Anda di halaman 1dari 25

LECTURE NOTES

Business Economics

Week 2

The Market System


LEARNING OUTCOMES

LO 1. Memahami prinsip-prinsip ekonomi bisnis dan menerapkannya dalam sistem pasar.

OUTLINE MATERI:

2.1. The Market Forces of Supply and Demand


2.2. Elasticity
2.3. Government Policies

Business Economics – R1
ISI MATERI

2.1. Penawaran dan Permintaan Pasar


2.1.1. Penawaran
Penawaran terbatas pada jumlah yang dapat dipasok oleh perusahaan yaitu bergantung pada
sumber daya dan teknologi yang tersedia. Hal ini berkaitan dengan ilmu ekonomi, dimana
penawaran merupakan teori yang merujuk pada banyaknya barang atau jasa yang tersedia dan dapat
ditawarkan oleh rumah tangga produksi (RTP) kepada rumah tangga konsumsi (RTK) pada setiap
tingkat harga selama periode tertentu. Relasi antara jumlah barang atau jasa yang ditawarkan
terhadap harga di pasar ditunjukkan lebih lanjut dalam hukum penawaran (law of supply) yang
menyatakan hubungan berbanding lurus, di mana penawaran akan bertambah seiring dengan
meningkatnya harga pasar dan berlaku juga sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh keputusan
penawaran yang disandarkan pada potensi keuntungan (laba) yang diperoleh, di mana:

Laba = Total Penerimaan – Total Biaya


= (Harga x Jumlah Barang/Jasa Terjual) – Total Biaya Produksi

Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi harga maka jumlah barang/jasa sebagai
variabel pengalinya akan turut bertambah sebagai langkah konkret memaksimalkan keuntungan.
Apabila penawaran individu (individual supply) perusahan-perusahaan pada industri sejenis
digabung, maka akan terbentuk tolak ukur penawaran pasar (market supply).

2.1.1.1. Kurva Penawaran


Jumlah penawaran (quantity supplied) adalah banyaknya barang atau jasa yang bersedia
dijual oleh penjual. Hubungan antara harga dan jumlah penawaran berhubungan positif, yaitu
jika harga tinggi, dengan faktor lain tetap (ceteris paribus) maka jumlah barang ditawarkan
akan naik demikian sebaliknya jika harga rendah maka jumlah barang yang ditawarkan akan
turun. Hubungan antara jumlah penawaran dan harga ini disebut dengan hukum penawaran
(law of supply).

Business Economics – R1
Gambar 2.1. Kurva penawaran (Supply Curve)

Kurva Penawaran (supply curve) merupakan kurva yang menunjukkan hubungan jumlah
komoditi per satuan waktu yang akan dihasilkan dan dijual di pasar dengan harga satuan dari
komoditi tersebut. Kurva penawaran menyatakan berapa banyak produsen bersedia menjual
untuk tiap harga yang akan diterimanya di pasar. Kurva ini miring ke atas (menunjukkan
hubungan positif), dengan asumsi hal-hal lain tetap, pada harga yang lebih tinggi berarti lebih
banyak barang yang dapat ditawarkan. Hubungan antara jumlah penawaran dan harga dapat
dituliskan sebagai:

Qs = Qs(P)

2.1.1.2. Pergeseran Dan Pergerakan Kurva Penawaran


Terdapat perbedaan antara pergeseran kurva penawaran dengan pergerakan sepanjang
kurva penawaran. Pergeseran kurva penawaran terjadi karena perubahan faktor-faktor
penawaran selain dari harga, yang menunjukkan peningkatan atau penurunan penawaran pada
tingkat harga berapapun. Sedangkan, pergerakan sepanjang kurva penawaran terjadi manakala
terdapat perubahan harga, dengan asumsi faktor lainnya ceteris paribus. Umumnya hal ini
terjadi karena dinamika permintaan RTK yang berimbas pada perubahan kuantitas penawaran.
Faktor-faktor yang menyebabkan Pergeseran kurva penawaran:
a. Harga input / bahan baku
b. Teknologi
c. Perkiraan
d. Jumlah penjual

Business Economics – R1
e. Faktor alam/ sosial

Secara grafis, pergeseran kurva penawaran dapat dilihat pada Gambar 2.2. Adanya
perubahan harga input, teknologi atau lainnya menyebabkan kurva S1 bergeser ke S2 atau ke
S3.

Gambar 2.2. Pergeseran kurva penawaran

Source: Principle of Economics – Gregory Mankiw

Pergerakan di sepanjang kurva penawaran terjadi ketika ada perubahan harga. Ini
mungkin terjadi karena perubahan kondisi permintaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
penawaran selain harga diasumsikan tetap konstan.

2.1.2. Permintaan
Permintaan berhubungan dengan keinginan. Jika barang dan jasa itu gratis, masyarakat
akan meminta dan mengkonsumsi apa saja yang mereka inginkan. Keinginan seperti itu
sebenarnya tidak terbatas: mungkin hanya dibatasi oleh imajinasi orang. Jumlah permintaan
(quantity demanded) adalah jumlah barang yang ingin dibeli oleh konsumen dan ia mampu
untuk membayarnya. Hukum permintaan (law of demand) menyebutkan bahwa jumlah
permintaan barang menurun ketika harga naik, dengan faktor selain harga dianggap tetap, dan
meningkat ketika harga turun. Hal ini dapat diartikan bahwa permintaan berbanding terbalik
dengan harga atau memiliki hubungan negatif. Untuk mempermudah, dibuat daftar permintaan
dalam tabel yang menunjukkan hubungan antara harga suatu barang dengan jumlah permintaan
dengan asumsi faktor lain yang memengaruhi konsumen dalam membeli barang tersebut tidak
berubah.

Business Economics – R1
Gambar 2.2. Kurva Permintaan (Demand Curve)
Source: Principle of Economics – Gregory Mankiw

Kurva permintaan pada Gambar 2.2 dapat diketahui bahwa sifat hubungan antara harga
komoditi dan jumlah yang ditawarkan adalah negatif. Kenaikan harga komoditi diikuti dengan
penurunan jumlah yang diminta; sebaliknya, penurunan harga komoditi diikuti dengan
kenaikan jumlah yang diminta. Hubungan antara jumlah permintaan dan harga dapat dituliskan
sebagai:
QD = QD(P)

2.1.2.1. Pergeseran dan pergerakan Kurva Permintaan


Setiap perubahan yang meningkatkan jumlah permintaan barang pada berbagai tingkat
harga, akan menggeser kurva permintaan ke kanan, sebaliknya setiap perubahan yang
mengurangi jumlah permintaan akan barang pada berbagai tingkat harga menggeser kurva
permintaan ke kiri.

Business Economics – R1
Gambar 2.4. Pergeseran kurva permintaan
Source: Principle of Economics – Gregory Mankiw

Terdapat beberapa factor yang dapat menyebabkan pergeseran pada kurva permintaan, di
antaranya:

a. Pendapatan

• Barang Normal, yaitu jenis barang yang permintaannya menurun ketika pendapatan
menurun.

• Barang Inferior, yaitu jenis barang yang permintaannya meningkat ketika pendapatan
menurun.

b. Harga barang-barang terkait

• Barang Substitusi, yaitu 2 barang yang kenaikan harga salah satu barang menyebabkan
peningkatan permintaan barang lainnya. Contoh: tiket bioskop dan pengunduhan film.

• Barang Komplementer, yaitu 2 barang yang kenaikan harga salah satu barang
menyebabkan penurunan permintaan barang lainnya. Contoh: komputer dan perangkat
lunak.

c. Selera

d. Ekspektasi/perkiraan tentang masa depan

e. Ukuran dan struktur populasi (Jumlah Pembeli)

Business Economics – R1
.
Pada kasus penurunan harga suatu barang atau jasa, jumlah permintaan terhadap produk
tersebut akan meningkat, dengan alasan yang tidak terbatas pada:

a. Efek Pendapatan, yaitu kondisi manakala tingkat pendapatan konsumen diasumsikan


konstan dan harga mengalami penurunan, maka kemampuan daya beli konsumen akan
meningkat. Sebab, dengan jumlah uang yang sama RTK dapat membeli barang lebih dari satu
dibandingkan pada harga sebelumnya.

b. Efek Substitusi, yaitu kondisi di mana terdapat 2 jenis barang dengan fungsi yang sama,
seperti cabai merah dan cabai hijau, yang mana salah satunya mengalami kenaikan harga.
Maka, jumlah permintaan terhadap satu jenis barang lainnya yang memiliki tingkat harga lebih
rendah, akan meningkat sebagai bentuk substitusi kebutuhan pada fungsi barang tersebut.

2.1.3. Keseimbangan

Keseimbangan pasar (market equilibrium) adalah situasi ketika harga telah mencapai
level dimana kuantitas barang/jasa yang ditawarkan sama dengan kuantitas barang/jasa yang
diminta (Qd = Qs). Dalam analisis ekonomi, keseimbangan pasar dapat digambarkan pada saat
kurva penawaran berpotongan dengan kurva permintaan. Titik perpotongan tersebut
merupakan titik keseimbangan atau equilibrium yang diasumsikan harga penawaran dan
permintaan telah mencapai tingkatan yang sama.

Gambar 2.5. Keseimbangan permintaan dan penawaran

Business Economics – R1
Gambar 2.5 menunjukkan kesetimbangan penawaran dan permintaan. Keseimbangan ditemukan di
mana pasokan dan kurva permintaan berpotongan. Pada harga keseimbangan, kuantitas ditawarkan
sama dengan kuantitasnya menuntut. Di sini keseimbangannya harga $2 Pada harga ini, disediakan
7 cone es krim, dan diminta 7 cone es krim.

Hukum permintaan dan penawaran (law of supply and demand) adalah kondisi yang menyatakan
harga barang/jasa disesuaikan untuk menyeimbangkan jumlah penawaran dan permintaan atas
barang tersebut.

2.1.4. Pasar dalam kondisi tidak seimbang

Bagaimana jika harga pasar berada di atas atau di bawah harga keseimbangan? Kondisi
pasar yang tidak seimbang terjadi manakala jumlah penawaran barang/jasa tidak sama dengan
jumlah permintaan barang/jasa. Kondisi surplus terjadi ketika kuantitas penawaran lebih tinggi
dibandingkan kuantitas permintaan. Sedangkan kondisi defisit terjadi ketika kuantitas
penawaran lebih rendah dibandingkan kuantitas permintaan. Hal ini dapat dijelaskan melalui
kurva permintaan penawaran seperti ditunjukkan pada Gambar 2.6.(a) dan 2.7 (b).

Gambar 2.6(a) menunjukkan harga pasar di atas harga keseimbangan sehingga


terjadi surplus dan Gambar 2.7 (b) menunjukkan harga pasar berada di bawah harga
keseimbangan.

Gambar 2.6. (a) Surplus Gambar 2.7. (b) Defisit

Business Economics – R1
- Surplus
• Ketika harga > harga Ekuilibrium, maka kuantitas yang ditawarkan> kuantitas
yang diminta
• Ada kelebihan penawaran atau surplus
- Kekurangan
• Ketika harga < harga ekuilibrium, maka kuantitas yang diminta> jumlah yang
ditawarkan
• Ada kelebihan permintaan atau kekurangan
Pemasok akan menaikkan harga karena terlalu banyak pembeli membeli terlalu sedikit
barang, sehingga bergerak ke arah ekuilibrium.
Contoh soal perhitungan:
Diketahui Fungsi permintaan Qd = 1900 - 2P dan fungsi penawaran, Qs = −100 + 6P dimana
Qd adalah jumlah permintaan barang, Qs jumlah penawaran barang, P adalah harga barang.
Tanda minus di depan variabel harga pada fungsi permintaan menunjukkan adanya hubungan
negatif antara harga dan kuantitas yang diminta sedangkan tanda plus di depan variabel harga
dalam persamaan penawaran menunjukkan adanya hubungan positif antara hubungan harga
dan kuantitas yang ditawarkan.
Invers (kebalikan) dari Persamaan Qd = 1900 - 2P dan persamaan, Qs = −100 + 6P adalah:
Qd = 1900 - 2P Qs = −100 + 6P
2P = 1900 - Qd Qs + 100 = 6P
P = 950 - 0.5Qd
P = ⅙Qs + 100⁄6
Keseimbangan adalah:
Qd = Qs
1900 - 2P = −100 + 6P
2000 = 8P → P = 250
Q = 1900 – 2(250) → Q = 1400

Jadi keseimbangan terjadi pada saat Qd = Qs yaitu sebesar 1400 pada harga €250

2.2. Elastisitas

Menurut Gregory Mankiw, elastisitas adalah sebuah ukuran responsibilitas kuantitas


permintaan atau pun kuantitas penawaran ke salah satu determinannya. Sederhananya,
elastisitas merupakan ukuran seberapa jauh para pembeli dan penjual (Y) bereaksi terhadap

Business Economics – R1
perubahan-perubahan kondisi yang terjadi di pasar (X). Dalam ilmu ekonomi, koefisien
elastisitas dilambangkan dengan simbol E.
Persentase Perubahan Variabel Y
E =
Persentase Perubahan Variabel X

Suatu barang dikatakan elastis apabila jumlah yang ditawarkan berubah signifikan
terhadap perubahan harga. Sedangkan, suatu barang dikatakan inelastis apabila perubahan
penawarannya tidak signifikan atau cenderung stagnan terhadap perubahan harga.
Secara teoritis jenis elastisitas harga penawaran yang berhubungan dengan hukum
penawaran dan berdasarkan koefisien elastisitasnya dikelompokan menjadi lima, yaitu
penawaran elastis, elastis sempurna, inelastis, inelastis sempurna dan elastis uniter. Hal ini
dapat dijelaskan melalui Tabel 2.3.

Tabel 2. 3. Elastisitas Penawaran

Nilai Elastisitas logika Jenis Elastisitas Contoh barang

Es > 1 %Qs > %Ps Elastis Barang mewah

Es < 1 %Qs < %Ps Inelastis barang primer/pokok

Es = 1 %Qs = %Ps uniter/ normal sekunder

Es = ~ %Ps = 0 elastis sempurna Kebutuhan dunia


misal gandum, minyak
Es = 0 %Qs = 0 inelastis sempurna Kebutuhan tanah : Air minum

2.2.1. Elastisitas Permintaan


Elastisitas permintaan (elasticity of demand) ialah derajat kepekaan dari perubahan
jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga. Perubahan harga sangat memengaruhi
jumlah barang yang diminta. Semakin elastis suatu permintaan barang berarti jumlah barang
yang diminta oleh konsumen semakin mudah berubah, entah naik atau turun.
2.2.1.1. Elastisitas harga dari permintaan
Elastisitas permintaan (price elasticity of demand) adalah suatu pengukuran respon
kuantitas permntaan terhadap perubahan harga, yang dihitung sebagai persentase perubahan
kuantitas yang diminta dibagi dengan persentase perubahan harga. Secara matematis, elastisitas
permintaan dihitung menggunakan rumus:

Business Economics – R1
%∆Qd ∆Qd P Qd1 – Qd0 P0
= atau Ed = * atau Ed = *
Ed %∆P ∆P Qd P1 – P0 Qd0

Keterangan:

Qd0 = Jumlah barang yang diminta sebelum perubahan harga

Qd1 = Jumlah barang yang diminta setelah perubahan harga

P0 = Harga awal

P1 = Harga akhir

CONTOH SOAL PERHITUNGAN

Diketahui:

- P0 = Rp30.000,00

- P1 = Rp 20.000,00 } ∆P = Rp10.000,00

- Q0 = 200 kg

- Q1 = 300 kg } ∆Qd = 100 kg

Ditanyakan:

Berapa tingkat elastisitas permintaannya?

Jawab:

Ed = ∆Q * P0

∆P Q0

= 100 * 30.000

10.000 200

Ed = 1,5

Sehingga, dapat disimpulkan elstisitas permintaan harga apel di pasar adalah 1,5 satuan.

Business Economics – R1
Perlu diingat bahwa hukum permintaan menyatakan bahwa harga dan kuantitas berhubungan
terbalik, sehingga perubahan harga dan perubahan jumlah yang diminta akan berubah dalam
arah yang berlawanan. Jadi dalam rumus elastisitas, pembilang dan penyebut mempunyai tanda
yang berlawanan, sehingga elastisitas harga dari permintaan bertanda negatif.
Permintaan atas suatu barang dikatakan elastis jika kuantitas yang diminta berubah secara
substansial akibat perubahan harganya. Sebaliknya, permintaan dikatakan tidak elastis atau
inelastis apabila jumlah yang diminta hanya sedikit berubah akibat adanya perubahan harga.
Contoh Elastisitas permintaan pada persamaan linier dapat dilihat pada Gambar 2.7. Dan
Tingkat Elastisitas pada Tabel 2.4.

Gambar 2.7 Elastisitas Permintaan

Tabel. 2.4 Tingkat Elastisitas

Business Economics – R1
Faktor-faktor yang mempengaruhi Elastisitas Harga
- Tingkat substitusi. Makin sulit mencari substitusi suatu barang, permintaan makin
inelastis.
- Jumlai pemakai. Makin banyak jumlah pemakai, permintaan akan suatu barang makin
inelastis.
- Proporsi kenaikan harga terhadap pendapatan konsumen. Bila proporsi tersebut besar,
maka permintaan cenderung lebih elastis.
- Jangka waktu. Jangka waktu permintaan atas suatu barang juga mempunyai pengaruh
terhadap elastisitas harga. Hal ini tergantung pada apakah barangnya durabel atau
nondurable.
Contoh:
Untuk menaikkan jumlah penjualan peralatan rumah tangga, Toko alat-alat rumah tangga
“Super” pada akhir bulan selalu memberikan diskon. Harga sebuah sapu yang semula Rp
20.000,00 turun menjadi Rp 15.000,00. Akibat penurunan harga, jumlah permintaan sapu
meningkat dari 1.000 menjadi 4.000. Jadi koefisien elastisitasnya bisa dihitung seperti berikut:
Ep Q / Q Q P
=
= 
P / P P Q
(4.000 −1.000) 20.000 3.000
Ep =  =  20 = −12 → E p  1
(15.000 − 20.000) 1.000 − 5.000

Business Economics – R1
Bisa dilihat bahwa hasil menunjukkan nilai negative (-12). Namun nilai negatif ini diabaikan
dalam menghitung koefisien elastisitas. Nilai koefisien permintaan sapu adalah 12. Artinya,
perubahan harga sebanyak 1 % menyebabkan perubahan permintaan sebanyak 12 %.

2.2.1.2. Elastisitas pendapatan


Koefisien yang menunjukkan besarnya perubahan permintaan atas suatu barang sebagai
akibat dari perubahan pendapatan konsumen dikenal dengan elastisitas permintaan terhadap
pendapatan. Elastisitas permintaan terhadap pendapatan merupakan suatu besaran yang
berguna untuk menunjukkan responsivitas konsumsi suatu barang terhadap perubahan
pendapatan (income).
Rumus Elastisitas permintaan terhadap pendapatan adalah sebagai berikut:

Acuan umum pengelompokan kategori suatu barang adalah sebagai berikut:

EI < 0 : barang inferior (barang bermutu rendah)


EI > 0 : barang normal
Barang Normal terdiri dari :
EI > 1 : barang mewah
0 < EI < 1 : barang kebutuhan pokok

Barang normal terdiri dari dua kelompok barang, yaitu barang kebutuhan pokok dan barang
mewah. Barang kebutuhan pokok dan barang mewah memiliki elastisitas permintaan yang
positif. Namun, keduanya berbeda dalam hal respon terhadap perubahan pendapatan. Produk
mewah relatif lebih elastis daripada kebutuhan. Barang kebutuhan pokok relatif kurang
responsif terhadap perubahan pendapatan konsumen. Pada saat pendapatan konsumen
meningkat, permintaan untuk barang-barang ini meningkat tetapi dengan persentase yang lebih
rendah.
Sedangkan barang inferior memiliki elastisitas permintaan terhadap pendapatan bernilai
negatif, karena perubahan pendapatan dan perubahan jumlah barang yang dibeli bergerak ke

Business Economics – R1
arah yang berlawanan, yaitu ketika pendapatan naik, permintaan akan turun.

2.2.1.3. Elastisitas silang dari permintaan


Koefisien yang menunjukkan besarnya perubahan permintaan suatu komoditi apabila terjadi
perubahan harga komoditi lain dinamakan elastisitas harga silang dari permintaan.
Nilai elastisitas harga Silang dari permintaan dirumuskan sebagai persentase perubahan
permintaan suatu barang (pada harga tetap tertentu) dibagi dengan persentase perubahan harga
barang lain. Atau dituliskan :

1 0

Business Economics – R1
Nilai elastisitas silang antara -~ < Ec < ~

Jika kenaikan harga suatu komoditi mengakibatkan kenaikan permintaan komoditi lain, maka
nilai elastisitas harga silangnya adalah positif, dan kedua komoditi tersebut bersubstitusi. Jika
kenaikan harga suatu komoditi menyebabkan penurunan permintaan komoditi yang lain, maka
nilai elastisitas harga silangnya adalah negatif, dan kedua komoditi tersebut dikatakan memiliki
hubungan komplementer.
2.3. Kebijakan Pemerintah

2.3.1. Pengendalian Harga


2.3.1.1. Price floor
Harga dasar (price floor) adalah harga minimum di mana suatu barang (atau jasa) boleh
dijual. Sehingga, penjual tidak dapat menjual suatu barang dengan harga di bawah harga dasar
tersebut. Hal ini mengakibatkan terjadinya surplus barang. Harga dasar ini sering disebut juga
dengan harga terendah atau harga batas bawah. Harga dasar merupakan suatu bentuk intervensi
pemerintah dalam mengendalikan harga untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti melindungi
petani, buruh, karyawan, dan sebagainya.

Gambar 2.7. Price floor

Berikut ini adalah contoh-contoh ketika pemerintah mengintervensi pasar menggunakan harga
dasar:
1. Upah Minimum Regional (UMR) ataupun Upah Minimum Provinsi (UMP): walaupun
menggunakan istilah “upah” namun inti dari kebijakan ini adalah sama, yaitu membatasi
“harga buruh” agar tidak menjadi terlalu rendah.

Business Economics – R1
2. Harga batas bawah taksi online: pemerintah menetapkan harga dasar agar taksi offline
dapat bersaing dengan taksi online, ini adalah polemik yang terjadi pada tahun 2017.
3. Harga batas bawah pesawat: pemerintah menetapkan harga dasar agar maskapai tidak
mengabaikan keselamatan penumpang, karena harga murah umumnya kualitasnya pun
kurang baik.
Pengenaan harga dasar sangat efektif dalam melindungi produsen dari penurunan harga barang
sampai tak terhingga. Mekanisme kebijakan ini dengan peran pemerintah untuk membeli
surplus produksi. Harga dasar akan menyebabkan kelebihan (surplus). Hal ini disebabkan oleh
jumlah barang yang ditawarkan (supply) lebih banyak dari jumlah barang yang diminta
(demand) Qs>Qd.
Dengan batas harga dasar, pedagang cenderung untuk lebih banyak menawarkan barangnya
karena harganya di atas harga keseimbangan pasar jadi ia mendapatkan keuntungan yang lebih
besar, sedangkan dari sisi permintaan yaitu konsumen (masyarakat) cenderung akan lebih
sedikit melakukan permintaan karena harga yang ditawarkan lebih tinggi dari harga
keseimbangan pasar.
Jadi, yang ditimbulkan oleh floor price adalah kelebihan karena jumlah permintaan lebih
sedikit dari jumlah penawaran. Jika hal ini tidak diatasi dapat menyebabkan penumpukan
barang dan rusaknya harga barang tersebut. Floor price bermanfaat bagi produsen agar
melindungi produsen dari kerugian jadi ditentukan batas eceran minimumnya. Dengan
kebijakan harga dasar juga akan memungkinkan terjadinya ekspor barang dari dalam negeri
karena lebihnya stok barang dalam negeri.
2.3.1.2. Ceiling Price
Ceiling Price (Harga tertinggi) adalah harga maksimum yang ditetapkan berkenaan
dengan menurunnya penawaran barang di pasar, pemerintah melakukan operasi pasar. Hal ini
efektif dalam melindungi konsumen dari gejolak kenaikan harga tak terhingga. Kebijakan
harga melalui “Operasi Pasar” pada waktu tertentu, pemerintah menambah jumlah barang yang
ditawarkan ke pasar.
Batas harga tertinggi yang ditetapkan oleh pemerintah akan menimbulkan kekurangan
(shortage). Hal itu bisa terjadi karena disebabkan oleh jumlah barang yang ditawarkan (supply)
lebih sedikit dari jumlah barang yang diminta (demand) Qs<Qd.

Business Economics – R1
Dengan batas harga tertinggi, pedagang cenderung untuk lebih sedikit menawarkan barangnya
karena harganya di bawah harga keseimbangan pasar jadi ia tidak mendapatkan keuntungan
yang lebih besar atau bahkan bisa tidak mendapat untung sama sekali atau rugi. Sedangkan dari
sisi permintaan yaitu konsumen (masyarakat) cenderung akan lebih meningkat jumlah
permintaannya karena harga yang ditawarkan lebih rendah dari harga keseimbangan pasar.
Kekurangan yang ditimbulkan oleh price ceiling dapat menimbulkan kelangkaan karena jumlah
permintaan lebih banyak dari jumlah penawaran. Jika hal ini tidak diatasi dapat menyebabkan
munculnya pasar gelap (black market). Tetapi, price ceiling juga bermanfaat untuk menjaga
harga tidak terus melambung tinggi, sehingga konsumen tidak kehilangan daya beli. Dari price
ceiling ini juga akan memungkinkan terjadinya impor barang dari luar negeri karena kurangnya
pasokan barang dalam negeri.

Gambar 2.8. Ceiling price

2.3.2. Pajak
Semua pemerintahan menggunakan pajak untuk meningkatkan penerimaan dalam
membiayai berbagai fasilitas publik seperti jalan raya, sekolah, dan pertahanan nasional.
Karena pajak merupakan suatu perangkat kebijakan yang penting, dan karena pajak
memengaruhi kehidupan kita di berbagai segi.
Pajak suatu barang dapat dikenakan kepada penjual saja, pembeli saja atau kepada
keduanya, hal ini bergantung pada bagaimana kebijkan yang berlaku. Istilah yang sering

Business Economics – R1
digunakan oleh para ahli dalam menunjukkan distritusi suatu beban pajak ini adalah pembagian
beban pajak (tax incidence).

2.3.2.1. Bagaimana pajak pembeli mempengaruhi hasil akhir pasar


Pajak pembeli adalah pajak yang besarannya telah ditetapkan pemerintah, yang
dibebankan kepada pembeli akibat pembelian suatu barang oleh konsumen. Bagaimana
bekerjanya pajak yang diatur oleh pemerintah memengaruhi pembeli dijelaskan melalui
gambar 2.9

Gambar 2.9. Pajak pada pembeli

Ketika suatu pajak sebesar $0,50 dipungut dari pembeli, kurva permintaan akan turun sebesar
$0,50 dari D1 ke D2. Jumlah keseimbangan turun dari 100 ke 90 dan harga keseimbangan juga
turun dari $3.00 ke $2.80. Harga yangdibayarkan pembeli (termasuk pajak) meningkat dari
$3.00 ke $3.30. Walaupun pejak dikenakan terhadap pembeli, pembeli dan penjual berbagi
beban pajak tersebut. Saat pajak dikenakan, pendapatan penjual berkurang sebesar
$0.20 untuk setiap unit produknya. Pembeli membayar harga yang lebih rendah ($2.80), tetapi
sebenarnya harga efektif termasuk pajak meningkat menjadi $3.30 maka pajak juga menambah
pembelanjaan pembeli.
2.3.2.2. Bagaimana pajak pada penjual mempengaruhi hasil akhir pasar
Pajak yang harus dibayar penjual akan meningkatkan biaya penjualan sehingga jumlah
penawarannya menjadi berkurang karena pajak dipungut dari penjual membuat penjualan suatu
produk kurang menguntungkan bagi penjual pada semua tingkat harga, sehingga kurva

Business Economics – R1
penawarannya bergeser ke kiri. Setelah melihat pergerakan kurvanya, kita dapat
membandingkan keseimbangan lama dengan keseimbangan baru sehingga dapat mengetahui
bahwa pengenaan pajak pada penjual membuat mengecilnya pasar suatu produk. Hal ini
disebabkan karena harga keseimbangan naik dan jumlah keseimbangan turun. Penjelasan ini
diperjelas melalui Gambar 2.10.
Ketika penjual dikenakan pajak sebesar $0.50, maka kurva penawaran naik sebesar
$0.50. Pajak sebesar $0.50 membuat harga efektif yang diterima penjual selalu lebih rendah
$0.50 dari harga pasar. Jumlah keseimbangan menurun dari 100 menjadi 90. Pada grafik
tersebut dapat diketahui bahwa pembeli harus menanggung beban pajak sebesar $0.30 dan
penjual harus menanggung $0.20. Harga pasar mengalami kenaikan dari $3.00 menjadi
$3.30, tetapi harga efektif yang diterima penjual turun $0.20 dari $3.00 menjadi $0,28. Jadi
dapat diketahui bahwa pajak yang dikenakan kepada penjual mempengaruhi penjual dan
pembeli.

Gambar 2.10. Pajak pada penjual

Berdasarkan perbandingan dari pajak yang dikenakan terhadap penjual dan pembeli,
maka dapat diketahui bahwa pajak mempengaruhi penjual dan pembeli terlepas kepada siapa
pajak tersebut dikenakan. Pada keseimbangan baru, tampak bahwa penjual dan pembeli
sama-sama menanggung beban pajak. Perbedaannya hanyalah terletak pada siapa yang harus
membayar pajak tersebut. Mempelajari beban pajak menunjukkan bahwa pemerintah tidak
dapat dengan mudah membuat kebijakan terkait dengan distribusi beban pajak. Hal ini dapat

Business Economics – R1
dilihat dari pembelajaran tentang pajak penghasilan dimana ketika pemerintah menetapkan
pajak, perusahaan harus membayar upah tenaga kerja lebih tinggi, namun pada kenyataannya,
besaran pajak yang diterima oleh tenaga kerja justru berkurang.

Business Economics – R1
SIMPULAN

Diskusi tentang pasar dalam disiplin ilmu ekonomi berfokus pada ide dasar penawaran dan
permintaan. Penawaran mengacu pada barang atau jasa yang diproduksi dan tersedia dari
produsen dengan harga tertentu, sementara permintaan mencakup seberapa banyak konsumen
ingin membeli pada harga yang berbeda. Hukum penawaran menyatakan bahwa ada hubungan
positif antara harga dan jumlah yang ditawarkan, sedangkan hukum permintaan menunjukkan
korelasi terbalik antara harga dan jumlah yang diminta. Kesetimbangan pasar terjadi ketika
jumlah yang ditawarkan sama dengan jumlah yang diminta.

Elastisitas, yang mengukur tanggapan kuantitas terhadap perubahan harga atau pendapatan,
membedakan barang sebagai elastis atau inelastis tergantung pada responsnya terhadap
perubahan harga. Peran pemerintah dalam mengendalikan pasar melibatkan kebijakan harga
dasar atau tertinggi, serta penggunaan pajak untuk mengatur aktivitas ekonomi. Oleh karena
itu, konsep dasar ini menjadi dasar pemahaman tentang mekanisme pasar dan peran intervensi
pemerintah dalam ekonomi.

Business Economics – R1
DAFTAR PUSTAKA

1. N. Gregory Mankiw. (2021). Principles of Economics, 9th Edition. Cengage Learning:


United Kingdom. ISBN: 9789814915342.
2. John Sloman, Dean Garratt, Jon Guest and Elizabeth Jones. (2023). Economics for
Business, 9th Edition. Pearson: United Kingdom. ISBN: 978-1-92-44020-0

Business Economics – R1
Business Economics – R1

Anda mungkin juga menyukai