Anda di halaman 1dari 16

EKONOMI MANAJERIAL

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN

Oleh :

Kelompok II

Dimas Rizal Saputra 1807521031 (80)


Putu Arya Dananjaya 1807521084 (80)
I Gusti Ayu Widya Ari Cahyathi 1807521102 (80)
Putu Indy Widiananda Putri 1807521120 (80)

Ekonomi Manejerial EKM 318 A2 – S1 Reguler Manajemen


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
Tahun Ajaran 2020/2021
1. Pengertian Permintaan dan Penawaran
a) Pengertian Permintaan

Bagi produsen, permintaan mengenai barang/jasa yang dijualnya merupakan komponen


penting dan strategis dalam bisnisnya karena erat kaitannya dengan hasil penjualan (Total
Revenue = TR) yang akan diperolehnya, dan pada gilirannya akan mempengaruhi terhadap
tingkat keuntungan yang diraihnya. Secara umum, permintaan adalah jumlah barang/jasa
tertentu yang konsumen mau beli pada kondisi dan waktu tertentu. Kondisi dalam konteks
permintaan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan, seperti harga barang tersebut,
pendapat konsumen dan sebagainya. Sebagai contoh, apabila kita memperoleh informasi
tentang turunnya permintaan beras di Indonesia, maka harus dijelaskan penurunan permintaan
tersebut terjadi pada harga beras berapa, atau pada tingkat pendapatan konsumen berapa.

Hukum permintaan adalah hukum yang menjelaskan tentang adanya hubungan yang
bersifat negatif antara tingkat harga dengan jumlah barang yang diminta. Apabila harga naik
jumlah barang yang diminta sedikit dan apabila harga rendah jumlah barang yang diminta
meningkat. Dengan demikian hukum permintaan berbunyi: “Semakin turun tingkat harga, maka
semakin banyak jumlah barang yang tersedia diminta, dan sebaliknya semakin naik tingkat harga
semakin sedikit jumlah barang yang bersedia diminta.” Pada hukum permintaan berlaku asumsi
ceteris paribus. Artinya hukum permintaan tersebut berlaku jika keadaan atau faktor-faktor selain
harga tidak berubah (dianggap tetap).

b) Pengertian Penawaran

Dalam ilmu ekonomi istilah penawaran (supply) mempunyai arti jumlah dari suatu barang
tertentu yang mau dijual pada berbagai kemungkinan harga, dalam jangka waktu tertentu, ceteris
paribus.

Hukum Penawaran adalah bahwa semakin tinggi harga, jumlah barang yang ditawarkan
semakin banyak. Sebaliknya semakin rendah harga barang, jumlah barang yang ditawarkan
semakin sedikit. Inilah yang disebut hukum penawaran. Hukum penawaran menunjukkan
keterkaitan antara jumlah barang yang ditawarkan dengan tingkat harga. Dengan demikian bunyi
hukum penawaran berbunyi: “Semakin tinggi harga, semakin banyak jumlah bara[]ng yang
bersedia ditawarkan. Sebaliknya, semakin rendah tingkat harga, semakin sedikit jumlah barang
yang bersedia ditawarkan.” Hukum penawaran akan berlaku apabila faktor-faktor lain yang
memengaruhi penawaran tidak berubah (ceteris paribus).

2. Kurva dan Fungsi Permintaan

Kurva permintaan adalah sebuah grafik yang menggambarkan hubungan antara harga
barang atau jasa dengan kuantitas barang atau jasa yang diminta, dengan asumsi faktor-faktor
yang lain tetap. Dari kurva permintaan di samping, dapat diketahui bahwa makin tinggi harga
barang maka semakin sedikit jumlah unit barang yang diminta.
Pergeseran kurva permintaan, kurva permintaan dibuat dengan mengasumsikan hal
lain selain harga barang seperti misalnya pendapatan, ekspektasi dan selera tidak berubah atau
tetap, hal tersebut dinamakan ceteris paribus. Jika dalam asumsi hal lain tersebut berubah, itu
berarti akan terjadi perubahan permintaan konsumen yang artinya juga kurva permintaan akan
bergeser baik dari kiri bawah ke kanan atas maupun sebaliknya.

Jika dilihat pada kurva di atas, pada awalnya kurva permintaan pada garis lengkung DD atau
pada harga P1 dan kuantitas Q. Namun pada saat tingkat pendapatan seseorang naik, kurva
permintaan yang tadinya pada garis lengkung DD akan bergeser menjadi D2D2, meskipun harga
tetap pada titik P1 tetapi kuantitas barang yang diminta naik menjadi Q2. Pergeseran garis
lengkung DD yang bergeser menjadi D2D2 inilah yang dinamakan dengan pertambahan
permintaan, sedangkan perubahan Q menjadi Q2 dinamakan dengan pertambahan permintaan
jumlah barang.
Dari kurva diatas dapat disimpulkan bahwa ketika pendapatan konsumen meningkat dan harga
barang tetap, maka jumlah barang yang diminta akan bertambah dan permintaan konsumen
meningkat. Tetapi ketika pendapatan konsumen menurun dan harga barang tetap, maka jumlah
barang yang diminta akan mengalami penurunan dan menyebabkan permintaan konsumen juga
menurun.
Fungsi Permintaan fungsi yang menunjukkan hubungan antara variabel harga (P) dengan
variabel jumlah barang (Q) yang diminta. Fungsi permintaan sesuai dengan hukum permintaan
yang menyatakan bahwa bila harga naik maka jumlah permintaan turun, dan bila harga turun
maka jumlah permintaan naik. Dengan demikian, hubungan antara harga barang dengan jumlah
barang yang diminta adalah negatif atau berbanding terbalik. Bentuk umum fungsi permintaan
adalah:

Keterangan:
Q : jumlah barang yang diminta
P : harga barang per unit
a : angka konstanta (berupa angka)
b : gradien atau kemiringan (yang ada hurufnya)
Adapun syarat mutlak fungsi permintaan adalah:
a. nilai a harus positif (+)
b. nilai b harus negatif (–)
Untuk menentukan fungsi permintaan atau persamaan kurva penawaran dapat dicari dengan
menggunakan rumus:

Contoh:
Jika harga barang Rp80,00 per unit, maka jumlah permintaan 10 unit. Dan jika harga barang
Rp60,00 per unit, maka jumlah permintaan 20 unit. Tentukan persamaan fungsi permintaan
dan gambarkan kurvanya!
Jawab:
Jadi, fungsi permintaannya adalah Q = 50 – ½ P
Untuk menggambar grafik fungsi permintaan,caranya dengan menentukan titik potong
terhadap sumbu P dan sumbu Q, yaitu:
a. memotong sumbu P, syaratnya Q = 0, maka
0 = 50 – ½ P
½ P = 50
P = 100
b. memotong sumbu Q, syaratnya P = 0, maka
Q = 50 – ½ (0)
Q = 50
c. grafiknya

• PERMINTAAN TERHADAP SUATU KOMODITAS

Bagian dari permintaan total pasar atau industry terhadap suatu produk yang dihadapi
oleh perusahaan tertentu, bergantung pada jumlah perusahaan didalam industry dan pada
struktur atau bentuk organisasipasar dari industry tersebut.

Permintaan Individual terhadap suatu Komoditas

Permintaan akan suatu komoditas timbul karena keinginan konsumen dan


kemampuannya untuk membeli suatu komoditas. Teori permintaan konsumen mempostulatkan
bahwa jumlah komoditas yang diminta merupakan suatu fungsi dari atau bergantung pada harga
komoditas tersebut, pendapatan konsumen, harga komoditas yang berhubungan (komplementer
atau subtitusi), dan atau selera konsumen. Dalam bentuk fungsi dapat ditulis:

Qdx = f(Py, I, PY, T)


Dimana:

Qd = kuantitas komoditas X yang diminta oleh individu per periode waktu

Px = harga per unit komodita X

I = pendapatan konsumen

Py = harga komoditas yang berhubungan (subtitusi atau komplementer)

T = selera konsumen

Hubungan terbalik antara harga dengan jumlah komoditas yang diminta per satuan waktu
disebut sebagai skedul permintaan individual untuk komoditas tersebut, dan plot datanya(dengan
harga di sumbu vertical dan kuantitas komoditas yang diminta di sumbu horizontal)
memperlihatkatkan kurva permintaan individual.

Sebagai contoh, pada table 3-1 memberikan skedul permintaan hipotesis yang sangat
sederhana, dan figure 3-1 memberikan kurva permintaan individual yang berhubungan (dx).
komoditas X dapat dianggap, sebagai contoh yaitu humbugger.

Table 3-1 skedul permintaan individual untuk komoditas X

Harga komoditas X per unit $2 $1 $0,5


Kuantitas X yang diminta pada suatu periode waktu
1 3 4,5
(Qdx)
Table dan figurnya bahwa pada harga mencapai $2 per unit, individu membeli unit
komoditas per satuan waktu. Pada Px = $1, individu membeli 3 unit X, dan saat Px=$0,50, Qdx=
4,5. Perlu dicatat bahwa kuva permintaan individual, dx pada gambar diatas, mempunyai
kemiringan yang negative, menunjukkan bahwa individu membeli lebih banyak komoditas
tersebut per satuan waktu pada saat harganya lebih rendah (dengan menganggap pendapatan,
harga komoditas lain yang berhubungan, dan selera konstan). Hubungan yang terbalik antara
harga komoditas dengan kuantitas komoditas yang diminta per satuan waktu, mengacu pada
hukum permintaan (law of demand).
Dari Permintaan Individual menjadi Permintaan Pasar

Kurva permintaan pasar untuk suatu komoditas menunjukkan berbagai kuantitas yang
diminta dari suatu komoditas disuatu pasar per satuan periode waktu tertentu (QDx) pada
berbagai tingkat alternative harga dari komoditas tersebut, dengan menganggap hal-hal
lainnyakonstan. Kurva permintaan pasar untuk suatu komoditas mempunyai kemiringan yang
negative, menunjukkan bahwa antara harga dan kuantitas yang diminta mempunyai hubungan
yang terbalik. Yaitu, kuantitas komoditas yang diminta akan meningkat pada saat harga turun dan
sebaliknya. Hal-hal yang dianggap konstan dalam penggambaran kurva permintaan pasar dalah:
jumlah konsumen dalam pasar (N), pendapatan konsumen (I), harga komoditas(subtitusi atau
komplementer) yang berhubungan (Py), dan selera (T). perubahan dalam salah satu hal tersebut
akan menyebabkan kurva permintaan pasar suatu komoditas akan bergeserkearah yang sama
(dan sebagai akibatnya) dengan kurva permintaan individual. Sehinga kita dapat menuliskan
fungsi permintaan pasar untuk komoditas X sebagai berikut:

QDX = F(Px, N, I, Py, T)

Permintaan yang Dihadapi oleh Perusahaan

Permintaan akan produk suatu perusahaan juga bergantung pada tipe barang yang dijual
oleh perusahaan tersebut. Jika perusahaan menjual barang-barang tahan lama seperti mobil
yang berguna tidak hanya sepanjang tahun yang bersangkutan tetapi juga ditahun-tahun
mendatang, atau barang yang dapat disimpan, perusahaan biasanya menghadapi permintaan
yang lebih bergejolak atau tidak stabil bila dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain
yang menjual barang tidak tahan lama. Kita dapat membuat bentuk linear dari fungsi permintaan
yang dihadapi oleh suatu perusahaan sebagai:
Qx = a0 + a1PX + a2N+ a3I + a4PY + a5Y +…….

Elastisitas Permintaan
Untuk mengetahui sampai seberapa besar factor-faktor tersebut mempengaruhi permintaan,
salah satu ukuran yang dapat digunakan adalah Elastisitas Permintaan, yaitu persentase
perubahan jumlah yang diminta sebagai akibat perubahan suatu persen factor-faktor yang
memengaruhinya.

Elastisitas Harga

Sesuai dengan konsep elastisitas permintaan, maka elastisitas harga dapat kita
definisikan sebagai persentase perubahan jumlah barang X yang diminta (Qx) sebagai akibat
perubahan satu persen harga barang itu sendiri (Px), dengan asumsi factor lain diluar harga tidak
berubah. Elastisitas harga dapat dirumuskan sebagai berikut :

Kembali ke contoh pertama di atas, maka pada Px = Rp 10 Juta, Pz = Rp 15 juta, I = 5 juta, N =


100 juta orang ; C = 2% dan A = Rp 250 juta, maka diperoleh elastisitas harga:

Elastisitas harga dan konsep elastisitas lainnya dapat dihitung dengan menggunakan
pendekatan elastisitas titik (point elasticity) atau elastisitas busur (arch elasticity). Dalam
elastisitas harga, perhitungan secara elastisitas titik berarti menghitung elastisitas harga pada
satu tingkat harga tertentu, dan dihitung dengan menggunakan rumus (1). Sedangkan elastisitas
busur berarti menghitung elastisitas harga secara rata-rata antara dua harga tertentu. Elastisitas
busur dapat dihitung dengan rumus (2):

Kembali ke contoh di atas, maka elastisitas harga busur antara Px1 = Rp 10 Juta dan Px2 = Rp
16 juta adalah :
EX = - 1,08 menginformasikan bahwa bila dealer menurunkan harga 10% akan mendorong
peningkatan penjualan mobil sebesar 10,8 %, dan sebaliknya bila menaikan harga 10% akan
menurunkan penjualan mobil sebesar 10,8 %.

Dari uraian di muka, jelas bahwa masing-masing barang memiliki elastisitas harga yang
berbeda-beda, artinya ada barang yang permintaannya sangat sensitif terhadap perubahan
harga (sangat elastis) tetapi ada juga yang kurang sensitif (inelastic). Salah satu factor yang
mempengaruhi elastisitas harga adalah ketersediaan barang subtitusi

Dalam jangka pendek, elastisitas harga adalah:

ΔQx = 1/13 = 7.7%, dan ΔPx = 3/7 = 42,9%, sehingga Ex = - 0.18.

Sementara dalam jangka panjang menjadi:

ΔQx = 8/13 = 61.5%, dan ΔPx = 3/7 = 42,9%, sehingga Ex = - 0.70

Dalam praktik bisnis sehari-hari kita sering jumpai bahwa pengusaha dihadapkan pada
masalah apakah harus menaikan atau menurunkan harga jual, mengingat keputusan itu erat
kaitannya dengan hasil penjualan (Total Revenue = TR) yang akan diperolehnya. Salah satu
kegunaan konsep elastisitas harga adalah untuk membantu manajemen dalam pengambilan
keputusan khususnya yang berkaitan dengan apakah perusahaan harus menaikan atau
menurunkan harga jual, apabila ia merencanakan untuk meningkatkan hasil penjualannya.
Dengan kata lain elastisitas harga merupakan salah satu alat untuk menganalisis bagaimana
dampak perubahan harga terhadap hasil penjualan yang akan diterima perusahaan. Dampak
perubahan harga terhadap hasil penjualan dapat dijelaskan melalui argumentasi bentuk
hubungan antara elastisitas harga (EX) , MR dan TR berikut:
Persamaan di atas menginformasikan bahwa bila perusahaan menghadapi permintaan
yang elastis (Ex > -1), berarti nilai MRx positif (+), dan implikasinya adalah kenaikan permintaan
(Qx) sebagai akibat penurunan harganya (Px) akan diikuti oleh peningkatan TRx. Sebaliknya bila
menghadapi permintaan yang inelastis ( Ex < -1), berarti nilai MRx (-), dan implikasinya adalah
kenaikan permintaan (Q) sebagai akibat penurunan harganya (Px) akan diikuti oleh penurunan
TRx.

Hubungan antara elastisitas harga (EX) , MR dan TR, juga dapat juga dijelaskan secara
grafis. Misalkan diketahui fungsi permintaan :

Dari persamaan terakhir jelas bahwa kurva permintaan adalah juga kurva AR, dan kurva kurva
MR terletak di bawah kurva permintaan dengan kemiringan dua kali lipat lebih curam.

Dari gambar di atas kita melihat bahwa apabila perusahaan beroperasi di daerah
permintaan yang elastis (Ex > -1), maka menaikan harga jual akan menyebabkan berkurangnya
jumlah yang diminta, menurunnya MR dan pada akhirnya menurunkan TR. Tetapi sebaliknya bila
ia menurunkan harga justeru akan meningkatkan TR. Bila perusahaan beroperasi pada
permintaan yang inelastic (Ex > - 1), menaikan harga jual walaupun akan menurunkan jumlah
yang diminta tetapi akan menaikan TR. Sebaliknya bila ia menurunkan harga jual, MR menjadi
semakin negatif dan akhirnya TR yang diterima menjadi turun. Pada daerah permintaan yang
unitary elastis, atau MR = nol, maka perubahan harga tidak akan mempengaruhi TR yang
diterima.

Elastisitas Pendapatan

Prinsip, perhitungan (elastisitas titik dan busur), dan asumsi yang digunakan (factor lain
di luar pendapatan dianggap tetap) dalam elastisitas harga, juga berlaku dalam konsep elastisitas
pendapatan.

> Elatisitas pendapatan dirumuskan sebagai berikut (elastisitas titik):

Sebagai contoh kembali kita menggunakan fungsi permintaan perusahaan mobil di atas, pada
tingkat pendapatan konsumen sebesar Rp 5 juta, maka elastisitas pendapatannya adalah:

Nilai koefisien elastisitas pendapatan tersebut menginformasikan kepada dealer mobil bahwa
dengan asumsi factor lain di luar pendapatan tidak berubah, maka setiap kenaikan 10 persen
pendapatan konsumen akan meningkatkan permintaan mobil X sebesar 4%. Sebaliknya bila
pendapatan masyarakat turun 10 persen akan mengakibatkan turunnya permintaan mobil
sebesar 4%. Karena elatisitas pendapatannya positif, maka barang tersebut tergolong barang
normal, dan karena inelastis, maka mobil merek X tersebut direspon oleh konsumen sebagai
barang kebutuhan pokok. Seperti halnya elastisitas harga, elastistas pendapatan pun dapat
dihitung dengan pendekatan elatisitas busur, yaitu menghitung elastisitas pendapatan antara dua
tingkat pendapatan.

Elastisitas Silang

Elastisitas harga dapat didefinisikan sebagai persentase perubahan permintaan suatu


barang (Qx) sebagai akibat perubahan harga barang lainnya (Pz) sebesar satu persen. Bila tanda
koefisien elastisitas silang positif, berarti hubungan antara kedua barang tersebut adalah
subtitusi, dengan kata lain kenaikan harga barang lain tersebut mengakibatkan kenaikan
permintaan barang yang satunya lagi, dan begitu pula sebaliknya. Sebaliknya bila tanda koefisien
elastisitas silang negatif berarti hubungan antara kedua jenis barang tersebut adalah saling
melengkapi (komplementer), dengan kata lain kenaikan harga lain tersebut akan meningkatkan
permintaan barang yang satunya lagi. Koefisien elastisitas silang dirumuskan sebagai berikut:

Kembali ke contoh di atas, maka pada harga barang lain Pz = Rp 12 juta, maka:

Koefisien elastisitas silang di atas menginformasikan kepada dealer bahwa dengan


asumsi factor lain di luar pendapatan tidak berubah, maka setiap kenaikan 10 persen harga mobil
merek Z akan meningkatkan permintaan mobil merek X sebesar 5%. Sebaliknya bila harga mobil
merek Z turun 10 persen akan mengakibatkan turunnya permintaan mobil merek X sebesar 5%.

3. Kurva dan Fungsi Penawaran

Kurva penawaran adalah sebuah grafik yang menggambarkan hubungan antara harga
barang atau jasa dengan kuantitas barang atau jasa yang ditawarkan, dengan asumsi factor
factor yang lain tetap. Dari kurva di samping kita dapat menyimpulkan bahwa ketika harga
naik maka kuantitas barang yang ditawarkanpun akan naik begitupun sebaliknya tetapi
dengan syarat ceteris paribus.
Fungsi penawaran adalah fungsi yang menunjukkan hubungan antara harga (P) dengan jumlah
barang (Q) yang ditawarkan.

Keterangan:
Q : jumlah barang yang ditawarkan
P : harga barang per unit
a : angka konstanta (berupa angka)
b : gradien atau kemiringan (yang ada hurufnya)
Adapun syarat fungsi penawaran adalah:
a. nilai a boleh positif atau negatif (+ / – )
b. nilai b harus positif (+)
4. Faktor – Faktor yang Menggeser Permintaan dan Penawaran

Faktor - faktor yang menggeser kurva permintaan :

1) Harga Barang Itu Sendiri


Jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan terhadap barang itu bertambah.
Begitu juga sebaliknya. Hal ini membawa kita ke hukum permintaan, yang menyatakan ”Bila
harga suatu barang naik, ceteris paribus, maka jumlah barang itu yang diminta akan
berkurang, dan sebaliknya.

2) Harga Barang Lain yang Terkait

Harga barang lain juga dapat memengaruhi permintaan suatu barang tetapi kedua macam barang
tersebut mempunyai keterkaitan. Keterkaitan dua macam barang dapat bersifat substitusi
(pengganti) dan bersifat komplemen (penggenap). Misalnya, barang substitusi dari daging ayam
adalah daging sapi, ikan atau tempe.

3) Tingkat Pendapatan Per Kapita


Tingkat pendapatan per kapita dapat mencerminkan daya beli. Makin tinggi tingkat pendapatan,
daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu barang meningkat.
4) Selera atau Kebiasaan
Selera atau kebiasaan juga dapat memengaruhi permintaan suatu barang. Beras misalnya.
Walaupun harganya sama, permintaan beras per tahun di provinsi Maluku lebih rendah dibanding
dengan di Sumatra Utara. Mengapa? Karena orang-orang Maluku lebih menyukai sagu (sejak
kecil mereka makan sagu). Sebaliknya di Sumatra Utara, selain lebih menyukai beras, ada
kebiasaan (adat) yang mem-butuhkan beras, terutama di kalangan masyarakat Batak, pada saat
acara pernikahan.
5) Jumlah Penduduk
Kita ambil contoh beras lagi. Sebagai makanan pokok rakyat Indonesia, maka permintaan beras
berhubungan positif dengan jumlah penduduk. Makin banyak jumlah penduduk, permintaan
beras makin banyak.
Faktor - faktor yang menggeser kurva penawaran :

1. Harga Barang itu Sendiri


Jika harga suatu barang naik, maka produsen cenderung akan menambah jumlah barang yang
dihasilkan. Hal ini membawa kita ke hukum penawaran, yang menjelaskan sifat hubungan antara
harga suatu barang dengan jumlah barang ter-sebut yang ditawarkan penjual. Hukum penawaran
menyatakan "Semakin tinggi harga suatu barang, ceteris paribus, semakin banyak jumlah barang
tersebut yang ingin ditawarkan oleh penjual, dan sebaliknya".
2. Harga Barang lain yang Terkait
Barang-barang substitusi dapat memengaruhi penawaran suatu barang. Misalkan, dikarenakan
kenaikan biaya produksi di luar negeri, atau kenaikan tarif impor, baju yang diimpor menjadi
bertambah mahal harganya.
3. Harga Faktor Produksi
Kenaikan harga faktor produksi, seperti tingkat upah yang lebih tinggi, harga bahan baku yang
meningkat, atau kenaikan tingkat bunga modal, akan me-nyebabkan perusahaan memproduksi
output-nya lebih sedikit dengan jumlah anggaran yang tetap. Kenaikan harga faktor produksi ini
juga akan mengurangi laba perusahaan. Apabila tingkat laba suatu industri tidak menarik lagi,
mereka akan pindah ke industri lain, dan hal ini akan mengakibatkan berkurangnya penawaran
barang.
4. Biaya Produksi
Kenaikan harga input sebenarnya juga menyebabkan kenaikan biaya produksi. Dengan
demikian, bila biaya produksi meningkat (apakah dikarenakan kenaikan harga factor produksi
atau penyebab lainnya), maka produsen akan mengurangi hasil produksinya, berarti penawaran
barang itu berkurang.
5. Teknologi Produksi
Kemajuan teknologi menyebabkan penurunan biaya produksi, dan menciptakan barang barang
baru. Dalam hubungannya dengan penawaran suatu barang, kemajuan teknologi menyebabkan
kenaikan dalam penawaran barang.
5. Surplus, Kekurangan dan Keseimbangan Pasar

Harga keseimbangan atau harga ekuilibrium dalam ekonomi adalah merupakan harga yang
terbentuk pada titik pertemuan kurva permintaan dan kurva penawaran. Terbentuknya harga dan
kuantitas keseimbangan di pasar merupakan hasil kesepakatan antara pembeli (konsumen) dan
penjual (produsen) di mana kuantitas yang diminta dan yang ditawarkan sama besarnya. Jika
keseimbangan ini telah tercapai, biasanya titik keseimbangan ini akan bertahan lama dan menjadi
patokan pihak pembeli dan pihak penjual dalam menentukan harga.
Berdasarkan pengertian tersebut maka harga keseimbangan dapat diartikan harga yang
terbentuk pada titik pertemuan kurva permintaan dan kurva penawaran. Terbentuknya harga dan
kuantitas keseimbangan di pasar merupakan hasil kesepakatan antara pembeli (konsumen) dan
penjual (produsen) di mana kuantitas yang diminta dan yang ditawarkan sama besarnya. Jika
keseimbangan ini telah tercapai, biasanya titik keseimbangan ini akan bertahan lama dan menjadi
patokan pihak pembeli dan pihak penjual dalam menentukan harga.
Surplus ekonomi
Surplus adalah jumlah yang melebihi hasilnya, berlebihan, sisa. Istilah surplus dalam ilmu
ekonomi adalah sebagai berikut :
Surplus Produsen adalah pendapatan tambahan yang diperoleh oleh seseorang produsen dari
penerimaan harga suatu barang yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang sebenarnya
telah dipersiapkan untuk ditawarkan.
Surplus Konsumen adalah kepuasan atau kegunaan ( utility ) tambahan yang diperoleh
konsumen dari pembayaran harga suatu barang yang lebih rendah dari harga yang konsumen
bersedia membayarnya.
Dasar pendekatan yang digunakan untuk analisis pasar adalah menganalisis (marginalism
approach), yang mengatakan bahwa keputusan dalam memproduksi atau mengkonsumsi
ditentukan oleh beberapa besar tambahan pendapatan atau manfaat dari unit terakhir barang
yang diproduksi atau dikonsumsi.
Kegagalan pasar adalah ketidakmampuan pasar yang bebas (pasar yang bersaing) untuk
mengalokasikan sumber-sumber dayanya secara efisien. Kegagalan pasar ini dapat disebabkan
oleh lima penyebab, yaitu sebagai berikut :
Informasi Tidak Sempurna (Incomplete Information)
Jika konsumen tidak memiliki informasi yang akurat tentang harga pasar atau kualitas
produk,maka sistem pasar tersebut tidak aakan berjalan secara efisien. Dalam kenyataanya kita
tidak pernah tau persis tentang kualitas barang yang akan digunakan
Daya Monopoli (Monopoly power)
Asumsi pasar persaingan sempurna adalah produsen begitu banyak dan kecil-kecil sehingga
secara individu tidak mampu mempengaruhi pasar. Keputusan pasar dalam memasok,
bereferensi pada harga yang berlaku dipasar. Contohnya sering terjadi daalm pasar hanya ada
satu(monopoli) atau beberapa produsen (oligopoli) yang begitu kuat.
Eksternalitas (Externality)
Eksternalitas adalah keuntungan atau kerugian yang dinikmati atau diderita perilaku ekonomi
sebagai sebab tindakan pelaku ekonomi yang lain, tetapi tidak dapat dimasukan dalam
penghitungan biaya secara formal.
Barang Publik ( Public Goods)
Barang publik adalah barang yang tidak eksklusif dan tidak bersaing untuk mendapatkannya
yang dapat disediakan dengan murah. Namun begitu tersedia akan sangat sulit mencegah orang-
orang untuk mengkonsumsi nya.kegagalan pasar muncul apabila pasar gagal menawarkan
barang publik atau barang yang bernilai bagi banyak orang. ilmu pengetahuan dan teknologi
adalah salah satu contoh barang publik.
Barang Alturisme (Altuism good)
Barang alturisme adalah barang yang ketersedianya berdasarkan suka rela berdasarkan
kemanusiaan. Contoh barang alturisme ialah darah.

Anda mungkin juga menyukai