasa pidato dipengaruhi oleh tujuan, situasi dan pendekatan isi pidato.
10. Ragam bahasa sastra mengutamakan unsur-unsur keindahan seni, penulis cenderung
menekankan gaya pengungkapan simbolik dengan memadukan unsur instrinsik dan
ekstrinsik.
11. Ragam Bahasa berita menyajikan fakta secara utuh dan objektif.
12. Bahasa Indonesia harus digunakan dengan baik dan benar.
13. Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai Bahasa nasional, Bahasa negara, dan Bahasa
persatuan.
14. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi:
a. sebagai lambang kebanggaan nasional.
b. sebagai lambang identitas nasional.
c. sebagai alat yang memungkinkan terwujudnya penyatuan berbagai suku bangsa
d. sebagai alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah.
15. Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi:
a. bahasa resmi kenegaraan
b. bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan
c. bahasa perhubungan tingkat nasional
d. bahasa pengembang kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi modern

Indonesian
DAFTAR PUSTAKA

Achmad HP dan Alex, M.Pd.. (2016). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Erlangga.

Arifin, E.Z. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Akademika Presindo.

Hs., Widjono. 2008. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di


Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.

Suhertuti, dkk. 2011. Bahasa Indonesia sebagai Sarana Komunikasi Ilmiah.


Bogor: Irham Publishing.

Suyatno, dkk. (2017). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Membangun


Karakter Mahasiswa melalui Bahasa). Bogor: In Media.

Indonesian
LECTURE NOTES

Indonesian

Minggu ke – 2

Ejaan Bahasa Indonesia yang


Disempurnakan Edisi Kelima
(EYD V)
LEARNING OUTCOMES

Setelah mempelajari materi ini, pemelajar diharapkan dapat:


LO 1 : Mengidentifikasi kesalahan ejaan dalam kalimat dan paragraf
LO 2 : Menyusun karya ilmiah

OUTLINE MATERI

1. Pengertian Ejaan dan Sejarah Perkembangannya

2. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Edisi Kelima

a. Huruf Kapital dan Pengecualiannya

b. Huruf miring

c. Angka dan bilangan

d. Kata majemuk

e. Kata bentuk terikat

f. Tanda baca

Indonesian
PENGERTIAN EJAAN DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA

Ejaan memiliki peranan sentral dalam penggunaan bahasa, khususnya ragam bahasa tulis.
Kamus Besar Bahasa Indonesia V mendefinisikan ejaan sebagai “kaidah cara menggambarkan
bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan
tanda baca”. Pengabaian penggunaan ejaan dapat menimbulkan kesalahpahaman, kebingungan,
dan ketidakjelasan maksud kalimat bagi pembaca. Sudah semestinya, ejaan dipergunakan dalam
ragam bahasa tulis, baik dalam keseharian maupun dalam situasi resmi. Tujuannya, supaya
penggunaan ejaan yang baik dan benar ini menjadi sebuah kebiasaan dan tidak lagi menimbulkan
kesulitan bagi para pengguna ragam tulis.
Bahasa Indonesia lahir pada tahun 1928, yakni pada momen Sumpah Pemuda. Dalam
perjalanannya, terdapat beberapa ejaan yang pernah diberlakukan. Perhatikan bagan berikut ini.

Bagan 1. Sejarah ejaan yang pernah berlaku dalam bahasa Indonesia

Saat bahasa Indonesia diresmikan sebagai bahasa nasional pada tahun 1928, ejaan yang
berlaku pada saat itu adalah Ejaan Van Ophuijsen (EVO). Ejaan ini dikenalkan pertama kali oleh
Mr. Ophuijsen dari Belanda pada tahun 1901. Alasan digunakannya EVO ini adalah untuk

Indonesian
memudahkan orang Belanda menuliskan kosakata bahasa Melayu (kemudian disebut bahasa
Indonesia sejak tahun 1928) menggunakan huruf Latin sesuai dengan konsep penulisan dalam
bahasa Belanda. Ejaan ini berlaku sampai tahun 1947 atau kurang lebih berlaku selama 46 tahun.
Jadi, tidak mengherankan jika teks Sumpah Pemuda dan Teks Proklamasi masih menggunakan
Ejaan Van Ophuijsen ini.
Pada tahun 1946, Mr. Seowandi selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada waktu itu
(Sriyanto, 2015) merilis Ejaan Republik atau dikenal juga dengan nama Ejaan Seowandi sebagai
bentuk perbaikan dan penyesuaian EVO dengan bahasa Indonesia pada waktu itu. Ejaan ini
disebut Ejaan Republik karena Indonesia telah menyatakan kemerdekaannya dan bentuk
negaranya, republik. Sementara itu, penyebutan “Ejaan Seowandi” itu disebabkan oleh nama
Mendikbud dan orang yang meresmikan penggunaan ejaan ini adalah Mr. Seowandi.
Sebenarnya, setelah Ejaan Seowandi, terdapat dua ejaan yang pernah diusulkan untuk
diberlakukan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Melayu, khususnya bahasa Melayu di
Malaysia, tetapi kedua ejaan tersebut tidak pernah mencapai kata sepakat untuk diberlakukan di
dua negara tersebut. Kedua ejaan yang dimaksud adalah Ejaan Pembaruan (1954) dan Ejaan
Melindo/Melayu-Indonesia (1959). Akibatnya, Ejaan Republik atau Ejaan Seowandi ini berlaku
selama 26 tahun. Kemudian, Ejaan Republik digantikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan
pada tahun 1972. Adapun perbedaan di antara ketiga ejaan tersebut dapat dilihat dalam contoh
penulisan kata-kata dalam tabel berikut ini.

Tabel 1. Perbedaan EVO, Ejaan Republik, dan EYD

Ejaan Van Ophuijsen Ejaan Republik Ejaan Yang Disempurnakan


(1901) (1946) (1972)
djoedjoer djudjur jujur
setoedju setudju setuju
Penjelasan:
Penulisan bunyi [u] dalam EVO masih menggunakan gabungan huruf kola [oe] sebagaimana
kaidah bahasa dalam bahasa Belanda, sedangkan dalam Ejaan Republik sudah ditulis dengan
lambang huruf [u] walaupun untuk penulisan huruf konsonannya masih sama seperti dalam

Indonesian
EVO. Kemudian, penulisan konsonan [dj] pada Ejaan Republik ini diubah dalam EYD dengan
lambang [j] saja.

tjinta tjinta cinta


batja batja baca
Penjelasan:
Untuk bunyi [c], EVO dan Ejaan Republik masih menggunakan lambang bunyi [tj], sedangkan
dalam EYD sudah ditulis dengan [c].

jakin jakin yakin


buaja buaja buaya
Penjelasan:
Penulisan lambang bunyi [y] dalam EVO dan Ejaan Republik masih menggunakan lambang [j],
lalu diperbaiki dalam EYD dengan menggunakan lambang [y].

njanji njanji nyanyi


banjak banjak banyak
Penjelasan:
Untuk bunyi kluster [ny], EVO dan Ejaan Republik masih menggunakan lambang bunyi [nj],
tetapi EYD memperbaikinya dengan menggunakan lambang [ny].

chawatir chawatir khawatir


achir achir akhir
Penjelasan:
Untuk bunyi kluster [kh], EVO dan Ejaan Republik masih menggunakan lambang bunyi [ch],
tetapi EYD memperbaikinya dengan menggunakan lambang [kh].

masjarakat masjarakat masyarakat


sjarat sjarat syarat
Penjelasan:

Indonesian
Untuk bunyi kluster [sy], EVO dan Ejaan Republik masih menggunakan lambang bunyi [sj],
tetapi EYD memperbaikinya dengan menggunakan lambang [sy].

do’a doa doa


Jum’at Jumat Jumat
Penjelasan:
Untuk penyerapan kosakata dari bahasa Arab atau bahasa asing lainnya, EVO masih
menggunakan tanda apostrof untuk menekankan pelafalan yang benar pada kata tersebut, tetapi
Ejaan Republik dan EYD sudah menghilangkan penggunaan tanda apostrof tersebut.

poera2 pura2 pura-pura


koepoe2 kupu2 kupu-kupu
Penjelasan:
Untuk penulisan kata , EVO dan Ejaan Republik masih menggunakan lambang bunyi [ch], tetapi
EYD memperbaikinya dengan menggunakan lambang [kh].

Lamanya masa berlaku EVO dan Ejaan Republik ini membawa dampak yang cukup
signifikan terhadap perkembangan bahasa Indonesia di masa kini. Contohnya, sebagian
masyarakat Indonesia masih membawa aturan EVO dan Ejaan Republik ke dalam penulisan kata
bahasa Indonesia di masa kini, misalnya penulisan kata anak-anak yang ditulis dengan anak2,
penulisans kata Jumat yang ditulis dengan Jum’at, dan penulisan kata doa ditulis do’a. Oleh
karena itu, salah satu cara untuk meminimalisasi terjadinya kebingungan dan kesalahan
penggunaan ejaan dalam bahasa Indonesia adalah dengan menerapkan aturan ejaan yang benar
sesuai dengan ejaan yang berlaku saat ini.
Keberlakuan EYD dalam bahasa Indonesia cukup bertahan lama, yakni sekitar 43 tahun.
Setelah masa berlaku yang lama itu, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa di bawah
naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merilis ejaan pembaruan bahasa Indonesia
yang disebut dengan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI). Ejaan ini diatur berdasarkan Peraturan

Indonesian
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015. Hal yang
membedakan EBI dengan EYD di antaranya yaitu sebagai berikut.
3. Diberlakukannya tiga varian bunyi /e/, khususnya di kamus, misalnya kata kecap dilafalkan
[kécap], militer dilafalkan [militèr], dan kecap dilafalkan [kêcap].
4. Huruf konsonan /q/ dan /x/ hanya digunakan untuk nama diri dan keperluan dalam ilmu
pengetahuan.
5. Adanya penambahan diftong yaitu diftong ei untuk kata survei dan geiser.
6. Pada huruf kapital aturan penggunaan lebih diringkas (pada PUEYD terdapat 16 aturan
sedangkan pada PUEBI terdapat 13 aturan) dengan disertai catatan.
7. Pada huruf tebal terdapat pengurangan aturan sehingga hanya dua aturan, yaitu menegaskan
bagian tulisan yang sudah ditulis miring dan menegaskan bagian karangan seperti judul
buku, bab, atau subbab.

Terakhir, pada tahun 2022, pemerintah kembali merilis pedoman umum ejaan bahasa
Indonesia yang kembali dinamai dengan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) atau disebut juga
dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Edisi Kelima (EYD V). Ejaan inilah yang
akan dipelajari lebih lanjut dalam pembahasan materi ejaan, mata kuliah Bahasa Indonesia.
Untuk memudahkan akses, kini pemerintah menyediakan akses EYD V dalam bentuk aplikasi
dan web dengan alamat https://ejaan.kemdikbud.go.id/.

Indonesian
EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN
EDISI KELIMA

A. Aturan Penggunaan Huruf Kapital dan Pengecualiannya


Terdapat 23 aturan mengenai penggunaan huruf kapital dan pengecualian-
pengecualiannya dalam EYD V ini, berbeda dengan EBI yang hanya memuat 13 aturan
termasuk pengecualian-pengecualiannya. Namun demikian, jika diperhatikan dengan
cermat, sebenarnya isinya sama dengan EBI. Untuk memudahkan pengaplikasian huruf
kapital dalam ragam tulis bahasa Indonesia, berikut adalah pengklasifikasiannya.

Penggunaan
Huruf Kapital

di awal kalimat nama singkatan

Bagan 2. Pengklasifikasian penggunaan huruf kapital

Perhatikan pembahasan berikut ini untuk memahami maksud dari ketiga klasifikasi
tersebut.
1. Huruf kapital selalu digunakan di awal kalimat, baik kalimat pernyataan, kalimat
pernyataan, kalimat imperatif, maupun kalimat langsung. Lihatlah contohnya dalam tabel
berikut ini.
Tabel 2. Contoh penggunaan huruf kapital di awal kalimat
Jenis Kalimat Contoh kalimat
Kalimat pernyataan Salah satu fungsi bahasa Indonesia adalah sebagai lambang
identitas orang Indonesia.
Kalimat pertanyaan Apakah bahasa Indonesia wajib digunakan di lingkungan
pendidikan?
Kalimat imperatif Tolong buang sampah ini ke tempatnya!
Kalimat langsung Bapak berpesan, “Nak, jaga diri baik-baik ya, jangan suka pulang
malam-malam.”

Indonesian
2. Huruf kapital selalu digunakan untuk sesuatu yang bersifat nama, kecuali nama jenis dan
kata-kata tertentu yang diikuti nama. Perhatikan contoh-contoh dan pengecualiannya
dalam tabel berikut ini.
Tabel 3. Contoh penggunaan huruf kapital pada nama
Contoh Kalimat Penjelasan
1) Ada yang mengatakan Ki Hadjar Huruf kapital digunakan untuk
Dewandara1, Bapak Pendidikan2 menuliskan nama orang1, nama
Indonesia, mengusungkan konsep julukan2, dan nama negara3.
pendidikan yang sama dengan
pendidikan yang dijalankan di Finlandia3
saat ini.
2) Merujuk laman Ruang Guru (2022), Huruf kapital digunakan untuk
hukum Archimedes1 menjelaskan menuliskan nama hukum1, teori, dan
hubungan antara gaya berat dan gaya ke rumus.
atas (gaya apung) pada suatu benda jika
dimasukkan ke dalam fluida.
3) Sudah menjadi rahasia umum bahwa Huruf kapital digunakan untuk
umat Islam1 memegang Alquran2 sebagai menuliskan nama agama, kitab, nama
pedoman hidupnya dan Allah Swt. Tuhan dan sifat-sifatnya, serta kata
sebagai Tuhannya3. ‘Tuhan’ itu sendiri.
4) Hari itu, Presiden1 Joko Widodo bertemu Huruf kapital digunakan untuk
dengan Raden2 Reisa Asmoro dan menuliskan nama jabatan1, gelar
Profesor3 Quraish Shihab. kebangsawanan2, gelar keagamaan,
gelar akademik3, dan gelar kehormatan
jika diikuti nama orangnya.
5) Adik saya lahir pada hari Selasa1, bulan Huruf kapital digunakan untuk
Agustus2 2006, tepat beberapa hari menuliskan nama hari1, bulan2, dan
sebelum peringatan Proklamasi tahun, termasuk hari-hari raya seperti
Kemerdekaan Indonesia3. hari Lebaran, hari Natal, dan hari
Galungan.
Huruf kapital juga digunakan untuk
menuliskan nama peristiwa sejarah3.
6) Saya baru tahu bahwa Sungai Bengawan Huruf kapital digunakan untuk
Solo1 tidak terletak di Kota Solo2, tetapi menuliskan nama geografi seperti
memang melintasi wilayah itu. Sungai sungai, laut, samudra, gunung, danau,
tersebut merupakan sungai terpanjang di kota, desa, provinsi, pulau, dan benua
Pulau Jawa3. jika diikuti namanya (lihat contoh yang
ditandai dengan 1, 2 dan 3).

Indonesian
7) Ibu membeli 5 meter batik Cirebon1 dan Huruf kapital digunakan untuk
500 gram kopi Gayo2 untuk dijadikan menuliskan nama geografi yang
oleh-oleh besannya. dijadikan nama makanan, benda, atau
lainnya, dan berkaitan dengan asal
daerahnya.
8) Bahasa internasional ini merujuk pada Huruf kapital digunakan untuk
bahasa-bahasa yang resmi digunakan menuliskan nama lembaga, badan,
1
oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa . Saat organisasi1, negara, termasuk dokumen
ini, ada enam bahasa resmi PBB yaitu yang diterbitkan oleh lembaga/negara
bahasa Inggris, bahasa Prancis, bahasa tersebut.
Spanyol, bahasa Rusia, bahasa Mandarin, Huruf kapital juga digunakan untuk
dan bahasa Arab2. menuliskan nama bahasa2, suku, dan
bangsa.
9) Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan Huruf kapital digunakan pada huruf
yang menulis berita berjudul "Listrik pertama setiap kata pada judul buku,
Sahabat Petani" dan dimuat di karangan, artikel, makalah, dan nama
paktani.com. media masa
10) Siap, Pak, kami akan antar surat ini Huruf kapital digunakan untuk
1
kepada penerimanya secara langsung. menuliskan kata sapaan .

Pengecualian-pengecualian

1) Saya suka makan buah jeruk bali dan Nama jenis


bika ambon.
2) Lampu yang digunakan di warungnya Satuan ukuran
hanya 5 watt sehingga pencahayaannya
tidak terlalu terang.
3) Dia adalah temanku saat SMA, namanya Kata yang bermakna ‘anak dari’
Tio Subekti bin Yusuf.
4) Kami bertemu gubernur dan sultan di Huruf kapital tidak digunakan untuk
pasar tradisional siang kemarin. menuliskan nama jabatan, gelar
kebangsawanan, gelar keagamaan, gelar
akademik, dan gelar kehormatan, jika
tidak diikuti nama orangnya.
5) Saat ini masyarakat Indonesia sedang Huruf kapital tidak digunakan pada
latah, semuanya serba diinggris- nama bangsa, suku, bahasa, dan aksara
yang berupa bentuk dasar kata turunan
inggriskan.
(terdapat imbuhan)

Indonesian
3. Huruf kapital selalu digunakan untuk menulis singkatan. Perhatikan contohnya dalam
tabel berikut ini.
Tabel 4. Contoh penggunaan huruf kapital pada singkatan
Contoh singkatan Contoh kalimat
SD, SMP, SMA, BNI, Adik-adik saya saat ini duduk di bangku SMP dan
BCA, ABRI, UI, TNI SMA.
Singkatan gelar Orang-orang yang telah menunaikan ibadah haji
keagamaan: biasanya akan disemati gelar hajah atau haji, misalnya
Hajah (Hj.)/Haji (H.) Bapak H. Abdul Qodir.
Singkatan gelar akademik Prof. Dr.-Ing. Ir. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng.
adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga.
Singkatan gelar jabatan: Ditjen Pajak optimistis pengawasan wajib pajak berbasis
Kolonel (Kol.) kewilayahan akan lebih efektif dan efisien pada 2023
Ditjen

B. Aturan Penggunaan Huruf Miring


Berbeda dengan aturan penggunaan huruf kapital, huruf miring ini hanya memiliki tiga
fungsi saja yaitu:
1. huruf miring digunakan untuk menuliskan judul: judul buku, judul film, judul album lagu,
judul acara televisi, judul siniar, judul lakon, dan nama media massa yang dikutip dalam
tulisan, termasuk dalam daftar pustaka;
2. huruf miring digunakan untuk memberikan penekanan pada kata atau bagian tertentu
dalam kalimat;
3. huruf miring digunakan untuk menuliskan kata, frasa, atau ungkapan yang menggunakan
bahasa daerah ataupun bahasa asing.

C. Aturan Penulisan Angka dan Bilangan


Aturan penulisan angka dan bilangan ini berkaitan dengan kapan menuliskan angka tersebut
dengan angka (misalnya 1, 2, 3, dst.) dan kapan menuliskannya dengan huruf (misalnya
seperempat, satu, dua, lima, sepuluh). Secara umum, EYD V ini memiliki satu perbedaan

Indonesian
yang cukup signifikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia (versi sebelumnya). Angka yang
harus ditulis dengan lambang angka adalah angka-angka yang terdiri atas satu kata, misalnya
satu, dua, lima, sepuluh, sebelas, dan seratus. Angka-angka lainnya, misalnya 12 (dua
belas), 20 (dua puluh), 57 (lima puluh tujuh), dan sebagainya, itu harus ditulis dengan
angkanya, bukan dengan huruf.
Namun, ada pengecualian untuk hal-hal tersebut, pengecualian tersebut dapat dilihat dari
contoh kalimat berikut ini.
1. Ibu membeli 1 kilogram dada ayam, 2 liter minyak goreng, 250 gram cabai rawit, dan 2
kilogram kentang. (Angka-angka dalam kalimat tersebut harus ditulis dengan lambang
angka karena diikuti dengan satuan ukurannya)
2. Raffi membeli sepuluh kendaraan baru yang terdiri atas 2 sedan, 3 jeep, 3 sepeda motor,
dan 2 sepeda gunung. (Angka-angka tersebut menempati rincian dalam kalimat sehingga
harus ditulis dengan angka untuk memudahkan pembacaan)
3. 2 mahasiswa BINUS terpilih menjadi Juara 1 dalam pemilihan Duta Bahasa Nasional
tahun 2024. (Kalimat ini salah karena dimulai dengan angka)
4. Dua mahasiswa BINUS terpilih menjadi Juara 1 dalam pemilihan Duta Bahasa Nasional
tahun 2024. (Angka yang digunakan di awal kalimat harus ditulis dalam bentuk huruf)
5. Juara 1 dalam pemilihan Duta Bahasa Nasional tahun 2024 merupakan dua mahasiswa
BINUS. (Kalimat pada nomor 3, boleh juga diubah menjadi kalimat ini, artinya sah-sah
saja mengubah susunan kata dalam kalimat tersebut)

D. Pengenalan Kata Majemuk


Kata majemuk memiliki kemiripan dengan frasa. Keduanya terdiri atas dua atau tiga kata.
Namun, perbedaannya terletak pada hal-hal berikut ini.
1. Kata majemuk tidak dapat disisipi kata-kata lain, misalnya kata ini, itu, yang, dan
sebagainya.
2. Kata majemuk memiliki makna yang berbeda dari kata-kata pembentuknya, contohnya
kata duta besar yang terdiri atas duta (perwakilan) dan besar (kata sifat yang
menunjukkan ukuran) menjadi perwakilan diplomatik tertinggi suatu negara di negara
lain.

Indonesian
Untuk memahami konsep kata majemuk lebih baik, perhatikan bagan berikut.

Bagan 2. Perbedaan kata majemuk dan frasa

Sebagai contoh, kata rumah sakit dan rumah besar. Kata rumah sakit termasuk kata
majemuk karena tidak dapat disisipi kata yang, ini, atau itu. Dalam bahasa Indonesia,
susunan kata rumah yang sakit atau rumah itu sakit tidak berterima. Berbeda dengan frasa
rumah besar, kata-kata tersebut dapat disisipi kata-kata lain tanpa mengganggu inti makna
katanya, contohnya rumah yang besar, rumah ini besar, atau rumah itu besar. Secara
makna, rumah besar dengan rumah yang besar dapat diterima dan dipahami dengan mudah.

E. Penulisan Kata Bentuk Terikat


Kata bentuk terikat adalah kata-kata yang tidak dapat berdiri sendiri untuk memunculkan
makna katanya. Kata-kata ini wajib ditulis menyatu dengan kata yang mengikutinya. Jika
kata-kata ini tidak ditulis serangkai atau menyatu, secara sintaksis maknanya dianggap tidak
muncul. Contohnya kata tuna wisma, jika ditulis dengan spasi seperti itu, makna kata tuna
yang berarti tidak memiliki ini tidak muncul, alih-alih yang muncul adalah makna kata tuna
sebagai salah satu jenis ikan. Berbeda lagi jika ditulis serangkai yaitu tunawisma, berarti
orang yang tidak memiliki rumah atau tempat tinggal.
Untuk mengetahui contoh kata-kata bentuk terikat lainnya, silakan perhatikan gambar
berikut ini.

Indonesian
Gambar 1. Contoh kata-kata bentuk terikat

F. Aturan Penggunaan Tanda Baca


Ada banyak sekali aturan mengenai tanda baca. Tanda baca itu sendiri ada banyak
ragamnya. Untuk memahami keseluruhan jenis dan aturan penggunaan tanda baca yang
benar, silakan cek dalam Ejaan Yang Disempurnakan edisi V melalui laman web ...
Namun, aturan penggunaan tanda baca yang benar dapat dianalisis melalui contoh-contoh
berikut ini.
Tabel 5. Analisis penggunaan tanda baca dalam kalimat

Kalimat A Kalimat B Penjelasan

1. Karena kehujanan, 1. Karena kehujanan Ketika menggunakan konjungsi di


dia demam. ✓ dia demam. awal kalimat, harus ada tanda koma
untuk menandai keterangan dan
memunculkan subjek kalimat.

Indonesian
2. Dia terlambat masuk 2. Dia terlambat masuk Tidak semua konjungsi intrakalimat
ZOOM, sehingga ZOOM sehingga perlu diawali tanda koma. Konjungsi
dinyatakan absen dinyatakan absen yang dimaksud adalah konjungsi
dalam perkuliahan dalam perkuliahan karena, sehingga, dan untuk.
hari ini. hari ini. ✓
3. Gubernur Jawa Barat 3. Gubernur Jawa Penggunaan tanda baca koma di
Ridwan Kamil telah Barat, Ridwan kalimat ini berfungsi untuk
membangun banyak Kamil, telah membedakan jabatan dengan nama
masjid cantik di membangun banyak orang yang menjabatnya. Tanpa
Indonesia. masjid cantik di adanya tanda koma, nama jabatan
Indonesia. ✓ menjadi ambigu.
4. Mereka memerlukan 4. Mereka memerlukan Tanda baca koma perlu digunakan
perabot rumah perabot rumah sebelum menyebutkan rincian yang
tangga: kursi, meja, tangga seperti kursi, terakhir, perhatikan bagian yang
dan lemari. ✓ meja dan lemari. ditandai warna kuning.
5. "Kita bangga karena 5. "Kita bangga karena Tanda petik satu digunakan untuk
lagu 'Indonesia Raya' lagu “Indonesia memberikan penekanan pada kata
berkumandang di Raya” yang terletak dalam kalimat langsung.
arena Asian Games," berkumandang di Kalimat langsung itu sendiri perlu
kata Ketua KONI. ✓ arena Asian Games," diapit dengan tanda petik dua.
kata Ketua KONI.
6. Acara ini akan 6. Acara ini akan Dalam ejaan bahasa Indonesia, ada
dilaksanakan selama dilaksanakan selama yang disebut tanda hubung (contoh
3 hari yaitu pada 3 hari yaitu pada kalimat 6A) dan tanda pisah (contoh
tanggal 5-8 Desember tanggal 5—8 kalimat 6B). Untuk menunjukkan
2022. Desember 2022. ✓ rentang waktu, tanda yang semestinya
digunakan adalah tanda pisah, bukan
tanda hubung. Tanda hubung
digunakan untuk menghubungkan
kata reduplikasi atau kata ulang,
menghubungkan kata bentuk terikat
yang diikuti nama atau singkatan, dan
menghubungkan imbuhan dengan
kata dalam bahasa asing atau bahasa
daerah.

Indonesian
KESIMPULAN

Berdasarkan paparan dalam bagian pembahasan, dapat disimpulkan bahwa ejaan yang harus
digunakan dalam bahasa Indonesia saat ini adalah EYD V. Adapun simpulan penjelasannya
adalah sebagai berikut.

1. Materi kajian ejaan ini meliputi: (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan
kata, dan (4) pemakaian tanda baca.

2. Pemakaian huruf dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) edisi V yang digunakan dalam
perkuliahan ini mengkaji hal-hal berikut: (1) penggunaan huruf kapital, huruf nonkapital,
dan huruf miring, (2) penulisan angka dan bilangan, (3) penulisan kata bentuk terikat, dan
(4) penggunaan tanda baca yang benar.

3. Penulisan huruf kapital dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) V digunakan untuk: (1)
awal kalimat, (2) semua hal yang berkaitan dengan nama, kecuali nama jenis dan nama yang
mendapat pengimbuhan, dan (3) singkatan.

4. Penulisan kata dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) V meliputi: kata bentuk terikat,
kata majemuk, frasa, dan penulisan angka dan bilangan.

5. Pemakaian tanda baca dalam Ejaan bahasa Indonesia meliputi pemakaian (1) tanda titik, (2)
tanda koma, (3) tanda tanya, (4) tanda seru, (5) tanda hubung, (6) tanda pisah, dan (7) tanda
titik dua.

Indonesian
DAFTAR PUSTAKA

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Edisi kelima. https://ejaan.kemdikbud.go.id/.


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 Tentang Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia. https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/01/salinan-permendikbud-
nomor-50-tahun-2015-tentang-pedoman-umum-ejaan-bahasa-indonesia.
Sriyanto. (2015). Seri penyuluhan bahasa Indonesia: Ejaan. Pusat Pembinaan, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Tim Pengembang Pedoman Bahasa Indonesia. (2016). Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia. Badan Pengembangan dan pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Ejaan yang Disempurnakan https://binus.ac.id/bits/learning-object/Ejaan-


2720/index.html?v=1610709411086#/

Indonesian
LECTURE NOTES

Indonesian

Minggu ke-3

Diksi dan Definisi


LEARNING OUTCOMES

LO 1: Identify spelling errors in sentences and paragraphs


LO 2: Create scientific writing

OUTLINE MATERI (Sub-Topic):


1. Ketepatan Kata
2. Kesesuaian Kata
3. Definisi
ISI MATERI

1. Ketepatan Kata

Diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan sehingga
diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan (KBBI V). Maksud tepat di sini adalah kata yang
dipilih atau digunakan dapat dipahami maknanya secara logis dan tanpa memunculkan makna lain
(ambigu) sehingga maksud yang ingin disampaikan oleh pembicara atau penulis dapat ditangkap
dengan jelas oleh pendengar atau pembaca. Untuk mencapai ketepatan ini, pembicara atau penulis
harus memperhatikan unsur kecermatan penulisan kata agar tidak salah makna dan kecermatan
dalam pemilihan kata agar kata-kata yang dipilih itu tidak lewah (mubazir). Sementara itu, maksud
selaras ini lebih berkaitan dengan kecocokan kata yang dipilih dengan konteksnya, khususnya
konteks sosial.

Pemilihan kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat pesan
yang ingin disampaikannya, baik secara lisanmaupun tulisan. Pemilihan kata juga harus sesuai
dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu. Penggunaan ketepatan pilihan kata
dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa menggunakan kosa kata secara aktif yang dapat
mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengkomunikasikan secara efektif kepada
pendengar atau pembacanya. Indikator ketepatan kata adalah sebagai berikut.
a. Mengomunikasikan gagasan berdasarkan pilihan kata yang tepat dan sesuai
berdasarkan kaidah bahasa Indonesia.
b. Menghasilkan komunikasi yang paling efektif tanpa salah penafsiran atau salah
makna.
c. Menghasilkan respon pembaca atau pendengar sesuai dengan harapan penulis
atau pembicara.
d. Menghasilkan target komunikasi yang diharapkan.

Komunikasi merupakan syarat yang wajib dipahami oleh setiap individu,karena jika kita
mampu memilih kata yang tepat dalam berkomunikasi akan semakin mudah menyampaikan apa

Indonesian
yang ingin kita sampaikan. Ada berbagai macam syarat-syarat dalam ketepatan pemilihan kata
dijabarkan sebagai berikut.
a. Membedakan makna kata denotasi dan konotasi dengan cermat. Denotasiyaitu kata
yang tidak bermakna ganda sedangkan konotasi menimbulkan makna yang
bermacam-macam.
b. Membedakan kata yang hampir bersinonim, seperti adalah, ialah, yaitu, merupakan,
dalam pemakaian yang berbeda-beda.
c. Membedakan secara cermat kata yang hamper mirip ejaannya, misalnya : inferensi
(kesimpulan) dan interfensi (saling mempengaruhi).
d. Tidak menafsirkan makna kata secara subyektif berdasarkan pendapat sendiri,
misalnya : modern sering diartikan secara subyektif canggih, dalam kamus modern
berarti terbaru, canggih berarti banyak cakap, banyak mengetahui.
e. Menggunakan imbuhan asing jika diperlukan, harus memahami makna secara tepat.
Misalnya koordinir seharusnya koordinasi.
f. Menggunakan kata-kata idiomatic berdasarkan pasangan yang benar.
g. Menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat. Misalnya : mobil (kata
umum) Civic (kata khusus, sedan buatan Honda).
h. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya : isu (berasal dari
bahasa Inggris issue berarti publikasi) isu (dalam bahasa Indonesia berarti kabar yang
tidak jelas asal usulnya)
i. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim misalnya : (pria dan laki-laki, saya dan
aku).
j. Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat kata abstrak (konseptual
misalnya : pendidikan, wirausaha) dan kata kongkret (misalnya : manga,sarapan)

2. Kesesuaian Kata
Selain ketepatan pemilihan kata, pengguna bahasa harus pula memperhatikan kesesuaian
kata agar tidak merusak makna, suasana dan situasi yang hendak ditimbulkan atau suasana
yang sedang berlangsung.

Indonesian
Syarat kesesuaian kata:
a. Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampuadukkan
penggunaannya dengan kata tidak baku yang hanya digunakan dalam pergaulan.
b. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat.
c. Menggunakan kata berpasangan dan berlawanan makna dengan cermat.
d. Menggunakan kata dengan nuansa tertentu.
e. Menggunakan kata ilmiah untuk penulisan karangan ilmiah dan komunikasi non
ilmiah menggunakan kata populer.
f. Menghindarkan penggunaan ragam lisan dalam bahasa tulis.

Ketepatan kata berkaitan dengan konsep, gagasan dan menghasilkan kepastian


makna, sedangkan kesesuaian kata menyangkut kecocokan antara kata yang dipakai
dengan situasi yang hendak diciptakan sehingga tidak mengganggu suasana batin, emosi
atau psikis antara lawan bicara.

Penggunaan kata dalam surat, proposal, laporan, pidato, diskusi ilmiah, karangan
ilmiah dan lain – lain harus tepat dan sesuai dengan situasi yang hendak diciptakan.
Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep, pembuktian,
hasil pemikiran atau solusi suatu masalah. Diksi merupakan faktor penting dalam
menentukan kualitas sebuah karangan. Pilihan kata yang tidak tepat dapat menurunkan
kualitas karangan.

3. Definisi
Definisi memiliki beberapa pengertian yatitu: 1) Kata, frasa, atau kalimat yang
mengungkapkan makna, keterangan, atau ciri utama dari orang, benda, proses, atau aktivitas;
2) Batasan arti. 3) Rumusan tentang ruang lingkup dan ciri- ciri suatu konsep yang menjadi
pokok pembicaraan (KBBI). 4) Uraian pengertian yang berfungsi membatasi objek, konsep,
dan keadaan berdasarkan waktu dan tempat suatu kajian. Definisi dibedakan atas definisi
nominal, definisi formal, definisi personal, definisi kerja atau definisi operasional, dan definisi
luas.

Indonesian
a. Definisi Nominal
Definisi ini berupa pengertian singkat. Definiens pada definisi jenis ini ada tiga macam,
yaitu
1) Sinonim atau padanan, contoh: manusia adalah orang, perempuan adalah wanita.
2) Terjemahan dari bahasa lain, contoh: kinerja ialah performance, pengembang ialah
developer.
3) Asal-usul sebuah kata, contoh: psikologi berasal dari kata psyche berartijiwa, dan logos
berarti ilmu, psikologi adalah ilmu jiwa.

b. Definisi Formal
Definisi formal disebut juga definisi terminologis, yaitu definisi yang disusun
berdasarkan logika formal yang terdiri dari tiga unsur. Strukturnya berupa kelas, genus,
dan pembeda (diferensiasi). Struktur formal diawali dengan klasifikasi, diikuti dengan
menentukan kata yang akan dijadikan definiendum, dilanjutkan dengan menyebutkan
genus, dan diakhiri dengan menyebutkan kata-kata atau deskripsi pembeda. Pembeda
harus lengkap dan menyeluruh sehingga benar-benar menunjukan pengertian yang sangat
khas dan membedakan pengertian dari kelas yang lain.
Contoh:
Manusia adalah makhluk yang berakal budi.
Hewan adalah makhluk yang hidup berdasarkan naluri atau insting.
Mahasiswa adalah pelajar di perguruan tinggi.

c. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah batasan pengertian yang dijadikan pedoman untuk
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, misalnya penelitian. Oleh karena itu, definisi
ini disebut juga definisi kerja karena dijadikan pedoman untuk melaksanakan suatu
penelitian atau pekerjaan tertentu. Definisi ini disebut juga definisi subjektif karena
disusun berdasarkan keinginan orang yang akan melakukan pekerjaan.

Indonesian
Ciri-ciri definisi operasional :
1) Mengacu pada target pekerjaan yang hendak dicapai.
2) Berisi pembatasan konsep, tempat, waktu, bersifat aksi, tindakan, atau pelaksanaan
suatu kegiataan.

Contoh :
Prestasi atlet bulutangkis adalah jumlah medali yang diperoleh pada setiap
pertandingan sejak awal karier bermain bulu tangkis sampai dengan akhir karier bulu
tangkisnya.

d. Definisi Paradigmatis
Definisi paradigmatis bertujuan untuk mempengaruhi pola berpikir orang lain.
Contoh:
Globalisasi bisnis adalah usaha lebih banyak melampaui batas-batas negara untuk
mendapatkan uang, barang, dan konsumen.
1) Pendidikan adalah upaya mendewasakan anak didik.
2) Budaya merupakan modal pengembangan kreativitas bisnis yangbernilai
ekonomi tinggi.
3) Kekayaan laut merupakan potensi alam yang dapat memenuhi duapertiga
kebutuhan hidup bangsa.

e. Definisi Luas
Definisi luas adalah batasan pengertian yang sekurang-kurangnya terdiri atas satu
paragraf. Definisi ini hanya berisi satu gagasan yang didefinisikan.
Ciri-ciri definisi luas:
1) Terdiri sekurang-kurangnya satu paragraph,
2) Berisi satu gagasan yang merupakan definiendum,
3) Tidak menggunakan kata kias,
4) Setiap kata dapat dibuktikan atau diukur kebenarannya, dan
5) Menggunakan penalaran yang jelas.

Indonesian
Contoh:
Globalisasi bisnis adalah usaha komersial yang melampaui batas-batas negara bertujuan
untuk mendapatkan uang, barang, dan konsumen. Globalisasi ini dilakukan dengan
menggunakan konsentrasi penjualan produk kenegara lain. Kegiatan ini dilakukan dengan
menjalin kerja sama antarproduk, antarpengusaha, dan antarnegara. Misalnya: imbal beli,
patungan, atau murni mengekspor produk

Indonesian
KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan beberap hal berikut:


1. Diksi adalah pilihan kata, maksudnya memilih kata yang tepat untuk menyatakan
sesuatu.
2. Syarat-syarat dalam ketepatan pemilihan kata diantaranya:
a. Membedakan makna kata denotasi dan konotasi dengan cermat.
b. Membedakan kata yang hampir bersinonim
c. Membedakan secara cermat kata yang hamper mirip ejaannya
d. Tidak menafsirkan makna kata secara subyektif berdasarkan pendapat sendiri
e. Menggunakan imbuhan asing secara tepat.
f. Menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan pasangan yang benar.
g. Menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat.
h. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat
i. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim
j. Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat
3. Syarat kesesuaian kata, meliputi:
a. Menggunakan ragam baku dengan cermat
b. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat.
c. Menggunakan kata berpasangan dan berlawanan makna dengan cermat.
d. Menggunakan kata dengan nuansa tertentu.
e. Menggunakan kata ilmiah untuk penulisan karangan ilmiah dan komunikasi non ilmiah
menggunakan kata populer.
f. Menghindarkan penggunaan ragam lisan dalam bahasa tulis.
4. Istilah terdiri atas istilah umum dan khusus.
5. Definisi dibedakan atas definisi nominal, definisi formal, definisi personal, definisi kerja atau
definisi operasional, dan definisi luas.

Indonesian
DAFTAR PUSTAKA

Achmad HP & Alex. (2016). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga.
ISBN: 9786022986683.

Mustakim. (2014). Bentuk dan pilihan kata. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Diksi dan Definisi https://binus.ac.id/bits/learning-object/Diksi-


902/index.html?v=1653989830507#/materi-1

Indonesian
LECTURE NOTES

Indonesian

Minggu ke-4

Kalimat Efektif
LEARNING OUTCOMES

LO 1: Identify spelling errors in sentences and paragraphs


LO 2: Create scientific writing

OUTLINE MATERI (Sub-Topic):

1. Pola kalimat

2. Jenis kalimat

3. Ciri-Ciri Kalimat Efektif

4. Kesalahan kalimat
ISI MATERI

1. Pola Kalimat

2. Jenis Kalimat
a. Menurut Jumlah Klausanya
1) Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Kalimat tunggal hanya
mengandung satu unsur S, P, O, Pel dan Ket.
Contoh:
Kami mahasiswa Binus.
2) Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih kalimat
tunggal.
Contoh:
Seorang spesialis media sosial harus memiliki kemampuan mengembangkan rencana
konten dalam media sosial yang sesuai dan konsisten dengan identitas merek produk.

Indonesian
b. Menurut Fungsi
1) Kalimat berita
Contoh:
Pembagian kalender tahun baru di Kelurahan Cijantung dilakukan pada tanggal 1
Januari.
2) Kalimat tanya
Contoh:
Apakah ini akun Tiktok milik Anda?
3) Kalimat perintah
Contoh:
Tolonglah perbaiki laptopku ke pusat servis elektronik
4) Kalimat seru
Contoh:
Aduh, powerbank-ku ketinggalan!

3. Ciri-Ciri Kalimat Efektif


Abdul Razak (1986:2) mendefinisikan kalimat efektif sebagai “konsep yang dikenal
dalam hubungan fungsi kalimat selaku alat komunikasi”. Dalam hubungan ini, setiap kalimat
terlibat dalam proses penyampaian dan penerimaan. Kalimat efektif adalah kalimat yang baik
karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si pembicara (si penulis dalam bahasa tulis) dapat
diterima dan dipahami oleh pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa
yang dipikirkan atau dirasakan oleh si penutur atau si penulis (Badudu, 1995).
Terdapat enam ciri kalimat efektif: keutuhan, kesejajaran, kecermatan, kehematan,
kelogisan, dan kefokusan. Keenam ciri tersebut dijabarkan sebagai berikut.
a. Keutuhan
Kalimat efektif haris mempunyai keseimbangan pikiran atau gagasan dengan struktur bahasa
yang dipergunakan. Kesatuan kalimat diperlihatkan oleh kemampuan struktur bahasa dalam
mendukung gagasan atau konsep yang merupakan kepanduan pikiran.

Indonesian
1) Subjek dan Predikat
Sebuah kalimat sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek di dalam
sebuah kalimat merupakan unsur inti atau pokok pembicaraan. Predikat dalam kalimat adalah
kata yang berfungsi memberitahukan apa, mengapa, atau bagaimana subjek itu.
(1a) Kepada para peserta seminar diharapkan duduk di tempat yang paling depan.
(1b) Di dalam keputusan itu mengandung kebijaksanaan yang dapat menguntungkan umum.

Predikat dari kalimat di atas adalah diharapkan dan mengandung. Subjek dari kalimat diatas
adalah para peserta seminar, dan Keputusan itu. Akan tetapi, karena kata-kata itu didahului oleh
partikel kepada dan di dalam, kata-kata itu tidak berfungsi sebagai subjek. Kata-kata Pada,
didalam, kepada, haarus dihilangkan agar subjeknya menjadi jelas dan keseluruhan kalimat
menjadi padu.
(1a) Para peserta seminar diharapkan duduk di tempat yang paling depan.
(1b) Keputusan itu mengandung kebijaksanaan yang dapat menguntungkan umum.

2) Kata penghubung intrakalimat dan antarkalimat


Kata penghubung atau konjungsi yang menghubungkan kata dengan kata dalam sebuah frase
atau menghubungkan klausa dengan klausa didalam sebuah kalimat disebut konjungsi
intrakalimat.
(2a) Kami semua bekerja keras, sedangkan dia hanya bersenang-senang.
(2b) Proyek ini akan berhasil dengan baik jika semua anggota bekerja sesuai dengan
petunjuk.
Struktur kalimat (2a) dan (2b) terdapat perbedaan. Kalimat (2a) urutan klausa tidak dapat
dipertukarkan sehingga kita tidak dapat meletakkan konjungsi sedangkan pada awal kalimat.
Sebaliknya, kalimat (2b) urutan klausanya dapat dipertukarkan sehingga kita dapat menempatkan
konjungsi jika pada awal kalimat.

Indonesian
3) Gagasan pokok
Dalam menyusun kalimat, kita harus mengemukakan gagasan pokok diletakan pada
bagian depan kalimat. Biasanya ide pokok diletakan pada bagian depan kalimat atau di akhir
kalimat.
(3a) Ia tertabrak motor ketika ia masih menggenggam telepon seluler.
(3b) Ia masih menggenggam telepon seluler ketika ia tertabrak motor.

Gagasan pokok kalimat (3a) ialah ‘ia tertabrak motor’ merupakan induk kalimat, di
kalimat ke (3b) ‘ia masih menggenggam telepon seluler’ merupakan induk kalimatnya.

4) Penggabungan dengan ‘yang’ dan ‘dan’


Jika kedua kalimat digabungkan dengan partikel ‘dan’ maka hasilnya kalimat majemuk
setara. Jika kedua kalimat digabungkan dengan partikel ‘yang’ maka akan menghasilkan kalimat
majemuk baertingkat.
(4a) Masyarakat merasakan bahwa mutu pendidikan kita masih rendah.
(4b) Perbaikan mutu pendidikan adalah tugas utama perguruan tinggi.
Kalimat diatas mengandung gagasan pokok yang penting. Penggabungan yang efektif untuk
kedua kalimat tersebut adalah mengunakan partiken ‘dan’ sehingga kalimat tersebut digabung
menjadi:
(4c) Masyarakat merasakan bahwa mutu pendidikan masih rendah dan perbaikannya adalah
tugas utama perguruan tinggi.

5) Penggabungan menyatakan ‘sebab’ dan’waktu’


Hubungan sebab dinyatakan dengan kata karena, sedangkan hubungan waktu dinyatakan
dengan kata ketika. Kedua kata itu sering digunakan pada kalimat yang sama.
(5a) Ketika gempa mengguncang Cianjur, masyarakat berlari ke tempat yang luas dan
terbuka.
(5b) Karena gempa mengguncang Cianjur, masyarakat berlari ke tempat yang luas dan
terbuka.

Indonesian
Kalimat (a) dan (b) keduanya sudah tepat. Penggunaannya bergantung pada jalan pikiran
penulis apakah ia mementingkan hubungan waktu atau hubungan sebab. Yang perlu diperhatikan
ialah pilihan penggabungan itu harus sesuai dengan konteks kalimat.

6) Penggabungan kalimat yang menyatakan hubungan akibat dan hubungan tujuan


Dalam menggabungakn kalimat perlu dibedakan penggunaan partikel ‘sehingga’ untuk
menyatakan hubungan akibat, dan partikel ‘agar’ atau ‘supaya’ untuk menyatakan hubungan
tujuan.
(6a) Semua peraturan telah ditentukan.
(6b) Para mahasiswa tidak bertindak sendiri-sendiri.

Kedua kalimat tersebut digabungkan menjadi

(6c) Semua peraturan telah ditentukan sehingga para mahasiswa tidak bertindak sendiri-
sendiri.
(6d) Semua peraturan telah ditentukan agar para mahasiswa tidak bertindak sendiri-sendiri.

b. Keparalelan/Kesejajaran
Keparalelan adalah pemakaian bentuk gramatikal yang sama untuk bagian-bagian kalimat
tertentu. Semisal dalam suatu perincian, jika unsur pertama menggunakan verba, dan seterusnya
harus verba. Jika unsur pertamanya nomina, bentuk berikutnya juga nomina.

Contoh:
1) Kami telah merencanakan membangun pabrik, membuka hutan, pelebaran jalan
desa, dan membuat tali air. (salah)
2) Kami telah merencanakan membangun pabrik, membuka hutan, melebarkan jalan
desa, dan membuat tali air. (benar)

Indonesian
c. Kecermatan
Kalimat yang efektif adalah kalimat yang tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam
pilihan kata.

Contoh:
1) Dosen baru datang (salah)
2) Dosen baru saja datang (benar)
3) Dosen baru itu sudah datang (benar)
4) Mahasiswa perguruan tinggi terkenal itu menerima hadiah (salah)
5) Mahasiswa dari perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah (benar)

d. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain
yang dianggap tidak perlu.Kehematan dalam kalimat efektif merupakan kehematan dalam
pemakaian kata, frasa atau bentuk lain yanng dianggap tidak diperlukan. Kehematan itu
menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Kehematan tidak berarti bahwa kata yang
diperlukan atau yang menambah kejelasan makna kalimat boleh dihilangkan.
1) Pengulangan subjek kalimat
Contoh:
(1a) William segera membatalkan pesanannya setelah dia menemukan harga yang lebih
murah di toko lain.
(1b) Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui mempelai memasuki ruangan.

Kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi:


(1c) William segera membatalkan pesanannya setelah menemukan harga yang lebih murah
di toko lain.
(1d) Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui mempelai memasuki ruangan.

Indonesian
2) Hiponimi
Dalam bahasa ada kata yang merupakan bawahan makna kata atau ungkapan yang lebih
tinggi. Di dalam makna kata tersebut terkadang makna dasar kelompok makna kata yang
bersangkutan. Kata merah sudah mengandung makna kelompok warna. Kata desember sudah
bermakna bulan.
Contoh:
(2a) Saat masuk ke dalam bioskop, pengunjung harus menyimpan makanan yang dibawa
dari luar di petugas keamanan.
(2b) Mereka turun ke bawah melalui tangga samping kantor

Kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi:


(2c) Saat masuk bioskop, pengunjung harus menyimpan makanan yang dibawa dari luar di
petugas keamanan.
(2d) Mereka turun melalui tangga samping kantor.

e. Kelogisan
Kelogisan kalimat adalah kemampuan sebuah kalimat untuk menyatakan sesuatu
dengan logika. Sebuah kalimat memiliki kelogisan jika masuk akal atau ide kalimat dapat
diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Contoh:
1) Waktu dan tempat kami persilahkan
2) Hermawan Susanto menduduki juara pertama Indonesia Terbuka Kalimat itu tidak logis
(tidak masuk akal).

Kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi:


3) Bapak Menteri kami persilahkan
4) Hermawan Susanto menjadi juara pertama Cina Terbuka.

Indonesian
f. Kefokusan
Kalimat efektif harus memfokuskan pesan terpenting agar mudah dipahami. Kefokusan
ditandai dengan adanya satu unsur subjek/ predikat/ objek/ keterangan. Kalimat dikatakan
memenuhi syarat kefokusan, apabila fokus dengan satu unsur S-P-O-K .
Contoh:
Printer itu saya perbaiki
S S P

Kalimat tersebut tidak efektif karena memiliki dua unsur S (subjek). Agar efektif, kalimat
tersebut dapat diubah menjadi:

Saya memperbaiki printer itu


S P O

4. Kesalahan Kalimat
Dalam menulis kalimat, terdapat kesalahan pembentukan dan pemilihan kata. Hal tersebut
dijabarkan sebagai berikut.
a. Penanggalan awalan meng- pada judul berita dalam surat kabar diperbolehkan. Namun,
dalam teks beritanya awalan meng- harus eksplisit.
Contoh:
1) Rusia luncurkan pesawat bolak-balik Ukraina (Salah)
2) Rusia meluncurkan pesawat bolak-balik Ukraina (Benar)

b. Penanggalan Awalan ber


Kata-kata yang berawalan ber- sering menanggalkan walan ber-. Padahal, awalan ber- harus
dieksplisitkan secara jelas. Di bawah ini dapat dilihat bentuk salah dan benar dalam
pemakaiannya.
1) Sampai jumpa lagi. (Salah)
2) Sampai berjumpa lagi. (Benar)

Indonesian
c. Peluluhan Bunyi /c/
Kata dasar yang diawal bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila mendapat awalan meng-.
Padahal, sesungguhnya bunyi /c/ tidak luluh apabila mendapat awalan meng-.
1) Nathalie lebih menyintai Steven daripada menyintai Arthur. (Salah)
2) Nathalie lebih mencintai Steven daripada mencintai Arthur. (Benar)

d. Penyegauan Kata Dasar


Penyegauan kata dasar adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis. Akhirnya,
pencampuradukan antara ragam lisan dan ragam tulis menimbulkan suatu bentuk kata yang salah
dalam pemakaian. Contohnya, kata mandang-memandang, nyuap-menyuap, nabrak-menabrak.

e. Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang Berimbuhan meng-/peng-


Kata dasar yang bunyi awalnya /s/, /k/, /p/, atau /t/ sering tidak luluh jika mendapat awalan
meng- atau peng. Padahal, menurut kaidah baku bunyi-bunyi itu harus menjadi bunyi sengau.
Contoh:
1) Eksistensi Indonesia sebagai Negara pensuplai kopi sebaiknya dipertahankan. (salah)
2) Eksistensi Indonesia sebagai Negara penyuplai kopi sebaiknya dipertahankan.
(benar)

f. Awalan ke- yang Keliru


Pada kenyataan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan ter-sering diberi berawalan
ke-. Hal itu disebabkan oleh kekurangcermatan dalam memilih awalan yang tepat.
Contoh:
1) Penghasilan Stephanie meningkat karena sudah banyak tas selempang yang kejual.
(salah)
2) Penghasilan Stephanie meningkat karena sudah banyak tas selempang yang terjual.
(benar)
Perlu diketahui bahwa awalan ke- hanya dapat menempel pada kata bilangan. Selain di
depan kata bilangan, awalan ke- tidak dapat dipakai. Pengecualian terdapat pada kata kekasih,
kehendak, dan ketua.

Indonesian
g. Pemakaian Akhiran –ir
Pemakaian akhiran –ir sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari.
Padahal, dalam bahasa Indonesia baku, untuk padanan akhiran ir- adalah asi atau –isasi.
Contoh:
1) Alfin lupa untuk mengkoordinir konsumsi cemilan untuk seminar siang ini. (salah)
2) Alfin lupa untuk mengoordinasi konsumsi cemilan untuk seminar siang ini. (benar)

h. Padanan yang Tidak Serasi


Karena pemakai bahasa kurang cermat memilih padanan kata yang serasi, yang muncul
dalam pembicaraan sehar-hari adalah padanan yang tidak sepadan ata tidak serasi. Hal itu
terjadi karena dua kaidah bahasa bersilang, atau bergabung dalam sebuah kalimat.
Contoh:
1) Karena modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh
kredit. (salah)
2) Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.
(benar)
3) Modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.
(benar)

i. Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap Dalam kehidupan
berbahasa sehari-hari, pemakaian di, ke, dari, bagi, dan daripada sering dipertukarkan.
Contoh:
1) Topokki ini terbuat daripada tepung beras. (salah)
2) Topokki ini terbuat dari tepung beras. (benar)

j. Pemakaian Akronim (Singkatan)


Singkatan adalah hasil menyingkat atau memendekkan berupa huruf atau gabungan huruf,
seperti UI, DPR, BPK, KY, MK, MA, SPBU, dan KTSP. Seterusnya, yang dimaksud dengan
bentuk singkat ialah kontraksi bentuk kata sebagaimana dipakai dalam ucapan cepat, seperti lab
(laboratorium), memo (memorendum).

Indonesian
k. Penggunaan dimana, yang mana, hal mana.
Kata di mana tidak dapat dipakai dalam kalimat pernyataan. Kata di mana tersebut harus di
ubah menjadi yang, bahwa, tempat, dan sebagainya yang sesuai dengan konteks. Bias saja kata
di mana berkedudukan sebagai pengganti kata ketika, pada saat, tentang, dan bagi.

Indonesian
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan beberap hal berikut:
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si
pembicara (si penulis dalam bahasa tulis) dapat diterima dan dipahami oleh pendengar
(pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si
penutur atau si penulis.
2. Terdapat beberapa ciri kalimat efektif:
a. Kesatuan: Kalimat efektif haris mempunyai keseimbangan pikiran atau gagasan dengan
struktur bahasa yang dipergunakan.
b. Keparalelan: pemakaian bentuk gramatikal yang sama untuk bagian-bagian kalimat
tertentu.
c. Kecermatan: kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda, dan tepat dalam pilihan kata.
d. Kehematan: Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa,
atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu
e. Kelogisan: kemampuan sebuah kalimat untuk menyatakan sesuatu dengan logika.
f. Kevariasian: suatu paragraf dalam tulisan memerlukan bentuk pola dan jenis kalimat
yang bervariasi
3. Kesalahan pembentukan dan pemilihan kata, meliputi:
a. Penanggalan awalan meng-
b. Penanggalan Awalan ber
c. Peluluhan Bunyi /c/
d. Penyegauan Kata Dasar
e. Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang Berimbuhan meng-/peng-
f. Awalan ke- yang Keliru
g. Pemakaian Akhiran –ir
h. Padanan yang Tidak Serasi
i. Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada
j. Pemakaian Akronim (Singkatan)
k. Penggunaan dimana, yang mana, hal mana.

Indonesian
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E.Z. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Akademika Presindo.

H.P. Achmad dan Alex. (2016). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hs., Widjono. 2008. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di


Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.

Kalimat Efektif https://binus.ac.id/bits/learning-object/Kalimat-Efektif-805/index.html

Indonesian
LECTURE NOTES

Indonesian

Minggu ke-5

Paragraf Akademik
LEARNING OUTCOMES

LO 2: Create scientific writing

OUTLINE MATERI (Sub-Topic):


1. Ciri-Ciri Paragraf
2. Syarat Paragraf Padu
3. Jenis-Jenis Paragraf
4. Pola Pengembangan Paragraf
5. Paragraf Akademik
ISI MATERI

1. Ciri-Ciri Paragraf
Paragraf pada dasarnya merupakan istilah lain dari alinia. Sementara orang, untuk menyebut
rangkaian kalimat yang terikat dalam satu kesatuan, ada yang menggunakan istilah paragraf dan
ada pula yang menggunakan istilah alinea. Demi keseragaman penyebutan, dalam pembicaraan
ini yang akan digunakan dalam paragraf. Meskipun demikian, hal itu bukan berarti bahwa istilah
alinea tidak boleh digunakan.
Widjono (2012:222) menjelaskan bahwa paragraf merupakan satuan bahasa tulis yang
terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun secara terpadu, runtut, logis, dan merupakan kesatuan
ide yang tersusun secara lengkap, dan berstruktur. Struktur dalam konteks ini berupa struktur
paragraf, meliputi kalimat topik, kalimat pendukung 1, kalimat pendukung 2, kalimat pendukung
3, dan kalimat konklusi. Dalam paragraf, susunan kalimat terdiri dari satuan informasi yang di
dalamnya terdapat pikiran utama sebagai topik dan pikiran penjelas sebagai pendukung dan
pengendali pengembangan topik, dan diakhiri dengan kalimat konklusi yang seterusnya dalam
pembahasan ini penulis sebut sebagai kalimat penegas karena terkait fungsinya untuk
menegaskan.
Widjono (2012: 222) dalam hal ini juga memberikan beberapa ciri paragraf, di antaranya:
a. Kalimat pertama bertakuk ke dalam lima ketukan spasi untuk jenis karangan biasa, misalnya
surat, dan delapan ketukan untuk jenis karangan ilmiah formal, misalnya makalah, skripsi,
tesis, dan disertasi. Karangan yang berbentuk lurus dan tidak bertakuk (Block Style) ditandai
dengan jarak spasi merenggang, satu spasi lebih banyak daripada jarak antarbaris lainnya.
b. Paragraf menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang dinyatakan dalam kalimat topik.
Kalimat topik dapat ditempatkan pada posisi awal, tengah, dan akhir.
c. Paragraf hanya berisi satu kalimat topik. Kalimat topik yang terdapat pada posisi awal dan
akhir itu berisi gagasan yang sama. Kalimat topik pada akhir paragraf menegaskan gagasan
kalimat topik pada posisi awal. Paragraf dengan dua kalimat topik itu dilakukan pada
paragraf dengan jumlah kalimat banyak, misal, 6 s.d. 10 buah kalimat.

Indonesian
Niknik (2009: 154) menjelaskan apabila sebuah paragraf bukan paragraf deskriptif atau
naratif, unsur paragraf itu berupa:
a. kalimat topik atau kalimat utama
b. kalimat pengembang atau kalimat penjelas
c. kalimat penegas
d. kalimat, klausa, prosa, dan penghubung.

2. Syarat Paragraf Padu


a. Kesatuan Paragraf
Paragraf yang baik harus memenuhi syarat kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan. Kesatuan
yang dimaksud dalam konteks ini adalah tiap paragraf hanya mengandung satu pikiran utama
yang diwujudkan dalam kalimat topik. Untuk dapat membuat kalimat topik, terlebih dahulu
kenali ciri-cirinya, yakni kalimat yang dibuat harus mengandung permasalahan yang berpotensi
untuk dapat diuraikan lebih lanjut. Ciri lainnya yaitu kalimat topik dapat dibuat lengkap dan
berdiri sendiri tanpa memerlukan kata penghubung, baik kata penghubung antarkalimat maupun
kata penghubung intrakalimat.
Contoh:
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah penyebaran demam
berdarah. Salah satu caranya adalah memberantas tempat berkembang biak nyamuk
demam berdarah. Seperti kita ketahui bersama, nyamuk demam berdarah biasanya
berkembang biak di air yang menggenang. Oleh karena itu, benda-benda yang dapat
menampung air harus dikubur dalam tanah, bak-bak penampung air harus ditutup rapat,
dan selokan-selokan yang mampat harus dialirkan. Dengan demikian, nyamuk-nyamuk itu
tidak akan mempunyai sarang untuk berkembang biak.

Paragraf tersebut memiliki satu pikiran utama yang diwujudkan dalam kalimat topik, yakni
ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah penyebaran demam berdarah. Kalimat
topik dalam paragraf deduktif ini bisa diuraikan lebih lanjut, yakni apa saja cara yang digunakan
untuk dapat mencegah penyebaran demam berdarah yang dikembangkan dengan kesatuan
pikiran. Seluruh kalimat membahas pikiran yang sama, yaitu cara mencegah penyebaran nyamuk

Indonesian
demam berdarah [1]. Kalimat [2] sampai dengan [4] membahas langkah yang dilakukan untuk
mencegah demam berdarah. Kalimat [5] merupakan hasil dari pencegahan tersebut.

b. Kepaduan Paragraf
Selain kesatuan, syarat penulisan paragraf yang baik adalah kepaduan. Untuk dapat
mencapai kepaduan, langkah-langkah yang harus ditempuh adalah kemampuan merangkai
kalimat sehingga bertalian secara logis dan padu. Bagaimanakah agar kalimat-kalimat dapat
bertahan secara logis dan padu? Gunakan kata penghubung.
Terdapat dua jenis kata penghubung, yaitu kata penghubung intrakalimat dan kata
penghubung antarkalimat. Kata penghubung intrakalimat adalah kata yang menghubungkan anak
kalimat dengan induk kalimat, sedangkan kata penghubung antarkalimat adalah kata yang
menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat lainnya (Niknik, 2009: 154). Mari kita
kembali pada paragraf sebelumnya.
Contoh:
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah penyebaran demam
berdarah. Salah satu caranya adalah memberantas tempat berkembang biak nyamuk
demam berdarah karena seperti kita ketahui bersama, nyamuk demam berdarah biasanya
berkembang biak di air yang menggenang. Oleh karena itu, benda-benda yang dapat
menampung air harus dikubur dalam tanah, bak-bak penampung air harus ditutup rapat,
Bahkanselokan-selokan yang mampat harus dialirkan. Jadi, nyamuk-nyamuk itu tidak akan
mempunyai sarang untuk berkembang biak.

c. Konsistensi Sudut Pandang


Sudut pandang adalah cara penulis menempatkan diri dalam karangannya. Dalam cerita,
pengarang sering menggunakan sudut pandang kata aku seolah-olah menceritakan dirinya
sendiri. Selain itu, pengarang menggunakan sudut pandang dia atau ia seolah-olah meceritakan
dia. Dalam karangan ilmiah, pengarang menggunakan penulis. Sekali menggunakan sudut
pandang tersebut harus konsisten dari awal hingga akhir cerita.

Indonesian
Contoh:
Anton adalah mahasiswa yang cerdas. Ia dapat membaca buku ilmiah amat cepat.
Selain itu, ia hampir tidak pernah kelihatan belajar. Ia amat serius ketika belajar di
kelas. Waktu berdiskusi ia tidak banyak berbicara dan lebih banyak mendengarkan
penjelasan dosen atau pendapat temannya. Nilai IPK-nya selalu di atas 3,5.

d. Ketuntasan
Ketuntasan ialah kesempurnaan. Hal itu dapat diwujudkan dengan klasifikasi dan ketuntasan
bahasa.
Contoh:
Terdapat empat faktor yang menyebabkan keluarga—sebagai organisasi sosial terkecil di
dalam sebuah masyarakat—memiliki peran cukup penting. Pertama, keluarga dibentuk untuk
meneruskan garis keturunan sebagai salah satu kebutuhan hakiki manusia. Kedua, setiap
anggota dalam keluarga bisa belajar untuk menjalankan tanggung jawab masing-masing guna
menciptakan keluarga yang harmonis. Ketiga, hubungan harmonis antara satu keluarga dan
keluarga lain akan menciptakan kedamaian dalam masyarakat. Keempat, keluarga berperan
menyosialisasikan pengetahuan tentang budaya tradisional, keyakinan atau agama, dan
pentingnya pendidikan kepada anak-anak sebagai generasi penerus.

e. Keruntutan
Keruntutan adalah penyusunan urutan gagasan, konsep, pemikiran, dan lain-lain dalam
karangan. Keruntutan dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1) Urutan proses dengan bilangan
2) Urutan proses tanpa bilangan
3) Tahapan
4) Skala prioritas
5) Pengembangan
6) Strata atau tingkatan komunikasi yang paling efektif
7) Hubungan antar proposisi (pernyataan yang dapat diuji kebenarannya)

Indonesian
3. Jenis Paragraf
a. Berdasarkan Letak Kalimat Utama/Pola Penalaran
Berdasarkan letak kalimat utama atau pola penalarannya, paragraf dibagi menjadi tiga:
paragraf deduktif, paragraf induktif, dan paragraf campuran (deduktif-induktif).
1) Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat topiknya berada di awal kalimat. Sifat
paragraf ini adalah umum-khusus.
2) Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat topiknya berada di akhir paragraf.
Paragraf ini memiliki sifat khusus-umum yang didasarkan proses penalaran untuk
menarik kesimpulan berupa prinsip/sikap yang bersifat umum berdasarkan pada fakta-
fakta yang bersifat khusus.
3) Paragraf induktif-deduktif adalah paragraf yang pokok pikirannya terdapat di awal dan
akhir paragraf (campuran). Kalimat topik dalam sebuah paragraf pada hakikatnya hanya
satu. Penempatan kalimat topik yang kedua berfungsi untuk menegaskan kembali pikiran
utama paragraf tersebut. Penampatan kalimat topik di awal dan akhir paragraf
berpengaruh pada proses penalaran.

b. Berdasarkan Fungsi/Gaya Ekspresi/Pengungkapan


Sebuah ide dapat diungkapkan dengan berbagai gaya sesuai dengan tujuan komunikasi. Jika
komunikasi bertujuan untuk memberi informasi secara objektif tanpa adanya unsur ajakan, ide
dapat diungkapkan menggunakan gaya eksposisi. Jika komunikasi bertujuan untuk meyakinkan
pembaca, ide dapat diungkapkan dengan gaya argumentasi. Begitu pula dengan tujuan
komunikasi lainnya. Penulis dapat mengungkapkan ide dengan gaya ekspresi atau pengungkapan
yang sesuai dengan tujuannya. Untuk itu, berdasarkan fungsi/gaya ekspresi/pengungkapan,
terdapat lima jenis paragraf: paragraf deskripsi, paragraf eksposisi, paragraf argumentasi,
paragraf narasi, dan paragraf persuasi.
1) Paragraf Deskripsi
Deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuai dengan keadaan
sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan
merasakan) apa yang dituliskan sesuai dengan citra penulisnya. (Jauharoti Alfin, dkk.,

Indonesian
2008:7-11). Fokus penulisan bergantung pada hal pancaindra, umur pembaca, dan emosi
pembaca yang akan dituju.
2) Paragraf Eksposisi
Eksposisi adalah penulisan untuk memberitahukan atau memberi informasi mengenai
suatu objek tertentu (Gorys Keraf, 1995: 8). Paragraf eksposisi disebut dengan paparan.
Tujuannya adalah untuk menampilkan atau memaparkan sosok objek tertentu yang hendak
dituliskan.
3) Paragraf Argumentasi
Argumentasi adalah “karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan
pendapat untuk membangun suatu kesimpulan” (Jauharoti Alfin, dkk., 2008: 10-11).
Karangan argumentasi bertujuan meyakinkan pembaca agar pembaca membenarkan
pendapat, gagasan, atau sikap yang kita ungkapkan dalam karangan (Suparni, 1990:43).
4) Paragraf Narasi
Narasi berasal dari kata to narrate, yang berarti bercerita. Cerita adalah rangkaian
peristiwa atau kejadian secara kronologis, baik fakta maupun rekaan atau fiksi. Narasi
adalah tulisan berbentuk karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa atau kejadian
menurut urutan terjadinya dengan maksud memberi makna kepada sebuah atau rentetan
kejadian sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu (Jauharoti Alfin, dkk.,
2008:11-9).
5) Paragraf Persuasi
Persuasi adalah “karangan yang berisi paparan berdaya-bujuk, berdaya-ajak, ataupun
berdaya-imbau yang dapat membangkitkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan
menuruti imbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis” (E. Kusnadi,
dkk., 2006:44).

4. Pola Pengembangan Paragraf


a. Perbandingan atau Pertentangan
Pengembangan paragraf dengan cara perbandingan. Cara perbandingan merupakan sebuah
pengembangan paragraf yang dilakukan dengan membandingkan atau mempertentangkan guna
memperjelas suatu paparan.

Indonesian
b. Analogi
Proses penalaran ini menggunakan perbandingan suatu benda atau peristiwa yang memiliki
kesamaan khusus untuk menarik sebuah kesimpulan bahwa salah satu benda atau peristiwa
tersebut sama dengan benda atau peristiwa lainnya. Dapat juga dikatakan sebagai pemisalan,
perandaian, atau perumpamaan.
c. Contoh-contoh
Menurut (Sabarti Akhadiah, dkk., 1999:163) Sebuah generalisasi yang terlalu umum
sifatnnya agar dapat memberikan penjelasan kepada pembaca, kadang-kadang memerlukan
contoh-contoh yang konkret.
d. Sebab-Akibat
Cara sebab akibat sering disebut dengan kausalitas. Pengembangan paragraf cara ini dapat
dilakukan dengan menyajikan sebab sebagai gagasan pokok / utama baru diikuti akibatnya
sebagai gagasan penjelas, atau sebaliknya disajikan akibat sebagai gagasan pokok utama diikuti
dengan penyebabnya sebagai gagasan penjelas.
e. Klasifikasi
Cara klasifikasi biasanya dilakukan dengan penyajian gagasan pokok/ utama kemudian
diikuti dengan gagasan penjelas secara rinci. Gagasan penjelas merupakan kalsifikasi dari
gagasan utamanya. Misalnya, gagasan utama A, memiliki gagasan penjelas yang dapat
diklasifikasikan menjadi X dan Z.
f. Definisi Luas
Dalam kalimat definisi, kalimat topiknya merupakan suatu pengertian atau istilah yang
memerlukan penjelasan secara panjang lebar agar maknanya mudah dipahami oleh pembaca.
Kata untuk memperjelas pengertian itu ialah kalimat pengembang seperti : adalah, yaitu, ialah
dsb.

5. Paragraf Akademik
Paragraf akademik adalah paragraf yang berstruktur kalimat topik, kalimat penjelas atau
pendukung, dan kalimat konklusi; menggunakan ragam bahasa formal berdasarkan ejaan
baku, istilah baku, tata bahasa baku; menggunakan penalaran ilmiah: pendahuluan,

Indonesian
pembahasan, dan konklusi; dan menyajikan kajian ilmu pengetahuan, teknologi, dan (atau)
seni.
Paragraf akademik berstruktur kalimat topik, kalimat penjelas, kalimat penjelas atau
pendukung, dan konklusi. Dalam sebuah paragraf, kalimat topik hanya satu dan ditempatkan
pada awal paragraf. Kalimat topik terdiri atas subjek dan predikat (objek). Subjek berfungsi
sebagai topik dan predikat berfungsi untuk mengendalikan topik. Kalimat penjelas atau
pendukung terdiri tiga buah kalimat, maksimal tujuh buah kalimat. Kalimat konklusi hanya
satu kalimat berfungsi menegaskan kalimat topik.
Struktur:
a. Kalimat topik:
Menulis itu menyenangkan.
b. Kalimat penjelas:
Kesenangan itu dihasilkan oleh keberhasilan menulis naskah. Keberhasilan itu
dapat menghasilkan kepuasan kognitif, afektif, dan psikis. Lebih daripada itu,
menulis dapat menghasilkan kreativitas baru yang dapat memberikan kepuasan
akademik.
c. Kalimat konklusi:
Jelaslah bahwa menulis itu menyenangkan dan memberikan kepuasan.

Proses penulisan paragraf akademik mencakup:


a. Menentukan topik yang sesuai dengan program studi atau bidang keahlian
penulis,
b. Mengumpulkan data sekunder dan data primer yang relevan dengan topik,
c. Menyusun kerangka paragraf secara menyeluruh sehingga tidak terdapat
kerangka yang tertinggal,
d. Menulis draf dengan mengembangkan kerangka menjadi naskah awal.
e. Mereviu kesesuaian draf atau naskah awal dengan kerangka paragraf (esai), dan
f. Menulis naskah final yang sempurna dan diyakini tanpa kesalahan (zemach dan
rumisek, 2005:2-4).

Indonesian
KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan beberap hal berikut:


1. Paragraf merupakan satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun
secara terpadu, runtut, logis, dan merupakan kesatuan ide yang tersusun secara lengkap,
dan berstruktur.
2. Paragraf yang baik harus memenuhi syarat:
a. Kesatuan. Kesatuan yang dimaksud dalam konteks ini adalah tiap paragraf hanya
mengandung satu pikiran utama yang diwujudkan dalam kalimat topik.
b. Kepaduan. Untuk dapat mencapai kepaduan, langkah-langkah yang harus ditempuh
adalah kemampuan merangkai kalimat sehingga bertalian secara logis dan padu.
c. Ketuntasan. Ketuntasan ialah kesempurnaan. Hal itu dapat diwujudkan dengan
klasifikasidan ketuntasan bahasa.
d. Keruntutan. Keruntutan adalah penyusunan urutan gagasan, konsep, pemikiran, dan
lain-lain dalam karangan.
3. Paragrapf terdiri atas: paragraph deskripsi. Narasi, eksposisi, argumentasi, persuasi, dan
deskripsi.
4. Terdapat beberapa pola pengembangan paragraph, diantaranya:
a. Perbandingan atau Pertentangan
b. Analogi
c. Contoh-contoh
d. Sebab-Akibat
e. Klasifikasi
f. Definisi Luas
Paragraf akademik adalah paragraf yang berstruktur kalimat topik, kalimat penjelas atau
pendukung, dan kalimat konklusi; menggunakan ragam bahasa formal berdasarkan ejaan baku,
istilah baku, tata bahasa baku; menggunakan penalaran ilmiah: pendahuluan, pembahasan, dan
konklusi; dan menyajikan kajian ilmu pengetahuan, teknologi, dan (atau) seni.

Indonesian
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E.Z. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika
Presindo.
Dalman. 2014. Keterampilan Menulis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
H.P. Achmad dan Alex. 2016. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Hs., Widjono. 2008. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.

Indonesian

Anda mungkin juga menyukai