Indonesian
Minggu ke-1
1. Arti Bahasa
2. Fungsi Bahasa
3. Ragam Bahasa
4. Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia
5. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
ISI MATERI
1. Arti Bahasa
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Dari definisi ini dapat
dijabarkan bahwa:
a. Bahasa adalah sistem. Maksudnya bahasa itu tunduk kepada kaidah-kaidah tertentu baik
fonetik, fonemik, dan gramatik. Dengan kata lain, bahasa itu tidak bebas tetapi terikat
kepada kaidah-kaidah tertentu.
b. Sistem bahasa itu sukarela (arbitrer). Sistem berlaku secara umum, dan bahasa merupakan
peraturan yang mendasar. Sebagai contoh: ada beberapa bahasa yang memulai kalimat
dengan kata benda seperti bahasa Inggris, dan ada bahasa yang mengawali kalimatnya
dengan kata kerja. Seseorang tidak dapat menolak aturan-aturan tersebut baik yang pertama
maupun yang kedua. Jadi, tidak tunduk kepada satu dialek tertentu.
c. Bahasa itu pada dasarnya adalah bunyi. Di dunia, banyak orang yang bisa berbahasa lisan,
tetapi tidak dapat menuliskannya. Jadi, bahasa itu pada dasarnya adalah bahasa lisan
(berbicara), adapun menulis adalah bentuk bahasa kedua. Dengan kata lain, bahasa itu
adalah ucapan dan tulisan merupakan lambang bahasa.
d. Bahasa itu simbol. Bahasa itu merupakan simbol-simbol tertentu. Misalnya, kata ”rumah”
menggambarkan hakikat sebuah rumah. Jadi, bahasa itu adalah lambang-lambang tertentu.
Pendengar atau pembaca meletakkan simbol-simbol atau lambang-lambang tersebut secara
proporsional.
2. Fungsi Bahasa
a. Bahasa sebagai sarana komunikasi
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat. Pada fungsi
ini, bahasa merupakan cara yang efektif untuk menyampaikan pikiran, maksud, dan tujuan
kepada lawan bicara. Fungsi tersebut digunakan dalam berbagai lingkungan, tingkatan, dan
kepentingan yang beraneka ragam, misalnya: komunikasi ilmiah, komunikasi bisnis, komunikasi
kerja, dan komunikasi sosial, dan komunikasi budaya.
Indonesian
b. Bahasa sebagai sarana integrasi dan adaptasi
Dengan bahasa, orang dapat menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan. Misalnya:
integritas kerja dalam sebuah institusi, integritas karyawan dalam sebuah departemen, integritas
keluarga, integritas kerja sama dalam bidang bisnis, integritas berbangsa dan bernegara.
Indonesian
f. Bahasa sebagai sarana memahami orang lain
Untuk menjamin efektifitas komunikasi, seseorang perlu memahami orang lain, seperti
dalam memahami dirinya. Dengan pemahaman terhadap seseorang, pemakaian bahasa dapat
mengenali berbagai hal mencakup kondisi pribadinya: potensi biologis, intelektual, emosional,
kecerdasan, karakter, paradigma, yang melandasi pemikirannya, tipologi dasar tempramennya
(sanguines, melankolis, kholeris, flagmatis), bakatnya, kemampuan kreativitasnya, kemampuan
inovasinya, motivasi pengembangan dirinya, dan lain – lain.
Indonesian
j. Bahasa mengembangkan kecerdasan ganda
Selain kecerdasan berbahasa, seseorang dimungkinkan memiliki beberapa kecerdasan
sekaligus. Kecerdasan-kecerdasan tersebut dapat berkembang secara bersamaan. Selain memiliki
kecerdasan berbahasa, orang yang tekun dan mendalami bidang studinya secara serius
dimungkinkan memiliki kecerdasan yang produktif. Misalnya, seorang ahli program yang
mendalami bahasa, ia dapat membuat kamus elektronik, atau membuat mesin penerjemah yang
lebih akurat dibandingkan yang sudah ada.
Indonesian
3. Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik
yang dibicarakan, serta menurut hubungan pembicara, lawan bicara, orang yang dibicarakan,
serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990).
Contoh :
“Mas, lato-latonya berapa?”
“Dua Puluh”
“bisa kurang?”
“lima belas saja dik”
Ragam tulis perlu lebih terang dan lebih lengkap dari ragam lisan. Kelengkapan ragam tulis
menghendaki orang yang diajak bicara mengerti isi tulisan itu.
Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu. Apa yang dibicarakan
secara lisan di dalam sebuah ruang kuliah hanya akan berarti pada saat itu saja. Di samping itu,
ragam tulis tidak terikat oleh situasi, kondisi, ruang, dan waktu. Suatu tulisan yang ditulis oleh
penulis di Amerika dapat dipahami oleh orang Inggris. Contoh lain, dalam suatu kondisi ada
bapak bertanya kepada anaknya “dia kenapa, Nak?” “tahu, Pak. Miring kali.” Tentu jika kita
tidak ada dalam kondisi tersebut kita tidak akan mengerti maksud ragam tersebut.
Dalam beberapa kesempatan, baik ragam lisan maupun ragam tulis perlu memerhatikan
aturan-aturan baku dalam berbahasa. Sebagai contoh, dalam kesempatan yang formal seperti
presentasi ilmiah, penutur perlu menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa
Indonesian
Indonesia. Inilah yang disebut dengan ragam bahasa baku. Adapun ragam bahasa yang tidak
baku sering kita jumpai pada bahasa sehari-hari.
Ragam bahasa tulis adalah wujud bahasa yang dituangkan dalam media tulis. Unsur utama
dari ragam tulis adalah huruf dan ejaan. Ragam ini tidak terikat ruang dan waktu sehingga
diperlukan gramatikal yang sempurna agar penuturan tidak terjadi kesalahpahaman.
Contoh:
1) Ragam bahasa tulis
Ragam ini menekankan penggunaan ragam bahasa baku, ejaan yang baku, kosakata yang
baku, bentuk kata berimbuhan, dan kalimat yang lengkap secara gramatikal.
• Istri Pak Gubernur membina UMKM memproduksi masker yang terbuat dari kain.
• Lita sedang memberi makan kucing oranye
Indonesian
2) Ragam bahasa lisan
Kosakata lebih menekankan pilihan kata yang tidak baku dan bentuk kata bahasa lisan
cenderung tidak menggunakan imbuhan (awalan,akhiran).
• Bini Pak Gubernur bina UMKM bikin masker kain
• Lita beri makan kucing oren
Indonesian
5) Menggunakan istilah khusus
6) Objektif
7) Konsisten
Ragam bahasa ilmiah digunakan dalam kajian ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
yang terkait dengan penulisan upaya pencarian, penemuan, pengolahan, dokumentasi, analisis,
atau publikasi dalam bentuk yang berbeda-beda dapat disesuaikan sesuai kebutuhannya.
Indonesian
i. Ragam Bahasa Sastra
Ragam ini mengutamakan unsur-unsur keindahan seni, penulis cenderung menekankan gaya
pengungkapan simbolik dengan memadukan unsur instrinsik dan ekstrinsik. Namun, ragam ini
sering digunakan juga dalam iklan promosi produk komersial. Ragam sastra yang menyenangkan
bagi pembacanya tanpa mendorong pembaca untuk membeli suatu produk, sedang iklan bersifat
persuasif agar pembaca membeli produk.
Indonesian
4. Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu yang dikukuhkan pada tanggal 28 Oktober
1928 (peristiwa Sumpah Pemuda). Jika dilihat berdasarkan rentang waktu, maka dapat dikatakan
bahwa bahasa Indonesia lebih dulu muncul (1928) dibandingkan Indonesia merdeka (1945).
Mengapa demikian? Silakan berikan pendapat Anda!
Kesepakatan pemuda Indonesia menjadikan bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia
disebabkan empat faktor:
a. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan, dan
bahasa perdagangan.
b. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa ini tidak dikenal
tingkatan bahasa seperti dalam bahasa Jawa (ngoko, kromo) atau perbedaan bahasa kasar
dan halus, seperti dalam bahasa Sunda (kasar, lemes).
c. Suku Jawa, suku Sunda, dan suku-suku yang lain dengan sukarela menerima bahasa Melayu
menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
d. Melayu dapat dijadikan salah satu kebudayaan di Indonesia (dalam arti luas)
Berikan pendapat Anda tentang keempat faktor tersebut!
Berdasarkan alasan ini, maka dikukuhkanlah bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia
yang dicantumkan dalam tiga sumpah yang disebut Sumpah Pemuda.
SUMPAH PEMUDA
Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Perjalanan bahasa Indonesia tidak sampai disitu saja. Bangsa Indonesia tentu ingin memiliki
bahasa sendiri yang menandai identitas nasional. Meskipun sama-sama berakar dari bahasa
Melayu, bahasa Indonesia tidak mau disamakan dengan bahasa Melayu lainnya (seperti bahasa
Melayu Malaysia, Brunai Darussalam, dan negara Asen lainnya). Dengan alasan ini, terjadilah
peristiwa-peristiwa penting yang menandai perkembangan bahasa Indonesia.
Indonesian
PERISTIWA PERISTIWA PENTING YANG MENANDAI
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
Indonesian
5. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa
persatuan. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi:
a. Fungsi pertama dalam kedudukannya sebagai lambang kebanggaan nasional. Kebanggaan
nasional adalah “sikap kejiwaan yang terwujud, tampak pada sikap menghargai warisan,
hasil karya, dan semua hal lain yang menjadi milik bangsa sendiri”. Sebagai lambang
kebanggaan nasional, bahasa Indonesia tentulah akan mencerminkan nilai-nilai sosial
budaya yang dapat mendasari rasa kebanggaan warga Indonesia. Rasa kebanggaan tidak
mudah dibina dalam masyarakat yang sudah tercemar oleh pengaruh budaya asing.
Keinginan yang timbul dari lubuk hati yang dalam untuk melestarikan bahasa nasional
merupakan wujud kebanggaan bahasa nasional, dengan rasa kebanggaan yang tercermin
dalam diri menjadikan bahasa Indonesia akan tetap dipakai dalam semangat kebangsaan.
b. Fungsi kedua dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional bahwa bahasa Indonesia
menjadi lambang identitas nasional. Lambang identitas yang lainya adalah bendera merah
putih. Jika bendera kita dilecehkan dan diinjak-injak, tentu kita akan marah dan merasa
harga diri bangsa terkoyak-koyak. Begitupula dengan bahasa Indonesia sebagai lambang
identitas nasional. Rasa ketersinggungan tersebut menunjukkan bahwa telah memiliki sikap
positif terhadap bahasa nasional tersebut.
c. Fungsi bahasa yang ketiga dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional adalah menjadi
alat pemersatu berbagai masyarakat. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat yang
memungkinkan terwujudnya penyatuan berbagai suku bangsa yang memiliki latar belakang
sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat.
Bahwa bahasa Indonesia menjadi alat yang memungkinkan berbagai suku bangsa mencapai
keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu tanpa perlu meninggalkan identitas kesukuan
dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang
bersangkutan.
Indonesian
d. Fungsi keempat dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahwa bahasa Indonesia
berfungsi sebagai alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah. Bagaimana
seandainya berbagai suku bangsa yang ada di nusantara ini tidak mempunyai bahasa
Indonesia yang menjembatani keberagaman bahasa ibu. Dalam hal ini dapat kita katakan
bahwa bahasa Indonesia menjadi jembatan budaya di antara suku-suku bangsa dengan latar
belakang kebangsaan yang berbeda-beda.
Indonesian
d. Bahasa Pengembang Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Modern
Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara salah satunya adalah sebagai alat
pengembang kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Dalam hal ini bahwa bahasa
Indonesia merupakan salah satu alat yang memungkinkan membina dan mengembangkan
kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga memiliki ciri dan jati diri yang dapat
membedakan dari kebudayaan daerah. Bahasa Indonesia menjadi tonggak utama kebudayaan
nasional, dengan menggunakan dan mengembangkan bahasa dapat mengembangkan nilai-nilai
sosial budaya Indonesia.
Indonesian
KESIMPULAN
Indonesian
ragam bahasa baru (modern) ditandai dengan penggunaan kata-kata baru, Ejaan Yang
Disempurnakan, dan mengekspresikan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
8. Ragam bahasa ilmiah digunakan untuk komunikasi antara proses kegiatan dan hasil
penalaran ilmiah.
9. Ragam bahasa pidato dipengaruhi oleh tujuan, situasi dan pendekatan isi pidato.
10. Ragam bahasa sastra mengutamakan unsur-unsur keindahan seni, penulis cenderung
menekankan gaya pengungkapan simbolik dengan memadukan unsur instrinsik dan
ekstrinsik.
11. Ragam Bahasa berita menyajikan fakta secara utuh dan objektif.
12. Bahasa Indonesia harus digunakan dengan baik dan benar.
13. Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai Bahasa nasional, Bahasa negara, dan Bahasa
persatuan.
14. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi:
a. sebagai lambang kebanggaan nasional.
b. sebagai lambang identitas nasional.
c. sebagai alat yang memungkinkan terwujudnya penyatuan berbagai suku bangsa
d. sebagai alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah.
15. Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi:
a. bahasa resmi kenegaraan
b. bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan
c. bahasa perhubungan tingkat nasional
d. bahasa pengembang kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi modern
Indonesian
DAFTAR PUSTAKA
Achmad HP dan Alex, M.Pd.. (2016). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Erlangga.
Arifin, E.Z. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Akademika Presindo.
Indonesian
LECTURE NOTES
Indonesian
Minggu ke – 2
OUTLINE MATERI
b. Huruf miring
d. Kata majemuk
f. Tanda baca
Indonesian
PENGERTIAN EJAAN DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA
Ejaan memiliki peranan sentral dalam penggunaan bahasa, khususnya ragam bahasa tulis.
Kamus Besar Bahasa Indonesia V mendefinisikan ejaan sebagai “kaidah cara menggambarkan
bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan
tanda baca”. Pengabaian penggunaan ejaan dapat menimbulkan kesalahpahaman, kebingungan,
dan ketidakjelasan maksud kalimat bagi pembaca. Sudah semestinya, ejaan dipergunakan dalam
ragam bahasa tulis, baik dalam keseharian maupun dalam situasi resmi. Tujuannya, supaya
penggunaan ejaan yang baik dan benar ini menjadi sebuah kebiasaan dan tidak lagi menimbulkan
kesulitan bagi para pengguna ragam tulis.
Bahasa Indonesia lahir pada tahun 1928, yakni pada momen Sumpah Pemuda. Dalam
perjalanannya, terdapat beberapa ejaan yang pernah diberlakukan. Perhatikan bagan berikut ini.
Saat bahasa Indonesia diresmikan sebagai bahasa nasional pada tahun 1928, ejaan yang
berlaku pada saat itu adalah Ejaan Van Ophuijsen (EVO). Ejaan ini dikenalkan pertama kali oleh
Mr. Ophuijsen dari Belanda pada tahun 1901. Alasan digunakannya EVO ini adalah untuk
Indonesian
memudahkan orang Belanda menuliskan kosakata bahasa Melayu (kemudian disebut bahasa
Indonesia sejak tahun 1928) menggunakan huruf Latin sesuai dengan konsep penulisan dalam
bahasa Belanda. Ejaan ini berlaku sampai tahun 1947 atau kurang lebih berlaku selama 46 tahun.
Jadi, tidak mengherankan jika teks Sumpah Pemuda dan Teks Proklamasi masih menggunakan
Ejaan Van Ophuijsen ini.
Pada tahun 1946, Mr. Seowandi selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada waktu itu
(Sriyanto, 2015) merilis Ejaan Republik atau dikenal juga dengan nama Ejaan Seowandi sebagai
bentuk perbaikan dan penyesuaian EVO dengan bahasa Indonesia pada waktu itu. Ejaan ini
disebut Ejaan Republik karena Indonesia telah menyatakan kemerdekaannya dan bentuk
negaranya, republik. Sementara itu, penyebutan “Ejaan Seowandi” itu disebabkan oleh nama
Mendikbud dan orang yang meresmikan penggunaan ejaan ini adalah Mr. Seowandi.
Sebenarnya, setelah Ejaan Seowandi, terdapat dua ejaan yang pernah diusulkan untuk
diberlakukan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Melayu, khususnya bahasa Melayu di
Malaysia, tetapi kedua ejaan tersebut tidak pernah mencapai kata sepakat untuk diberlakukan di
dua negara tersebut. Kedua ejaan yang dimaksud adalah Ejaan Pembaruan (1954) dan Ejaan
Melindo/Melayu-Indonesia (1959). Akibatnya, Ejaan Republik atau Ejaan Seowandi ini berlaku
selama 26 tahun. Kemudian, Ejaan Republik digantikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan
pada tahun 1972. Adapun perbedaan di antara ketiga ejaan tersebut dapat dilihat dalam contoh
penulisan kata-kata dalam tabel berikut ini.
Indonesian
EVO. Kemudian, penulisan konsonan [dj] pada Ejaan Republik ini diubah dalam EYD dengan
lambang [j] saja.
Indonesian
Untuk bunyi kluster [sy], EVO dan Ejaan Republik masih menggunakan lambang bunyi [sj],
tetapi EYD memperbaikinya dengan menggunakan lambang [sy].
Lamanya masa berlaku EVO dan Ejaan Republik ini membawa dampak yang cukup
signifikan terhadap perkembangan bahasa Indonesia di masa kini. Contohnya, sebagian
masyarakat Indonesia masih membawa aturan EVO dan Ejaan Republik ke dalam penulisan kata
bahasa Indonesia di masa kini, misalnya penulisan kata anak-anak yang ditulis dengan anak2,
penulisans kata Jumat yang ditulis dengan Jum’at, dan penulisan kata doa ditulis do’a. Oleh
karena itu, salah satu cara untuk meminimalisasi terjadinya kebingungan dan kesalahan
penggunaan ejaan dalam bahasa Indonesia adalah dengan menerapkan aturan ejaan yang benar
sesuai dengan ejaan yang berlaku saat ini.
Keberlakuan EYD dalam bahasa Indonesia cukup bertahan lama, yakni sekitar 43 tahun.
Setelah masa berlaku yang lama itu, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa di bawah
naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merilis ejaan pembaruan bahasa Indonesia
yang disebut dengan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI). Ejaan ini diatur berdasarkan Peraturan
Indonesian
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015. Hal yang
membedakan EBI dengan EYD di antaranya yaitu sebagai berikut.
3. Diberlakukannya tiga varian bunyi /e/, khususnya di kamus, misalnya kata kecap dilafalkan
[kécap], militer dilafalkan [militèr], dan kecap dilafalkan [kêcap].
4. Huruf konsonan /q/ dan /x/ hanya digunakan untuk nama diri dan keperluan dalam ilmu
pengetahuan.
5. Adanya penambahan diftong yaitu diftong ei untuk kata survei dan geiser.
6. Pada huruf kapital aturan penggunaan lebih diringkas (pada PUEYD terdapat 16 aturan
sedangkan pada PUEBI terdapat 13 aturan) dengan disertai catatan.
7. Pada huruf tebal terdapat pengurangan aturan sehingga hanya dua aturan, yaitu menegaskan
bagian tulisan yang sudah ditulis miring dan menegaskan bagian karangan seperti judul
buku, bab, atau subbab.
Terakhir, pada tahun 2022, pemerintah kembali merilis pedoman umum ejaan bahasa
Indonesia yang kembali dinamai dengan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) atau disebut juga
dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Edisi Kelima (EYD V). Ejaan inilah yang
akan dipelajari lebih lanjut dalam pembahasan materi ejaan, mata kuliah Bahasa Indonesia.
Untuk memudahkan akses, kini pemerintah menyediakan akses EYD V dalam bentuk aplikasi
dan web dengan alamat https://ejaan.kemdikbud.go.id/.
Indonesian
EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN
EDISI KELIMA
Penggunaan
Huruf Kapital
Perhatikan pembahasan berikut ini untuk memahami maksud dari ketiga klasifikasi
tersebut.
1. Huruf kapital selalu digunakan di awal kalimat, baik kalimat pernyataan, kalimat
pernyataan, kalimat imperatif, maupun kalimat langsung. Lihatlah contohnya dalam tabel
berikut ini.
Tabel 2. Contoh penggunaan huruf kapital di awal kalimat
Jenis Kalimat Contoh kalimat
Kalimat pernyataan Salah satu fungsi bahasa Indonesia adalah sebagai lambang
identitas orang Indonesia.
Kalimat pertanyaan Apakah bahasa Indonesia wajib digunakan di lingkungan
pendidikan?
Kalimat imperatif Tolong buang sampah ini ke tempatnya!
Kalimat langsung Bapak berpesan, “Nak, jaga diri baik-baik ya, jangan suka pulang
malam-malam.”
Indonesian
2. Huruf kapital selalu digunakan untuk sesuatu yang bersifat nama, kecuali nama jenis dan
kata-kata tertentu yang diikuti nama. Perhatikan contoh-contoh dan pengecualiannya
dalam tabel berikut ini.
Tabel 3. Contoh penggunaan huruf kapital pada nama
Contoh Kalimat Penjelasan
1) Ada yang mengatakan Ki Hadjar Huruf kapital digunakan untuk
Dewandara1, Bapak Pendidikan2 menuliskan nama orang1, nama
Indonesia, mengusungkan konsep julukan2, dan nama negara3.
pendidikan yang sama dengan
pendidikan yang dijalankan di Finlandia3
saat ini.
2) Merujuk laman Ruang Guru (2022), Huruf kapital digunakan untuk
hukum Archimedes1 menjelaskan menuliskan nama hukum1, teori, dan
hubungan antara gaya berat dan gaya ke rumus.
atas (gaya apung) pada suatu benda jika
dimasukkan ke dalam fluida.
3) Sudah menjadi rahasia umum bahwa Huruf kapital digunakan untuk
umat Islam1 memegang Alquran2 sebagai menuliskan nama agama, kitab, nama
pedoman hidupnya dan Allah Swt. Tuhan dan sifat-sifatnya, serta kata
sebagai Tuhannya3. ‘Tuhan’ itu sendiri.
4) Hari itu, Presiden1 Joko Widodo bertemu Huruf kapital digunakan untuk
dengan Raden2 Reisa Asmoro dan menuliskan nama jabatan1, gelar
Profesor3 Quraish Shihab. kebangsawanan2, gelar keagamaan,
gelar akademik3, dan gelar kehormatan
jika diikuti nama orangnya.
5) Adik saya lahir pada hari Selasa1, bulan Huruf kapital digunakan untuk
Agustus2 2006, tepat beberapa hari menuliskan nama hari1, bulan2, dan
sebelum peringatan Proklamasi tahun, termasuk hari-hari raya seperti
Kemerdekaan Indonesia3. hari Lebaran, hari Natal, dan hari
Galungan.
Huruf kapital juga digunakan untuk
menuliskan nama peristiwa sejarah3.
6) Saya baru tahu bahwa Sungai Bengawan Huruf kapital digunakan untuk
Solo1 tidak terletak di Kota Solo2, tetapi menuliskan nama geografi seperti
memang melintasi wilayah itu. Sungai sungai, laut, samudra, gunung, danau,
tersebut merupakan sungai terpanjang di kota, desa, provinsi, pulau, dan benua
Pulau Jawa3. jika diikuti namanya (lihat contoh yang
ditandai dengan 1, 2 dan 3).
Indonesian
7) Ibu membeli 5 meter batik Cirebon1 dan Huruf kapital digunakan untuk
500 gram kopi Gayo2 untuk dijadikan menuliskan nama geografi yang
oleh-oleh besannya. dijadikan nama makanan, benda, atau
lainnya, dan berkaitan dengan asal
daerahnya.
8) Bahasa internasional ini merujuk pada Huruf kapital digunakan untuk
bahasa-bahasa yang resmi digunakan menuliskan nama lembaga, badan,
1
oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa . Saat organisasi1, negara, termasuk dokumen
ini, ada enam bahasa resmi PBB yaitu yang diterbitkan oleh lembaga/negara
bahasa Inggris, bahasa Prancis, bahasa tersebut.
Spanyol, bahasa Rusia, bahasa Mandarin, Huruf kapital juga digunakan untuk
dan bahasa Arab2. menuliskan nama bahasa2, suku, dan
bangsa.
9) Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan Huruf kapital digunakan pada huruf
yang menulis berita berjudul "Listrik pertama setiap kata pada judul buku,
Sahabat Petani" dan dimuat di karangan, artikel, makalah, dan nama
paktani.com. media masa
10) Siap, Pak, kami akan antar surat ini Huruf kapital digunakan untuk
1
kepada penerimanya secara langsung. menuliskan kata sapaan .
Pengecualian-pengecualian
Indonesian
3. Huruf kapital selalu digunakan untuk menulis singkatan. Perhatikan contohnya dalam
tabel berikut ini.
Tabel 4. Contoh penggunaan huruf kapital pada singkatan
Contoh singkatan Contoh kalimat
SD, SMP, SMA, BNI, Adik-adik saya saat ini duduk di bangku SMP dan
BCA, ABRI, UI, TNI SMA.
Singkatan gelar Orang-orang yang telah menunaikan ibadah haji
keagamaan: biasanya akan disemati gelar hajah atau haji, misalnya
Hajah (Hj.)/Haji (H.) Bapak H. Abdul Qodir.
Singkatan gelar akademik Prof. Dr.-Ing. Ir. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng.
adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga.
Singkatan gelar jabatan: Ditjen Pajak optimistis pengawasan wajib pajak berbasis
Kolonel (Kol.) kewilayahan akan lebih efektif dan efisien pada 2023
Ditjen
Indonesian
yang cukup signifikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia (versi sebelumnya). Angka yang
harus ditulis dengan lambang angka adalah angka-angka yang terdiri atas satu kata, misalnya
satu, dua, lima, sepuluh, sebelas, dan seratus. Angka-angka lainnya, misalnya 12 (dua
belas), 20 (dua puluh), 57 (lima puluh tujuh), dan sebagainya, itu harus ditulis dengan
angkanya, bukan dengan huruf.
Namun, ada pengecualian untuk hal-hal tersebut, pengecualian tersebut dapat dilihat dari
contoh kalimat berikut ini.
1. Ibu membeli 1 kilogram dada ayam, 2 liter minyak goreng, 250 gram cabai rawit, dan 2
kilogram kentang. (Angka-angka dalam kalimat tersebut harus ditulis dengan lambang
angka karena diikuti dengan satuan ukurannya)
2. Raffi membeli sepuluh kendaraan baru yang terdiri atas 2 sedan, 3 jeep, 3 sepeda motor,
dan 2 sepeda gunung. (Angka-angka tersebut menempati rincian dalam kalimat sehingga
harus ditulis dengan angka untuk memudahkan pembacaan)
3. 2 mahasiswa BINUS terpilih menjadi Juara 1 dalam pemilihan Duta Bahasa Nasional
tahun 2024. (Kalimat ini salah karena dimulai dengan angka)
4. Dua mahasiswa BINUS terpilih menjadi Juara 1 dalam pemilihan Duta Bahasa Nasional
tahun 2024. (Angka yang digunakan di awal kalimat harus ditulis dalam bentuk huruf)
5. Juara 1 dalam pemilihan Duta Bahasa Nasional tahun 2024 merupakan dua mahasiswa
BINUS. (Kalimat pada nomor 3, boleh juga diubah menjadi kalimat ini, artinya sah-sah
saja mengubah susunan kata dalam kalimat tersebut)
Indonesian
Untuk memahami konsep kata majemuk lebih baik, perhatikan bagan berikut.
Sebagai contoh, kata rumah sakit dan rumah besar. Kata rumah sakit termasuk kata
majemuk karena tidak dapat disisipi kata yang, ini, atau itu. Dalam bahasa Indonesia,
susunan kata rumah yang sakit atau rumah itu sakit tidak berterima. Berbeda dengan frasa
rumah besar, kata-kata tersebut dapat disisipi kata-kata lain tanpa mengganggu inti makna
katanya, contohnya rumah yang besar, rumah ini besar, atau rumah itu besar. Secara
makna, rumah besar dengan rumah yang besar dapat diterima dan dipahami dengan mudah.
Indonesian
Gambar 1. Contoh kata-kata bentuk terikat
Indonesian
2. Dia terlambat masuk 2. Dia terlambat masuk Tidak semua konjungsi intrakalimat
ZOOM, sehingga ZOOM sehingga perlu diawali tanda koma. Konjungsi
dinyatakan absen dinyatakan absen yang dimaksud adalah konjungsi
dalam perkuliahan dalam perkuliahan karena, sehingga, dan untuk.
hari ini. hari ini. ✓
3. Gubernur Jawa Barat 3. Gubernur Jawa Penggunaan tanda baca koma di
Ridwan Kamil telah Barat, Ridwan kalimat ini berfungsi untuk
membangun banyak Kamil, telah membedakan jabatan dengan nama
masjid cantik di membangun banyak orang yang menjabatnya. Tanpa
Indonesia. masjid cantik di adanya tanda koma, nama jabatan
Indonesia. ✓ menjadi ambigu.
4. Mereka memerlukan 4. Mereka memerlukan Tanda baca koma perlu digunakan
perabot rumah perabot rumah sebelum menyebutkan rincian yang
tangga: kursi, meja, tangga seperti kursi, terakhir, perhatikan bagian yang
dan lemari. ✓ meja dan lemari. ditandai warna kuning.
5. "Kita bangga karena 5. "Kita bangga karena Tanda petik satu digunakan untuk
lagu 'Indonesia Raya' lagu “Indonesia memberikan penekanan pada kata
berkumandang di Raya” yang terletak dalam kalimat langsung.
arena Asian Games," berkumandang di Kalimat langsung itu sendiri perlu
kata Ketua KONI. ✓ arena Asian Games," diapit dengan tanda petik dua.
kata Ketua KONI.
6. Acara ini akan 6. Acara ini akan Dalam ejaan bahasa Indonesia, ada
dilaksanakan selama dilaksanakan selama yang disebut tanda hubung (contoh
3 hari yaitu pada 3 hari yaitu pada kalimat 6A) dan tanda pisah (contoh
tanggal 5-8 Desember tanggal 5—8 kalimat 6B). Untuk menunjukkan
2022. Desember 2022. ✓ rentang waktu, tanda yang semestinya
digunakan adalah tanda pisah, bukan
tanda hubung. Tanda hubung
digunakan untuk menghubungkan
kata reduplikasi atau kata ulang,
menghubungkan kata bentuk terikat
yang diikuti nama atau singkatan, dan
menghubungkan imbuhan dengan
kata dalam bahasa asing atau bahasa
daerah.
Indonesian
KESIMPULAN
Berdasarkan paparan dalam bagian pembahasan, dapat disimpulkan bahwa ejaan yang harus
digunakan dalam bahasa Indonesia saat ini adalah EYD V. Adapun simpulan penjelasannya
adalah sebagai berikut.
1. Materi kajian ejaan ini meliputi: (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan
kata, dan (4) pemakaian tanda baca.
2. Pemakaian huruf dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) edisi V yang digunakan dalam
perkuliahan ini mengkaji hal-hal berikut: (1) penggunaan huruf kapital, huruf nonkapital,
dan huruf miring, (2) penulisan angka dan bilangan, (3) penulisan kata bentuk terikat, dan
(4) penggunaan tanda baca yang benar.
3. Penulisan huruf kapital dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) V digunakan untuk: (1)
awal kalimat, (2) semua hal yang berkaitan dengan nama, kecuali nama jenis dan nama yang
mendapat pengimbuhan, dan (3) singkatan.
4. Penulisan kata dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) V meliputi: kata bentuk terikat,
kata majemuk, frasa, dan penulisan angka dan bilangan.
5. Pemakaian tanda baca dalam Ejaan bahasa Indonesia meliputi pemakaian (1) tanda titik, (2)
tanda koma, (3) tanda tanya, (4) tanda seru, (5) tanda hubung, (6) tanda pisah, dan (7) tanda
titik dua.
Indonesian
DAFTAR PUSTAKA
Indonesian
LECTURE NOTES
Indonesian
Minggu ke-3
1. Ketepatan Kata
Diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan sehingga
diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan (KBBI V). Maksud tepat di sini adalah kata yang
dipilih atau digunakan dapat dipahami maknanya secara logis dan tanpa memunculkan makna lain
(ambigu) sehingga maksud yang ingin disampaikan oleh pembicara atau penulis dapat ditangkap
dengan jelas oleh pendengar atau pembaca. Untuk mencapai ketepatan ini, pembicara atau penulis
harus memperhatikan unsur kecermatan penulisan kata agar tidak salah makna dan kecermatan
dalam pemilihan kata agar kata-kata yang dipilih itu tidak lewah (mubazir). Sementara itu, maksud
selaras ini lebih berkaitan dengan kecocokan kata yang dipilih dengan konteksnya, khususnya
konteks sosial.
Pemilihan kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat pesan
yang ingin disampaikannya, baik secara lisanmaupun tulisan. Pemilihan kata juga harus sesuai
dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu. Penggunaan ketepatan pilihan kata
dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa menggunakan kosa kata secara aktif yang dapat
mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengkomunikasikan secara efektif kepada
pendengar atau pembacanya. Indikator ketepatan kata adalah sebagai berikut.
a. Mengomunikasikan gagasan berdasarkan pilihan kata yang tepat dan sesuai
berdasarkan kaidah bahasa Indonesia.
b. Menghasilkan komunikasi yang paling efektif tanpa salah penafsiran atau salah
makna.
c. Menghasilkan respon pembaca atau pendengar sesuai dengan harapan penulis
atau pembicara.
d. Menghasilkan target komunikasi yang diharapkan.
Komunikasi merupakan syarat yang wajib dipahami oleh setiap individu,karena jika kita
mampu memilih kata yang tepat dalam berkomunikasi akan semakin mudah menyampaikan apa
Indonesian
yang ingin kita sampaikan. Ada berbagai macam syarat-syarat dalam ketepatan pemilihan kata
dijabarkan sebagai berikut.
a. Membedakan makna kata denotasi dan konotasi dengan cermat. Denotasiyaitu kata
yang tidak bermakna ganda sedangkan konotasi menimbulkan makna yang
bermacam-macam.
b. Membedakan kata yang hampir bersinonim, seperti adalah, ialah, yaitu, merupakan,
dalam pemakaian yang berbeda-beda.
c. Membedakan secara cermat kata yang hamper mirip ejaannya, misalnya : inferensi
(kesimpulan) dan interfensi (saling mempengaruhi).
d. Tidak menafsirkan makna kata secara subyektif berdasarkan pendapat sendiri,
misalnya : modern sering diartikan secara subyektif canggih, dalam kamus modern
berarti terbaru, canggih berarti banyak cakap, banyak mengetahui.
e. Menggunakan imbuhan asing jika diperlukan, harus memahami makna secara tepat.
Misalnya koordinir seharusnya koordinasi.
f. Menggunakan kata-kata idiomatic berdasarkan pasangan yang benar.
g. Menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat. Misalnya : mobil (kata
umum) Civic (kata khusus, sedan buatan Honda).
h. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya : isu (berasal dari
bahasa Inggris issue berarti publikasi) isu (dalam bahasa Indonesia berarti kabar yang
tidak jelas asal usulnya)
i. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim misalnya : (pria dan laki-laki, saya dan
aku).
j. Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat kata abstrak (konseptual
misalnya : pendidikan, wirausaha) dan kata kongkret (misalnya : manga,sarapan)
2. Kesesuaian Kata
Selain ketepatan pemilihan kata, pengguna bahasa harus pula memperhatikan kesesuaian
kata agar tidak merusak makna, suasana dan situasi yang hendak ditimbulkan atau suasana
yang sedang berlangsung.
Indonesian
Syarat kesesuaian kata:
a. Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampuadukkan
penggunaannya dengan kata tidak baku yang hanya digunakan dalam pergaulan.
b. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat.
c. Menggunakan kata berpasangan dan berlawanan makna dengan cermat.
d. Menggunakan kata dengan nuansa tertentu.
e. Menggunakan kata ilmiah untuk penulisan karangan ilmiah dan komunikasi non
ilmiah menggunakan kata populer.
f. Menghindarkan penggunaan ragam lisan dalam bahasa tulis.
Penggunaan kata dalam surat, proposal, laporan, pidato, diskusi ilmiah, karangan
ilmiah dan lain – lain harus tepat dan sesuai dengan situasi yang hendak diciptakan.
Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep, pembuktian,
hasil pemikiran atau solusi suatu masalah. Diksi merupakan faktor penting dalam
menentukan kualitas sebuah karangan. Pilihan kata yang tidak tepat dapat menurunkan
kualitas karangan.
3. Definisi
Definisi memiliki beberapa pengertian yatitu: 1) Kata, frasa, atau kalimat yang
mengungkapkan makna, keterangan, atau ciri utama dari orang, benda, proses, atau aktivitas;
2) Batasan arti. 3) Rumusan tentang ruang lingkup dan ciri- ciri suatu konsep yang menjadi
pokok pembicaraan (KBBI). 4) Uraian pengertian yang berfungsi membatasi objek, konsep,
dan keadaan berdasarkan waktu dan tempat suatu kajian. Definisi dibedakan atas definisi
nominal, definisi formal, definisi personal, definisi kerja atau definisi operasional, dan definisi
luas.
Indonesian
a. Definisi Nominal
Definisi ini berupa pengertian singkat. Definiens pada definisi jenis ini ada tiga macam,
yaitu
1) Sinonim atau padanan, contoh: manusia adalah orang, perempuan adalah wanita.
2) Terjemahan dari bahasa lain, contoh: kinerja ialah performance, pengembang ialah
developer.
3) Asal-usul sebuah kata, contoh: psikologi berasal dari kata psyche berartijiwa, dan logos
berarti ilmu, psikologi adalah ilmu jiwa.
b. Definisi Formal
Definisi formal disebut juga definisi terminologis, yaitu definisi yang disusun
berdasarkan logika formal yang terdiri dari tiga unsur. Strukturnya berupa kelas, genus,
dan pembeda (diferensiasi). Struktur formal diawali dengan klasifikasi, diikuti dengan
menentukan kata yang akan dijadikan definiendum, dilanjutkan dengan menyebutkan
genus, dan diakhiri dengan menyebutkan kata-kata atau deskripsi pembeda. Pembeda
harus lengkap dan menyeluruh sehingga benar-benar menunjukan pengertian yang sangat
khas dan membedakan pengertian dari kelas yang lain.
Contoh:
Manusia adalah makhluk yang berakal budi.
Hewan adalah makhluk yang hidup berdasarkan naluri atau insting.
Mahasiswa adalah pelajar di perguruan tinggi.
c. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah batasan pengertian yang dijadikan pedoman untuk
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, misalnya penelitian. Oleh karena itu, definisi
ini disebut juga definisi kerja karena dijadikan pedoman untuk melaksanakan suatu
penelitian atau pekerjaan tertentu. Definisi ini disebut juga definisi subjektif karena
disusun berdasarkan keinginan orang yang akan melakukan pekerjaan.
Indonesian
Ciri-ciri definisi operasional :
1) Mengacu pada target pekerjaan yang hendak dicapai.
2) Berisi pembatasan konsep, tempat, waktu, bersifat aksi, tindakan, atau pelaksanaan
suatu kegiataan.
Contoh :
Prestasi atlet bulutangkis adalah jumlah medali yang diperoleh pada setiap
pertandingan sejak awal karier bermain bulu tangkis sampai dengan akhir karier bulu
tangkisnya.
d. Definisi Paradigmatis
Definisi paradigmatis bertujuan untuk mempengaruhi pola berpikir orang lain.
Contoh:
Globalisasi bisnis adalah usaha lebih banyak melampaui batas-batas negara untuk
mendapatkan uang, barang, dan konsumen.
1) Pendidikan adalah upaya mendewasakan anak didik.
2) Budaya merupakan modal pengembangan kreativitas bisnis yangbernilai
ekonomi tinggi.
3) Kekayaan laut merupakan potensi alam yang dapat memenuhi duapertiga
kebutuhan hidup bangsa.
e. Definisi Luas
Definisi luas adalah batasan pengertian yang sekurang-kurangnya terdiri atas satu
paragraf. Definisi ini hanya berisi satu gagasan yang didefinisikan.
Ciri-ciri definisi luas:
1) Terdiri sekurang-kurangnya satu paragraph,
2) Berisi satu gagasan yang merupakan definiendum,
3) Tidak menggunakan kata kias,
4) Setiap kata dapat dibuktikan atau diukur kebenarannya, dan
5) Menggunakan penalaran yang jelas.
Indonesian
Contoh:
Globalisasi bisnis adalah usaha komersial yang melampaui batas-batas negara bertujuan
untuk mendapatkan uang, barang, dan konsumen. Globalisasi ini dilakukan dengan
menggunakan konsentrasi penjualan produk kenegara lain. Kegiatan ini dilakukan dengan
menjalin kerja sama antarproduk, antarpengusaha, dan antarnegara. Misalnya: imbal beli,
patungan, atau murni mengekspor produk
Indonesian
KESIMPULAN
Indonesian
DAFTAR PUSTAKA
Achmad HP & Alex. (2016). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga.
ISBN: 9786022986683.
Mustakim. (2014). Bentuk dan pilihan kata. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Indonesian
LECTURE NOTES
Indonesian
Minggu ke-4
Kalimat Efektif
LEARNING OUTCOMES
1. Pola kalimat
2. Jenis kalimat
4. Kesalahan kalimat
ISI MATERI
1. Pola Kalimat
2. Jenis Kalimat
a. Menurut Jumlah Klausanya
1) Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Kalimat tunggal hanya
mengandung satu unsur S, P, O, Pel dan Ket.
Contoh:
Kami mahasiswa Binus.
2) Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih kalimat
tunggal.
Contoh:
Seorang spesialis media sosial harus memiliki kemampuan mengembangkan rencana
konten dalam media sosial yang sesuai dan konsisten dengan identitas merek produk.
Indonesian
b. Menurut Fungsi
1) Kalimat berita
Contoh:
Pembagian kalender tahun baru di Kelurahan Cijantung dilakukan pada tanggal 1
Januari.
2) Kalimat tanya
Contoh:
Apakah ini akun Tiktok milik Anda?
3) Kalimat perintah
Contoh:
Tolonglah perbaiki laptopku ke pusat servis elektronik
4) Kalimat seru
Contoh:
Aduh, powerbank-ku ketinggalan!
Indonesian
1) Subjek dan Predikat
Sebuah kalimat sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek di dalam
sebuah kalimat merupakan unsur inti atau pokok pembicaraan. Predikat dalam kalimat adalah
kata yang berfungsi memberitahukan apa, mengapa, atau bagaimana subjek itu.
(1a) Kepada para peserta seminar diharapkan duduk di tempat yang paling depan.
(1b) Di dalam keputusan itu mengandung kebijaksanaan yang dapat menguntungkan umum.
Predikat dari kalimat di atas adalah diharapkan dan mengandung. Subjek dari kalimat diatas
adalah para peserta seminar, dan Keputusan itu. Akan tetapi, karena kata-kata itu didahului oleh
partikel kepada dan di dalam, kata-kata itu tidak berfungsi sebagai subjek. Kata-kata Pada,
didalam, kepada, haarus dihilangkan agar subjeknya menjadi jelas dan keseluruhan kalimat
menjadi padu.
(1a) Para peserta seminar diharapkan duduk di tempat yang paling depan.
(1b) Keputusan itu mengandung kebijaksanaan yang dapat menguntungkan umum.
Indonesian
3) Gagasan pokok
Dalam menyusun kalimat, kita harus mengemukakan gagasan pokok diletakan pada
bagian depan kalimat. Biasanya ide pokok diletakan pada bagian depan kalimat atau di akhir
kalimat.
(3a) Ia tertabrak motor ketika ia masih menggenggam telepon seluler.
(3b) Ia masih menggenggam telepon seluler ketika ia tertabrak motor.
Gagasan pokok kalimat (3a) ialah ‘ia tertabrak motor’ merupakan induk kalimat, di
kalimat ke (3b) ‘ia masih menggenggam telepon seluler’ merupakan induk kalimatnya.
Indonesian
Kalimat (a) dan (b) keduanya sudah tepat. Penggunaannya bergantung pada jalan pikiran
penulis apakah ia mementingkan hubungan waktu atau hubungan sebab. Yang perlu diperhatikan
ialah pilihan penggabungan itu harus sesuai dengan konteks kalimat.
(6c) Semua peraturan telah ditentukan sehingga para mahasiswa tidak bertindak sendiri-
sendiri.
(6d) Semua peraturan telah ditentukan agar para mahasiswa tidak bertindak sendiri-sendiri.
b. Keparalelan/Kesejajaran
Keparalelan adalah pemakaian bentuk gramatikal yang sama untuk bagian-bagian kalimat
tertentu. Semisal dalam suatu perincian, jika unsur pertama menggunakan verba, dan seterusnya
harus verba. Jika unsur pertamanya nomina, bentuk berikutnya juga nomina.
Contoh:
1) Kami telah merencanakan membangun pabrik, membuka hutan, pelebaran jalan
desa, dan membuat tali air. (salah)
2) Kami telah merencanakan membangun pabrik, membuka hutan, melebarkan jalan
desa, dan membuat tali air. (benar)
Indonesian
c. Kecermatan
Kalimat yang efektif adalah kalimat yang tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam
pilihan kata.
Contoh:
1) Dosen baru datang (salah)
2) Dosen baru saja datang (benar)
3) Dosen baru itu sudah datang (benar)
4) Mahasiswa perguruan tinggi terkenal itu menerima hadiah (salah)
5) Mahasiswa dari perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah (benar)
d. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain
yang dianggap tidak perlu.Kehematan dalam kalimat efektif merupakan kehematan dalam
pemakaian kata, frasa atau bentuk lain yanng dianggap tidak diperlukan. Kehematan itu
menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Kehematan tidak berarti bahwa kata yang
diperlukan atau yang menambah kejelasan makna kalimat boleh dihilangkan.
1) Pengulangan subjek kalimat
Contoh:
(1a) William segera membatalkan pesanannya setelah dia menemukan harga yang lebih
murah di toko lain.
(1b) Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui mempelai memasuki ruangan.
Indonesian
2) Hiponimi
Dalam bahasa ada kata yang merupakan bawahan makna kata atau ungkapan yang lebih
tinggi. Di dalam makna kata tersebut terkadang makna dasar kelompok makna kata yang
bersangkutan. Kata merah sudah mengandung makna kelompok warna. Kata desember sudah
bermakna bulan.
Contoh:
(2a) Saat masuk ke dalam bioskop, pengunjung harus menyimpan makanan yang dibawa
dari luar di petugas keamanan.
(2b) Mereka turun ke bawah melalui tangga samping kantor
e. Kelogisan
Kelogisan kalimat adalah kemampuan sebuah kalimat untuk menyatakan sesuatu
dengan logika. Sebuah kalimat memiliki kelogisan jika masuk akal atau ide kalimat dapat
diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Contoh:
1) Waktu dan tempat kami persilahkan
2) Hermawan Susanto menduduki juara pertama Indonesia Terbuka Kalimat itu tidak logis
(tidak masuk akal).
Indonesian
f. Kefokusan
Kalimat efektif harus memfokuskan pesan terpenting agar mudah dipahami. Kefokusan
ditandai dengan adanya satu unsur subjek/ predikat/ objek/ keterangan. Kalimat dikatakan
memenuhi syarat kefokusan, apabila fokus dengan satu unsur S-P-O-K .
Contoh:
Printer itu saya perbaiki
S S P
Kalimat tersebut tidak efektif karena memiliki dua unsur S (subjek). Agar efektif, kalimat
tersebut dapat diubah menjadi:
4. Kesalahan Kalimat
Dalam menulis kalimat, terdapat kesalahan pembentukan dan pemilihan kata. Hal tersebut
dijabarkan sebagai berikut.
a. Penanggalan awalan meng- pada judul berita dalam surat kabar diperbolehkan. Namun,
dalam teks beritanya awalan meng- harus eksplisit.
Contoh:
1) Rusia luncurkan pesawat bolak-balik Ukraina (Salah)
2) Rusia meluncurkan pesawat bolak-balik Ukraina (Benar)
Indonesian
c. Peluluhan Bunyi /c/
Kata dasar yang diawal bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila mendapat awalan meng-.
Padahal, sesungguhnya bunyi /c/ tidak luluh apabila mendapat awalan meng-.
1) Nathalie lebih menyintai Steven daripada menyintai Arthur. (Salah)
2) Nathalie lebih mencintai Steven daripada mencintai Arthur. (Benar)
Indonesian
g. Pemakaian Akhiran –ir
Pemakaian akhiran –ir sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari.
Padahal, dalam bahasa Indonesia baku, untuk padanan akhiran ir- adalah asi atau –isasi.
Contoh:
1) Alfin lupa untuk mengkoordinir konsumsi cemilan untuk seminar siang ini. (salah)
2) Alfin lupa untuk mengoordinasi konsumsi cemilan untuk seminar siang ini. (benar)
i. Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap Dalam kehidupan
berbahasa sehari-hari, pemakaian di, ke, dari, bagi, dan daripada sering dipertukarkan.
Contoh:
1) Topokki ini terbuat daripada tepung beras. (salah)
2) Topokki ini terbuat dari tepung beras. (benar)
Indonesian
k. Penggunaan dimana, yang mana, hal mana.
Kata di mana tidak dapat dipakai dalam kalimat pernyataan. Kata di mana tersebut harus di
ubah menjadi yang, bahwa, tempat, dan sebagainya yang sesuai dengan konteks. Bias saja kata
di mana berkedudukan sebagai pengganti kata ketika, pada saat, tentang, dan bagi.
Indonesian
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan beberap hal berikut:
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si
pembicara (si penulis dalam bahasa tulis) dapat diterima dan dipahami oleh pendengar
(pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si
penutur atau si penulis.
2. Terdapat beberapa ciri kalimat efektif:
a. Kesatuan: Kalimat efektif haris mempunyai keseimbangan pikiran atau gagasan dengan
struktur bahasa yang dipergunakan.
b. Keparalelan: pemakaian bentuk gramatikal yang sama untuk bagian-bagian kalimat
tertentu.
c. Kecermatan: kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda, dan tepat dalam pilihan kata.
d. Kehematan: Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa,
atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu
e. Kelogisan: kemampuan sebuah kalimat untuk menyatakan sesuatu dengan logika.
f. Kevariasian: suatu paragraf dalam tulisan memerlukan bentuk pola dan jenis kalimat
yang bervariasi
3. Kesalahan pembentukan dan pemilihan kata, meliputi:
a. Penanggalan awalan meng-
b. Penanggalan Awalan ber
c. Peluluhan Bunyi /c/
d. Penyegauan Kata Dasar
e. Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang Berimbuhan meng-/peng-
f. Awalan ke- yang Keliru
g. Pemakaian Akhiran –ir
h. Padanan yang Tidak Serasi
i. Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada
j. Pemakaian Akronim (Singkatan)
k. Penggunaan dimana, yang mana, hal mana.
Indonesian
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E.Z. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Akademika Presindo.
H.P. Achmad dan Alex. (2016). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Indonesian
LECTURE NOTES
Indonesian
Minggu ke-5
Paragraf Akademik
LEARNING OUTCOMES
1. Ciri-Ciri Paragraf
Paragraf pada dasarnya merupakan istilah lain dari alinia. Sementara orang, untuk menyebut
rangkaian kalimat yang terikat dalam satu kesatuan, ada yang menggunakan istilah paragraf dan
ada pula yang menggunakan istilah alinea. Demi keseragaman penyebutan, dalam pembicaraan
ini yang akan digunakan dalam paragraf. Meskipun demikian, hal itu bukan berarti bahwa istilah
alinea tidak boleh digunakan.
Widjono (2012:222) menjelaskan bahwa paragraf merupakan satuan bahasa tulis yang
terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun secara terpadu, runtut, logis, dan merupakan kesatuan
ide yang tersusun secara lengkap, dan berstruktur. Struktur dalam konteks ini berupa struktur
paragraf, meliputi kalimat topik, kalimat pendukung 1, kalimat pendukung 2, kalimat pendukung
3, dan kalimat konklusi. Dalam paragraf, susunan kalimat terdiri dari satuan informasi yang di
dalamnya terdapat pikiran utama sebagai topik dan pikiran penjelas sebagai pendukung dan
pengendali pengembangan topik, dan diakhiri dengan kalimat konklusi yang seterusnya dalam
pembahasan ini penulis sebut sebagai kalimat penegas karena terkait fungsinya untuk
menegaskan.
Widjono (2012: 222) dalam hal ini juga memberikan beberapa ciri paragraf, di antaranya:
a. Kalimat pertama bertakuk ke dalam lima ketukan spasi untuk jenis karangan biasa, misalnya
surat, dan delapan ketukan untuk jenis karangan ilmiah formal, misalnya makalah, skripsi,
tesis, dan disertasi. Karangan yang berbentuk lurus dan tidak bertakuk (Block Style) ditandai
dengan jarak spasi merenggang, satu spasi lebih banyak daripada jarak antarbaris lainnya.
b. Paragraf menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang dinyatakan dalam kalimat topik.
Kalimat topik dapat ditempatkan pada posisi awal, tengah, dan akhir.
c. Paragraf hanya berisi satu kalimat topik. Kalimat topik yang terdapat pada posisi awal dan
akhir itu berisi gagasan yang sama. Kalimat topik pada akhir paragraf menegaskan gagasan
kalimat topik pada posisi awal. Paragraf dengan dua kalimat topik itu dilakukan pada
paragraf dengan jumlah kalimat banyak, misal, 6 s.d. 10 buah kalimat.
Indonesian
Niknik (2009: 154) menjelaskan apabila sebuah paragraf bukan paragraf deskriptif atau
naratif, unsur paragraf itu berupa:
a. kalimat topik atau kalimat utama
b. kalimat pengembang atau kalimat penjelas
c. kalimat penegas
d. kalimat, klausa, prosa, dan penghubung.
Paragraf tersebut memiliki satu pikiran utama yang diwujudkan dalam kalimat topik, yakni
ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah penyebaran demam berdarah. Kalimat
topik dalam paragraf deduktif ini bisa diuraikan lebih lanjut, yakni apa saja cara yang digunakan
untuk dapat mencegah penyebaran demam berdarah yang dikembangkan dengan kesatuan
pikiran. Seluruh kalimat membahas pikiran yang sama, yaitu cara mencegah penyebaran nyamuk
Indonesian
demam berdarah [1]. Kalimat [2] sampai dengan [4] membahas langkah yang dilakukan untuk
mencegah demam berdarah. Kalimat [5] merupakan hasil dari pencegahan tersebut.
b. Kepaduan Paragraf
Selain kesatuan, syarat penulisan paragraf yang baik adalah kepaduan. Untuk dapat
mencapai kepaduan, langkah-langkah yang harus ditempuh adalah kemampuan merangkai
kalimat sehingga bertalian secara logis dan padu. Bagaimanakah agar kalimat-kalimat dapat
bertahan secara logis dan padu? Gunakan kata penghubung.
Terdapat dua jenis kata penghubung, yaitu kata penghubung intrakalimat dan kata
penghubung antarkalimat. Kata penghubung intrakalimat adalah kata yang menghubungkan anak
kalimat dengan induk kalimat, sedangkan kata penghubung antarkalimat adalah kata yang
menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat lainnya (Niknik, 2009: 154). Mari kita
kembali pada paragraf sebelumnya.
Contoh:
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah penyebaran demam
berdarah. Salah satu caranya adalah memberantas tempat berkembang biak nyamuk
demam berdarah karena seperti kita ketahui bersama, nyamuk demam berdarah biasanya
berkembang biak di air yang menggenang. Oleh karena itu, benda-benda yang dapat
menampung air harus dikubur dalam tanah, bak-bak penampung air harus ditutup rapat,
Bahkanselokan-selokan yang mampat harus dialirkan. Jadi, nyamuk-nyamuk itu tidak akan
mempunyai sarang untuk berkembang biak.
Indonesian
Contoh:
Anton adalah mahasiswa yang cerdas. Ia dapat membaca buku ilmiah amat cepat.
Selain itu, ia hampir tidak pernah kelihatan belajar. Ia amat serius ketika belajar di
kelas. Waktu berdiskusi ia tidak banyak berbicara dan lebih banyak mendengarkan
penjelasan dosen atau pendapat temannya. Nilai IPK-nya selalu di atas 3,5.
d. Ketuntasan
Ketuntasan ialah kesempurnaan. Hal itu dapat diwujudkan dengan klasifikasi dan ketuntasan
bahasa.
Contoh:
Terdapat empat faktor yang menyebabkan keluarga—sebagai organisasi sosial terkecil di
dalam sebuah masyarakat—memiliki peran cukup penting. Pertama, keluarga dibentuk untuk
meneruskan garis keturunan sebagai salah satu kebutuhan hakiki manusia. Kedua, setiap
anggota dalam keluarga bisa belajar untuk menjalankan tanggung jawab masing-masing guna
menciptakan keluarga yang harmonis. Ketiga, hubungan harmonis antara satu keluarga dan
keluarga lain akan menciptakan kedamaian dalam masyarakat. Keempat, keluarga berperan
menyosialisasikan pengetahuan tentang budaya tradisional, keyakinan atau agama, dan
pentingnya pendidikan kepada anak-anak sebagai generasi penerus.
e. Keruntutan
Keruntutan adalah penyusunan urutan gagasan, konsep, pemikiran, dan lain-lain dalam
karangan. Keruntutan dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1) Urutan proses dengan bilangan
2) Urutan proses tanpa bilangan
3) Tahapan
4) Skala prioritas
5) Pengembangan
6) Strata atau tingkatan komunikasi yang paling efektif
7) Hubungan antar proposisi (pernyataan yang dapat diuji kebenarannya)
Indonesian
3. Jenis Paragraf
a. Berdasarkan Letak Kalimat Utama/Pola Penalaran
Berdasarkan letak kalimat utama atau pola penalarannya, paragraf dibagi menjadi tiga:
paragraf deduktif, paragraf induktif, dan paragraf campuran (deduktif-induktif).
1) Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat topiknya berada di awal kalimat. Sifat
paragraf ini adalah umum-khusus.
2) Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat topiknya berada di akhir paragraf.
Paragraf ini memiliki sifat khusus-umum yang didasarkan proses penalaran untuk
menarik kesimpulan berupa prinsip/sikap yang bersifat umum berdasarkan pada fakta-
fakta yang bersifat khusus.
3) Paragraf induktif-deduktif adalah paragraf yang pokok pikirannya terdapat di awal dan
akhir paragraf (campuran). Kalimat topik dalam sebuah paragraf pada hakikatnya hanya
satu. Penempatan kalimat topik yang kedua berfungsi untuk menegaskan kembali pikiran
utama paragraf tersebut. Penampatan kalimat topik di awal dan akhir paragraf
berpengaruh pada proses penalaran.
Indonesian
2008:7-11). Fokus penulisan bergantung pada hal pancaindra, umur pembaca, dan emosi
pembaca yang akan dituju.
2) Paragraf Eksposisi
Eksposisi adalah penulisan untuk memberitahukan atau memberi informasi mengenai
suatu objek tertentu (Gorys Keraf, 1995: 8). Paragraf eksposisi disebut dengan paparan.
Tujuannya adalah untuk menampilkan atau memaparkan sosok objek tertentu yang hendak
dituliskan.
3) Paragraf Argumentasi
Argumentasi adalah “karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan
pendapat untuk membangun suatu kesimpulan” (Jauharoti Alfin, dkk., 2008: 10-11).
Karangan argumentasi bertujuan meyakinkan pembaca agar pembaca membenarkan
pendapat, gagasan, atau sikap yang kita ungkapkan dalam karangan (Suparni, 1990:43).
4) Paragraf Narasi
Narasi berasal dari kata to narrate, yang berarti bercerita. Cerita adalah rangkaian
peristiwa atau kejadian secara kronologis, baik fakta maupun rekaan atau fiksi. Narasi
adalah tulisan berbentuk karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa atau kejadian
menurut urutan terjadinya dengan maksud memberi makna kepada sebuah atau rentetan
kejadian sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu (Jauharoti Alfin, dkk.,
2008:11-9).
5) Paragraf Persuasi
Persuasi adalah “karangan yang berisi paparan berdaya-bujuk, berdaya-ajak, ataupun
berdaya-imbau yang dapat membangkitkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan
menuruti imbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis” (E. Kusnadi,
dkk., 2006:44).
Indonesian
b. Analogi
Proses penalaran ini menggunakan perbandingan suatu benda atau peristiwa yang memiliki
kesamaan khusus untuk menarik sebuah kesimpulan bahwa salah satu benda atau peristiwa
tersebut sama dengan benda atau peristiwa lainnya. Dapat juga dikatakan sebagai pemisalan,
perandaian, atau perumpamaan.
c. Contoh-contoh
Menurut (Sabarti Akhadiah, dkk., 1999:163) Sebuah generalisasi yang terlalu umum
sifatnnya agar dapat memberikan penjelasan kepada pembaca, kadang-kadang memerlukan
contoh-contoh yang konkret.
d. Sebab-Akibat
Cara sebab akibat sering disebut dengan kausalitas. Pengembangan paragraf cara ini dapat
dilakukan dengan menyajikan sebab sebagai gagasan pokok / utama baru diikuti akibatnya
sebagai gagasan penjelas, atau sebaliknya disajikan akibat sebagai gagasan pokok utama diikuti
dengan penyebabnya sebagai gagasan penjelas.
e. Klasifikasi
Cara klasifikasi biasanya dilakukan dengan penyajian gagasan pokok/ utama kemudian
diikuti dengan gagasan penjelas secara rinci. Gagasan penjelas merupakan kalsifikasi dari
gagasan utamanya. Misalnya, gagasan utama A, memiliki gagasan penjelas yang dapat
diklasifikasikan menjadi X dan Z.
f. Definisi Luas
Dalam kalimat definisi, kalimat topiknya merupakan suatu pengertian atau istilah yang
memerlukan penjelasan secara panjang lebar agar maknanya mudah dipahami oleh pembaca.
Kata untuk memperjelas pengertian itu ialah kalimat pengembang seperti : adalah, yaitu, ialah
dsb.
5. Paragraf Akademik
Paragraf akademik adalah paragraf yang berstruktur kalimat topik, kalimat penjelas atau
pendukung, dan kalimat konklusi; menggunakan ragam bahasa formal berdasarkan ejaan
baku, istilah baku, tata bahasa baku; menggunakan penalaran ilmiah: pendahuluan,
Indonesian
pembahasan, dan konklusi; dan menyajikan kajian ilmu pengetahuan, teknologi, dan (atau)
seni.
Paragraf akademik berstruktur kalimat topik, kalimat penjelas, kalimat penjelas atau
pendukung, dan konklusi. Dalam sebuah paragraf, kalimat topik hanya satu dan ditempatkan
pada awal paragraf. Kalimat topik terdiri atas subjek dan predikat (objek). Subjek berfungsi
sebagai topik dan predikat berfungsi untuk mengendalikan topik. Kalimat penjelas atau
pendukung terdiri tiga buah kalimat, maksimal tujuh buah kalimat. Kalimat konklusi hanya
satu kalimat berfungsi menegaskan kalimat topik.
Struktur:
a. Kalimat topik:
Menulis itu menyenangkan.
b. Kalimat penjelas:
Kesenangan itu dihasilkan oleh keberhasilan menulis naskah. Keberhasilan itu
dapat menghasilkan kepuasan kognitif, afektif, dan psikis. Lebih daripada itu,
menulis dapat menghasilkan kreativitas baru yang dapat memberikan kepuasan
akademik.
c. Kalimat konklusi:
Jelaslah bahwa menulis itu menyenangkan dan memberikan kepuasan.
Indonesian
KESIMPULAN
Indonesian
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E.Z. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika
Presindo.
Dalman. 2014. Keterampilan Menulis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
H.P. Achmad dan Alex. 2016. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Hs., Widjono. 2008. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.
Indonesian
LECTURE NOTES
Indonesian
Minggu ke-6
Esai Akademik
LEARNING OUTCOMES
OUTLINE MATERI :
Esai akademik adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu
dari sudut pandang pribadi penulisnya (KBBI, 2016). Dalam konteks akademis, esai adalah
komposisi prosa singkat yang mengekspresikan opini penulis tentang subjek tertentu. Selain itu,
dalam konteks akademis dikenal sebagai “esai formal” yang digunakan oleh pelajar, mahasiswa,
dan peneliti untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Oleh karena itu, esai akademik atau esai formal
bersifat “serius”, berbobot, logis, dan lebih panjang.
Indonesian
anggapan Terdapat 10 orang.....
(apabila diketahui jumlah
pastinya)
Hindari:
Menurut para ahli
hukum.......
Sebaiknya:
Menurut Suyanto.....
(langsung menyebutkan
ahli hukum yang dimaksud
dan sumber pustaka yang
dirujuk penulis.
4 Objektivitas Dalam esai akademik, titik berat isinya Hindari pemakaian
adalah tentang sesuatu yang hendak saya, menurut pendapat
dikomunikasikan penulisnya kepada saya, saya berpikir, dll.
pembaca dari lingkungan akademik
juga, yang disertai argumen atau bukti
5 Akurasi Ketepatan dalam pemilihan kata dan Misalnya:
istilah Sanksi dan sangsi
Pengadilan dan peradilan
Massa dan masa
Intensif dan insentif
6 Kohesi Hubungan yang erat atau perpaduan Kohesi juga bisa tampak
yang kokoh antarbeberapa bagian atau antarparagraf yang
unsur dalam esai membetuk bagian inti/isi
esai
7 Pertanggungja Penulis esai akademik menunjukkan Dapat menggunakan
waban sikap tanggung jawab dengan catatan tubuh, catatan kaki,
Indonesian
menghargai karya orang lain yang dan daftar pustaka
dijadikan sumber rujukan dalam esai
b. Isi/Pembahasan
Bagian berikutnya dalam sebuah esai disebut dengan isi (istilah lainnya sering disebut
pembahasan, pengembang, bagian inti, atau batang tubuh). Sesuai dengan namanya,
pada bagian ini, pokok pikiran atau gagasan penulis dikembangkan dan didukung
dengan argumen, data, dan bukti. Selain itu, bagian ini juga berisi:
1) Pengembangan ide yang dimuat dalam thesis statement.
2) Isi utama tulisan dikupas dan dikembangkan sesuai dengan jenis esai yang ditulis.
3) Pokok pikiran/ide/opini/sudut pandang penulis yang didukung dengan argumen,
data, fakta, atau bukti.
4) Agar pokok pikiran penulis dapat diterima secara utuh dan benar oleh pembaca,
penulisan isi esai harus sistematis, lancar, dan koheren antarkalimat dan
antarparagraf.
Indonesian
c. Kesimpulan/Penutup
Bagian kesimpulan atau penutup merupakan bagian akhir dari sebuah esai. Sama
seperti pendahuluan, bagian ini ditulis ringkas dan padat. Selain itu, hal yang perlu
diperhatikan dalam bagian ini yaitu
1) Penulis melakukan penguatan terhadap topik yang telah dinyatakan pada thesis
statement dan telah dibahas pada bagian inti esai.
2) Hindari penambahan hal baru dalam bagian ini seperti penambahan argumen atau
bukti baru, penambahan klaim baru, penambahan rujukan/referensi baru, ataupun
penambahan ilustrasi baru.
Selain pendahuluan, isi, dan penutup yang menjadi struktur inti pembangun sebuah esai,
bagian lampiran dan daftar pustaka juga diperlukan dalam sebuah esai. Pertama, bagian
lampiran. Apabila diperlukan, penulis esai juga bisa melampirkan informasi atau dokumen
tambahan untuk melengkapi materi atau data yang disampaikan dalam esai. Kedua, bagian daftar
pustaka. Bagian ini berisi sumber-sumber yang digunakan untuk memperkuat ide atau gagasan
penulis dalam esai. Daftar pustaka yang ditulis menjadi dasar atau rujukan penulis dalam menulis
esai.
Untuk itu, berdasarkan penjelasan tersebut, berikut ini gambaran struktur sebuah esai.
Indonesian
3. Langkah-Langkah Menulis Esai
Menurut Widayoko (2019), terdapat tujuh langkah yang dapat dilalui untuk menghasilkan
sebuah esai. Ketujuh langkah tersebut dijabarkan dalam tabel berikut.
Indonesian
✓ Laporan hasil belajar lewat Ms. Excel dan
Google Meet
Sebelum memilih ide, penulis juga dapat
melakukan studi pustaka, wawancara, atau cara
lainnya.
Bagian Isi:
Bagian Penutup:
Indonesian
7. Melakukan koreksi Tahap koreksi terdiri atas koreksi paragraf dan
koreksi tata bahasa. Hal-hal yang perlu
diperhatikan meliputi:
a. letak ide pokok;
b. keberadaan kalimat penunjang;
c. urutan kalimat umum-khusus atau
sebaliknya;
d. jumlah paragraf dan jumlah kata;
e. mereduksi paragraf atau kalimat yang
keberadaannya tidak terlalu penting;
f. struktur kalimat dan ejaan; dan
g. pemilihan kata
Indonesian
KESIMPULAN
1. Esai akademik adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu
dari sudut pandang pribadi penulisnya
2. Esai akademik terdiri atas paragraf pendahuluan, isi, dan kesimpulan
3. Jumlah kata yang lazim dalam penulisan esai sebagai tugas kuliah: 300 - 600 kata untuk
esai pendek dan lebih dari 600 kata (tergantung penugasan dan kajian keilmuan) untuk
esai yang lebih panjang
4. Langkah-langkah menulis esai meliputi: mencermati tema, membuat outline, memilih
ide, menentukan judul, membuat kerangka berpikir, memulai menulis, dan melakukan
koreksi.
Indonesian
DAFTAR PUSTAKA
Achmad HP & Alex. (2016). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga.
ISBN: 9786022986683.
Erawaty, E. (2012). Pedoman Penulisan Esai Akademik bagi Mahasiswa Ilmu Hukum. Bandung:
PT Refika Aditama.
Widayoko, A. (2019). Menulis Artikel Ilmiah dan Esai. Bandung: Yrama Widya.
Indonesian
LECTURE NOTES
Indonesian
Minggu ke-7
Artikel Ilmiah
LEARNING OUTCOMES
OUTLINE MATERI :
Artikel ilmiah adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat di dalam jurnal atau buku
kumpulan artikel yang ditulis dengan tata cara ilmiah dan mengikuti pedoman atau konvensi
ilmiah yang telah disepakati atau ditetapkan. Tujuan penulisan artikel ilmiah adalah untuk
menyampaikan gagasan, memenuhi tugas dalam studi, mendiskusikan gagasan dalam suatu
pertemuan, mengikuti perlombaan, dan untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan/hasil
penelitian.
Artikel ilmiah dan artikel populer memiliki perbedaan karakteristik dari tujuh hal berikut.
Indonesian
Biasanya untuk kepentingan Biasanya untuk memberikan
akademik (tugas mahasiswa/dosen, informasi, motivasi, inspirasi,
Tujuan
penelitian, atau laporan edukasi, atau hiburan kepada
masyarakat umum
Dibaca oleh para profesional di Dibaca oleh masyarakat umum.
Pembaca bidangnya. Terbit di jurnal ilmiah Terbit di media massa (media cetak
atau media digital)
Judul Artikel
Nama Penulis
Abstrak
I. Pendahuluan
II. Metode Penelitian
III. Hasil dan Pembahasan
IV. Kesimpulan dan Saran
V. Daftar Rujukan
Gambar 2.1. Sistematika artikel ilmiah hasil penelitian
Indonesian
1) Judul artikel dan nama penulis
a) Spesifik untuk mendeskripsikan isi
b) Gunakanlah frasa nomina, bukan bentuk kalimat
c) Ringkas atau tidak melebihi 12 kata.
d) Jika lebih dari 12 kata, judul dibagi menjadi judul utama dan subjudul.
e) Judul artikel hendaknya mengandung kata-kata kunci.
f) Nama penulis biasanya ditulis tanpa gelar akademik
Contoh:
2) Abstrak
a) Abstrak memberikan gambaran ringkasan tentang penelitian: masalah, tujuan,
metode, dan hasil penelitian.
b) Abstrak biasanya terdiri atas 150—250 kata.
c) Abstrak diketik satu spasi dalam satu paragraf
d) Abstrak disertai kata kunci
Indonesian
Abstrak
3) Pendahuluan
Dalam bagian ini, penulis dapat memaparkan latar belakang, konteks penelitian,
urgensi permasalahan, dan tujuan penelitian. Selain itu, bagian pendahuluan juga berisi
hasil kajian pustaka yang menjadi landasan penelitian dan hasil riset sebelumnya yang
relevan dengan kajian penelitian.
4) Metode Penelitian
Dalam bagian ini, penulis memaparkan metode, pendekatan, dan prosedur
penelitian. Selain itu, dalam metode penelitian juga berisi populasi dan sampel, variavel
penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Indonesian
Gambar 2.4. Contoh Metode Penelitian
6) Penutup
Berisi narasi yang memuat kesimpulan dan saran
7) Daftar Rujukan
Daftar rujukan memuat semua bahan yang dirujuk dalam artikel dan tidak memuat bahan
yang tidak dirujuk.
Indonesian
Gambar 2.5. Contoh penulisan daftar pustaka
Judul Artikel
Nama Penulis
Abstrak
I. Pendahuluan
II. Pembahasan
III. Penutup
IV. Daftar Rujukan
Indonesian
KESIMPULAN
1. Artikel ilmiah adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat di jurnal atau buku
kumpulan artikel, ditulis dengan tata cara ilmiah, dan disesuaikan dengan konvensi ilmiah
yang berlaku.
2. Karakteristik artikel ilmiah yang membedakannya dengan artikel populer dapat dilihat
dari tujuh aspek, yaitu tema, isi, bahasa, kata ganti, pemilihan istilah, tujuan, dan
pembaca.
3. Sistematika artikel ilmiah hasil penelitian terdiri atas pendahuluan, metode penelitian,
hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan dan saran, daftar rujukan.
4. Sistematika artikel ilmiah hasil pemikiran terdiri atas pendahuluan, pembahasan, penutup,
daftar pustaka.
Indonesian
DAFTAR PUSTAKA
Achmad HP & Alex. (2016). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga.
ISBN: 9786022986683.
Utorodewo, Felicia, dkk. (2007). Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah.
Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.
Zamahsari, G. K., Roffi’uddin, A. H., & HS, W. (2019). Implementasi Scaffolding dalam
Pembelajaran BIPA di Kelas Pemula. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan
Pengembangan, 4(1), 68. https://doi.org/10.17977/jptpp.v4i1.11860
Indonesian
LECTURE NOTES
Indonesian
Minggu ke-8
Proposal Penelitian
LEARNING OUTCOMES
OUTLINE MATERI :
1. Pengertian Proposal
1. Pengertian Proposal
Menurut Jauhari (dalam Dalman, 2016:178) proposal merupakan suatu bentuk
pengajuan penawaran, baik berupa ide, gagasan, pemikiran, maupun rencana kepada pihak lain
untuk mendapatkan dukungan, izin, persetujuan, dana, dan lain sebagainya. Terdapat empat
jenis proposal: proposal bisnis (misalnya: proposal pendirian usaha), proposal proyek
(misalnya: pengajuan dana kepada lembaga donor), proposal kegiatan (misalnya: kegiata
seminar, pelatihan, atau lomba), dan proposal penelitian (misalnya: proposal skripsi, proposal
tesis, proposal disertasi). Berdasarkan jenis-jenis tersebut, dapat disimpulkan bahwa penulisan
proposal bertujuan untuk:
a. mendirikan usaha;
b. mengajukan tender;
c. mengajukan kredit;
d. mengadakan acara, dan
e. melakukan penelitian.
Akan tetapi, sesi ini akan difokuskan pada proposal penelitian sebagai salah satu karya
ilmiah yang dirancang oleh dosen, mahasiswa, peneliti, atau akademisi. Proposal penelitian
dapat didefinisikan sebagai rancangan kegiatan penelitian yang dijadikan sebagai pedoman
kerja ilmiah dalam melaksanakan penelitian.
Indonesian
Berikutnya, penulis dapat menyusun proposal penelitian dengan memperhatikan
sistematika berikut.
Indonesian
b. Identifikasi Masalah
Masalah yang dikemukakan dalam latar belakang masalah disimpulkan kembali pada
bagian identifikasi masalah.
Contoh:
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diintenfikasi lima masalah penelitian, yaitu sebagai
berikut. Pertama, siswa kurang terampil menulis teks laporan hasil observasi. Hal tersebut
terlihat dari tulisan-tulisan siswa yang tidak sesuai dengan struktur dan ciri bahasa teks laporan
hasil observasi. Kedua, siswa banyak tidak mengenal dekat tema-tema yang diberikan sehingga
terasa tidak menarik dan memberatkan. Tema-tema tersebut dipilihkan oleh guru mengacu hanya
pada buku teks dan buku guru yang disediakan oleh Kemendikbud. Ketiga, metode ceramah
masih dominan dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi. Guru mengaku bahwa
siswa menerima penjelasan menggunakan metode ceramah karena dirasa mampu membuat siswa
lebih memahami materi pembelajaran.
c. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diusulkan pada bagian identifikasi masalah dipilih dan ditentukan
dalam rumusan masalah. Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya.
Contoh:
Berdasarkan pembatasan masalah, dapat dirumuskan masalah penelitian, yaitu sebagai berikut.
Pertama, berapakah keterampilan menulis teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMP
Negeri 2 Lubuk Alung sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI. Kedua,
berapakah keterampilan menulis teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMP Negeri 2
Lubuk Alung setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI. Ketiga, adakah
pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe GI terhadap keterampilan menulis
teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lubuk Alung.
d. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berisi pernyataan yang relevan dengan rumusan masalah atau menjadi
jawaban dari rumusan masalah. Sebuah penelitian dapat bertujuan untuk menjajaki,
Indonesian
menguraikan, menerangkan, membuktikan atau menerapkan suatu gejala, konsep atau
dugaan atau membuat suatu prototipe.
Contoh:
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama,
mendeskripsikan keterampilan menulis teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMP Negeri
2 Lubuk Alung sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI. Kedua,
mendeskripsikan keterampilan menulis teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMP Negeri
2 Lubuk Alung setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI. Ketiga,
mendeskripsikan pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe GI terhadap
keterampilan menulis teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lubuk Alung.
e. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian berisi keuntungan yang akan didapat oleh pihak terkait dan inovasi
yang akan dihasilkan dari penelitian. Selain itu, manfaat penelitian dapat berupa manfaat
secara teoritis (teori) dan manfaat praktis (praktik dalam kehidupan sehari-hari).
Contoh:
Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Secara teoritis,
penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah khazanah teori ilmu pengetahuan dalam
bidang menulis, terutama dalam menulis teks laporan hasil observasi. Secara praktis penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak berikut ini. Pertama, guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia SMP Negeri 2 Lubuk Alung sebagai tambahan untuk memacu siswa dalam proses
belajar khususnya dalam menulis teks laporan hasil observasi. Kedua, siswa kelas VII SMP
Negeri 2 Lubuk Alung sebagai pemicu untuk lebih bersemangat dan kreatif dalam proses belajar
terutama dalam menulis teks laporan hasil observasi. Ketiga, peneliti lain, sebagai bahan
pertimbangan demi sebuah penelitian yang lebih luas.
Indonesian
g. Kerangka Berpikir dan Hipotesis
Kerangka berpikir adalah dasar pemikiran penelitian yang disentesiskan dari fakta-fakta,
observasi, dan telaah kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah yang diajukan oleh peneliti, dijabarkan dari landasan teori dan masih
harus diuji kebenarannya.
h. Metode Penelitian
Bagian ini berisi variabel dalam penelitian, rancangan penelitian, teknik pengumpulan
data, teknik analisis data, dan metode penelitian. Metode penelitian yang digunakan bisa
kuantitatif, kualitatif, mix method, dll. Jika data berupa angka, penelitiannya adalah
kuantitaif. Jika data berupa narasi deskritpif, penelitiannya adalah kualitatif.
Contoh
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian
ini dikatakan penelitian kuantitatif karena data yang diperoleh berupa angka-angka.
Contoh:
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lubuk Alung yang terdaftar
tahun pelajaran 2014/2015, terdiri atas enam kelas, dengan jumlah 136 siswa. Sampel dalam
penelitian ini diambil berdasarkan nilai rata-rata keterampilan menulis teks laporan hasil
observasi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lubuk Alung pada semester 1.
Indonesian
j. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara mengumpulkan data sebagai sumber
data yang akan diteliti. Misalnya: wawancara, kuesioner, observasi, tes, dll.
Contoh:
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga langkah, yaitu pretest,
perlakuan (penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe GI), dan posttest.
Contoh:
Uji persyaratan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji
homogenitas data. Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah kelompok data
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji
Lilliefors. Langkah-langkah penganalisisan data penelitian ini adalah sebagai berikut.
Pertama, menentukan skor. Kedua, mengolah skor menjadi nilai.
m. Daftar Pustaka
Daftar pustaka memuat semua bahan yang dijadikan referensi dalam merancang proposal
penelitian.
Indonesian
KESIMPULAN
Indonesian
DAFTAR PUSTAKA
Achmad HP & Alex. (2016). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga.
ISBN: 9786022986683.
Indonesian
LECTURE NOTES
Indonesian
Minggu ke-9
OUTLINE MATERI:
1. Kutipan
2. Sumber Kutipan
3. Daftar Pustaka
ISI MATERI
A. Kutipan
Kutipan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengambilalihan satu
kalimat atau lebih dari karya tulisan untuk tujuan ilustrasi atau memperkukuh argumen
dalam tulisan sendiri. Namun, dalam situs web apastyle.apa.org disebutkan bahwa
sebenarnya kutipan tidak hanya mengambil alih atau menggunakan kalimat atau
pernyataan dari suatu sumber, tetapi dapat juga berupa penggunaan data dalam bentuk
tabel, grafik, gambar, atau dalam bentuk data lainnya. Menggunakan pendapat orang
lain dari buku, artikel jurnal, situs web, atau jenis sumber lainnya pada saat menulis
karya ilmiah merupakan sesuatu yang tidak dilarang, asalkan menghormati pencetus ide
atau penulisnya dengan menyebutkan sumber atau asalnya. Dengan menggunakan
teknik penulisan kutipan yang benar, penulis telah menghormati ide, gagasan, atau buah
pikiran dan temuan penulis terdahulu dalam karya tulisnya. Selain itu, penggunaan
kutipan yang benar akan membuat tulisan tersebut terhubung dengan penemuan-
penemuan atau teori-teori yang telah ada. Namun demikian, pengutipan dilakukan kalau
memang perlu. Janganlah tulisan penuh dengan kutipan.
Dalam praktiknya, penulisan kutipan dibedakan menjadi dua jenis yaitu kutipan
langsung dan kutipan tidak langsung. Kemudian berdasarkan panjang-pendeknya kata-
kata atau kalimat yang dikutip, kutipan langsung dibedakan lagi menjadi 2 jenis yaitu
kutipan langsung panjang dan kutipan langsung pendek. Adapun paparan lebih lanjut
mengenai jenis-jenis kutipan tersebut dijelaskan dalam subpembahasan berikut ini.
1. Kutipan Langsung
Kutipan langsung merupakan pernyataan yang ditulis dalam susunan kalimat asli,
tanpa mengalami perubahan sedikit pun. Pernyataan yang dikutip harus ditulis tepat
seperti apa adanya sesuai dengan sumber aslinya, termasuk ejaan, tanda-tanda baca,
dan sebagainya. Artinya, pengubahan satu hal kecil pun dalam kutipan langsung
akan dianggap sebagai kutipan tidak langsung, tetapi adanya penggunaan kata-kata
dalam susunan yang sama persis dengan sumbernya ini akan membuat pernyataan
yang dikutip teridentifikasi tindak plagiarisme. Oleh karena itu, praktik penggunaan
kutipan langsung harus benar-benar teliti dan rapi, sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Adapun ketentuan yang dijelaskan dalam pembahasan ini didasarkan pada
gaya APA versi ke-7.
Indonesian
a. Kutipan langsung panjang
Kutipan langsung panjang digunakan pada saat jumlah kata yang dikutip berjumlah
lebih dari 40 kata. Penulisannya harus ditulis dalam paragraf yang terpisah dengan
jarak antarbarisnya satu spasi dan ditulis menjorok ke dalam. Sebagai contoh,
perhatikan gambar berikut ini.
Penelitian kualitatif dilakukan apabila ada fenomena yang ingin dieksplorasi lebih
dalam. Fenomena yang dieksplorasi itu bisa berkenaan dengan kebiasaan pada suatu
kelompok. Oleh karena itu, peneliti perlu mengadakan interaksi langsung agar
fenomena tersebut dapat dieksplorasi. Menurut Creswell (2015, hlm. 64), “pada
gilirannya, eksplorasi ini diperlukan karena adanya kebutuhan untuk mempelajari
suatu kelompok atau populasi tertentu, mengidentifikasi variabel-variabel yang tidak
mudah diukur untuk mendengarkan suara-suara yang samar atau lirih.”
Indonesian
Perlu diperhatikan bahwa dalam penulisan kutipan langsung pendek, kata pertama
pada kutipan langsung tidak perlu diawali huruf kapital. Selain itu, jika sumber
kutipan ditulis lebih dulu daripada kutipannya, peletakan tanda petik dua harus
setelah tanda baca titik. Namun, jika sumber kutipan ditulis setelah kutipan,
pastikan tanda baca titik diletakkan setelah selesai menuliskan sumber kutipannya.
Penelitian kualitatif dilakukan apabila ada fenomena yang ingin dieksplorasi lebih
dalam. Fenomena yang dieksplorasi itu bisa berkenaan dengan kebiasaan pada suatu
kelompok. Oleh karena itu, peneliti perlu mengadakan interaksi langsung agar
fenomena tersebut dapat dieksplorasi. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Creswell
(2015) bahwa kegiatan eksplorasi dalam penelitian itu diperlukan guna mempermudah
proses pengidentifikasian variabel suatu kelompok yang susah diukur.
B. Sumber Kutipan
Sumber kutipan merupakan keterangan sumber rujukan atas kutipan yang
digunakan dalam karya tulis ilmiah. Penulisan sumber kutipan ini dibedakan menjadi
dua yakni dalam bentuk catatan tubuh (bodynote) dan catatan kaki (footnote). Selain
Indonesian
kedua jenis tersebut, dalam beberapa referensi ditemukan juga jenis sumber kutipan
yang lain yaitu catatan akhir (endnote). Namun, dalam subpembahasan ini hanya akan
membahas catatan tubuh dan catatan kaki. Adapun penjelasannya adalah sebagai
berikut.
1. Catatan Tubuh
Penggunaan catatan tubuh melekat pada saat penulis menggunakan kutipan dalam
karya tulisnya. Catatan tubuh berfungsi sebagai bukti bahwa kutipan yang
digunakan oleh penulis dapat dipertangungjawabkan karena sumbernya dapat
ditelusuri. Penulis kutipan yang disertai dengan catatan tubuh ada beberapa
kemungkinan cara penulisan yang dapat digunakan. Cara-cara penulisan catatan
tubuh adalah sebagai berikut.
a. Jika sumber kutipan mendahului kutipan, cara penulisannya adalah nama penulis
yang diikuti dengan tahun penerbitan, dan nomor halaman yang dikutip
keduanya diletakkan di dalam kurung. Perhatikan contoh berikut ini.
Seperti yang dikemukakan oleh Reni (2009, hlm. 32) bahwa “perencanaan adalah
hal yang sangat penting dilakukan sebelum melaksanakan pengajaran.”
Pada saat menulis sumber kutipan untuk jenis kutipan tidak langsung, yang perlu
dicantumkan adalah nama belakang penulis, lalu diikuti informasi tahun terbit,
kata ‘halaman’ yang disingkat menjadi ‘hlm.’, dan nomor halamannya yang
diapit tanda kurung.
b. Jika sumber kutipan ditulis setelah kutipan, teknik penulisan sumber kutipannya
yaitu nama belakang penulis, tahun penerbitan, dan nomor halaman yang dikutip
semuanya diletakkan di dalam kurung. Contohnya sebagai berikut.
“Perencanaan adalah hal yang sangat penting dilakukan sebelum melaksanakan
pengajaran” (Reni, 2009, hlm. 32).
c. Jika sumber kutipan merujuk sumber lain atas bagian yang dikutip, sumber
kutipan yang ditulis tetap sumber kutipan yang digunakan pengutip tetapi
dengan menyebut siapa yang mengemukakan pendapat tersebut. Perhatikan
contoh teknik penulisannya.
Harymawan dalam Hasanudin (1996, hlm. 2) mengemukakan kata drama berasal dari
bahasa Yunani ‘droma’ yang berarti perbuatan atau tindakan. Perbuatan atau tindakan
yang dimaksud merupakan tiruan (mimietic) dari tingkah laku kehidupan manusia.
d. Jika penulis terdiri dari dua orang, maka nama keluarga kedua penulis tersebut
harus disebutkan, misalnya Eriyani dan Azmin (2009, hlm. 30). Kalau
Indonesian
penulisnya lebih dari dua orang, cara menuliskan sumbernya adalah dengan
menyebutkan nama belakang penulis pertama dan diikuti oleh dkk., misalnya
Eriyani, dkk. (2009, hlm. 30).
e. Jika masalah yang diikuti di bahas oleh beberapa orang dalam sumber yang
berbeda maka cara penulisan sumber kutipan itu adalah sebagai berikut:
Perhatikan contoh berikut.
f. Jika sumber kutipan itu berasal dari beberapa karya tulis yang ditulis oleh
penulis yang sama dan pada tahun yang sama, cara penulisannya adalah dengan
menambah huruf a, b, dan seterusnya pada tahun penerbitan. Perhatikan contoh
berikut ini.
g. Jika sumber kutipan itu tanpa nama, penulisannya adalah dengan menggunakan
inisial tn (tanpa nama), misalnya (Tn. 2009, hlm. 32). Jika yang diutarakan
pokok-pokok pikiran seorang penulis, tidak perlu ada kutipan langsung cukup
dengan menyebut sumbernya saja.
2. Catatan Kaki
Pernyataan ilmiah yang dipergunakan dalam tulisan harus mencakup beberapa hal,
yaitu harus:
a) dapat mengidentifikasikan orang yang membuat pernyataan itu;
b) dapat mengidentifikasikan media komunikasi ilmiah tempat pernyataan itu
dimuat;
c) menerbitkan publikasi ilmiah tersebut termasuk tempat.
Indonesian
1
Jean Marie Stine, Mengoptimalkan Daya Pikir, (Jakarta: Pustaka Delapratasa,
1997), hlm. 10.
2
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
2000), hlm. 15.
Catatan kaki yang ditulis oleh lebih dari seorang penulis menggunakan cara
yang sama dengan catatan kaki yang ditulis oleh seorang penulis. Perbedaan
akan ada ketika penulisnya lebih dari tiga, yaitu dengan cara menuliskan nama
pengarang pertama dilanjutkan dengan dkk. Berikut adalah contoh penulisannya.
1
Reni Nur Eriyani dkk, Belajar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: 3G Press, 2009),
hlm. 32.
b. Majalah
Nama penulis, “Judul artikel” Nama majalah (dicetak miring) diikuti nomor
edisi.
Contoh:
6
Zulkifli Zaini, “Membangkitkan Daya Kreasi dan inovasi Berusaha”, Tempo
Edisi 31 Januari – 6 Februari 2011.
c. Surat Kabar
Judul artikel dalam Judul surat kabar yang dicetak, (Kota Penerbit surat kabar),
Tanggal terbit surat kabar.
Contoh:
7
Melejitnya pendidikan Nasional dalm Media Indonesia(Jakarta), 2 Agustus
2009.
d. Tanpa Nama Penulis
Judul buku (cetak miring), Nomor seri (kalau ada), ( Kota penerbit: nama
penerbit, tahun terbit), halaman.
Contoh:
1
Retorika, (Jakarta: Wan Press, 2009), hlm. 10.
e. Buku Dengan Editor Atau Terjemahan
Nama pengarang (ed. (untuk editor) atau terj. (untuk terjemahan), Judul buku
(ditulis huruf kapital kecuali kata – kata tugas dan bercetak miring), Nomor seri
(kalau ada), (Kota penerbit: Nama penerbit, tahun terbit), halaman.
Contoh:
8
Reni Nur Eriyani, ed., Retorika, (Jakarta: Now Press, 2009), hlm. 261.
Indonesian
f. Wawancara
Nama yang diwawancara diikuti kata diwawancara oleh nama yang
mewawancara, waktu wawancara, tempat wawancara, waktu wawancara.
Contoh:
21
Susilo Bambang Yudhoyono diwawancara oleh Reni Nur Eriyani, 60 menit,
Jakarta, 2 Agustus 2009.
g. Internet
Nama penulis (kalau ada), “Judul tulisan”, diakses dari http..., tanggal dan jam
mengunduh.
Contoh:
21
Reni Nur Eriyani, “Cara Mudah Berbahasa Indonesia Untuk Penutur Asing”,
diakses dari http://www.reni.com/rw/military/attack/High- Sea-Piracy-Crisis-
Aden_32500.html, pada tanggal 2 Agustus 2009, pukul 11.32.
h. Tesis atau Disertasi
Nama pengarang, “Judul tesis atau disertasi (ditulis dengan huruf awal
menggunakan huruf kapital)”. (Disertasi/ tesis yang tidak diterbitkan, nama
fakultas diikuti nama universitas, nama kota universitas berada, tahun terbit),
halaman.
Contoh:
12
Reni Nur Eriyani, “Model Bahan Ajar BIPA” (Disertasi yang tidak
diterbitkan, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung,
2005), hlm. 36.
i. Artikel dari Majalah
Nama pengarang, “Judul artikel (ditulis huruf kapital kecuali kata-kata tugas)”,
Judul majalah (cetak miring), tanggal terbit majalah, halaman. Contoh:
12
Reni Nur Eriyani, “Ketika Pembelajaran Dimulai”, Tempo, Agustus 2009,
hlm. 33.
j. Catatan Kaki Singkat
• Ibid. (singkatan dari Ibidium, artinya sama dengan di atas), untuk catatan
kaki yang sumbernya sama dengan catatan kaki yang tepat di atasnya.
Pengutipan boleh berasal dari halaman yang sama atau berbeda. Urutan:
Ibid., nomor halaman (jika halaman berbeda).
• Op.Cit. (singkatan dari Opere Citato/citati, dalam karya yang telah
dikutip), dipergunakan untuk catatan kaki dari sumber yang telah dikutip,
Indonesian
tetapi telah disisipi catatan kaki lain dari sumber lain, dan berasal dari
halaman yang berbeda dari kutipan sebelumnya. Urutan: nama
pengarang, Op.Cit., nomorhalaman.
• Loc.Cit. (singkatan dari Loco Citato/citati, artinya tempat yang telah
dikutip), seperti di atas dari halaman yang sama, tetapi telah disisipi
cataatan kaki yang lain dari sumber lain, dan berasal dari halaman yang
sama dari kutipan sebelumnya. Urutan: nama pengarang, Loc.Cit. (tanpa
nomor halaman)
Untuk lebih jelasnya, berikut merupakan contoh catatan kaki yang menggunakan
semua unsur catatan kaki.
1
Jean Marie Stine, Mengoptimalkan Daya Pikir, (Jakarta: Pustaka
Delapratasa, 1997), hlm. 10.
2
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,2000),
hlm. 15.
3
Ibid., hlm. 30
4
Jean, Op.Cit., hlm. 18
5
Jujun, Loc. Cit.
6
Zulkifli Zaini, “Membangkitkan Daya Kreasi dan inovasi Berusaha”, Tempo
Edisi 31 Januari–6 Februari 2011.
7
Rontoknya Industri Nasional dalam Media Indonesia (Jakarta), 28 Januari 2011.
Indonesian
“Reni Nur Eriyani” harus ditulis menjadi “Eriyani, R. N.”. Contoh lainnya, nama
lengkapnya “Gres Grasia Azmin” harus ditulis “Azmin, G. G.” Untuk nama dalam
bahasa non-Inggris, ikuti standar kapitalisasi bahasa tersebut.
Berikut ini merupakan aturan dan contoh penulisan daftar pustaka bergaya APA
yang telah diklasifikasikan berdasarkan jenis sumbernya.
1. Buku
Buku merupakan sumber referensi yang paling sering dan paling lazim digunakan.
Buku menjadi sumber yang sahih pada saat penulis menulis karya ilmiah. Secara umum,
teknik penulisan daftar pustaka untuk sumber berupa buku ini sama dengan format APA
versi sebelumnya, hanya satu hal yang berbeda yakni tidak perlu lagi mencantumkan
kota terbit. Jadi, susunannya adalah sebagai berikut.
Nama belakang, inisial nama depan dan nama tengah. (tahun terbit buku). Kata pada
judul buku tidak perlu selalu diawali dengan huruf kapital, cukup huruf
pertamanya saja. Penerbit.
Adapun contoh penulisan daftar pustaka untuk sumber berupa buku, baik ditulis
oleh satu orang maupun lebih, baik buku cetak maupun elektronik, serta buku yang
diedit oleh seorang atau dua orang editor.
Tabel 1. Contoh Penulisan Daftar Pustaka untuk Sumber Berupa Buku
2. Artikel jurnal
Saat ini, penulisan karya tulis ilmiah menuntut para peneliti maupu penulis karya
ilmiah untuk lebih banyak menggunakan artikel jurnal sebagai referensinya. Ada yang
menargetkan 60% berupa artikel jurnal daripada buku, ada juga yang hanya menerapkan
40% sumber referensinya berupa artikel jurnal. Adapun format penulisan daftar pustaka
untuk artikel jurnal dapat dilihat dalam gambar berikut.
Indonesian
Gambar 4. Format penulisan daftar pustaka untuk sumber berupa artikel jurnal
Indonesian
3. Artikel pada koran
Koran sebagai salah satu media massa masih memegang peranan penting dalam
penyebaran informasi. Ada kalanya informasi yang terdapat dalam koran dapat
dimanfaatkan untuk memperkuat data awal penelitian. Jika hal tersebut terjadi, kiranya
perlu mencantumkan artikel koran dalam daftar pustaka. Namun, seiring perkembangan
zaman, koran pun ada dua jenis yakni koran konvensional yang dicetak dan koran
elektronik. Secara umum, penulisan daftar pustaka untuk kedua jenis koran tersebut
sama, yang membedakan adalah dalam koran elektronik atau daring harus menyertakan
alamat URL. Adapun contoh penulisannya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Catatan:
Bagian yang harus ditulis dengan huruf miring di sini adalah nama korannya, bukan
judul artikelnya
Gambar 5. Contoh penulisan daftar pustaka untuk sumber berupa artikel koran
Indonesian
Catatan:
Bagian yang ditulis dengan huruf miring adalah jusul skripsi, tesis, atau
disertasinya
Gambar 6. Contoh penulisan daftar pustaka untuk sumber berupa skripsi, tesis,
atau disertasi
Catatan:
Bagian yang ditulis dengan huruf miring adalah nama judul dokumennya
Gambar 7. Contoh penulisan daftar pustaka untuk sumber berupa dokumen pemerintah
Indonesian
6. Kamus
Tidak kalah pentingnya dengan buku, peneliti biasanya menggunakan kamus untuk
mendapatkan definisi suatu kata dan frasa. Selain untuk memperkaya pemahaman
mengenai makna suatu kata atau frasa, kamus juga bermanfaat untuk mendapatkan
contoh kosakata beserta artinya. Hal ini biasa digunakan dalam penelitian-penelitian
yang berkaitan dengan bidang bahasa. Berhubung saat ini ada dua jenis kamus, yakni
kamus elektronik dan kamus cetak, penulisan daftar pustaka untuk kedua kamus pun
berbeda. Silakan perhatikan contohnya dalam gambar 8 berikut ini.
Catatan:
• t.t. (tanpa tahun); n.d. (no date)
• jika daftar pustaka digunakan dalam dokumen/karya tulis berbahasa Indonesia,
sebaiknya gunakan “t.t.”
• kata yang ditandai warna merah merupakan kata yang dicari dalam kamus
tersebut
Indonesian
mendapatkan informasi yang hilang dari sumber referensi tersebut, penulisan daftar
pustaka untuk situasi ini diringankan melalui contoh-contoh berikut.
Gambar 9. Contoh penulisan daftar pustaka untuk data referensi yang tidak lengkap
Indonesian
KESIMPULAN
Indonesian
DAFTAR PUSTAKA
Achmad , H. P., & Alex. (2016). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Penerbit
Erlangga.
Apa Style. https://apastyle.apa.org/.
Indonesian
LECTURE NOTES
Indonesian
Minggu ke-10
Komunikasi Akademik
LEARNING OUTCOMES
OUTLINE MATERI :
3. Teknik Pidato
ISI MATERI
Bagian ini memaparkan penyusunan bahan berbicara dan teknik presentasi akademik.
a. Penyusunan Bahan Berbicara
Kecenderungan psikologis umum yang dapat dicatat ialah para pendengar biasanya
tertarik pada apa yang dikatakan pada awal pembicaraan. Setelah itu, konsentrasi
mereka akan menurun secara perlahan, walaupun mungkin subjek pembicaraan
sebenarnya semakin menarik. Ketika pembicaraan mendekati titik akhir, minat mereka
akan kembali meningkat sedikit.
Indonesian
Pembicara yang baik dan berpengalaman akan memanfaatkan aspek psikologis ini
dengan sebaik-baiknya. Bila pembicara memulai pembicaraan dengan ucapan-ucapan
yang tidak menarik atau dengan menyampaikan topik yang tidak ada kaitannya dengan
kepentingan pendengar, maka ia sebenarnya telah menggugurkan perhatian pendengar
sebelum bersemi. Pembicara harus memulai uraiannya dengan sesuatu yang betul-betul
menarik dan merangsang keingintahuan pendengar. Cara ini harus diperbarui setiap
kali dari waktu ke waktu selama menyampaikan uraiannya. Teknik penyusunan ini
sebenarnya memanfaatkan kecenderungan alamiah yang ada pada diri setiap manusia,
yaitu apa yang dikatakan pertama kali akan menggugah hati dan apa yang diucapkan
terakhir akan lebih berkesan dari pada bagian lainnya.
Menyiapkan Catatan
Terdapat beberapa metode dalam menyampaikan uraian lisan, yaitu metode
impromptu (spontan), menghafal, membaca naskah, dan metode ekstemporan. Dari
keempat metode penyampaian uraian lisan tersebut, metode ekstemporanlah yang paling
baik. Metode membaca dari naskah hanya akan baik jika sifat penyajian uraian sangat
resmi. Metode ekstemporan ialah pembicara menyiapkan sebuah naskah lengkap untuk
penyajian lisannya. tetapi naskah tersebut hanya berfungsi sebagai catatan atau
pemandu dalam menyampaikan uraian lisan. Pembicara akan berbicara secara bebas
tanpa membaca dari naskah.
Berikut akan dijelaskan pembuatan catatan sebagai suatu cara untuk menyiapkan
penyajian lisan dengan metode ekstemporan. Perlu ditegaskan bahwa yang dimaksud
dengan catatan tidak sama dengan kerangka karangan. Kerangka karangan hanya
berfungsi untuk menyusun informasi dan bukan merupakan cara yang baik sebagai
catatan untuk metode ekstemporan. Di sisi lain, pembicara yang menggunakan kerangka
karangan sebagai pengganti catatan cenderung berbicara terlalu cepat sehingga
penyajiannya akan terlihat tidak disampaikan secara spontan.
Berapa banyak catatan atau perincian yang diperlukan tergantung dari penguasaan
pembicara terhadap bahan yang ingin disampaikannya. Semakin baik penguasaan
pembicara terhadap topik pembicaraannya, semakin sedikit catatan yang diperlukan.
Indonesian
Sebaliknya, semakin sedikit penguasaan pembicara terhadap topik pembicaraan,
semakin rinci catatan yang diperlukannya. Namun, sebuah catatan yang sangat
terperinci selalu menggoda pembicara untuk selalu melihat catatan yang telah
dibuatnya. jika pembicara terus-menerus melihat catatan, maka terdapat dua kesan yang
disimpulkan. Pertama, pembicara tidak menguasai topik yang dibawakannya, dan
kedua, komunikasi atau kontak langsung dengan para pendengar akan terganggu.
Catatan yang dibuat pembicara hanya berfungsi untuk mengingatkan pembicara akan
urutan materi pembicaraannya agar pembicara dapat menggunakan kutipan-kutipan
yang tepat, mengemukakan angka atau data yang benar sehingga uraiannya dapat lebih
meyakinkan.
Catatan dapat pula dibuat dalam beberapa tahap. Bila waktunya cukup, maka
pembicara mula-mula menyiapkan suatu catatan yang mendetail atau berisikan suatu
uraian yang lengkap. Bahan inilah yang akan dipelajarinya lebih lanjut sehingga dapat
menguasai materi pembicaraannya. Bila materi sudah dikuasai, maka ia dapat membuat
catatan-catatan baru yang lebih singkat sebagai pemandu urutan materi pembicaraan.
Cara lain yang dapat digunakan ialah pembicara tetap menggunakan catatan atau naskah
lengkap yang telah dibuatnya, tetapi garis bawahi bagian-bagian kunci yang akan
digunakan sebagai catatan dalam pembicaraan.
Dikarenakan waktu pembicaraan biasanya dibatasi, maka pembicara akan lebih
mudah menyesuaikan diri dengan bantuan catatan tersebut. Bagian-bagian yang kurang
penting dapat diabaikan. Jika waktunya mencukupi, maka pembicara dapat
memanfaatkan semua bahan yang telah dipersiapkannya. Bagian yang kurang penting
mungkin masih akan berguna bagi pembicara jika disinggung oleh para pendengar
dalam diskusi.
Indonesian
3) Datang 30 menit sebelum presentasi
4) Pakaian rapi, usahakan mengenakan kemeja
5) Bawa bahan (makalah/skripsi) dan kumpulan teori
6) Persiapkan bahan presentasi dalam bentuk lain, seandainya terjadi kesalahan
teknis
7) Pasang dan cek segala perlengkapan yang dibutuhkan, seperti: laptop, LCD,
dsb.
8) Persiapkan kondisi fisik yang sehat, dengan sarapan atau makan pagi
9) Persiapkan kondisi mental yang kuat, dengan senam wajah dan berdoa
Indonesian
menjelaskanpoin-poin penting secara lebih cepat dan jelas.
8) Jangan gunakan grafik yang sulit dipahami atau tidak relevan dengan
topikyang dibahas.
9) Pastikan bahwa Anda tahu cara memakai aiat bantu, praktikkan sebelum
Anda memulai presentasi, persiapkan kabel, bohlam, adaptor, atau
kelengkapan lain sebagai cadangan, dan buat persiapan untuk menghadapi
hal terburuk.
10) Kondisikan suasana ruangan dengan kehntuhan Anda.
Indonesian
2) Simak pertanyaan penguji dengan cermat
3) Jawab pertanyaan penguji dengan logis dan ilmiah
4) Menjawab pertanyaan penguji yang logis dan ilmiah dapat dilakukan dengan
menunjukkan teori, contoh, ataupun hasil yang diperoleh (sebutkan pada halaman
berapa)
5) Tandai setiap koreksian penguji pada skripsi/makalah yang ditulis
6) Akhiri dengan ucapan terima kasih atas saran perbaikan yang diberikan penguji
7) Segera revisi sesuai saran perbaikan
Indonesian
KESIMPULAN
3. Dalam presentasi akademik, pembicara dapat mempersiapkan diri mulai dari persiapan
presentasi, saat presentasi, dan setelah presentasi.
Indonesian
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E.Z. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Akademika Presindo.
H.P. Achmad dan Alex. 2016. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Indonesian