Anda di halaman 1dari 132

LECTURE NOTES

Indonesian

Minggu ke-1

Fungsi Bahasa dan Bahasa Indonesia


LEARNING OUTCOMES

LO 1: Identify spelling errors in sentences and paragraphs

OUTLINE MATERI (Sub-Topic):

1. Arti Bahasa
2. Fungsi Bahasa
3. Ragam Bahasa
4. Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia
5. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
ISI MATERI

1. Arti Bahasa
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Dari definisi ini dapat
dijabarkan bahwa:
a. Bahasa adalah sistem. Maksudnya bahasa itu tunduk kepada kaidah-kaidah tertentu baik
fonetik, fonemik, dan gramatik. Dengan kata lain, bahasa itu tidak bebas tetapi terikat
kepada kaidah-kaidah tertentu.
b. Sistem bahasa itu sukarela (arbitrer). Sistem berlaku secara umum, dan bahasa merupakan
peraturan yang mendasar. Sebagai contoh: ada beberapa bahasa yang memulai kalimat
dengan kata benda seperti bahasa Inggris, dan ada bahasa yang mengawali kalimatnya
dengan kata kerja. Seseorang tidak dapat menolak aturan-aturan tersebut baik yang pertama
maupun yang kedua. Jadi, tidak tunduk kepada satu dialek tertentu.
c. Bahasa itu pada dasarnya adalah bunyi. Di dunia, banyak orang yang bisa berbahasa lisan,
tetapi tidak dapat menuliskannya. Jadi, bahasa itu pada dasarnya adalah bahasa lisan
(berbicara), adapun menulis adalah bentuk bahasa kedua. Dengan kata lain, bahasa itu
adalah ucapan dan tulisan merupakan lambang bahasa.
d. Bahasa itu simbol. Bahasa itu merupakan simbol-simbol tertentu. Misalnya, kata ”rumah”
menggambarkan hakikat sebuah rumah. Jadi, bahasa itu adalah lambang-lambang tertentu.
Pendengar atau pembaca meletakkan simbol-simbol atau lambang-lambang tersebut secara
proporsional.

2. Fungsi Bahasa
a. Bahasa sebagai sarana komunikasi
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat. Pada fungsi
ini, bahasa merupakan cara yang efektif untuk menyampaikan pikiran, maksud, dan tujuan
kepada lawan bicara. Fungsi tersebut digunakan dalam berbagai lingkungan, tingkatan, dan
kepentingan yang beraneka ragam, misalnya: komunikasi ilmiah, komunikasi bisnis, komunikasi
kerja, dan komunikasi sosial, dan komunikasi budaya.

Indonesian
b. Bahasa sebagai sarana integrasi dan adaptasi
Dengan bahasa, orang dapat menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan. Misalnya:
integritas kerja dalam sebuah institusi, integritas karyawan dalam sebuah departemen, integritas
keluarga, integritas kerja sama dalam bidang bisnis, integritas berbangsa dan bernegara.

c. Bahasa sebagai sarana kontrol sosial


Bahasa sebagai kontrol sosial berfungsi untuk mengendalikan komunikasi agar orang yang
terlibat dalam komunikasi dapat saling memahami. Setiap orang mengamati ucapan, perilaku,
dan simbol-simbol lain yang menunjukan arah komunikasi. Bahasa kontrol ini dapat diwujudkan
dalam bentuk aturan, anggaran dasar, undang-undang dan lain-lain.

d. Bahasa sebagai sarana memahami diri


Dalam membangun karakter, seseorang harus dapat memahami dan mengidentifikasi kondisi
dirinya terlebih dahulu. Ia harus dapat menyebutkan potensi dirinya, kelemahan dirinya,
kekuatan dirinya, bakat, kecerdasan, kemampuan intelektualnya, kemauannya, tempramennya,
dan sebagainya. Pemahaman ini mencakup kemampuan fisik, emosi, inteligensi, kecerdasan,
psikis, karakternya, psikososial, dan lain-lain. Dari pemahaman yang cermat atas dirinya,
seseorang akan mampu membangun karakternya dan mengorbitkan-nya ke arah pengembangan
potensi dan kemampuannya menciptakan suatu kreativitas baru.

e. Bahasa sebagai sarana ekspresi diri


Bahasa sebagai ekspresi diri dapat dilakukan dari tingkat yang paling sederhana sampai yang
paling kompleks atau tingkat kesulitan yang sangat tinggi. Pada fungsi ini, bahasa dapat
membantu kita untuk dapat menunjukkan sudut pandang, pemahaman mengenai suatu hal,
bahkan sifat kita. Ekspresi sederhana, misalnya, untuk menyatakan cinta (saya akan senatiasa
setia, bangga dan prihatin kepadamu), lapar (sudah saatnya kita makan siang).

Indonesian
f. Bahasa sebagai sarana memahami orang lain
Untuk menjamin efektifitas komunikasi, seseorang perlu memahami orang lain, seperti
dalam memahami dirinya. Dengan pemahaman terhadap seseorang, pemakaian bahasa dapat
mengenali berbagai hal mencakup kondisi pribadinya: potensi biologis, intelektual, emosional,
kecerdasan, karakter, paradigma, yang melandasi pemikirannya, tipologi dasar tempramennya
(sanguines, melankolis, kholeris, flagmatis), bakatnya, kemampuan kreativitasnya, kemampuan
inovasinya, motivasi pengembangan dirinya, dan lain – lain.

g. Bahasa sebagai sarana mengamati lingkungan sekitar


Bahasa sebagai alat untuk mengamati masalah tersebut harus diupayakan kepastian konsep,
kepastian makna, dan kepastian proses berpikir sehingga dapat mengekspresikan hasil
pengamatan tersebut secara pasti. Misalnya, apa yang melatarbelakangi pengamatan, bagaimana
pemecahan masalahnya, mengidentifikasi objek yang diamati, menjelaskan bagaimana cara
(metode) mengamati, apa tujuan mengamati, bagaimana hasil pengamatan, dan apa kesimpulan.

h. Bahasa sebagai sarana berpikir logis


Bahasa sebagai alat komunikasi verbal digunakan dalam proses berpikir ilmiah. Bahasa
merupakan alat berpikir untuk menyampaikan jalan pikiran kepada orang lain, baik itu pikiran
yang berlandaskan logika induktif maupun deduktif. Melalui proses berpikir logis, seseorang
dapat menentukan tindakan tepat yang harus dilakukan. Proses berpikir logis merupakan hal
yang abstrak. Untuk itu, diperlukan bahasa yang efektif, sistematis, dengan ketepatan makna
sehingga mampu melambangkan konsep yang abstrak tersebut menjadi konkret.

i. Bahasa membangun kecerdasan


Kecerdasan berbahasa terkait dengan kemampuan menggunakan sistem dan fungsi bahasa
dalam mengolah kata, kalimat, paragraf, wacana argumentasi, narasi, persuasi, deskripsi, analisis
atau pemaparan, dan kemampuan mengunakan ragam bahasa secara tepat sehingga
menghasilkan kreativitas yang baru dalam berbagai bentuk dan fungsi kebahasaan.

Indonesian
j. Bahasa mengembangkan kecerdasan ganda
Selain kecerdasan berbahasa, seseorang dimungkinkan memiliki beberapa kecerdasan
sekaligus. Kecerdasan-kecerdasan tersebut dapat berkembang secara bersamaan. Selain memiliki
kecerdasan berbahasa, orang yang tekun dan mendalami bidang studinya secara serius
dimungkinkan memiliki kecerdasan yang produktif. Misalnya, seorang ahli program yang
mendalami bahasa, ia dapat membuat kamus elektronik, atau membuat mesin penerjemah yang
lebih akurat dibandingkan yang sudah ada.

k. Bahasa membangun karakter


Kecerdasan berbahasa memungkinkan seseorang dapat mengembangkan karakternya lebih
baik. Dengan kecerdasan bahasanya, seseorang dapat mengidentifikasi kemampuan diri dan
potensi diri. Pada tingkat yang lebih kompleks, misalnya: membuat proposal yang menyatakan
dirinya akan menbuat suatu proyek serta kemampuan untuk menulis suatu laporan.

l. Bahasa mengembangkan profesi


Proses pengembangan profesi diawali dengan pembelajaran dilanjutkan dengan
pengembangan diri (kecerdasan) yang tidak diperoleh selama proses pembelajaran, tetapi
bertumpu pada pengalaman barunya. Proses berlanjut menuju pendakian puncak karier/profesi.
Puncak pendakian karier tidak akan tercapai tanpa komunikasi atau interaksi dengan mitra,
pesaing, dan sumber pegangan ilmunya. Untuk itu semua kaum profesional memerlukan
ketajaman, kecermatan, dan keefektifan dalam berbahasa sehingga mempu menciptakan
kreatifitas baru dalam profesinya.

m. Bahasa sarana menciptakan kreatifitas baru


Bahasa sebagai sarana berekspresi dan komunikasi berkembang menjadi suatu pemikiran
yang logis dimungkinkan untuk mengembangkan segala potensinya. Perkembangan itu sejalan
dengan potensi akademik yang dikembangkannya yang kemudian berkembang menjadi suatu
bakat intelektual melalui pendidikan. Bakat alam dan bakat intelektual ini dapat berkembang
spontan menghasilkan suatu kretivitas yang baru.

Indonesian
3. Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik
yang dibicarakan, serta menurut hubungan pembicara, lawan bicara, orang yang dibicarakan,
serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990).

a. Ragam baku lisan dan tulisan


Dilihat dari sarananya, ragam bahasa dibagi atas ragam lisan dan ragam tulis. Ragam lisan
menghendaki adanya orang kedua atau teman berbicara yang berada di depan pembicara,
sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman bicara. Di dalam ragam lisan, ada
unsur-unsur fungsi gramatikal seperti subjek dan objek tidak selalu ditanyakan karena bahasa
yang digunakan dapat melalui gerak, mimik, pandangan anggukan dan informasi.

Contoh :
“Mas, lato-latonya berapa?”
“Dua Puluh”
“bisa kurang?”
“lima belas saja dik”

Ragam tulis perlu lebih terang dan lebih lengkap dari ragam lisan. Kelengkapan ragam tulis
menghendaki orang yang diajak bicara mengerti isi tulisan itu.
Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu. Apa yang dibicarakan
secara lisan di dalam sebuah ruang kuliah hanya akan berarti pada saat itu saja. Di samping itu,
ragam tulis tidak terikat oleh situasi, kondisi, ruang, dan waktu. Suatu tulisan yang ditulis oleh
penulis di Amerika dapat dipahami oleh orang Inggris. Contoh lain, dalam suatu kondisi ada
bapak bertanya kepada anaknya “dia kenapa, Nak?” “tahu, Pak. Miring kali.” Tentu jika kita
tidak ada dalam kondisi tersebut kita tidak akan mengerti maksud ragam tersebut.
Dalam beberapa kesempatan, baik ragam lisan maupun ragam tulis perlu memerhatikan
aturan-aturan baku dalam berbahasa. Sebagai contoh, dalam kesempatan yang formal seperti
presentasi ilmiah, penutur perlu menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa

Indonesian
Indonesia. Inilah yang disebut dengan ragam bahasa baku. Adapun ragam bahasa yang tidak
baku sering kita jumpai pada bahasa sehari-hari.
Ragam bahasa tulis adalah wujud bahasa yang dituangkan dalam media tulis. Unsur utama
dari ragam tulis adalah huruf dan ejaan. Ragam ini tidak terikat ruang dan waktu sehingga
diperlukan gramatikal yang sempurna agar penuturan tidak terjadi kesalahpahaman.

b. Ragam Sosial dan Fungsional


Ragam sosial merupakan ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas
kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. Tidak jarang
pula dihubungkan dengan tinggi rendahnya status kemasyarakatan lingkungan sosial yang
bersangkutan.
Ragam profesional adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan lembaga atau profesi. Dalam
kenyataanya, ragam ini menjelma sebagai bahasa negara dan bahasa teknis keprofesionalan
seperti dalam ligkungan keilmuan, kedokteran dan kegaamaan.

c. Ragam Bahasa Berdasarkan Media


Berdasarkan media yang digunakan, ragam bahasa dibedakan atas ragam bahasa lisan dan
ragam bahasa tulis. Ragam bahasa lisan ditandai dengan penggunaan tata bahasa dalam
pembentukan kata dan penyusunan kalimat. Ragam bahasa lisan terdiri atas ragam bahasa lisan
baku dan ragam bahasa lisan tidak baku.
Ragam bahasa tulis ditandai dengan kercermatan menggunakan ejaan dan tanda baca,
kosakata, penggunaan tata bahasa dalam pembentukan kata, penyusunan kalimat, paragraf dan
wacana.

Contoh:
1) Ragam bahasa tulis
Ragam ini menekankan penggunaan ragam bahasa baku, ejaan yang baku, kosakata yang
baku, bentuk kata berimbuhan, dan kalimat yang lengkap secara gramatikal.
• Istri Pak Gubernur membina UMKM memproduksi masker yang terbuat dari kain.
• Lita sedang memberi makan kucing oranye

Indonesian
2) Ragam bahasa lisan
Kosakata lebih menekankan pilihan kata yang tidak baku dan bentuk kata bahasa lisan
cenderung tidak menggunakan imbuhan (awalan,akhiran).
• Bini Pak Gubernur bina UMKM bikin masker kain
• Lita beri makan kucing oren

d. Ragam Bahasa Berdasarkan Waktu


Berdasarkan waktu, terdapat ragam bahasa lama dan ragam bahasa baru (modern). Ragam
bahasa lama lazim digunakan dalam penulisan naskah-naskah lama (kuno). Ragam ini perlu
dipahami oleh setiap orang yang bermaksud mengkaji peristiwa-peristiwa masa lalu, misalnya
waktu sebelum kemerdekaan menggunakan bahasa melayu untuk sistem perdagangan. Ragam
bahasa baru (modern) ditandai dengan penggunaan kata-kata baru, Ejaan Yang Disempurnakan,
dan mengekspresikan ilmu pengetahuan dan teknologi modern misalnya, seperti internet,
jaringan dan satelit.

e. Ragam Bahasa Berdasarkan Pesan Komunikasi


Ragam bahasa berdasarkan pesan komunikasi dibagi ke dalam lima bagian, yaitu ragam
bahasa ilmiah, ragam bahasa pidato, ragam bahasa sastra, ragam bahasa tulis resmi, ragam
bahasa sastra dan ragam bahasa berita.

f. Ragam Bahasa Ilmiah


Ragam bahasa ilmiah adalah sarana verbal yang efektif, efisien, baik dan benar. Ragam ini
lazim digunakan untuk komunikasi antara proses kegiatan dan hasil penalaran ilmiah. Biasanya
digunakan dalam penulisan; proposal, laporan, kegiatan ilmiah dan sebagainya. Ciri ragam
bahasa ilmiah:
1) Struktur kalimat jelas dan lugas
2) Struktur wacana bersifat formal
3) Singkat
4) Cermat dan konsisten

Indonesian
5) Menggunakan istilah khusus
6) Objektif
7) Konsisten

Ragam bahasa ilmiah digunakan dalam kajian ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
yang terkait dengan penulisan upaya pencarian, penemuan, pengolahan, dokumentasi, analisis,
atau publikasi dalam bentuk yang berbeda-beda dapat disesuaikan sesuai kebutuhannya.

g. Ragam Bahasa Pidato


Ragam bahasa pidato dipengaruhi oleh tujuan, situasi dan pendekatan isi pidato. Pidato
resmi menyajikan materi yang bersifat mulia dan kebenaran yang bersifat universal. Ragam
bahasa pidato dibagi ke dalam dua jenis, yaitu ragam bahasa pidato ilmiah dan resmi.
Ragam pidato ilmiah terdiri dari beberapa jenis antara lain; presentasi makalah ilmiah,
skripsi. Penulisan makalah ilmiah dilanjutkan dengan presentasi, diskusi dan tanya jawab.
Sedangkan penulisan skripsi dilanjutkan dengan presentasi, pertanyaan dan penentuan kelulusan.
Untuk mendapatkan hasil optimal, presenter ilmiah harus memerhatikan etika ilmiah, ketentuan
lembaga, kemampuan personal kemampuan teknis dan keunggulan perilaku.
Ragam pidato resmi, dapat dikatakan resmi karena terdapat berbagai pengertian. Resmi
karena situasinya seperti pidato kenegaraan oleh pejabat negara. Resmi karena kemuliaan isi dan
situasinya seperti khotbah agama. Resmi karena informasi dan kekhidmatan situasi dalam suatu
upacara seperti upacara pernikahan. Resmi karena isi atau materi mengandung kebenaran
universal dan disampaikan oleh suatu negara.

h. Ragam Bahasa Tulis Resmi


Ragam bahasa tulis resmi ditandai oleh penyajian materi / pesan yang bersifat mulia dan
kebenarannya bersifat universal. Penggunaan fungsi-fungsi gramatikal secara ekspilisit dan
konsisten, penggunaan bentuk lengkap, penggunanan imbuhan secara ekspilisit dan konsisten,
penggunaan kata ganti resmi, penggunaan pola frase baku, penggunaan ejaan yang baku, tidak
menggunakan unsur tidak baku.

Indonesian
i. Ragam Bahasa Sastra
Ragam ini mengutamakan unsur-unsur keindahan seni, penulis cenderung menekankan gaya
pengungkapan simbolik dengan memadukan unsur instrinsik dan ekstrinsik. Namun, ragam ini
sering digunakan juga dalam iklan promosi produk komersial. Ragam sastra yang menyenangkan
bagi pembacanya tanpa mendorong pembaca untuk membeli suatu produk, sedang iklan bersifat
persuasif agar pembaca membeli produk.

j. Ragam Bahasa Berita


Ragam bahasa berita bersifat lazim digunakan dalam pemberitaan seperti media
elektronik, media cetak dan jurnal. Bahasa berita menyajikan fakta secara utuh dan obejektif.
Untuk itu harus memerhatikan beberapa hal; tidak menambah atau mengurangi fakta, tidak
mengubah fakta berdasarkan pendapat penyaji, tidak menambahkan tambahan pribadi, tidak
memihak siapa pun, tidak menggunakan perasaan suka/tidak suka.

Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar


Penentuan atau kriteria Bahasa Indonesia yang baik dan benar itu tidak jauh berbeda dari
apa yang kita katakan sebagai bahasa baku. Kebakuan suatu kata sudah menunjukkan masalah
“benar” suatu kata itu. Walaupun demikian, masalah “baik” tentu tidak sampai pada sifat
kebakuan suatu kalimat, tetapi sifat efektifnya suatu kalimat dalam penggunaannya sesuai
dengan ragam bahasa, laras bahasa, dan variasi bahasa.
Penentuan atau kriteria bahasa Indonesia yang baik dan benar itu tidak jauh berbeda dari
apa yang kita katakan sebagai bahasa baku. Kebakuan suatu kata sudah menunjukkan masalah
“benar” suatu kata itu. Walaupun demikian, masalah “baik” tentu tidak sampai pada sifat
kebakuan suatu kalimat, tetapi sifat efektifnya suatu kalimat dalam penggunaannya sesuai
dengan ragam bahasa, laras bahasa, dan variasi bahasa.

Indonesian
4. Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu yang dikukuhkan pada tanggal 28 Oktober
1928 (peristiwa Sumpah Pemuda). Jika dilihat berdasarkan rentang waktu, maka dapat dikatakan
bahwa bahasa Indonesia lebih dulu muncul (1928) dibandingkan Indonesia merdeka (1945).
Mengapa demikian? Silakan berikan pendapat Anda!
Kesepakatan pemuda Indonesia menjadikan bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia
disebabkan empat faktor:
a. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan, dan
bahasa perdagangan.
b. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa ini tidak dikenal
tingkatan bahasa seperti dalam bahasa Jawa (ngoko, kromo) atau perbedaan bahasa kasar
dan halus, seperti dalam bahasa Sunda (kasar, lemes).
c. Suku Jawa, suku Sunda, dan suku-suku yang lain dengan sukarela menerima bahasa Melayu
menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
d. Melayu dapat dijadikan salah satu kebudayaan di Indonesia (dalam arti luas)
Berikan pendapat Anda tentang keempat faktor tersebut!

Berdasarkan alasan ini, maka dikukuhkanlah bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia
yang dicantumkan dalam tiga sumpah yang disebut Sumpah Pemuda.

SUMPAH PEMUDA
Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Perjalanan bahasa Indonesia tidak sampai disitu saja. Bangsa Indonesia tentu ingin memiliki
bahasa sendiri yang menandai identitas nasional. Meskipun sama-sama berakar dari bahasa
Melayu, bahasa Indonesia tidak mau disamakan dengan bahasa Melayu lainnya (seperti bahasa
Melayu Malaysia, Brunai Darussalam, dan negara Asen lainnya). Dengan alasan ini, terjadilah
peristiwa-peristiwa penting yang menandai perkembangan bahasa Indonesia.

Indonesian
PERISTIWA PERISTIWA PENTING YANG MENANDAI
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

Tahun-tahun penting yang mengandung arti sangat menentukan dalam sejarah


perkembangan bahasa Indonesia dapat diperinci sebagai berikut.
a. Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan saat-saat yang paling menentukan dalam
perkembangan bahasa Indonesia karena pada hari itu diikrarkan Sumpah pemuda.
b. Pada tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres I Bahasa Indonesia di Solo.
Putusannya adalah bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan
oleh cendikiawan dan budayawan kita.
c. Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang salah
satu pasalnya (pasal 36) menerapkan bahwa bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa
negara.
d. Kongres II Bahasa Indonesia di Medan pada tanggal 28 Oktober-2 November 1954
memutuskan bahwa bangsa Indonesia bertekad untuk terus menerus menyempurnakan
bahasa Indonesia.
e. Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan penggunaan ejaan
bahasa Indonesia yang disempurnakan yang dikuatkan pula dengan putusan presiden No. 57,
tahun 1972. EYD tersebut merupakan pengganti Ejaan Soewandi (Ejaan Republik, 19 Maret
1947).
f. Kongres III Bahasa Indonesia yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober-2
November 1978 memutuskan untuk terus berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi
bahasa Indonesia. Sejak itu, secara konsisten setiap lima tahun sekali diadakan kongres
bahasa Indonesia, yaitu Kongres IV tahun 1993, Kongrees VII tahun 1998, Kongres VIII
tahun 2003, dan Kongres IX tahun 2008.
g. Kongres IX Bahasa Indonesia diadakan di Jakarta, tanggal 20 Oktober-1 November 2008.
Kongres-kongres tersebut bermuatan tekad yang makin menetapkan kemajuan dan posisi
bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi nasional dan bahasa ilmu.

Indonesian
5. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa
persatuan. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi:
a. Fungsi pertama dalam kedudukannya sebagai lambang kebanggaan nasional. Kebanggaan
nasional adalah “sikap kejiwaan yang terwujud, tampak pada sikap menghargai warisan,
hasil karya, dan semua hal lain yang menjadi milik bangsa sendiri”. Sebagai lambang
kebanggaan nasional, bahasa Indonesia tentulah akan mencerminkan nilai-nilai sosial
budaya yang dapat mendasari rasa kebanggaan warga Indonesia. Rasa kebanggaan tidak
mudah dibina dalam masyarakat yang sudah tercemar oleh pengaruh budaya asing.
Keinginan yang timbul dari lubuk hati yang dalam untuk melestarikan bahasa nasional
merupakan wujud kebanggaan bahasa nasional, dengan rasa kebanggaan yang tercermin
dalam diri menjadikan bahasa Indonesia akan tetap dipakai dalam semangat kebangsaan.

b. Fungsi kedua dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional bahwa bahasa Indonesia
menjadi lambang identitas nasional. Lambang identitas yang lainya adalah bendera merah
putih. Jika bendera kita dilecehkan dan diinjak-injak, tentu kita akan marah dan merasa
harga diri bangsa terkoyak-koyak. Begitupula dengan bahasa Indonesia sebagai lambang
identitas nasional. Rasa ketersinggungan tersebut menunjukkan bahwa telah memiliki sikap
positif terhadap bahasa nasional tersebut.

c. Fungsi bahasa yang ketiga dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional adalah menjadi
alat pemersatu berbagai masyarakat. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat yang
memungkinkan terwujudnya penyatuan berbagai suku bangsa yang memiliki latar belakang
sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat.
Bahwa bahasa Indonesia menjadi alat yang memungkinkan berbagai suku bangsa mencapai
keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu tanpa perlu meninggalkan identitas kesukuan
dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang
bersangkutan.

Indonesian
d. Fungsi keempat dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahwa bahasa Indonesia
berfungsi sebagai alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah. Bagaimana
seandainya berbagai suku bangsa yang ada di nusantara ini tidak mempunyai bahasa
Indonesia yang menjembatani keberagaman bahasa ibu. Dalam hal ini dapat kita katakan
bahwa bahasa Indonesia menjadi jembatan budaya di antara suku-suku bangsa dengan latar
belakang kebangsaan yang berbeda-beda.

Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi:


a. Bahasa Resmi Kenegaraan
Dalam fungsinya sebagai bahasa resmi kenegaraa.. Bahasa Indonesia yang berfungsi sebgai
bahasa resmi kenegaraan dipakai dalam berbagai upacara kenegaraan, peristiwa dan kegiatan
kenegaraan lainnya, baik secara tertulis maupun lisan.

b. Bahasa Pengantar di dalam dunia pendidikan


Fungsi bahasa Indonesia sebagai pengantar dalam dunia pendidikan, bahwa bahasa
Indonesia dipakai dalam lembaga-lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak hingga
perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia dipakai secara terus menerus
dalam proses pembelajaran.

c. Bahasa Perhubungan Tingkat Nasional untuk Perencanaan dan Pelaksanaan


Pembangunan Nasional dan Kepentingan Pemerintahan Pembangunan
Bahasa Indonesia yang salah satu fungsinya sebagai bahasa pengantar dalam dunia
pendidikan sangat berhubungan erat dengan fungsinya sebagai alat perhubungan pada tingkat
nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan program-program pemerintah dan
penyelenggaraan pemerintahan. Dalam fungsi tersebut, tidak hanya menyangkut kegiatan
komunikasi yang timbal balik antara pemerintah dan warga masyarakat, tetapi berhubungan
dengan kegiatan komunikasi antardaerah, antarsuku, dan antaretnik. Dengan demikian, bahasa
Indonesia yang dalam fungsinya sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional akan lebih
mudah mengatasi kesenjangan komunikasi. Dengan demikian, bahasa Indonesia akan semakin
meluas penyebaran dan pemakaiannya.

Indonesian
d. Bahasa Pengembang Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Modern
Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara salah satunya adalah sebagai alat
pengembang kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Dalam hal ini bahwa bahasa
Indonesia merupakan salah satu alat yang memungkinkan membina dan mengembangkan
kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga memiliki ciri dan jati diri yang dapat
membedakan dari kebudayaan daerah. Bahasa Indonesia menjadi tonggak utama kebudayaan
nasional, dengan menggunakan dan mengembangkan bahasa dapat mengembangkan nilai-nilai
sosial budaya Indonesia.

Indonesian
KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan beberap hal berikut:


1. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh suatu masyarakat
untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.
2. Bahasa memiliki beberapa fungsi, diantaranya:
a. Bahasa sebagai sarana komunikasi
b. Bahasa sebagai sarana integrasi dan adaptasi
c. Bahasa sebagai sarana kontrol sosial
d. Bahasa sebagai sarana memahami diri
e. Bahasa sebagai sarana ekspresi diri
f. Bahasa sebagai sarana memahami orang lain
g. Bahasa sebagai sarana mengamati lingkungan sekitar
h. Bahasa sebagai sarana berpikir logis
i. Bahasa membangun kecerdasan
j. Bahasa mengembangkan kecerdasan ganda
k. Bahasa membangun karakter
l. Bahasa Mengembangkan profesi
m. Bahasa sarana menciptakan kreatifitas baru
3. Ragam Bahasa adalah variasi menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang
dibicarakan, serta menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan,
serta menurut medium pembicara.
4. Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada didepan
pembicara, sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman bicara.
5. Ragam sosial yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas
kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat.
6. Ragam profesional adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan lembaga atau profesi.
7. Berdasarkan waktu terdapat ragam bahasa lama dan ragam bahasa baru (modern). Ragam
bahasa lama lazim digunakan dalam penulisan naskah-naskah lama (kuno). Sementara

Indonesian
ragam bahasa baru (modern) ditandai dengan penggunaan kata-kata baru, Ejaan Yang
Disempurnakan, dan mengekspresikan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
8. Ragam bahasa ilmiah digunakan untuk komunikasi antara proses kegiatan dan hasil
penalaran ilmiah.
9. Ragam bahasa pidato dipengaruhi oleh tujuan, situasi dan pendekatan isi pidato.
10. Ragam bahasa sastra mengutamakan unsur-unsur keindahan seni, penulis cenderung
menekankan gaya pengungkapan simbolik dengan memadukan unsur instrinsik dan
ekstrinsik.
11. Ragam Bahasa berita menyajikan fakta secara utuh dan objektif.
12. Bahasa Indonesia harus digunakan dengan baik dan benar.
13. Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai Bahasa nasional, Bahasa negara, dan Bahasa
persatuan.
14. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi:
a. sebagai lambang kebanggaan nasional.
b. sebagai lambang identitas nasional.
c. sebagai alat yang memungkinkan terwujudnya penyatuan berbagai suku bangsa
d. sebagai alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah.
15. Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi:
a. bahasa resmi kenegaraan
b. bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan
c. bahasa perhubungan tingkat nasional
d. bahasa pengembang kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi modern

Indonesian
DAFTAR PUSTAKA

Achmad HP dan Alex, M.Pd.. (2016). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Erlangga.

Arifin, E.Z. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Akademika Presindo.

Hs., Widjono. 2008. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di


Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.

Suhertuti, dkk. 2011. Bahasa Indonesia sebagai Sarana Komunikasi Ilmiah.


Bogor: Irham Publishing.

Suyatno, dkk. (2017). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Membangun


Karakter Mahasiswa melalui Bahasa). Bogor: In Media.

Indonesian
LECTURE NOTES

Indonesian

Minggu ke – 2

Ejaan Bahasa Indonesia yang


Disempurnakan Edisi Kelima
(EYD V)
LEARNING OUTCOMES

Setelah mempelajari materi ini, pemelajar diharapkan dapat:


LO 1 : Mengidentifikasi kesalahan ejaan dalam kalimat dan paragraf
LO 2 : Menyusun karya ilmiah

OUTLINE MATERI

1. Pengertian Ejaan dan Sejarah Perkembangannya

2. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Edisi Kelima

a. Huruf Kapital dan Pengecualiannya

b. Huruf miring

c. Angka dan bilangan

d. Kata majemuk

e. Kata bentuk terikat

f. Tanda baca

Indonesian
PENGERTIAN EJAAN DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA

Ejaan memiliki peranan sentral dalam penggunaan bahasa, khususnya ragam bahasa tulis.
Kamus Besar Bahasa Indonesia V mendefinisikan ejaan sebagai “kaidah cara menggambarkan
bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan
tanda baca”. Pengabaian penggunaan ejaan dapat menimbulkan kesalahpahaman, kebingungan,
dan ketidakjelasan maksud kalimat bagi pembaca. Sudah semestinya, ejaan dipergunakan dalam
ragam bahasa tulis, baik dalam keseharian maupun dalam situasi resmi. Tujuannya, supaya
penggunaan ejaan yang baik dan benar ini menjadi sebuah kebiasaan dan tidak lagi menimbulkan
kesulitan bagi para pengguna ragam tulis.
Bahasa Indonesia lahir pada tahun 1928, yakni pada momen Sumpah Pemuda. Dalam
perjalanannya, terdapat beberapa ejaan yang pernah diberlakukan. Perhatikan bagan berikut ini.

Bagan 1. Sejarah ejaan yang pernah berlaku dalam bahasa Indonesia

Saat bahasa Indonesia diresmikan sebagai bahasa nasional pada tahun 1928, ejaan yang
berlaku pada saat itu adalah Ejaan Van Ophuijsen (EVO). Ejaan ini dikenalkan pertama kali oleh
Mr. Ophuijsen dari Belanda pada tahun 1901. Alasan digunakannya EVO ini adalah untuk

Indonesian
memudahkan orang Belanda menuliskan kosakata bahasa Melayu (kemudian disebut bahasa
Indonesia sejak tahun 1928) menggunakan huruf Latin sesuai dengan konsep penulisan dalam
bahasa Belanda. Ejaan ini berlaku sampai tahun 1947 atau kurang lebih berlaku selama 46 tahun.
Jadi, tidak mengherankan jika teks Sumpah Pemuda dan Teks Proklamasi masih menggunakan
Ejaan Van Ophuijsen ini.
Pada tahun 1946, Mr. Seowandi selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada waktu itu
(Sriyanto, 2015) merilis Ejaan Republik atau dikenal juga dengan nama Ejaan Seowandi sebagai
bentuk perbaikan dan penyesuaian EVO dengan bahasa Indonesia pada waktu itu. Ejaan ini
disebut Ejaan Republik karena Indonesia telah menyatakan kemerdekaannya dan bentuk
negaranya, republik. Sementara itu, penyebutan “Ejaan Seowandi” itu disebabkan oleh nama
Mendikbud dan orang yang meresmikan penggunaan ejaan ini adalah Mr. Seowandi.
Sebenarnya, setelah Ejaan Seowandi, terdapat dua ejaan yang pernah diusulkan untuk
diberlakukan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Melayu, khususnya bahasa Melayu di
Malaysia, tetapi kedua ejaan tersebut tidak pernah mencapai kata sepakat untuk diberlakukan di
dua negara tersebut. Kedua ejaan yang dimaksud adalah Ejaan Pembaruan (1954) dan Ejaan
Melindo/Melayu-Indonesia (1959). Akibatnya, Ejaan Republik atau Ejaan Seowandi ini berlaku
selama 26 tahun. Kemudian, Ejaan Republik digantikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan
pada tahun 1972. Adapun perbedaan di antara ketiga ejaan tersebut dapat dilihat dalam contoh
penulisan kata-kata dalam tabel berikut ini.

Tabel 1. Perbedaan EVO, Ejaan Republik, dan EYD

Ejaan Van Ophuijsen Ejaan Republik Ejaan Yang Disempurnakan


(1901) (1946) (1972)
djoedjoer djudjur jujur
setoedju setudju setuju
Penjelasan:
Penulisan bunyi [u] dalam EVO masih menggunakan gabungan huruf kola [oe] sebagaimana
kaidah bahasa dalam bahasa Belanda, sedangkan dalam Ejaan Republik sudah ditulis dengan
lambang huruf [u] walaupun untuk penulisan huruf konsonannya masih sama seperti dalam

Indonesian
EVO. Kemudian, penulisan konsonan [dj] pada Ejaan Republik ini diubah dalam EYD dengan
lambang [j] saja.

tjinta tjinta cinta


batja batja baca
Penjelasan:
Untuk bunyi [c], EVO dan Ejaan Republik masih menggunakan lambang bunyi [tj], sedangkan
dalam EYD sudah ditulis dengan [c].

jakin jakin yakin


buaja buaja buaya
Penjelasan:
Penulisan lambang bunyi [y] dalam EVO dan Ejaan Republik masih menggunakan lambang [j],
lalu diperbaiki dalam EYD dengan menggunakan lambang [y].

njanji njanji nyanyi


banjak banjak banyak
Penjelasan:
Untuk bunyi kluster [ny], EVO dan Ejaan Republik masih menggunakan lambang bunyi [nj],
tetapi EYD memperbaikinya dengan menggunakan lambang [ny].

chawatir chawatir khawatir


achir achir akhir
Penjelasan:
Untuk bunyi kluster [kh], EVO dan Ejaan Republik masih menggunakan lambang bunyi [ch],
tetapi EYD memperbaikinya dengan menggunakan lambang [kh].

masjarakat masjarakat masyarakat


sjarat sjarat syarat
Penjelasan:

Indonesian
Untuk bunyi kluster [sy], EVO dan Ejaan Republik masih menggunakan lambang bunyi [sj],
tetapi EYD memperbaikinya dengan menggunakan lambang [sy].

do’a doa doa


Jum’at Jumat Jumat
Penjelasan:
Untuk penyerapan kosakata dari bahasa Arab atau bahasa asing lainnya, EVO masih
menggunakan tanda apostrof untuk menekankan pelafalan yang benar pada kata tersebut, tetapi
Ejaan Republik dan EYD sudah menghilangkan penggunaan tanda apostrof tersebut.

poera2 pura2 pura-pura


koepoe2 kupu2 kupu-kupu
Penjelasan:
Untuk penulisan kata , EVO dan Ejaan Republik masih menggunakan lambang bunyi [ch], tetapi
EYD memperbaikinya dengan menggunakan lambang [kh].

Lamanya masa berlaku EVO dan Ejaan Republik ini membawa dampak yang cukup
signifikan terhadap perkembangan bahasa Indonesia di masa kini. Contohnya, sebagian
masyarakat Indonesia masih membawa aturan EVO dan Ejaan Republik ke dalam penulisan kata
bahasa Indonesia di masa kini, misalnya penulisan kata anak-anak yang ditulis dengan anak2,
penulisans kata Jumat yang ditulis dengan Jum’at, dan penulisan kata doa ditulis do’a. Oleh
karena itu, salah satu cara untuk meminimalisasi terjadinya kebingungan dan kesalahan
penggunaan ejaan dalam bahasa Indonesia adalah dengan menerapkan aturan ejaan yang benar
sesuai dengan ejaan yang berlaku saat ini.
Keberlakuan EYD dalam bahasa Indonesia cukup bertahan lama, yakni sekitar 43 tahun.
Setelah masa berlaku yang lama itu, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa di bawah
naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merilis ejaan pembaruan bahasa Indonesia
yang disebut dengan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI). Ejaan ini diatur berdasarkan Peraturan

Indonesian
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015. Hal yang
membedakan EBI dengan EYD di antaranya yaitu sebagai berikut.
3. Diberlakukannya tiga varian bunyi /e/, khususnya di kamus, misalnya kata kecap dilafalkan
[kécap], militer dilafalkan [militèr], dan kecap dilafalkan [kêcap].
4. Huruf konsonan /q/ dan /x/ hanya digunakan untuk nama diri dan keperluan dalam ilmu
pengetahuan.
5. Adanya penambahan diftong yaitu diftong ei untuk kata survei dan geiser.
6. Pada huruf kapital aturan penggunaan lebih diringkas (pada PUEYD terdapat 16 aturan
sedangkan pada PUEBI terdapat 13 aturan) dengan disertai catatan.
7. Pada huruf tebal terdapat pengurangan aturan sehingga hanya dua aturan, yaitu menegaskan
bagian tulisan yang sudah ditulis miring dan menegaskan bagian karangan seperti judul
buku, bab, atau subbab.

Terakhir, pada tahun 2022, pemerintah kembali merilis pedoman umum ejaan bahasa
Indonesia yang kembali dinamai dengan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) atau disebut juga
dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Edisi Kelima (EYD V). Ejaan inilah yang
akan dipelajari lebih lanjut dalam pembahasan materi ejaan, mata kuliah Bahasa Indonesia.
Untuk memudahkan akses, kini pemerintah menyediakan akses EYD V dalam bentuk aplikasi
dan web dengan alamat https://ejaan.kemdikbud.go.id/.

Indonesian
EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN
EDISI KELIMA

A. Aturan Penggunaan Huruf Kapital dan Pengecualiannya


Terdapat 23 aturan mengenai penggunaan huruf kapital dan pengecualian-
pengecualiannya dalam EYD V ini, berbeda dengan EBI yang hanya memuat 13 aturan
termasuk pengecualian-pengecualiannya. Namun demikian, jika diperhatikan dengan
cermat, sebenarnya isinya sama dengan EBI. Untuk memudahkan pengaplikasian huruf
kapital dalam ragam tulis bahasa Indonesia, berikut adalah pengklasifikasiannya.

Penggunaan
Huruf Kapital

di awal kalimat nama singkatan

Bagan 2. Pengklasifikasian penggunaan huruf kapital

Perhatikan pembahasan berikut ini untuk memahami maksud dari ketiga klasifikasi
tersebut.
1. Huruf kapital selalu digunakan di awal kalimat, baik kalimat pernyataan, kalimat
pernyataan, kalimat imperatif, maupun kalimat langsung. Lihatlah contohnya dalam tabel
berikut ini.
Tabel 2. Contoh penggunaan huruf kapital di awal kalimat
Jenis Kalimat Contoh kalimat
Kalimat pernyataan Salah satu fungsi bahasa Indonesia adalah sebagai lambang
identitas orang Indonesia.
Kalimat pertanyaan Apakah bahasa Indonesia wajib digunakan di lingkungan
pendidikan?
Kalimat imperatif Tolong buang sampah ini ke tempatnya!
Kalimat langsung Bapak berpesan, “Nak, jaga diri baik-baik ya, jangan suka pulang
malam-malam.”

Indonesian
2. Huruf kapital selalu digunakan untuk sesuatu yang bersifat nama, kecuali nama jenis dan
kata-kata tertentu yang diikuti nama. Perhatikan contoh-contoh dan pengecualiannya
dalam tabel berikut ini.
Tabel 3. Contoh penggunaan huruf kapital pada nama
Contoh Kalimat Penjelasan
1) Ada yang mengatakan Ki Hadjar Huruf kapital digunakan untuk
Dewandara1, Bapak Pendidikan2 menuliskan nama orang1, nama
Indonesia, mengusungkan konsep julukan2, dan nama negara3.
pendidikan yang sama dengan
pendidikan yang dijalankan di Finlandia3
saat ini.
2) Merujuk laman Ruang Guru (2022), Huruf kapital digunakan untuk
hukum Archimedes1 menjelaskan menuliskan nama hukum1, teori, dan
hubungan antara gaya berat dan gaya ke rumus.
atas (gaya apung) pada suatu benda jika
dimasukkan ke dalam fluida.
3) Sudah menjadi rahasia umum bahwa Huruf kapital digunakan untuk
umat Islam1 memegang Alquran2 sebagai menuliskan nama agama, kitab, nama
pedoman hidupnya dan Allah Swt. Tuhan dan sifat-sifatnya, serta kata
sebagai Tuhannya3. ‘Tuhan’ itu sendiri.
4) Hari itu, Presiden1 Joko Widodo bertemu Huruf kapital digunakan untuk
dengan Raden2 Reisa Asmoro dan menuliskan nama jabatan1, gelar
Profesor3 Quraish Shihab. kebangsawanan2, gelar keagamaan,
gelar akademik3, dan gelar kehormatan
jika diikuti nama orangnya.
5) Adik saya lahir pada hari Selasa1, bulan Huruf kapital digunakan untuk
Agustus2 2006, tepat beberapa hari menuliskan nama hari1, bulan2, dan
sebelum peringatan Proklamasi tahun, termasuk hari-hari raya seperti
Kemerdekaan Indonesia3. hari Lebaran, hari Natal, dan hari
Galungan.
Huruf kapital juga digunakan untuk
menuliskan nama peristiwa sejarah3.
6) Saya baru tahu bahwa Sungai Bengawan Huruf kapital digunakan untuk
Solo1 tidak terletak di Kota Solo2, tetapi menuliskan nama geografi seperti
memang melintasi wilayah itu. Sungai sungai, laut, samudra, gunung, danau,
tersebut merupakan sungai terpanjang di kota, desa, provinsi, pulau, dan benua
Pulau Jawa3. jika diikuti namanya (lihat contoh yang
ditandai dengan 1, 2 dan 3).

Indonesian
7) Ibu membeli 5 meter batik Cirebon1 dan Huruf kapital digunakan untuk
500 gram kopi Gayo2 untuk dijadikan menuliskan nama geografi yang
oleh-oleh besannya. dijadikan nama makanan, benda, atau
lainnya, dan berkaitan dengan asal
daerahnya.
8) Bahasa internasional ini merujuk pada Huruf kapital digunakan untuk
bahasa-bahasa yang resmi digunakan menuliskan nama lembaga, badan,
1
oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa . Saat organisasi1, negara, termasuk dokumen
ini, ada enam bahasa resmi PBB yaitu yang diterbitkan oleh lembaga/negara
bahasa Inggris, bahasa Prancis, bahasa tersebut.
Spanyol, bahasa Rusia, bahasa Mandarin, Huruf kapital juga digunakan untuk
dan bahasa Arab2. menuliskan nama bahasa2, suku, dan
bangsa.
9) Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan Huruf kapital digunakan pada huruf
yang menulis berita berjudul "Listrik pertama setiap kata pada judul buku,
Sahabat Petani" dan dimuat di karangan, artikel, makalah, dan nama
paktani.com. media masa
10) Siap, Pak, kami akan antar surat ini Huruf kapital digunakan untuk
1
kepada penerimanya secara langsung. menuliskan kata sapaan .

Pengecualian-pengecualian

1) Saya suka makan buah jeruk bali dan Nama jenis


bika ambon.
2) Lampu yang digunakan di warungnya Satuan ukuran
hanya 5 watt sehingga pencahayaannya
tidak terlalu terang.
3) Dia adalah temanku saat SMA, namanya Kata yang bermakna ‘anak dari’
Tio Subekti bin Yusuf.
4) Kami bertemu gubernur dan sultan di Huruf kapital tidak digunakan untuk
pasar tradisional siang kemarin. menuliskan nama jabatan, gelar
kebangsawanan, gelar keagamaan, gelar
akademik, dan gelar kehormatan, jika
tidak diikuti nama orangnya.
5) Saat ini masyarakat Indonesia sedang Huruf kapital tidak digunakan pada
latah, semuanya serba diinggris- nama bangsa, suku, bahasa, dan aksara
yang berupa bentuk dasar kata turunan
inggriskan.
(terdapat imbuhan)

Indonesian
3. Huruf kapital selalu digunakan untuk menulis singkatan. Perhatikan contohnya dalam
tabel berikut ini.
Tabel 4. Contoh penggunaan huruf kapital pada singkatan
Contoh singkatan Contoh kalimat
SD, SMP, SMA, BNI, Adik-adik saya saat ini duduk di bangku SMP dan
BCA, ABRI, UI, TNI SMA.
Singkatan gelar Orang-orang yang telah menunaikan ibadah haji
keagamaan: biasanya akan disemati gelar hajah atau haji, misalnya
Hajah (Hj.)/Haji (H.) Bapak H. Abdul Qodir.
Singkatan gelar akademik Prof. Dr.-Ing. Ir. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng.
adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga.
Singkatan gelar jabatan: Ditjen Pajak optimistis pengawasan wajib pajak berbasis
Kolonel (Kol.) kewilayahan akan lebih efektif dan efisien pada 2023
Ditjen

B. Aturan Penggunaan Huruf Miring


Berbeda dengan aturan penggunaan huruf kapital, huruf miring ini hanya memiliki tiga
fungsi saja yaitu:
1. huruf miring digunakan untuk menuliskan judul: judul buku, judul film, judul album lagu,
judul acara televisi, judul siniar, judul lakon, dan nama media massa yang dikutip dalam
tulisan, termasuk dalam daftar pustaka;
2. huruf miring digunakan untuk memberikan penekanan pada kata atau bagian tertentu
dalam kalimat;
3. huruf miring digunakan untuk menuliskan kata, frasa, atau ungkapan yang menggunakan
bahasa daerah ataupun bahasa asing.

C. Aturan Penulisan Angka dan Bilangan


Aturan penulisan angka dan bilangan ini berkaitan dengan kapan menuliskan angka tersebut
dengan angka (misalnya 1, 2, 3, dst.) dan kapan menuliskannya dengan huruf (misalnya
seperempat, satu, dua, lima, sepuluh). Secara umum, EYD V ini memiliki satu perbedaan

Indonesian
yang cukup signifikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia (versi sebelumnya). Angka yang
harus ditulis dengan lambang angka adalah angka-angka yang terdiri atas satu kata, misalnya
satu, dua, lima, sepuluh, sebelas, dan seratus. Angka-angka lainnya, misalnya 12 (dua
belas), 20 (dua puluh), 57 (lima puluh tujuh), dan sebagainya, itu harus ditulis dengan
angkanya, bukan dengan huruf.
Namun, ada pengecualian untuk hal-hal tersebut, pengecualian tersebut dapat dilihat dari
contoh kalimat berikut ini.
1. Ibu membeli 1 kilogram dada ayam, 2 liter minyak goreng, 250 gram cabai rawit, dan 2
kilogram kentang. (Angka-angka dalam kalimat tersebut harus ditulis dengan lambang
angka karena diikuti dengan satuan ukurannya)
2. Raffi membeli sepuluh kendaraan baru yang terdiri atas 2 sedan, 3 jeep, 3 sepeda motor,
dan 2 sepeda gunung. (Angka-angka tersebut menempati rincian dalam kalimat sehingga
harus ditulis dengan angka untuk memudahkan pembacaan)
3. 2 mahasiswa BINUS terpilih menjadi Juara 1 dalam pemilihan Duta Bahasa Nasional
tahun 2024. (Kalimat ini salah karena dimulai dengan angka)
4. Dua mahasiswa BINUS terpilih menjadi Juara 1 dalam pemilihan Duta Bahasa Nasional
tahun 2024. (Angka yang digunakan di awal kalimat harus ditulis dalam bentuk huruf)
5. Juara 1 dalam pemilihan Duta Bahasa Nasional tahun 2024 merupakan dua mahasiswa
BINUS. (Kalimat pada nomor 3, boleh juga diubah menjadi kalimat ini, artinya sah-sah
saja mengubah susunan kata dalam kalimat tersebut)

D. Pengenalan Kata Majemuk


Kata majemuk memiliki kemiripan dengan frasa. Keduanya terdiri atas dua atau tiga kata.
Namun, perbedaannya terletak pada hal-hal berikut ini.
1. Kata majemuk tidak dapat disisipi kata-kata lain, misalnya kata ini, itu, yang, dan
sebagainya.
2. Kata majemuk memiliki makna yang berbeda dari kata-kata pembentuknya, contohnya
kata duta besar yang terdiri atas duta (perwakilan) dan besar (kata sifat yang
menunjukkan ukuran) menjadi perwakilan diplomatik tertinggi suatu negara di negara
lain.

Indonesian
Untuk memahami konsep kata majemuk lebih baik, perhatikan bagan berikut.

Bagan 2. Perbedaan kata majemuk dan frasa

Sebagai contoh, kata rumah sakit dan rumah besar. Kata rumah sakit termasuk kata
majemuk karena tidak dapat disisipi kata yang, ini, atau itu. Dalam bahasa Indonesia,
susunan kata rumah yang sakit atau rumah itu sakit tidak berterima. Berbeda dengan frasa
rumah besar, kata-kata tersebut dapat disisipi kata-kata lain tanpa mengganggu inti makna
katanya, contohnya rumah yang besar, rumah ini besar, atau rumah itu besar. Secara
makna, rumah besar dengan rumah yang besar dapat diterima dan dipahami dengan mudah.

E. Penulisan Kata Bentuk Terikat


Kata bentuk terikat adalah kata-kata yang tidak dapat berdiri sendiri untuk memunculkan
makna katanya. Kata-kata ini wajib ditulis menyatu dengan kata yang mengikutinya. Jika
kata-kata ini tidak ditulis serangkai atau menyatu, secara sintaksis maknanya dianggap tidak
muncul. Contohnya kata tuna wisma, jika ditulis dengan spasi seperti itu, makna kata tuna
yang berarti tidak memiliki ini tidak muncul, alih-alih yang muncul adalah makna kata tuna
sebagai salah satu jenis ikan. Berbeda lagi jika ditulis serangkai yaitu tunawisma, berarti
orang yang tidak memiliki rumah atau tempat tinggal.
Untuk mengetahui contoh kata-kata bentuk terikat lainnya, silakan perhatikan gambar
berikut ini.

Indonesian
Gambar 1. Contoh kata-kata bentuk terikat

F. Aturan Penggunaan Tanda Baca


Ada banyak sekali aturan mengenai tanda baca. Tanda baca itu sendiri ada banyak
ragamnya. Untuk memahami keseluruhan jenis dan aturan penggunaan tanda baca yang
benar, silakan cek dalam Ejaan Yang Disempurnakan edisi V melalui laman web ...
Namun, aturan penggunaan tanda baca yang benar dapat dianalisis melalui contoh-contoh
berikut ini.
Tabel 5. Analisis penggunaan tanda baca dalam kalimat

Kalimat A Kalimat B Penjelasan

1. Karena kehujanan, 1. Karena kehujanan Ketika menggunakan konjungsi di


dia demam. ✓ dia demam. awal kalimat, harus ada tanda koma
untuk menandai keterangan dan
memunculkan subjek kalimat.

Indonesian
2. Dia terlambat masuk 2. Dia terlambat masuk Tidak semua konjungsi intrakalimat
ZOOM, sehingga ZOOM sehingga perlu diawali tanda koma. Konjungsi
dinyatakan absen dinyatakan absen yang dimaksud adalah konjungsi
dalam perkuliahan dalam perkuliahan karena, sehingga, dan untuk.
hari ini. hari ini. ✓
3. Gubernur Jawa Barat 3. Gubernur Jawa Penggunaan tanda baca koma di
Ridwan Kamil telah Barat, Ridwan kalimat ini berfungsi untuk
membangun banyak Kamil, telah membedakan jabatan dengan nama
masjid cantik di membangun banyak orang yang menjabatnya. Tanpa
Indonesia. masjid cantik di adanya tanda koma, nama jabatan
Indonesia. ✓ menjadi ambigu.
4. Mereka memerlukan 4. Mereka memerlukan Tanda baca koma perlu digunakan
perabot rumah perabot rumah sebelum menyebutkan rincian yang
tangga: kursi, meja, tangga seperti kursi, terakhir, perhatikan bagian yang
dan lemari. ✓ meja dan lemari. ditandai warna kuning.
5. "Kita bangga karena 5. "Kita bangga karena Tanda petik satu digunakan untuk
lagu 'Indonesia Raya' lagu “Indonesia memberikan penekanan pada kata
berkumandang di Raya” yang terletak dalam kalimat langsung.
arena Asian Games," berkumandang di Kalimat langsung itu sendiri perlu
kata Ketua KONI. ✓ arena Asian Games," diapit dengan tanda petik dua.
kata Ketua KONI.
6. Acara ini akan 6. Acara ini akan Dalam ejaan bahasa Indonesia, ada
dilaksanakan selama dilaksanakan selama yang disebut tanda hubung (contoh
3 hari yaitu pada 3 hari yaitu pada kalimat 6A) dan tanda pisah (contoh
tanggal 5-8 Desember tanggal 5—8 kalimat 6B). Untuk menunjukkan
2022. Desember 2022. ✓ rentang waktu, tanda yang semestinya
digunakan adalah tanda pisah, bukan
tanda hubung. Tanda hubung
digunakan untuk menghubungkan
kata reduplikasi atau kata ulang,
menghubungkan kata bentuk terikat
yang diikuti nama atau singkatan, dan
menghubungkan imbuhan dengan
kata dalam bahasa asing atau bahasa
daerah.

Indonesian
KESIMPULAN

Berdasarkan paparan dalam bagian pembahasan, dapat disimpulkan bahwa ejaan yang harus
digunakan dalam bahasa Indonesia saat ini adalah EYD V. Adapun simpulan penjelasannya
adalah sebagai berikut.

1. Materi kajian ejaan ini meliputi: (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan
kata, dan (4) pemakaian tanda baca.

2. Pemakaian huruf dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) edisi V yang digunakan dalam
perkuliahan ini mengkaji hal-hal berikut: (1) penggunaan huruf kapital, huruf nonkapital,
dan huruf miring, (2) penulisan angka dan bilangan, (3) penulisan kata bentuk terikat, dan
(4) penggunaan tanda baca yang benar.

3. Penulisan huruf kapital dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) V digunakan untuk: (1)
awal kalimat, (2) semua hal yang berkaitan dengan nama, kecuali nama jenis dan nama yang
mendapat pengimbuhan, dan (3) singkatan.

4. Penulisan kata dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) V meliputi: kata bentuk terikat,
kata majemuk, frasa, dan penulisan angka dan bilangan.

5. Pemakaian tanda baca dalam Ejaan bahasa Indonesia meliputi pemakaian (1) tanda titik, (2)
tanda koma, (3) tanda tanya, (4) tanda seru, (5) tanda hubung, (6) tanda pisah, dan (7) tanda
titik dua.

Indonesian
DAFTAR PUSTAKA

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Edisi kelima. https://ejaan.kemdikbud.go.id/.


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 Tentang Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia. https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/01/salinan-permendikbud-
nomor-50-tahun-2015-tentang-pedoman-umum-ejaan-bahasa-indonesia.
Sriyanto. (2015). Seri penyuluhan bahasa Indonesia: Ejaan. Pusat Pembinaan, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Tim Pengembang Pedoman Bahasa Indonesia. (2016). Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia. Badan Pengembangan dan pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Ejaan yang Disempurnakan https://binus.ac.id/bits/learning-object/Ejaan-


2720/index.html?v=1610709411086#/

Indonesian
LECTURE NOTES

Indonesian

Minggu ke-3

Diksi dan Definisi


LEARNING OUTCOMES

LO 1: Identify spelling errors in sentences and paragraphs


LO 2: Create scientific writing

OUTLINE MATERI (Sub-Topic):


1. Ketepatan Kata
2. Kesesuaian Kata
3. Definisi
ISI MATERI

1. Ketepatan Kata

Diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan sehingga
diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan (KBBI V). Maksud tepat di sini adalah kata yang
dipilih atau digunakan dapat dipahami maknanya secara logis dan tanpa memunculkan makna lain
(ambigu) sehingga maksud yang ingin disampaikan oleh pembicara atau penulis dapat ditangkap
dengan jelas oleh pendengar atau pembaca. Untuk mencapai ketepatan ini, pembicara atau penulis
harus memperhatikan unsur kecermatan penulisan kata agar tidak salah makna dan kecermatan
dalam pemilihan kata agar kata-kata yang dipilih itu tidak lewah (mubazir). Sementara itu, maksud
selaras ini lebih berkaitan dengan kecocokan kata yang dipilih dengan konteksnya, khususnya
konteks sosial.

Pemilihan kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat pesan
yang ingin disampaikannya, baik secara lisanmaupun tulisan. Pemilihan kata juga harus sesuai
dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu. Penggunaan ketepatan pilihan kata
dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa menggunakan kosa kata secara aktif yang dapat
mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengkomunikasikan secara efektif kepada
pendengar atau pembacanya. Indikator ketepatan kata adalah sebagai berikut.
a. Mengomunikasikan gagasan berdasarkan pilihan kata yang tepat dan sesuai
berdasarkan kaidah bahasa Indonesia.
b. Menghasilkan komunikasi yang paling efektif tanpa salah penafsiran atau salah
makna.
c. Menghasilkan respon pembaca atau pendengar sesuai dengan harapan penulis
atau pembicara.
d. Menghasilkan target komunikasi yang diharapkan.

Komunikasi merupakan syarat yang wajib dipahami oleh setiap individu,karena jika kita
mampu memilih kata yang tepat dalam berkomunikasi akan semakin mudah menyampaikan apa

Indonesian
yang ingin kita sampaikan. Ada berbagai macam syarat-syarat dalam ketepatan pemilihan kata
dijabarkan sebagai berikut.
a. Membedakan makna kata denotasi dan konotasi dengan cermat. Denotasiyaitu kata
yang tidak bermakna ganda sedangkan konotasi menimbulkan makna yang
bermacam-macam.
b. Membedakan kata yang hampir bersinonim, seperti adalah, ialah, yaitu, merupakan,
dalam pemakaian yang berbeda-beda.
c. Membedakan secara cermat kata yang hamper mirip ejaannya, misalnya : inferensi
(kesimpulan) dan interfensi (saling mempengaruhi).
d. Tidak menafsirkan makna kata secara subyektif berdasarkan pendapat sendiri,
misalnya : modern sering diartikan secara subyektif canggih, dalam kamus modern
berarti terbaru, canggih berarti banyak cakap, banyak mengetahui.
e. Menggunakan imbuhan asing jika diperlukan, harus memahami makna secara tepat.
Misalnya koordinir seharusnya koordinasi.
f. Menggunakan kata-kata idiomatic berdasarkan pasangan yang benar.
g. Menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat. Misalnya : mobil (kata
umum) Civic (kata khusus, sedan buatan Honda).
h. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya : isu (berasal dari
bahasa Inggris issue berarti publikasi) isu (dalam bahasa Indonesia berarti kabar yang
tidak jelas asal usulnya)
i. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim misalnya : (pria dan laki-laki, saya dan
aku).
j. Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat kata abstrak (konseptual
misalnya : pendidikan, wirausaha) dan kata kongkret (misalnya : manga,sarapan)

2. Kesesuaian Kata
Selain ketepatan pemilihan kata, pengguna bahasa harus pula memperhatikan kesesuaian
kata agar tidak merusak makna, suasana dan situasi yang hendak ditimbulkan atau suasana
yang sedang berlangsung.

Indonesian
Syarat kesesuaian kata:
a. Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampuadukkan
penggunaannya dengan kata tidak baku yang hanya digunakan dalam pergaulan.
b. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat.
c. Menggunakan kata berpasangan dan berlawanan makna dengan cermat.
d. Menggunakan kata dengan nuansa tertentu.
e. Menggunakan kata ilmiah untuk penulisan karangan ilmiah dan komunikasi non
ilmiah menggunakan kata populer.
f. Menghindarkan penggunaan ragam lisan dalam bahasa tulis.

Ketepatan kata berkaitan dengan konsep, gagasan dan menghasilkan kepastian


makna, sedangkan kesesuaian kata menyangkut kecocokan antara kata yang dipakai
dengan situasi yang hendak diciptakan sehingga tidak mengganggu suasana batin, emosi
atau psikis antara lawan bicara.

Penggunaan kata dalam surat, proposal, laporan, pidato, diskusi ilmiah, karangan
ilmiah dan lain – lain harus tepat dan sesuai dengan situasi yang hendak diciptakan.
Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep, pembuktian,
hasil pemikiran atau solusi suatu masalah. Diksi merupakan faktor penting dalam
menentukan kualitas sebuah karangan. Pilihan kata yang tidak tepat dapat menurunkan
kualitas karangan.

3. Definisi
Definisi memiliki beberapa pengertian yatitu: 1) Kata, frasa, atau kalimat yang
mengungkapkan makna, keterangan, atau ciri utama dari orang, benda, proses, atau aktivitas;
2) Batasan arti. 3) Rumusan tentang ruang lingkup dan ciri- ciri suatu konsep yang menjadi
pokok pembicaraan (KBBI). 4) Uraian pengertian yang berfungsi membatasi objek, konsep,
dan keadaan berdasarkan waktu dan tempat suatu kajian. Definisi dibedakan atas definisi
nominal, definisi formal, definisi personal, definisi kerja atau definisi operasional, dan definisi
luas.

Indonesian
a. Definisi Nominal
Definisi ini berupa pengertian singkat. Definiens pada definisi jenis ini ada tiga macam,
yaitu
1) Sinonim atau padanan, contoh: manusia adalah orang, perempuan adalah wanita.
2) Terjemahan dari bahasa lain, contoh: kinerja ialah performance, pengembang ialah
developer.
3) Asal-usul sebuah kata, contoh: psikologi berasal dari kata psyche berartijiwa, dan logos
berarti ilmu, psikologi adalah ilmu jiwa.

b. Definisi Formal
Definisi formal disebut juga definisi terminologis, yaitu definisi yang disusun
berdasarkan logika formal yang terdiri dari tiga unsur. Strukturnya berupa kelas, genus,
dan pembeda (diferensiasi). Struktur formal diawali dengan klasifikasi, diikuti dengan
menentukan kata yang akan dijadikan definiendum, dilanjutkan dengan menyebutkan
genus, dan diakhiri dengan menyebutkan kata-kata atau deskripsi pembeda. Pembeda
harus lengkap dan menyeluruh sehingga benar-benar menunjukan pengertian yang sangat
khas dan membedakan pengertian dari kelas yang lain.
Contoh:
Manusia adalah makhluk yang berakal budi.
Hewan adalah makhluk yang hidup berdasarkan naluri atau insting.
Mahasiswa adalah pelajar di perguruan tinggi.

c. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah batasan pengertian yang dijadikan pedoman untuk
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, misalnya penelitian. Oleh karena itu, definisi
ini disebut juga definisi kerja karena dijadikan pedoman untuk melaksanakan suatu
penelitian atau pekerjaan tertentu. Definisi ini disebut juga definisi subjektif karena
disusun berdasarkan keinginan orang yang akan melakukan pekerjaan.

Indonesian
Ciri-ciri definisi operasional :
1) Mengacu pada target pekerjaan yang hendak dicapai.
2) Berisi pembatasan konsep, tempat, waktu, bersifat aksi, tindakan, atau pelaksanaan
suatu kegiataan.

Contoh :
Prestasi atlet bulutangkis adalah jumlah medali yang diperoleh pada setiap
pertandingan sejak awal karier bermain bulu tangkis sampai dengan akhir karier bulu
tangkisnya.

d. Definisi Paradigmatis
Definisi paradigmatis bertujuan untuk mempengaruhi pola berpikir orang lain.
Contoh:
Globalisasi bisnis adalah usaha lebih banyak melampaui batas-batas negara untuk
mendapatkan uang, barang, dan konsumen.
1) Pendidikan adalah upaya mendewasakan anak didik.
2) Budaya merupakan modal pengembangan kreativitas bisnis yangbernilai
ekonomi tinggi.
3) Kekayaan laut merupakan potensi alam yang dapat memenuhi duapertiga
kebutuhan hidup bangsa.

e. Definisi Luas
Definisi luas adalah batasan pengertian yang sekurang-kurangnya terdiri atas satu
paragraf. Definisi ini hanya berisi satu gagasan yang didefinisikan.
Ciri-ciri definisi luas:
1) Terdiri sekurang-kurangnya satu paragraph,
2) Berisi satu gagasan yang merupakan definiendum,
3) Tidak menggunakan kata kias,
4) Setiap kata dapat dibuktikan atau diukur kebenarannya, dan
5) Menggunakan penalaran yang jelas.

Indonesian
Contoh:
Globalisasi bisnis adalah usaha komersial yang melampaui batas-batas negara bertujuan
untuk mendapatkan uang, barang, dan konsumen. Globalisasi ini dilakukan dengan
menggunakan konsentrasi penjualan produk kenegara lain. Kegiatan ini dilakukan dengan
menjalin kerja sama antarproduk, antarpengusaha, dan antarnegara. Misalnya: imbal beli,
patungan, atau murni mengekspor produk

Indonesian
KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan beberap hal berikut:


1. Diksi adalah pilihan kata, maksudnya memilih kata yang tepat untuk menyatakan
sesuatu.
2. Syarat-syarat dalam ketepatan pemilihan kata diantaranya:
a. Membedakan makna kata denotasi dan konotasi dengan cermat.
b. Membedakan kata yang hampir bersinonim
c. Membedakan secara cermat kata yang hamper mirip ejaannya
d. Tidak menafsirkan makna kata secara subyektif berdasarkan pendapat sendiri
e. Menggunakan imbuhan asing secara tepat.
f. Menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan pasangan yang benar.
g. Menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat.
h. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat
i. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim
j. Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat
3. Syarat kesesuaian kata, meliputi:
a. Menggunakan ragam baku dengan cermat
b. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat.
c. Menggunakan kata berpasangan dan berlawanan makna dengan cermat.
d. Menggunakan kata dengan nuansa tertentu.
e. Menggunakan kata ilmiah untuk penulisan karangan ilmiah dan komunikasi non ilmiah
menggunakan kata populer.
f. Menghindarkan penggunaan ragam lisan dalam bahasa tulis.
4. Istilah terdiri atas istilah umum dan khusus.
5. Definisi dibedakan atas definisi nominal, definisi formal, definisi personal, definisi kerja atau
definisi operasional, dan definisi luas.

Indonesian
DAFTAR PUSTAKA

Achmad HP & Alex. (2016). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga.
ISBN: 9786022986683.

Mustakim. (2014). Bentuk dan pilihan kata. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Diksi dan Definisi https://binus.ac.id/bits/learning-object/Diksi-


902/index.html?v=1653989830507#/materi-1

Indonesian
LECTURE NOTES

Indonesian

Minggu ke-4

Kalimat Efektif
LEARNING OUTCOMES

LO 1: Identify spelling errors in sentences and paragraphs


LO 2: Create scientific writing

OUTLINE MATERI (Sub-Topic):

1. Pola kalimat

2. Jenis kalimat

3. Ciri-Ciri Kalimat Efektif

4. Kesalahan kalimat
ISI MATERI

1. Pola Kalimat

2. Jenis Kalimat
a. Menurut Jumlah Klausanya
1) Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Kalimat tunggal hanya
mengandung satu unsur S, P, O, Pel dan Ket.
Contoh:
Kami mahasiswa Binus.
2) Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih kalimat
tunggal.
Contoh:
Seorang spesialis media sosial harus memiliki kemampuan mengembangkan rencana
konten dalam media sosial yang sesuai dan konsisten dengan identitas merek produk.

Indonesian
b. Menurut Fungsi
1) Kalimat berita
Contoh:
Pembagian kalender tahun baru di Kelurahan Cijantung dilakukan pada tanggal 1
Januari.
2) Kalimat tanya
Contoh:
Apakah ini akun Tiktok milik Anda?
3) Kalimat perintah
Contoh:
Tolonglah perbaiki laptopku ke pusat servis elektronik
4) Kalimat seru
Contoh:
Aduh, powerbank-ku ketinggalan!

3. Ciri-Ciri Kalimat Efektif


Abdul Razak (1986:2) mendefinisikan kalimat efektif sebagai “konsep yang dikenal
dalam hubungan fungsi kalimat selaku alat komunikasi”. Dalam hubungan ini, setiap kalimat
terlibat dalam proses penyampaian dan penerimaan. Kalimat efektif adalah kalimat yang baik
karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si pembicara (si penulis dalam bahasa tulis) dapat
diterima dan dipahami oleh pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa
yang dipikirkan atau dirasakan oleh si penutur atau si penulis (Badudu, 1995).
Terdapat enam ciri kalimat efektif: keutuhan, kesejajaran, kecermatan, kehematan,
kelogisan, dan kefokusan. Keenam ciri tersebut dijabarkan sebagai berikut.
a. Keutuhan
Kalimat efektif haris mempunyai keseimbangan pikiran atau gagasan dengan struktur bahasa
yang dipergunakan. Kesatuan kalimat diperlihatkan oleh kemampuan struktur bahasa dalam
mendukung gagasan atau konsep yang merupakan kepanduan pikiran.

Indonesian
1) Subjek dan Predikat
Sebuah kalimat sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek di dalam
sebuah kalimat merupakan unsur inti atau pokok pembicaraan. Predikat dalam kalimat adalah
kata yang berfungsi memberitahukan apa, mengapa, atau bagaimana subjek itu.
(1a) Kepada para peserta seminar diharapkan duduk di tempat yang paling depan.
(1b) Di dalam keputusan itu mengandung kebijaksanaan yang dapat menguntungkan umum.

Predikat dari kalimat di atas adalah diharapkan dan mengandung. Subjek dari kalimat diatas
adalah para peserta seminar, dan Keputusan itu. Akan tetapi, karena kata-kata itu didahului oleh
partikel kepada dan di dalam, kata-kata itu tidak berfungsi sebagai subjek. Kata-kata Pada,
didalam, kepada, haarus dihilangkan agar subjeknya menjadi jelas dan keseluruhan kalimat
menjadi padu.
(1a) Para peserta seminar diharapkan duduk di tempat yang paling depan.
(1b) Keputusan itu mengandung kebijaksanaan yang dapat menguntungkan umum.

2) Kata penghubung intrakalimat dan antarkalimat


Kata penghubung atau konjungsi yang menghubungkan kata dengan kata dalam sebuah frase
atau menghubungkan klausa dengan klausa didalam sebuah kalimat disebut konjungsi
intrakalimat.
(2a) Kami semua bekerja keras, sedangkan dia hanya bersenang-senang.
(2b) Proyek ini akan berhasil dengan baik jika semua anggota bekerja sesuai dengan
petunjuk.
Struktur kalimat (2a) dan (2b) terdapat perbedaan. Kalimat (2a) urutan klausa tidak dapat
dipertukarkan sehingga kita tidak dapat meletakkan konjungsi sedangkan pada awal kalimat.
Sebaliknya, kalimat (2b) urutan klausanya dapat dipertukarkan sehingga kita dapat menempatkan
konjungsi jika pada awal kalimat.

Indonesian
3) Gagasan pokok
Dalam menyusun kalimat, kita harus mengemukakan gagasan pokok diletakan pada
bagian depan kalimat. Biasanya ide pokok diletakan pada bagian depan kalimat atau di akhir
kalimat.
(3a) Ia tertabrak motor ketika ia masih menggenggam telepon seluler.
(3b) Ia masih menggenggam telepon seluler ketika ia tertabrak motor.

Gagasan pokok kalimat (3a) ialah ‘ia tertabrak motor’ merupakan induk kalimat, di
kalimat ke (3b) ‘ia masih menggenggam telepon seluler’ merupakan induk kalimatnya.

4) Penggabungan dengan ‘yang’ dan ‘dan’


Jika kedua kalimat digabungkan dengan partikel ‘dan’ maka hasilnya kalimat majemuk
setara. Jika kedua kalimat digabungkan dengan partikel ‘yang’ maka akan menghasilkan kalimat
majemuk baertingkat.
(4a) Masyarakat merasakan bahwa mutu pendidikan kita masih rendah.
(4b) Perbaikan mutu pendidikan adalah tugas utama perguruan tinggi.
Kalimat diatas mengandung gagasan pokok yang penting. Penggabungan yang efektif untuk
kedua kalimat tersebut adalah mengunakan partiken ‘dan’ sehingga kalimat tersebut digabung
menjadi:
(4c) Masyarakat merasakan bahwa mutu pendidikan masih rendah dan perbaikannya adalah
tugas utama perguruan tinggi.

5) Penggabungan menyatakan ‘sebab’ dan’waktu’


Hubungan sebab dinyatakan dengan kata karena, sedangkan hubungan waktu dinyatakan
dengan kata ketika. Kedua kata itu sering digunakan pada kalimat yang sama.
(5a) Ketika gempa mengguncang Cianjur, masyarakat berlari ke tempat yang luas dan
terbuka.
(5b) Karena gempa mengguncang Cianjur, masyarakat berlari ke tempat yang luas dan
terbuka.

Indonesian
Kalimat (a) dan (b) keduanya sudah tepat. Penggunaannya bergantung pada jalan pikiran
penulis apakah ia mementingkan hubungan waktu atau hubungan sebab. Yang perlu diperhatikan
ialah pilihan penggabungan itu harus sesuai dengan konteks kalimat.

6) Penggabungan kalimat yang menyatakan hubungan akibat dan hubungan tujuan


Dalam menggabungakn kalimat perlu dibedakan penggunaan partikel ‘sehingga’ untuk
menyatakan hubungan akibat, dan partikel ‘agar’ atau ‘supaya’ untuk menyatakan hubungan
tujuan.
(6a) Semua peraturan telah ditentukan.
(6b) Para mahasiswa tidak bertindak sendiri-sendiri.

Kedua kalimat tersebut digabungkan menjadi

(6c) Semua peraturan telah ditentukan sehingga para mahasiswa tidak bertindak sendiri-
sendiri.
(6d) Semua peraturan telah ditentukan agar para mahasiswa tidak bertindak sendiri-sendiri.

b. Keparalelan/Kesejajaran
Keparalelan adalah pemakaian bentuk gramatikal yang sama untuk bagian-bagian kalimat
tertentu. Semisal dalam suatu perincian, jika unsur pertama menggunakan verba, dan seterusnya
harus verba. Jika unsur pertamanya nomina, bentuk berikutnya juga nomina.

Contoh:
1) Kami telah merencanakan membangun pabrik, membuka hutan, pelebaran jalan
desa, dan membuat tali air. (salah)
2) Kami telah merencanakan membangun pabrik, membuka hutan, melebarkan jalan
desa, dan membuat tali air. (benar)

Indonesian
c. Kecermatan
Kalimat yang efektif adalah kalimat yang tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam
pilihan kata.

Contoh:
1) Dosen baru datang (salah)
2) Dosen baru saja datang (benar)
3) Dosen baru itu sudah datang (benar)
4) Mahasiswa perguruan tinggi terkenal itu menerima hadiah (salah)
5) Mahasiswa dari perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah (benar)

d. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain
yang dianggap tidak perlu.Kehematan dalam kalimat efektif merupakan kehematan dalam
pemakaian kata, frasa atau bentuk lain yanng dianggap tidak diperlukan. Kehematan itu
menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Kehematan tidak berarti bahwa kata yang
diperlukan atau yang menambah kejelasan makna kalimat boleh dihilangkan.
1) Pengulangan subjek kalimat
Contoh:
(1a) William segera membatalkan pesanannya setelah dia menemukan harga yang lebih
murah di toko lain.
(1b) Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui mempelai memasuki ruangan.

Kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi:


(1c) William segera membatalkan pesanannya setelah menemukan harga yang lebih murah
di toko lain.
(1d) Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui mempelai memasuki ruangan.

Indonesian
2) Hiponimi
Dalam bahasa ada kata yang merupakan bawahan makna kata atau ungkapan yang lebih
tinggi. Di dalam makna kata tersebut terkadang makna dasar kelompok makna kata yang
bersangkutan. Kata merah sudah mengandung makna kelompok warna. Kata desember sudah
bermakna bulan.
Contoh:
(2a) Saat masuk ke dalam bioskop, pengunjung harus menyimpan makanan yang dibawa
dari luar di petugas keamanan.
(2b) Mereka turun ke bawah melalui tangga samping kantor

Kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi:


(2c) Saat masuk bioskop, pengunjung harus menyimpan makanan yang dibawa dari luar di
petugas keamanan.
(2d) Mereka turun melalui tangga samping kantor.

e. Kelogisan
Kelogisan kalimat adalah kemampuan sebuah kalimat untuk menyatakan sesuatu
dengan logika. Sebuah kalimat memiliki kelogisan jika masuk akal atau ide kalimat dapat
diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Contoh:
1) Waktu dan tempat kami persilahkan
2) Hermawan Susanto menduduki juara pertama Indonesia Terbuka Kalimat itu tidak logis
(tidak masuk akal).

Kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi:


3) Bapak Menteri kami persilahkan
4) Hermawan Susanto menjadi juara pertama Cina Terbuka.

Indonesian
f. Kefokusan
Kalimat efektif harus memfokuskan pesan terpenting agar mudah dipahami. Kefokusan
ditandai dengan adanya satu unsur subjek/ predikat/ objek/ keterangan. Kalimat dikatakan
memenuhi syarat kefokusan, apabila fokus dengan satu unsur S-P-O-K .
Contoh:
Printer itu saya perbaiki
S S P

Kalimat tersebut tidak efektif karena memiliki dua unsur S (subjek). Agar efektif, kalimat
tersebut dapat diubah menjadi:

Saya memperbaiki printer itu


S P O

4. Kesalahan Kalimat
Dalam menulis kalimat, terdapat kesalahan pembentukan dan pemilihan kata. Hal tersebut
dijabarkan sebagai berikut.
a. Penanggalan awalan meng- pada judul berita dalam surat kabar diperbolehkan. Namun,
dalam teks beritanya awalan meng- harus eksplisit.
Contoh:
1) Rusia luncurkan pesawat bolak-balik Ukraina (Salah)
2) Rusia meluncurkan pesawat bolak-balik Ukraina (Benar)

b. Penanggalan Awalan ber


Kata-kata yang berawalan ber- sering menanggalkan walan ber-. Padahal, awalan ber- harus
dieksplisitkan secara jelas. Di bawah ini dapat dilihat bentuk salah dan benar dalam
pemakaiannya.
1) Sampai jumpa lagi. (Salah)
2) Sampai berjumpa lagi. (Benar)

Indonesian
c. Peluluhan Bunyi /c/
Kata dasar yang diawal bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila mendapat awalan meng-.
Padahal, sesungguhnya bunyi /c/ tidak luluh apabila mendapat awalan meng-.
1) Nathalie lebih menyintai Steven daripada menyintai Arthur. (Salah)
2) Nathalie lebih mencintai Steven daripada mencintai Arthur. (Benar)

d. Penyegauan Kata Dasar


Penyegauan kata dasar adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis. Akhirnya,
pencampuradukan antara ragam lisan dan ragam tulis menimbulkan suatu bentuk kata yang salah
dalam pemakaian. Contohnya, kata mandang-memandang, nyuap-menyuap, nabrak-menabrak.

e. Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang Berimbuhan meng-/peng-


Kata dasar yang bunyi awalnya /s/, /k/, /p/, atau /t/ sering tidak luluh jika mendapat awalan
meng- atau peng. Padahal, menurut kaidah baku bunyi-bunyi itu harus menjadi bunyi sengau.
Contoh:
1) Eksistensi Indonesia sebagai Negara pensuplai kopi sebaiknya dipertahankan. (salah)
2) Eksistensi Indonesia sebagai Negara penyuplai kopi sebaiknya dipertahankan.
(benar)

f. Awalan ke- yang Keliru


Pada kenyataan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan ter-sering diberi berawalan
ke-. Hal itu disebabkan oleh kekurangcermatan dalam memilih awalan yang tepat.
Contoh:
1) Penghasilan Stephanie meningkat karena sudah banyak tas selempang yang kejual.
(salah)
2) Penghasilan Stephanie meningkat karena sudah banyak tas selempang yang terjual.
(benar)
Perlu diketahui bahwa awalan ke- hanya dapat menempel pada kata bilangan. Selain di
depan kata bilangan, awalan ke- tidak dapat dipakai. Pengecualian terdapat pada kata kekasih,
kehendak, dan ketua.

Indonesian
g. Pemakaian Akhiran –ir
Pemakaian akhiran –ir sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari.
Padahal, dalam bahasa Indonesia baku, untuk padanan akhiran ir- adalah asi atau –isasi.
Contoh:
1) Alfin lupa untuk mengkoordinir konsumsi cemilan untuk seminar siang ini. (salah)
2) Alfin lupa untuk mengoordinasi konsumsi cemilan untuk seminar siang ini. (benar)

h. Padanan yang Tidak Serasi


Karena pemakai bahasa kurang cermat memilih padanan kata yang serasi, yang muncul
dalam pembicaraan sehar-hari adalah padanan yang tidak sepadan ata tidak serasi. Hal itu
terjadi karena dua kaidah bahasa bersilang, atau bergabung dalam sebuah kalimat.
Contoh:
1) Karena modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh
kredit. (salah)
2) Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.
(benar)
3) Modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.
(benar)

i. Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap Dalam kehidupan
berbahasa sehari-hari, pemakaian di, ke, dari, bagi, dan daripada sering dipertukarkan.
Contoh:
1) Topokki ini terbuat daripada tepung beras. (salah)
2) Topokki ini terbuat dari tepung beras. (benar)

j. Pemakaian Akronim (Singkatan)


Singkatan adalah hasil menyingkat atau memendekkan berupa huruf atau gabungan huruf,
seperti UI, DPR, BPK, KY, MK, MA, SPBU, dan KTSP. Seterusnya, yang dimaksud dengan
bentuk singkat ialah kontraksi bentuk kata sebagaimana dipakai dalam ucapan cepat, seperti lab
(laboratorium), memo (memorendum).

Indonesian
k. Penggunaan dimana, yang mana, hal mana.
Kata di mana tidak dapat dipakai dalam kalimat pernyataan. Kata di mana tersebut harus di
ubah menjadi yang, bahwa, tempat, dan sebagainya yang sesuai dengan konteks. Bias saja kata
di mana berkedudukan sebagai pengganti kata ketika, pada saat, tentang, dan bagi.

Indonesian
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan beberap hal berikut:
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si
pembicara (si penulis dalam bahasa tulis) dapat diterima dan dipahami oleh pendengar
(pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si
penutur atau si penulis.
2. Terdapat beberapa ciri kalimat efektif:
a. Kesatuan: Kalimat efektif haris mempunyai keseimbangan pikiran atau gagasan dengan
struktur bahasa yang dipergunakan.
b. Keparalelan: pemakaian bentuk gramatikal yang sama untuk bagian-bagian kalimat
tertentu.
c. Kecermatan: kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda, dan tepat dalam pilihan kata.
d. Kehematan: Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa,
atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu
e. Kelogisan: kemampuan sebuah kalimat untuk menyatakan sesuatu dengan logika.
f. Kevariasian: suatu paragraf dalam tulisan memerlukan bentuk pola dan jenis kalimat
yang bervariasi
3. Kesalahan pembentukan dan pemilihan kata, meliputi:
a. Penanggalan awalan meng-
b. Penanggalan Awalan ber
c. Peluluhan Bunyi /c/
d. Penyegauan Kata Dasar
e. Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang Berimbuhan meng-/peng-
f. Awalan ke- yang Keliru
g. Pemakaian Akhiran –ir
h. Padanan yang Tidak Serasi
i. Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada
j. Pemakaian Akronim (Singkatan)
k. Penggunaan dimana, yang mana, hal mana.

Indonesian
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E.Z. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Akademika Presindo.

H.P. Achmad dan Alex. (2016). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hs., Widjono. 2008. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di


Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.

Kalimat Efektif https://binus.ac.id/bits/learning-object/Kalimat-Efektif-805/index.html

Indonesian
LECTURE NOTES

Indonesian

Minggu ke-5

Paragraf Akademik
LEARNING OUTCOMES

LO 2: Create scientific writing

OUTLINE MATERI (Sub-Topic):


1. Ciri-Ciri Paragraf
2. Syarat Paragraf Padu
3. Jenis-Jenis Paragraf
4. Pola Pengembangan Paragraf
5. Paragraf Akademik
ISI MATERI

1. Ciri-Ciri Paragraf
Paragraf pada dasarnya merupakan istilah lain dari alinia. Sementara orang, untuk menyebut
rangkaian kalimat yang terikat dalam satu kesatuan, ada yang menggunakan istilah paragraf dan
ada pula yang menggunakan istilah alinea. Demi keseragaman penyebutan, dalam pembicaraan
ini yang akan digunakan dalam paragraf. Meskipun demikian, hal itu bukan berarti bahwa istilah
alinea tidak boleh digunakan.
Widjono (2012:222) menjelaskan bahwa paragraf merupakan satuan bahasa tulis yang
terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun secara terpadu, runtut, logis, dan merupakan kesatuan
ide yang tersusun secara lengkap, dan berstruktur. Struktur dalam konteks ini berupa struktur
paragraf, meliputi kalimat topik, kalimat pendukung 1, kalimat pendukung 2, kalimat pendukung
3, dan kalimat konklusi. Dalam paragraf, susunan kalimat terdiri dari satuan informasi yang di
dalamnya terdapat pikiran utama sebagai topik dan pikiran penjelas sebagai pendukung dan
pengendali pengembangan topik, dan diakhiri dengan kalimat konklusi yang seterusnya dalam
pembahasan ini penulis sebut sebagai kalimat penegas karena terkait fungsinya untuk
menegaskan.
Widjono (2012: 222) dalam hal ini juga memberikan beberapa ciri paragraf, di antaranya:
a. Kalimat pertama bertakuk ke dalam lima ketukan spasi untuk jenis karangan biasa, misalnya
surat, dan delapan ketukan untuk jenis karangan ilmiah formal, misalnya makalah, skripsi,
tesis, dan disertasi. Karangan yang berbentuk lurus dan tidak bertakuk (Block Style) ditandai
dengan jarak spasi merenggang, satu spasi lebih banyak daripada jarak antarbaris lainnya.
b. Paragraf menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang dinyatakan dalam kalimat topik.
Kalimat topik dapat ditempatkan pada posisi awal, tengah, dan akhir.
c. Paragraf hanya berisi satu kalimat topik. Kalimat topik yang terdapat pada posisi awal dan
akhir itu berisi gagasan yang sama. Kalimat topik pada akhir paragraf menegaskan gagasan
kalimat topik pada posisi awal. Paragraf dengan dua kalimat topik itu dilakukan pada
paragraf dengan jumlah kalimat banyak, misal, 6 s.d. 10 buah kalimat.

Indonesian
Niknik (2009: 154) menjelaskan apabila sebuah paragraf bukan paragraf deskriptif atau
naratif, unsur paragraf itu berupa:
a. kalimat topik atau kalimat utama
b. kalimat pengembang atau kalimat penjelas
c. kalimat penegas
d. kalimat, klausa, prosa, dan penghubung.

2. Syarat Paragraf Padu


a. Kesatuan Paragraf
Paragraf yang baik harus memenuhi syarat kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan. Kesatuan
yang dimaksud dalam konteks ini adalah tiap paragraf hanya mengandung satu pikiran utama
yang diwujudkan dalam kalimat topik. Untuk dapat membuat kalimat topik, terlebih dahulu
kenali ciri-cirinya, yakni kalimat yang dibuat harus mengandung permasalahan yang berpotensi
untuk dapat diuraikan lebih lanjut. Ciri lainnya yaitu kalimat topik dapat dibuat lengkap dan
berdiri sendiri tanpa memerlukan kata penghubung, baik kata penghubung antarkalimat maupun
kata penghubung intrakalimat.
Contoh:
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah penyebaran demam
berdarah. Salah satu caranya adalah memberantas tempat berkembang biak nyamuk
demam berdarah. Seperti kita ketahui bersama, nyamuk demam berdarah biasanya
berkembang biak di air yang menggenang. Oleh karena itu, benda-benda yang dapat
menampung air harus dikubur dalam tanah, bak-bak penampung air harus ditutup rapat,
dan selokan-selokan yang mampat harus dialirkan. Dengan demikian, nyamuk-nyamuk itu
tidak akan mempunyai sarang untuk berkembang biak.

Paragraf tersebut memiliki satu pikiran utama yang diwujudkan dalam kalimat topik, yakni
ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah penyebaran demam berdarah. Kalimat
topik dalam paragraf deduktif ini bisa diuraikan lebih lanjut, yakni apa saja cara yang digunakan
untuk dapat mencegah penyebaran demam berdarah yang dikembangkan dengan kesatuan
pikiran. Seluruh kalimat membahas pikiran yang sama, yaitu cara mencegah penyebaran nyamuk

Indonesian
demam berdarah [1]. Kalimat [2] sampai dengan [4] membahas langkah yang dilakukan untuk
mencegah demam berdarah. Kalimat [5] merupakan hasil dari pencegahan tersebut.

b. Kepaduan Paragraf
Selain kesatuan, syarat penulisan paragraf yang baik adalah kepaduan. Untuk dapat
mencapai kepaduan, langkah-langkah yang harus ditempuh adalah kemampuan merangkai
kalimat sehingga bertalian secara logis dan padu. Bagaimanakah agar kalimat-kalimat dapat
bertahan secara logis dan padu? Gunakan kata penghubung.
Terdapat dua jenis kata penghubung, yaitu kata penghubung intrakalimat dan kata
penghubung antarkalimat. Kata penghubung intrakalimat adalah kata yang menghubungkan anak
kalimat dengan induk kalimat, sedangkan kata penghubung antarkalimat adalah kata yang
menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat lainnya (Niknik, 2009: 154). Mari kita
kembali pada paragraf sebelumnya.
Contoh:
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah penyebaran demam
berdarah. Salah satu caranya adalah memberantas tempat berkembang biak nyamuk
demam berdarah karena seperti kita ketahui bersama, nyamuk demam berdarah biasanya
berkembang biak di air yang menggenang. Oleh karena itu, benda-benda yang dapat
menampung air harus dikubur dalam tanah, bak-bak penampung air harus ditutup rapat,
Bahkanselokan-selokan yang mampat harus dialirkan. Jadi, nyamuk-nyamuk itu tidak akan
mempunyai sarang untuk berkembang biak.

c. Konsistensi Sudut Pandang


Sudut pandang adalah cara penulis menempatkan diri dalam karangannya. Dalam cerita,
pengarang sering menggunakan sudut pandang kata aku seolah-olah menceritakan dirinya
sendiri. Selain itu, pengarang menggunakan sudut pandang dia atau ia seolah-olah meceritakan
dia. Dalam karangan ilmiah, pengarang menggunakan penulis. Sekali menggunakan sudut
pandang tersebut harus konsisten dari awal hingga akhir cerita.

Indonesian
Contoh:
Anton adalah mahasiswa yang cerdas. Ia dapat membaca buku ilmiah amat cepat.
Selain itu, ia hampir tidak pernah kelihatan belajar. Ia amat serius ketika belajar di
kelas. Waktu berdiskusi ia tidak banyak berbicara dan lebih banyak mendengarkan
penjelasan dosen atau pendapat temannya. Nilai IPK-nya selalu di atas 3,5.

d. Ketuntasan
Ketuntasan ialah kesempurnaan. Hal itu dapat diwujudkan dengan klasifikasi dan ketuntasan
bahasa.
Contoh:
Terdapat empat faktor yang menyebabkan keluarga—sebagai organisasi sosial terkecil di
dalam sebuah masyarakat—memiliki peran cukup penting. Pertama, keluarga dibentuk untuk
meneruskan garis keturunan sebagai salah satu kebutuhan hakiki manusia. Kedua, setiap
anggota dalam keluarga bisa belajar untuk menjalankan tanggung jawab masing-masing guna
menciptakan keluarga yang harmonis. Ketiga, hubungan harmonis antara satu keluarga dan
keluarga lain akan menciptakan kedamaian dalam masyarakat. Keempat, keluarga berperan
menyosialisasikan pengetahuan tentang budaya tradisional, keyakinan atau agama, dan
pentingnya pendidikan kepada anak-anak sebagai generasi penerus.

e. Keruntutan
Keruntutan adalah penyusunan urutan gagasan, konsep, pemikiran, dan lain-lain dalam
karangan. Keruntutan dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1) Urutan proses dengan bilangan
2) Urutan proses tanpa bilangan
3) Tahapan
4) Skala prioritas
5) Pengembangan
6) Strata atau tingkatan komunikasi yang paling efektif
7) Hubungan antar proposisi (pernyataan yang dapat diuji kebenarannya)

Indonesian
3. Jenis Paragraf
a. Berdasarkan Letak Kalimat Utama/Pola Penalaran
Berdasarkan letak kalimat utama atau pola penalarannya, paragraf dibagi menjadi tiga:
paragraf deduktif, paragraf induktif, dan paragraf campuran (deduktif-induktif).
1) Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat topiknya berada di awal kalimat. Sifat
paragraf ini adalah umum-khusus.
2) Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat topiknya berada di akhir paragraf.
Paragraf ini memiliki sifat khusus-umum yang didasarkan proses penalaran untuk
menarik kesimpulan berupa prinsip/sikap yang bersifat umum berdasarkan pada fakta-
fakta yang bersifat khusus.
3) Paragraf induktif-deduktif adalah paragraf yang pokok pikirannya terdapat di awal dan
akhir paragraf (campuran). Kalimat topik dalam sebuah paragraf pada hakikatnya hanya
satu. Penempatan kalimat topik yang kedua berfungsi untuk menegaskan kembali pikiran
utama paragraf tersebut. Penampatan kalimat topik di awal dan akhir paragraf
berpengaruh pada proses penalaran.

b. Berdasarkan Fungsi/Gaya Ekspresi/Pengungkapan


Sebuah ide dapat diungkapkan dengan berbagai gaya sesuai dengan tujuan komunikasi. Jika
komunikasi bertujuan untuk memberi informasi secara objektif tanpa adanya unsur ajakan, ide
dapat diungkapkan menggunakan gaya eksposisi. Jika komunikasi bertujuan untuk meyakinkan
pembaca, ide dapat diungkapkan dengan gaya argumentasi. Begitu pula dengan tujuan
komunikasi lainnya. Penulis dapat mengungkapkan ide dengan gaya ekspresi atau pengungkapan
yang sesuai dengan tujuannya. Untuk itu, berdasarkan fungsi/gaya ekspresi/pengungkapan,
terdapat lima jenis paragraf: paragraf deskripsi, paragraf eksposisi, paragraf argumentasi,
paragraf narasi, dan paragraf persuasi.
1) Paragraf Deskripsi
Deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuai dengan keadaan
sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan
merasakan) apa yang dituliskan sesuai dengan citra penulisnya. (Jauharoti Alfin, dkk.,

Indonesian
2008:7-11). Fokus penulisan bergantung pada hal pancaindra, umur pembaca, dan emosi
pembaca yang akan dituju.
2) Paragraf Eksposisi
Eksposisi adalah penulisan untuk memberitahukan atau memberi informasi mengenai
suatu objek tertentu (Gorys Keraf, 1995: 8). Paragraf eksposisi disebut dengan paparan.
Tujuannya adalah untuk menampilkan atau memaparkan sosok objek tertentu yang hendak
dituliskan.
3) Paragraf Argumentasi
Argumentasi adalah “karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan
pendapat untuk membangun suatu kesimpulan” (Jauharoti Alfin, dkk., 2008: 10-11).
Karangan argumentasi bertujuan meyakinkan pembaca agar pembaca membenarkan
pendapat, gagasan, atau sikap yang kita ungkapkan dalam karangan (Suparni, 1990:43).
4) Paragraf Narasi
Narasi berasal dari kata to narrate, yang berarti bercerita. Cerita adalah rangkaian
peristiwa atau kejadian secara kronologis, baik fakta maupun rekaan atau fiksi. Narasi
adalah tulisan berbentuk karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa atau kejadian
menurut urutan terjadinya dengan maksud memberi makna kepada sebuah atau rentetan
kejadian sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu (Jauharoti Alfin, dkk.,
2008:11-9).
5) Paragraf Persuasi
Persuasi adalah “karangan yang berisi paparan berdaya-bujuk, berdaya-ajak, ataupun
berdaya-imbau yang dapat membangkitkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan
menuruti imbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis” (E. Kusnadi,
dkk., 2006:44).

4. Pola Pengembangan Paragraf


a. Perbandingan atau Pertentangan
Pengembangan paragraf dengan cara perbandingan. Cara perbandingan merupakan sebuah
pengembangan paragraf yang dilakukan dengan membandingkan atau mempertentangkan guna
memperjelas suatu paparan.

Indonesian
b. Analogi
Proses penalaran ini menggunakan perbandingan suatu benda atau peristiwa yang memiliki
kesamaan khusus untuk menarik sebuah kesimpulan bahwa salah satu benda atau peristiwa
tersebut sama dengan benda atau peristiwa lainnya. Dapat juga dikatakan sebagai pemisalan,
perandaian, atau perumpamaan.
c. Contoh-contoh
Menurut (Sabarti Akhadiah, dkk., 1999:163) Sebuah generalisasi yang terlalu umum
sifatnnya agar dapat memberikan penjelasan kepada pembaca, kadang-kadang memerlukan
contoh-contoh yang konkret.
d. Sebab-Akibat
Cara sebab akibat sering disebut dengan kausalitas. Pengembangan paragraf cara ini dapat
dilakukan dengan menyajikan sebab sebagai gagasan pokok / utama baru diikuti akibatnya
sebagai gagasan penjelas, atau sebaliknya disajikan akibat sebagai gagasan pokok utama diikuti
dengan penyebabnya sebagai gagasan penjelas.
e. Klasifikasi
Cara klasifikasi biasanya dilakukan dengan penyajian gagasan pokok/ utama kemudian
diikuti dengan gagasan penjelas secara rinci. Gagasan penjelas merupakan kalsifikasi dari
gagasan utamanya. Misalnya, gagasan utama A, memiliki gagasan penjelas yang dapat
diklasifikasikan menjadi X dan Z.
f. Definisi Luas
Dalam kalimat definisi, kalimat topiknya merupakan suatu pengertian atau istilah yang
memerlukan penjelasan secara panjang lebar agar maknanya mudah dipahami oleh pembaca.
Kata untuk memperjelas pengertian itu ialah kalimat pengembang seperti : adalah, yaitu, ialah
dsb.

5. Paragraf Akademik
Paragraf akademik adalah paragraf yang berstruktur kalimat topik, kalimat penjelas atau
pendukung, dan kalimat konklusi; menggunakan ragam bahasa formal berdasarkan ejaan
baku, istilah baku, tata bahasa baku; menggunakan penalaran ilmiah: pendahuluan,

Indonesian
pembahasan, dan konklusi; dan menyajikan kajian ilmu pengetahuan, teknologi, dan (atau)
seni.
Paragraf akademik berstruktur kalimat topik, kalimat penjelas, kalimat penjelas atau
pendukung, dan konklusi. Dalam sebuah paragraf, kalimat topik hanya satu dan ditempatkan
pada awal paragraf. Kalimat topik terdiri atas subjek dan predikat (objek). Subjek berfungsi
sebagai topik dan predikat berfungsi untuk mengendalikan topik. Kalimat penjelas atau
pendukung terdiri tiga buah kalimat, maksimal tujuh buah kalimat. Kalimat konklusi hanya
satu kalimat berfungsi menegaskan kalimat topik.
Struktur:
a. Kalimat topik:
Menulis itu menyenangkan.
b. Kalimat penjelas:
Kesenangan itu dihasilkan oleh keberhasilan menulis naskah. Keberhasilan itu
dapat menghasilkan kepuasan kognitif, afektif, dan psikis. Lebih daripada itu,
menulis dapat menghasilkan kreativitas baru yang dapat memberikan kepuasan
akademik.
c. Kalimat konklusi:
Jelaslah bahwa menulis itu menyenangkan dan memberikan kepuasan.

Proses penulisan paragraf akademik mencakup:


a. Menentukan topik yang sesuai dengan program studi atau bidang keahlian
penulis,
b. Mengumpulkan data sekunder dan data primer yang relevan dengan topik,
c. Menyusun kerangka paragraf secara menyeluruh sehingga tidak terdapat
kerangka yang tertinggal,
d. Menulis draf dengan mengembangkan kerangka menjadi naskah awal.
e. Mereviu kesesuaian draf atau naskah awal dengan kerangka paragraf (esai), dan
f. Menulis naskah final yang sempurna dan diyakini tanpa kesalahan (zemach dan
rumisek, 2005:2-4).

Indonesian
KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan beberap hal berikut:


1. Paragraf merupakan satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun
secara terpadu, runtut, logis, dan merupakan kesatuan ide yang tersusun secara lengkap,
dan berstruktur.
2. Paragraf yang baik harus memenuhi syarat:
a. Kesatuan. Kesatuan yang dimaksud dalam konteks ini adalah tiap paragraf hanya
mengandung satu pikiran utama yang diwujudkan dalam kalimat topik.
b. Kepaduan. Untuk dapat mencapai kepaduan, langkah-langkah yang harus ditempuh
adalah kemampuan merangkai kalimat sehingga bertalian secara logis dan padu.
c. Ketuntasan. Ketuntasan ialah kesempurnaan. Hal itu dapat diwujudkan dengan
klasifikasidan ketuntasan bahasa.
d. Keruntutan. Keruntutan adalah penyusunan urutan gagasan, konsep, pemikiran, dan
lain-lain dalam karangan.
3. Paragrapf terdiri atas: paragraph deskripsi. Narasi, eksposisi, argumentasi, persuasi, dan
deskripsi.
4. Terdapat beberapa pola pengembangan paragraph, diantaranya:
a. Perbandingan atau Pertentangan
b. Analogi
c. Contoh-contoh
d. Sebab-Akibat
e. Klasifikasi
f. Definisi Luas
Paragraf akademik adalah paragraf yang berstruktur kalimat topik, kalimat penjelas atau
pendukung, dan kalimat konklusi; menggunakan ragam bahasa formal berdasarkan ejaan baku,
istilah baku, tata bahasa baku; menggunakan penalaran ilmiah: pendahuluan, pembahasan, dan
konklusi; dan menyajikan kajian ilmu pengetahuan, teknologi, dan (atau) seni.

Indonesian
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E.Z. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika
Presindo.
Dalman. 2014. Keterampilan Menulis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
H.P. Achmad dan Alex. 2016. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Hs., Widjono. 2008. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.

Indonesian
LECTURE NOTES

Indonesian

Minggu ke-6

Esai Akademik
LEARNING OUTCOMES

Setelah mempelajari materi ini, pemelajar diharapkan dapat:

LO 2: Menyusun karya ilmiah

LO 3: Memproduksi presentasi akademik berdasarkan topik yang diberikan

OUTLINE MATERI :

1. Ciri-Ciri Esai Akademik

2. Struktur Esai Akademik

3. Langkah-Langkah Menulis Esai


ISI MATERI

Esai akademik adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu
dari sudut pandang pribadi penulisnya (KBBI, 2016). Dalam konteks akademis, esai adalah
komposisi prosa singkat yang mengekspresikan opini penulis tentang subjek tertentu. Selain itu,
dalam konteks akademis dikenal sebagai “esai formal” yang digunakan oleh pelajar, mahasiswa,
dan peneliti untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Oleh karena itu, esai akademik atau esai formal
bersifat “serius”, berbobot, logis, dan lebih panjang.

1. Ciri-Ciri Esai Akademik


Berdasarkan jumlah kata, esai akademik sebagai tugas kuliah panjangnya 300 - 600 kata
untuk esai pendek dan lebih dari 600 kata (tergantung penugasan dan kajian keilmuan) untuk
esai yang lebih panjang. Di samping itu, menurut Erawaty (2012), terdapat tujuh ciri esai
akademik yang juga menjadi kaidah atau norma yang harus dipatuhi. Ketujuh ciri tersebut
dijabarkan dalam tabel berikut.

Tabel 1.1. Ciri-ciri esai akademik


No. Ciri-Ciri Keterangan Hal perlu diperhatikan
1 Kompleksitas Esai berisi informasi, ide, pendapat, Penulisan argumen dalam
atau sikap penulis mengenai suatu esai akademik berbeda
hal/isu yang dikemukakan lebih dengan pengungkapan
kompleks dari pengungkapan secara pendapat secara lisan.
lisan.
2 Formalitas Esai akademik ditulis dengan gaya dan Tidak menggunakan
tata bahasa formal penyingkatan (yg, bkn,
sama2), bahasa slang
3 Ketepatan Esai akademik tidak berisi Hindari:
informasi/pendapat yang hanya Kira-kira berjumlah.....
didasarkan pada asumsi, dugaan, atau Sebaiknya:

Indonesian
anggapan Terdapat 10 orang.....
(apabila diketahui jumlah
pastinya)

Hindari:
Menurut para ahli
hukum.......
Sebaiknya:
Menurut Suyanto.....
(langsung menyebutkan
ahli hukum yang dimaksud
dan sumber pustaka yang
dirujuk penulis.
4 Objektivitas Dalam esai akademik, titik berat isinya Hindari pemakaian
adalah tentang sesuatu yang hendak saya, menurut pendapat
dikomunikasikan penulisnya kepada saya, saya berpikir, dll.
pembaca dari lingkungan akademik
juga, yang disertai argumen atau bukti
5 Akurasi Ketepatan dalam pemilihan kata dan Misalnya:
istilah Sanksi dan sangsi
Pengadilan dan peradilan
Massa dan masa
Intensif dan insentif

6 Kohesi Hubungan yang erat atau perpaduan Kohesi juga bisa tampak
yang kokoh antarbeberapa bagian atau antarparagraf yang
unsur dalam esai membetuk bagian inti/isi
esai
7 Pertanggungja Penulis esai akademik menunjukkan Dapat menggunakan
waban sikap tanggung jawab dengan catatan tubuh, catatan kaki,

Indonesian
menghargai karya orang lain yang dan daftar pustaka
dijadikan sumber rujukan dalam esai

2. Struktur Esai Akademik


Secara umum, esai disusun atas tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup
(Erawaty, 2012).
a. Pendahuluan
Bagian pendahuluan dalam sebuah esai akademik berisi tentang:
1) Identifikasi topik/Apa yang dibahas?
2) Mengapa topik tersebut penting untuk dibahas? (sebagai upaya menarik perhatian
pembaca.
3) Penggambaran situasi atau kondisi terkini terkait topik tersebut.
4) Thesis Statement (perspektif atau sudut pandang penulis dalam menyikapi
masalah).

b. Isi/Pembahasan
Bagian berikutnya dalam sebuah esai disebut dengan isi (istilah lainnya sering disebut
pembahasan, pengembang, bagian inti, atau batang tubuh). Sesuai dengan namanya,
pada bagian ini, pokok pikiran atau gagasan penulis dikembangkan dan didukung
dengan argumen, data, dan bukti. Selain itu, bagian ini juga berisi:
1) Pengembangan ide yang dimuat dalam thesis statement.
2) Isi utama tulisan dikupas dan dikembangkan sesuai dengan jenis esai yang ditulis.
3) Pokok pikiran/ide/opini/sudut pandang penulis yang didukung dengan argumen,
data, fakta, atau bukti.
4) Agar pokok pikiran penulis dapat diterima secara utuh dan benar oleh pembaca,
penulisan isi esai harus sistematis, lancar, dan koheren antarkalimat dan
antarparagraf.

Indonesian
c. Kesimpulan/Penutup
Bagian kesimpulan atau penutup merupakan bagian akhir dari sebuah esai. Sama
seperti pendahuluan, bagian ini ditulis ringkas dan padat. Selain itu, hal yang perlu
diperhatikan dalam bagian ini yaitu
1) Penulis melakukan penguatan terhadap topik yang telah dinyatakan pada thesis
statement dan telah dibahas pada bagian inti esai.
2) Hindari penambahan hal baru dalam bagian ini seperti penambahan argumen atau
bukti baru, penambahan klaim baru, penambahan rujukan/referensi baru, ataupun
penambahan ilustrasi baru.

Selain pendahuluan, isi, dan penutup yang menjadi struktur inti pembangun sebuah esai,
bagian lampiran dan daftar pustaka juga diperlukan dalam sebuah esai. Pertama, bagian
lampiran. Apabila diperlukan, penulis esai juga bisa melampirkan informasi atau dokumen
tambahan untuk melengkapi materi atau data yang disampaikan dalam esai. Kedua, bagian daftar
pustaka. Bagian ini berisi sumber-sumber yang digunakan untuk memperkuat ide atau gagasan
penulis dalam esai. Daftar pustaka yang ditulis menjadi dasar atau rujukan penulis dalam menulis
esai.
Untuk itu, berdasarkan penjelasan tersebut, berikut ini gambaran struktur sebuah esai.

Gambar 2.1. Struktur esai

Indonesian
3. Langkah-Langkah Menulis Esai

Menurut Widayoko (2019), terdapat tujuh langkah yang dapat dilalui untuk menghasilkan
sebuah esai. Ketujuh langkah tersebut dijabarkan dalam tabel berikut.

Tabel 3.1. Langkah-langkah menulis esai

No. Langkah-Langkah Contoh

1. Mencermati tema Tema:


“Strategi Dunia Pendidikan dalam Menghadapi
Pandemi Covid-19”
Subtema:
a. Problematika pendidikan di Indonesia
b. Media pembelajaran berbasis digital
c. Implementasi dan inovasi pendidikan
2. Membuat outline masalah atau Subtema yang dipilih:
kemungkinan ide yang muncul ✓ Media pembelajaran berbasis digital
dari subtema
• Video based learning
• Aplikasi Quizizz 
• Aplikasi Zoom
• Mentimeter
Outline (Aplikasi Quizizz)
✓ Sejarah aplikasi Quizizz
✓ Kekurangan dan kelebihan Quizizz
✓ Pemanfaatan aplikasi Quizizz
✓ Efektivitas penggunaan Quizizz
3. Memilih ide Berdasarkan outline yang telah dipilih, penulis
dapat memunculkan ide:
✓ Fitur Lesson dalam aplikasi Quizizz
✓ Fitur Quiz secara langsung dan tidak
langsung

Indonesian
✓ Laporan hasil belajar lewat Ms. Excel dan
Google Meet
Sebelum memilih ide, penulis juga dapat
melakukan studi pustaka, wawancara, atau cara
lainnya.

Ide yang dipilih: Fitur quiz sebagai media ice


breaking
4. Menentukan judul Judul:

“Pemanfaatan Aplikasi Quizizz sebagai Media Ice


Breaking dalam Pembelajaran”

5. Membuat kerangka berpikir Bagian Pendahuluan:

Media digital diperlukan dalam menunjang


pembelajaran secara daring.

Bagian Isi:

Fitur, kemudahan akses, manfaat, dan contoh


penggunaan Quizizz

Bagian Penutup:

Kesimpulan dan harapan penulis untuk pembaca

6. Memulai menulis Mulai menulis judul, pendahuluan, isi, penutup,


dan daftar pustaka

Indonesian
7. Melakukan koreksi Tahap koreksi terdiri atas koreksi paragraf dan
koreksi tata bahasa. Hal-hal yang perlu
diperhatikan meliputi:
a. letak ide pokok;
b. keberadaan kalimat penunjang;
c. urutan kalimat umum-khusus atau
sebaliknya;
d. jumlah paragraf dan jumlah kata;
e. mereduksi paragraf atau kalimat yang
keberadaannya tidak terlalu penting;
f. struktur kalimat dan ejaan; dan
g. pemilihan kata

Indonesian
KESIMPULAN

1. Esai akademik adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu
dari sudut pandang pribadi penulisnya
2. Esai akademik terdiri atas paragraf pendahuluan, isi, dan kesimpulan
3. Jumlah kata yang lazim dalam penulisan esai sebagai tugas kuliah: 300 - 600 kata untuk
esai pendek dan lebih dari 600 kata (tergantung penugasan dan kajian keilmuan) untuk
esai yang lebih panjang
4. Langkah-langkah menulis esai meliputi: mencermati tema, membuat outline, memilih
ide, menentukan judul, membuat kerangka berpikir, memulai menulis, dan melakukan
koreksi.

Indonesian
DAFTAR PUSTAKA

Achmad HP & Alex. (2016). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga.
ISBN: 9786022986683.

Erawaty, E. (2012). Pedoman Penulisan Esai Akademik bagi Mahasiswa Ilmu Hukum. Bandung:
PT Refika Aditama.

Widayoko, A. (2019). Menulis Artikel Ilmiah dan Esai. Bandung: Yrama Widya.

Indonesian
LECTURE NOTES

Indonesian

Minggu ke-7

Artikel Ilmiah
LEARNING OUTCOMES

Setelah mempelajari materi ini, pemelajar diharapkan dapat:

LO 2: Menyusun karya ilmiah

LO 3: Memproduksi presentasi akademik berdasarkan topik yang diberikan

OUTLINE MATERI :

1. Karakteristik Artikel Ilmiah

2. Sistematika Artikel Ilmiah


ISI MATERI

Artikel ilmiah adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat di dalam jurnal atau buku
kumpulan artikel yang ditulis dengan tata cara ilmiah dan mengikuti pedoman atau konvensi
ilmiah yang telah disepakati atau ditetapkan. Tujuan penulisan artikel ilmiah adalah untuk
menyampaikan gagasan, memenuhi tugas dalam studi, mendiskusikan gagasan dalam suatu
pertemuan, mengikuti perlombaan, dan untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan/hasil
penelitian.

1. Karakteristik Artikel Ilmiah

Artikel ilmiah dan artikel populer memiliki perbedaan karakteristik dari tujuh hal berikut.

Tabel 1.1. Perbedaan antara artikel ilmiah dan artikel populer

Karakteristik Artikel Ilmiah Artikel Populer


Permasalahan yang pemecahannya Permasalahan umum yang dekat
dengan cara mengaplikasikan metode dengan kehidupan masyarakat
Tema
ilmiah (berdasarkan teori, data, dan
fakta)
Spesifik, koherens, dan jujur. Isi Spesifik, koherens, dan jujur. Isi
Isi
untuk kepentingan akademik. untuk konsumsi publik.
Bahasa baku/ilmiah/objektif/formal Bahasa jurnalistik/sederhana/mudah
Bahasa
dipahami oleh masyarakat awam
Tidak menggunakan kata ganti orang Bisa menggunakan kata ganti orang
Kata ganti
(mendukung objektivitas karya)
Istilah populer yang sudah umum
Pemilihan Istilah teknis dalam satu bidang
dan dipahami masyarakat luas
Istilah keilmuan

Indonesian
Biasanya untuk kepentingan Biasanya untuk memberikan
akademik (tugas mahasiswa/dosen, informasi, motivasi, inspirasi,
Tujuan
penelitian, atau laporan edukasi, atau hiburan kepada
masyarakat umum
Dibaca oleh para profesional di Dibaca oleh masyarakat umum.
Pembaca bidangnya. Terbit di jurnal ilmiah Terbit di media massa (media cetak
atau media digital)

2. Sistematika Artikel Ilmiah


Artikel ilmiah dibedakan menjadi dua jenis yaitu artikel ilmiah hasil penelitian dan artikel
ilmiah hasil pemikiran. Sistematika kedua artikel tersebut dijabarkan sebagai berikut.

a. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian


Artikel ilmiah hasil penelitian merupakan tulisan ilmiah yang berdasarkan penelitian.
Sistematika artikel ilmiah hasil penelitian sesuai dengan gaya selingkung jurnal atau forum
ilmiah yang digunakan. Akan tetapi, secara umum sistematikanya terdiri atas:

Judul Artikel
Nama Penulis
Abstrak

I. Pendahuluan
II. Metode Penelitian
III. Hasil dan Pembahasan
IV. Kesimpulan dan Saran
V. Daftar Rujukan
Gambar 2.1. Sistematika artikel ilmiah hasil penelitian

Indonesian
1) Judul artikel dan nama penulis
a) Spesifik untuk mendeskripsikan isi
b) Gunakanlah frasa nomina, bukan bentuk kalimat
c) Ringkas atau tidak melebihi 12 kata.
d) Jika lebih dari 12 kata, judul dibagi menjadi judul utama dan subjudul.
e) Judul artikel hendaknya mengandung kata-kata kunci.
f) Nama penulis biasanya ditulis tanpa gelar akademik

Contoh:

Gambar 2.2. Contoh penulisan judul dan nama penulis

2) Abstrak
a) Abstrak memberikan gambaran ringkasan tentang penelitian: masalah, tujuan,
metode, dan hasil penelitian.
b) Abstrak biasanya terdiri atas 150—250 kata.
c) Abstrak diketik satu spasi dalam satu paragraf
d) Abstrak disertai kata kunci

Indonesian
Abstrak

Artikel ini bertujuan mendeskripsikan bentuk dan


fungsi scaffolding dalam pembelajaran BIPA di kelas pemula. Metode
yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik rekam catat. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pengajar BIPA menggunakan
Berisi tujuan,
beberapa bentuk dan fungsi scaffolding yang bervariasi. Bentuk yang
metode, hasil
muncul, yaitu pemodelan, penghubung, pembangunan skemata,
penelitian,
pengembangan metakognisi, kontekstualisasi, ilustrasi, peragaan, dan
simpulan, dan
koreksi, sedangkan fungsi yang muncul yaitu mendemonstrasikan,
kata kunci
memfokuskan, memberikan informasi, membimbing, menjelaskan, dan
mengarahkan. Pengajar BIPA menggunakan bentuk dan fungsi tersebut
untuk membantu memahamkan materi pembelajaran kepada pemelajar.

Kata kunci: scaffolding, pengajar, pembelajaran BIPA

Gambar 2.3. Contoh abstrak

3) Pendahuluan
Dalam bagian ini, penulis dapat memaparkan latar belakang, konteks penelitian,
urgensi permasalahan, dan tujuan penelitian. Selain itu, bagian pendahuluan juga berisi
hasil kajian pustaka yang menjadi landasan penelitian dan hasil riset sebelumnya yang
relevan dengan kajian penelitian.

4) Metode Penelitian
Dalam bagian ini, penulis memaparkan metode, pendekatan, dan prosedur
penelitian. Selain itu, dalam metode penelitian juga berisi populasi dan sampel, variavel
penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Indonesian
Gambar 2.4. Contoh Metode Penelitian

5) Hasil dan Pembahasan


Hasil penelitian menunjukkan hasil analisis data. Hasil penelitian juga dapat
dilengkapi dengan grafik, tabel, bagan, atau gambar. Kemudian, dalam pembahasan,
penulis artikel menjawab pertanyaan penelitian dan menunjukkan bagaimana temuan
tersebut diperoleh, menginterpretasi temuan, menguraikan temuan dengan struktur
pengetahuan yang telah mapan, dan memunculkan teori atau modifikasi teori yang sudah
ada.

6) Penutup
Berisi narasi yang memuat kesimpulan dan saran

Gambar 2.5. Contoh simpulan

7) Daftar Rujukan
Daftar rujukan memuat semua bahan yang dirujuk dalam artikel dan tidak memuat bahan
yang tidak dirujuk.

Indonesian
Gambar 2.5. Contoh penulisan daftar pustaka

b. Artikel Ilmiah Hasil Pemikiran


Artikel ilmiah hasil pemikiran atau nonpenelitian merupakan tulisan ilmiah yang
membahas suatu masalah yang dikaji berdasarkan pemikiran penulisnya. Penulis biasanya
juga mengutarakan pendapatnya berdasarkan kajian teori dan fakta yang relevan. Terdapat
tiga bagian dalam artikel ilmiah hasil pemikiran, yaitu

Judul Artikel
Nama Penulis
Abstrak
I. Pendahuluan
II. Pembahasan
III. Penutup
IV. Daftar Rujukan

Gambar 2.6. Sistematika artikel ilmiah hasil pemikiran

1) Bagian pendahuluan: berisi judul, abstrak, dan kata kunci


2) Bagian isi: berisi permasalahan, uraian teori dan hal yang dipermasalahkan, uraian fakta
dari hal yang dipermasalahkan, diskusi, dan kesimpulan serta saran
3) Bagian penunjang: berupa daftar rujukan.

Indonesian
KESIMPULAN

1. Artikel ilmiah adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat di jurnal atau buku
kumpulan artikel, ditulis dengan tata cara ilmiah, dan disesuaikan dengan konvensi ilmiah
yang berlaku.
2. Karakteristik artikel ilmiah yang membedakannya dengan artikel populer dapat dilihat
dari tujuh aspek, yaitu tema, isi, bahasa, kata ganti, pemilihan istilah, tujuan, dan
pembaca.
3. Sistematika artikel ilmiah hasil penelitian terdiri atas pendahuluan, metode penelitian,
hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan dan saran, daftar rujukan.
4. Sistematika artikel ilmiah hasil pemikiran terdiri atas pendahuluan, pembahasan, penutup,
daftar pustaka.

Indonesian
DAFTAR PUSTAKA

Achmad HP & Alex. (2016). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga.
ISBN: 9786022986683.

Utorodewo, Felicia, dkk. (2007). Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah.
Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.

Zamahsari, G. K., Roffi’uddin, A. H., & HS, W. (2019). Implementasi Scaffolding dalam
Pembelajaran BIPA di Kelas Pemula. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan
Pengembangan, 4(1), 68. https://doi.org/10.17977/jptpp.v4i1.11860

Indonesian
LECTURE NOTES

Indonesian

Minggu ke-8

Proposal Penelitian
LEARNING OUTCOMES

Setelah mempelajari materi ini, pemelajar diharapkan dapat:

LO 2: Menyusun karya ilmiah

LO 3: Memproduksi presentasi akademik berdasarkan topik yang diberikan

OUTLINE MATERI :

1. Pengertian Proposal

2. Sistematika Proposal Penelitian


ISI MATERI

1. Pengertian Proposal
Menurut Jauhari (dalam Dalman, 2016:178) proposal merupakan suatu bentuk
pengajuan penawaran, baik berupa ide, gagasan, pemikiran, maupun rencana kepada pihak lain
untuk mendapatkan dukungan, izin, persetujuan, dana, dan lain sebagainya. Terdapat empat
jenis proposal: proposal bisnis (misalnya: proposal pendirian usaha), proposal proyek
(misalnya: pengajuan dana kepada lembaga donor), proposal kegiatan (misalnya: kegiata
seminar, pelatihan, atau lomba), dan proposal penelitian (misalnya: proposal skripsi, proposal
tesis, proposal disertasi). Berdasarkan jenis-jenis tersebut, dapat disimpulkan bahwa penulisan
proposal bertujuan untuk:
a. mendirikan usaha;
b. mengajukan tender;
c. mengajukan kredit;
d. mengadakan acara, dan
e. melakukan penelitian.

Akan tetapi, sesi ini akan difokuskan pada proposal penelitian sebagai salah satu karya
ilmiah yang dirancang oleh dosen, mahasiswa, peneliti, atau akademisi. Proposal penelitian
dapat didefinisikan sebagai rancangan kegiatan penelitian yang dijadikan sebagai pedoman
kerja ilmiah dalam melaksanakan penelitian.

2. Sistematika Proposal Penelitian


Proses awal pembuatan proposal penelitian dimulai dengan menentukan topik dan judul
penelitian. Menurut Happy dalam Dalman (2016), ada empat hal yang biasa digunakan sebagai
bahan untuk menentukan topik penelitian:
a. jangkauan peneliti terhadap topik;
b. data topik mudah didapat;
c. topik cukup penting untuk diteliti; dan
d. topik menarik untuk diteliti.

Indonesian
Berikutnya, penulis dapat menyusun proposal penelitian dengan memperhatikan
sistematika berikut.

a. Latar Belakang Masalah


Pada bagian ini menguraikan kesenjangan apa yang seharusnya dan apa yang terjadi di
lapangan. Hendaknya diuraikan pentingnya penanganan masalah yang akan diajukan.
Perlu juga disampaikan fakta-fakta yang mendukung dan penelitian terdahulu.

Contoh masalah dalam latar belakang:


Faktor-faktor yang telah diuraikan tersebut menjadi alasan siswa tidak terampil dalam menulis
teks laporan hasil observasi. Siswa yang tidak terampil tersebut juga terbukti pada nilai ulangan
harian (UH) yang tidak mencapai standar ketuntasan. Standar ketuntasan yang diberikan adalah
B atau 75. Apabila di bawah 75, maka akan dilakukan remedi. Berdasarkan data nilai ulangan
harian (UH) yang didapat, banyak siswa yang belum mencapai batas ketuntasan yang telah
ditentukan. Nilai siswa banyak berada di bawah 75. Hal tersebut menjadi bukti bahwa siswa
belum terampil dalam menulis teks laporan hasil observasi.

Indonesian
b. Identifikasi Masalah
Masalah yang dikemukakan dalam latar belakang masalah disimpulkan kembali pada
bagian identifikasi masalah.

Contoh:
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diintenfikasi lima masalah penelitian, yaitu sebagai
berikut. Pertama, siswa kurang terampil menulis teks laporan hasil observasi. Hal tersebut
terlihat dari tulisan-tulisan siswa yang tidak sesuai dengan struktur dan ciri bahasa teks laporan
hasil observasi. Kedua, siswa banyak tidak mengenal dekat tema-tema yang diberikan sehingga
terasa tidak menarik dan memberatkan. Tema-tema tersebut dipilihkan oleh guru mengacu hanya
pada buku teks dan buku guru yang disediakan oleh Kemendikbud. Ketiga, metode ceramah
masih dominan dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi. Guru mengaku bahwa
siswa menerima penjelasan menggunakan metode ceramah karena dirasa mampu membuat siswa
lebih memahami materi pembelajaran.

c. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diusulkan pada bagian identifikasi masalah dipilih dan ditentukan
dalam rumusan masalah. Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya.

Contoh:
Berdasarkan pembatasan masalah, dapat dirumuskan masalah penelitian, yaitu sebagai berikut.
Pertama, berapakah keterampilan menulis teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMP
Negeri 2 Lubuk Alung sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI. Kedua,
berapakah keterampilan menulis teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMP Negeri 2
Lubuk Alung setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI. Ketiga, adakah
pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe GI terhadap keterampilan menulis
teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lubuk Alung.

d. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berisi pernyataan yang relevan dengan rumusan masalah atau menjadi
jawaban dari rumusan masalah. Sebuah penelitian dapat bertujuan untuk menjajaki,

Indonesian
menguraikan, menerangkan, membuktikan atau menerapkan suatu gejala, konsep atau
dugaan atau membuat suatu prototipe.

Contoh:
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama,
mendeskripsikan keterampilan menulis teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMP Negeri
2 Lubuk Alung sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI. Kedua,
mendeskripsikan keterampilan menulis teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMP Negeri
2 Lubuk Alung setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI. Ketiga,
mendeskripsikan pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe GI terhadap
keterampilan menulis teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lubuk Alung.

e. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian berisi keuntungan yang akan didapat oleh pihak terkait dan inovasi
yang akan dihasilkan dari penelitian. Selain itu, manfaat penelitian dapat berupa manfaat
secara teoritis (teori) dan manfaat praktis (praktik dalam kehidupan sehari-hari).

Contoh:
Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Secara teoritis,
penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah khazanah teori ilmu pengetahuan dalam
bidang menulis, terutama dalam menulis teks laporan hasil observasi. Secara praktis penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak berikut ini. Pertama, guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia SMP Negeri 2 Lubuk Alung sebagai tambahan untuk memacu siswa dalam proses
belajar khususnya dalam menulis teks laporan hasil observasi. Kedua, siswa kelas VII SMP
Negeri 2 Lubuk Alung sebagai pemicu untuk lebih bersemangat dan kreatif dalam proses belajar
terutama dalam menulis teks laporan hasil observasi. Ketiga, peneliti lain, sebagai bahan
pertimbangan demi sebuah penelitian yang lebih luas.

f. Tinjauan Pustaka/Kajian Pustaka


Bagian ini berisi teori-teori yang relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan
tentang variabel yang akan diteliti. Jumlah teori yang digunakan tergantung pada jumlah
variabel yang diteliti.

Indonesian
g. Kerangka Berpikir dan Hipotesis
Kerangka berpikir adalah dasar pemikiran penelitian yang disentesiskan dari fakta-fakta,
observasi, dan telaah kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah yang diajukan oleh peneliti, dijabarkan dari landasan teori dan masih
harus diuji kebenarannya.

h. Metode Penelitian
Bagian ini berisi variabel dalam penelitian, rancangan penelitian, teknik pengumpulan
data, teknik analisis data, dan metode penelitian. Metode penelitian yang digunakan bisa
kuantitatif, kualitatif, mix method, dll. Jika data berupa angka, penelitiannya adalah
kuantitaif. Jika data berupa narasi deskritpif, penelitiannya adalah kualitatif.

Contoh
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian
ini dikatakan penelitian kuantitatif karena data yang diperoleh berupa angka-angka.

i. Populasi dan Sampel


Populasi adalah keseluruhan individu, objek atau subjek penelitian dapat berupa orang,
benda, institusi, peristiwa, dan lain-lain, sedangkan sampel mewakili populasi penelitian
tersebut.

Contoh:
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lubuk Alung yang terdaftar
tahun pelajaran 2014/2015, terdiri atas enam kelas, dengan jumlah 136 siswa. Sampel dalam
penelitian ini diambil berdasarkan nilai rata-rata keterampilan menulis teks laporan hasil
observasi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lubuk Alung pada semester 1.

Indonesian
j. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara mengumpulkan data sebagai sumber
data yang akan diteliti. Misalnya: wawancara, kuesioner, observasi, tes, dll.

Contoh:
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga langkah, yaitu pretest,
perlakuan (penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe GI), dan posttest.

k. Teknik Analisis Data


Bagian ini berisi teknik atau cara menganalisis data yang diperoleh dari hasil
pengumpulan data dan penelitian. Teknik analisis data bisanya menggunakan uji statistik.

Contoh:
Uji persyaratan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji
homogenitas data. Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah kelompok data
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji
Lilliefors. Langkah-langkah penganalisisan data penelitian ini adalah sebagai berikut.
Pertama, menentukan skor. Kedua, mengolah skor menjadi nilai.

l. Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Jadwal pelaksanaan penelitian yang meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan dan
penyusunan laporan penelitian. Jadwal pelaksanaan penelitian memberikan rincian
kegiatan dan jadwal pelaksanaan kegiatan mengacu pada metode penelitian.

m. Daftar Pustaka
Daftar pustaka memuat semua bahan yang dijadikan referensi dalam merancang proposal
penelitian.

Indonesian
KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan hal-hal berikut.

1. Proposal penelitian merupakan rancangan kegiatan penelitian yang dijadikan sebagai


pedoman kerja ilmiah dalam melaksanakan penelitian.
2. Proposal penelitian terdiri atas latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka berpikir dan hipotesis, metode
penelitian, sistematika penulisan, jadwal pelaksanan penelitian, dan daftar pustaka.

Indonesian
DAFTAR PUSTAKA

Achmad HP & Alex. (2016). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga.
ISBN: 9786022986683.

Dalman. (2016). Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Indonesian
LECTURE NOTES

Indonesian

Minggu ke-9

Teknik Pengutipan dan


Penulisan Daftar Pustaka
LEARNING OUTCOMES

LO 3 : Menyusun karya ilmiah


LO 4 : Memproduksi presentasi akademik berdasarkan topik

OUTLINE MATERI:
1. Kutipan
2. Sumber Kutipan
3. Daftar Pustaka
ISI MATERI

A. Kutipan
Kutipan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengambilalihan satu
kalimat atau lebih dari karya tulisan untuk tujuan ilustrasi atau memperkukuh argumen
dalam tulisan sendiri. Namun, dalam situs web apastyle.apa.org disebutkan bahwa
sebenarnya kutipan tidak hanya mengambil alih atau menggunakan kalimat atau
pernyataan dari suatu sumber, tetapi dapat juga berupa penggunaan data dalam bentuk
tabel, grafik, gambar, atau dalam bentuk data lainnya. Menggunakan pendapat orang
lain dari buku, artikel jurnal, situs web, atau jenis sumber lainnya pada saat menulis
karya ilmiah merupakan sesuatu yang tidak dilarang, asalkan menghormati pencetus ide
atau penulisnya dengan menyebutkan sumber atau asalnya. Dengan menggunakan
teknik penulisan kutipan yang benar, penulis telah menghormati ide, gagasan, atau buah
pikiran dan temuan penulis terdahulu dalam karya tulisnya. Selain itu, penggunaan
kutipan yang benar akan membuat tulisan tersebut terhubung dengan penemuan-
penemuan atau teori-teori yang telah ada. Namun demikian, pengutipan dilakukan kalau
memang perlu. Janganlah tulisan penuh dengan kutipan.
Dalam praktiknya, penulisan kutipan dibedakan menjadi dua jenis yaitu kutipan
langsung dan kutipan tidak langsung. Kemudian berdasarkan panjang-pendeknya kata-
kata atau kalimat yang dikutip, kutipan langsung dibedakan lagi menjadi 2 jenis yaitu
kutipan langsung panjang dan kutipan langsung pendek. Adapun paparan lebih lanjut
mengenai jenis-jenis kutipan tersebut dijelaskan dalam subpembahasan berikut ini.
1. Kutipan Langsung
Kutipan langsung merupakan pernyataan yang ditulis dalam susunan kalimat asli,
tanpa mengalami perubahan sedikit pun. Pernyataan yang dikutip harus ditulis tepat
seperti apa adanya sesuai dengan sumber aslinya, termasuk ejaan, tanda-tanda baca,
dan sebagainya. Artinya, pengubahan satu hal kecil pun dalam kutipan langsung
akan dianggap sebagai kutipan tidak langsung, tetapi adanya penggunaan kata-kata
dalam susunan yang sama persis dengan sumbernya ini akan membuat pernyataan
yang dikutip teridentifikasi tindak plagiarisme. Oleh karena itu, praktik penggunaan
kutipan langsung harus benar-benar teliti dan rapi, sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Adapun ketentuan yang dijelaskan dalam pembahasan ini didasarkan pada
gaya APA versi ke-7.

Indonesian
a. Kutipan langsung panjang
Kutipan langsung panjang digunakan pada saat jumlah kata yang dikutip berjumlah
lebih dari 40 kata. Penulisannya harus ditulis dalam paragraf yang terpisah dengan
jarak antarbarisnya satu spasi dan ditulis menjorok ke dalam. Sebagai contoh,
perhatikan gambar berikut ini.

Gambar 1. Contoh penulisan kutipan langsung panjang

b. Kutipan langsung pendek


Kutipan langsung pendek digunakan pada saat jumlah kata yang dikutip kurang
dari 40 kata. Penulisan kutipan langsung pendek tidak dipisah dari paragraf yang
menaunginya. Kutipan langsung pendek ditulis menyatu dengan paragraf yang
membahasnya. Satu hal lain yang membedakan penulisan kutipan langsung pendek
dengan kutipan langsung panjang adalah adanya penggunaan tanda petik dua pada
kalimat yang dikutip dengan cara kutipan langsung pendek. Penggunaan tanda
petik dua ini merupakan pembatas yang membedakan antara kata-kata yang dikutip
dengan kata-kata nonkutipan. Perhatikan contoh berikut ini.

Penelitian kualitatif dilakukan apabila ada fenomena yang ingin dieksplorasi lebih
dalam. Fenomena yang dieksplorasi itu bisa berkenaan dengan kebiasaan pada suatu
kelompok. Oleh karena itu, peneliti perlu mengadakan interaksi langsung agar
fenomena tersebut dapat dieksplorasi. Menurut Creswell (2015, hlm. 64), “pada
gilirannya, eksplorasi ini diperlukan karena adanya kebutuhan untuk mempelajari
suatu kelompok atau populasi tertentu, mengidentifikasi variabel-variabel yang tidak
mudah diukur untuk mendengarkan suara-suara yang samar atau lirih.”

Gambar 2. Contoh penulisan kutipan langsung pendek

Indonesian
Perlu diperhatikan bahwa dalam penulisan kutipan langsung pendek, kata pertama
pada kutipan langsung tidak perlu diawali huruf kapital. Selain itu, jika sumber
kutipan ditulis lebih dulu daripada kutipannya, peletakan tanda petik dua harus
setelah tanda baca titik. Namun, jika sumber kutipan ditulis setelah kutipan,
pastikan tanda baca titik diletakkan setelah selesai menuliskan sumber kutipannya.

2. Kutipan Tidak Langsung


Kutipan tidak langsung digunakan ketika membuat pernyataan yang didasarkan
pada ide orang lain (lisan maupun tulis), lalu diolah atau disusun dengan susunan
kata dan kalimat yang berbeda, tetapi masih memuat ide yang sama dengan
sumbernya. Kutipan tidak langsung sering disebut juga dengan parafrase. Dalam
versi APA terdahulu, penulisan sumber kutipan dalam kutipan tidak langsung
selalu menyertakan nomor halaman, tetapi dalam APA versi ke-7 ini nomor
halaman hanya disertakan dalam penulisan sumber kutipan untuk kutipan langsung,
baik kutipan langsung pendek maupun kutipan langsung panjang. Perhatikan
contoh penulisan kutipan tidak langsung berikut ini.

Penelitian kualitatif dilakukan apabila ada fenomena yang ingin dieksplorasi lebih
dalam. Fenomena yang dieksplorasi itu bisa berkenaan dengan kebiasaan pada suatu
kelompok. Oleh karena itu, peneliti perlu mengadakan interaksi langsung agar
fenomena tersebut dapat dieksplorasi. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Creswell
(2015) bahwa kegiatan eksplorasi dalam penelitian itu diperlukan guna mempermudah
proses pengidentifikasian variabel suatu kelompok yang susah diukur.

Gambar 3. Contoh penulisan kutipan tidak langsung


Dalam Gambar 3, tampak bahwa kutipan tidak langsung tidak memerlukan tanda
petik dua sebagai pembatas kata-kata kutipan dengan kata-kata nonkutipan, pun
tidak menyertakan nomor halaman pada sumber kutipannya, hanya menyebutkan
tahun terbit sumbernya. Teknik penulisan kutipan tidak langsung digunakan pada
saat penulis mendeskripsikan atau menginterpretasikan data-data dari tabel, grafik,
gambar, dan terjemahan.

B. Sumber Kutipan
Sumber kutipan merupakan keterangan sumber rujukan atas kutipan yang
digunakan dalam karya tulis ilmiah. Penulisan sumber kutipan ini dibedakan menjadi
dua yakni dalam bentuk catatan tubuh (bodynote) dan catatan kaki (footnote). Selain

Indonesian
kedua jenis tersebut, dalam beberapa referensi ditemukan juga jenis sumber kutipan
yang lain yaitu catatan akhir (endnote). Namun, dalam subpembahasan ini hanya akan
membahas catatan tubuh dan catatan kaki. Adapun penjelasannya adalah sebagai
berikut.
1. Catatan Tubuh
Penggunaan catatan tubuh melekat pada saat penulis menggunakan kutipan dalam
karya tulisnya. Catatan tubuh berfungsi sebagai bukti bahwa kutipan yang
digunakan oleh penulis dapat dipertangungjawabkan karena sumbernya dapat
ditelusuri. Penulis kutipan yang disertai dengan catatan tubuh ada beberapa
kemungkinan cara penulisan yang dapat digunakan. Cara-cara penulisan catatan
tubuh adalah sebagai berikut.
a. Jika sumber kutipan mendahului kutipan, cara penulisannya adalah nama penulis
yang diikuti dengan tahun penerbitan, dan nomor halaman yang dikutip
keduanya diletakkan di dalam kurung. Perhatikan contoh berikut ini.
Seperti yang dikemukakan oleh Reni (2009, hlm. 32) bahwa “perencanaan adalah
hal yang sangat penting dilakukan sebelum melaksanakan pengajaran.”

Pada saat menulis sumber kutipan untuk jenis kutipan tidak langsung, yang perlu
dicantumkan adalah nama belakang penulis, lalu diikuti informasi tahun terbit,
kata ‘halaman’ yang disingkat menjadi ‘hlm.’, dan nomor halamannya yang
diapit tanda kurung.
b. Jika sumber kutipan ditulis setelah kutipan, teknik penulisan sumber kutipannya
yaitu nama belakang penulis, tahun penerbitan, dan nomor halaman yang dikutip
semuanya diletakkan di dalam kurung. Contohnya sebagai berikut.
“Perencanaan adalah hal yang sangat penting dilakukan sebelum melaksanakan
pengajaran” (Reni, 2009, hlm. 32).

c. Jika sumber kutipan merujuk sumber lain atas bagian yang dikutip, sumber
kutipan yang ditulis tetap sumber kutipan yang digunakan pengutip tetapi
dengan menyebut siapa yang mengemukakan pendapat tersebut. Perhatikan
contoh teknik penulisannya.
Harymawan dalam Hasanudin (1996, hlm. 2) mengemukakan kata drama berasal dari
bahasa Yunani ‘droma’ yang berarti perbuatan atau tindakan. Perbuatan atau tindakan
yang dimaksud merupakan tiruan (mimietic) dari tingkah laku kehidupan manusia.

d. Jika penulis terdiri dari dua orang, maka nama keluarga kedua penulis tersebut
harus disebutkan, misalnya Eriyani dan Azmin (2009, hlm. 30). Kalau

Indonesian
penulisnya lebih dari dua orang, cara menuliskan sumbernya adalah dengan
menyebutkan nama belakang penulis pertama dan diikuti oleh dkk., misalnya
Eriyani, dkk. (2009, hlm. 30).
e. Jika masalah yang diikuti di bahas oleh beberapa orang dalam sumber yang
berbeda maka cara penulisan sumber kutipan itu adalah sebagai berikut:
Perhatikan contoh berikut.

Beberapa studi tentang kesalahan berbahasa (Eriyani, 2007; Attas, 2007;


Purnomo, 2005) menunjukkan bahwa ... (tulis intisari/rumusan yang
dipadukan dari ketiga sumber tersebut).

f. Jika sumber kutipan itu berasal dari beberapa karya tulis yang ditulis oleh
penulis yang sama dan pada tahun yang sama, cara penulisannya adalah dengan
menambah huruf a, b, dan seterusnya pada tahun penerbitan. Perhatikan contoh
berikut ini.

(Eriyani, 2009a, 2009b).

g. Jika sumber kutipan itu tanpa nama, penulisannya adalah dengan menggunakan
inisial tn (tanpa nama), misalnya (Tn. 2009, hlm. 32). Jika yang diutarakan
pokok-pokok pikiran seorang penulis, tidak perlu ada kutipan langsung cukup
dengan menyebut sumbernya saja.

2. Catatan Kaki
Pernyataan ilmiah yang dipergunakan dalam tulisan harus mencakup beberapa hal,
yaitu harus:
a) dapat mengidentifikasikan orang yang membuat pernyataan itu;
b) dapat mengidentifikasikan media komunikasi ilmiah tempat pernyataan itu
dimuat;
c) menerbitkan publikasi ilmiah tersebut termasuk tempat.

Berikut ini merupakan penjelasan untuk unsur-unsur tersebut berdasarkan sumber


refrensinya.
a. Buku
Nama pengarang, judul buku (ditulis dengan huruf kapital, kecuali kata-kata
tugas dan bercetak miring), nomor seri (kalau ada), (kota penerbit: nama
penerbit, tahun terbit), nomor halaman. Perhatikan contoh berikut.

Indonesian
1
Jean Marie Stine, Mengoptimalkan Daya Pikir, (Jakarta: Pustaka Delapratasa,
1997), hlm. 10.
2
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
2000), hlm. 15.
Catatan kaki yang ditulis oleh lebih dari seorang penulis menggunakan cara
yang sama dengan catatan kaki yang ditulis oleh seorang penulis. Perbedaan
akan ada ketika penulisnya lebih dari tiga, yaitu dengan cara menuliskan nama
pengarang pertama dilanjutkan dengan dkk. Berikut adalah contoh penulisannya.
1
Reni Nur Eriyani dkk, Belajar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: 3G Press, 2009),
hlm. 32.

b. Majalah
Nama penulis, “Judul artikel” Nama majalah (dicetak miring) diikuti nomor
edisi.
Contoh:
6
Zulkifli Zaini, “Membangkitkan Daya Kreasi dan inovasi Berusaha”, Tempo
Edisi 31 Januari – 6 Februari 2011.
c. Surat Kabar
Judul artikel dalam Judul surat kabar yang dicetak, (Kota Penerbit surat kabar),
Tanggal terbit surat kabar.
Contoh:
7
Melejitnya pendidikan Nasional dalm Media Indonesia(Jakarta), 2 Agustus
2009.
d. Tanpa Nama Penulis
Judul buku (cetak miring), Nomor seri (kalau ada), ( Kota penerbit: nama
penerbit, tahun terbit), halaman.
Contoh:
1
Retorika, (Jakarta: Wan Press, 2009), hlm. 10.
e. Buku Dengan Editor Atau Terjemahan
Nama pengarang (ed. (untuk editor) atau terj. (untuk terjemahan), Judul buku
(ditulis huruf kapital kecuali kata – kata tugas dan bercetak miring), Nomor seri
(kalau ada), (Kota penerbit: Nama penerbit, tahun terbit), halaman.
Contoh:
8
Reni Nur Eriyani, ed., Retorika, (Jakarta: Now Press, 2009), hlm. 261.

Indonesian
f. Wawancara
Nama yang diwawancara diikuti kata diwawancara oleh nama yang
mewawancara, waktu wawancara, tempat wawancara, waktu wawancara.
Contoh:
21
Susilo Bambang Yudhoyono diwawancara oleh Reni Nur Eriyani, 60 menit,
Jakarta, 2 Agustus 2009.
g. Internet
Nama penulis (kalau ada), “Judul tulisan”, diakses dari http..., tanggal dan jam
mengunduh.
Contoh:
21
Reni Nur Eriyani, “Cara Mudah Berbahasa Indonesia Untuk Penutur Asing”,
diakses dari http://www.reni.com/rw/military/attack/High- Sea-Piracy-Crisis-
Aden_32500.html, pada tanggal 2 Agustus 2009, pukul 11.32.
h. Tesis atau Disertasi
Nama pengarang, “Judul tesis atau disertasi (ditulis dengan huruf awal
menggunakan huruf kapital)”. (Disertasi/ tesis yang tidak diterbitkan, nama
fakultas diikuti nama universitas, nama kota universitas berada, tahun terbit),
halaman.
Contoh:
12
Reni Nur Eriyani, “Model Bahan Ajar BIPA” (Disertasi yang tidak
diterbitkan, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung,
2005), hlm. 36.
i. Artikel dari Majalah
Nama pengarang, “Judul artikel (ditulis huruf kapital kecuali kata-kata tugas)”,
Judul majalah (cetak miring), tanggal terbit majalah, halaman. Contoh:
12
Reni Nur Eriyani, “Ketika Pembelajaran Dimulai”, Tempo, Agustus 2009,
hlm. 33.
j. Catatan Kaki Singkat
• Ibid. (singkatan dari Ibidium, artinya sama dengan di atas), untuk catatan
kaki yang sumbernya sama dengan catatan kaki yang tepat di atasnya.
Pengutipan boleh berasal dari halaman yang sama atau berbeda. Urutan:
Ibid., nomor halaman (jika halaman berbeda).
• Op.Cit. (singkatan dari Opere Citato/citati, dalam karya yang telah
dikutip), dipergunakan untuk catatan kaki dari sumber yang telah dikutip,

Indonesian
tetapi telah disisipi catatan kaki lain dari sumber lain, dan berasal dari
halaman yang berbeda dari kutipan sebelumnya. Urutan: nama
pengarang, Op.Cit., nomorhalaman.
• Loc.Cit. (singkatan dari Loco Citato/citati, artinya tempat yang telah
dikutip), seperti di atas dari halaman yang sama, tetapi telah disisipi
cataatan kaki yang lain dari sumber lain, dan berasal dari halaman yang
sama dari kutipan sebelumnya. Urutan: nama pengarang, Loc.Cit. (tanpa
nomor halaman)
Untuk lebih jelasnya, berikut merupakan contoh catatan kaki yang menggunakan
semua unsur catatan kaki.
1
Jean Marie Stine, Mengoptimalkan Daya Pikir, (Jakarta: Pustaka
Delapratasa, 1997), hlm. 10.
2
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,2000),
hlm. 15.
3
Ibid., hlm. 30
4
Jean, Op.Cit., hlm. 18
5
Jujun, Loc. Cit.
6
Zulkifli Zaini, “Membangkitkan Daya Kreasi dan inovasi Berusaha”, Tempo
Edisi 31 Januari–6 Februari 2011.
7
Rontoknya Industri Nasional dalam Media Indonesia (Jakarta), 28 Januari 2011.

C. Penulisan Daftar Pustaka


Daftar pustaka bermaksud mentabulasi atau mendaftarkan semua sumber bacaan
baik yang sudah dipublikasikan seperti buku, majalah, surat kabar, maupun yang belum
dipublikasikan seperti makalah, skripsi, tesis, dan disertasi. Melalui daftar pustaka ini,
pembaca dapat mengetahui sumber-sumber apa saja yang dikutip dalam penulisan karya
ilmiah itu tanpa membaca seluruh tulisan terlebih dahulu. Berdasarkan daftar pustaka
itu, pembaca yang berpengalaman akan mampu mengira mutu pembahasan tulisan
tersebut.
Panduan gaya American Psychological Association (APA) mengatur penulisan
kutipan dan bagian daftar pustaka agar terhindar dari tindak plagiarisme. Gaya APA ini
paling sering digunakan di kalangan akademisi dan publikasi ilmiah di Indonesia.
Dalam daftar pustaka bergaya APA, nama harus diakumulasikan dengan nama pertama
dan inklusi mandat prefiks nama keluarga. Sebagai contoh, nama lengkapnya adalah

Indonesian
“Reni Nur Eriyani” harus ditulis menjadi “Eriyani, R. N.”. Contoh lainnya, nama
lengkapnya “Gres Grasia Azmin” harus ditulis “Azmin, G. G.” Untuk nama dalam
bahasa non-Inggris, ikuti standar kapitalisasi bahasa tersebut.
Berikut ini merupakan aturan dan contoh penulisan daftar pustaka bergaya APA
yang telah diklasifikasikan berdasarkan jenis sumbernya.
1. Buku
Buku merupakan sumber referensi yang paling sering dan paling lazim digunakan.
Buku menjadi sumber yang sahih pada saat penulis menulis karya ilmiah. Secara umum,
teknik penulisan daftar pustaka untuk sumber berupa buku ini sama dengan format APA
versi sebelumnya, hanya satu hal yang berbeda yakni tidak perlu lagi mencantumkan
kota terbit. Jadi, susunannya adalah sebagai berikut.
Nama belakang, inisial nama depan dan nama tengah. (tahun terbit buku). Kata pada
judul buku tidak perlu selalu diawali dengan huruf kapital, cukup huruf
pertamanya saja. Penerbit.

Adapun contoh penulisan daftar pustaka untuk sumber berupa buku, baik ditulis
oleh satu orang maupun lebih, baik buku cetak maupun elektronik, serta buku yang
diedit oleh seorang atau dua orang editor.
Tabel 1. Contoh Penulisan Daftar Pustaka untuk Sumber Berupa Buku

2. Artikel jurnal
Saat ini, penulisan karya tulis ilmiah menuntut para peneliti maupu penulis karya
ilmiah untuk lebih banyak menggunakan artikel jurnal sebagai referensinya. Ada yang
menargetkan 60% berupa artikel jurnal daripada buku, ada juga yang hanya menerapkan
40% sumber referensinya berupa artikel jurnal. Adapun format penulisan daftar pustaka
untuk artikel jurnal dapat dilihat dalam gambar berikut.

Indonesian
Gambar 4. Format penulisan daftar pustaka untuk sumber berupa artikel jurnal

Berikut merupakan beberapa contoh penulisan daftar pustaka jika sumbernya


berupa artikel jurnal.
Tabel 1. Contoh Penulisan Daftar Pustaka untuk Sumber Berupa Artikel Jurnal

Indonesian
3. Artikel pada koran
Koran sebagai salah satu media massa masih memegang peranan penting dalam
penyebaran informasi. Ada kalanya informasi yang terdapat dalam koran dapat
dimanfaatkan untuk memperkuat data awal penelitian. Jika hal tersebut terjadi, kiranya
perlu mencantumkan artikel koran dalam daftar pustaka. Namun, seiring perkembangan
zaman, koran pun ada dua jenis yakni koran konvensional yang dicetak dan koran
elektronik. Secara umum, penulisan daftar pustaka untuk kedua jenis koran tersebut
sama, yang membedakan adalah dalam koran elektronik atau daring harus menyertakan
alamat URL. Adapun contoh penulisannya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Catatan:
Bagian yang harus ditulis dengan huruf miring di sini adalah nama korannya, bukan
judul artikelnya

Gambar 5. Contoh penulisan daftar pustaka untuk sumber berupa artikel koran

4. Skripsi, tesis, dan disertasi


Dalam beberapa situasi penelitian, ada kalanya peneliti memerlukan skripsi, tesis,
atau disertasi sebagai sumber referensi. Biasanya, penggunaan data dari skripsi, tesis,
dan disertasi ini adalah untuk dijadikan data awal penelitian. Dengan melakukan riset
terhadap penelitian-penelitian terdahulu, penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti
dapat menjangkau celah atau variabel yang belum pernah diteliti sebelumnya. Dengan
demikian, penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ini akan memperkaya kajian
ilmu pengetahuan dan melengkapi bagian yang belum diteliti oleh peneliti sebelumnya.
Berikut adalah contoh penulisan daftar pustaka jika sumbernya berupa skripsi, tesis,
atau disertasi.

Indonesian
Catatan:
Bagian yang ditulis dengan huruf miring adalah jusul skripsi, tesis, atau
disertasinya

Gambar 6. Contoh penulisan daftar pustaka untuk sumber berupa skripsi, tesis,
atau disertasi

5. Dokumen yang diterbitkan oleh pemerintah


Saat melakukan penelitian, khususnya penelitian-penelitian yang berkaitan dengan
bidang sosial dan humaniora, peneliti perlu menggunakan dokumen-dokumen yang
diterbitkan oleh pemerintah. Contoh dokumen yang dimaksud yaitu peraturan
pemerintah, undang-undang, peraturan presiden, dan sebagainya. Saat ini, peneliti dapat
menggunakan dokumen pemerintah yang diterbitkan secara daring maupun luring.
Penulisan daftar pustaka untuk kedua jenis dokumen tersebut hanya dibedakan oleh
adanya penambahan informasi alamat URL pada dokumen yang diperoleh secara
daring. Berikut adalah contohnya.

Catatan:
Bagian yang ditulis dengan huruf miring adalah nama judul dokumennya

Gambar 7. Contoh penulisan daftar pustaka untuk sumber berupa dokumen pemerintah

Indonesian
6. Kamus
Tidak kalah pentingnya dengan buku, peneliti biasanya menggunakan kamus untuk
mendapatkan definisi suatu kata dan frasa. Selain untuk memperkaya pemahaman
mengenai makna suatu kata atau frasa, kamus juga bermanfaat untuk mendapatkan
contoh kosakata beserta artinya. Hal ini biasa digunakan dalam penelitian-penelitian
yang berkaitan dengan bidang bahasa. Berhubung saat ini ada dua jenis kamus, yakni
kamus elektronik dan kamus cetak, penulisan daftar pustaka untuk kedua kamus pun
berbeda. Silakan perhatikan contohnya dalam gambar 8 berikut ini.

Catatan:
• t.t. (tanpa tahun); n.d. (no date)
• jika daftar pustaka digunakan dalam dokumen/karya tulis berbahasa Indonesia,
sebaiknya gunakan “t.t.”
• kata yang ditandai warna merah merupakan kata yang dicari dalam kamus
tersebut

Gambar 8. Contoh penulisan daftar pustaka untuk sumber berupa kamus

7. Penulisan daftar pustaka untuk berbagai sumber yang komposisi


informasinya tidak lengkap
Kadang-kadang, referensi yang digunakan oleh peneliti tidak memuat informasi
yang lengkap, misalnya nama penulis di halaman kover/sampul buku sudah koyak
sehingga nama penulis tidak dapat ditemukan. Contoh lainnya yaitu misalnya artikel
jurnal yang digunakan sebagai salah satu referensi itu tidak menyertakan nomor
volume, nomor isu, atau nomor halamannya. Hal-hal seperti ini kadang-kadang terjadi
dan dialami oleh para peneliti. Jika referensi tersebut masih bisa dicari informasinya,
hal itu sebenarnya lebih baik. Akan tetapi, jika memang tidak ada cara lagi untuk

Indonesian
mendapatkan informasi yang hilang dari sumber referensi tersebut, penulisan daftar
pustaka untuk situasi ini diringankan melalui contoh-contoh berikut.

Gambar 9. Contoh penulisan daftar pustaka untuk data referensi yang tidak lengkap

Indonesian
KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan beberap hal berikut:


1. Kutipan adalah pengambilan satu kalimat atau lebih dari karya tulisan untuk
tujuan ilustrasi atau memperkokoh argumen dalam tulisan sendiri.
2. Macam-macam kutipan yaitu kutipan langsung (panjang dan pendek) dan kutipan
tidak langsung.
3. Kutipan langsung merupakan pernyataan yang ditulis dalam susunan kalimat
aslinya tanpa mengalami perubahan sedikit pun. Kutipan tidak langsung
(parafrase) adalah ketika membuat tulisan berasal dari ide orang lain (lisan
maupun tulis) lalu diolah atau ditulis dengan bahasa sendiri.
4. Cara penyebutan sumber kutipan yang paling umum ada dua cara, yaitu:
a. Catatan kaki (footnote)
Contoh:
1
Jean Marie Stine, Mengoptimalkan Daya Pikir, (Jakarta: Pustaka
Delapratasa, 1997), hlm. 10.
b. Catatan tubuh (bodynote)
Contoh:
Seperti yang dikemukakan oleh Reni (2009:32) bahwa “perencanaan adalah hal
yang sangat penting dilakukan sebelum melaksanakan pengajaran.”
5. Penulisan daftar pustaka dalam gaya APA itu ternyata berbeda-beda, tergantung
pada jenis sumbernya. Untuk sumber berupa buku, bagian yang harus ditulis
dengan huruf miring adalah judul bukunya, sedangkan pada artikel jurnal adalah
judul jurnalnya, bukan judul artikelnya.

Indonesian
DAFTAR PUSTAKA

Achmad , H. P., & Alex. (2016). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Penerbit
Erlangga.
Apa Style. https://apastyle.apa.org/.

Indonesian
LECTURE NOTES

Indonesian

Minggu ke-10

Komunikasi Akademik
LEARNING OUTCOMES

Setelah mempelajari materi ini, pemelajar diharapkan dapat:

LO 3: Memproduksi presentasi akademik berdasarkan topik yang diberikan

OUTLINE MATERI :

1. Ciri-Ciri Komunikasi Akademik

2. Teknik Presentasi Akademik

3. Teknik Pidato
ISI MATERI

1. Ciri-Ciri Komunikasi Efektif


Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang
atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (KBBI, 2016). Komunikasi
adalah suatu proses yang menjelaskan “siapa”, “mengatakan apa”, dengan “saluran apa”,
“kepada siapa” dan “dengan akibat apa” atau “hasil apa” (Harold Laswell). Agar
komunikasi berjalan efektif, hal yang perlu diperhatikan adalah ragam bahasa, mimik dan
ekspresi, vokal dan intonasi, serta kemampuan menghidupkan kalimat. Maka dari itu,
komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menyampaikan gagasan dari
pengujar/pembicara ke penyimak sehingga menimbulkan gagasan yang sama antara
pengujar/pembicara dan penyimak serta menimbulkan daya tarik.

2. Teknik Presentasi Akademik


Penyusunan bahan-bahan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu mengumpulkan
bahan, membuat kerangka paparan, dan menguraikan bahan secara mendetail. Dalam
bagian ini, kita tidak akan membahas ketiga tahap tersebut secara lebih lanjut karena
prosedur dan teknik yang digunakan sama dengan penyusunan bahan dalam komposisi
tertulis. Pada bagian ini, akan dikemukakan beberapa aspek tambahan yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan paparan untuk disampaikan secara lisan.

Bagian ini memaparkan penyusunan bahan berbicara dan teknik presentasi akademik.
a. Penyusunan Bahan Berbicara
Kecenderungan psikologis umum yang dapat dicatat ialah para pendengar biasanya
tertarik pada apa yang dikatakan pada awal pembicaraan. Setelah itu, konsentrasi
mereka akan menurun secara perlahan, walaupun mungkin subjek pembicaraan
sebenarnya semakin menarik. Ketika pembicaraan mendekati titik akhir, minat mereka
akan kembali meningkat sedikit.

Indonesian
Pembicara yang baik dan berpengalaman akan memanfaatkan aspek psikologis ini
dengan sebaik-baiknya. Bila pembicara memulai pembicaraan dengan ucapan-ucapan
yang tidak menarik atau dengan menyampaikan topik yang tidak ada kaitannya dengan
kepentingan pendengar, maka ia sebenarnya telah menggugurkan perhatian pendengar
sebelum bersemi. Pembicara harus memulai uraiannya dengan sesuatu yang betul-betul
menarik dan merangsang keingintahuan pendengar. Cara ini harus diperbarui setiap
kali dari waktu ke waktu selama menyampaikan uraiannya. Teknik penyusunan ini
sebenarnya memanfaatkan kecenderungan alamiah yang ada pada diri setiap manusia,
yaitu apa yang dikatakan pertama kali akan menggugah hati dan apa yang diucapkan
terakhir akan lebih berkesan dari pada bagian lainnya.

Menyiapkan Catatan
Terdapat beberapa metode dalam menyampaikan uraian lisan, yaitu metode
impromptu (spontan), menghafal, membaca naskah, dan metode ekstemporan. Dari
keempat metode penyampaian uraian lisan tersebut, metode ekstemporanlah yang paling
baik. Metode membaca dari naskah hanya akan baik jika sifat penyajian uraian sangat
resmi. Metode ekstemporan ialah pembicara menyiapkan sebuah naskah lengkap untuk
penyajian lisannya. tetapi naskah tersebut hanya berfungsi sebagai catatan atau
pemandu dalam menyampaikan uraian lisan. Pembicara akan berbicara secara bebas
tanpa membaca dari naskah.
Berikut akan dijelaskan pembuatan catatan sebagai suatu cara untuk menyiapkan
penyajian lisan dengan metode ekstemporan. Perlu ditegaskan bahwa yang dimaksud
dengan catatan tidak sama dengan kerangka karangan. Kerangka karangan hanya
berfungsi untuk menyusun informasi dan bukan merupakan cara yang baik sebagai
catatan untuk metode ekstemporan. Di sisi lain, pembicara yang menggunakan kerangka
karangan sebagai pengganti catatan cenderung berbicara terlalu cepat sehingga
penyajiannya akan terlihat tidak disampaikan secara spontan.
Berapa banyak catatan atau perincian yang diperlukan tergantung dari penguasaan
pembicara terhadap bahan yang ingin disampaikannya. Semakin baik penguasaan
pembicara terhadap topik pembicaraannya, semakin sedikit catatan yang diperlukan.

Indonesian
Sebaliknya, semakin sedikit penguasaan pembicara terhadap topik pembicaraan,
semakin rinci catatan yang diperlukannya. Namun, sebuah catatan yang sangat
terperinci selalu menggoda pembicara untuk selalu melihat catatan yang telah
dibuatnya. jika pembicara terus-menerus melihat catatan, maka terdapat dua kesan yang
disimpulkan. Pertama, pembicara tidak menguasai topik yang dibawakannya, dan
kedua, komunikasi atau kontak langsung dengan para pendengar akan terganggu.
Catatan yang dibuat pembicara hanya berfungsi untuk mengingatkan pembicara akan
urutan materi pembicaraannya agar pembicara dapat menggunakan kutipan-kutipan
yang tepat, mengemukakan angka atau data yang benar sehingga uraiannya dapat lebih
meyakinkan.
Catatan dapat pula dibuat dalam beberapa tahap. Bila waktunya cukup, maka
pembicara mula-mula menyiapkan suatu catatan yang mendetail atau berisikan suatu
uraian yang lengkap. Bahan inilah yang akan dipelajarinya lebih lanjut sehingga dapat
menguasai materi pembicaraannya. Bila materi sudah dikuasai, maka ia dapat membuat
catatan-catatan baru yang lebih singkat sebagai pemandu urutan materi pembicaraan.
Cara lain yang dapat digunakan ialah pembicara tetap menggunakan catatan atau naskah
lengkap yang telah dibuatnya, tetapi garis bawahi bagian-bagian kunci yang akan
digunakan sebagai catatan dalam pembicaraan.
Dikarenakan waktu pembicaraan biasanya dibatasi, maka pembicara akan lebih
mudah menyesuaikan diri dengan bantuan catatan tersebut. Bagian-bagian yang kurang
penting dapat diabaikan. Jika waktunya mencukupi, maka pembicara dapat
memanfaatkan semua bahan yang telah dipersiapkannya. Bagian yang kurang penting
mungkin masih akan berguna bagi pembicara jika disinggung oleh para pendengar
dalam diskusi.

b. Persiapan Presentasi Akademik


Dalam mempersiapkan suatu presentasi, pembicara hendaknya memerhatikan hal-
hal berikut.
1) Berlatih presentasi di rumah dalam waktu yang ditentukan
2) Persiapkan slide presentasi sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Indonesian
3) Datang 30 menit sebelum presentasi
4) Pakaian rapi, usahakan mengenakan kemeja
5) Bawa bahan (makalah/skripsi) dan kumpulan teori
6) Persiapkan bahan presentasi dalam bentuk lain, seandainya terjadi kesalahan
teknis
7) Pasang dan cek segala perlengkapan yang dibutuhkan, seperti: laptop, LCD,
dsb.
8) Persiapkan kondisi fisik yang sehat, dengan sarapan atau makan pagi
9) Persiapkan kondisi mental yang kuat, dengan senam wajah dan berdoa

Penggunaan Alat Bantu


Sebuah presentasi yang baik tidak akan berjalan dengan baik tanpa dipersiapkan
dengan matang. Untuk mencapai kesuksesan dalam presentasi, diperlukan alat bantu,
seperti proyektor, laptop, dan layar. Alat bantu tersebut harus dipastikan berfungsi
dengan baik dan dapat digunakan untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Kehadiran
alat bantu visual harus dapat memperkaya, bukan merusak, pesan yang disampaikan.
Distribusi salinan outline presentasi membantu audiensi mengikuti jalannya presentasi
Anda. Gunakan variasi untuk menarik perhatian audiensi (ingat kembali manfaat gambar,
grafik, dan objek). Berikut ini beberapa tips yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
alat bantu:
1) Hindari pemakaian slide dengan huruf yang relatif kecil (standard).
2) Gunakan huruf datar (misalnya, Times New Roman atau Arial) dengan
ukuransubstansial (misalnya, 18 atau lebih).
3) Jika memakai warna, hindari pemakaian warna yang berlebihan.
4) Rancang Powerpoint/transparansi secara wajar, gunakan kualitas huruf yang
baik dan jelas.
5) Hindari pemakaian lembar presentasi yang ditulis tangan atau yang memiliki
resolusi rendah.
6) Batasi jumlah lembar presentasi/transparansi yang dipakai.
7) Pastikan diagram atau chart dirancang dengan baik agar dapat

Indonesian
menjelaskanpoin-poin penting secara lebih cepat dan jelas.
8) Jangan gunakan grafik yang sulit dipahami atau tidak relevan dengan
topikyang dibahas.
9) Pastikan bahwa Anda tahu cara memakai aiat bantu, praktikkan sebelum
Anda memulai presentasi, persiapkan kabel, bohlam, adaptor, atau
kelengkapan lain sebagai cadangan, dan buat persiapan untuk menghadapi
hal terburuk.
10) Kondisikan suasana ruangan dengan kehntuhan Anda.

c. Saat Presentasi Akademik


Saat presentasi dimulai, pembicara dapat memperhatikan hal-hal berikut.
1) Mulailah presentasi apabila sudah dipersilakan penguji
2) Mulai dengan salam dan sapaan penghormatan kepada dosen penguji
3) Perkenalkan nama dan judul penelitian dengan singkat dan jelas
4) Jelaskan isi presentasi dengan kalimat yang jelas, lugas, dan tegas
5) Memperlihatkan kematangan kepribadian, ketenangan dalam penampilan,
intelektualitas, kecerdasan, kesopanan, penguasaan materi, dan penguasaan
situasi.
6) Membawa suasana pendengar ke suasana serius mengikuti pembicaraan sehingga
pendengar tampak responsif, antusias, serius, gembira, dan puas.
7) Pembicara mempersiapkan segala keperluan alat bantu, video, sound sistem, dan
lain-lain beberapa menit sebelum tampil.
8) Menjauhkan segala sesuatu yang dapat mengganggu atau merusak suasana
presentasi. Selingi presentasi dengan sesekali melihat waktu, dan pertimbangkan
9) Segera akhiri presentasi jika sudah melebihi batas waktu
10) Akhiri presentasi dengan ucapan terima kasih

d. Setelah Presentasi Akademik


Setelah selesai presentasi akademik, pembicara dapat memperhatikan hal-hal berikut.
1) Persiapkan alat tulis untuk mencatat pertanyaan penguji

Indonesian
2) Simak pertanyaan penguji dengan cermat
3) Jawab pertanyaan penguji dengan logis dan ilmiah
4) Menjawab pertanyaan penguji yang logis dan ilmiah dapat dilakukan dengan
menunjukkan teori, contoh, ataupun hasil yang diperoleh (sebutkan pada halaman
berapa)
5) Tandai setiap koreksian penguji pada skripsi/makalah yang ditulis
6) Akhiri dengan ucapan terima kasih atas saran perbaikan yang diberikan penguji
7) Segera revisi sesuai saran perbaikan

3. Teknik Pidato Akademik


Unsur penting dalam sebuah pidato meliputi:
a. Siapa pendengarnya?
b. Bagaimana kedudukannya?
c. Apa harapannya?
d. Apa tujuannya?
e. Apa kebutuhannya?
f. Apa keinginannya?

Pidato yang baik ditandai oleh:


a. Isinya sesuai dengan kegiatan yang sedang berlangsung
b. Isinya menggugah dan bermanfaat bagi pendengar
c. Isinya tidak menimbulkan pertentangan SARA
d. Isinya jelas
e. Isinya benar dan objektif
f. Bahasa yang dipakai mudah dipahami
g. Bahasanya disampaikan secara santun, rendah hati, dan bersahabat

Indonesian
KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan beberap hal berikut:


1. Penyusunan bahan-bahan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu mengumpulkan bahan,
membuat kerangka paparan, dan menguraikan bahan secara mendetail.
2. Tips yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat bantu:
a. Hindari pemakaian slide dengan huruf yang relatif kecil (standard).
b. Gunakan huruf datar (misalnya, Times New Roman atau Arial) dengan ukuran substansial
(misalnya, 18 atau lebih).
c. Jika memakai warna, hindari pemakaian warna yang berlebihan.
d. Rancang Powerpoint/transparansi secara wajar, gunakan kualitas huruf yang baik dan
jelas.
e. Hindari pemakaian lembar presentasi yang ditulis tangan atau yang memiliki resolusi
rendah.
f. Batasi jumlah lembar presentasi/transparansi yang dipakai.
g. Pastikan diagram atau chart dirancang dengan baik agar dapat

3. Dalam presentasi akademik, pembicara dapat mempersiapkan diri mulai dari persiapan
presentasi, saat presentasi, dan setelah presentasi.

Indonesian
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E.Z. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Akademika Presindo.

H.P. Achmad dan Alex. 2016. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Penerbit
Erlangga.

Hs., Widjono. 2008. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di


Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.

Dalman. Keterampilan Menulis. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014.

Indonesian

Anda mungkin juga menyukai